Makalah Pda
Makalah Pda
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Patent Ductus Arteriosus (PDA) adalah kegagalan duktus arteriosus
untuk menutup setelah kelahiran. Duktus arteriosus, pada keadaan normal,
akan menutup dua hingga tiga hari setelah bayi dilahirkan. PDA
merupakan struktur pembuluh darah yang menghubungkan aorta
desendens bagian proksimal dengan arteri pulmonalis, biasanya di dekat
percabangan kiri arteri pulmonalis. Duktus arteriosus merupakan struktur
normal dan penting bagi janin, tetapi menjadi abnormal bila tetap terbuka
setelah masa neonates.
Saat ini, kejadian PDA meliputi 6% hingga 11% dari semua kejadian
kelainan kongenital. Sebanyak 1 bayi menderita PDA dalam setiap 2.500
hingga 5.000 kelahiran hidup. Di Indonesia, terdapat empat ribu bayi lahir
dengan PDA setiap tahunnya. Insidensi PDA lebih tinggi pada bayi
prematur, yaitu delapan setiap seribu kelahiran bayi kurang bulan.
PDA sedang dan besar sering menyebabkan gagal jantung dan
gangguan pertumbuhan pada anak. Beberapa komplikasi lain yang berpotensi
terjadi setelah kelahiran antara lain disfungsi ginjal, enterokolitis nekrotikan,
perdarahan intraventrikel, malnutrisi, serta menjadi faktor risiko terhadap
perkembangan penyakit paru kronis.
Penanganan terhadap PDA terus berkembang seiring dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pada awalnya,
penatalaksanaan PDA secara invasif dilakukan melalui tindakan pembedahan.
Operasi bertujuan untuk meligasi PDA. Ligasi pertama kali dilakukan oleh
dr. Robert Gross di Rumah Sakit Anak Boston pada tahun 1938. Metode
transkateter awalnya dikembangkan oleh Porstman, yang mempraktikkannya
pertama kali pada tahun 1967. Perkembangan alat penutup PDA terus
berlanjut hingga dekade – dekade berikutnya, seperti Gianturco coil yang
diperkenalkan oleh Cambier dan Moore pada tahun 1992, dan Amplatzer
Duct Occluder (ADO) yang menjadi alat penutup PDA pertama yang diakui
secara resmi oleh Food and Drug Administration (FDA) di Amerika Serikat.
Penutupan duktus diindikasikan pada PDA yang menimbulkan gejala
dengan pirau dari kiri ke kanan yang bermakna. Metode transkateter telah
menjadi pilihan utama dalam tata laksana PDA. Keuntungan dari
transkateterisasi adalah angka keberhasilan yang tinggi, mengurangi lama
rawat, dan angka morbiditas yang rendah dibandingkan dengan tindakan
bedah
1.2. Tujuan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi PDA
Duktus Arteriosus adalah saluran yang berasal dari arkus aorta ke VI
pada janin yang menghubungkan arteri pulmonalis dengan aorta desendens.
Pada bayi normal duktus tersebut menutup secara fungsional 10 – 15 jam
setelah lahir dan secara anatomis menjadi ligamentum arteriosum pada usia 2
– 3 minggu. Bila tidak menutup disebut Duktus Arteriosus Persisten
(Persistent Ductus Arteriosus : PDA). (Buku ajar kardiologi FKUI, 2001 ;
227)
Patent Duktus Arteriosus adalah kegagalan menutupnya ductus
arteriosus (arteri yang menghubungkan aorta dan arteri pulmonal) pada
minggu pertama kehidupan, yang menyebabkan mengalirnya darah dari aorta
tang bertekanan tinggi ke arteri pulmonal yang bertekanan rendah. (Suriadi,
Rita Yuliani, 2001; 235)
Patent Duktus Arteriosus (PDA) adalah tetap terbukanya duktus
arteriosus setelah lahir, yang menyebabkan dialirkannya darah secara
langsung dari aorta (tekanan lebih tinggi) ke dalam arteri pulmoner (tekanan
lebih rendah). (Betz & Sowden, 2002 ; 375)
Patent Duktus Arteriosus adalah kegagalan menutupnya ductus
arteriosus (arteri yang menghubungkan aorta dan arteri pulmonal) pada
minggu pertama kehidupan, yang menyebabkan mengalirnya darah dari aorta
tang bertekanan tinggi ke arteri pulmonal yang bertekanan rendah. (Suriadi,
Rita Yuliani, 2001; 235)
2.2. Anatomi Fisiologi PDA
2.2.1. Anatomi PD
Jantung adalah organ berongga berbentuk kerucut tumpul
yang memiliki empat ruang yang terletak antara kedua paru-paru di
bagian tengah rongga toraks. Dua pertiga jantung terletak di
sebelah kiri garis midsternal. Jantung dilindungi mediastinum.
