Anda di halaman 1dari 8

REKAYASA KEUANGAN DALAM KEUANGAN SYARIAH

PENDAHULUAN

Masalah keuangan syariah, belakangan ini menjadi bahasan menarik bagi para akademisi maupun
praktisi yang melakukan kajian dan praktek keuangan berdasarkan syari'ah. Hal ini semakin nyata,
setelah munculnya sistem pasar uang dan pasar modal berdasarkan prinsip syari'ah. Namun demikian,
kontroversi mengenai keberadaan lembaga maupun instrumen keuangan syariah tersebul sering terjadi.
Oleh karena itu, untuk mendapatkan jawaban yang akurat, perlu dilakukan pengkajian lebih mendalam
terhadap keberadaan institusi dan instrumen keuangan tersebut Bab ini akan mengantarkan
pembahasan mengenai langkah-langkal penting dalam melakukan rekayasa model pendanaan yang
sesuai dengan kaidah Islam. Dengan kata lain, pengembangan aset sekuritas dan transaksi keuangan
yang ada perlu dilihat dalam perspektif Islam. Bcberapa transaksi keuangan yang perlu dikaji dengan
prinsip Islam adalah manajemen risiko. Oleh karena itu, bab ini mengkhususkan pembahasannya pada
persoalan pentingnya inovasi dalam pasar keuangan Syariah, proses dan cakupan rekayasa keuangan
Syariah, bentuk aset sekuritisasi Syariah, dan mempersoalan instrumen keuangan Syariah sekuritisasi,
transaksi swap, pasar sekunder, dan manajemen risiko. Oleh karena itu, bab ini mengkhususkan
pembahasannya mengenai pentingnya inovasi dalam pasar keuangan syariah, proses dan cakupan
rekayasa keuangan syariah, bentuk aset sekuritisasi syariah dan mempersoalan instrumen keuangan
syariah.

PENTINGNYA INOVASI DALAM PASAR KEUANGAN SYARIAH

Pasar keuangan Syariah dewasa ini menghadapi tantangan yang cukup berat untuk kelangsungan
perkembangan dan pertumbuhannya. Ukuran pasar keuangan syariah, baik dari aspek jenis maupun
asetnya masih jauh di bawah potensi yang sesungguhnya. Pasar keuangan syariah menghadapi
kekurangan dan keterbatasan dari aspek instrumen. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengembangan
keuangan Syariah, secara terus menerus Menurut Askari dan lqbal (1995), dikatakan "there is an evident
need for new instrumments that can enhance market liquidity, develop secondary markets and perform
risk management".(footnote 1 : H. Askari and Z. Iqbal, "Opportunities in Emerging Syariahc Financial
Markets," Banoa Nraionle De Latoro Review, 191, 1995, h. 255-282) Namun proses menciptakan
instrumen keuangan yang baru adalah sangat kompleks dan sensitif.Di dalamnya harus
mempertimbangkan berbagai disiplin ilmu, termasuk pemahaman secara mendalam mengenai hukum
islam (fiqh).

pada tahun 1980-an terjadi pengenalan secara cepat mengenai inovasi keuangan di pasar keuangan
Internasional. Inovasi keuangan melalui meninggakan sistem pasar uang tradisional menuju pada bentuk
pasar uang yang modern yang Memiliki tingkat likuiditas tinggi dan berbagai jenis instrumen yang dapat
dimanfaatkan. Kecenderungan itu terjadi, baik pada pasar uang domestik maupun internasional
Permintaan akan pengayaan likuiditas dan instrumen keuangan yang didorong oleh bertambah
mudahnya sistem pertukaran yang ada. Inovasi dan pertumbuhan dalam pasar uang lebih lanjut
menyebabkan pengembangan teori keuangan. Hal ini menurut Jorion dan Da Silva (1995) lebih banyak
diakibatkan karena adanya "information rocessing and communication technology, and the deregulation
of financial markets.(footnote 2: P Jorion and M. Da Silva, The Importance of Derivative Securities
Market to Modern Finuce Chicoe Catalyst Institute, 1995, h.3 )

