Disusun Oleh:
Khoridatul Bahiyah
NIM: 201601112
MOJOKERTO
2019
BAB 1
PENDAHULUAN
menular terutama penyakit jantung dan pembuluh darah. Dan angka kematian
yang sering ditandai dengan nyeri. Adanya kondisi yang parah, kemampuan
jantung memompa darah dapat hilang. Dalam hal ini dapat merusak sistem
pengontrol irama jantung dan berakhir dengan kematian. Selain itu ada 2
(dua) faktor pemicu penyakit jantung koroner (PJK), yaitu faktor yang tidak
dapat dimodifikasi adalah genetik, usia, jenis kelamin, sedangkan faktor yang
dapat dimodifikasi yaitu obesitas, aktifitas fisik, stress, pola makan dan
1
tahun, 31% dari semua kematian global. Menurut statistik dunia, ada 9,4 juta
Diperkirakan angka tersebut akan meningkat hingga 23,3 juta pada tahun
Kalimantan Utara (2,2 %), sedangkan terendah di NTT sebesar (0,7 %). Dari
yang terdiagnosis penyakit jantung pada laki-laki 1,3 % dan perempuan 1,6
%o. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar penderita PJK mengetahui
penyakit jantung koroner saat ini menjadi masalah kesehatan dunia. Data
>15 tahun terus mengalami meningkat dari Riskesdas 2013, yaitu proporsi
penyakit jantung koroner lebih pada umur >15 tahun sebesar (0,5%) dan
pada dewasa umur >15 tahun menurut Provinsi, Jawa barat menduduki
2
papua barat sebesar (1,2%). Dan berdasarkan hasil Riskesdas Jawa Timur
proporsi penyakit jantung koroner pada dewasa >15 tahun juga mengalami
jantung bekerja lebih keras hingga terjadi kerusakn yang serius pada jantung ,
Pirngadi Medan Tahun 2017 didapatkan hasil menunjukan bahwa usia lanjut
atau berusia > 50 tahun meningkatkan risiko PJK pada laki -laki sebesar
51,7% (95% CI 49,3% - 54,2%) dan pada perempuan 39,2% (95% CI 37% -
41,4%). Hasil pada individu yang merokok memiliki risiko 84% lebih tinggi
14 terkena PJK (RR 1,84 95% CI 1,57 – 2,17) dan individu yang sudah
berhenti merokok lebih berisiko mengalami PJK sebesar 12% (RR 1,12 95%
Kota Bogor dimana Hasil Prevalensi obesitas sentral sebesar 65% atau 130
orang, 30 orang laki-laki dengan obesitas sentral (42,3%) dan 100 perempuan
dengan obesitas sentral (77,5%). Hasil analisis ini menunjukan individu yang
3
rutin beraktivitas fisik cenderung memiliki risiko yang lebih rendah terhadap
PJK meskipun memiliki faktor risiko PJK lainnya. Hasil penelitian di atas
4
3. menggambarkan analisis faktor penyakit jantuung koroner.
informasi yang diterima tersebut dengan cukup baik disaat melakukan praktek
lapangan.
kesehatan dalam hal promosi dan preventif tentang penyakit jantung koroner
5
Sebagai tambahan pengalaman dan wawasan bagi peneliti dalam
selanjutnya.
6
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Penyakit jantung koroner (PJK)
Suplai bahan energi seperti oksigen dan nutrisi ini mengalir lewat suatu
sistem pembuluh darah yang dirancang khusus bagi jantung. Pembuluh darah
ditebak, sel-sel jantung melemah dan bahkan bisa mati. Gangguan pada
2019)
7
Penyakit jantung koroner (PJK) merupakan penyakit yang
penyakit yang mematikan dan sangat berbahaya. Jika tidak dapat mengatasi
atau tidak segera mengetahui sejak dini dapat meningkatkan resiko terjadinya
penyakit pjk.
