Anda di halaman 1dari 26

KEPEMIMPINAN PENDIDIKAN DALAM MANAJEMEN MUTU

TERPADU DALAM PENDIDIKAN

Disajikan pada Mata Kuliah Manajemen Mutu Pendidikan


Dosen pengampuh : Kasinyo Harto, M.Ag.

Kelompok 9
Debi Tasmana (1720203036)
Indah Anggita Apriana (1710203012)
Lili Safitri (1710203014)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH PALEMBANG
2019

0
PENDAHULUAN

Kepemimpinan merupakan salah satu fungsi manajemen yang sangat penting


untuk mencapai tujuan organisasi. Dalam semua kelompok masyarakat, baik itu keluarga,
perkumpulan olahraga, unit kerja, maupun organisasi lainnya, mesti terdapat seseorang
yang paling berpengaruh diantara anggota kelompok yang lainnya dan ia dapat dikatakan
sebagai seorang pemimpin. Organisasi akan sangat tidak efektif dan efisien manakala tidak
mempunyai seorang pemimpin, bahkan sangat dimungkinkan tidak akan mampu mencapai
tujuan organisasi. Kepemimpinan dalam organisasi menghadapi berbagai macam hal
diantaranya adalah struktur, koalisi, kekuasaan dan termasuk juga kondisi lingkungan.
Disamping itu kepemimpinan juga berfungsi sebagai tempat pemecahan masalah dan
persoalan dalam organisasi.
Kepemimpinan yang efektif dalam organisasi adalah kepemimpinan Administratif,
yang berkenaan dengan upaya menggerakan orang lain supaya melaksanakan tugasnya
secara terkoordinasi dalam rangka mencapai tujuan organisasi. Kepemimpinan diharapkan
mampu membawa semua individu yang tergabung dalam organisasi tersebut mampu
mencapai tujuan yang semestinya sehingga harapan-harapan dari para individu terpenuhi
secara maksimal. Namun kenyataan yang terjadi saat ini, banyak pemimpin yang tidak
menjalankan tanggung jawabnya secara maksimal, ada juga yang menjalankan
kepemimpinannya namun konsep yang diterapkan tidak tepat sehingga tujuan-tujuan
organisasi tidak tercapai.

1
PEMBAHASAN

A. Pengertian
1. Kepemimpinan
a. Definisi
Kepemimpinan (Leadership) merupakan proses pengaruh sosial, yaitu
suatu kehidupan yang mempengaruhi kehidupan lain, kekuatan yang
mempengaruhi prilaku orang lain kearah pencapaian tujuan tertentu. 1 Berbagai
pendapat para ahli mendefinisikan pengertian kepemimpinan (leadership)
dengan analisa dan sudut pandang yang berbeda, antara lain sebagai berikut :
1. Ordway Tead (1935)
“Leadership is the activity of influencing people to coorperate toward
some goal which come to find desirable”
(Kepemimpinan adalah aktivitas mempengaruhi orang-orang agar mau
bekerja sama untuk mencapai beberapa tujuan yang mereka inginkan)
2. Harold Koontz & Cyrill O’Donnellc (1976)
“Leadership is the art of inducing subordinates to accomplish their
assignment with zeal and confidence”
(Kepimpinan adalah seni membujuk bawahan untuk menyelesaikan
pekerjaan-pekerjaan mereka dengan semangat keyakinan)
3. Paul Hersey dan Kenneth H. Blanchard (1982)
“Leadership is the process of influencing the activities of on individual or
a group in efforts loward goal achievement in a given situation”
(Kepemimpinan adalah proses mempengaruhi kegiatan individu atau
kelompok dalam usaha untuk mencapai tujuan dalam situasi tertentu)

1
Soekarso Iskandar Putong, Kepemimpinan Kajian Teoritis dan Praktis, (Yogyakarta :
Celebes Media Perkasa, 2015), hlm. 9

2
4. Gary Yuki
“Leadership is the process of influencing other to understand and agree
about what needs to be done how it can be done effectively, and the process
of facilitating individual and collective efforts to accomplish the shared
objectives”
(Kepemimpinan adala proses mempengaruhi orang lain untuk memahami
dan setuju tentang apa yang perlu dikerjakan dan bagaimana tugas itu dapat
dilakukan secara efektif dan proses memfasilitasi usaha individu untuk
mencapai tujuan bersama)
5. John C. Maxwell (1967)
Pemimpin adalah pengaruh kepemimpinan adalah suatu kehidupan yang
mempengaruhi kehidupan lain.
6. Dari aspek definisi tersebut, terdapat tiga komponen penting dalam
kepemimpinan.2
Jadi, dari beberapa pendapat para ahli mengenai kepemimpinan dapat
disimpulkan bahwa kepemimpinan itu adalah aktivitas mempengaruhi atau
membujuk bawahan untuk menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan agar dapat
mencapai tujuan bersama.
Kepemimpinan adalah seni untuk mempengaruhi tingkah laku manusia
dan kemampuan untuk membimbing orang lain. Ada pendapat lain yang
mengatakan bahwa kepemimpinan adalah suatu cara untuk mempengaruhi dan
membimbing orang sedemikian rupa, sehingga mendapatkan kepatuhan dan
keikhlasan dalam menunaikan tugas (George R. Terry). Kepemimpinan itu

