Anda di halaman 1dari 27

PROPOSAL SKRIPSI

ANALISIS FAKTOR RESIKO PENYAKIT JANTUNG KORONER

Disusun Oleh:

Khoridatul Bahiyah

NIM: 201601112

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN STIKES BINA SEHAT PPNI

MOJOKERTO

2019
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Salah satu yang menjadi masalah di indonesia saat ini dalam

pembangunan kesehatan adalah beban ganda penyakit infeksi yang segera

membutuhkan penanganan, selain itu meningkatnya penyakit yang tidak

menular terutama penyakit jantung dan pembuluh darah. Dan angka kematian

penyakit jantung yang terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun

berikutnya. salah satu penyebab kematian adalah penyakit jantung koroner.

Penyebab penyakit jantung koroner antara lain adanya penyempitan,

penyumbatan, atau kelainan pembuluh arteri koroner. Sehingga Penyempitan

dan penyumbatan tersebut dapat menghentikan aliran darah ke otot jantung

yang sering ditandai dengan nyeri. Adanya kondisi yang parah, kemampuan

jantung memompa darah dapat hilang. Dalam hal ini dapat merusak sistem

pengontrol irama jantung dan berakhir dengan kematian. Selain itu ada 2

(dua) faktor pemicu penyakit jantung koroner (PJK), yaitu faktor yang tidak

dapat dimodifikasi adalah genetik, usia, jenis kelamin, sedangkan faktor yang

dapat dimodifikasi yaitu obesitas, aktifitas fisik, stress, pola makan dan

kebiasaan merokok, hipertensi kebiasaan minum alcohol, penyakit arteri

perifer, stroke dan dislipidemia. diabete melitus.

World Health Organization (WHO) tahun 2018, yang biasa dikenal

penyakit kardiovaskular telah mengakibatkan kematian 17,9 juta orang setiap

1
tahun, 31% dari semua kematian global. Menurut statistik dunia, ada 9,4 juta

kematian setiap tahun yang disebabkan oleh penyakit kardiovaskuler dan

45% kematian tersebut disebabkan oleh penyakit jantung koroner.

Diperkirakan angka tersebut akan meningkat hingga 23,3 juta pada tahun

2030 dewasa terkena penyakit jantung koroner (Ghani, Dewi, Novriani,

Penelitian, & Daya, 2016).

Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (2018) prevalensi penyait jantung

berdasarkan pengukuran penduduk semua umur sebesar 1,5 %, tertinggi di

Kalimantan Utara (2,2 %), sedangkan terendah di NTT sebesar (0,7 %). Dari

prevalensi penyakit jantung sebesar 1,5 % diketahui bahwa sebesar 8,8%

yang terdiagnosis penyakit jantung pada laki-laki 1,3 % dan perempuan 1,6

%o. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar penderita PJK mengetahui

bahwa dirinya PJK sehingga mendapatkan pengobatan (Riskesdas, 2018).

penyakit jantung koroner saat ini menjadi masalah kesehatan dunia. Data

yang dikumpulkan dari seluruh dunia. memperlihatkan adanya peningkatan

prevalensi penyakit jantung koroner pada 5-10 tahun terakhir. Di Indonesia,

angka penyakit jantung koroner terus meningkat. Berdasarkan Riset

Kesehatan Dasar (2018) prevalensi penyakit jantung koroner pada dewasa

>15 tahun terus mengalami meningkat dari Riskesdas 2013, yaitu proporsi

penyakit jantung koroner lebih pada umur >15 tahun sebesar (0,5%) dan

proporsi Obesitas (21.8%). sedangkan proporsi penyakit jantung koroner

pada dewasa umur >15 tahun menurut Provinsi, Jawa barat menduduki

peringkat terbayak dari 34 Provensi yaitu (0,5%), sedangkan terendah di

2
papua barat sebesar (1,2%). Dan berdasarkan hasil Riskesdas Jawa Timur

proporsi penyakit jantung koroner pada dewasa >15 tahun juga mengalami

peningkatan yaitu (Riskesdas, 2018).

hipertensi, Obesitas, kebiasaan merokok, Diabetes melitus, setres

beresiko dapat menimbulkan penyakit jantung koroner jika terus menerus

tidak dapat mengntrolnya, pada tekanan darah tinggi yang mengakibatkan

jantung bekerja lebih keras hingga terjadi kerusakn yang serius pada jantung ,

otot jantung yang menebal dan mengakibatkan fungsi pompa terganggu,

kemudian jantung akan dilatasi dan kemampuan kontraksinya berkurang.

