Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Patent Ductus Arteriosus (PDA) adalah kegagalan duktus arteriosus
untuk menutup setelah kelahiran. Duktus arteriosus, pada keadaan normal,
akan menutup dua hingga tiga hari setelah bayi dilahirkan. PDA
merupakan struktur pembuluh darah yang menghubungkan aorta
desendens bagian proksimal dengan arteri pulmonalis, biasanya di dekat
percabangan kiri arteri pulmonalis. Duktus arteriosus merupakan struktur
normal dan penting bagi janin, tetapi menjadi abnormal bila tetap terbuka
setelah masa neonates.
Saat ini, kejadian PDA meliputi 6% hingga 11% dari semua kejadian
kelainan kongenital. Sebanyak 1 bayi menderita PDA dalam setiap 2.500
hingga 5.000 kelahiran hidup. Di Indonesia, terdapat empat ribu bayi lahir
dengan PDA setiap tahunnya. Insidensi PDA lebih tinggi pada bayi
prematur, yaitu delapan setiap seribu kelahiran bayi kurang bulan.
PDA sedang dan besar sering menyebabkan gagal jantung dan
gangguan pertumbuhan pada anak. Beberapa komplikasi lain yang berpotensi
terjadi setelah kelahiran antara lain disfungsi ginjal, enterokolitis nekrotikan,
perdarahan intraventrikel, malnutrisi, serta menjadi faktor risiko terhadap
perkembangan penyakit paru kronis.
Penanganan terhadap PDA terus berkembang seiring dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pada awalnya,
penatalaksanaan PDA secara invasif dilakukan melalui tindakan pembedahan.
Operasi bertujuan untuk meligasi PDA. Ligasi pertama kali dilakukan oleh
dr. Robert Gross di Rumah Sakit Anak Boston pada tahun 1938. Metode
transkateter awalnya dikembangkan oleh Porstman, yang mempraktikkannya
pertama kali pada tahun 1967. Perkembangan alat penutup PDA terus
berlanjut hingga dekade – dekade berikutnya, seperti Gianturco coil yang
diperkenalkan oleh Cambier dan Moore pada tahun 1992, dan Amplatzer
Duct Occluder (ADO) yang menjadi alat penutup PDA pertama yang diakui
secara resmi oleh Food and Drug Administration (FDA) di Amerika Serikat.
Penutupan duktus diindikasikan pada PDA yang menimbulkan gejala
dengan pirau dari kiri ke kanan yang bermakna. Metode transkateter telah
menjadi pilihan utama dalam tata laksana PDA. Keuntungan dari
transkateterisasi adalah angka keberhasilan yang tinggi, mengurangi lama
rawat, dan angka morbiditas yang rendah dibandingkan dengan tindakan
bedah
1.2. Tujuan

