Anda di halaman 1dari 11

Lampiran : KEPUTUSAN DIREKTUR

RSU ASSALAM GEMOLONG


NOMOR : 445.8 / 2687 / 040 /2015
TANGGAL : 31 Desember 2015

PANDUAN PEMBERIAN INFORMASI DAN EDUKASI PASIEN DAN KELUARGA


RUMAH SAKIT UMUM ASSALAM GEMOLONG

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Masyarakat diharapkan mampu mampu berperilaku hidup sehat dan mampu


memecahkan masalah–masalah kesehatan yang sudah diderita maupun potensial
(mengancam) yang dilakukan secara mandiri dan sesuai dengan sosial ekonomi,
dan budaya yang memilikinya.

Pemberian Informasi dan Edukasi pada Pasien dan Keluarga diberikan ketika
pasien berinteraksi dengan Dokter, Perawat, Gizi, Farmasi, Therapis, dan lain
sebagainya. Masing-masing memberikan penyuluhan/pendidikan secara spesifik
mulai dari pasien baru masuk, dalam proses perawatan/pelaksanaan therapi dan
persiapan pasien pulang.

B. INFORMASI

Informasi adalah pesan yang disampaikan seseorang komunikator kepada


komunikan. Menurut Rakhmat (1986), proses informasi meliputi empat tahap, yakni
tahap sensasi, persepsi, memori dan berpikir. Tahap sensasi merupakan tahap yang
paling awal dalam penerimaan informasi melalui alat indera, sehinnga individu dapat
memahami kualitas fisik lingkungannya. Selanjutnya individu mepersepsikan objek,
peristiwa, atau pun hubungan-hubungan yang diperoleh, kemudian menyimpulkan
atau menafsirkan informasi tersebut. Sensasi yang telah dipersepsikan oleh individu
direkam oleh memori.

Memori berperan penting dalam mempengaruhi baik persepsi maupun berpikir.


Dengan memori inilah informasi dapat direkam, disimpan, dan kemudian digunakan
kembali, jika diperlukan. Tahap terakhir proses pengolahan informasi adlah berpikir,
yang mempengaruhi penafsiran individu terhadap stimuli. Berpikir dilakukan untuk
memahami realitas dalam rangka mengambil keputusan, memecahkan persoalan,
dan menghasilkan pengetahuan baru. Proses pengolahan informasi ini akan dapat
menimbulkan suatu perubahan pada sikap atau tindakan individu. Menurut
Aristoteles (dalam fisher, 1986), (dalam Tina Afianti, 2007), informasi dapat
digunakan sebagai alat persuasi. Informasi dapat digunakan untuk membujuk dan
mempengaruhi perilaku manusia, atau untuk mengubah perilaku manusia, sesuai
yang diinginkan pemberi informasi. Melalui informasi individu mendapatkan
pengetahuan.

C. EDUKASI

Edukasi Kesehatan adalah kegiatan upaya meningkatkan pengetahuan


kesehatan perorangan paling sedikit mengenai pengelolaan faktor risiko penyakit
dan perilaku hidup bersih dan sehat dalam upaya meningkatkan status kesehatan
peserta, mencegah timbulnya kembali penyakit dan memulihkan penyakit. Menurut
Ross (1998) dalam (Afiatin, 2007), pendidikan yang berusaha mengubah
pengetahuan, sikap dan perilaku, lebih penting dibandingkan hanya sekedar
memberikan informasi tanpa disertai usaha pembentukan sikap dan perubahan
perilaku nyata. Haloran (1970) menyatakan bahwa interaksi dengan tatap muka
langsung antara pihak penerima pesan dan pihak penyampai pesan merupakan
intervensi dua arah yang lebih memungkinkan untuk menghasilkan perubahan.
Dengan demikian peningkatan pengetahuan yang bertujuan untuk mengubah sikap
akan lebih efektif jika disampaikan dengan cara tatap muka langsung.