Pada jurnal drngan judul Analisis Faktor Yang Mempengaruhi

Terhadap terjadinya penyakit jantung koroner Di Poli Jantung RSUD

Pirngadi Medan Tahun 2017 didapatkan hasil menunjukan bahwa usia lanjut

atau berusia > 50 tahun meningkatkan risiko PJK pada laki -laki sebesar

51,7% (95% CI 49,3% - 54,2%) dan pada perempuan 39,2% (95% CI 37% -

41,4%). Hasil pada individu yang merokok memiliki risiko 84% lebih tinggi

14 terkena PJK (RR 1,84 95% CI 1,57 – 2,17) dan individu yang sudah

berhenti merokok lebih berisiko mengalami PJK sebesar 12% (RR 1,12 95%

CI 1,00-1,27) dibandingkan yang tidak pernah merokok sama sekaliHasil

penelitian di atas sejalan dengan hasiol peneltian Andinisari (2012) mengenai

Hubungan Obesitas Sentral Dengan Penyakit Jantung Koroner Di Puskesmas

Kota Bogor dimana Hasil Prevalensi obesitas sentral sebesar 65% atau 130

orang, 30 orang laki-laki dengan obesitas sentral (42,3%) dan 100 perempuan

dengan obesitas sentral (77,5%). Hasil analisis ini menunjukan individu yang

3
rutin beraktivitas fisik cenderung memiliki risiko yang lebih rendah terhadap

PJK meskipun memiliki faktor risiko PJK lainnya. Hasil penelitian di atas

sejalan dengan nhasil penelitian Yuliani(2015) mengenai Hubungan Berbagai

Faktor Risiko Terhadap Kejadian Penyakit Jantung Koroner Pada Penderita

Diabetes Melitus Tipe 2 dimana hasil Penelitian menunjukkan bahwa faktor

risiko yang berhubungan dengan kejadian PJK pada penderita DM tipe 2

(Ginting et al., 2017).

Upaya yang dapat dilakukan untuk menghambat berkembangnya dan

mengurangi faktor resiko timbulnya penyakit penyakit jantung koroner Orang

yang mengalami penyakit jantung koroner diharapkan menjaga pola

makan,membatasi aktivitas yang berat, dapat mengontrol koping setresnya

dan mampu mengontrol pola hidup yang lebih sehat .

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan masalah yang telah di uraikan dalam latar belakang,

maka dapat di rumuskan permasalahan sebagai berikut “Berapa presentase

Faktor Resiko Penyakit Jantung Koroner?”

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Mengambarkan analisi faktor penyakit jantung koroner.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi faktor resiko penyakit jantung koroner.

2. Mengidentifikasi penyakit jantung koroner.

4
3. menggambarkan analisis faktor penyakit jantuung koroner.

1.4 Manfaat Penulisan

1.4.1 Bagi Responden

Dapat di gunakan sebagai tambahan informasi dalam melakukan

pencegahan juga menghambat penyakit jantung koroner, sehingga dapat

melakukan pencegahan terjadinya faktor reiko penyakit jantung koroner

antara lain Obesitas, hipertensi, kebiasaan merokok, Diabetes melitus,

kebiasaan minum alkohol dan setres

1.4.2 Bagi Intitusi Pendidikan

Sebagai tambahan informasi dan literatur kepustakaan dalam rangka

meningkatkan mutu dan kualitas pembelajaran tentang penyakit jantung

koroner dan faktor resikonya. sehingga mahasiswa dapat memperoleh

informasi yang diterima tersebut dengan cukup baik disaat melakukan praktek

lapangan.

1.4.3 Bagi Tenaga Kesehatan

Dapat dijadikan informasi dan data dalam upaya peningkatan pelayanan

kesehatan dalam hal promosi dan preventif tentang penyakit jantung koroner

dan faktor resikonya..

1.4.4 Bagi peneliti

5
Sebagai tambahan pengalaman dan wawasan bagi peneliti dalam

melakukan penelitian tentang faktor penyebab penyakit jantung koroner,

sehingga peneliti dapat menerapkan ilmu yang telah diperoleh di lingkungan

masyarakat sekaligus dapat digunakan sebagai data awal untuk peneliti

selanjutnya.

6
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Penyakit jantung koroner (PJK)

2.1.1 Definisi Penyakit jantung koroner (PJK)

Suplai bahan energi seperti oksigen dan nutrisi ini mengalir lewat suatu

sistem pembuluh darah yang dirancang khusus bagi jantung. Pembuluh darah

itulah yang disebut dengan pembuluh darah koroner.