Menurut The Bank for International Settlement/BIS (1986) mengidentifikasi tiga bentuk inovasi keuangan
yang sangat berpengaruh pada pasar, yaitu innovation to enhance liquidity, to transfer risk (price and
credit), and to generale revenues from credit and unity. (footnote 3:The Bank for fnternational
Setlemeni/RIS (1986))Marketabilitas, negosiabilitas dan transferabilitas iklim keuangan menciptakan
likuiditas dengan perluasan menu pilihan yang sesuai bagi pelaku pasar. Penciptaan produk-produk
turunan (derevative) menjadikan pasar lebih komplit dan membuat pentingnya tambahan keuntungan
sosial. Hal yang demikian ini, menurut Jorion dan Da Silva (1995), akan memungkinkan terjadinya
markets diseminasi keseragaman harga pada keputusan investasi yang dapat dilakukan, dan
pengembangan dan inovasi keuangan biasanya akan memberikan dampak positif baik dalam hal
likuiditas maupun alat-alat manajemen risikonya. Secars mendasar, dan partnership, sebab Islam
menganjurkan untuk melakukan transaksi berdasarkan rnkan binya transaksi dalam pasar modal. Pada
welctu jangka panjsog pada pertimbuhan ekonomi negara Belakangan mi, pasar keuangan Syariah baru
berada pads posisi deficin sistem keuangan Syariah bergerak menuju peningkatan bentuk (agad)
perdagangan pordagangan, enterprenttershp, dan bagi kerugian. Selama ini, pasar didominnsi oleh
ransaksi perdagangan tradisional (cost-phes financtng/marabahah) dan (mark-up atau leasing/jarah).
Sementara itu, proporni instrumen equity penuntuk jangka menengah sampai jangka panjang relatif
kecal Hal tersebut, juga digambarkan dalam transakei di perbankan syari'ah. Keadaan tersebut akan
berdampak pada besar kecilnya kontribusi ekononi bank syari'ah sebagai pasar uang ternadap
pertumbuhan ckonomi nasional. FHal ini sangat ditentukan oleh kemampuan bank syari'ab secara efektif
melakukan produksi maan manajerial kelembagaannva. Di seamping itu juga ditentukan oleh seberapa
besar bank syari'ab mampu menyalurkan dana kepada masyarakat, sehingga masyarakat mampu
melakukan produksi sccara optimal. Sehubungan demgan ini, Karim mengatakan, babwa : Hampir
semmua bank syari'ah di dunia didominasi dengan produk pembiayaan murabahah. . Sedangkan sistem
bagi hasil sangat sedikit diterapkan, kecuali di dua negara yaitu Iran (48 % ) dan Sudan (62 %). Di
Indonesia sendirl, Bank Muamalat selama limna tahun pertama operasinya tidak menyalurkan disalurkan
dengan sistem Jual belt murabahah... Barulah dalam tahun ke- 6 dan seterusnya. Bank syari'ah pertama
di Indonesia ini menyalurkan pembiayaan bagi hasil. Dibandingkan negara lain pertumbyahan
pembiayaan bagi hasil di Indonesia sangat cepat, misalnya saja pada tahun 7999 ini telah mencapal
belasan persen darl total portofolio. tbiayaan dengan sistem bagi hasil, seluruhnya Berdasarkan
gambaran di atas menunjukkan kewajaran jika bank syari'ah belum banyak berperan bagi pertumbuhan
ekonomi nasional. Kesemuanya ini, dapat diatasi jika mekanisme perbankan syarl'ah mampu
menunjukkan kinerja produksi dan manajerial secara efektif. Baik bank syari'ah maupun konvensional,
harus Jorlon dan Da Silva, Op.cit Karim, Adiwarman A. "Perbankan Syarl'ah : Peluang, Tantangan dan
Strateg! Pengembangan, Orientasi, Jurnal Agama, Filsafat dan Soslal, Ediei 3, Tahun 1I1, April 2031, h.32.
Bab 12 Rekayasa Keuangan Dalam Keuangan Syarl'ah melakukan persaingan secarn wajar dalam merebut
calon nasabah penabung maupen peminjam. Apalagi jika dikaitkan dengan kemayoritasan jumlah
penduduk Indonesi yang beragama Islam. Mayoritas keberagamaan penduduk ini dapat dijadikan modal
dasar bagi bank syari'ab mampu berproduksi secara efektif. Permintaan akan pembiayaan jangka
menengah dilakukan dengan instr berdasarkan kontrak bagi hasil (mudharabah) dan penyertaan modal
(equuy partnership/musyarakah). Walaupun demikian, kontrak mudharabah m musyarakah juga
digunakan untuk pembiayaan jangka panjang, nam permintaannya masih menjadi pilihan yang terbatas.
Bahkan, jika pilihan terseb adalah cocok, para investor menunjukkan kurang antusiasme dan ragu-ragu
untule tetap "setia" terhadap dana pembiayaan dan sumber-sumber kesulitan dan biaya yang
berhubungan dengan pelikuidasian aset pada waktu yang diperlukan Pasar sekunder dalam sistem
keuangan Syariah tetap dangkal, kurang berkembang, dan tidak efisien. Kurang efisiennya pasar
sekunder dan likuiditas pasar keuangan Syariah memiliki keterbatasan rentangan struktur jatuh tempo
yaig secara langsung cocok bagi investor. Tidak adanya likuiditas, pelaku bisnis syari ah tidak dapat
dengan mudah menjelaskan portofolionya masuk ke pasar modal dan hanya memiliki peluang yang
terbatas untuk diversifikasi portofolio. Hal ini menunjukkan adanya kebutuhan mendesak tentang
instrumen likuid yang akan memenuhi perrmintaan investor, dengan harapan fleksibilitas penyesuaian
porofolio dengan biaya yang paling rendah dan pengguna dana mencari struktur dana yang memiliki
kematangan jangka menengah dan panjang. Manajemen risiko produk masih asing dalam pasar
keuangan Syariah. Hal ini tidak berarti bahwa Islam tidak mengenal kebutuhan akan manajemen risika,
tetapi kurang melakukan penelitian dalam bidang ini. Kenyataannya Islam samgat peduli terhadap
pengidentifikasian dan sharing atas risiko. Ringkasnya dapat dikatakan, bahwa pertumbuhan pasar
keuangan Syariab akan lebth besar. Hal ini tergantung pada pengembangan pasar sekunder dan
memperkenalkan inovasi produk untuk menunjang likuiditas dan manajemen risiko, di pasar keuangan
Syariah itu sendiri PROSES DAN CAKUPAN REKAYASA KEUANGAN SYARIAH Proses rekayasa keuangan
dapat dipandang sebagai membangun instrumen yang kompleks yang berguna sebagai bangunan dasar
komponen-komponen secara berbeda bagi instrumen keuangan yang berkaitan dengan masalah: return,
risiko harga, risiko kredit, risiko negara, dan sebagainya. Dewasa ini, instrumen-instrumet keuangan dan
derevasinya yang sangat likuid merupakan seperangkat instrumen P. Jorion and M. Da Silva, Op.cit Dasar-
Dasar Kenargan Syar 98

