Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

KERAJAAN TERNATE TIDORE

DISUSUN OLEH:
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena atas
rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat pada
waktunya. Adapun judul makalah yang penulis ajukan adalah “KERAJAAN
TERNATE TIDORE”

Penulisan makalah ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu tugas mata pelajaran
Sejarah Indonesia. Dalam mempersiapkan, menyusun, dan menyelesaikan makalah
ini, penulis tidak lepas dari berbagai kesulitan dan hambatan yang dihadapi.

Penulis menyadari bahwa di dalam makalah ini masih banyak terdapat kelemahan dan
kekurangan, untuk itu penulis mengharapkan saran, kritik, serta masukannya yang
bersifat membangun tentunya demi perbaikan dan pengembangan di dalam menyusun
makalah di masa mendatang.

Fakfak, 13 Desember 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i

KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii

DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ....................................................................................................... 1


1.2 Rumusan Masalah .................................................................................................. 1
1.3 Tujuan ................................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Berdirinya Kerajaan Ternate Tidore ...............................................2


2.2 Letak Kerajaan Ternate Tidore ....................................................................3
2.3 Aspek Kehidupan Masyarakat Kerajaan Ternate Tidore .............................4
2.4 Masa Kejayaan & Kemunduran Kerajaan Ternate ......................................6
2.5 Masa Kejayaan & Kemunduran Kerajaan Tidore ........................................7

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan ..................................................................................................9


3.2 Saran .............................................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................10

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada abad ke-15, para pedagang dan ulama dari Malaka dan Jawa
menyebarkan Islam ke sana. Dari sini muncul empat kerajaan Islam di Maluku yang
disebut Maluku Kie Raha (Maluku Empat Raja) yaitu Kesultanan Ternate yang
dipimpin Sultan Zainal Abidin (1486-1500), Kesultanan Tidore yang dipimpin oleh
Sultan Mansur, Kesultanan Jailolo yang dipimpin oleh Sultan Sarajati, dan
Kesultanan Bacan yang dipimpin oleh Sultan Kaicil Buko. Pada masa kesultanan itu
berkuasa, masyarakat muslim di Maluku sudah menyebar sampai ke Banda, Hitu,
Haruku, Makyan, dan Halmahera. Kerajaan Ternate dan Tidore yang terletak di
sebelah Pulau Halmahera (Maluku Utara) adalah dua kerajaan yang memiliki peran
yang menonjol dalam menghadapi kekuatan-kekuatan asing yang mencoba
menguasai Maluku.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1. Bagaimana Sejarah Berdirinya Kerajaan Ternate Tidore ?
1.2.2. Dimana Letak Kerajaan Ternate Tidore?
1.2.3. Bagaimana Aspek Kehidupan Masyarakat Kerajaan Ternate Tidore ?
1.2.4. Kapan Masa Kejayaan & Kemunduran Kerajaan Ternate ?
1.2.5. Kapan Masa Kejayaan & Kemunduran Kerajaan Tidore ?

1.3 Tujuan
1.3.1. Untuk mengetahui dimana letak Kerajaan Ternate Tidore.
1.3.2. Untuk mengetahui bagaimana sejarah Kerajaan Ternate Tidore.
1.3.3. Untuk mengetahui sejarah berdirinya Kerajaan Ternate Tidore.
1.3.4. Untuk mengetahui aspek kehidupan masyarakat Kerajaan Ternate Tidore.
1.3.5. Untuk mengetahui masa kejayaan & kemunduran Kerajaan Ternate
Tidore.

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Berdirinya Kerajaan Ternate Tidore