Sebutan koroner diambil dari bahasa latin corona ( yang berarti

“Mahkota” ) termasuk pembuluh darah itu berkelok-kelok seperti jalinan

struktur mahkota. Jika pembuluh koroner menyempit atau tersumbat, proses

transportasi baha-bahan energi itu entu akan terganggu.akibatnya yang dapat

ditebak, sel-sel jantung melemah dan bahkan bisa mati. Gangguan pada

pembuluh darah koroner inilah yang merupakan Penyakit jantung koroner

(PJK) (Yahya, 2010).

penyakit jantung iskemik sering disebut penyakit jantung koroner

atau penyakit arteria koronaria karena penyakit jantung iskemik termasuk

suatu kelompok sindrom yang berkaitan erat disebabkan oleh

ketidakseimbangan antara kebutuhan oksigen miokardium dan aliran darah.

Penyebabnya tersering dari penyakit jantung iskemik adalah menyempitnya

lumen arteria koronaria oleh aterosklerosis(Poliklinik, Rs, Tk, & Manado,

2019)

7
Penyakit jantung koroner (PJK) merupakan penyakit yang

disebabkan adanya plak yang menumpuk di dalam arteri koroner yang

mensuplai oksigen ke otot jantung. Penyakit ini termasuk bagian dari

penyakit kardiovaskuler yang paling umum terjadi. Penyakit kardiovaskuler

merupakan gangguan dari jantung dan pembuluh darah termasuk stroke,

penyakit jantung rematik dan kondisi lainnya. (Ghani et al., 2016)

Beberapa orang mengartikan Penyakit jantung koroner (PJK) termasuk

penyakit yang mematikan dan sangat berbahaya. Jika tidak dapat mengatasi

atau tidak segera mengetahui sejak dini dapat meningkatkan resiko terjadinya

penyakit pjk.

2.1.2 Klasifikasi Penyakit jantung koroner (PJK)

Penyakit jantung koroner dibagi menjadi 4 klasifikasi antara lain :

1. Angina prinzemetal

nyeri dada disebabkan oleh spasme arteri korona, sering timbul baik

saat istirahat maupun aktivitas, terjadi pada waktu yang sama setiap harinya.

2. Angina Pektoris Stabil ( APS )

Penderita merasakan nyeri dada saat mlakukan aktivitas berlangsung

selama 1-5 menit dan hilang saat istirahat . nyeri dada bersifat kronik ( <

2bulan ) nyeri terutama didaerah retristernal terasa seperti tertekan benda

berat atau terasa panas yang menjalar ke lengan kiri, leher maksila, dagu,

punggung dan jarang menjalar pada lengan kanan

3. Sindrom Koroner Akut

8
Termasuk sindrom klinik yang mempunyai dasar patofisiologi yang

sama antara lain adanya erosi, fisur, ataupun robeknya plakatheroma

dapat menyebabkan thrombosis intravaskuler yang dapat menimbukan

ketidakseimbangan pasokan dan kebuthan oksigen miokard termasuk

dalam SKA :

a. Angina pektoris tidak stabil (APTS)

Pasien didapatkan tidak stabil keseluruhan sama dengan peenderita

Angina stabil tapi nyeri lebih bersifat progresif dengn frekuensi yag

meningkat dan sering terjadi pada saat istirahat.

b. Infark miokard akut.(IMA)

Sering didahului dada terasa tidak enak, nyeri dada terasa tertekan,

teremas, tercekik dan berat tajam dan terasa panas, berlangsung >30

menit bahkan sampai berjam-jam. Selain itu infark jantung juga bisa

terjadi tanpa nyeri dada ( 20-25% ). IMA bisa non Q (NSTEMI) dan

ge;ombang Q MI (STEMI)(Poliklinik et al., 2019)

2.1.3 Patofisiologi Penyakit jantung koroner (PJK)

Penyakit jantung koroner (PJK) diawali dengan adanya penyumbatan

pembuluh darah jantung oleh plak pada pembuluh darah. Penyumbatan

pembuluh darah awalnya disebabkan oleh peningkatan kadar kolestrol LDL

(low-density lipoprotein) darah berlebihan akan menumpuk pada dinding

arteri sehingga aliran darah menjadi terganggu dan juga dapat merusak

pembuluh darah (Al fajar, 2015). Juga Aterosklerosis adalah suatu proses

penebalan dan pengerasan arteri besar dan menengah, seperti koronaria,

9
basilar, aorta, dan arteri iliaka. Lesi-lesi pada arteri menyumbat aliran darah

ke jaringan dan organ-organ utama, yang di manifestasikan sebagai penyakit

koroner arteri, infark miokard, penyakit vaskuler perifer, aneuresina,dan

kecelakaan serebralvaskular (stroke) (Majid, 2017).

