ETIKA ADMINISTRASI
Kelompok 1 :
Ranita Syifa Azkia (1188010177)
Resti Yusvianni (1188010183)
Rizar Prihanimgsih (1188010195)
Sifa’ulfiadini (1188010212)
Alhamdulillah segala puji bagi Alah SWT atas izinnya kami telah menyelesaikan
Selain untuk memenuhi nilai tugas, tujuan Kami membuat makalah ini adalah untuk
Kami ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada rekan-rekan lainnya yang tak
mungkin kami ucapkan satu per satu karena telah menghibur dan membangkitkan semangat
Akhir kata, kami menyadari bahwa makalah kami masih jauh dari sempurna, maka dari
Penulis
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
A. Definisi ........................................................................................................................ 2
F. Macam-macam Etika................................................................................................... 6
G. Hubungan Etika dengan Moral dan Hubungan Etika dengan filsafat ......................... 6
H. Fungsi Etika................................................................................................................. 7
ii
A. Konsep Etika Administrasi Negara ........................................................................... 13
3.1. Kesimpulan................................................................................................................ 17
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Etika adalah cabang ilmu filsafat yang membicaralan nilai dan moral yang
menentukan perilaku seseorang dalam hidupnya. Etika merupakan sebuah refleksi kritis
dan rasional mengenai nilai dan norma moral yang menentukan dan terwujud dalam
sikap serta pola perilaku baik sebagai pribadi maupun kelompok.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.Etika
A. Definisi
Dalam ensiklopedi Indonesia, etika disebut sebagai ilmu ”ilmu tentang kesusilaan yang
menentukan bagaimana patutnya manusia hidup dalam masyarakat; apa yang baik dan apa
yang buruk”. Sedangkan secara etimologis, etika bearasal dari kata ethos (Bahasa Yunani) yang
berarti kebiasaan atau watak. Etika menurut Bahasa Sansakerta lebih berorientasin kepada
dasar-dasar, prinsip, aturan hidup (sila) yang lebih baik (su). Etika menurut Bertens dalam
(Pasalong, 2007:190) adalah kebiasaan, adat atau akhlak dan watak.
Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa maalah etika selalu berhubungan dengan
kebiasaan atau watak manusia (sebagai individu atau dalam kedudukan tertentu), baik
kebiasaan atau watak yang baik maupun kebiasan yang buruk. Watak baik yang termanifestasi
dalam perilaku baik, sering dikatakan sebagai sesuatu yang patut atau sepatutnya. Sedangkan
watak buruk yang termanifestasikan dalam perilaku buruk, sering dikatakan sebagai sesuatu
yang tidak patut atau tidak sepatutnya.
Sedangkan moral berasal dari Bahasa Latin mos (jamak; mores) yang artinya cara hidup
atau kebiasaan. Dari istilah ini muncul juga istilah morale atau moril, tetapi artinya sudah jauh
sekali dari pengertian asalnya. Moril bisa berarti semangat atau dorongan batin. Disamping itu
terdaoat istilah norma yang berasasl dari Bahasa Latin. (norma: penyiku atau pengukur), dalam
Bahasa inggris norma berarti aturan atau kaidah. Dalam kaitannya dalam perilaku manusia,
norma digunakan sebagai pedoman atau haluan bagi perilaku yang seharusnyadan juga untuk
menakar tau menilai sebelum perilaku dilakukan.
Moral merujuk kepada tingkah lakuyang bersifat spontan seperti rasa kasih kemurahan hati,
kebesaran jiwa, yang kesemuanya tidak terdapat pada peraturan-peraturan hukum, sedangkan
moralitas mempunyai makna yang lebih khusus sebagai bagian dari etika. Moralitas berfokus
pada hukum-hukum dan prinsip abstrak dan bebas. Orang yang telah mengingkari janji yang
diucapkannya dapat dianggap sebagai orang yang tidak dipercaya atau tidak etis, tetapi bukan
berarti tidak bermoral, namun menyiksa anak disebut tindakan tidak bermoral.