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi PDA
Duktus Arteriosus adalah saluran yang berasal dari arkus aorta ke VI
pada janin yang menghubungkan arteri pulmonalis dengan aorta desendens.
Pada bayi normal duktus tersebut menutup secara fungsional 10 – 15 jam
setelah lahir dan secara anatomis menjadi ligamentum arteriosum pada usia 2
– 3 minggu. Bila tidak menutup disebut Duktus Arteriosus Persisten
(Persistent Ductus Arteriosus : PDA). (Buku ajar kardiologi FKUI, 2001 ;
227)
Patent Duktus Arteriosus adalah kegagalan menutupnya ductus
arteriosus (arteri yang menghubungkan aorta dan arteri pulmonal) pada
minggu pertama kehidupan, yang menyebabkan mengalirnya darah dari aorta
tang bertekanan tinggi ke arteri pulmonal yang bertekanan rendah. (Suriadi,
Rita Yuliani, 2001; 235)
Patent Duktus Arteriosus (PDA) adalah tetap terbukanya duktus
arteriosus setelah lahir, yang menyebabkan dialirkannya darah secara
langsung dari aorta (tekanan lebih tinggi) ke dalam arteri pulmoner (tekanan
lebih rendah). (Betz & Sowden, 2002 ; 375)
Patent Duktus Arteriosus adalah kegagalan menutupnya ductus
arteriosus (arteri yang menghubungkan aorta dan arteri pulmonal) pada
minggu pertama kehidupan, yang menyebabkan mengalirnya darah dari aorta
tang bertekanan tinggi ke arteri pulmonal yang bertekanan rendah. (Suriadi,
Rita Yuliani, 2001; 235)
2.2. Anatomi Fisiologi PDA
2.2.1. Anatomi PD
Jantung adalah organ berongga berbentuk kerucut tumpul
yang memiliki empat ruang yang terletak antara kedua paru-paru di
bagian tengah rongga toraks. Dua pertiga jantung terletak di
sebelah kiri garis midsternal. Jantung dilindungi mediastinum.
Jantung berukuran kurang lebih sebesar kepalan tangan pemiliknya
(Ethel, 2003: 228).
Pelapis Jantung
1) Perikardium : kantong berdinding ganda yang dapat
membesar dan mengecil, membungkus jantung dan pembuluh
darah besar. Kantong ini melekat pada diafragma, sternum dan
pleura yang membungkus paru-paru. Di dalam perikardium
terdapat dua lapisan yakni lapisan fibrosa luar dan lapisan
serosa dalam.
Pericardium dibagi menjadi 2 :
a. Perikardium parietalis : lapisan luar melekat pada tulang
dada dan paru
b. Perikardium viseralis : lapisan permukaan jantung/
epikardium
2) Rongga perikardial adalah ruang potensial antara membran
viseral dan parietal (Ethel, 2003: 228-229).
Dinding Jantung
Dinding jantung terdiri dari 3 lapisan :
1) Epikardium luar tersusun dari lapisan sel-sel mesotelial yang
berada di atas jaringan ikat.
2) Miokardium tengah terdiri dari jaringan otot jantung yang
berkontraksi utnuk memompa darah. Kontraksi miokardium
menekan darah keluar ruang menuju arteri besar.
3) Endokardium dalam tersusun dari lapisan endotellial yang
melapisi pembuluh darah yang memasuki dan meninggalkan
jantung (Ethel, 2003: 229).
Ruang-ruang Jantung
Jantung terdiri dari 4 ruang, yaitu 2 berdinding tipis disebut
atrium(serambi) dan 2 berdinding tebal disebut ventrikel (bilik).
Atrium kanan dan kiri atas yang dipisahkan oleh septum intratrial,
ventrikel kanan dan kiri bawah dipisahkan oleh septum
interventrikular.
1) Atrium ( serambi)
Dinding atrium relatif tipis. Atrium menerima darah dari vena
yang membawa darah kembali ke jantung.
a. Atrium kanan berfungsi sebagai penampung darah rendah
oksigen dari seluruh tubuh. Kemudian darah dipompakan
ke ventrikel kanan melalui katub dan selanjutnya ke paru.
Atrium kanan terletak dalam bagian superior kanan jantung
b. Atrium kiri terletak di bagian superior kiri jantung,
berukuran lebih kecil dari atrium kanan, tetapi dindingnya
lebih tebal.Atrium kiri menerima darah yang kaya oksigen
dari kedua paru melalui 4 buah vena pulmonalis. Kemudian
darah mengalir ke ventrikel kiri melalui katub dan
selanjutnya ke seluruh tubuh melalui aorta.
Kedua atrium dipisahkan oleh sekat yang disebut septum
atrium.
2) Ventrikel (bilik)
Merupakan alur alur otot yang disebut trabekula. Alur yang
menonjol disebut muskulus papilaris, ujungnya dihubungkan
dengan tepi daun katub atrioventrikuler oleh serat yang disebut
korda tendinae.
a. Ventrikel kanan terletak di bagian inferior kanan pada apeks
jantung.Ventrikel kanan menerima darah dari atrium kanan
dan dipompakan ke paru melalui arteri pulmonalis. Darah
meninggalkan ventrikel kanan melalui trunkus pulmonar
dan mengalir melewati jarak yang pendek ke paru-paru.
b. Ventrikel kiri terletak di bagian inferior kiri pada apeks
jantung. Ventrikel kari menerima darah dari atrium kiri dan
dipompakan keseluruh tubuh melalui aorta.
Kedua ventrikel dipisahkan oleh sekat yang disebut septum
ventrikel.
Katup-katup Jantung
1) Katup atrioventrikuler (trikuspid)
Terletak antara atrium dan ventrikel. Katup yang terletak
diantara atrium kanan dan ventrikel kanan mempunyai 3 buah
daun katup ( trikuspid). Sedangkan katup yang terletak diantara
atrium kiri dan ventrikel kiri mempunyai dua buah daun katup
( Mitral). Memungkinkan darah mengalir dari atrium ke
ventrikel pada fase diastole dan mencegah aliran balik pada
fase sistolik.
2) Katup Semilunar
a. Katup Pulmonal terletak pada arteri pulmonalis dan
memisahkan pembuluh ini dari ventrikel kanan
b. Katup Aorta terletak antara ventrikel kiri dan aorta.
Kedua katup ini mempunyai bentuk yang sama terdiri dari 3
buah daun katup yang simetris. Danya katup ini
memungkinkan darah mengalir dari masing-masing ventrikel
ke arteri selama sistole dan mencegah aliran balik pada waktu
diastole. Pembukaan katup terjadi pada waktu masing-masing
ventrikel berkontraksi, dimana tekanan ventrikel lebih tinggi
dari tekanan didalam pembuluh darah arteri.
3) Katup Bikuspid
Katup ini terletak antara atrium kiri dan ventrikel kiri.
Tanda-tanda Permukaan
1) Sulkus Koroner (atrioventrikular) mengelilingi jantung diantara
atrium dan ventrikel.
2) Sulkus Interventrikular anterior dan posterior, memisahkan
ventrikel kanan dan ventrikrl kiri (Ethel, 2003: 230)
Rangka Fibrosa Jantung
Tersusun dari nodul-nodul fibrokartilago di bagian atas septum
interventrikular dan cincin jaringan ikat rapat di sekeliling bagian
dasar trunkus pulmonar dan aorta (Ethel, 2003: 230).
Pembuluh Dara Koroner
1) Arteri, dibagi menjadi 2 :
a. Left Coronary Arteri (LCA) : left main kemudian bercabang
besar menjadi: left anterior decending arteri(LAD), left
circumplex arteri (LCX)
b. Right Coronary Arteri
2) Vena: vena tebesian, vena kardiaka anterior, dan sinus
koronarius.
2.2.2. Fisiologi dan Fungsi Sistem kardiovaskuler
Secara garis besar fungsi sistem kardiovaskular :
a. Alat transportasi O2, CO2, hormon, zat-zat makanan, sisa
metabolisme ke dan dari jaringan tubuh.
b. Pengatur keseimbangan cairan.
Darah yang terdapat di dalam jantung selalu mengalami proses
sirkulasi , baik sirkulasi pulmonalis (sirkulasi paru), sirkulasi
sitemik (sirkulasi umum), ataupun sirkulasi porta hati.

