Anda di halaman 1dari 2

pengertian abortus

Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi pada usia kehamilan kurang dari 20
minggu atau berat janin kurang dari 500 gram, sebelum janin mampu hidup diluar kandungan
(Nugroho,2010).

Abortus inkomplit adalah dimana sebagian jaringan hasil konsepsi masih tertinggal di dalam uterus
dimana perdarahannya masih terjadi dan jumlahnya bisa banyak atau sedikit bergantung pada
jaringan yang tersisa, yang menyebabkan sebagian placental site masih terbuka sehingga perdarahan
berjalan terus (Sujiyatini dkk,2009)

Abortus inkomplit adalah perdarahan pada kehamilan muda dimana sebagaian dari hasil konsepsi
telah keluar dari kavum uteri melalui kanalis servikal yang tertinggal pada desidua atau plasenta ( Ai
Yeyeh, 2010).

C. PATOFISIOLOGI
Pada awal abortus terjadi perdarahan dalam desidua basalis, diikuti nerloisi jaringan
yang menyebabkan hasil konsepsi terlepas dan dianggap benda asing dalam uterus. Sehingga
menyebabkan uterus berkontraksi untuk mengeluarkan benda asing tersebut.
Apabila pada kehamilan kurang dari 8 minggu, nilai khorialis belum menembus
desidua serta mendalam sehingga hasil konsepsi dapat keluar seluruhnya. Apabila kehamilan
8-14 minggu villi khoriasli sudah menembus terlalu dalam hingga plasenta tidak dapat
dilepaskan sempurna dan menimbulkan banyak perdarahan dari pada plasenta.
Apabila mudigah yang mati tidak dikeluarkan dalam waktu singkat, maka dia dapat
diliputi oleh lapisan bekuan darah. Pada janin yang telah meninggal dan tidak dikeluarkan
dapat terjadi proses modifikasi janin mengering dan karena cairan amion menjadi kurang oleh
sebab diserap. Ia menjadi agak gepeng. Dalam tingkat lebih lanjut ia menjadi tipis.
Kemungkinan lain pada janin mati yang tidak lekas dikeluarkan ialah terjadinya
maserasi, kulit terkelupas, tengkorak menjadi lembek, perut membesar karena terasa cairan
dan seluruh janin bewarna kemerah-merahan (Ai Yeyeh, 2010).

D. TANDA DAN GEJALA


a. Abortus inkomplit ditandai dengan dikeluarkannya sebagian hasil konsepsi dari uterus,
sehingga sisanya memberikan gejala klinis sebagai berikut:
1) Terlambat haid atau amenorhe kurang dari 20 minggu
2) Perdarahan memanjang, sampai terjadi keadaan anemis
3) Perdarahan mendadak banyak menimbulkan keadaan gawat
4) Terjadi infeksi dengan ditandai suhu tinggi
5) Dapat terjadi degenerasi ganas/koriokarsinoma (Manuaba, 2010).
b. Gejala lain dari abortus incomplit antara lain:
1) Perdarahan biasa sedikit/banyak dan biasa terdapat bekuan darah .
2) Rasa mules (kontraksi) tambah hebat.
3) perdarahan pervaginam ada atau tidak jaringan hasil konsepsi, tercium bau busuk dari vulva
4) Ostium uteri eksternum atau serviks terbuka.
5) Pada pemeriksaan vaginal, jaringan dapat diraba dalam cavum uteri atau kadang-kadang
sudah menonjol dari eksternum atau sebagian jaringan keluar.
6) Perdarahan tidak akan berhenti sebelum sisa janin dikeluarkan dapat menyebabkan syok
(Maryunani, 2009).

Latar Belakang

Abortus merupakan salah satu masalah di dunia yang mempengaruhi kesehatan, kesakitan
dan kematian ibu hamil. Abortusmerupakan pengeluaranhasil konsepsiyang terjadi pada umur
kehamilan < 20 minggu dan berat badanjanin≤ 500 gram. Dampak dari abortus jika tidak
mendapatkan penanganan yang cepat dan tepat akan menambah angka kematian ibu yang
disebabkan oleh komplikasi dari abortus yaitu dapat terjadi perdarahan, perforasi, infeksidan
syok(Sujiyatini, 2009).Abortus dapat terjadi secara tidak sengaja maupun disengaja. Abortus
yang berlangsung tanpa tindakan disebut abortus spontan, sedangkan abortus yang
dilakukan dengan sengaja disebut abortus provokatus dan abortus yang terjadi berulang tiga
kali secara berturut-turut disebut habitualis (Prawirohadjo, 2010).

Berdasarkan studi WHO satu dari setiap empat kehamilan berakhir dengan abortus (BBC,
2016). Estimasi kejadian abortus tercatat oleh WHO sebanyak 40-50 juta, sama halnya dengan
125.000 abortus per hari. Hasil studi Abortion Incidence and Service Avaibility in United
Statespada tahun 2016 menyatakan tingkat abortus telah menurun secara signifikan sejak tahun
1990 di negara maju tapi tidak di negara berkembang (Sedgh G et al, 2016).

Di Indonesia angka kematian ibu menurut Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI)
pada tahun 2007 adalah sebesar 228 per 100.000 kelahiran hidup. Dari jumlah tersebut,
kematian akibat abortus tercatat mencapai 30 persen.Angka ini telah mengalami penurunannamun
belum mencapai target MDGs (Millennium Development Goals) sebesar 102 per 100.000
kelahiran hidup (BAPPENAS, 2011).

Angka ini meningkat pada SDKI 2012 menjadi 359 per 100.000 kelahiran hidup.Angka
tersebut masih belum sesuai dengan kesepakatan MDGs pada tahun 2015 yaitu 115 per 100.000
kelahiran hidup.

Anda mungkin juga menyukai