2
Dalam kehidupan bermasyarakat, istilah etika sering dipersamakan atau dipergunakan
secara bergantian dengan istilah moral, norma, etika. Etika cenderung dipandang sebagai salah
satu ilmu dalam filsafat yang mempelajari nilai baik dan buruk manusia. sedangkan moral
addalah hal-hal yang mendorong manusia untuk melakukan tindakan yang baik sebagai
kewajiban atau norma.
Beberapa pakar tidak membedakannya secara prinsip, sedangkan sebagian yang lain
memberikan perbedaannya. Seperti:
B. Konteks Etika
Etika adalah cabang ilmu filsafat yang membicaralan nilai dan moral yang menentukan
perilaku seseorang dalam hidupnya. Etika merupakan sebuah refleksi kritis dan rasional
mengenai nilai dan norma moral yang menentukan dan terwujud dalam sikap serta pola
perilaku baik sebagai pribadi maupun kelompok.
Sebagai suatu subyek, etika berkaitan dengan konsep yang dimiliki individu atau kelompok
untuk menilai apakah tindakan-tindakan yang telah dikerjakannya itu salah atau baik atau
buruk. Etika tidak mempersoalkan keadaan manusia, melainkan mempersoalkan bagaimana
manusia harus bertindak. Tindakan manusia ini ditentukan oleh bermacam-macam norma,
diantaranya:
3
3) Norma moral berasal dari suara hati.
4) Norma sopan santun berasal dari kehidupan sehari-hari.
1) Teologisme
Prinsip atau asas etiaka menurut aliran ini, sesuatu yang baik, susila atau etik, adalah yang
sesuai dengan kehendak Tuhan, dan sebaliknya.
2) Naturalisme
Perbuatan yang dianggap adalah yang dengan hukum alam. yaitu pembenaran-pembenaran
hanya dapat dilakukan melalui pengkajian atas fakta dan bukan atas teori-teori yang sangat
metafisis.
3) Hedonisme (Hedon= perasaan akan kesenangan)
Perbuatan yang dianggap baik adalah yang menatangkan kesenangan, kenikmatan atau rasa
puas kepada manusia. Sempalan dari ajaran ini adalah aliran Materialisme yang mengajarkan
bahwa alat pokok untuk memenuhi kepuasan manusaia adalah materi.
4) Eudaaemonisme (Eudaemonismos=bahagia)
Perbuatan yang dianggap baik adalah yang mendatangkan kebahagiaan kepada manusia.
Bedanya dengan hedonism, kebahagiaan lebih bersifat kejiwaan. Dengan kata lain, kebahagian
merupakan kebaikan tertinggi. Sempalan dari ajaran ini adalah aliran stoisisme yang
mengemukakan bahwa untuk mencapai kebahagian, manusia harus menggunakan akal
pikirannya; bukan mencari “kebijaksanaan” dengan cara menyendiri atau mengendapkan
perasaan seperti seorang pengecut.
5) Utilitarianisme
Perbuatan yang dianggap baik secara susila ialah “guna/manfaaat”. Sempalan ajaran ini
Antara lainadalah aliran pragmatism, empirisme, positivism, dan neo positivisme.
6) Vitalistis
Norma perbuatan baik adalah yang mempunyai kekuatan paling beasr. Jadi,
orang/kelompok yang paling kuat dan dapat menguasai orang/kelompok lain dianggap sebagai
4
orang/kelompok yang baik. Atau menurut Nietzsche, perilaku yang baik adalah yang
menambah daya hidup, sedangkann perilaku yang buruk adalah yang merusak daya hidup.
7) Idealisme
Pusat pengertian aliran ini adalah kebebasan atau kehormatan kepada pribadi manusia.
Ajaran ini terdiri dari tiga komponen, yaitu idealism rasionalistik (akal pikiran sebagai
penuntun tingkah laku), idealism estetik (kehidupan manusia diliaht dari perspektif karya seni),
dan idealism etik (menentukan ukuran moral dan kesusilaan terhadap kehidupan manusia).
1) Moralitas pribadi
Konsep baik-buruk benar-salah yang telah terinternalisasi dalam diri individu. Moralitas
pribadi adalah superego atau hati nurani yang hidup dalam jiwa yang menuntun perilaku
individu. Konsistensi pada nilai mencerminkan kualitas kepribadian individu. Moralitas
pribadi menjadi basis penting dalam kehidupan social dan organisasi.