2.3. Etiologi PDA


Penyebab terjadinya penyakit jantung bawaan belum dapat diketahui secara
pasti, tetapi ada beberapa faktor yang diduga mempunyai pengaruh pada
peningkatan angka kejadian penyakit jantung bawaan :
Faktor Prenatal :
1) Ibu menderita penyakit infeksi : Rubella.
2) Ibu alkoholisme.
3) Umur ibu lebih dari 40 tahun.
4) Ibu menderita penyakit Diabetes Mellitus (DM) yang memerlukan
insulin.
5) Ibu meminum obat-obatan penenang atau jamu.
Faktor Genetik :
1) Anak yang lahir sebelumnya menderita penyakit jantung bawaan
2) Ayah / Ibu menderita penyakit jantung bawaan.
3) Kelainan kromosom seperti Sindrom Down.
4) Lahir dengan kelainan bawaan yang lain.
(Buku Ajar Keperawatan Kardiovaskuler, Pusat Kesehatan Jantung dan
Pembuluh Darah Nasional Harapan Kita, 2001 ; 109)
2.4. Manifestasi Klinis PDA
Manifestasi klinis PDA pada bayi prematur sering disamarkan oleh
masalah-masalah lain yang berhubungan dengan prematur (misalnya sindrom
gawat nafas). Tanda-tanda kelebihan beban ventrikel tidak terlihat selama 4 –
6 jam sesudah lahir. Bayi dengan PDA kecil mungkin asimptomatik, bayi
dengan PDA lebih besar dapat menunjukkan tanda-tanda gagal jantung
kongestif (CHF)
1) Kadang-kadang terdapat tanda-tanda gagal jantung
2) Machinery mur-mur persisten (sistolik, kemudian menetap, paling nyata
terdengar di tepi sternum kiri atas)
3) Tekanan nadi besar (water hammer pulses) / Nadi menonjol dan
meloncat-loncat, Tekanan nadi yang lebar (lebih dari 25 mm Hg
4) Takhikardia (denyut apeks lebih dari 170), ujung jari hiperemik
5) Resiko endokarditis dan obstruksi pembuluh darah pulmonal
6) Infeksi saluran nafas berulang, mudah Lelah
7) Apnea
8) Tachypnea
9) Nasal flaring
10) Retraksi dada
11) Hipoksemia
12) Peningkatan kebutuhan ventilator (sehubungan dengan masalah paru)
Jika PDA memiliki lubang yang besar, maka darah dalam jumlah yang besar
akan membanjiri paru-paru. Anak tampak sakit, dengan gejala berupa :
1) Tidak mau menyusu
2) Berat badannya tidak bertambah
3) Berkeringat
4) Kesulitan dalam bernafas
5) Denyut jantung yang cepat
Timbulnya gejala tersebut menunjukkan telah terjadinya gagal jantung
kongestif, yang seringkali terjadi pada bayi prematur.
(Suriadi, Rita Yuliani, 2001 ; 236, Betz & Sowden, 2002 ; 376)
2.5. Komplikasi
1) Tekanan darah tinggi di paru-paru (hipertensi pulmonal)
Bila terlalu banyak darah terus beredar melalui jantung arteri utama
melaui PDA dapat menyebabkan hipertensi pulmonal. Hipertensi paru
dapat menyebabkan kerusakan paru-paru permanen.
2) Gagal jantung
PDA pada akhirnya dapat menyebabkan otot jantung melemah,
menyebabkan gagal jantung. Gagal jantung adalah suatu kondisi kronis
dimana jantng tidak dapat memompa jantung secara efektif.
3) Endokarditis(infeksi jantung)
Orang-orang dengan masalah jantung sruktural, seperti PDA berada pada
risiko tinggi infeksi endokarditis daripada populasi umum. Endokarditis
adalah suatu peradangan pada lapisan dalam jantung yang disebabkan
oleh infeksi bakteri.

4) Arithmia(detak jantung tidak teratur)