melakukan persaingan secarn wajar dalam merebut calon nasabah penabung maupen peminjam.
Apalagi jika dikaitkan dengan kemayoritasan jumlah penduduk Indonesi yang beragama Islam. Mayoritas
keberagamaan penduduk ini dapat dijadikan modal dasar bagi bank syari'ab mampu berproduksi secara
efektif. Permintaan akan pembiayaan jangka menengah dilakukan dengan instr berdasarkan kontrak bagi
hasil (mudharabah) dan penyertaan modal (equuy partnership/musyarakah). Walaupun demikian,
kontrak mudharabah m musyarakah juga digunakan untuk pembiayaan jangka panjang, nam
permintaannya masih menjadi pilihan yang terbatas. Bahkan, jika pilihan terseb adalah cocok, para
investor menunjukkan kurang antusiasme dan ragu-ragu untule tetap "setia" terhadap dana pembiayaan
dan sumber-sumber kesulitan dan biaya yang berhubungan dengan pelikuidasian aset pada waktu yang
diperlukan Pasar sekunder dalam sistem keuangan Syariah tetap dangkal, kurang berkembang, dan tidak
efisien. Kurang efisiennya pasar sekunder dan likuiditas pasar keuangan Syariah memiliki keterbatasan
rentangan struktur jatuh tempo yaig secara langsung cocok bagi investor. Tidak adanya likuiditas, pelaku
bisnis syari ah tidak dapat dengan mudah menjelaskan portofolionya masuk ke pasar modal dan hanya
memiliki peluang yang terbatas untuk diversifikasi portofolio. Hal ini menunjukkan adanya kebutuhan
mendesak tentang instrumen likuid yang akan memenuhi perrmintaan investor, dengan harapan
fleksibilitas penyesuaian porofolio dengan biaya yang paling rendah dan pengguna dana mencari struktur
dana yang memiliki kematangan jangka menengah dan panjang. Manajemen risiko produk masih asing
dalam pasar keuangan Syariah. Hal ini tidak berarti bahwa Islam tidak mengenal kebutuhan akan
manajemen risika, tetapi kurang melakukan penelitian dalam bidang ini. Kenyataannya Islam samgat
peduli terhadap pengidentifikasian dan sharing atas risiko. Ringkasnya dapat dikatakan, bahwa
pertumbuhan pasar keuangan Syariab akan lebth besar. Hal ini tergantung pada pengembangan pasar
sekunder dan memperkenalkan inovasi produk untuk menunjang likuiditas dan manajemen risiko, di
pasar keuangan Syariah itu sendiri PROSES DAN CAKUPAN REKAYASA KEUANGAN SYARIAH Proses
rekayasa keuangan dapat dipandang sebagai membangun instrumen yang kompleks yang berguna
sebagai bangunan dasar komponen-komponen secara berbeda bagi instrumen keuangan yang berkaitan
dengan masalah: return, risiko harga, risiko kredit, risiko negara, dan sebagainya. Dewasa ini, instrumen-
instrumet keuangan dan derevasinya yang sangat likuid merupakan seperangkat instrumen P. Jorion and
M. Da Silva, Op.cit Dasar-Dasar Kenargan Syar 98