Masuknya Islam ke Maluku erat kaitannya dengan kegiatan perdagangan Pada


abad ke-15, para pedagang dan ulama dari Malaka dan jawa menyebarkan Islam ke
sana. Dari sini muncul empat kerajaan Islam di Maluku yang disebut Maluku Kie
Raha (Maluku Empat Raja) yaitu Kesultanan Ternate yang dipimpin Sultan Zainal
Abidin (1486-1500), Kesultanan Tidore yang dipimpin oleh Sultan Mansur,
Kesultanan Jailolo yang dipimpin oleh Sultan Sarajati dan Kesultanan Bacan yang
dipimpin oleh Sultan Kaicil Buko Pada masa kesultanan itu berkuasa, masyarakat
muslim di Maluku sudah menyebar sampai ke Banda, Hitu, Haruku, Makyan, dan
Halmahera Kerajaan Ternate dan Tidore yang terletak di sebelah Pulau Halmahera
(Maluku Utara) adalah dua kerajaan yang memiliki peran yang menonjol dalam
menghadapi kekuatan-kekuatan asing yang mencoba menguasai Maluku Dalam
perkembangan selanjutnya, kedua kerajaan ini bersaing memperebutkan hegemoni
politik di kawasan Maluku Kerajaan Ternate dan Tidore merupakan daerah penghasil
rempah-rempah, seperti pala dan cengkeh, sehingga daerah ini menjadi pusat
perdagangan rempah-rempah.

Wilayah Maluku bagian timur dan pantai-pantai Irian (Papua), dikuasai oleh
Kesultanan Tidore, sedangkan sebagian.besar wilayah Maluku, Gorontalo, dan
Banggai di Sulawesi, dan sampai ke Flores dan Mindanao, dikuasai oleh. Kesultanan
Ternate Kerajaan Ternat .mencapai puncak kejayaannya pada masa Sultan Baabullah,
sedangkan Kerajaan Tidore mencapai puncak kejayaannya pada masa Sultan Nuku
Persaingan di antara kerajaan Ternate dan Tidore adalah dalam perdagangan. Dari
persaingan ini menimbulkan dua persekutuan dagang masing-masing menjadi
pemimpin dalam persekutuan tersebut, yaitu:

2
a. Uli-Lima (persekutuan lima bersaudara) dipimpin oleh Ternate meliputi Bacan,
Seram, Obi dan Ambon. Pada masa Sultan Baabulah, Kerajaan Ternate mencapai
aman keemasan dan disebutkan daerah kekuasaannya meluas ke Filipina.

b. Uli Siwa (persekutuan sembilan bersaudara) dipimpin oleh Tidore meliputi


Halmahera Jailalo sampai ke Papua Kerajaan Tidore mencapai jaman keemasan di
bawah pemerintahan Sultan Nuku Kerajaan-kerajaan Islam lainnya yang
berkembang adalah Kesultanan Palembang yang didirikan oleh Ki Gedeng Suro,
Kerajaan Bima di daerah bagia timur Sumbawa, dengan rajanya La Ka’i,Siak Sri
Indrapura yang didirikan oleh sultan Abdul Jalil Rahmat Syah, dan masih banyak
lagi Kerajaan Islam kecil lainnya di Indonesia.

2.2 Letak Kerajaan Ternate Tidore

Secara geografis Kerajaan Ternate dan Tidore memiliki letak yang sangat
penting dalam dunia perdagangan pada masa itu. Kedua kerajaan ini terletak di
daerah Kepulauan Maluku. Pada masa itu, Kepulauan Maluku merupakan penghasil
rempah-rempah terbesar, sehingga dijuluki sebagai "the Spice Island". Rempah-
rempah menjadi komoditi utama dalam dunia pelayaran perdagangan saat itu,
sehingga setiap pedagang maupun bangsa-bangsa yang datang ke daerah Timur
bertujuan untuk menemukan sumber rempah-rempah. Oleh karena itu/ muncullah
hasrat untuk menguasai rempah-rempah tersebut.Keadaan seperti ini, telah
mempengaruhi aspek-aspek kehidupan masyarakatnya, baik dalam bidang politik,
ekonomi, sosial, dan budaya.

3
2.3 Aspek Kehidupan Masyarakat Kerajaan Ternate Tidore
a. Kehidupan Politik

Di Kepulauan Maluku banyak terdapat kerajaan kecil, di antaranya Kerajaan


Ternate sebagai pemimpin Uli Lima, yaitu persekutuan lima bersaudara dengan
wilayahnya mencakup pulau-pulau Ternate, Obi, Bacan, Seram, dan Ambon.
Sementera itu, Kerajaan Tidore memimpin Uli Siwa, yang berarti persekutuan
sembilan bersaudara dengan wilayahnya mencakup pulau-pulau Makayan,
Jahilolo atau Halmahera, dan pulau-pulau di antara daerah itu sampai dengan
Irian Barat.