Menurut Ross (1998) dalam (Afiatin, 2007), pendidikan yang berusaha


mengubah pengetahuan, sikap dan perilaku, lebih penting dibandingkan hanya
sekedar memberikan informasi tanpa disertai usaha pembentukan sikap dan
perubahan perilaku nyata. Haloran (1970) menyatakan bahwa interaksi dengan
tatap muka langsung antara pihak penerima pesan dan pihak penyampai pesan
merupakan intervensi dua arah yang lebih memungkinkan untuk menghasilkan
perubahan. Dengan demikian peningkatan pengetahuan yang bertujuan untuk
mengubah sikap akan lebih efektif jika disampaikan dengan cara tatap muka
langsung. Upaya agar masyarakat berperilaku atau mengadopsi perilaku kesehatan
dengan cara persuasi, bujukan, himbauan, ajakan, memberikan informasi,
memberikan kesadaran, dan sebagainya, melalui kegiatan yang disebut pendidikan
atau penyuluhan kesehatan.
Dalam rangka pembinaan dan peningkatan perilaku kesehatan masyarakat,
tampaknya pendekatan edukasi (pendidikan kesehatan) lebih tepat. Dapat
disimpulkan bahwa pendidikan kesehatan adalah suatu bentuk intervensi atau
upaya yang ditujukan kepada perilaku, agar perilaku tersebut kondusif untuk
kesehatan. Dengan perkataan lain pendidikan kesehatan mengupayakan perilaku
individu, kelompok, atau masyarakat mempunyai pengaruh positf terhadap
pemeliharaan dan peningkatan kesehatan.

D. PEMBERIAN INFORMASI DAN EDUKASI PADA PASIEN DAN KELUARGA

Pemberian Informasi dan Edukasi pada Pasien dan Keluarga adalah upaya-
upaya yang dilaksanakan dalam rangka memberikan penyuluhan/ pendidikan
kesehatan pada pasien atau keluarga agar mereka dapat menolong dirinya sendiri
serat mampu menghadapi masalah kesehatan potensial (yang mengancam) dengan
cara mencegahnya dan mengatasi masalah kesehatan yang sudah terjadi dengan
cara menanganinya dengan cara efektif dan efisien.
BAB II

RUANG LINGKUP

Sasaran dari pemberian informasi dan edukasi adalah pasien dan keluarga
pasien sebagai berikut:

1. Pasien yang sedang melakukan perawatan di Rumah Sakit Umum Assalam


Gemolong, sejak pasien tersebut masuk rumah sakit sampai dengan keluar rumah
sakit.

2. Keluarga pasien yang sedang mendampingi pasien, terutama keluarga pasien


anak-anak atau keluarga pasien usia lanjut maupun pasien dengan keterbatasan
fisik maupun mental.

3. Melakukan kerjasama dalam memberikan edukasi atau sarasehan pada komunitas


tertentu seperti perkumpulan penderita DM, asma, pasien ginjal dengan terapi
Hemodialisa, dan pasien penderita HIV-AIDS.
BAB III

TATA LAKSANA

Dalam memberikan pelayanan informasi dan edukasi pada sasaran (pasien,


keluarga, pengunjung, dll) harus menggunakan komunikasi yang efektif agar tepat,
akurat, jelas, dan mudah dipahami oleh sasaran, sehingga dapat mengurangi tingkat
kesalahan (kesalahpahaman). Komunikasi itu bisa bersifat informasi (asuhan) dan
edukasi (pelayanan promosi).

1. Komunikasi yang bersifat infomasi asuhan didalam rumah sakit adalah:

a. Jam pelayanan

b. Pelayanan yang tersedia

c. Cara mendapatkan pelayanan

d. Sumber alternatif mengenai asuhan dan pelayanan yang diberikan ketika


kebutuhan asuhan pasien melebihi kemampuan rumah sakit

Akses informasi ini dapat diperoleh melalui Customer Service, Admission, dan
website.

2. Komunikasi yang bersifat Edukasi (Pelayanan Promosi) :

Dilakukan secara kolaborasi antara dokter (umum/spesialis/sub spesialis),


perawat, bidan, petugas gizi, farmasi, rehabilitasi medis, laboratorium, radiologi
dll.

a. Edukasi tentang obat

b. Edukasi tentang penyakit

c. Edukasi pasien tentang apa yang harus di hindari

d. Edukasi tentang apa yang harus dilakukan pasien untuk meningkatkan


kualitas hidupnya pasca dari rumah sakit

e. Edukasi tentang Gizi

Akses untuk mendapatkan materi edukasi melalui unit Promosi Kesehatan


Rumah Sakit (PKRS). Pemberian edukasi dan informasi diberikan oleh semua
petugas yang ada di Rumah Sakit baik petugas medis maupun non medis.
Edukasi dapat diberikan kepada siapa saja yang berada di lingkungan Rumah
Sakit maupun di luar Rumah Sakit.
Dalam pemberian materi atau pesan yang diberikan kepada sasaran harus
disesuaikan dengan kebutuhan kesehatan pasien keluarga dan masyarakat, sehingga
dapat dirasakan langsung manfaatnya.