Aterosklerosis disebabkan faktor pemicu yang tidak diketahui sehingga

dapat menyebabkan lipopprotein dan jaringan fibrosa penumpukan didinding

arteri. Meskipun mekanisme pasti tidak diketahui, metabolisme lemak yang

abnormal dan cidera atau inflamasi sel endhthel yang melapisi arteri tampak

menjadi kunci perkembangannya.

Pada aliran darah, lemak diangkut dengan menempel pada protein

approtein. Kadar tinggi lippoprotein tertentu, suatu tipe apoprotein,

meningkatkan resiko arterosklerosis. Liporotein densitas rendah, yang tinggi

kolestrol, membawa kolestrol ke jaringan perifer tempat kolesterol yang

dilepaskan diambil dan dimasukkan ke dalam sel untuk dipakai menghasilkan

energi. Liporotein densitas sangat rendah, molekul besar yng terutama terdiri

dari trigliserida dan kolesterol, membawa trigliserida ke sel otot dan lemak.

Ktika trigliserida ke dalam jaringan ini, sisa molekulnya adalah lipoprotein

densitas rendah. Liporotein densitas sangat tinggi, sebaliknya, menarik

kolesterol mengembalikan lipoprotein dari jaringan prifer ke hati.

Hiperlipidemia sendiri dapat merusak endhotelium arteri. Mekanisme

protnsial lain cidera, pembuluh mencakup kelebihan tekanan dalam sistem

arteri ( hipertensi ), toksin yang ditemukan dalam asap rokok, infeksi, dan

10
inflamasi (Huether dan Mc Cance, 2008). Kerusakan endhotel meningkatkan

pelekatan dan agregasi trombosit serta menarik leukosit kearea tersebut.

(Priscilla Remone, 2015)

2.1.3 Gejala penyakit jantung koroner

Penyakit jantung koroner dianggap sangat berbahaya karena dpat

menimbulkan serangan jantung mendadak yang berujung kematian. Serangan

jantung ini terjadi akibat terhambatnya aliran darah menuju jantung sehingga

suplai oksigen dan nutrisi di otot jantung dan jaringn berkurang.

Oleh sebab itu, penting bagi kita ntuk mengenali gejala-gejala dari

penyakit jantunguntuk dapat memberikan pertolongan segera. Geja penyakit

jantung koroner secara umumtidak dikenali oleh orang awamdan kebanyakan

dari mereka menyepelehkan. Pnderita baru menyadari ketika kondisinya

sudah parah, bahkan sampai meregang nyawa/ berikut ini gejala penyakit

jantung antara lain :

1. Timbulnya rasa nyeri di dada (angina pactoris)

Rasa nyeri didada kibat otot jantung tidak mendapatkan cukup suplai

darah sehungga kekurangan oksigen.

2. Sesak nafas (dyspnea)

Sesak nafas terjadi akibat ketidakmampuan tubuh untuk mendapatkan

oksigen dan mengeluarkan karbondioksida karena masuknya cairan kedalam

rongga paru.

3. keanehan pada irama denyut jantung

11
Disebabkan karena penebalan otot dikatub jantung mengalami

penyempitan dan berakibat pada kebocoran jantung.

4. Pusing

Gejala lain dari penyakit ini adalah pusing akibat menurunnya

kemampuan jantung untuk memompa darah sehingga aliran darah dalam

tubuh menjadi terganggu.

5. Rasa lelah berkepanjangan

Gejala ini ditandai dengan sulit tidur, sult bernafas dan gangguan

encernaan.

6. Sakit perut, mual dan muntah

Hal ini terjadi karena adanya pebengkakan diperut (Askandart

tjokoprawito, 2015)

2.1.4 Faktor Resiko Penyakit jantung koroner (PJK)

Penyakit jantung koroner (PJK) Merupakan suatu penyakit kronis, yang

artinya tidak terjadi pada sekali waktu, tetapi merupakan konsekuesnsi dari

perjalanan hidup seseorang. Secara ilmiah mekanisme dasar terjadinya

Penyakit jantung koroner (PJK) merupakan penyakit menyerang pembuluh

darah yang mengalirkan darah ke jantung (arteri koroner) sehingga terjadi

penyempitan pada arteri koroner.

Penyakit jantung koroner (PJK) terjadi karena banyak faktor. Faktor

utama adaanya penumpukan plak pada dinding arteri sehingga menuimbulkan

penyempitan, peyumbatan pada pembuluh darah jantung. Selain itu Ada 2

faktor resko penyakit jantung koroner yaitu diantaranya sebagai berikut:

12
1. Faktor resiko yang tidak dapat dimodifikasi yaitu :

a. Faktor Usia

Usia merupakan faktor risiko yang paling terpenting dan 80% dari

kematian akibat penyakit jantung koroner terjadi pada orang dengan

usia 65 tahun atau lebih. Meningkatnya usia seseorang akan semakin

tinggi kemungkinan terjadinya penyakit jantung koroner. Adanya

Peningkatan usia berkaitan dengan penambahan waktu yang

digunakan untuk proses endapan lemak pada dinding pembuluh arteri.