2
Ibid, hlm. 14-15

3
bersifat situasional, artinya suatu tipe kepemimpinan dapat efektif untuk situasi
tertentu, tetapi dapat pula menjadi tidak efektif untuk situasi yang lain.3
Seiring perkembangan zaman, kepemimpinan secara ilmiah mulai
berkembang bersamaan dengan pertumbuhan manajemen ilmiah yang lebih
yang mengkaji tentang Leadership merupakan ilmu terapan dari ilmu-ilmu
sosial sebab prinsip-prinsip dan rumusannya diharapkan dapat mendatangkan
manfaat bagi kesejahteraan manusia. Ada banyak pengertian yang dikemukakan
oleh para pakar menurut sudut pandang masing-masing, definisi-definisi
tersebut menunjukkan adanya beberapa kesamaan.
Menurut Sehwazkopi kepemimpinan adalah gabungan antara strategi dan
karakter. Pada hakikatnya kepemimpinan merupakan proses mengarahkan dan
memengaruhi aktivitas yang berkaitan dengan tugas dari anggota kelompok.
Pimpinan yang baik adalah competent atau kemampuan dalam menjalankan
semua tugas sebagai seorang pemimpin harus mampu mengerjakan semua yang
dibebankan kepadanya agar bisa memberikan contoh teladan bagi anak buah
dan semua orang yang berada di sekitarnya. 4
Kepimpinan merupakan suatu proses mengenai pengarahan dan usaha
untuk mempengaruhi kegiatan yang berhubungan dengan anggota kelompok.
Dari pengertian di atas, dapat penulis jelaskan hal-hal berikut:
1. Kepemimpinan harus melibatkan orang lain. Dengan kesediaan mereka
menerima pengarahan dari pemimpin, para anggota kelompok membantu
menentukan status pemimpin dan memungkinkan terjadinya proses
kepemimpinan.

3
Widya Dharma, Agama Hindu, (Jakarta : Ganeca Exact, 2007), hlm. 14
4
Didi Pianda, Kinerja Guru, (Jawa Barat : CV Jejak, 2018), hlm. 70

4
2. Kepemimpinan melibatkan distribusi yang tidak merata atas kekuasaan
antara pemimpin dan yang dipimpin. Pemimpin mempunyai wewenang
mengarahkan bawahan, tetapi tidak sebaliknya.
3. Kepemimpinan secara sah dapat memberikan hak kepada pemimpin, tidak
saja berupa pengarahan tetapi juga pengaruh. Artinya, pemimpin tidak
hanya dapat menyatakan apa yang harus dikerjakan bawahan tetapi juga
memengaruhi bagaimana bawahan melaksanakan perintah tersebut.
Dari ketiga penjabaran mengenai pengertian kepemimpinan dapat ditarik
kesimpulan bahwa kepemimpinan itu ialah suatu proses mengenai pengarahan
yang harus melibatkan orang lain yaitu distribusi yang tidak merata atas
kekuasaan antara pemimpin dan yang dipimpin.
Berbicara mengenai kepemimpinan tidak akan lepas dari siapa yang
memimpin. Pemimpin juga banyak didefinisikan, salah satunya menurut Dale
Timple (1991), bahwa pemimpin adalah orang yang menerapkan prinsip dan
teknik yang memastikan motivasi, disiplin dan produktivitas jika bekerjasama
dengan oang, tugas dan situasi agar dapat mencapai sasaran perusahaan.5
Kepemimpinan yang efektif tergantung pada landasan manajerial yang
kokoh. Menurut Chapman yang dikutip Dale Timpe, lima landasan
kepemimpinan yang kokoh adalah :
1. Cara berkomunikasi
2. Pemberian motivasi
3. Kemampuan memimpin
4. Pegambilan keputusan
5. Kekuasaan yang positif.

5
Husein Umar, Business An Introduction, (Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama, 2003),
hlm. 80-81

5
Banyak ahli yang mendefinisikan kepemimpinan. Dari sekian banyak itu,
Stoner mencoba menggabungkannya menjadi satu pengertian, bahwa
kepemimpinan merupakan suatu proses mengenai pengarahan dan usaha untuk
mempengaruhi kegiatan yang berhubungan dengan anggota kelompok.6
Kepemimpinan yang sejati mendapat sebuah respons sukarela dari orang lain.
Kepemimpinan bukan paksaan. Orang rela ikut karena terinspirasi oleh
pemimpin bukan oleh orientasinya atau merasa wajib mengikutinya atau ingin
mendapatkan sesuatu pemimpin tersebut.
Sekitar 20% kesuksesan organisasi ditentukan oleh kepemimpinan,
selebihnya adalah hasil pengikut. Keberhasilan suatu organisasi tidak
ditentukan oleh kemampuan para pemimpinnya saja. Suatu organisasi yang
memiliki pemimpin yang hebat, mampu melihat arah yang harus dituju dan
memiliki kemampuan yang cakap. Mitos berapa pandangan bahwa keberhasilan
suatu organisasi merupakan hasil dari kemampuan pemimpinnya harus
dipertanyakan.
Menjadi pemimpin bisa jadi terjadi karena keunggulan atau kelebihannya.
Misal kekayaannya pemimpinbisa membeli/membayar pengikut, dan menunjuk
dirinya sendiri sebagai pemimpin. Selain harta, pemimpin bisa ditentukan
karena dia paling pandai di lingkungannya paling ahli atau paling banyak
pengalamannya. 7
b. Mengembangkan Kepemimpinan
Mengembangkan visi guru sebagai pelaku perubahan dan pendidik
karakter sesungguhnya menjadi tantangan bagi setiap pendidikan bukan sekadar
menjadi pemimpin yang mampu mengajar dan mendidik (instructional leader),
yaitu memusatkan perhatiannya semata-mata pada proses belajar-mengajar

6
Ibid, hlm. 81
7
Timotius, Kepemimpinan dan Kepengikutan Teori dan Perkembangannya, (Yogyakarta :
CV Andi Offset, 2016), hlm. 12