2) Etika Profesi
Niliai benar-salah dan baik-buruk yang terkait dengan pekerjaan professional. nilai-nilai
tersebut terkait dengan prinsip-prinsip profesionalisme (kapabilitas teknis, kualitas kerja,
komitmen pada profesi).
3) Etika Organisasi
Konsep benar-salah dan baik-buruk yang terkait dengan kehidupan organisasi. Nilai
tersebut terkait dengan prinsip-prinsip pengelolaan organisasi modern (efisiensi, efektivitas,
keadilan, transparansi, akuntabilitas, demokrasi).
4) Etika Sosial
Konsep benar-salah dan baik-buruk yang terkait dengan hubungan-hubungan social. nilai
bersumber dari agama, tradisi, dan dinamika social. Pada umumnya etika social tidak tertulis,
tetapi hidup dalam memori public, dan terinternalisasi melalui sosialisasi nilai di masyarakat.
E. Peraturan Etika
5
Peraturan etika diperlukan untuk meredam kecenderungan kepentingan pribadi. Etika
bersifat kompleks, dalam banyak kasus bersifat dilematis, karena itu diperlukan hal yang bisa
memberikan kepastian tentang mana yang benar dan salah, baik dan buruk. Penerapan
peraturan etika dapat membuat perilaku etis menimbulkan efek reputasi. Organisasi public
sekarang banyak dicemooh karena kinerja dinilai buruk, karena itu perlu etika.
Etika dan hukum memiliki keterkaitan satu sama lain. Keduanya mengatur tentang perilaku
imdividu. Namun terdapat perbedaan; ilegalitas tidak selalu berarti tidak etis. Hukum bersifat
eksternal dan dapat ditegakkan dan tanpa melibatkan perasaan, atau kepercayaan orang
(sasaran hukum), sementara etika bersifat internal, subyektif, digerakkan oleh keyakinan dan
kesadaran individu. Hukum dalam konteks administrasi adalah soal pemberian otoritas atau
instrument kekuasaan. Basis dari hukum adalah etika, dan ketika hukum diterapkan harus
dikembalikan pada prinsip-prinsip etika. Banyak kasus, secara hukum dibenarkan dan secara
etika dipermasalahkan (trend anak politisi yang jadi calon anggota legislatif).
F. Macam-macam Etika
1) Etika deskriptif, etika yang berbicara tentang suatu fakta, yaitu tentang nilai dan pola
perilaku manusia terkait dengan situasi dan realitas yang membudaya dalam kehidupan
masyarakat. Dan juga merupakan etika yang menyoroti secara rasioanal dan kritis tentang
apa yang diharapkan manusia mengenai sesuatu yang bernilai.
2) Etika normative, etika yang memberikan penilaian serta himbauan kepada manusia tentang
bagaimana harus bertindak sesuai dengan norma yang berlaku. Etika yang mengenai
norma-norma yang menuntun tingkah laku manusia dalam kehidupan sehari-hari.
Moral adalah nilai-nilai atau norma-norma yang menjadi pegangan seseorang atau suatu
kelompok dalam mengatur tingkah lakunya dalam bermasyarakat. Sebagai contoh : “Kepala
Proyek Pengembangan TI di perusahaan ini tidak bermoral….” melanggar norma-norma etis
yang berlaku dalam kelompok atau organisasi
6
2) Hubungan Etika dengan filsafat
Filsafat adalah bagian dari ilmu pengetahuan yang berfungsi sebagai interpretasi tentang
hidup manusia. Etika merupakan bagian dari filsafat, yaitu filsafat moral. Filsafat moral adalah
cabang dari filsafat tentang tindakan manusia.
H. Fungsi Etika
1) Sebagai subyek : Untuk menilai apakah tindakan-tindakan yang telah dikerjakan itu salah
atau benar, buruk atau baik.