Namun, proses kerapuhan dinding pembuluh darah tersebut semakin

panjang, sehingga semakin tua seseorang, maka semakin besar

kemungkinan terserang penyakit jantung koroner karena sebelum usia

40 tahun terdapat perbedaan antara pria dan wanita adalah 8:1, dan

setelah 70 tahun perbandingannya adalah 1:1. Pada pria kejadian

puncak manifestasi klinis penyakit jantung coroner pada usia 50-60

tahun, sedangkan pada wanita pada usia 60-70 tahun sehingga pada

wanita sekitar 10-15 tahun lebih lambat dari pada pria dan risikonya

(Poliklinik et al., 2019)meningkat secara drastis setelah masa

menopause (Poliklinik et al., 2019)

b. Faktor Jenis Kelamin

Penyakit jantung koroner pada pria memiliki risiko yang jauh lebih

tinggi untuk menderita jantung koroner dari pada wanita, karena

hampir setengah dari pria paruh baya dan sepertiga dari wanita usia

menengah sampai tua di Amerika berisiko terkena penyakit jantung

13
koroner. Data dari Epidemilogy of coronary heart desease and acute

coronary syndrome bahwa orang yang berusia 40 tahun mempunyai

risiko seumur hidup terkena penyakit jantung koroner 49% pada pria

dan 32% pada wanita (Poliklinik et al., 2019)

c. Keturunan (Ras)

Dikanada menunjukkan bahwa ras asia timur mengalami

peningkatan prevalensi penyakit kardiovaskuler dibandingkan ras

eropa dan china. Ras eropa memiliki prevalensi lebih tinggi

dibandingkn ras cina. Peneliti menyebutkan bahwa ras asia timur

memiliki lebih banyak lipid dan abnormalitas glukosa dibandingkan

ras lain. Selain itu ras asia timur juga mengalami peningkatan

konsentrasi fibrinogen plasma, plasminogen plasminator inhibitor l,

lipoprotein a dan homosistei. Studilain menunjukkan ada peningkatan

prevalensi aterosklerosis pada orang kulit putih dibandingkan kulit

hitam. Riwayat keluarga mengalami gagguan kardiovaskuler

merupakan faktor resiko yang kuat untuk terjadinya penyakit

aterosklerosis, resiko yang meningkat sebelum usis 55 tahun pada laki-

laki sedangkan perempuan sebelum 65 tahun (Dr. Titin andri wihastuti

S, 2016).

2. faktor yang tidak dapat dimodifikasi yaitu :

a. Hipertensi

Tekanan Darah Tinggi (Hipertensi) Pada pasien hipertensi,

ditemukan adanya defect dalam regulasi pengendalian tekanan darah.

14
Jantung dapat berkontribusi dalam terjadinya hipertensi melalui

mekanisme peningkatan cardiac output atau curah jantung. Sehingga

aktivitas berlebih dari saraf simpatis. Pembuluh darah berkontribusi

dalam hipertensi melalui resisten pembuluh darah perifer karena

terjadi konstriksi akibat peningkatan aktivitas simpatis; regulasi

abnormal dari tonus vaskuler oleh, NitritOksida, endotelin, dan faktor-

faktor natriuretik; defek kanal ion di otot polos pembuluh darah.

(Poliklinik et al., 2019) (Dr. Titin andri wihastuti S, 2016)

b. Kebiasaan merokok

Rokok mengandung ribuan zat kimia yang berbahaya bagi tubuh,

seperti tar, nikotin, dan gas karbon monoksida. Adapun zat nekotin

yang terdapat di dalam rokok dapat meningkatkan pelepasan epinefrin

yang dapat mengakibatkan terjadinya penyempitan dinding arteri.

Nikotin juga merangsang bangkitnya adrenalin hormone dari anak

ginjal yang menyebabkan jantung berdebar-debar, meningkatkan

tekanan darah serta kadar kolestrol dalam darah. Dan zat karbon

monoksida (Co) juga berpengaruh negatif terhadap jalan nafas. Karbon

monoksida lebih mudah terikat pada hemoglobin dari pada oksigen.

Oleh karna itu daarah yang kemasukan karbon monoksida lebih

banyak maka akan mengurangi daya angkut oksigen sehingga

mengakibatkan jantung akan bekerja lebih berat untuk memberi cukup

oksigen ke sel-sel tubuh. Sehingga terjadi peningkatan tekanan darah.

