Anda di halaman 1dari 15

PELAKSANAAN PROGRAM

K-3 PERUSAHAAN

Pada jaman dahulu, sekarang, sampai di masa yang akan datang, manusia
hidup di dunia ini membutuhkan beberapa faktor penunjang untuk dapat bertahan
hidup. Salah satu faktor agar manusia dapat bertahan hidup adalah membutuhkan
pekerjaan. Manusia bekerja tergantung kepada kondisi yang bersifat fisiologis dan
psikologis, dan tidak semata-mata untuk mendapatkan uang. Gaji yang tinggi tidak
selalu menjadi faktor utama untuk meningkatkan kerja, Mereka bekerja juga untuk
memenuhi kebutuhan psikologis dan kebutuhan sosial, yaitu kebutuhan memperoleh
perhatian pada segi kemanusiaanya (As’ad, 1995).

A. Latar Belakang
Upah dan jaminan sosial merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
tinggi rendahnya produktivitas kerja karyawan. Pengorbanan yang dikeluarkan
oleh karyawan kepada perusahaan tentu membutuhkan penghargaan yang layak
dan sesuai. Perusahaan dan karyawan sama-sama memiliki hak dan kewajiban
yang berbeda namun tetap harus dipenuhi dalam melaksanakan setiap
pekerjaannya, dan diharapkan jika hak serta kewajiban tersebut terpenuhi oleh
masing-masing pihak maka akan tercipta suatu hubungan yang harmonis antara
perusahaan dan karyawan. Selain faktor upah dan jaminan sosial, faktor lain
yang dapat menunjang produktivitas kerja karyawan adalah faktor teknologi.
Teknologi menjadi faktor utama bagi produksi modern seperti saat ini. Era
industrialisasi ditandai oleh pertumbuhan dan perkembangan berbagai industri
dengan menggunakan teknologi dalam proses produksinya. Namun disisi lain
penggunaan teknologi dengan penanganan yang tidak direncanakan dengan baik
akan menimbulkan banyak efek negatif terutama bagi karyawan yang langsung
bersentuhan dengan teknologi tersebut. Efek tersebut antara lain meningkatnya
kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja. Seperti pada sebuah wacana
berikut:
Berdasarkan data Depnakertrans, angka kecelakaan kerja dari tahun ke tahun
mengalami penurunan. Pada tahun 2007 tercatat angka kecelakaan kerja sebanyak

1
83.714 orang, tahun 2008 menurun menjadi 58.600, dan 2009 Sebanyak 54.398.
(http://news.okezone.com/read/2009/11/04/337/272174/muhaimin-fokus-
pada-kesehatan-pekerja. Rabu, 30 Januari 2013 pukul 11.34). Angka kecelakaan
kerja di Indonesia masih cukup tinggi. Sebanyak 56 pekerja meninggal dunia
setiap hari akibat rendahnya standar keselamatan kerja dan sebab lain.
(http://news.okezone.com/read/2008/01/24/1/77664/keselamatan kurang-5-6-
pekerja-tewas-per-hari.Rabu,30 Januari 2013 pukul 11.40).
Wacana tersebut semakin memperjelas bahwa angka kecelakaan kerja di
Indonesia masih tergolong tinggi. Oleh sebab itu upaya menerapkan program K3
diharapkan mampu menekan angka kecelakaan kerja yang sering terjadi. Usaha
yang perlu dilakukan dalam upaya mencegah kecelakaan ditempat kerja adalah
pihak perusahaan sebagai pengguna tenaga kerja wajib menyediakan alat
perlindungan yang dibutuhkan oleh tenaga kerja sesuai dengan kebutuhannya,
hal ini dimaksudkan agar tenaga kerja merasa aman dan nyaman dalam
melaksanakan pekerjaanya. Selain itu, pihak tenaga kerja hendaknya mematuhi
dan manjalankan K3 serta peraturan yang telah dibuat oleh perusahaan dalam
upaya menerapkan K3 diperusahaan, sehingga akan tercipta hubungan yang
harmonis dan saling memahami peran masing-masing dalam perusahaan, dan
dengan begitu usaha dalam meningkatkan produksi dan produktivitas akan
berjalan sesuai dengan harapan.
B. Pengertian K-3
a. Pengertian Keselamatan Kerja
Setiap perusahaan atau industri memiliki tingkat resiko kecelakaan
yang berbeda-beda, namun setiap perusahaan selalu berusaha mencegah
atau menghindari resiko tersebut. Anwar Prabu Mangkunegara (2009: 161)
mengemukakan bahwa: “Keselamatan kerja menunjukkan pada kondisi
yang aman atau selamat dari penderitaan, kerusakan atau kerugian ditempat
kerja”. Pendapat lain dikemukakan oleh Daryanto (1993: 146), yang
mengemukakan bahwa: “Keselamatan kerja ialah selamatnya karyawan,
alat-alat kerja dan perusahaan serta produksi dan daerah lingkungannya,
sehingga perlu pada waktu karyawan bekerja, topi, helm pengaman, sarung
tangan, kaca mata pengaman, masker pelindung muka” Dari penjelasan