6
siswa, melainkan juga membangun dalam diri siswa kemampuan dan kesadaran
diri agar mereka dapat menjadi pelaku perubahan.
Jadi, didalam pengembangan visi misi, guru adalah sebagai pelaku
perubahan dan pendidik yang mana mereka bukan sekadar mengajar dan
mendidik saja akan tetapi dapat membangun kemampuan dan kesadaran yang
ada didalam diri siswa tersebut.
Perubahan yang diarah bukan pula sekadar perubahan pada level
individual, yaitu membuat siswa menjadi lebih pandai, lebih terampil, dan lebih
dewasa dan bertanggung jawab terhadap hidupnya sendiri dan orang lain
melalui praksis moral yang mereka lakukan, melainkan juga perubahan yang
terjadi dalam level kehidupan masyarakat yang lebih luas. Dengan demikian,
pendidikan menjadi sarana bagi perkembangan dan pertumbuhan masyarakat.
Saya percaya bahwa pendidikan mampu menyumbangkan peranan
pentingnya bagi perubahan tatanan sosial dalam masyarakat menjadi lebih baik,
lebih adil dan lebih manusiawi. Maka, tantangan ke depan adalah bagaimana
guru sebagai pelaku perubahan dan pendidik karakter mampu semakin berperan
serta dalam kinerja pendidikan dengan cara menghayati keberadaan dirinya
sebagai pemimpin pendidikan yang bervisi transformasi sosial, yaitu sebuah
corak kepemimpinan pendidikan yang bersifat konstruktif. 8
Krisis kepemimpinan dalam tatanan masyarakat sebenarnya dapat
menjadi indikasi bahwa lembaga pendidikan kita kurang mampu menanggapi
tuntutan zaman dan masyarakat, sehingga kita memiliki para pemimpin yang
memiliki visi sempit, mementingkan kelompok sendiri, berlaku tidak adil, dan
tidak memiliki rasa solidaritas terhadap kaum miskin. Maraknya korupsi
ketidakadilan, dan konflik dalam masyarakat menunjukkan bahwa sebagai

8
Doni Koesoema, Pendidik Karakter di Zaman Keblinger, (Jakarta : PT Gramedia Pustaka
Utama, 2003), hlm. 231

7
sebuah komunitas kata mengalami defisit kepemimpinan. Tentu, lembaga
pendidikan kita kurang mampu menanggapi tuntutan zaman dan masyarakat,
sehingga kita memiliki para pemimpin yang memiliki visi sempit,
mementingkan kelompok sendiri, berlaku tidak adil, dan tidak memiliki rasa
solidaritas terhadap kaum miskin.
Maraknya korupsi, ketidakadilan, dan konflik dalam masyarakat
menunjukkan bahwa sebagai sebuah komunitas kita mengalami defisit
kepemimpinan. Tentu, lembaga pendidikan tidak dapat berprestasi bahwa ia
dapat menyelesaikan segala persoalan yang ada dalam masyarakat. Namun,
lembaga pendidikan dapat menyumbangkan jasanya melalui kinerja pendidikan
yang mereka lakukan untuk melahirkan para pemimpin yang memiliki jiwa
konstruktif, memiliki visi transformasi sosial yang berakar pada pengalaman
dan keyakinan nilai yang mereka miliki tentang makna kehidupan bersama
sebagai sebuah masyarakat.
Buku ini telah menawarkan gagasan dan pendekatan bagi persoalan
perubahan pendidikan dalam lembaga pendidikan, terutama membidik tentang
bagaimana guru dapat mengembangkan visinya sebagai pelaku perubahan dan
pendidik karakter. Mengembangkan visi ini merupakan salah satu cara bagi
guru agar mereka dapat menemukan kembali hakikat terdalam profesinya
sebagai guru yang sesungguhnya luhur dan mulia. Inilah salah satu tawaran
pendekatan agar guru keluar dari tempurungnya dan mulai melihat tantangan
dan tuntutan dunia luar yang mengharapkan banyak agar kinerja professional
mereka dapat membantu menumbuhkan dan membangun tatanan masyarakat
yang lebih baik. Setiap guru terpanggil untuk mengembangkan diri sebagai
pelaku perubahan dan pendidik karakter. 9

9
Ibid, hlm.232

8
Pendekatan dan perspektif buku ini bersifat individual, dalam arti, apa
yang dibahas adalah tentang individu guru dalam mengembangkan kinerja
profesionalnya dalam arus perubahan zaman. Perspektif ini individual sebab
sasaran utama perubahan itu terutama berada pada aras individual guru. Guru
mesti berani memulai proses perubahan itu dalam dirinya sendiri. Sebab pada
hakikatnya setiap orang mengelola dan menguasai tantangan perubahan itu
secara individual, terlebih perubahan yang berkaitan erat dengan perkembangan
kehidupan profesionalnya sebagai guru.
Dalam pengembangan langkah strategis telah disinggung sedikit tentang
perubahan dalam level yang lebih luas, yaitu dalam level pengembangan kultur
di sekolah, baik itu pengembangan kultur demokratis maupun pengembangan
komunitas professional guru Lembaga Pendidikan sebagai sebuah institusi
sosial sesungguhnya lebih mencerminkan jalinan relasi sosial yang lebih
terbuka dan interaktif dengan banyak pihak daripada sekadar berurusan dengan
perubahan dan perkembangan bagi guru sendiri. Namun demikian, agar
perubahan itu terjadi dan memiliki dampak yang luar, guru pertama tama mesti
memulai dan mengembangkan perubahan itu dalam dirinya sendiri. Jika ini
terjadi, barulah mereka dapat melangkah lebih jauh dalam mengembangkan diri
sebagai pemimpin pendidikan konstributif ketika guru memiliki kekuasaan
institusional yang lebih besar. 10
Kultur sekolah bisa berkembang menjadi lebih baik karena setiap
individu menyumbangkan tenaga, pikiran, dan waktunya demi kemajuan
bersama. Namun, dalam dunia yang semakin tertantang dengan arus globalisasi
dan kemajuan teknologi, mengharapkan perubahan dalam guru yang mengajar
di kelas, yaitu pada guru bidang studi tidaklah mencukupi. Mengembangkan
visi guru sebagai pelaku perubahan dan pendidik karakter menjadi langkah awal