Sebelum melakukan edukasi, langkah awal petugas harus menilai kebutuhan


edukasi pasien dan keluarga (asesmen) berdasarkan: (data ini didapatkan dari RM):

1. Identitas dasar pasien


2. Kemampuan berbicara
3. Perlu penerjemah atau tidak
4. Keyakinan dan nilai-nilai pasien dan keluarga
5. Kemampuan membaca, tingkat pendidikan dan bahasa yang digunakan
6. Hambatan emosional dan motivasi (emosional: depresi, senang dan marah)
7. Keterbatasan fisik dan kognitif
8. Ketersediaan pasien untuk menerima informasi

Secara ringkas ada 6 (enam) hal yang penting diperhatikan agar efektif dalam
berkomunikasi dengan pasien, yaitu:

1. Materi informasi apa yang disampaikan

a. Tujuan anamnesis dan pemeriksaan fisik (kemungkinan rasa tidak


nyaman/sakit saat pemeriksaan)

b. Kondisi saat ini dan berbagai kemungkinan diagnosis

c. Berbagai tindakan medis yang akan dilakukan untuk menentukan


diagnosis, termasuk manfaat, risiko, serta kemungkinan efek
samping/komplikasi

d. Hasil dan interpretasi dari tindakan medis yang telah dilakukan untuk
menegakkan diagnosis

e. Prognosis

f. Dukungan (support) yang tersedia

2. Siapa yang diberi informasi

a. Pasien, apabila dia menghendaki dan kondisinya memungkinkan

b. Keluarganya atau orang lain yang ditunjuk oleh pasien

c. Keluarganya atau pihak lain yang menjadi wali/pengampu dan


bertanggung jawab atas pasien jika kondisi pasien tidak memungkinkan
untuk berkomunikasi sendiri secara langsung
3. Kapan menyampaikan informasi

Segera, jika kondisi dan situasinya memungkinkan

4. Di mana menyampaikannya

a. Ruang praktik dokter

b. Bangsal/ruangan tempat pasien dirawat

c. Ruang diskusi

5. Bagaimana menyampaikannya

a. Informasi penting sebaiknya dikomunikasikan secara langsung, tidak


melalui telepon, juga tidak diberikan dalam bentuk tulisan yang dikirim
melalui pos, faksimile, sms, internet

b. Persiapan meliputi:

1) Materi yang akan disampaikan (bila diagnosis, tindakan medis,


prognosis sudah disepakati oleh tim)

2) Ruangan yang nyaman, memperhatikan privasi, tidak terganggu


orang lalu lalang, suara gaduh dari tv/radio, telepon

3) Waktu yang cukup

4) Media yang digunakan, seperti leaflet, lembar balik, dll

6. Tanyakan kepada pasien/keluarga, sejauh mana pengertian pasien/ keluarga


tentang hal yang akan dibicarakan, informasi yang diinginkan dan amati kesiapan
pasien/keluarga menerima informasi yang akan diberikan.

Pendukung dalam pelaksanaan pemberian materi edukasi dengan menggunakan 2


metoda, yaitu secara langsung (tanya jawab, seminar, ceramah, demonstrasi) dan tidak
langsung (leaflet, lembar balik, pemasangan poster, papan pengumuman, media
elektronik, majalah, dll). Metode yang diberikan untuk pasien rawat inap dapat
menggunakan teknik secara langsung maupun tidak langsung dengan menggunakan
teknik tanya jawab, ceramah, demonstrasi, dan pemberian leaflet. Sedangkan
pemberian edukasi dan informasi untuk pasien rawat jalan dapat melalui tatap muka,
pemberian leaflet, pemasangan poster, papan pengumuman, dan media elektronik.

Dengan diberikannya informasi dan edukasi kepada sasaran diharapkan


komunikasi yang disampaikan dapat dimengerti dan diterapkan oleh pasien. Pada tahap
selanjutnya diperlukan proses verifikasi bahwa pasien dan keluarga menerima dan
memahami edukasi yang diberikan.
Pemahaman yang ditunjukkan oleh pasien dan atau keluarga dapat diwujudkan
dalam bentuk:

1. Mengulangi materi yang diberikan

2. Mendemonstrasikan/memperagakan ketrampilan yang diajarkan

3. Mampu menunjukkan perubahan perilaku sesuai yang diajarkan

4. Bila kesulitan dengan bahasa, pasien dapat menggunakan bahasa isyarat atau
dengan melibatkan keluarganya

Berikut ini contoh petugas kesehatan melakukan verifikasi tentang edukasi dan
informasi kepada pasien dan keluarga:

1. Apabila pasien pada tahap cara memberikan edukasi dan informasi, kondisi
pasien baik dan senang, maka verifikasi yang dilakukan dengan menanyakan
kembali edukasi yang telah diberikan.

2. Pertanyaannya adalah: “Dari materi edukasi yang telah disampaikan, kira-kira


apa yang bpk/ibu bisa pelajari ?”.