Rokok berperan membentuk arterosklerosis dengan cara

15
meninggkatkan pengumpulan sel-sel darah (Dr. Titin andri wihastuti

S, 2016)

c. Diabetes Melitus

Konsumsi glukosa yang berlebihan mempengaruhi kondisi dinding

arteri termasuk sel endhotell, sel otot polos serta makrofag. Kadar

glukosa tinggi dalam tubuh berperan pada proses aterogenesis, proses

ini terjadu karena glukosa meningkat kan akumulasi( DAG ) dan

protein kinase C di vaskuler serta meningkatkan kadar glukosa

melalui jalur aldosa reduktase, kondisi tersebut meningkatkan respon

inflamasi. Proses selanjutnya pada patogebnesis ateroklerosis. (Dr.

Titin andri wihastuti S, 2016)

d. Obesitas

Berdasarkan penelitian framigham heart study diketahaui bahwa

obesitas merupakan fakktor resiko yang kuat terjadinya penyakit

jantung koroner, karena obersitas dapat mempengaruhi kadar lipid

plasma yang cenderung memperberat proses aterosklerosis juga

sebagai penyebab kerja jantung semakin berat .(Lubis & Syahid,

2014)

e. Kolestrol tinggi

Akiabat dari tingginya kadar kolesterol jahat (LDL) dalam tubuh

dapat mengakibatkan penyakit jantung koroner. Kandungan

kolesterol jahat yang beredar lama kelamaan akan menumpuk

didinding arteri sehingga menimbulkan plak yang mengakibatkan

16
dinding arteri kaku dan pembulu darah semakin menyempit. dan

proses ini disebut aterosklerosis. Bila sel-sel otot arteri tertimbun

lemak maka elastisitasnya akan menghilang dan kurang dapat

mengatur tekanan darah. Bila penyempitan dan pengerasan cukup

berat menyebabkan suplai darah ke otot jantung tidak cukup

jumlahnya, timbul sakit dan nyeri dada yang disebut angina, bahkan

juga dapat menjurus ke serangan jantung (Poliklinik et al., 2019)

f. Aktivitas fisik yang kurang

Menjadi salah satu faktor resiko penyakit jantung koroner karena

Aktivitas fisik yang kurang identik dengan obesitas hal ini

menyebabkan otot jantung tidak bisa bergerak dengan baik sehingga

resiko penyakit jantung koroner semakin meningkat (Subekti &

Susatia, 2015)

g. Stres

Stres yang berkelanjutan akan mengakibatkan terjadinya

penyempitan bembuluh darah. Karena disebabkan oleh tingginya

produksi hormon adrenalin dan zat katekolamin dalam tubuh selain

itu stres dapat menginduksi saraf simpatis dan Hpa ( hypotalamix

pituitary adrenal) kemudian peningkatan aktivasi saraf simpatis dapat

menginduksi inflamasi vaskular yang mengakibatkan ateroklerosis

serta meningkatkan adhesi dan agresi platelet, mobilisasi lipid dan

dan aktivasi akrofag. NE ( nerophineprin) dapat mengontrol

pelapasan hormon yang merupakan kunci koordinator setres

17
hiperkortisolemia yang diinduksi oleh HPA berhubungan dengan

penyaktit kardiovaskuler (Dr. Titin andri wihastuti S, 2016).

2.1.5 Dampak Penyakit jantung koroner (PJK)

Penyakit jantung koroner meningkatkan resiko kematian untuk

semua penyebab. Orang yang mempunyai riwayat penyakit jantung

koroner, hipertensi, obesitas, diabetes melitus, perokok, dan kolesterol

lebih berat dari orang yang tidak memiliki resiko tersebut populai

mempunyai resiko kematian dua kali lebih besar dibandingkan orang

dengan tidak mempunyai riwayat penyakit jantung koroner, hipertensi,

obesitas, diabetes melitus, perokok, dan kolesterol. Kenaikan mortalitas

di antara penderita penyakit jantung koroner merupakan akibat dari

kelainan arteri koroner 98%, kemudian proses aterosklerosis pada

koroner, proses aterosklerosis terjadi karena intraksi faktor resiko yaitu (

obesitas, perokok, hipertensi, diabetes melitus, dan kolesterol) beberapa

faktor resiko penyakit tersebut yang mengancam kehidupan.