10
Ibid, hlm. 233

9
bagi pengembangan diri guru sebagai pemimpin pendidikan, sebab sekolah
seringkali harus berhadapan dengan berbagai macam tantangan dari lembaga
lain, bukan sekadar tantangan yang ada di dalam kelas. Di sinilah letak
pentingnya kehadiran pemimpin pendidikan konstruktif. 11
c. Gaya Kepemimpinanan
Gaya kepemimpinan harus berhadapan dengan bagaimana orang
berinteraksi dengan orang yang mau mereka pimpin. Gaya kepemimpinan
selama ini mendapatkan banyak nama yang berbeda. Akan tetapi, kebanyakan
gaya dimasukkan ke dalam kategori yang diperlihatkan.
1. Kepemimpinan Otokratik
Kepemimpinan otokratik juga disebut kepemimpinan direktif dan
dictatorial. Orang yang menempuh pendekatan ini mengambil keputusan
tanpa berkonsultasi dengan karyawan yang bakal harus
mengimplementasikannya atau yang akan terkena olehnya. Mereka
mengatakan kepada yang lain apa yang harus dilakukan dan mengharapkan
mereka untuk tunduk patuh. Para pengecam pendekatan ini mengatakan
bahwa walaupun itu dapat berfungsi dalam jangka pendek atau dalam
instansi yang terisolasi, dalam jangka panjang hal itu tidak efektif.
Kepemimpinan otokratik adalah tepat dalam tatanan mutu total.
2. Kepemimpinan Demokratik
Kepemimpinan demokratik disebut kepemimpinan konsultif atau
consensus. Orang yang menempuh pendekatan ini melibatkan karyawan
yang akan harus mengimplementasikan keputusan dalam pengambilannya.
Pemimpin secara aktual keputusan akhir, tetapi hanya sesudah menerima
masukan dan rekomodasi dari anggota tim. Pengeritik dari pendekatan ini
mengatakan keputusan paling popular itu tidak selalu keputusan terbaik

11
Ibid, hlm. 234

10
dan bahwa kepemimpinan demokratik, pada hakikatnya, dapat
menghasilkan pengambilan keputusan popular sebagai lawan terhadap
keputusan yang benar. Gaya ini dapat juga menghasilkan kompromi yang
akhirnya gagal memproduksi hasil yang diinginkan.
3. Kepemimpinan Partisipatif
Kepemimpinan partisipatif disebut kepemimpinan terbuka, bebas-perintah,
atau nondirektif. Orang yang menempuh pendekatan ini menggunakan
sedikit control atas proses pengambilan keputusan. Sebaliknya, mereka
menyediakan informasi tentang masalah dan memungkinkan anggota tim
untuk mengembangkan strategi dan pemecahan. Tugas pemimpin adalah
menggerakan tim ke arah konsesus. Asumsi yang melandasi gaya ini
adalah bahwa karyawan akan lebih siap menerima tanggung jawab untuk
pemecahan, tujuan, dan strategi sehingga mereka diberi wewenang untuk
membantu pengembangan. Para pengeritik pendekatan ini mengatakan
pembangunan consensus adalah pemborosan waktu dan berfungsi hanya
jika semua orang yang terlibat itu setia kepada kepentingan terbaik
organisasi.
4. Kepemimpinan Berorientasi-Tujuan
Kepemimpinan berorientasi-tujuan disebut juga kepemimpinan
berdasarkan hasil atau kepemimpinan berdasarkan sasaran. Orang yang
menempuh pendekatan ini meminta anggota tim untuk berfokus hanya
pada tujuan yang sudah ada. Hanya strategi yang memberikan kontribusi
tertentu dan dapat diukur kepada pencapaian tujuan organisasi yang
dibahas. 12

12
David L. Goetsch, Manajemen Mutu Lokal, (Jakarta : PT Prenhallindo, 2002), hlm. 177-
178

11
5. Kepemimpinan Situasional
Kepemimpinan situasional disebut juga kepemimpinan cair atau
kepemimpinan kontingengsi. Orang yang menempuh pendekatan ini
menyelesaikan gaya yang tampaknya didasarkan secara tepat pada
lingkungan yang ada suatu waktu tertentu. Dalam mengidentifikasi
lingkungan yang ada pada suatu waktu tertentu.13
Jadi, didalam kepemimpinan itu ada berbagai macam gaya yang mana
didalamnya terdapat berbagai macam perbedaan cara penerapannya. Akan
tetapi memiliki satu tujuan untuk menciptakan suasana bekerja yang sesuai
dengan visi misi yang telah ada.
2. Total Quality Management (TQM)/ Manajemen Mutu Terpadu (MMT)
Total Quality adalah Total Philosophy suatu paradigm total tentang
perbaikan kontinu dalam empat dimensi yaitu :
a. Pengembangan perorangan dan professional
b. Hubungan inter-profesional
c. Efektivitas Manajerial
d. Produktivitas Organisasi
Pengertian total philosophy diatas adalah bahwa kualitas bukanlah suatu
program akan tetapi berakar dalam prinsip-prinsip seperti keyakinan, harapan,
rendah hati, kerja keras, konsisten dalam tujuan, perbaikan progress, nilai-nilai
moral dan kebenaran yang harus menjadi budaya kehidupan organisasi apabila
seluruh karyawan organisasi tidak menghayati prinsip-prinsip tersebut, maka
penerapan metode saja tidak cukup untuk dapat membuat produk, jasa dan
hubungan kerja yang berkualitas.