3. Apabila pasien pada tahap cara memberikan edukasi dan informasi, pasiennya
mengalami hambatan fisik, maka verifikasinya adalah dengan pihak keluarganya
dengan pertanyaan yang sama: “Dari materi edukasi yang telah disampaikan,
kira-kira apa yang bpk/ibu bisa pelajari?”.

4. Apabila pasien pada tahap cara memberikan edukasi dan informasi, ada
hambatan emosional (marah atau depresi), maka verifikasinya adalah dengan
tanyakan kembali sejauh mana pasiennya mengerti tentang materi edukasi yang
diberikan dan pahami. Proses pertanyaan ini bisa via telepon atau datang
langsung ke kamar pasien setelah pasien tenang.

Setiap petugas kesehatan dalam memberikan informasi dan edukasi kepada


pasien wajib untuk mengisi formulir edukasi dan informsi, dan ditandatangani kedua
belah pihak antara dokter dan pasien atau keluarga pasien. Hal ini dilakukan sebagai
bukti bahwa pasien dan keluarga pasien sudah diberikan edukasi dan informasi yang
benar.
BAB IV
DOKUMENTASI

A. PENGERTIAN

Dokumentasi keperawatan merupakan bukti pencatatan dan pelaporan


berdasarkan komunikasi tertulis yang akurat dan lengkap yang dimiliki oleh perawat
dalam melakukan asuhan keperawatan dan berguna untuk kepentingan klien, tim
kesehatan, serta kalangan perawat sendiri (A. Aziz Alimul). Dokumentasi dalam
Bahasa Inggris berarti satu atau lebih lembar kertas resmi dengan tulisan diatasnya.
Dokumentasi berasal dari kata dokumen yang berarti bahan pustaka, baik berbentuk
tulisan maupun berbentuk rekaman lainnya seperti pita suara/kaset, video, film,
gambar dan foto (Suyono trimo 1987, hal 7). Pemberian informasi dan edukasi
kepada pasien dan keluarga perlu didokumentasikan oleh tim kesehatan yang telah
memberikan edukasi untuk meningkatkan pengetahuan pasien.

B. TUJUAN

Tujuan dari kegiatan pendokumentasian asuhan, antara lain sebagai sarana


komunikasi. Dokumentasi yang dikomunikasikan secara akurat dan lengkap dapat
berguna untuk membantu koordinasi asuhan yang diberikan oleh tim kesehatan,
mencegah informasi yang berulang terhadap pasien atau anggota tim kesehatan
atau mencegah tumpang tindih, bahkan sama sekali tidak dilakukan untuk
mengurangi kesalahan dan meningkatkan ketelitian dalam memberikan asuhan
pada pasien. Dokumentasi asuhan pada pasien dibuat untuk menunjang tertibnya
administrasi dalam rangka upaya peningkatan pelayanan kesehatan di Rumah
Sakit.

C. DOKUMENTASI PELAKSANAAN PEMBERIAN INFORMASI DAN EDUKASI DI


RUMAH SAKIT

Sebelum memberikan edukasi pada pasien/keluarga, penilaian kebutuhan


edukasi harus dikaji terlebih dahulu oleh dokter dan petugas kesehatan lainnya.
Kebutuhan edukasi masing-masing pasien tidaklah sama, tergantung dengan
kondisi pasien saat itu. Kebutuhan edukasi pasien meliputi :

1. Tindakan pencegahan

2. Intervensi diit
3. Peralatan khusus

4. Pencegahan resiko jatuh

5. Manajemen nyeri

6. Penyakit

7. Pengobatan

8. Transfuse darah

9. Vaksinasi

D. DOKUMENTASI PELAKSANAAN PEMBERIAN INFORMASI DAN EDUKASI DI


LUAR RUMAH SAKIT

Kegiatan yang dilaksanakan oleh Petugas PKRS terkait pemberian informasi


dan edukasi di luar Rumah Sakit merupakan salah satu program untuk
meningkatkan pengetahuan, kemampuan, kesadaran dan pemahaman masyarakat
terhadap pemeliharaan kesehatan.

Jenis kegiatan yang rutin dilaksanakan Rumah Sakit seperti Posyandu dan
pendidikan kesehatan di Daerah Binaan, pendidikan kesehatan di sekolah, siaran
radio/televisi yang sudah bekerjasama dengan Rumah Sakit. Semua kegiatan harus
terdokumentasikan dalam bentuk laporan kegiatan Promosi Kesehatan Rumah Sakit
(PKRS).

DIREKTUR

RSU ASSALAM GEMOLONG

WIWIK IRAWATI

Anda mungkin juga menyukai