melakukan persaingan secarn wajar dalam merebut calon nasabah penabung maupen peminjam.
Apalagi jika dikaitkan dengan kemayoritasan jumlah penduduk Indonesi yang beragama Islam. Mayoritas
keberagamaan penduduk ini dapat dijadikan modal dasar bagi bank syari'ab mampu berproduksi secara
efektif. Permintaan akan pembiayaan jangka menengah dilakukan dengan instr berdasarkan kontrak bagi
hasil (mudharabah) dan penyertaan modal (equuy partnership/musyarakah). Walaupun demikian,
kontrak mudharabah m musyarakah juga digunakan untuk pembiayaan jangka panjang, nam
permintaannya masih menjadi pilihan yang terbatas. Bahkan, jika pilihan terseb adalah cocok, para
investor menunjukkan kurang antusiasme dan ragu-ragu untule tetap "setia" terhadap dana pembiayaan
dan sumber-sumber kesulitan dan biaya yang berhubungan dengan pelikuidasian aset pada waktu yang
diperlukan Pasar sekunder dalam sistem keuangan Syariah tetap dangkal, kurang berkembang, dan tidak
efisien. Kurang efisiennya pasar sekunder dan likuiditas pasar keuangan Syariah memiliki keterbatasan
rentangan struktur jatuh tempo yaig secara langsung cocok bagi investor. Tidak adanya likuiditas, pelaku
bisnis syari ah tidak dapat dengan mudah menjelaskan portofolionya masuk ke pasar modal dan hanya
memiliki peluang yang terbatas untuk diversifikasi portofolio. Hal ini menunjukkan adanya kebutuhan
mendesak tentang instrumen likuid yang akan memenuhi perrmintaan investor, dengan harapan
fleksibilitas penyesuaian porofolio dengan biaya yang paling rendah dan pengguna dana mencari struktur
dana yang memiliki kematangan jangka menengah dan panjang. Manajemen risiko produk masih asing
dalam pasar keuangan Syariah. Hal ini tidak berarti bahwa Islam tidak mengenal kebutuhan akan
manajemen risika, tetapi kurang melakukan penelitian dalam bidang ini. Kenyataannya Islam samgat
peduli terhadap pengidentifikasian dan sharing atas risiko. Ringkasnya dapat dikatakan, bahwa
pertumbuhan pasar keuangan Syariab akan lebth besar. Hal ini tergantung pada pengembangan pasar
sekunder dan memperkenalkan inovasi produk untuk menunjang likuiditas dan manajemen risiko, di
pasar keuangan Syariah itu sendiri PROSES DAN CAKUPAN REKAYASA KEUANGAN SYARIAH Proses
rekayasa keuangan dapat dipandang sebagai membangun instrumen yang kompleks yang berguna
sebagai bangunan dasar komponen-komponen secara berbeda bagi instrumen keuangan yang berkaitan
dengan masalah: return, risiko harga, risiko kredit, risiko negara, dan sebagainya. Dewasa ini, instrumen-
instrumet keuangan dan derevasinya yang sangat likuid merupakan seperangkat instrumen P. Jorion and
M. Da Silva, Op.cit Dasar-Dasar Kenargan Syar 98
perokayasaan instrumen keuangan Syariah tersebut sangat tergantung pada Tian para ahli hukum Islam
dan praktisi bisnis syari'ah mampu menangkap eng masa depan dan memahami kaidah dasar hukurn
lslam. 1RENTUK ASET SEKURITISASI SYARIAH Secara formal, istilah sekuritisasi sering digunakan untuk
menunjukkan suatu presies memperkokoh marketabilitas, negosiabilitas, dan likariditas atus suatu aset
ertentu. Menurut Johnson dan Murphy, bahwa "it allows relatively illiquid securities be transformed into
risk-diversified, high return vehicles for intermediating fmds Dalam proses sckuritisasi akan mencakup
pengelompokkan aset-aset yung bamogen, yang secara normal tidak diperdagangkan menjadi sekuritas
yang dapat diperdagangkan. Walaupun demikian aset tersebut yang digunakan sehagai jaminan bagi
sekuritas baru yang dapat diperdagangkan. Bentuk yang paling lazim berhasil dilakukan sekuritisasi di
pasar keuangan Barat adalah sekuritas yang didukung oleh pegadaian, kredit mobil, lcasing, credit card,
dsb. Proses sekuritisasi adalah melibatkan lima pihak utama, yaitu: the ariginator, the purchaser
(typically an afftiated trust), the structurer or the inderwriter, the guarantor, and the servicer Dalam
kaitan ini, kita dapat menguji pemetaan proses sekuritisasi sistem keuangan konvesional Barat
berdasarkan kprangka kerja Islam. Sebagai contoh misalnya, sekuritisasi diterapkan pada instrumen
keuangan sewa atau leasing. Pada nala ini, menurut Iqbal dapat dilakukan dengan mongikuti alur sebagai
berikut Leases are by definition backed by asets, so that investors are not exposed to any credit risk They
provide a colleteralized and steady stream of cash flows-a desired feature for successful securitization 3
Leases can be at fixed or floating rates, hence offering more flexibility and opportunity for better asets-
liabilities matching 4. There are similiarities between Syariahc leases and conventional leases that make
the instrument attractive to non-Muslim investors, thereby expanding the finvestor base and
strengthening the integration of capital market Lembaga keuangan Islam yang menginginkan melakukan
selcuritisasi asetnya clapat memulai dengan mengumpulkan homogeneous lease contracts, yaitu auto or
Johnson and Murphy, Loc.cit. 1987, h. 30. Zamir Iqbal. Op.ci! 1Wbid 20 Bab 12 Rekayasa Kewangan
Dalam Keuangan Syari ah