2) Sebagai obyek : Cara melakukan sesuatu atau moral. Menurut Martin (1993), “etika adalah
tingkah laku sebagai standart yang mengatur pergaulan manusia dalam kelompok sosial”.
Dalam kaitannya dengan pergaulan manusia maka etika berupa bentuk aturan yang dibuat
berdasarkan moral yang ada.
I. Tujuan Etika
Untuk mendapatkan konsep mengenai penilaian baik buruk manusia sesuai dengan norma-
norma yang berlaku. (pengertian baik segala perbuatan yang baik) ,(pengertian buruk segala
perbuatan yang tercela).
Ethics is the rules or standards governing, the moral product of the members of an
organization or management profession (Chandler & Plano, The Public Administration
Dictionary, 1982). Dalam lingkup pelayanan publik, etika administrasi public (Pasolong, 2007
:193) diartikan sebagai filsafat dan professional standar (kode etik) atau right rules of conduct
(aturan berprilaku yang benar) yang seharusnya dipatuhi oleh pemberi pelayanan publik atau
administrasi publik.
Dan dapat disimpulkan bahwa Etika Administrasi Publik adalah aturan atau standar
pengelolaan, arahan moral bagi anggota administrasi atau pekerjaan manajemen, aturan atau
standar pengelolaan yang merupakan arahan moral bagi administrator publik dalam
7
melaksanakan tugasnya melayani masyarakat. Aturan atau standar dalam etika administrasi
Negara tersebut terkait dengan kepegawaian, pembekalan, keuangan, ketatausahaan dan
hubungan masyarakat.
Unsur administrasi Publik adalah bagian-bagian yang harus ada dalam kegiatan
administrasi. Tanpa adanya unsur-unsur tertentu, administrasi tidak dapat dilaksanakan dengan
baik. Dan menurut The Liang Gie (1978), bahwa dalam proses penyelenggaraan administrasi
mempunyai unsur-unsur yang merupakan pola perbuatan manusia dalam bidang administrasi,
yakni:
1) Organisasi
Organisasi sebagai unsur utama dari administrasi merupakan rangka atau wadah dimana
usaha kerjasama itu diselenggarakan. James D. Money (1947) menyebutnya sebagai bentuk
perserikatan manusia untuk pencapaian suatu tujuan bersama. Sejalan dengan ini, maka proses
mengorganisir (organizing) ialah menyusun rangka itu dengan membagi-bagi dan menhubung-
hubungkan orang, wewenang, tugas, dan tanggung jawab menjadi kesatuan yang laras.
Termasuk pula proses mengorganisir organisasi ini ialah penentuan tujuan yang hendak
dicapai.
2) Manajemen
Manajemen sebagai suatu proses yang menggerakan kegiatan dalam administrasi itu
sehingga tujuan yang telah ditentukan benar-benar tercapai. Dan menurut Henry Fayol
manajemen memiliki fungsi-fungsi, yaitu: Perencanaan (Planning), Pengorganisasian
(organizing), Pemberian Komando (Comanding), Pengkoordinasian (coordinating),
Pengawasan (controlling).
3) Komunikasi
Komunikasi ini merupakan urat nadi yang memungkinkan seseorang dalam usaha bersama
itu mengetahui apa yang terjadi atau diinginkan oleh masing-masing. Tanpa komunikasi yang
baik, tak mungkin kerjasama dapat terlaksana dengan baik.
4) Kepegawaian
8
Kepegawaian, ini merupakan segi yang berkenaan dengan sumber tenaga manusia
(working force) yang harus ada pada setiap usaha kerja sama. Penelaahan terhadap unsur ini
menimbulkan sekelompok pengertahuan yang dicakup dengan nama Administrasi
kepegawaian. Administrasi ini pada pokoknya mempelajari segenap proses penggunaan tenaga
manusia itu dari penerimaannya (recruiting) sampai pemberhentiannya (retirement). Termasuk
pula disini ialah analisis dan klasifikasi jabatan serta pengembangan tenaga itu melalui latihan-
latihan.
5) Keuangan
Keuangan ini merupakan segi pembiayaan (financing) dalam setiap administrasi. Dari
sinilah timbul administrasi keuangan yang mencakup penganggaran belanja (budgeting),
pembukuan (accounting), pemeriksaan (auditing) serta tindakan-tindakan lainnya dalam
bidang keuangan.