1. Angina prinzemetal
nyeri dada disebabkan oleh spasme arteri korona, sering timbul baik
saat istirahat maupun aktivitas, terjadi pada waktu yang sama setiap harinya.
selama 1-5 menit dan hilang saat istirahat . nyeri dada bersifat kronik ( <
berat atau terasa panas yang menjalar ke lengan kiri, leher maksila, dagu,
8
Termasuk sindrom klinik yang mempunyai dasar patofisiologi yang
dalam SKA :
Angina stabil tapi nyeri lebih bersifat progresif dengn frekuensi yag
Sering didahului dada terasa tidak enak, nyeri dada terasa tertekan,
teremas, tercekik dan berat tajam dan terasa panas, berlangsung >30
menit bahkan sampai berjam-jam. Selain itu infark jantung juga bisa
terjadi tanpa nyeri dada ( 20-25% ). IMA bisa non Q (NSTEMI) dan
arteri sehingga aliran darah menjadi terganggu dan juga dapat merusak
pembuluh darah (Al fajar, 2015). Juga Aterosklerosis adalah suatu proses
9
basilar, aorta, dan arteri iliaka. Lesi-lesi pada arteri menyumbat aliran darah
abnormal dan cidera atau inflamasi sel endhthel yang melapisi arteri tampak
energi. Liporotein densitas sangat rendah, molekul besar yng terutama terdiri
dari trigliserida dan kolesterol, membawa trigliserida ke sel otot dan lemak.
arteri ( hipertensi ), toksin yang ditemukan dalam asap rokok, infeksi, dan
10
inflamasi (Huether dan Mc Cance, 2008). Kerusakan endhotel meningkatkan
jantung ini terjadi akibat terhambatnya aliran darah menuju jantung sehingga
Oleh sebab itu, penting bagi kita ntuk mengenali gejala-gejala dari
sudah parah, bahkan sampai meregang nyawa/ berikut ini gejala penyakit
Rasa nyeri didada kibat otot jantung tidak mendapatkan cukup suplai
rongga paru.
11
Disebabkan karena penebalan otot dikatub jantung mengalami
4. Pusing
Gejala ini ditandai dengan sulit tidur, sult bernafas dan gangguan
encernaan.
tjokoprawito, 2015)
artinya tidak terjadi pada sekali waktu, tetapi merupakan konsekuesnsi dari
12
1. Faktor resiko yang tidak dapat dimodifikasi yaitu :
a. Faktor Usia
Usia merupakan faktor risiko yang paling terpenting dan 80% dari
40 tahun terdapat perbedaan antara pria dan wanita adalah 8:1, dan
tahun, sedangkan pada wanita pada usia 60-70 tahun sehingga pada
wanita sekitar 10-15 tahun lebih lambat dari pada pria dan risikonya
Penyakit jantung koroner pada pria memiliki risiko yang jauh lebih
hampir setengah dari pria paruh baya dan sepertiga dari wanita usia
13
koroner. Data dari Epidemilogy of coronary heart desease and acute
risiko seumur hidup terkena penyakit jantung koroner 49% pada pria
c. Keturunan (Ras)
ras lain. Selain itu ras asia timur juga mengalami peningkatan
S, 2016).
a. Hipertensi
14
Jantung dapat berkontribusi dalam terjadinya hipertensi melalui
b. Kebiasaan merokok
seperti tar, nikotin, dan gas karbon monoksida. Adapun zat nekotin
tekanan darah serta kadar kolestrol dalam darah. Dan zat karbon
15
meninggkatkan pengumpulan sel-sel darah (Dr. Titin andri wihastuti
S, 2016)
c. Diabetes Melitus
arteri termasuk sel endhotell, sel otot polos serta makrofag. Kadar
d. Obesitas
2014)
e. Kolestrol tinggi
16
dinding arteri kaku dan pembulu darah semakin menyempit. dan
jumlahnya, timbul sakit dan nyeri dada yang disebut angina, bahkan
Susatia, 2015)
g. Stres
17
hiperkortisolemia yang diinduksi oleh HPA berhubungan dengan
lebih berat dari orang yang tidak memiliki resiko tersebut populai
Gaya hidup yang sehat, dapat membantu menjaga kesehatan dan elastis
atasgaya hidup yang sehat , kntrol kesehatan, pola makan yang seimbang
pemeriksaan rutin deteksi dini masalah kesehatan. Antara lain sebagai berikut
1. Non farmakologi
18
a. Gaya hidup yang sehat
b. Kontrol kesehatan
Asia dewasa adalah 18,5 –22,9. Sehingga harus menjaga berat badan
yang sehat dengan cara menjaga pola makan dan olahraga secara
teratur.