13
Ibid, hlm. 178

12
a. Pengembangan Perorangan dan Profesional
Total Quality dimulai dari pengembangan perorangan pribadi
bahwasanya pola pikiran dan pola perilaku hidup sehari-hari secara pribadi
berpangkal pada suatu tingkat kualitas yang jelas. Implementasi hal ini ialah
bahwasanya perorangan pribadi harus kontinu memperbaiki dan
meningkatkan kualiatas diri dalam konteks ilmu pengetahuan dan sains. Sebab
apa yang diperoleh misalnya setelah mencapai suatu tingkat kualitas yang
jelas. Implementasi hal ini ialah bahwasanya perorangan pribadi harus kontinu
memperbaiki dan meningkatkan kualitas diri dalam konteks ilmu pengetahuan
dan sains, sebab apa yang diperoleh misalnya setelah mencapai suatu tingkat
S-1/S-2/S-3, akan pudar dan absolete (tidak terpakai) dalam waktu 4-4 tahun.
Apabila tidak meningkatkan diri dengan ilmu pengetahuan dan sains abru
yang cepat berkembang akibat kiteknologi dan penemuan sains baru maka
sudah pasti ilmu lama akan tertinggal. Demikian pula dengan keterampilan
profesionalisme. 14
b. Pengembangan Perorangan dan Profesionalisme
Hubungan interpersonal dalam setiap organisasi sangat penting dan
menentukan harmoni sinergi organisasi maupun dalam konteks kerjasama tim.
Hubungan yang harmonis ini hanya akan tercapai apabila setiap orang
berusaha meningkatkan kualitas dari untuk dapat memberikan konstribusi
yang berkulitas dan memadai dalam rangkap mengembangkan sinergi
organisasi. Di samping itu, kualitas hubungan interpersonal dalam kerjasama
tim sangat menentukan keberhasilan tim dalam memecahkan berbagai macam
masalah organisasi karena :

14
Juharni, Manajemen Mutu Terpadu, (Makassar : CV Sah Media, 2017), hlm. 3-4

13
1. Keterampilan dan hasil kerja/output suatu tim mempunyai dampak lebih
besar terhadap organisasi daripada perorangan individu.
2. Para anggota tim akan lebih kuat saling mendorong dan memotivasi
dalam suatu grup tim dibandingkan dengan seorang individu.
3. Untuk menghadapi persaingan global dan memecahkan masalah
organisasi yang rumit diperlukan tim dengan anggota lintas fungsional
akan lebih baik apabila hubungan interpersonal tim ialah harmonis dan
saling menunjang secara komplementer dan kolektif.
c. Efektivastas Managerial
Secara umum setiap manajemen harus dapat melaksanakan beberapa
hal mendasar sebagai berikut :
1. Menentukan visi, misi serta sasaran jangka waktu panjang
2. Membuat perencanaan pelaksanaan misi dan tahapan yang merealistis
dengan pengukuran kualitas yang konsisten dan baik
3. Menetukan bisnis inti (core business) dan mengembangkan kompetensi
bisnis inti secara konsiten dan kontinu meningkatkan kualitas
4. Mengembangkan kreativitas dan daya inovasi SDM dengan
pemberdayaan serta meningkatkan motivasi dan kualitas kinerja.
5. Pengembangan kualitas SDM merupakan strategi bisnis terpadu
6. Proses pengambilan keputusan dilakukan dengan mendengarkan semua
“suara” konsumen, proses produksi dan karyawan dengan komunikasi
yang efektif dan efisien.15

15
Ibid, hlm.5-6

14
Apabila semua hasil kerja diatas akhirnya dapat meningkatkan
kualitas output/hasil kerja dan daya saing global organisasi secara konsisten
dengan pengukuran secara kontinu atas semua tahapan, akan tetapi tanpa
menambah biaya overhead dan elimensi pemborosan waktu, material dan
kerugian produksi cacat, maka dapat dikatakan bahwa telah tercapai suatu
tingkat efektivitas managerial. Efektivitas managerial ini adalah suatu hal
yang relative selalu terkait dengan seberapa jauh sumber yang tersedia dipakai
secara lebih efektif. 16
d. Definisi Manajemen Mutu Terpadu
Seperti halnya dengan kualitas, definisi MMT juga ada bermacam-
macam. MMT diartikan sebagai perpaduan semua fungsi dari perusahaan ke
dalam falsafah holistic yang dibangun berdasarkan konsep kualitas, teamwork,
produktivitas dan pengertian serta kepuasan pelanggan. Definisi lainnya
menyatakan bahwa MMT merupakan sistem manajemen yang mengangkat
kualitas sebagai strategi usaha berorientasi pada kepuasan pelanggan dengan
melibatkan seluruh organisasi.
Total Quality Management merupakan suatu pendekatan dalam
menjalankan usaha yang mencoba untuk memaksimalkan daya saing
organisasi melalui perbaikan terus menerus atas produk, jasa, manusia,
proses dan lingkungannya. Total Quality Approach hanya dapat dicapai
dengan memperhatikan karakteristik MMT sebagai berikut :
1. Fokus pada pelanggan, baik pelanggan internal maupun eksternal
2. Memiliki obsesi yang tinggi terhadap kualitas
3. Menggunakan pendekatan ilmiah dalam pengambilan keputusan dan
pemecahan masalah
4. Memiliki komitmen yang panjang