6) Pembekalan
Pembekalan istilah lainnya perlengkapan, persediaan, logistic, dan urusan rumah tangga.
Ini merupakan segi yang mengurusi kebutuhan-kebutuhan kebendaan dan kerumahtanggaan
yang juga tentu ada dalam setiap usaha bersama. Pada bidang ini berkembanglah pengetahuan
tentang administrasi perlengkapan, pembelian, persediaan, pergudangan, klasifikasi dan
standarisasi alat-alat dan pengendalian harta benda.
7) Ketatausahaan
8) Hubungan masyarakat
Humas ini merupakan segi yng menggambarkan pada pihak luar segala sesuatu yang
berlangsung mengenai usaha kerjasama itu, demikian pula sebaliknya menyalurkan sesuatu
hasrat, cita atau pendapat dari luar kedalam sesuatu usaha bersama dengan demikian tercapai
pengertian yang sebaik-baiknya antara suatu administrasi dengan keadaan sekelilingnya.
Aspek ini justru amat pentingnya bagi kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan oleh
pemerintah maupun perusahaan agar mendapat dukungan dari rakyat bagi pemerintah dan
9
kesukaan konsumen bagi perusahaan. Pada akhir-akhir ini timbullah pengetahuan dalam
bidang ini, yaitu hubungan masyarakat (public relation), keprotokolan, dan dalam bidang
perusahaan dengan periklanan (adversiting).
Ada 3 prinsip yang harus dipegang agar sebuah Administrasi dapat dikatakan baik, yakni:
Prinsip utama prinsip demokrasi adalah asas kedaulatan rakyat. Asas kedaulatan rakyat
menyaratkan bahwa rakyatlah yang mempunyai kekuasaan tertinggi dalam pemerintahan
Negara, dari sinilah dapat dipahami bahwa pemerintah ada memang untuk memberi pelayanan
kepada masyarakat.
Prinsip ini berhubungan dengan distribusi pelayanan yang harus sesuai tidak pilih kasih
dan relatif merata diseluruh wilayah sebuah negara/pemerintahan.
Maksudnya prinsip ini adalah setiap pejabat pemerintahharus memiliki komitmen dan
untuk peningkatan kesejahteraan dan bukan semata-mata karena diberi amanat atau dibayar
oleh Negara melainkan karena mempunyai perhatian yang tulus terhadap kesejahteraan dan
pelayanan warga Negara pada umumnya.
Etika administrasi Publik pertama kali muncul pada masa klasik. Hal ini disebabkan karena
teori administrasi public klasik (Wilson, Weber, Gulick dan Urwick) kurang memberi tempat
pada pilihan moral (etika). Pada teori klasik kebutuhan moral administrator hanyalah
merupakan keharusan untuk menjalankan tugas sehari-hari secara efisien. Dengan diskresiyang
dimiliki, administrator public pun tidak hanya harus efisien, tapi juga harus dapat
mendefinisikan kepentingan public, barang public dan menentukan pilihan-pilihan kebijakan
atau tindakan secara bertanggung jawab. Padahal etika merupakan dimensi yang penting dalam
administrasi publik.
10
E. Urgensi Etika Administrasi Publik
1) Adanya public interest atau kepentingan public yang harus dipenuhi oleh pemerintah
karena pemerintah lah yang memiliki tanggung jawab dalam memberikan pelayanan ini
pemerintah diharapkan secara professional melaksanakannya, dan harus mengambil
keputusan politik secara tepat mengenai siapa mendapat apa, berapa banyak, dimana, kapan
dan sebagainya. Secara kenyataan menunjukan bahwa pemerintah tidak memiliki tuntutan
kode etik atau moral secara memadai.
Asumsi bahwa aparat pemerintah adalah pihak yang telah teruji selalu membela
kepentingan public atau masyarakatnya, tidak selamanya benar. Banyak kasus
membuktikan bahwa kepentingan pribadi, keluarga, kelompok, partai dan bahkan struktur
yang lebih tinggi justru mendikte prilaku seorang aparatur. Birokrat dalam hal ini tidak
memiliki “interdependensi” dalam bertindak etis, atau dengan kata lain, tidak ada “otonomi
dalam beretika”.