Jantung berukuran kurang lebih sebesar kepalan tangan pemiliknya
(Ethel, 2003: 228).
Pelapis Jantung
1) Perikardium : kantong berdinding ganda yang dapat
membesar dan mengecil, membungkus jantung dan pembuluh
darah besar. Kantong ini melekat pada diafragma, sternum dan
pleura yang membungkus paru-paru. Di dalam perikardium
terdapat dua lapisan yakni lapisan fibrosa luar dan lapisan
serosa dalam.
Pericardium dibagi menjadi 2 :
a. Perikardium parietalis : lapisan luar melekat pada tulang
dada dan paru
b. Perikardium viseralis : lapisan permukaan jantung/
epikardium
2) Rongga perikardial adalah ruang potensial antara membran
viseral dan parietal (Ethel, 2003: 228-229).
Dinding Jantung
Dinding jantung terdiri dari 3 lapisan :
1) Epikardium luar tersusun dari lapisan sel-sel mesotelial yang
berada di atas jaringan ikat.
2) Miokardium tengah terdiri dari jaringan otot jantung yang
berkontraksi utnuk memompa darah. Kontraksi miokardium
menekan darah keluar ruang menuju arteri besar.
3) Endokardium dalam tersusun dari lapisan endotellial yang
melapisi pembuluh darah yang memasuki dan meninggalkan
jantung (Ethel, 2003: 229).
Ruang-ruang Jantung
Jantung terdiri dari 4 ruang, yaitu 2 berdinding tipis disebut
atrium(serambi) dan 2 berdinding tebal disebut ventrikel (bilik).
Atrium kanan dan kiri atas yang dipisahkan oleh septum intratrial,
ventrikel kanan dan kiri bawah dipisahkan oleh septum
interventrikular.
1) Atrium ( serambi)
Dinding atrium relatif tipis. Atrium menerima darah dari vena
yang membawa darah kembali ke jantung.
a. Atrium kanan berfungsi sebagai penampung darah rendah
oksigen dari seluruh tubuh. Kemudian darah dipompakan
ke ventrikel kanan melalui katub dan selanjutnya ke paru.
Atrium kanan terletak dalam bagian superior kanan jantung
b. Atrium kiri terletak di bagian superior kiri jantung,
berukuran lebih kecil dari atrium kanan, tetapi dindingnya
lebih tebal.Atrium kiri menerima darah yang kaya oksigen
dari kedua paru melalui 4 buah vena pulmonalis. Kemudian
darah mengalir ke ventrikel kiri melalui katub dan
selanjutnya ke seluruh tubuh melalui aorta.
Kedua atrium dipisahkan oleh sekat yang disebut septum
atrium.
2) Ventrikel (bilik)
Merupakan alur alur otot yang disebut trabekula. Alur yang
menonjol disebut muskulus papilaris, ujungnya dihubungkan
dengan tepi daun katub atrioventrikuler oleh serat yang disebut
korda tendinae.
a. Ventrikel kanan terletak di bagian inferior kanan pada apeks
jantung.Ventrikel kanan menerima darah dari atrium kanan
dan dipompakan ke paru melalui arteri pulmonalis. Darah
meninggalkan ventrikel kanan melalui trunkus pulmonar
dan mengalir melewati jarak yang pendek ke paru-paru.
b. Ventrikel kiri terletak di bagian inferior kiri pada apeks
jantung. Ventrikel kari menerima darah dari atrium kiri dan
dipompakan keseluruh tubuh melalui aorta.