16
Ibid, hlm. 6

15
5. Membutuhkan kerjasama tim (teamwork)
6. Memperbaiki proses secara berkesinambungan
7. Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan
8. Memberikan kebebasan yang terkendali
9. Memiliki kesamaan tujuan
10. Adanya keterlibatan dan pemberdayaan karyawan
e. Sejarah Singkat Perkembangan MMT
Evolusi gerakan total quality dimulai dari masa studi waktu dan gerak
oleh Bapak Manajemen ilmiah Frederick Taylor pada tahun 1920-an. Aspek
yang paling fundamental dari manajemen ilmiah adalah adanya pemisahan
antara perencanaan dan pelaksanaan. Meskipun pembagian tugas telah
menimbulkan peningkatan besar dalam hal produktivitas, sebenarnya konsep
pembagian tugas tersebut telah menyisihkan konsep lama mengenai
keterampilan dan keahlian, dimana individu yang sangat terampil melakukan
semua pekerjaan yang dibutuhkan untuk menghasilkan produk yang
berkualitas. 17
f. Prinsip dan Unsur Pokok MMT
Ruang lingkup MMT mengandung beberapa prinsip umum yang dapat
dijabarkan sebagai berikut :
1. Customer Focus : fokus pada setiap usaha selalu pada konsumen
2. Quality Leadership : kepemimpinan berkualitas tinggi
3. Stakeholder Focus : fokus pada kepentingan semua pemegang saham,
seluruh karyawan perusahaan, pemasok, konsumen, serta masyarakat
pada umumnya
4. Integrated Bisnis Strategy : falsafah dan perencanaan kualitas sudah
diintegrasikan dalam strategi bisnis

17
Ibid, hlm. 12

16
5. Teamwork : memelihara kerjasama yang baik dalam tim
6. Empowermwnt : kemampuan memberikan kepercayaan dan wewenang
7. Process Management : manajemen proses dengan kualitas tinggi
8. Asset Management : manajemen asset yang efisien
9. Continuous Improvement : perbaikan kualitas terus-menerus
10. Learning Organization : menanam paradigm untuk belajar terus
11. Measurement : pengukuran semua langkah tahap proses untuk
mengetaui dimana dan bilamana diperlukan perbaikan untuk mencapai
standard kualitas yang telah disetujui.
12. Marketing Managements : kemampuan menciptakan pasar baru atau
mencari celah pasar dan mempertahankan segmen pasar
13. Value Added : menciptakan nilai tambah produk/jasa yang bermanfaat
bagi konsumen dan menguntungkan produsen. 18
g. Pendekatan MMT
Pendekatan MMT dilakukan berdasarkan enam konsep yaitu :
1. Suatu manajemen yang mempunyai komitmen dan terlibat penuh untuk
member dukungan organisasi dari atas ke bawah
2. Suatu focus terus menerus ke konsumen internal dari atas ke bawah
3. Melibatkan dan memberdayakan seluruh SDM organisasi secara efektif
4. Perbaikan kontinu terus-menerus dari seluruh proses bisnis dan proses
produksi
5. Melibatkan para pemasok (suppliers) sebagai mitra kerja
6. Menentukan sistem pengukuran untuk semua proses

18
Ibid, hlm. 13

17
h. Tujuan MMT
Tujuan MMT ialah untuk memberikan produk atau jasa berkualitas yang
memenuhi kebutuhan dan kepuasan para konsumen berkelanjutan (sustainable
satisfaction) yang pada gilirannya akan menimbulkan pembelian
berkesinambungan sehingga dapat menimbulkan produktivitas produsen
mencapai skala ekonomis dengan penurunan biaya produksi. Implikasi dari
hal diatas ialah bahwa manajemen MMT harus mempunyai visi, misi, dan
kemampuan untuk mengembangkan pasar yang sudah ada maupun dapat
mengantsipasi kebutuhan produk atau jasa yang akan datang, yang saat ini
mungkin belum ada sama sekali. 19
2. Kepemimpinan Dalam Persfektif MMT/TQM Pendidikan
a. Kepemimpinan Pendidikan Mutu
Ada beraneka ragam definisi tentang kepemimpinan. Sebagai alasannya
adalah bahwa kepemimpinan telah diuji berdasarkan perspektif dari begitu
banyak bidang usaha yang berbeda. Kepemimpinan adalah kemampuan untuk
menginspirasikan orang guna menciptakan satu komitmen total, diinginkan, dan
sukarela terhadap pencapaian tujuan organisasional atau melebihi pencapaian
tujuan tersebut. Definisi ini mengandung konsep kunci yang membuanya
terutama dapat diaplikasikan dalam tatanan mutu total : konsep tentang member
inspirasi kepada orang lain. Menginspirasikan orang adalah perintah yang lebih
tinggi dari interaksi manusia disbanding memotivasikan mereka, yang
merupakan konsep yang lebih sering digunakan dalam mendefinisikan
kepemimpinan.