MEMPLRSOALKAN INSTRUMEN KEUANGAN Pengembangan instrumen keuangan merupakan petunjuk


yang signifikan dar a pemhentukan pasar modal Syariah. Meskipun terlalu dini untuk monilas kinerja dari
instrumen keuangan Syariah ini, kita dapat menggnimbarkan sejumlah ari operasi keuangan
konvensional. Oleh karena itu, pola mobilisast JEStrumen-instrumen keuangan Syariah Kiranya,
perluasan ke depan dau pengembangan pasar keuangan Syariah yang dilakukan oleh lembaga keuangan
syari'ah - seperti bank syari'ah - ukkan bahwa terdapat prospek yang besar untuk perluasan lebib lanjut
dari arus dipaksa untuk lebih baik lagi. Hal ini terlihat balwa pasar modal Syariah manih wpinggirkan
dengan ciri-ciri yang melekat di dalamnya, yaitu: Kurangnya koordinasi dan kerja sama yang efektif di
antara lembaga tersebut Jumlah, volume dan macam saham Syariah yang diperdagangkan masih sangat
2 terbatas; Adanya jarak antara para partisipan dengan pemerintah, beberapa individu scring
mendominasi. lelasnya, terdapat kebutuhan yang mendesak untuk mengembangkan pasar sekunder dan
instrumen-instrumen keuangan Syariah. Sehingga dapat membentuk perdagangan dengan instrumen
keuangan Syariah. Mekanisme peraturan dan etika tingkah laku yang dapat diterapkan terhadap Bursa
(pasar sekunder) surat barharga di Barat tidak bisa diterapkan dalam pandangan Islam. Sebagai contol,
dalam kasus obligasi mudharabah, pembeli sckunder harus menunggu sampai proyek beroperasi.
Dengan kata lain, pasar sekunder surat berharga dalam Islam perlu dibentuk dengan cara mengurangi
fluktuasi spekulatif dalam harga saham dan tidak memperbolehksn transaksi saham bagi seseorang yang
tidak memiliki saham. Perdagangan bai as- salam (jual beli pesan) di mana syari'ah membolehkan
pembayaran di muka adalah suatu lcasus khusus yang mungkin dapat diterapkan dalam pembelian di
masa yang akan datang. Sehubungan dengan hal di atas, maka Mannan mengusulkan Pasar Surat
Berharga sesuai pandangan Islam, yang diusulkan untuk pengem-bangannya lebil- lanjut, di antaranya: 1.
Sertifikat hutang 2. Indeks yang berhubungan dengan sertifikat hutang 3. Surat dagang Syariah 4. Obligasi
investasi terintegrasi S. Sertifikat bagi hasil 16Mannan, Op.cit Bab 12 Rekayasa Keuangan Dalam
Keuangan Syari ah