2) Lebih berkenaan dengan lingkungan disalam birokrasi yang memberikan pelayanan itu
sendiri.
3) Berkenaan dengan karakteristik masyarakat public yang terkadang begitu variatif sehingga
membutuhkan perlakuan khusus. Mempekerjakan pegawai negeridengan menggunakan
prinsip “kesesuaian antara orang dengan pekerjaannya” merupakan prinsip yang perlu
dipertanyakan secara etis, karena prinsip itu akan menghasilkan ketidakadilan, dimana
calon yang dipekerjakan hanya berasal dari daerah tertentu yang relatif lebih maju.
4) Peluang untuk melakukan tindakan yang bertentangan dengan etika yang berlaku dalam
pemberian pelayanan publik sangat besar. Pelayanan publik tidak sesederhana sebagaimana
dibayangkangkan. Begitu kompleks sifatnya baik berkenaan dengan nilai pemberian
pelayanan itu sendiri maupun mengenai cara terbaik pemberian pelayanan public itu
sendiri. Kompleksitas dan ketidakmenentuan ini mendorong pemberi pelayanan public
mengambil langkah-langkah professional yang didasarkan kepada “keleluasaan bertindak”.
Dan keleluasaan ini lah yang sering menjerumuskan pemberi pelayanan public atau aparat
pemerintah untuk bertindak tidak sesuai dengan kode etik atau tuntutan prilaku yang ada.
11
F. Implementasi Etika Administrasi Publik
Etika administrasi public dapat digunakan sebagai rujukan atau referensi bagi para birokrasi
public dalam melaksanakan tugasnya dan kewenangannya yaitu American Society for
Administration (ASPA).
Pelayanan kepada masyarakat yaitu pelayanan diatas pelayanan kepada diri sendiri, rakyat
yang berdaulat dan mereka yang bekerja dalam instansi pemerintah yang pada akhirnya
bertanggung jawab kepada rakyat. Pelayanan kepada masyarakat menuntut kepekaan khusus
dengan ciri-ciri sifat keadilan, keberanian, kejujuran, persamaan, kompetensi, dan kasih
sayang. Para administrator tidak hanya terlibat untuk mencegah hal yang tidak etis, tetapi juga
untuk menguasahakan hal yang etis melalui pelaksanaan tanggung jawab tepat pada waktunya.
Etika administrasi negara sangat erat kaitannya dengan etika kehidupan berbangsa.
Tujuannya untuk menyelenggarakan kegiatan administrasi negara dengan baik, dengan
memperhatikan kepentingan masyarakat. Dan ini berati saat etika administrasi digunakan
dengan baik oleh para penyelenggara negara (administrator) maka etika kehidupan berbangsa
pun dapat berlangsung dengan baik. Etika adalah sebagai penentu keberhasilan atau kegagalan
dalam kehidupan berbangsa. Khususnya etika politik dan pemerintah. Etika ini dimaksudkan
untuk mewujudkan pemerintahan yang efektif dan efisien serta menumbuhkan suasana politik
yang demokratis.
Dalam keberlangsungan negara harus adanya komunikasi sesuai etika dapat berlangsung
dengan benar baik antara pejabat pemerintah sebagai penyelenggara negara maupun anatar
rakyat dan pemerintah agar tercipta suatu koordinasi yang konseptual dan berdampak positif
bagi rakyat dan pemerintah.
Ada dua faktor yang menjadi penyebab timbulnya prilaku tidak etis yang terjadi dalam
praktek administrasi publik, yakni:
12
Faktor internal berupa kepribadian seseorang, faktor kepribadian ini berwujud pada suatu
niat, kemauan, dorongan yang tumbuh dari dalam diri seseorang untuk melakukan tindakan
tersebut. Faktor ini disebabkan lemahnya mental seseorang, dangkalnya agama dan keimanan
mereka, sehingga memudahkan mereka untuk melakukan suatu tindakan walaupun
sesungguhnya mereka tau bahwa tindakan nya yang akan mereka lakukan itu suatu tindakan
yang tidak baik.