Kedua ventrikel dipisahkan oleh sekat yang disebut septum
ventrikel.
Katup-katup Jantung
1) Katup atrioventrikuler (trikuspid)
Terletak antara atrium dan ventrikel. Katup yang terletak
diantara atrium kanan dan ventrikel kanan mempunyai 3 buah
daun katup ( trikuspid). Sedangkan katup yang terletak diantara
atrium kiri dan ventrikel kiri mempunyai dua buah daun katup
( Mitral). Memungkinkan darah mengalir dari atrium ke
ventrikel pada fase diastole dan mencegah aliran balik pada
fase sistolik.
2) Katup Semilunar
a. Katup Pulmonal terletak pada arteri pulmonalis dan
memisahkan pembuluh ini dari ventrikel kanan
b. Katup Aorta terletak antara ventrikel kiri dan aorta.
Kedua katup ini mempunyai bentuk yang sama terdiri dari 3
buah daun katup yang simetris. Danya katup ini
memungkinkan darah mengalir dari masing-masing ventrikel
ke arteri selama sistole dan mencegah aliran balik pada waktu
diastole. Pembukaan katup terjadi pada waktu masing-masing
ventrikel berkontraksi, dimana tekanan ventrikel lebih tinggi
dari tekanan didalam pembuluh darah arteri.
3) Katup Bikuspid
Katup ini terletak antara atrium kiri dan ventrikel kiri.
Tanda-tanda Permukaan
1) Sulkus Koroner (atrioventrikular) mengelilingi jantung diantara
atrium dan ventrikel.
2) Sulkus Interventrikular anterior dan posterior, memisahkan
ventrikel kanan dan ventrikrl kiri (Ethel, 2003: 230)
Rangka Fibrosa Jantung
Tersusun dari nodul-nodul fibrokartilago di bagian atas septum
interventrikular dan cincin jaringan ikat rapat di sekeliling bagian
dasar trunkus pulmonar dan aorta (Ethel, 2003: 230).
Pembuluh Dara Koroner
1) Arteri, dibagi menjadi 2 :
a. Left Coronary Arteri (LCA) : left main kemudian bercabang
besar menjadi: left anterior decending arteri(LAD), left
circumplex arteri (LCX)
b. Right Coronary Arteri
2) Vena: vena tebesian, vena kardiaka anterior, dan sinus
koronarius.
2.2.2. Fisiologi dan Fungsi Sistem kardiovaskuler
Secara garis besar fungsi sistem kardiovaskular :
a. Alat transportasi O2, CO2, hormon, zat-zat makanan, sisa
metabolisme ke dan dari jaringan tubuh.
b. Pengatur keseimbangan cairan.
Darah yang terdapat di dalam jantung selalu mengalami proses
sirkulasi , baik sirkulasi pulmonalis (sirkulasi paru), sirkulasi
sitemik (sirkulasi umum), ataupun sirkulasi porta hati.
Ketidak
seimbangan
nutrisi Pola nafas tidak
efektif
2.9. Pemeriksaan Penunjang PDA
1) Analisis Gas Darah Arteri
a. Biasanya menunjukkan kejenuhan yang normal karena paru
overcirculation.
b. Duktus arteriosus besar dapat menyebabkan hipercorbia dan
hipoksemia dari CHF dan ruang udara penyakit(atelektasis atau
intra alveolar cairan/pulmonary edema)
2) Foto Thorax
a. Pada PDA kecil bayangan jantung normal
b. Pada PDA besar terjadi kardiomegali(atrium dan ventrikel kiri
membesar secara signifikan) dan gambaran vaskuler paru
meningkat.