6 Ekspektasi tingkat dividen yang diharapkan 7 Sertifikat renr haring 8 Sertifikat komitmen perusahaan 9
Sertifikat zakat Pengkajian terbadap tawaran Mannn mi dapat dilakukan, namun pertu 10 Sertifikat
modal manusia peikian yang mendalam dari sisi hukum dan prakteknya. REKAYASA KEUANGAN
LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH sejumiah besar produk-produk investasi, tanpa aset riil, terutama dengan
turunan). Produk produk ini meliputi perdagangan Forex Option,warrants, swaps, instrument perbankan
radisonl cenderung untuk mendapatkan uang tinterest) dar Rekayasa Keuangan selama beberapa dekade
terakhir telah menghasilkan cara factoring (penjualan rekening piutang) dan penciptaan derivative
(produk suku bunga, Forward Rate Agreement dan opsi kontrak future, sementara semua i Sng
dinvestasikan tanpa mempedulikan kegiatan sektor tiil, banyak produk derivative cenderung
memberikan tingkat pengembalian (return) balhkan tanpa keterlibatan uang atau aodal. Misaloya,
Forward Rate Agreement (FRA) perjanjian antara dua pihak pada tingkat suka bunga tertentu (satu pihak
menggunakan bunga tetap dan pihak lain mengganakan suku bunga mengambang) untuk jangka waktu
yang ditentukan dari tanggal jatuh tempo masa mendatang, berdasarkan jumlah nominal yang telah di-
sepakati Tidak ada komitmen yang dibuat antara pihak-pihak yang bertransaksi pada FRA untuk
meminjamkan atau meminjam pada jumlah tertentu. Pemaparan bagi kedua belah pihak hanya berlatar
belakang pada perbedaan antara suku bunga yang disepakati dan tarif penyelesaian yang berlaku pada
tanggal jatuh temno Suku bunga futures dan option pada kontrak memungkinkan peminjam dan
pemberi pinjaman untuk mengunci suku bunga. Suku futures adalab pengaturan yang bunga rwap pada
dasarnya terdiri dari pertukaran antara dua variable tingkat bunga tetap untuk suku bunga mengambang
Jumlah bunga yang harus diibayar dihitune dengan merujuk pada nominal yang telah disepakati. Jumlah
nominal tersebut tidak secara fisik ditukarkan dalam suku bunga swap. Ahli keuangan Islam setuju bahwa
risiko dapat dikelola, namun tidak di- hilangkan dari aktifitas ekonomi. aksioma klasik menyatakan,
"Keuntungan di justifikasi dengan mengambil kewajiban dan kerugian" hal ini menunjukkan bahwa risiko
tidak dapat dipisahkan dari kepemilikan - pemilik aset memiliki baik resiko Dasar-Dasar Kenangan Syarl al