19
Ibid, hlm. 15

18
Kepemimpinan untuk mutu adalah kepemimpnan dari perspektif mutu
lokal. Itu adalah tentang penerapan prinsip-prinsip kepemimpinan yang
ditetapkan dalam bagian sebelumnya, sedemikian rupa untuk terus menerus
memperbaiki metode dan proses kerja. Kepemimpinan untuk mutu didasarkan
pada filosofi yang terus menerus memperbaiki metode dan proses kerja. 20
Kepemimpinan dan pengembangan sekolah yang berturut-turut
membahas kepemimpinan yang efektif dalam MBS, budaya sekolah yang
mendukung implementasi MBS, pengambilan keputusan yang efektif dalam
MBS, budaya sekolah yang mendukung implementasi MBS, pengambilan
keputusan yang efektif dalam MBS, dan perubahan dan pengembangan
organisasi dalam MBS.
Pemerintah terlalu berkeinginan untuk menguasai sector pendidikan.
Segala permasalahan pendidikan ingin ditangani sendiri mulai dari pendanaan,
pengelolaan, banhkan penentuan materi pelajaran pun ditentukan pemerintah.
Penyelenggaraan pendidikan dikooptasi oleh suatu institusi formal. Perhatian
utama untuk meningkatkan mutu pendidikan selalu difokuskan pada proses
pembelajaran. Dalam hal ini segala upaya perbaikan mengarah pada lingkup
ruang kelas seperti kurikulum, metode pembelajaran, perbaikan kualitas guru
atau sarana pendidikan. Jarang sekali adanya perhatian yang lebih luas,
misalnya menciptakan iklim, budaya kerja, dan kepemimpinan sekolah yang
lebih baik. Padahal, di banyak negara upaya meningkatkan mutu pendidikan
didekati dari perspektif yang lebih luas yaitu secara organisatoris.
Para guru selalu dituntut untuk memberikan pelayanan yang lebih baik
kepada siswa sementara itu nasib mereka sendiri tidak diperhatikan dengan
sungguh-sungguh. Padahal, sekolah selain memiliki fungsi kependidikan, yaitu
untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap para siswa, juga

20
David L. Goetsch, Manajemen Mutu Lokal, (Jakarta : PT Prenhallindo, 2002), hlm. 168

19
memiliki fungsi ekonomis yaitu sebagai tempat para guru dan tenaga
kependidikan lainnya menggangtungkan hidupnya. Meningkatkan kualitas
pendidikan dengan mengabaikan taraf kehidupan guru dan tenaga kependidikan
lainnya tidak akan bermanfaat.
Selama ini pendidikan di Indonesia tidak memiliki standard pagu mutu
(benchmark) yang diinginkan itu seperti apa. Standar pagu mutu dilihat dari
sudut pandang siswa, sudut pandang orang tua, sudut pandang pemerintah,
sudut pandang masyarakat dan sudut pandang pemerintah, sudut dunia usaha
tidak ada patoknya. Sudah adakah suatu penelitian yang mengambarkan
keinginan mutu pendidikan dari berbagai sudut pandang konstituen pendidikan
kita ?21
b. Peran Pemimpin Pendidikan Mutu
Memahami pengertian kepemimpinan dari sudut pandang para pakar
akan memberikan gambaran bahwa kepemimpinan merupakan suatu peran
merupakan suatu peran yang sangat penting dalam manajemen pendidikan.
Berbagai pengertianm konsep, teori dan praktik kepemimpinan dalam
manajemen pendidikan bertujuan agar pendidikan dapat mencapai tujuan
pendidikan secara efektif dan efisien.
Semakin pesatnya ilmu pengetahuan dan teknologi serta tuntutan
masyarakat terhadap mutu pendidikan menuntut kepemimpinan yang efektif.
Tantangan bagi seorang pemimpin pendidikan adalah bagaimana ia mampu
berperan secara efektif dalam mendorong dan pelopor perubahan organisasi
menuju organisasi yang bermutu. Upaya memperbaiki mutu dalam suatu
organisasi sangat ditentukan oleh mutu kepemimpinan dan manajemen yang
efektif. Dukungan dari anggota hanya akan muncul secara berkelanjutan ketika
pimpinannya benar-benar bermutu atau unggul.

21
Nurkolis, Manajemen Berbasis Sekolah, (Jakarta : Grasindo, 2001), hlm. 16

20
Peran kepemimpinan penting sekali dalam mengejar mutu yang
diinginkan pada setiap sekolah. Sekolah hanya akan maju bila dipimpin oleh
kepala sekolah yang visioner, memiliki keterampilan manajeria, serta integritas
kepribadian dalam melaksanakan perbaikan mutu. Kepemimpinan kepala
sekolah tentu menjalankan manajemen sesuai dengan iklim organisasinya.
Kepala sekolah akan dapat memainkan perannya dengan efektif apabila
memahami budaya sekolah yang dipimpinya. Perubahan budaya yang
berorientasi kepada mutu harus dimulai dari kepemimpinan kepala sekolah.
Kepala sekolah harus memainkan kepemimpinan yang demokratis, transparan,
juju, bertanggung jawab, menghargai guru dan staf, bersikap adil, dan sikap
terpuji lainnya yang tertanam dalam diri dan dirasakan oleh warga sekolahnya.
Kepala sekolah terbuka menerima kritik dan masukan dari guru, staf
TU, para siswa orang tua tentang budaya yang berkembang di sekolah. Budaya
sekolah ini berkaitan dengan visi yang dimiliki oleh kepala sekolah tentang
masa depan sekolah akan baik apabila: (a) kepala sekolah dapat berperan
sebagai model, (b) mampu membangun tim kerjasama, (c) belajar dari guru,
staf, dan siswa, dan (d) memahami kebiasaan yang baik untuk terus
dikembangkan. Kepala sekolah dan guru harus mampu memahami lingkungan
sekolah yang spesifik tersebut. Karena, akan memberikan perspektif dan
kerangka dasar untuk melihat, memahami permasalahan yang kompleks sebagai
suatu kesatuan secara mendalam, kepala sekolah dan guru akan memiliki nilai-
nilai dan sikap yang amat diperlukan dalam menjaga dan memberikan
lingkungan yang kondusif bagi berlangsungnya proses tumbuhkembangnya
budaya mutu di sekolah. 22