2
beberapa ahli, maka dapat diambil kesimpulan bahwa pengertian
keselamatan adalah selamatnya karyawan, alat produksi dan perusahaan
serta lingkungannya dari kerusakan dan penderitaan.
b. Pengertian Kesehatan Kerja
Manusia sebagai sumber daya memiliki peran yang sangat penting
di perusahaan. Kehadiran manusia menjadi penting karena manusia tidak
dapat digantikan oleh kecanggihan mesin. Oleh sebab itu kesehatan manusia
sudah selayaknya diperhatikan agar tidak mengganggu proses produksi.
Wahid Iqbal Mubarak dan Nurul Chayatin (2009: 101) mengemukakan
bahwa: “sehat adalah suatu keadaan yang lengkap meliputi kesejahteraan
fisik, mental dan sosial, bukan semata-mata bebas dari penyakit dan cacat
atau kelemahan”. Sedangkan Anwar Prabu Mangkunegara (2009: 161),
mengemukakan bahwa: “kesehatan kerja menunjukkan pada kondisi yang
bebas dari gangguan fisik, mental, emosi atau rasa sakit yang disebabkan
oleh lingkungan kerja”. Menurut Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992
tentang kesehatan, “kesehatan adalah keadaaan sejahtera dari badan, jiwa
dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial
ekonomis. Kesehatan kerja diselenggarakan untuk mewujudkan
produktivitas kerja yang optimal”.
c. Maksud dan Tujuan Program Pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan
Kerja
Pemerintah turut ikut dalam meningkatkan produktivitas karyawan
salah satunya dengan mengusahakan kesejahteraan baik secara fisik
maupun mental sebagaimana tertuang dalam GBHN (1993):
“Pengembangan ketenagakerjaan merupakan upaya menyeluruh dan
ditujukan pada peningkatan, pembentukan dan pengembangan tenaga kerja
berkualitas, produktif, efisien, efektif dan berjiwa wirausaha sehingga
mampu mengisi, menciptakan, dan memperluas lapangan kerja serta
kesempatan kerja. Peningkatan kesadaran akan produktivitas, efektifitas,
efisiensi dan kewiraswastaan serta etos kerja produktif dilaksanakan
melalui berbagai kegiatan motivasi, penyuluhan, pendidikan, dan pelatihan
dalam rangka meningkatkan kesejahteraan tenaga kerja dan kualitas

3
berdasarkan rencana ketenagakerjaan”.
Lebih lanjut Suma’mur (1985: 27) mengemukakan bahwa tujuan
keselamatan kerja pada tingkat perusahaan adalah:
1) Mencegah terjadinya kecelakaan.
2) Pencegahan terjadinya penyakit akibat kerja.
3) Pencegahan atau penekanan menjadi sekecil-kecilnya cacat akibat
kerja.
4) Pengamanan material, pesawat-pesawat, instalasi-instalasi, dan lain-lain.
5) Peningkatan produktivitas atas dasar tingkat keamanan kerja yang
tinggi.
6) Penghindaran pemborosan tenaga kerja, modal, alat-alat, dan sumber
produksi lainnya sewaktu bekerja.
7) Pemeliharaan tempat kerja yang bersih, sehat, nyaman, dan aman.
8) Peningkatan dan pengamanan produksi dalam rangka industrialisasi
dan pembangunan.
d. Ruang Lingkup Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Keselamatan dan kesehatan kerja memiliki ruang lingkup, Basir
Barthos (1995: 138) mengemukakan bahwa:
1) Ketentuan keselamatan dan kesehatan kerja berlaku disetiap tempat kerja
yang mencakup 3 (tiga) unsur pokok (tenaga kerja, bahaya kerja, dan
usaha baik bersifat ekonomis maupun sosial)
2) Ketentuan K3 berkaitan dengan perlindungan:
a) Tenaga kerja
b) Alat, bahan, dan mesin
c) Lingkungan
d) Proses produksi
e) Sifat pekerjaan
f) Cara kerja
3) Persyaratan keselamatan dan kesehatan kerja ditetapkan sejak
perencanaan, pembuatan, pemakaian barang ataupun produk teknis dan
seterusnya.
4) Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan tanggung jawab semua