Pembesaran hati karena PDA meningkatkan risiko arithmia. Biasanya
terjadi peningkatan risiko hanya dengan PDA ynag besar.
5) Gagal ginjal
6) Obstruksi pembuluh darah pulmonal
7) Hepatomegali (pembesaran hati)
Jarang terjadi pada bayi premature
8) Enterokolitis nekrosis
Kelainan pada saluran pencernaan berupa bercak pada mukosa atau
submokosa yang sering terjadi pada bayi pematur.
9) Gangguan paru yang terjadi bersamaan (misalnya sindrom gawat nafas)
10) Perdarahan gastrointestinal, penurunan jumlah trombosit
11) Hiperkalemia(penurunan keluaran urin)
12) CHF
Adalah ketidakmampuan jantung untuk memompa darah ke seluruh
tubuh (Ebbersole, Hess, 1998). Risiko CHF akan meningkat pada orang
lanjut usia(lansia) karena penurunan fungsi ventrikel akibat penuaan.
CHF ini dapat menjadi kronik apabila disertai dengan penyakit-penyakit
seperti: hipertensi, penyakit katub jantung, kardiomiopati, dan lain-lain.
CHF juga dapat menjadi kondisi akut dan berkembang secara tiba-tiba
pada miokard infark.
13) Gagal tumbuh
2.6. Klasifikasi PDA
1) PDA Kecil
Biasanya asimtomatik dengan tekanan darah dan tekanan nadi dalam
batas normal, jantung tidak membesar. Kadang teraba getaran bising di
sela iga II kiri sternum. Terdapat bising kontinyu (continous murmur,
machinery murmur) yang khas untuk PDA di daerah subklavia kiri.
2) PDA Sedang
Gejala biasanya timbul pada usia 2-5 bulan tetapi tidak berat. Pasien
mengalami kesulitan makan, sering menderita infeksi saluran nafas,
namun biasanya berat badan masih dalam batas normal. Frekuensi nafas
sedikit lebih cepat dibanding dengan anak normal. Terdapat getaran
bising di daerah sela iga I-II parasternal kiri dan bising kontinyu di sela
iga II-III garis parasternal kiri yang menjalar ke daerah sekitarnya
3) PDA Besar
Gejala tampak berat sejak minggu-minggu pertama, pasien sulit makan
minum hingga berat badannya tidak bertambah dengan semestinya,
tampak dispnea dan takipnea dan banyak berkeringat bila minum. Pada
pemeriksaan tidak terdapat getaran bising sistolik dan pada auskultasi
terdengar bising kontinyu atau hanya bising sistolik. Gagal jantung
mungkin terjadi dan biasanya didahului infeksi saluran nafas bagian
bawah.
4) PDA Besar dengan Hippertensi Pulmonal
Hipertensi pulmonal terjadi akibat penyakit vaskular paru. Komplikasi
ini dapat terjadi pada usia kurang dari 1 tahun, namun lebih sering terjadi
pada tahun ke-2 dan ke-3
2.7. Patofisiologi PDA
Duktus arteriosus adalah pembuluh darah yang menghubungkan
aliran darah pulmonal ke aliran darah sistemik dalam masa kehamilan (fetus).
Hubungan ini (shunt) ini diperlukan oleh karena sistem respirasi fetus yang
belum bekerja di dalam masa kehamilan tersebut. Aliran darah balik fetus
akan bercampur dengan aliran darah bersih dari ibu (melalui vena
umbilikalis) kemudian masuk ke dalam atrium kanan dan kemudian dipompa
oleh ventrikel kanan kembali ke aliran sistemik melalui duktus arteriosus.
Tahapan penutuan anatomis duktus yaitu terpisahnya endotelium dari lamina
elastik internal, yang mengakibatkan edema subendotelial, Bertumbuhnya
sel-sel endotelial, migrasi sel-sel otot polos yang tida berdiferensiasi ke
dalam jaringan wubendotelium dan fragmentasi dari lamina elastik internal
penutupan lumen oleh aposisi sel endotelium akumulasi lipid yang diikuti
oleh degenerasi subendotelial ke arah central dan keluar/perifer sehingga
lapisan endotel hilang.
Jika duktus tetap terbuka, darah yang seharusnya mengalir ke seluruh
tubuh akan kembali ke paru-paru sehingga memenuhi pembuluh paru-paru.
Pada saat lahir resistensi dalam sirkulasi pulmonal dan sistemik hampir sama,
persamaan tersebut juga pada resistensi dalam aorta dan arteri pulmonalis.
Karena tekanan sistemik melebihi tekanan pulmonal, darah mulai mengalir dr
aorta, melintasi ke duktus ke arteri pulmonalis (left to right shunt), darah
kembali bersirkulasi melalui paru & turun ke atrium kiri, ventrikel kiri,
pengaruh perubahan sirkulasi, meningkatkan kerja jantung bag kiri,
meningkatkan kongesti pembuluh darah pulmonal & memungkinkan
resistensi, meningkatkan tekanan ventrikel kanan & hypertrofi.
Normalnya duktus arteriosus berasal dari arteri pulmonalis utama
Setelah
(atau arteri pulmonalis kiri) dan berakhir pada bagian superior dari aorta
Lahir Gannguan Pertukaran gas
desendens, ± 2-10 mm distal dari percabangan arteri subklavia kiri. Dinding
duktus arteriosus terutama terdiri dari lapisan otot polos (tunika media) yang
Adanya cacat duktus arteriosus Tekanan jantung kiri meningkat
terbuka
tersusun spiral. Diantara sel-sel otot polos terdapat serat-serat elastin yang
membentuk lapisan yang berfragmen, berbeda dengan aorta yang memiliki
lapisan elastin yang tebal dan tersusun rapat (unfragmented).
Kebocoran jantung dari kiri ke
kanan
Resirkulasi
Sel-sel otot polos pada duktus
Aliran darah darah sensitif terhadap mediator
arteriosus
langsung dari aorta beroksigenasi tinggi
vasodilator prostaglandin dan vasokonstriktor
meningkat mengalir ke(pO2). Setelah persalinan
ke arteri pulmoner
paru
terjadi perubahan sirkulasi dan fisiologis yang dimulai Makin
segerabesar cacat
setelah
eliminasi plasenta dari neonatus. Adanya perubahan tekanan, sirkulasi dan
Tekanan
meningkatnya pO2 akan menyebabkan penutupan spontan duktus meningkat
arteriosus
Ventrikel kiri berespon Beban jantung kiri
dalamkebutuhan
memenuhi waktu 2 minggu. Duktus arteriosus
meningkat yang persisten (PDA) akan
mengakibatkan pirai (shunt) L-R yang kemudian dapat menyebabkan
hipertensi pulmonal dan sianosis. Besarnya pirai (shunt) Dapat terjadi kebocoran
ditentukan oleh
Penurunan curah (pirau) kanan ke kiri
diameter,
Pelebaran panjang PDA serta tahanan vaskuler
dan hipertensi jantung paru (PVR)
pada atrium kiri

Aliran ke paru Darah berkurang


meningkat ke tubuh

Tekanan vena Edema paru Bila tidak dapat


dan kapiler terapi ISPA
pulmonal
meningkat
Eksteremitas Keterlambata
Difusi oksigen Gagal jantung dingin, tampak n tumbuh
menurun dan kanan atau kelelahan, kembang
2.8. Pathway PDA
hipoksia hipertensi tampak anak
Terengah- tidak aktif
pulmoner
engah saat
menyusui

Kontriks arteriol Intoleransi aktivitas


paru

Ketidak
seimbangan
nutrisi Pola nafas tidak
efektif
2.9. Pemeriksaan Penunjang PDA
1) Analisis Gas Darah Arteri
a. Biasanya menunjukkan kejenuhan yang normal karena paru
overcirculation.
b. Duktus arteriosus besar dapat menyebabkan hipercorbia dan
hipoksemia dari CHF dan ruang udara penyakit(atelektasis atau
intra alveolar cairan/pulmonary edema)
2) Foto Thorax
a. Pada PDA kecil bayangan jantung normal
b. Pada PDA besar terjadi kardiomegali(atrium dan ventrikel kiri
membesar secara signifikan) dan gambaran vaskuler paru
meningkat.
3) Ekhokardiografi
Rasio atrium kiri terhadap pangkal aorta lebih dari 1,3:1 pada bayi cukup
bulan atau lebih dari 1,0 pada bayi pratern(disebabkan oleh peningkatan
volume atrium kiri sebagai akibat dari paru kiri ke kanan)
4) Pemeriksaan Ekho 2D dan Doppler berwarna
a. Untuk mengevaluasi aliran darah dan arahnya
b. Dapat divisualisasi adanya PDA dan besarnya shunt
c. Bila terdapat kecurigaan PVOD dibutuhkan pemeriksaan
angiografi
5) EKG (Elektrokardiografi)
Sesuai tingkat keparahan :
a. PDA kecil tidak ada abnormalitas
b. PDA lebih besar,hipertrofi ventrikel kiri
3) Kateterisasi jantung
Hanya dilakukan untuk mengevaluasi lebih jauh hasil ECHO atau
Doppler yang meragukan atau bila ada kecurigaan defek tambahan
lainnya.