2.Menjaga tingkat kadar kolesterol untuk tetap normal darah selain itu
teratur.
3. Menjaga tekanan darah dan kadar gula darah untuk tetap dalam
batas normal karena gula darah harus dipantau dan dijaga pada
19
tingkatan yang wajar. Penderita hipertensi atau diabetes harus
2. farmakologi
20
Penyekat beta: memperlambat denyut jantung dan menurunkan
tekanan darah, untuk mengurangi beban kerja
jantung
1. Nyeri di dada
21
2. Serangan jantung
3. Gagal jantung
Jika beberapa area otot jantung Anda kekurangan pasokan darah atau
rusak setelah terjadinya serangan jantung, maka jantung Anda tidak akan
Hal ini akan memengaruhi fungsi organ lainnya pada tubuh Anda.
2016).
22
2.2 Kerangka Teori
penyakit jantung
koroner
Penatalaksanaan
Faktor resiko penyakit Klasifikasi penyakit Dampak penyakit Gejala penyakit Komplikasi
jantung koroner tebagi penyakit penyakit jantung koroner
jantung koroner: jantung koroner jantung koroner :
menjadi 4 : jantung :
a. Sakit kepala
1. Faktor yang tidak 1. Diabetes Tipe 2 b. Mua/ muntah koroner :
dapat dimodifikasi 1. Asimtomatik ( silent 2. Hipertensi 1. non farmakologi
myoca Angina c. Sesak nafas 1. Nyeri dada
a. Usia 3. Kerusakan ginjal d. Gelisah a. Gaya hidup sehat
b. Genetik pektoris stabil ( 4. Kerusakan hati 2. serangan b. Kontrol kesehatan
STEMI rdial ischemia e. Adanya pendarahan jantung
c. Jenis kelamin 5. Gagal jantung dari hidung c. Pola makan yang
d. keturunan ) 3. gagal
2. Angina pektoris stabil f. Pandangan kabur jantung seimbang
2. Faktor yang dapat Kerusakan pada
( STEMI ) organ 4. aritmia d. Pemeriksaan rutin
dimodifikasi
a. Obesitas 3. Angina pektoris tidak (irama untu deteksi dini
b. Hipertensi stabil ( STEMA ) jantung 2, farmakologi
c. Diabetes melitus 4. Infark miokard yang tidak
d. kolesterol akut.(IMA) normal
e. Stress
f. Kurangnya
Aktifitas fisik
g. Kebiasaan
merokok
h. Kebiasaan minum
alkhohol
39
2.5 Kerangka Konsep
Aliran darah
terganggu
Oksigen jaringan
terganggu
40
OHipertensi Ringan OHipertensi Sedang
O
: Diteliti
:Tidak Diteliti
jantung Koroner
41
DAFTAR PUSTAKA
Ghani, L., Dewi, M., Novriani, H., Penelitian, P., & Daya, S. (2016). Faktor
Risiko Dominan Penyakit Jantung Koroner di Indonesia, 153–164.
Ginting, D., Sinaga, J., Studi, P., Sarjana, P., Masyarakat, K., Sari, U., …
Indonesia, M. (2017). Siti Aisyah Syafrul 1 , 3(1), 41–49.
Kong, H., Kesehatan, D., Tradisional, M., & Koroner, P. J. (2016). Penyakit
Jantung Koroner, 1–8.
Poliklinik, R., Rs, J., Tk, B., & Manado, I. I. I. (2019). FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI PENYAKIT JANTUNG KORONER DI RUANGAN
POLIKLINIK JANTUNG RS. BHAYANGKARA TK. III MANADO
Afford H. Wongkar, Ridel A. S. Yalume, 7, 27–41.
Subekti, I., & Susatia, B. (2015). Faktor resiko penyakit jantung koroner dan
senam jantung sehat, 4(1), 46–52.
42