4
pihak, khususnya pihak yang terkait dengan proses penyelenggaraan
suatu usaha.
e. Syarat-syarat Keselamatan Kerja
Upaya untuk memaksimalkan program Keselamatan dan Kesehatan
Kerja di perusahaan membutuhkan kerjasama dari berbagai pihak, baik
karyawan, perusahaan maupun pemerintah. Oleh sebab itu pihak perusahaan
beserta karyawan harus mengetahui syarat-syarat Keselamatan Kerja sesuai
dengan Undang-undang No 1 Tahun 1970 yang telah ditetapkan oleh
pemerintah, yaitu:
 Mencegah dan mengurangi kecelakaan.
 Mencegah dan mengurangi dan memadamkan kebakaran.
 Mencegah dan mengurangi bahaya peledakan.
 Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu
kebakaran atau kejadian-kejadian lain yang berbahaya.
 Memberi pertolongan pada kecelakaan.
 Memberi alat-alat pelindung diri pada para pekerja.
 Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar luasnya suhu,
kelembaban, debu kotoran, asap, uap, gas, hembusan, angin, cuaca, sinar
radiasi, suara dan getaran.
 Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik
fisik maupun psikis, keracunan, infeksi dan penularan.
 Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai.
 Menyelenggarakan suhu dan kelembaban udara yang baik.
 Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup.
 Memelihara kebersihan, kesehatan, ketertiban.
 Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara
dan proses kerja.
 Mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang, binatang,
tanaman dan barang.
 Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan.
 Mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar muat, perlakuan
dan penyimpanan barang.

5
 Mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya.
 Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan
yang bahaya kecelakaannya menjadi bertambah lagi.
f. Kecelakaan Kerja dan Penyakit Akibat Kerja
Penggunaan teknologi dalam proses produksi pada perusahaan
memiliki kecenderungan mengakibatkan kecelakaan bagi penggunanya, oleh
sebab itu penerapan dan pelaksanaan program Keselamatan dan Kesehatan
Kerja perlu lebih diperhatikan sebagai upaya untuk mencegah terjadinya
kecelakaan dan melindungi para pekerjanya. Namun hal tersebut bukan
semata-mata menjadi kewajiban pihak perusahaan saja, semua pihak yang
terkait dalam perusahaan harus melaksanakan perannya masing-masing
dalam mengoptimalkan K3 sehingga angka kecelakaan ditempat kerja dapat
dihindari.
Randall S. Schuler dan Susan E. Jackson diterjemahkan oleh Abdul
Rasyid (1999: 207) mengemukakan bahwa “kecelakaan bergantung pada
perilaku pekerja, tingkat bahaya dalam lingkungan pekerjaan, dan semata-
mata nasib sial”. Sedangkan Sumanto Imam Khasani (1990: 7)
mengemukakan bahwa “sikap dan tingkah laku pekerja yang lalai,
menganggap remeh setiap kemungkinan bahaya dan enggan memakai alat
pelindung diri menempati urutan pertama penyebab kecelakaan”.
Tasliman (1991: 8) mengemukakan bahwa faktor-faktor yang dapat
menyebabkan terjadinya kecelakaan kerja dibedakan menjadi dua, yaitu:
“… faktor pertama adalah kecelakaan yang disebabkan kesalahan manusia
(human error) seperti kelalaian, hilangnya konsentrasi waktu kerja, dan
sikap mental kerja. Faktor kedua penyebab kecelakaan adalah faktor
lingkungan kerja seperti alat dan mesin perkakas yang berbahaya, sistem
kerja yang tidak aman, bahan dan material yang berbahaya, dan bahaya dari
panas dan api”. Menurut Suma’mur (1985: 96) penyakit kerja dibedakan
berdasarkan faktor penyebabnya, antara lain: “…1) golongan fisik seperti
suara, radiasi sinar radioaktif, suhu yang tinggi, tekanan yang tinggi,
penerangan lampu yang kurang baik. 2) Golongan chemist, yaitu seperti
debu, uap, gas, larutan. 3) golongan infeksi, seperti bibit penyakit dan