asset tersebut, derivative, di sai lain, memisalkan rko da Pkonomi rit dan nembuatnys diperdagangkan
seara terpisah kiko sebagai komoditas dan menjadi dasar rekuyasa keuangan tanpe ayg Risiko-imbalan
dipisahkan dari asnet nyatanya dan eompounded ntar (produk urunan majenuk) diturunkan beidasarkan
pada indeks parar das di mana tidalk ada kepemilikan dari apapan yang ada. Hal terbut pads
kemakmuran maupun eko agen ekonomi riil seperti produsen dan kon Sementana d Oleh kar idak lekih
baik mereka lebth makmur jika dampak negatif pada peluang investasi ril. ena itu nsiko buatan memutar
balikkan kegiatan dengand Islam Keuangan memiliki ketetapan pading dengan pengetatan kondisi
pengiriman dan jatuh tempo untuk memastikan babwa risiko dan kewajiban diambil secara teput. Hal m
terutaima relevan pada kasus sTis Forex dimana persyaratan bai 'al sarfharus dicermati. Pengiriman
barang salar barus dibuat terlepas dari naik turun, atau pergerakan harga, Ini memunjukkan berkensan
dengan forward blwa forward trading hanya dapat digunakan untuk mermpromosikan pertukaran ril
tujuan-tujuan prodaktif seperti opsi, swap dan futures, di sisi lain, tidak memiliki ohik w dan pertukaran
Derivative modern Beberapa lembaga meniru pro duk konvensional, total relurn swap dengan yang valid.
menggunakan wa'dah(janji) untuk menghasilkan investasi yang sesuai dengan sa'ah Shariak compliant
dari investasi non-compliant (investasi non syariah) Teknik konversi terscbut diadopsi dengan
menggunakan aset tidak syari' ah untuk menghasilkan return ke dalam apa yang disebut investasi
shariah. Dalam kaia dengan hal ini, Shaikh Yusuf Talal DeLorenzo, yang tetkenal sebagai ahli shariah dan
wakil dari IDB Jeddah dan ADB di Malaysia Syariahe Financial and Services Board (IFSB), mengatakan
dalam sebuah wawancara dengan Dinar Standard mengenai karya-Nya, "The Total Returns Swap and the
"Shariah Conversion Technology" Stratagem: snggunaan LIBOR sebagai patokan harga dan penggunaan
asset non- Shariah se- eai penentu pengembalian". "Istilah satu lembar bagi produk seperti itu menya-
takan dengan tegas bahwa tujuannya adalah untuk membungkus asset yang tidak mememuhi
persyaratan Shariah menjadi struktur yang sesuai dengan Shariah" Dia mengatakan tentang ulama yang
mengizinkan transaksi seperti itu, ".. . mereka telah membuat kesalahan serius. Sangat seriusnya,
sebenarnya, dalam tulisan saya pada subjek ini saya menyebut keputusan mereka dengan 'Doomsday
fatwa. ada kemungkinan bahwa para ulama telah jatub ke dalam perangkap literalisme". Dia . mereka
tidak membedakan perbedaan antara Steinherr, J: Derivatives: The Wild Beast of Finance; John Wiley &
Sons, 2000 Bab 12 Rekayasa Keuangan Dalam Keuangan Syari ah

Dransaksi dan tidak hanya sepenggal-sepenggal". Dia Icbih jauh inengatakan, "Walanoun keanggupan
untuk menukar return mungkin healal, jika return yang di junjikan telah didapat dengan maksud tidak
sah (dengan dna yang dinvestasikas dalam fuur Treasury, misoinva, maka jornji dapat dinyatakan tidak
sah karena relah monjadi sarana legitimasi janji yang tadinya sak, untsde sesuatu maksud yang enrankan
bahwa dewan Sharlah harus mempertimbangkan sehuruh Ser tidak benar pada akhirmya" Slarsh
mengharuskau aset setiap kontrak harus Halal dan tiap pengeinbalis harus tunduk pada pemenuhan
aturan-atura relevan kontrak. Syari'ah inelarang semua pertukaran yang didasarkan padaGharar atau
ketidakpastian tentang struktu subjek dan harga. Sesuai dengan aturan dalam keuangan Islam, penjualan
kontrak sesuatu yang memiliki ketidakpastian absolut (berdagang dalarm risiko) itu tidak s seh, sperti
penjualan tanpa pertimbangan dan jatuh tempo yang tidak diketahui.seperti, penjualan barang sebelum
menjadi hal miliknya. Alasan di balik semun aturan ini adalah bahwa penjual harus mengambil risiko dari
hasil aktivitas perdagangannys Salamforward sale diperbolehkan oleh Shariah, juga membutuhkan pihak
untuk mengambil aset, harga pasar dan risiko. Inovasi keuangan tanpa didukung aset secara langsung
bertentangan dengan falsafah perbankan Islam dan kcuangan yang hanya imengizinkan hasil berdisarkan
risiko, salah satu cara lainnya, tergantung pada sifat transaksi: kredit lutang transaksi perdagangan, sewa
atau beberpa jenis kemitraan lain. keuangan Islan mengharuskan semua peningkatan pendapatan /
kekayaan harus dilindungi ses dengan peningkatan tenaga kerja yang diberikan, risiko, komoditi atau
keshlian Risiko dan imbalan hak dan kewajiban harus bergandengan. keuntungnn dilegitimasi dengan
terlibat dalam kegiatan ekonomi dengan demikian dapat kontribusi dalam pengembangan sumber daya
dan masyarakat. Beberapa praktisi telah mengembangkan opsi derivative Islam ber busis arbin dan
khiyaraat (konsep tradisional pembelian opsi untuk membatalkan penjualan). Tetapi mayoritas ulama
tidak menerima pandangan ini dengan menva- takan bahwa kebalehan khiyaraat dan bai al-'arboun telah
disalahfahamkan untuk mendapatkan perizinan perdagangan dalam pasar derivative Arbün didefinisikan
scbagai penjualan dengan pembayaran sebagian (scbagai tanda jadi) dengan kondisi bahwa jika pembeli
akhirnya membeli komoditas tersebut ang tanda jadi tersebut menjadi bagian dari harga jual dan jika ia
tidak jadi mem- beli, muka uang yang diberikan pada awal tadi hangus. Mayoritas ulama' tradisional
tidak menyepakati hal ini karena adanya Gharar dalam transaksi dan memakan harta orang lain dengan
zalim. Ibnu Rushd, ulama mazhab Maliki, mengatakan tentang masalah ini, "Mayoritas ulama telah
melarangnya karena melibatkan Gharar, risk taking, dan pengambilan uang tanpa mempertimbangkan
return usaha". Namun, se- 206 Dasar-Dasar Keuangan Syari a