2.1.6 Penatalaksanaan Penyakit jantung koroner (PJK)

Gaya hidup yang sehat, dapat membantu menjaga kesehatan dan elastis

pembuluh darah serta memungkinkan aliran daran yang lancar. terdiri

atasgaya hidup yang sehat , kntrol kesehatan, pola makan yang seimbang

pemeriksaan rutin deteksi dini masalah kesehatan. Antara lain sebagai berikut

(Kong, Kesehatan, Tradisional, & Koroner, 2016):

1. Non farmakologi

18
a. Gaya hidup yang sehat

1. Kurangi kebiasaan merokok dan segera berhenti merokok untuk

meningkatkan hidup yang lebih sehat.

2. Lakukan olahraga sedang dalam dengan waktu selama 30 menit

setiap hari secara rutin.

3. Menenangkan diri untuk mejaga setiap setressor yang akan

dihadapi. Kemudian Libatkan diri dalam kegiatan yang sehat

untuk mengurangi stres

b. Kontrol kesehatan

1. Menjaga kenormalan dalam berat badan agar tidak termasuk

obesitas karena Berbagai penelitian medis telah membuktikan

bahwa obesitas meningkatkan risiko penyakit jantung koroner.

Indeks massa tubuh (IMT/BMI -Body Mass Index) merupakan

standar yang diakui secara internasional dan obyektif untuk

mengukur obesitas. Secara umum, kisaran normal IMT untuk orang

Asia dewasa adalah 18,5 –22,9. Sehingga harus menjaga berat badan

yang sehat dengan cara menjaga pola makan dan olahraga secara

teratur.

2.Menjaga tingkat kadar kolesterol untuk tetap normal darah selain itu

juga harus dikendalikan melalui pola makan dan olahraga secara

teratur.

3. Menjaga tekanan darah dan kadar gula darah untuk tetap dalam

batas normal karena gula darah harus dipantau dan dijaga pada

19
tingkatan yang wajar. Penderita hipertensi atau diabetes harus

mengikuti saran pengobatan dari dokter secara ketat.

c. Pola makan yang seimbang

1. Mengkonsumsi Rendah garam karena jika konsumsi garam secara

berlebihan akan meningkatkan tekanan darah. Makanan dengan

kandungan garam yang tinggi seperti makanan olahan dan makanan

yang diawetkan serta saus harus dihindari

2. Mengkonsumsi Rendah gula dan Hindari makanan dan minuman

dengan kadar gula yang tinggi.

3. Rendah lemak: Kurangi konsumsi makanan dengan kandungan

lemak yang tinggi;

4. Mengonsumsi lebih banyak sayuran dan makanan kaya serat bisa

mencegah sembelit dan mengurangi penyerapan lemak. Sayuran dan

makanan kaya serat juga membantu mengendalikan kolesterol dan

kadar gula darah.

2. farmakologi

Obat-obatan yang mengurngi beban kerja jantung dan menngkatkan

pasokan darah ke otot-otot jantung. Tergantung pada kondisinya.

Tabel 2.1 Obat-obatan yang telah digunakan sebagai pnyakit

jantung jatung koroner

Obat Mekanisme Kerja

Aspirin mengurangi viskositas darah dan memperlambat


atau mencegah penyumbatan arteri koroner.

20
Penyekat beta: memperlambat denyut jantung dan menurunkan
tekanan darah, untuk mengurangi beban kerja
jantung

Vasodilator melebarkan pembuluh darah dan membantu


meringankan beban kerja jantung. Tersedia
dalam berbagai bentuk, seperti tablet sublingual,
spray, dan patch

Diuretik mengurangi volume sirkulasi darah dengan


menghilangkan natrium dan air, sehingga bisa
mengurangi beban kerja jantung

Penyekat saluran menurunkan tekanan darah yang bisa


kalsium meningkatkan aliran darah di arteri koroner.

(Untuk penurun kolesterol) untuk pasien dengan


statin kadar kolesterol darah yang tinggi.

(ACEI - untuk menurunkan tekanan darah. Digunakan


Angiotensin- untuk memperlambat perkembangan komplikasi
Converting Enzyme penyakit jantung koroner.
Inhibitors)

2.1.7 komplikasi Penyakit Jantung Koroner

Komplikasi pada penyakit jantung koroner sebagai berikut :

1. Nyeri di dada

Terjadi ketika penyempitan arteri koroner menjadi lebih parah dan

memengaruhi pasokan oksigen ke otot-otot jantung, terutama selama dan

setelah olahraga berat.

21
2. Serangan jantung

Terjadi ketika aliran darah benar-benar terhalang sepenuhnya. Kekurangan

darah dan oksigen akan menyebabkan kerusakan permanen pada otot

jantung dan perawatan darurat segera diperlukan.