6
brucella. 4) golongan fisiologis seperti kesalahan- kesalahan konstruksi
mesin, sikap badan yang kurang baik, dan cara melakukan pekerjaan. 5)
golongan mental-psikologis, seperti hubungan kerja yang tidak baik”.
g. Pengertian Tenaga Kerja
Salah satu faktor di perusahaan dalam usaha untuk mencapai tujuan
yang diinginkan adalah faktor tenaga kerja/karyawan. Oemar Hamalik
(2007: 7) mengemukakan bahwa: tenaga kerja (ketenagakerjaan) adalah
sumber daya manusia yang memiliki potensi, kemampuan, yang tepat guna,
berdaya guna, berpribadi dalam kategori tertentu untuk bekerja dan
berperan serta dalam pembangunan, sehingga berhasil guna bagi dirinya dan
masyarakat secara keseluruhan.

C. Program K-3
Ketika seorang keryawan/tenaga kerja merasa aman dan nyaman serta
memiliki fisik yang sehat dalam bekerja maka tujuan yang ingin dicapai oleh
perusahaan akan sesuai dengan harapan. Menurut Dewan K3 Nasional,
program K3 adalah upaya untuk mengatasi ketimpangan pada empat unsur
produksi yaitu manusia, sarana, lingkungan kerja dan manajemen. Program ini
meliputi administrasi dan manajemen, P2K3, kebersihan dan tata ruang,
peralatan K3, pengendalian bahaya dan beracun, pencegahan kebakaran,
keadaan darurat, penerapan K3 dan sistem evaluasi program (DK3N, 1993).
Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja bersifat spesifik artinya program
keselamatan dan kesehatan kerja tidak bisa dibuat, ditiru, atau dikembangkan
semaunya. Suatu program keselamatan dan kesehatan kerja dibuat
berdasarkan kondisi dan kebutuhan nyata di tempat kerja sesuai dengan
potensi bahaya sifat kegiatan, kultur, kemampuan financial, dan lainnya.
Dalam usaha tersebut pihak perusahaan pun sudah selayaknya ikut serta
dalam mengoptimalkan peran K3 tersebut. Hal ini dapat digambarkan dalam
kerangka pikir sebagai berikut:

7
Program K3

1. Manajemen K3
2. Pengawasan kerja
3. Pelatihan K3
4. Tersedianya alat pelindung diri (APD)
5. SOP
6. Sosialisasi K3
7. Poliklinik/ruang kesehatan
8. Kantin
9. Rest Area

Kesadaran pentingnya Budaya penggunaan


K3 APD

Meminimalisirkan kecelakaan kerja

Produktivitas Kerja

Gambar 1. Alur kerangka pikir

Program K3 merupakan suatu rencana kerja dan pelaksanaan prosedur


yang memfasilitasi pelaksanaan keselamatan kerja dan proses pengendalian
resiko dan paparan bahaya termasuk kesalahan manusia dalam tindakan tidak
aman, meliputi :
1. Membuat program untuk mendeteksi, mengkoreksi, mengontrol
kondisi berbahaya, lingkungan beracun dan bahaya-bahaya kesehatan.
2. Membuat prosedur keamanan.
3. Menindaklanjuti program kesehatan untuk pembelian dan pemasangan
peralatan baru dan untuk pembelian dan penyimpanan bahan berbahaya.
4. Pemeliharaan sistem pencatatan kecelakaan agar tetap waspada.
5. Pelatihan K3 untuk semua level manajemen.
6. Rapat bulanan P2K3
7. Tetap menginformasikan perkembangan yang terjadi di bidang K3
seperti alat pelindung diri, standar keselamatan yang baru.

8
8. Pembagian pernyataan kebijakan organisasi.