2.10. Penatalaksanaan PDA


a. Farmakologi
Pemberian obat-obatan :
1) Furosemid
Yaitu obat diuretic yang paling sering digunakan pada penderita
gagal jantung. Cara kerjanya yaitu dengan menghambat kembali
natrium dan klorida pada tubulus distal dan lengkung henle di
ginjal. Obat ini diberikan secara intravena atau intramuscular
dengan dosis awal 1-2 mg/kg. biasanya setelah diberikan obat ini
akan menyebabkan dieresis cepat dan perbaikan segera status
klinis, terutama jika ada gejala kongestif paru. Efek sampingnya
adalah tubuh mungkin akan kekurangan kalium sehingga
penambahan kalium klorida dibutuhkan dan dapat meyebabkan
kontraksi diruangan cairan ekstraseluler.
2) Digoksin
Digunakan untuk meningkatkan gaya dan kecepatan kontraksi
miokardium dan mengendalikan aritmia jantung dengan membatasi
hantaran pulsa melalui nodus AV selama fibrilasi dan flutter atrium.
Efek sampingnya jika kelebihan dosis yaitu kontraksi ventrikel
premature, disosiasi atrium-venrikel disertai blok jantung total,
takikarsi atrium paroksimal, fibrilasi ventrikel, rasa lelah,
disorientasi, gangguan penglihatan, dan kejang.
3) Indometacin
Merupakan inhibitor prostaglandin yang dapat memudahkan
penutupan duktus. Efek sampingnya adalah perubahan sementara
pada fungsi ginjal, pengingkatan insiden hilangnya darah samar
melalui saluran cerna, dan menghambat fungsi trombosit selama 7-
9 hari. kontraindikaso pemakaian indometacin adalah :
- Nitrogen urea darah > 30 mg/dl
- Kadar kreatinin >1.8 mg/dl
- Keluaran urine < 0.6 ml/kg/jam selama 8 jam terakhir
- Jumlah trombosit < 60000/mm3 karena aktivitas trombosit yang
memanjang
- Hemates feses >+3, dan lain-lain.
b. Non Farmakologi
1) Restriksi cairan dan diet rendah natrium untuk mengurangi beban
jantung
2) Bedah, yaitu dengan pemotongan atau pengikatan ductus
3) Kateterisasi jantung.
2.11. Asuhan Keperawatan PDA
A. Pengkajian
Pemberian Asuhan Keperawatan merupakan proses terapeutik
yang melibatkan hubungan kerjasama dengan klien, keluarga atau
masyarakat untuk mencapai tingkat kesehatan yang optimal.
(Carpenito, 2000 ).
1) Anamnesa
a. Identitas (Data Biografi)
PDA sering ditemukan pada neonatus, tapi secara fungsional
menutup pada 24 jam pertama setelah kelahiran. Sedangkan
secara anatomic menutup dalam 4 minggu pertama. PDA
( Patent Ductus Arteriosus) lebih sering insidens pada bayi
perempuan 2 x lebih banyak dari bayi laki-laki. Sedangkan
pada bayi prematur diperkirakan sebesar 15 %. PDA juga
bisa diturunkan secara genetik dari orang tua yang menderita
jantung bawaan atau juga bisa karena kelainan kromosom.
b. Keluhan Utama
Pasien dengan PDA biasanya merasa lelah, sesak napas.
c. Riwayat penyakit
 Riwayat penyakit sekarang
Pada pasien PDA, biasanya akan diawali dengan
tanda-tanda respiratory distress, dispnea, tacipnea,
hipertropi ventrikel kiri, retraksi dada dan
hiposekmia.
 Riwayat penyakit terdahulu
Perlu ditanyakan apakah pasien lahir prematur atau
ibu menderita infeksi dari rubella
 Riwayat penyakit keluarga
Perlu ditanyakan apakah ada anggota keluarga yang
menderita penyakit PDA karena PDA juga bisa
diturunkan secara genetik dari orang tua yang
menderita penyakit jantung bawaan atau juga bisa
karena kelainan kromosom
 Riwayat kehamilan
Faktor Prenatal :
1) Ibu menderita penyakit infeksi : Rubella
2) Ibu alkoholisme, peminum obat penenang atau
jamu
3) Umur ibu lebih dari 40 tahun.
4) Ibu menderita penyakit Diabetes Mellitus (DM)
yang memerlukan insulin.
 Riwayat Psikososial
Meliputi tugas perasaan anak terhadap penyakitnya,
bagaimana perilaku anak terhadap tindakan yang
dilakukan terhadap dirinya, perkembangan anak,
koping yang digunakan, kebiasaan anak, respon
keluarga terhadap penyakit anak, koping keluarga dan
penyesuaian keluarga terhadap stress.
2) Pengkajian pola fungsional Gordon
a) Persepsi dan pola manajemen kesehatan
1. Status kesehatan anak sejak lahir
2. Pemeriksaan kesehatan secara rutin, imunisasi
3. Penyakit yang menyebabkan anak absen dari
sekolah
4. Praktek pencegahan kesehatan ( pakaian, menukar
popok, dll)
5. Apakah orang tua merokok ?, didekat anak ?
6. Mainan anak/bayi (aman?) keamanan kendaraan ?
7. Praktek keamanan orang tua (produk rumah tangga,
menyimpan obat-obatan , dll)
b) Nutrisi – Pola Metabolic