3. Gagal jantung

Jika beberapa area otot jantung Anda kekurangan pasokan darah atau

rusak setelah terjadinya serangan jantung, maka jantung Anda tidak akan

bisa memompa darah melalui pembuluh darah ke bagian tubuh lainnya.

Hal ini akan memengaruhi fungsi organ lainnya pada tubuh Anda.

4.Aritmia (irama jantung yang tidak normal)

Pasokan darah yang tidak memadai ke jantung bisa mengganggu impuls

listrik jantung Anda, sehingga mempengaruhi irama jantung (Kong et al.,

2016).

22
2.2 Kerangka Teori

penyakit jantung
koroner

Penatalaksanaan
Faktor resiko penyakit Klasifikasi penyakit Dampak penyakit Gejala penyakit Komplikasi
jantung koroner tebagi penyakit penyakit jantung koroner
jantung koroner: jantung koroner jantung koroner :
menjadi 4 : jantung :
a. Sakit kepala
1. Faktor yang tidak 1. Diabetes Tipe 2 b. Mua/ muntah koroner :
dapat dimodifikasi 1. Asimtomatik ( silent 2. Hipertensi 1. non farmakologi
myoca Angina c. Sesak nafas 1. Nyeri dada
a. Usia 3. Kerusakan ginjal d. Gelisah a. Gaya hidup sehat
b. Genetik pektoris stabil ( 4. Kerusakan hati 2. serangan b. Kontrol kesehatan
STEMI rdial ischemia e. Adanya pendarahan jantung
c. Jenis kelamin 5. Gagal jantung dari hidung c. Pola makan yang
d. keturunan ) 3. gagal
2. Angina pektoris stabil f. Pandangan kabur jantung seimbang
2. Faktor yang dapat Kerusakan pada
( STEMI ) organ 4. aritmia d. Pemeriksaan rutin
dimodifikasi
a. Obesitas 3. Angina pektoris tidak (irama untu deteksi dini
b. Hipertensi stabil ( STEMA ) jantung 2, farmakologi
c. Diabetes melitus 4. Infark miokard yang tidak
d. kolesterol akut.(IMA) normal
e. Stress
f. Kurangnya
Aktifitas fisik
g. Kebiasaan
merokok
h. Kebiasaan minum
alkhohol
39
2.5 Kerangka Konsep

Pasien Penyakit jantung


koroner
Faktor Resiko Penyakit
Jantung Koroner:

1. Faktor yang tidak dapat Faktor Resiko Penyakit


Dimodifikasi Jantung Koroner
a. Usia 1. Faktor Hipertensi
b. Genetic 2. Faktor diabetes
c. Jenis kelamin melitus
3. Faktor Setres
2. Faktor yang dapat di 4. Faktor obesitas
modifikasi: 5. Faktor kebiasaan
A. Obesitas merokok
B. Hipertensi
C. Diabetes melitus
D. Setres
E. Kurangnya aktivitas
fisik
G. Kebiasaan Merokok Penyempitan arteri
koroner

Aliran darah
terganggu

Oksigen jaringan
terganggu

40
OHipertensi Ringan OHipertensi Sedang

(140-159/ 90-99) (160-179/ 100-109)

O
: Diteliti

:Tidak Diteliti

Gambar 2.5 Kerangka Konseptual Analisis Faktor Resiko Penyakit

jantung Koroner

41
DAFTAR PUSTAKA

Ghani, L., Dewi, M., Novriani, H., Penelitian, P., & Daya, S. (2016). Faktor
Risiko Dominan Penyakit Jantung Koroner di Indonesia, 153–164.

Ginting, D., Sinaga, J., Studi, P., Sarjana, P., Masyarakat, K., Sari, U., …
Indonesia, M. (2017). Siti Aisyah Syafrul 1 , 3(1), 41–49.

Kong, H., Kesehatan, D., Tradisional, M., & Koroner, P. J. (2016). Penyakit
Jantung Koroner, 1–8.

Lubis, I. M., & Syahid, A. (2014). Hubungan Faktor-Faktor Risiko Dengan


Kejadian Penyakit Jantung Koroner Diklinik Jantung Rumah Sakit Waled.

Poliklinik, R., Rs, J., Tk, B., & Manado, I. I. I. (2019). FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI PENYAKIT JANTUNG KORONER DI RUANGAN
POLIKLINIK JANTUNG RS. BHAYANGKARA TK. III MANADO
Afford H. Wongkar, Ridel A. S. Yalume, 7, 27–41.

Riskesdas. (2018). Hasil Utama Riskesdas 2018 Provensi Jawa Timur.

Subekti, I., & Susatia, B. (2015). Faktor resiko penyakit jantung koroner dan
senam jantung sehat, 4(1), 46–52.

42

Anda mungkin juga menyukai