Program keselamatan dan kesehatan kerja harus dirancang spesifik


untuk masing-masing perusahaan sehingga tidak bisa sekedar meniru atau
mengikuti arahan dan pedoman dari pihak lain (Ramli, 2010).

Efektifitas program keselamatan dan kesehatan kerja sangat tergantung


kepada komitmen dan keterlibatan semua pekerja. Keterlibatan pekerja
akan meningkatkan produktivitas. Beberapa kegiatan yang harus melibatkan
pekerja antara lain (Nasution, 2005) :
1. Kegiatan pemeriksaan bahan berbahaya dan beracun dan
menyusulkan rekomendasi bagi perbaikan.
2. Mengembangkan atau memperbaiki aturan keselamatan umum.
3. Melakukan pelatihan terhadap tenaga kerja baru.
4. Membantu proses analisis penyebab kecelakaan kerja.
Unsur-unsur program keselamatan dan kesehatan kerja yang terpenting
adalah pernyataan dan kebijakan perusahaan, organisasi dan personil, menjaga
kondisi kerja untuk memenuhi syarat-syarat keselamatan, membuat laporan dan
analisis penyebab kecelakaan dan menyediakan fasilitas pertolongan pertama
pada kecelakaan (Nasution, 2005). Program keselamatan dan kesehatan kerja akan
memperbaiki kualitas hidup pekerja melalui jaminan keselamatan dan kesehatan
kerja yang dapat menciptakan situasi kerja yang aman, tenteram dan sehat
sehingga dapat mendorong pekerja untuk bekerja lebih produktif.
Melalui program keselamatan dan kesehatan kerja, terjadinya kerugian
dapat dihindarkan sehingga perusahaan dapat meningkatkan kesejahteraan
pekerjanya (Siregar, 2005). Heinrich menyatakan prinsip dasar dari program
keselamatan dan kesehatan kerja yang perlu diterapkan dalam upaya pencegahan
kecelakaan, yaitu :
1. Melakukan usaha inspeksi keselamatan kerja untuk mengidentifikasikan
kondisi- kondisi yang tidak aman.
2. Mengadakan usaha pendidikan dan pelatihan para pekerja untuk
meningkatkan pengetahuan pekerja akan tugasnya sehari-hari dan cara
kerja yang aman.
3. Membuat peraturan-peraturan keselamatan kerja yang harus ditaati oleh

9
semua pekerja.
4. Pembinaan displin dan ketaatan terhadap semua peraturan di bidang
keselamatan kerja.

D. Tujuan Program K-3 pada Perusahaan


Tujuan program keselamatan dan kesehatan kerja secara umum adalah
mempercepat proses gerakan nasional K3 dalam upaya memberdayakan
keselamatan dan kesehatan kerja guna mencapai kecelakaan nihil. Sasaran dari
program keselamatan dan kesehatan kerja antara lain :
1. Meningkatkan pengertian, kesadaran, pemahaman dan penghayatan K3
semua unsur pimpinan dan pekerja pada sutau perusahaan.
2. Meningkatkan fungsi manajemen K3 atau Panitia Pembina
Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
3. Mendorong terbentuknya manajemen K3 pada setiap perusahaan.
4. Mendorong pembinaan K3 pada sektor informal dan masyrakat umum.

E. Pelaksanaan Program K-3 pada Perusahaan


 Sebagai contoh pada PT. Bitratex Industries
PT. Bitratex Industries didirikan pada tahun 1981, namun kegiatan
operasional perusahaan baru dimulai pada tahun 1982 yang peresmiannya
dilakukan oleh Ir. Suhartoyo, Ketua BPKN Pusat bersama Wakil Kepala Daerah
Tingkat I Jawa Tengah waktu itu, yaitu Drs. Sukardjan. Perusahaan ini berlokasi
di Jalan Brigjen S. Sudiarto KM. 11 Semarang, Jawa Tengah. PT. Bitratex
Industries merupakan perusahaan swasta asing, dimana sebagian besar saham
dimiliki oleh orang India. Perusahaan ini mempekerjakan banyak tenaga kerja,
dimana lebih dari dua ribu orang bekerja di sana tiap harinya. PT. Bitratex
Industries, Pada pelatihan keselamatan dan kesehatan kerja, ketersediaan alat
pelindung diri, jaminan keselamatan dan kesehatan, beban kerja dan jam kerja
untuk dijadikan sebagai kerangka pemikiran, dan model yang diajukan adalah
sebagai berikut:
 Jaminan keselamatan dan kesehatan kerja para tenaga kerja harus
diprioritaskan atau diutamakan dan diperhitungkan agar tenaga kerja merasa