1. Pemberian ASI/PASI,
perkiraan jumlah minum, kekuatan menghisap (bagi yang
masih bayi)
2. Selera makan, makanan tidak
disukai/disukai
3. Masukan makanan selama 24
jam ? makanan tambahan ? vitamin ?
4. Kebiasaan makan
5. Alat makan yang digunakan
6. Berat badan lahir? Berat
badan saat ini?
7. Masalah kulit : rash, lesi, dll
Orang tua
 Status nutrisi orang tua/keluarga? Masalah?
c) Pola Eliminasi
1. Pola defekasi (gambarkan: frekuensi, kesulitan, kebiasaan
ada darah/tidak)
2. Mengganti pakaian dalam/diapers (bagi bayi)
3. Pola eliminasi urin (gambarkan : berapa kali popok
basah/hari, perkiraan jumlah , kekuatan keluarnya urin, bau,
warna)
Orang tua
 Pola eliminasi ? masalah ?
d) Aktivitas – Pola Latihan
1. Rutin mandi ? (kapan, bagaimana, dimana, menggunakan
sabun apa?)
2. Kebersihan rutin (pakaian, dll)
3. Aktivitas sehari-hari dirumah, bermain, tipe mainan yang
digunakan, teman bermain, penampilan anak saat bermain,
dll)
4. Level aktivitas anak/bayi secara umum, tolerans
5. Persepsi anak terhadap kekuatan (kuat atau lemah)
6. Kemampuan kemandirian anak (mandi, makan, toileting,
berpakaian, dll)
Orang tua
 Aktivitas/pola latihan, pemeliharaan anak,
pemeliharaan rumah ?
e) Pola Istirahat – Tidur
1. Pola istirahat/tidur anak, perkiraan jam, dll
2. Perubahan pola istirahat, mimpi buruk, nocturia ?
3. Posisi tidur anak? Gerakan tubuh ?
f) Pola Kognitif – Persepsi
1. Responsive anak secara umum
2. Respons anak untuk berbicara, suara, object, sentuhan?
3. Apakahanakmengikuti object denganmatanya ?
4. Respon untuk meraih mainan
5. Vokal suara, pola bicara, mainan, dsb
6. Kemampuan anak untuk mengatakan nama, waktu, alamat,
nomor telepon, dsb
7. Kemampuan anak untuk mengatakan kebutuhan : lapar,
haus, nyeri, tidak nyaman ?
Orang tua
 Kesulitan membuat keputusan, judgments ?
g) Persepsi Diri – Pola Konsep Diri
1. Status mood bayi/anak ( iritabilitas )
2. Pemahaman anak terhadap identitas diri, kompetyensi,dll
Anak/Bayi :
 Status mood?
 Banyak teman / seperti yang lainnya /
 Persepsi diri (”baik” umumnya waktu, sulit untuk
menjadi ”baik”)
 Kesepian ?
 Takut ?
Orang tua :
 Persepsi diri sebagai orang tua
h) Pola Peran – Hubungan
1. Struktur keluarga
2. Masalah / Stressor keluarga
3. Interaksi antara anggota keluarga dan anak
4. Respon anak/bayi terhadap perpisahan
5. Anak : ketergantungan?
6. Anak : pola bermain /
7. Anak : temper tantrum ? masalah disiplin / penyesuaian
sekolah ?
Orang tua :
 Peran ikatan ? kepuasan ?
 Pekerjaan/ sosial / hubungan perkawinan ?
i) Sexualitas
j) Koping – Pola Toleransi Stress
1. Apa yang menyebabkan stress pada anak? Levelstress?
Toleransi ?
2. Pola penanganan masalah, support system ?
k) Nilai – Pola Keyakinan
1. Perkembangan moral anak, pemilihan perilaku, komitmen /
2. Keyakinan akan kesehatan, keyakinan agama
Orang tua
 Sesuatu yang bernilai dalam hidupnya ( spirituality)
semangat untuk masa depan ?
 Keyakianan akan kesembuhan, dampak penyakit dan
tujuan ?
3) Pengkajian perkembangan anak
(Penilaian berdasarkan format DDST/Denver II ) bagi anak usia 0
– 6 tahun
a) Kemandirian dan bergaul
b) Motorik halus
c) Kognitif dan bahasa
d) Motorik kasar
Bagi anak diatas 6 tahun, maka ditanyakan tumbuh kembang
secara umum sebagai berikut :
 Berat badan lahir, 6 bulan, 1 tahun dan saat ini
 Pertumbuhan gigi
 Usia tumbuh gigi
 Jumlah
 Masalah dengan pertumbuhan gigi
e) Usia mulai menegakkan kepala, duduk, berjalan, kata-kata
pertama
f) Perkembangan sekolah, lancar ? masalah apa ?
g) Interaksi dengan peers dan orang dewasa
h) Partisipasi dengan kegiatan organisasi ( kesenia, Olahraga, dsb)
4) Pengkajian fisik (ROS : Review of System)
a. Pernafasan B1
(Breath)
Nafas cepat, sesak nafas ,bunyi tambahan (marchinery
murmur), adanya otot bantu nafas saat inspirasi, retraksi.
b. Kardiovaskuler B2
( Blood)
Jantung membesar, hipertropi ventrikel kiri, peningkatan
tekanan darah sistolik, edema tungkai, clubbing finger,
sianosis.
c. Persyarafan B3
( Brain)
Otot muka tegang, gelisah, menangis, penurunan kesadaran.
d. Perkemihan B4
(Bladder)
Produksi urine menurun (oliguria)
e. Pencernaan B5
(Bowel)
Nafsu makan menurun (anoreksia), porsi makan tidak habis.
f. Muskuloskeletal/integ
ument B6 (Bone)
Kemampuan pergerakan sendi terbatas, kelelahan