Ketika bangsa Portugis masuk ke Maluku, Portugis langsung memihak dan


membantu Ternate pada tahun 1521. Hal ini dikarenakan Portugis mengira
Ternate lebih kuat. Begitu pula bangsa Spanyol yang ketika datang di Maluku
langsung membantu Tidore. Terjadilah perselisihan antara kedua bangsa kulit
putih tersebut di daerah Maluku. Untuk menyelesaian perselisihan kedua bangsa
itu, Paus turun tangan dan menen-tukan garis batas wilayah timur melalui
Perjanjian Saragosa. Dalam Perjanjian Saragosa dinyatakan bahwa bangsa
Spanyol harus meninggalkan Maluku dan pindah ke Filipina, sedangkan Portugis
tetap menguasai daerah-daerah di Maluku. Sultan Hairun Untuk dapat
memperkuat kedudukannya di Maluku, Portugis mendirikan benteng yang diberi
nama Benteng Santo Paulo. Namun semakin lama tindakan Portugis semakin
dibenci oleh rakyat dan bahkan oleh para pejabat Kerajaan Temate. Sultan
Hairun, penguasa Ternate, semakin bertambah bend (anti) melihat tindakan-
tindakan dan gerak-gerik bangsa Portugis. Oleh karena itu. Sultan Hairun secara
terang-terangan menentang politik monopoli dari bangsa Portugis.

Sultan Baabullah Dengan kematian Sultan Hairun, rakyat Maluku di bawah


pimpinan Sultan Baabullah (putra Sultan Hairun), bangkit menentang Portugis.

4
Tahun 1575 M, Portugis dapat dikalahkan dan diberi kesempatan untuk
meninggalkan benteng.

Pada tahun 1578 M, bangsa Portugis juga ingin mendirikan benteng di


Ambon, tetapi tidak lama kemudian bangsa Portugis pindah ke daerah Timor
Timur dan berkuasa di sana sampai tahun 1976. Sesudah tahun 1976 wilayah
Timor Timur berintegrasi ke dalam wilayah Republik Indonesia hingga tahun
1999. Akan tetapi, setelah melalui jejak pendapat 1999, rakyat Timor-Timur
memilih merdeka.

b. Kehidupan Ekonomi

Tanah di Kepulauan maluku itu subur dan diliputi hutan rimba yang banyak
memberikan hasil diantaranya cengkeh dan di kepulauan Banda banyak
menghasilkan pala. Pada abad ke 12 M permintaan rempah-rempah meningkat,
sehingga cengkeh merupakan komoditi yang penting. Pesatnya perkembangan
perdagangan keluar dari maluku mengakibatkan terbentuknya persekutuan.
Selain itu mata pencaharian perikanan turut mendukung perekonomian
masyarakat.

c. Kehidupan Sosial

Kedatangan bangsa portugis di kepulauan Maluku bertujuan untuk menjalin


perdagangan dan mendapatkan rempah-rempah. Bangsa Portugis juga ingin
mengembangkan agama katholik. Dalam 1534 M, agama Katholik telah
mempunyai pijakan yang kuat di Halmahera, Ternate, dan Ambon, berkat
kegiatan Fransiskus Xaverius.Seperti sudah diketahui, bahwa sebagian dari
daerah maluku terutama Ternate sebagai pusatnya, sudah masuk agama islam.
Oleh karena itu, tidak jarang perbedaan agama ini dimanfaatkan oleh orang-
orang Portugis untuk memancing pertentangan antara para pemeluk agama itu.
Dan bila pertentangan sudah terjadi maka pertentangan akan diperuncing lagi

5
dengan campur tangannya orang-orang Portugis dalam bidang pemerintahan,
sehingga seakan-akan merekalah yang berkuasa.

Setelah masuknya kompeni Belanda di Maluku, semua orang yang sudah


memeluk agama Katholik harus berganti agama menjadi Protestan. Hal ini
menimbulkan masalah-masalah sosial yang sangat besar dalam kehidupan rakyat
dan semakin tertekannya kehidupan rakyat.