penyesuaian dalam harga jual ketika kontrak tersebut selesai mi bolel on-ward sale rersebut tidalk
dibolehkan alas waktu secara spesifik ditentukan. Mereka tidak niengvzinlkan prodek teraeot Jika kita m
e kan Arbun dibolehkan maka timbul pertsnyan. juga mengizinkan pembayaran penjualan dengan usg
muka pada kond besar mazlab Hanbali membolebkan hal tersebut. Dowan figh tslan OlC dan gohagai
perdagangan option.t pembeli, but sebelum akhirnya bayar uang muka pada peojual, membuang-item
tor- akang htuk inenjual barang tanpa mengambil kepoavilikan dan akchmya membeli dan mengunbilnya
kembali? Dalam pandongan hal s sehariusnya i 1 sebagai kebijakan karena superti jalan praktek investasi
IFls, Kami memiliki pengalaman pahit ketika ulama (sebelum penyelesaian akhir) salham parasahaan
dengan antuk menyelesaikan perjanjian pada pembayaran margin dan boberapa erbankan Islam pada
prakteknya salah memanfaatkan izin tersebut dan mengarah ouni pada ponyimpangan serius dan
menjadikan produk terscbut non-Shariah compliance ndak sesuai dengan syari'ah). Prinsip umum dalam
penjualan Shari'ah adalal bahwa pengirinan harus d ambil sebagai akibat transaksi pembelian
bersaunaan dengan 8set, pasar dan risiko angkat pengenmbalian, penjualan jangka pendek dilarang
Arbin diperholelkan bentuk sangat berbeda dari hadging melalui short perdagangan options. Lindung
nilai (hedging) pada silat alami, ekonomi dan sebngai alst manajemen risiko diperbolehkan dalam
Shariah sebagaimana adanya peratauran aom berdasarkan penerapan kontrak Shariah. Dalam arbün.
waktu hanus ditenmukan sebagai pilihan untuk memfinalisasi penjualan dan jumiah yang dibayarkan
dengan dalam aallingdan Bai al Khiar di mana pembeli mengambil 3 hari untuk memfinalisasi penjunian
guna menghindari lkemungkinan kccurangan atau Ghabn-e-Fahish (harga di atas harga pasar komoditas).
Di sisi lain, masalah utama dnlam instrument customary hedging seperti opsi dan futures adalah bahwa
penyelesain pruscs penjualan, yaitu memberikan / mengambil milik dimana pihak-pihak yang
berkepentingan udak hanya menanggung risiko, tetapi juga mentrunsfor risike ke pihak lain. Untuk
informasi lebih rinci tentang kemungkinan rekayasa keuangan dalam rangka Shariah Muhammad Ayub,
Memahami Islam Keuangan (terjemalem) Joln Wiley &Somns. 2007; Pp. 209-21 M1-Gamal, Mahmoud
Amin (2006): Syariche Fince Tae, Ecanomic and Prectice, Cambridge University Press (chapter 5 and 6;
and i) Al-Suwailem, S. (2006). Hedging to Syariahe Finance Occasional Paper No. 10; IDB, IRTI, Jeddah 20
Bab 12 Rekayasa Keuangan Dalam Keuangan Syari ak

Anda mungkin juga menyukai