5) Pemeriksaan penunjang
a. Radiologi: foto rontgen dada hampir selalu terdapat
kardiomegali
b. Elektrokardiografi/EKG, menunjukkan adanya gangguan
konduksi pada ventrikel kanan dengan aksis QRS bidang
frontal lebih dari 90°
c. Pemeriksaan dengan Doppler berwarna: digunakan untuk
mengevaluasi aliran darah dan arahnya
d. Ekokardiografi, bervariasi sesuai tingkat keparahan, pada PDA
kecil tidak ada abnormalitas, hipertrofi ventrikel kiri pada PDA
yang lebih besar. sangat menentukan dalam diagnosis anatomic
e. Kateterisasi jantung untuk menentukan resistensi vaskuler paru.
B. Diagnose Keperawatan
No. Diagnosa Keperawatan (NANDA)
1. Penurunan curah jantung berhubungan tubuh yang tidak cukup mendapatkan
darah yang teroksigenasi
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan retrikulasi darah beroksigen
tinggi meningkat mengalir ke paru-paru.
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
denganasupan makanan yang tidak seimbang dengan kebutuhan
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum
5. Keterlambatan tumbuh kembang b.d ketidakefektifan nutrisi pada jaringan.

6 Ketidakefektifan pola nafasberhubungan dengan adanya kelebihan cairan dalam


paru
C. Intervensi Keperawatan
No Diagnose Keperawatan Tujuan Rencana Keperawatan
1 Penurunan curah jantung NOC : Cardiac care (perawatan
berhubungan tubuh yang  Cardiac Pump jantung)
tidak cukup mendapatkan Effecktiveness (efektivitas 1. Monitor balance cairan
2. Monitor adanya perubahan
darah yang teroksigenasi pompa jantung )
 Circulation Status (status tekanan darah
3. Monitor toleransi aktivitas
sirkulasi)
 Vital Sign Status (status pasien
4. Monitor adanya dispnea,
tanda-tanda vital)
fatigue, tacipnea, dan
Kriteria hasil :
ortopnea
1. Tanda vital dalam rentang
Vital sign monitoring (monitor
normal
2. Tidak ada edema paru, tanda vital)
perifer, dan asites 1. Monitor vital sign
3. Tidak ada penurunan 2. Monitor irama jantung
3. Monitor suhu, warna dan
kesadaran
kelembaban kulit

2 Gangguan pertukaran gas NOC : NIC : Airway Management


berhubungan dengan 1. Respiratory Status : 1. monitor rata-rata, kedalaman
retrikulasi darah beroksigen Gas Exchange (status dan usaha respirasi
tinggi meningkat mengalir respirasi : pertukaran 2. Monitor pola napas :
ke paru-paru. gas) bradypnea, tacipnea
2. Respiratory Status : 3. Monitor pergerakan dada
Ventilation (status 4. Auskultasi suara napas
respirasi :ventilasi) tambahan
3. Vital Sign Status (status 5. Posisikan pasien untuk
tanda vital) memaksimalkan ventilasi
Kriteria hasil : 6. Berikan bronkodilator bila
1. Peningkatan ventilasi dan perlu
oksigenasi yang adekuat
2. Bebas dari tanda-tanda
distress paru-paru
3. Tidak ada sianosis,
dispnea, dan suara napas
tambahan
4. Vital sign dalam rentang
normal
3 Ketidakseimbangan nutrisi NOC : NIC : Nutrition Monitoring
kurang dari kebutuhan 1. Nutritional Status : Food 4. Monitor adanya penurunan
tubuh berhubungan and Fluid Intake (status berat badan
denganasupan makanan nutrisi : makanan dan 5. Monitor mual muntah
yang tidak seimbang masukan cairan) 6. Monitor jumlah nutrisi dan
dengan kebutuhan 2. Nutritional Status : kandungan kalori
Nutrient Intake (status 7. Edukasi keluarga tentang
nutrisi : asupan nutrisi) kebutuhan nutrisi
3. Weight Control (kontrol 8. Edukasi keluarga tentang
berat badan) pemberian ASI on demand
Kriteria hasil : 9. Kolaborasi dengan ahli gizi
1. Adanya peningkatan berat untuk menentukan jumlah
badan sesuai dengan kalori dan nutrisi yang
tujuan dibutuhkan pasien
2. Mengidentifikasi
kebutuhan nutrisi
3. Tidak ada tanda-tanda
malnutrisi
4. Tidak ada penurunan berat
badan yang berarti
4 Intoleransi aktivitas NOC Acticity therapy (terapi
berhubungan dengan 1. Energy aktivitas)
kelemahan umum Conservation(konservasi 1. Observasi keadaan umum
energi) pasien
2. Bantu pasien untuk
2. Activity
mengidentifikasi aktivitas
Tolerance(toleransi
yang mampu dilakukan
aktivitas)
3. Bantu untuk mengidentifikasi
3. Self Care :
aktivitas yang disukai
ADLs(perawatan diri 4. Bantu klien dan keluarga
ADL) untuk membuat jadwal
Kriteria Hasil : latihan di waktu luang
5. Kolaborasi dengan tenaga
1. Mampu melakukan
rehabilitasi medic dalam
aktivitas sehari-hari
merencanakan program terapi
secara mandiri
yang tepat
2. Vital sign dalam rentang
normal
3. Mampu berpindah dengan
atau tanpa bantuan alat
4. Status respirasi :
pertukaran gas dan
ventilasi adekuat
5 Keterlambatan tumbuh NOC : Nutritional Management
kembangb.d  Nutrition Imbalance Less (manajemen nutrisi) :
ketidakefektifan nutrisi Than Body 1. Kaji keadekuatan asupan
pada jaringan. (ketidakseimbangan nutrisi (misainya kalori, zat
nutrisi kurang dari gizi)
2. Pantau kecenderungan
kebutuhan)
kenaikan dan penurunan
Kriteria hasil :
berat badan
a. Status nutrisi seimbang
b. Berat badan Nutrition Theraphy (terapi
nutrisi) :
1. Berilah suplemen besi untuk
mengatasi anemia dengan
instruksi
2. Administer menyusui
enterai, sesuai
6 Ketidakefektifan pola nafas NOC : Airway management
berhubungan dengan  Respiratory status : (manajemen jalan nafas)
adanya kelebihan cairan airway patency (status 1. Auskultasi suara nafas, catat
dalam paru respirasi : kepatenan adanya suara tambahan
2. Monitor respirasi dan status
jalan nafas)
O2
Kriteria hasil : 3. Monitor aliran oksigen
1. Menunjukkan jalan nafas
yang paten (klien tidak
mera tercekik, irama
nafas, frekuensi nafas
dalam rentang normal,
tidak ada suara nafas
abnormal)