3) Ekhokardiografi
Rasio atrium kiri terhadap pangkal aorta lebih dari 1,3:1 pada bayi cukup
bulan atau lebih dari 1,0 pada bayi pratern(disebabkan oleh peningkatan
volume atrium kiri sebagai akibat dari paru kiri ke kanan)
4) Pemeriksaan Ekho 2D dan Doppler berwarna
a. Untuk mengevaluasi aliran darah dan arahnya
b. Dapat divisualisasi adanya PDA dan besarnya shunt
c. Bila terdapat kecurigaan PVOD dibutuhkan pemeriksaan
angiografi
5) EKG (Elektrokardiografi)
Sesuai tingkat keparahan :
a. PDA kecil tidak ada abnormalitas
b. PDA lebih besar,hipertrofi ventrikel kiri
3) Kateterisasi jantung
Hanya dilakukan untuk mengevaluasi lebih jauh hasil ECHO atau
Doppler yang meragukan atau bila ada kecurigaan defek tambahan
lainnya.
5) Pemeriksaan penunjang
a. Radiologi: foto rontgen dada hampir selalu terdapat
kardiomegali
b. Elektrokardiografi/EKG, menunjukkan adanya gangguan
konduksi pada ventrikel kanan dengan aksis QRS bidang
frontal lebih dari 90°
c. Pemeriksaan dengan Doppler berwarna: digunakan untuk
mengevaluasi aliran darah dan arahnya
d. Ekokardiografi, bervariasi sesuai tingkat keparahan, pada PDA
kecil tidak ada abnormalitas, hipertrofi ventrikel kiri pada PDA
yang lebih besar. sangat menentukan dalam diagnosis anatomic
e. Kateterisasi jantung untuk menentukan resistensi vaskuler paru.
B. Diagnose Keperawatan
No. Diagnosa Keperawatan (NANDA)
1. Penurunan curah jantung berhubungan tubuh yang tidak cukup mendapatkan
darah yang teroksigenasi
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan retrikulasi darah beroksigen
tinggi meningkat mengalir ke paru-paru.
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
denganasupan makanan yang tidak seimbang dengan kebutuhan
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum
5. Keterlambatan tumbuh kembang b.d ketidakefektifan nutrisi pada jaringan.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1. Luaran Penutupan Duktus Anteriosus Persisten Kateterisasi
Duktus arteriosus persisten (DAP) yang merupakan 1/8–1/10 dari
seluruh penyakit jantung bawaan dengan insidensi sekitar 1 per 2.000–5.000
kelahiran hidup. Keberhasilan penutupan DAP transkateter mempunyai
keunggulan yang lebih banyak dibanding dengan pembedahan, antara lain
tidak diperlukan torakotomi yang akan meninggalkan parut, masa perawatan
yang lebih pendek, menurunkan kebutuhan akan ruang rawat intensif, hasil
yang atraktif dan efektif, serta komplikasi yang sedikit.
Bedah ligasi untuk menangani DAP merupakan tindakan yang sudah
dianggap sebagai standar pengobatan yang efektif, namun invasif sehingga
dikembangkan penutupan DAP transkateter atau tindakan intervensi nonbedah
yang mempunyai efektivitas yang serupa, tetapi kurang invasif. Keunggulan
lain intervensi nonbedah adalah lama rawat yang singkat dan tidak terdapat
jaringan parut di dada.
Penutupan lengkap terjadi lebih lambat terutama pada pasien dengan
PDA besar, sindrom rubela kongenital, dan pasien yang menggunakan PDA-R
yang memang didisain untuk para penderita dengan tekanan tinggi arteri
pulmonal. Pada sindrom down dan sindrom rubela kongenital sering
disertai kelainan penyerta di organ lain yang mungkin memengaruhi hasil
penutupan. Setelah penutupan DAP berat badan pasien naik secara bermakna
pada pemantauan selanjutnya, kecuali pada penderita sindrom down dan
sindrom rubela kongenital.
Perubahan karakteristik bunyi jantung tambahan dari murmur kontinu
menjadi tidak terdengar hampir mencapai 98% dan hanya sebagian kecil yang
masih terdengar murmur sistole. Auskultasi bunyi jantung tambahan dapat
dijadikan acuan untuk menilai efektivitas penutupan. Peningkatan pada
tekanan vaskular paru didapatkan pada sebagian besar pasien dengan median
tekanan 55 mmHg. Keadaan ini memperlihatkan bahwa DAP menyebabkan
peningkatan tekanan paru yang cukup potensial, walaupun beberapa pasien
langsung mengalami penurunan tekanan paru segera setelah ditutup.