Faktor eksternal adalah faktor yang berada di luar diri orang yang melakukan tindakan mal-
administrasi, bisa berupa lemahnya peraturan, lemahnya lembaga kontrol, lingkungan kerja
dan lain sebagainya yang membuka peluang (kesempatan) untuk melakukan tindakan korupsi.
Dan faktor yang mendukung adalah faktor kebutuhan keluarga, kesempatan, lingkungan kerja,
dan lemahnya pengawasan dan lain sebagainya.
Etika administrasi negara yaitu bidang pengetahuan tentang ajaran moral dan asas
kelakuan yang baik bagi para administrator pemerintahan dalam menunaikan tugas
pekerjaannya dan melakukan tindakan jabatannya. Bidang pengetahuan ini diharapkan
memberikan berbagai asas etis, ukuran baku, pedoman perilaku, dan kebijakan moral yang
dapat diterapkan oleh setiap petugas guna terselenggaranya pemerintahan yang baik bagi
kepentingan rakyat.
Adapun secara substantif bidang studi etika administrasi negara diadakan untuk
mengetahui beberapa hal berikut :
1) Tujuan ideal administrasi
2) Ciri-ciri administrasi yang baik
3) Penyalahgunaan wewenang yang terjadi pada administrator
4) Perbandingan bentuk-bentuk administrasi yang baik dan buruk
Ada tiga prinsip yang harus dipegang agar sebuah administrasi dapat dikatakan baik yakni:
Prinsip utama prinsip demokrasi adalah asas kedaulatan rakyat. Asas kedaulatan rakyat
mensyaratkan bahwa rakyatlah yang mempunyai kekuasaan tertinggi dalam pemerintahan
13
negara, disini dapat dipahami bahwa pemerintah ada memang untuk memberi pelayanan
kepada masyarakat.
Prinsip ini berhubungan dengan distribusi pelayanan yang harus sesuai, tidak “pilih
kasih” dan relatif merata di seluruh wilayah sebuah negara/pemerintahan.
Etika administrasi negara merupakan salah satu wujud kontrol terhadap adminisrasi negara
dalam melaksanakan apa yang menjadi tugas pokok, fungsi dan kewenangannya. Etika
administrasi negara sangat erat kaitannya dengan etika kehidupan berbangsa. Ada 8 (delapan)
unsur administrasi negara, yaitu :
a) Organisasi
b) Manajemen
c) Komunikasi
d) Kepegawaian
e) Perbekalan
f) Keuangan
g) Ketatausahaan
h) Hubungan masyakarat
Delapan unsur ini merupakan unsur-unsur yang tak dapat terlepas dari etika administrasi
negara. Sistem sensor, praktek organisasi, praktek manajemen, praktek kepegawaian apabila
dijalankan sesuai etika administrasi negara maka akan berlangsung dengan baik dan akan jauh
lebih mudah dalam mencapai tujuan bersama.
Dalam etika publik, setidaknya ada tiga perhatian (concern) antara lain :
14
c) Modalitas etika, menjembatani agar norma moral bisa menjadi tindakan nyata (sistem,
prosedur, sarana yang memudahkan tindakan etika).
Berdasarkan concern etika publik tersebut, dapat dilihat adanya suatu sistem sensor yang
menandai keberadaan etika administrasi negara.
Dalam penerapannya banyak sudah contoh kasus yang ada di Indonesia berkaitan dengan
etika administrasi negara. Mulai dari hal terkecil saat pembuatan KTP, karena organisasi
pemerintah tidak melangsungkan hidupnya dengan etika maka dengan mudah terjadinya
praktek pungutan liar yang merugikan masyarakat. Hal itu yang kemudian membuat penilaian
tentang buruknya manajemen pemerintahan yang ada. Dapat dilihat dari awal, proses seleksi
saja sudah mengindikasi adanya kecurangan misalnya dengan adanya kasus penyuapan untuk
diterima sebagai PNS. Kecurangan ini kemudian berdampak buruk, karena dengan kecurangan
ini timbul sumber daya manusia yang kurang berkualitas.