Keadaan ini menimbulkan amarah yang luar biasa dari rakyat Maluku kepada
kompeni Belanda. Di Bawah pimpinan Sultan Ternate, perang umum berkobar,
namun perlawanan tersebut dapat dipadamkan oleh kompeni Belanda. Kehidupan
rakyat Maluku pada zaman kompeni Belanda sangat memprihatinkan sehingga
muncul gerakan menentang Kompeni Belanda.

d. Kehidupan Budaya

Rakyat Maluku, yang didominasi oleh aktivitas perekonomian tampaknya


tidak begitu banyak mempunyai kesempatan untuk menghasilkan karya-karya
dalam bentuk kebudayaan. Jenis-jenis kebudayaan rakyat Maluku tidak begitu
banyak kita ketahui sejak dari zaman berkembangnya kerajaan-kerajaan Islam
seperti Ternate dan Tidore.

2.4 Masa Kejayaan & Kemunduran Kerajaan Ternate


a. Masa Kejayaan Kerajaan Ternate

Kerajaan tidore terletak di sebelah selatan Ternate. Menurut silsilah raja-raja


Ternate dan Tidore, Raja Ternate pertama adalah Muhammad Naqal yang naik
tahta pada tahun 1081 M. Baru pada tahun 1471 M, agama Islam masuk di
kerajaan Tidore yang dibawa oleh Ciriliyah, Raja Tidore yang kesembilan.
Ciriliyah atau Sultan Jamaluddin bersedia masuk Islam berkat dakwah Syekh
Mansur dari Arab. Raja Tidore mencapai puncak kejayaan pada masa
pemerintahan Sultan Nuku (1780-1805 M). Sultan Nuku dapat menyatukan

6
Ternate dan Tidore untuk bersama-sama melawan Belanda yang dibantu Inggris.
Belanda kalah serta terusir dari Tidore dan Ternate. Sementara itu, Inggris tidak
mendapat apa-apa kecuali hubungan dagang biasa. Sultan Nuku memang cerdik,
berani, ulet, dan waspada. Sejak saat itu, Tidore dan Ternate tidak diganggu, baik
oleh Portugis, Spanyol, Belanda maupun Inggris sehingga kemakmuran
rakyatnya terus meningkat. Wilayah kekuasaan Tidore cukup luas, meliputi
Pulau Seram, Makean Halmahera, Pulau Raja Ampat, Kai, dan Papua. Pengganti
Sultan Nuku adalah adiknya, Zainal Abidin. Ia juga giat menentang Belanda
yang berniat menjajah kembali.

b. Masa Kemunduran Kerajaan Ternate

Kemunduran Kerajaan Ternate disebabkan karena diadu domba dengan


Kerajaan Tidore yang dilakukan oleh bangsa asing ( Portugis dan Spanyol ) yang
bertujuan untuk memonopoli daerah penghasil rempah-rempah tersebut. Setelah
Sultan Ternate dan Sultan Tidore sadar bahwa mereka telah diadu domba oleh
Portugis dan Spanyol, mereka kemudian bersatu dan berhasil mengusir Portugis
dan Spanyol ke luar Kepulauan Maluku. Namun kemenangan tersebut tidak
bertahan lama sebab VOC yang dibentuk Belanda untuk menguasai perdagangan
rempah-rempah di Maluku berhasil menaklukkan Ternate dengan strategi dan
tata kerja yang teratur, rapi dan terkontrol dalam bentuk organisasi yang kuat.

2.5 Masa Kejayaan & Kemunduran Kerajaan Tidore


a. Masa Kejayaan Kerajan Tidore

Kerajaan tidore terletak di sebelah selatan Ternate. Menurut silsilah raja-raja


Ternate dan Tidore, Raja Ternate pertama adalah Muhammad Naqal yang naik
tahta pada tahun 1081 M. Baru pada tahun 1471 M, agama Islam masuk di
kerajaan Tidore yang dibawa oleh Ciriliyah, Raja Tidore yang kesembilan.
Ciriliyah atau Sultan Jamaluddin bersedia masuk Islam berkat dakwah Syekh
Mansur dari Arab. Raja Tidore mencapai puncak kejayaan pada masa