BAB III
PEMBAHASAN
3.1. Luaran Penutupan Duktus Anteriosus Persisten Kateterisasi
Duktus arteriosus persisten (DAP) yang merupakan 1/8–1/10 dari
seluruh penyakit jantung bawaan dengan insidensi sekitar 1 per 2.000–5.000
kelahiran hidup. Keberhasilan penutupan DAP transkateter mempunyai
keunggulan yang lebih banyak dibanding dengan pembedahan, antara lain
tidak diperlukan torakotomi yang akan meninggalkan parut, masa perawatan
yang lebih pendek, menurunkan kebutuhan akan ruang rawat intensif, hasil
yang atraktif dan efektif, serta komplikasi yang sedikit.
Bedah ligasi untuk menangani DAP merupakan tindakan yang sudah
dianggap sebagai standar pengobatan yang efektif, namun invasif sehingga
dikembangkan penutupan DAP transkateter atau tindakan intervensi nonbedah
yang mempunyai efektivitas yang serupa, tetapi kurang invasif. Keunggulan
lain intervensi nonbedah adalah lama rawat yang singkat dan tidak terdapat
jaringan parut di dada.
Penutupan lengkap terjadi lebih lambat terutama pada pasien dengan
PDA besar, sindrom rubela kongenital, dan pasien yang menggunakan PDA-R
yang memang didisain untuk para penderita dengan tekanan tinggi arteri
pulmonal. Pada sindrom down dan sindrom rubela kongenital sering
disertai kelainan penyerta di organ lain yang mungkin memengaruhi hasil
penutupan. Setelah penutupan DAP berat badan pasien naik secara bermakna
pada pemantauan selanjutnya, kecuali pada penderita sindrom down dan
sindrom rubela kongenital.
Perubahan karakteristik bunyi jantung tambahan dari murmur kontinu
menjadi tidak terdengar hampir mencapai 98% dan hanya sebagian kecil yang
masih terdengar murmur sistole. Auskultasi bunyi jantung tambahan dapat
dijadikan acuan untuk menilai efektivitas penutupan. Peningkatan pada
tekanan vaskular paru didapatkan pada sebagian besar pasien dengan median
tekanan 55 mmHg. Keadaan ini memperlihatkan bahwa DAP menyebabkan
peningkatan tekanan paru yang cukup potensial, walaupun beberapa pasien
langsung mengalami penurunan tekanan paru segera setelah ditutup.
Berbeda halnya dengan laporan lain, tidak didapatkan obstruksi arteri
pulmonalis dan aorta tidak didapatkan pada laporan ini. Beberapa pasien
dengan berat kurang dari 6 kg dan pasien dengan coarctasio aorta masih dapat
dilakukan penutupan tanpa stenosis yang berarti di aorta atau arteri
pulmonalis. Pada penelitian yang dilakukan Dimas dkk. Kegagalan penutupan
DAP pada berat badan kurang dari 6 kg dapat terjadi disebabkan
ketidaksesuaian alat penutup, namun penutupan DAP pada anak berat badan
di bawah 6 kg masih boleh dipertimbangkan. Prosedur lebih lama lebih sering
didapatkan pada bayi dengan berat di bawah 5 kg sehingga sampai saat ini
penutupan DAP pada bayi, terutama bayi prematur masih merupakan
tantangan tersendiri. Beberapa alat penutup dilaporkan dapat untuk menutup
DAP pada bayi prematur, tetapi belum tersedia di Indonesia
Komplikasi yang terjadi yaitu, sebesar 3,8%, lebih rendah dibanding
dengan laporan lain. Komplikasi yang serius didapatkan pada seorang pasien
dengan SVT yang pada akhirnya berhasil ditutup defeknya memakai
approach retrograde dari aorta. Komplikasi yang lainnya berupa komplikasi
minor, yaitu berupa demam dan juga trombosis.
Penutupan DAP transkateter memerlukan masa rawat yang singkat
dan hampir sebagian besar pasien akan kembali ke ruang rawat biasa
pascatindakan sehingga keadaan ini memberikan keuntungan tersendiri untuk
Rumah yang memiliki keterbatasan ruang rawat inap intensif dan intermediet,
khususnya untuk anak.
Simpulan, jurnal ini memberikan gambaran bahwa penutupan DAP
transkateter adalah aman dan efektif pada pemantauan jangka pendek dan
menengah, serta dapat dijadikan pilihan untuk sarana dengan keterbatasan
ruang intensif. Follow-up jangka panjang lebih lanjut masih diperlukan untuk
menilai keamanan prosedur ini.

BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Patent Ductus Arteriosus (PDA) adalah kelainan jantung kongenital
(bawaan) dimana tidak terdapat penutupan (patensi) duktus arteriosus yang
menghubungkan aorta dan pembuluh darah besar pulmonal. Kondisi ini
sering ditemui pada bayi yang lahir prematur namun tidak menutup
kemungkinan terjadi pada bayi cukup bulan. Duktur arteriosus umumnya
menutup 12-24 jam setelah bayi lahir dan mencapai penutupan sempurna
pada usia 3 minggu. Apabila duktus tersebut masih terbuka, penutupan
spontan 75% dapat terjadi sampai bayi berusia 3 bulan. Lebih dari 3 bulan,
penutupan spontan sangat jarang terjadi.
Gejala dari PDA tergantung dari besarnya kebocoran, apabila Duktus
Arteriosus (DA) kecil mungkin saja tidak menimbulkan gejala, apabila DA
sedang sampai besar dapat mengalami batuk, sering infeksi saluran
pernapasan, dan infeksi paru. Apabila DA besar, maka gagal jantung serta
gagal tumbuh dapat terjadi. Pada PDA manapun juga, penutupan baik dengan
operasi maupun kateterisasi (tanpa operasi) sebaiknya dilakukan
mempertimbangkan risiko terinfeksinya jantung akibat kelainan ini. Apabila
tetap tidak ditangani, dapat terjadi kemungkinan risiko kematian
4.2. Saran
Dengan penyusunan makalah ini, semoga bermanfaat bagi para pembaca
khususnya bagi mahasiswa keperawatan. Penyusun berharap agar para
pembaca dapat lebih memahami mengenai Konsep Asuhan Keperawatan
pada Anak dengan PDA yang sangat penting diketahui demi memperdalam
wawasan dalam mata kuliah Keperawatan Anak II sehingga ilmu yang
didapatkan dapat bermanfaat di masa yang akan datang.

Anda mungkin juga menyukai