Berbeda halnya dengan laporan lain, tidak didapatkan obstruksi arteri
pulmonalis dan aorta tidak didapatkan pada laporan ini. Beberapa pasien
dengan berat kurang dari 6 kg dan pasien dengan coarctasio aorta masih dapat
dilakukan penutupan tanpa stenosis yang berarti di aorta atau arteri
pulmonalis. Pada penelitian yang dilakukan Dimas dkk. Kegagalan penutupan
DAP pada berat badan kurang dari 6 kg dapat terjadi disebabkan
ketidaksesuaian alat penutup, namun penutupan DAP pada anak berat badan
di bawah 6 kg masih boleh dipertimbangkan. Prosedur lebih lama lebih sering
didapatkan pada bayi dengan berat di bawah 5 kg sehingga sampai saat ini
penutupan DAP pada bayi, terutama bayi prematur masih merupakan
tantangan tersendiri. Beberapa alat penutup dilaporkan dapat untuk menutup
DAP pada bayi prematur, tetapi belum tersedia di Indonesia
Komplikasi yang terjadi yaitu, sebesar 3,8%, lebih rendah dibanding
dengan laporan lain. Komplikasi yang serius didapatkan pada seorang pasien
dengan SVT yang pada akhirnya berhasil ditutup defeknya memakai
approach retrograde dari aorta. Komplikasi yang lainnya berupa komplikasi
minor, yaitu berupa demam dan juga trombosis.
Penutupan DAP transkateter memerlukan masa rawat yang singkat
dan hampir sebagian besar pasien akan kembali ke ruang rawat biasa
pascatindakan sehingga keadaan ini memberikan keuntungan tersendiri untuk
Rumah yang memiliki keterbatasan ruang rawat inap intensif dan intermediet,
khususnya untuk anak.
Simpulan, jurnal ini memberikan gambaran bahwa penutupan DAP
transkateter adalah aman dan efektif pada pemantauan jangka pendek dan
menengah, serta dapat dijadikan pilihan untuk sarana dengan keterbatasan
ruang intensif. Follow-up jangka panjang lebih lanjut masih diperlukan untuk
menilai keamanan prosedur ini.
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Patent Ductus Arteriosus (PDA) adalah kelainan jantung kongenital
(bawaan) dimana tidak terdapat penutupan (patensi) duktus arteriosus yang
menghubungkan aorta dan pembuluh darah besar pulmonal. Kondisi ini
sering ditemui pada bayi yang lahir prematur namun tidak menutup
kemungkinan terjadi pada bayi cukup bulan. Duktur arteriosus umumnya
menutup 12-24 jam setelah bayi lahir dan mencapai penutupan sempurna
pada usia 3 minggu. Apabila duktus tersebut masih terbuka, penutupan
spontan 75% dapat terjadi sampai bayi berusia 3 bulan. Lebih dari 3 bulan,
penutupan spontan sangat jarang terjadi.
Gejala dari PDA tergantung dari besarnya kebocoran, apabila Duktus
Arteriosus (DA) kecil mungkin saja tidak menimbulkan gejala, apabila DA
sedang sampai besar dapat mengalami batuk, sering infeksi saluran
pernapasan, dan infeksi paru. Apabila DA besar, maka gagal jantung serta
gagal tumbuh dapat terjadi. Pada PDA manapun juga, penutupan baik dengan
operasi maupun kateterisasi (tanpa operasi) sebaiknya dilakukan
mempertimbangkan risiko terinfeksinya jantung akibat kelainan ini. Apabila
tetap tidak ditangani, dapat terjadi kemungkinan risiko kematian
4.2. Saran
Dengan penyusunan makalah ini, semoga bermanfaat bagi para pembaca
khususnya bagi mahasiswa keperawatan. Penyusun berharap agar para
pembaca dapat lebih memahami mengenai Konsep Asuhan Keperawatan
pada Anak dengan PDA yang sangat penting diketahui demi memperdalam
wawasan dalam mata kuliah Keperawatan Anak II sehingga ilmu yang
didapatkan dapat bermanfaat di masa yang akan datang.