7
pemerintahan Sultan Nuku (1780-1805 M). Sultan Nuku dapat menyatukan
Ternate dan Tidore untuk bersama-sama melawan Belanda yang dibantu Inggris.
Belanda kalah serta terusir dari Tidore dan Ternate. Sementara itu, Inggris tidak
mendapat apa-apa kecuali hubungan dagang biasa. Sultan Nuku memang cerdik,
berani, ulet, dan waspada. Sejak saat itu, Tidore dan Ternate tidak diganggu, baik
oleh Portugis, Spanyol, Belanda maupun Inggris sehingga kemakmuran
rakyatnya terus meningkat. Wilayah kekuasaan Tidore cukup luas, meliputi
Pulau Seram, Makean Halmahera, Pulau Raja Ampat, Kai, dan Papua. Pengganti
Sultan Nuku adalah adiknya, Zainal Abidin. Ia juga giat menentang Belanda
yang berniat menjajah kembali.

b. Masa Kemunduran Kerajaan Tidore

Kemunduran Kerajaan Tidore disebabkan karena diadu domba dengan


Kerajaan Ternate yang dilakukan oleh bangsa asing ( Spanyol dan Portugis )
yang bertujuan untuk memonopoli daerah penghasil rempah-rempah tersebut.
Setelah Sultan Tidore dan Sultan Ternate sadar bahwa mereka telah diadu domba
oleh Portugis dan Spanyol, mereka kemudian bersatu dan berhasil mengusir
Portugis dan Spanyol ke luar Kepulauan Maluku. Namun kemenangan tersebut
tidak bertahan lama sebab VOC yang dibentuk Belanda untuk menguasai
perdagangan rempah-rempah di Maluku berhasil menaklukkan Ternate dengan
strategi dan tata kerja yang teratur, rapi dan terkontrol dalam bentuk organisasi
yang kuat.

8
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pada abad ke-15, para pedagang dan ulama dari Malaka dan Jawa menyebarkan
Islam ke sana. Dari sini muncul empat kerajaan Islam di Maluku yang disebut
Maluku Kie Raha (Maluku Empat Raja) yaitu Kesultanan Ternate yang dipimpin
Sultan Zainal Abidin (1486-1500), Kesultanan Tidore yang dipimpin oleh Sultan
Mansur, Kesultanan Jailolo yang dipimpin oleh Sultan Sarajati, dan Kesultanan
Bacan yang dipimpin oleh Sultan Kaicil Buko. Pada masa kesultanan itu berkuasa,
masyarakat muslim di Maluku sudah menyebar sampai ke Banda, Hitu, Haruku,
Makyan, dan Halmahera. Kerajaan Ternate dan Tidore yang terletak di sebelah Pulau
Halmahera (Maluku Utara) adalah dua kerajaan yang memiliki peran yang menonjol
dalam menghadapi kekuatan-kekuatan asing yang mencoba menguasai Maluku.

Kerajaan Ternate dan Tidore memiliki letak yang sangat penting dalam dunia
perdagangan pada masa itu. Kedua kerajaan ini terletak di daerah Kepulauan Maluku.
Pada masa itu, Kepulauan Maluku merupakan penghasil rempah-rempah terbesar,
sehingga dijuluki sebagai "the Spice Island".

3.2 Saran

Dari keberadaanya Kerajaan Ternate & Tidore di wilayah nusantara pada masa
yang lalu. Maka kita wajib mensyukurinya. Rasa syukur tersebut dapat di wujudkan
dalam sikap dan perilaku dengan hati yang tulus serta di dorong rasa tanggung jawab
yang tinggi untuk melestarikan dan memelihara budaya nenek moyang kita. Jika kita
ikut berpartisipasi dalam menjamin kelestariannya berarti kita ikut mengangkat
derajat dan jati diri bangsa. Oleh karena itu marilah kita bersama – sama menjaga dan
memelihara peninggalan budaya bangsa yang menjadi kebanggaan kita semua.

9
DAFTAR PUSTAKA

http://www.e-dukasi.met/mol/mo_full.php?moid=121&fname=sej107_10.htm

http://id.Wikipedia.org/wiki/kesultanan_Gowa

http://blog.unila.ac.id/redha/2009/01/04/kerajaan-islam-nusantara-kerajaan-islam-di-
Sulawesi/

http://mynewblogova.blogspot.com/2015/04/makalah-sejarah-indonesia-kerajaan.html

http://jasmencomputer.blogspot.com/2016/01/v-behaviorurldefaultvmlo.html

https://kudasarjana.blogspot.com/2013/11/makalah-sejarah-kerajaan-ternate-dan.html

10

Anda mungkin juga menyukai