Sama halnya dengan ketatausahaan tanpa etika administrasi negara, ketatausahaan akan
berlangsung tidak transparan dan merugikan masyarakat. Keuangan negara pun rusak karena
penyelenggaraan anggaran yang tidak berlandaskan etika admnistrasi negara, praktek korupsi
ada dimana-mana, akuntabilitas publik pun menjadi sesuatu yang sangat dipertanyakan
keberadaannya, kalau sudah begitu maka hubungan masyarakat pun tidak akan berjalan dengan
baik. Masyarakat sudah mengalami krisis kepercayaan terhadap pemerintah. Penyelenggaraan
negara terlihat berlangsung dengan kacau itu semua disebabkan karena pengabaian terhadap
etika administrasi negara.
Beberapa waktu lalu di Indonesia santer terdengar kasus yang berhubungan dengan etika
administrasi. Kasus tersebut adalah kasus penyuapan. Kasus-kasus penyuapan yang terjadi
dikalangan birokrat Indonesia belakangan ini tentunya sangat bertentangan dengan etika
administrasi.
Kasus santer tentang penyuapan beberapa waktu lalu tersebut adalah kasus penyuapan
Jaksa Urip Tri Gunawan yang menerima suap sebesar 660 ribu dolar AS atau lebih dari Rp. 6
Miliar dari Arthalita Suryani. Kasus ini merupakan kasus yang harus menjadi koreksi
15
penegakan hukum di Indonesia dan terutama dalam bidang korupsi, kolusi, dan nepotisme
(KKN) yang rentan terhadap kasus penyuapan.
Penangkapan terhadap Jaksa Urip Tri Gunawan, telah membuka borok besar di tubuh
Kejaksaan Agung khususnya Korps Adhyaksa. Ditangkapnya jaksa ketua penyidikan kasus
Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI) untuk BDNI Urip Tri Gunawan memunculkan
desakan agar Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) mengambil alih penanganan kasus BLBI.
KPK dinilai relative lebih independen dan mendapat kepercayaan publik.
Jaksa merupakan profesi yang terhormat oleh karenanya seorang jaksa yang terhormat
semestinya sudah teruji moralitasnya. Hal itu tercermin dalam perilakunya dan kehidupannya
kemudian dalam dia bertindak dalam profesinya.
16
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Berbicara masalah etika tentunya tidak terlepas dari sifat individu yang menjalankan
kegiatan baik itu dalam berorganisasi maupun kegiatan kesehariannya. Tentunya dalam
praktek menerapkan etika administrasi dalam pemerintahan perlu adanya kesadaran dari
masing-masing aparat birokrasi untuk benar-benar menjalankan tugas pokok dan fungsinya.
Selain itu dalam upaya penerapan etika administrasi pemerintahan yang baik, perlu
adanya aturan-aturan yang dibuat untuk mengatur para birokrat untuk tetap konsisten
menjalankan dan mengamalkan etika yang baik dalam administrasi pemerintah.
Jika dilihat kondisi Indonesia pada saat ini, melalui fakta-fakta yang ada, saat ini masih
banyak instansi-instansi pemerintah yang belum mampu menerapkan prinsip etika administrasi
yang baik, sekali lagi hal ini bertumpu pada kemauan individu-individu yang berkerja dalam
instansi tersebut untuk dapat merubah kebiasaan yang buruk dan mengantinya dengan
penerapan etika administrasi yang baik.
3.2. Saran
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis akan
lebih focus dan detail dalam menjelaskan tentang makalah diatas dengan sumber-sumber yang
lebih banyak yang tentunya dapat di pertanggugjawabkan.
Untuk saran berisi kritik atau saran terhadap penulisan juga bisa untuk menanggapi
terhadap kesimpulan dari bahasan makalah yang telah di jelaskan.
17
DAFTAR PUSTAKA
Yuniningsih, Try. 2017. BUKU AJAR MATA KULIAH ETIKA ADMINISTRASI PUBLIK.
Semarang. Program Studi Doktor Administrasi Publik FISIP-UNDIP.
18