22
Cucun Junengsih, Ilmu dan Aplikasi Pendidikan, (Semarang : PT Imperial Bhakti Utama,
2007), hlm. 238

21
Kepemimpinan mutu pendidikan akan mampu menggerakkan
organisai agar program dan tujuan yang telah ditetapkan bersama dapat
tercapai. Demikian pula dengan gerakan mutu (quality movement) pada
lembaga pendidikan atau menumbuhkembangkan budaya mutu (quality culture)
harus ditopang oleh peran kepemimpinan yang bermutu. Sallis (1993:86)
menyatakan bahwa “Leader must have the vision and be able to translate it into
clear policies and aspesific goals.”Sebagai alat dalam menerapkan manajemen
mutu terpadu seorang. 23
Dalam buku mereka, Leader; The Strategy for Talking Charge,
Warren Bennis dan Burt Nanus menggambarkan tiga pelajaran untuk
kepemimpinan yang meringkaskan apa yang harus bisa dilakukan para
pemimpin.
1. Atasilah penolakan terhadap perubahan. Beberapa orang dalam posisi
manajemen berusaha melakukan ini dengan menggunakan kekuasaan dan
kendali. Mereka yang adalah pemimpin mengatasi penolakan dengan
mencapai suatu komitmen total, sesuai keinginan, dan sukarela terhadap
nilai dan tujuan yang dianut.
2. Memperantai kebutuhan atas kelompok konstuituensi di dalam dan di luar
organisasi. Bila kebutuhan perusahaan dan salah satu kebutuhan dari
epmasoknya tampak mulai berkonflik, para pemimpin harus mampu
menemukan cara memenuhi kebutuhan kedua organisasi bersama tanpa
sedikitpun mengurangi salah satunya.
3. Tetapkan suatu kerangka eis yang di dalamnya semua karyawan dan
perusahaan beroperasi sebagai keseluruhan.

23
Ibid, hlm. 239

22
Pemimpin yang baik muncul dalam semua bentuk, ukura, jenis
kelamin, usia, ras, keyakinan politik, dan asal usul kebangsaan. Mereka tidak
kelihatan serupa, berbicara serupa, atau bahkan bekerja serupa. Akan tetapi,
para pemimpin yang baik menganut beberapa karakteristik yang sama. Ini
adalah karakteristik-karakteristik yang perlu untuk mengilhami orang untuk
komitmen yang total, sesuai keinginan, dan dengan suka rela. Lepas dari
tatanan belakang, pemimpin yang baik menunjukkan karakteristik.
Pemimpin yang baik setia, baik kepada pekerjaan yang harus
dilakukan maupun orang yang harus melakukannya, dan mereka mampu
menemukan keseimbangan yang tepat antara keduanya. Pemimpin yang baik
memproyeksikan contoh yang positif setiap saat. Mereka adalah model peran
yang baik. Para manajer yang memproyeksikan sikap “Kerjakan seperti yang
saya katakana, bukan seperti yang saya lakukan” tidak akan menjadi pemimpin
yang efektif. Pemimpin yang baik adalah komunikator yang baik. Mereka
adalah pendengar yang terampil, sabar dan suka mendengarkan. 24

24
David L. Goetsch, Manajemen Mutu Lokal, (Jakarta : PT Prenhallindo, 2002), hlm. 169-
170

23
PENUTUP

Kesimpulan
Kepemimpinan adalah seni untuk mempengaruhi tingkah laku manusia dan
kemampuan untuk membimbing orang lain. Ada pendapat lain yang mengatakan bahwa
kepemimpinan adalah suatu cara untuk mempengaruhi dan membimbing orang sedemikian
rupa, sehingga mendapatkan kepatuhan dan keikhlasan dalam menunaikan tugas (George
R. Terry). Mengembangkan visi guru sebagai pelaku perubahan dan pendidik karakter
sesungguhnya menjadi tantangan bagi setiap pendidikan bukan sekadar menjadi pemimpin
yang mampu mengajar dan mendidik (instructional leader), yaitu memusatkan
perhatiannya semata-mata pada proses belajar-mengajar siswa, melainkan juga membangun
dalam diri siswa kemampuan dan kesadaran diri agar mereka dapat menjadi pelaku
perubahan.

24
DAFTAR PUSTAKA

Iskandar Putong, Soekarso. 2015. Kepemimpinan Kajian Teoritis dan Praktis. Yogyakarta :
Celebes Media Perkasa.
Dharma, Widya. 2007. Agama Hindu. Jakarta : Ganeca Exact.
Pianda, Didi. 2018. Kinerja Guru. Jawa Barat : CV Jejak.
Umar, Husein. 2003. Business An Introduction. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.
Timotius. 2016. Kepemimpinan dan Kepengikutan Teori dan Perkembangannya.
Yogyakarta : CV Andi Offset.
Koesoema, Doni. 2003. Pendidik Karakter di Zaman Keblinger. Jakarta : PT Gramedia
Pustaka Utama.
L. Goetsch, David. 2002. Manajemen Mutu Lokal. Jakarta : PT Prenhallindo.
Juharni. 2017. Manajemen Mutu Terpadu. Makassar : CV Sah Media.
Nurkolis. 2001. Manajemen Berbasis Sekolah. Jakarta : Grasindo.
Junengsih,Cucun. 2007. Ilmu dan Aplikasi Pendidikan. Semarang : PT Imperial Bhakti
Utama.

25

Anda mungkin juga menyukai