10
ada jaminan atas pekerjaan yang mereka lakukan, baik yang beresiko
maupun tidak
 Pelatihan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah pelatihan yang
disusun untuk memberi bekal kepada personil yang ditunjuk perusahaan
untuk dapat menerapkan K3 di tempat kerja (www.sucofindo.co.id).
Pelatihan K3 bertujuan agar karyawan dapat memahami dan berperilaku
pentingnya keselamatan dan kesehatan kerja, mengidentifkasi potensi
bahaya di tempat kerja, melakukan pencegahan kecelakaan kerja,
mengelola bahan-bahan beracun berbahaya dan penanggulangannya,
menggunakan alat pelindung diri, melakukan pencegahan dan pemadaman
kebakaran serta menyusun program pengendalian keselamatan dan
kesehatan kerja perusahaan (Putut Hargiyarto, 2010).
 Pada umumnya alat-alat tersebut terdiri dari:
- Safety Helmet, berfungsi sebagai pelindung kepala dari benda yang
bisa mengenai kepala secara langsung.
- Tali Keselamatan (Safety Belt), berfungsi sebagai alat pengaman ketika
menggunakan alat transportasi ataupun peralatan lain yang serupa
(mobil, pesawat, alat berat, dan lain-lain)
- Sepatu Karet (Sepatu Boot), berfungsi sebagai alat pengaman saat
bekerja di tempat yang becek ataupun berlumpur.
- Sepatu Pelindung (Safety Shoes), berfungsi untuk mencegah kecelakaan
fatal yang menimpa kaki karena tertimpa benda tajam atau berat, benda
panas, cairan kimia, dan sebagainya.
- Sarung Tangan, berfungsi sebagai alat pelindung tangan pada saat
bekerja di tempat atau situasi yang dapat mengakibatkan cedera tangan.
- Tali Pengaman (Safety Harness), berfungsi sebagai pengaman saat
bekerja di ketinggian.
- Penutup Telinga (Ear Plug/ Ear Muff), berfungsi sebagai pelindung
telinga pada saat bekerja di tempat yang bising.
- Kacamata Pengaman (Safety Glasses), berfungsi sebagai pelindung
mata ketika bekerja (misal mengelas).

- Masker (Respirator), berfungsi sebagai penyaring udara yang dihirup saat

11
bekerja di tempat dengan kualitas udara yang buruk (misal berdebu,
beracun, berasap, dan sebagainya).
- Pelindung Wajah (Face Shield), berfungsi sebagai pelindung wajah dari
percikan benda asing saat bekerja (misal pekerjaan menggerinda).
- Jas Hujan (Rain Coat), berfungsi melindungi diri dari percikan air saat
bekerja (misal bekerja pada saat hujan atau sedang mencuci alat).
 Beban kerja adalah sekumpulan atau sejumlah kegiatan yang harus
diselesaikan oleh suatu unit organisasi atau pemegang jabatan dalam
jangka waktu tertentu (Adil Kurnia, 2010).
 Untuk karyawan yang bekerja 6 hari dalam seminggu, jam kerjanya adalah
7 jam dalam satu hari dan 40 jam dalam satu minggu. Sedangkan untuk
karyawan dengan 5 hari kerja dalam satu minggu, kewajiban bekerja
mereka adalah 8 jam dalam satu hari dan 40 jam dalam satu minggu
(www.gajimu.com).

12
Elemen-elemen Pelaksanaan Program Keselamatan dan Kesehatan
Kerja PT. Bitratex Industries

Alat
Pelatihan K3
Pelindung
Diri

Keselamatan
Jaminan
dan
Keselamatan Kesehatan Beban Kerja
dan
Kerja
Kesehatan

Jam Kerja

Gambar 2 elemen program K3

 Sebagai contoh pada PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk


Dalam proses produksi PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk
banyak menggunakan mesin dan alat-alat yang mempunyai hazard yang dapat
mengakibatkan kecelakaan kerja seperti kebisingan, suhu panas, lingkungan
kerja, posisi kerja yang tidak ergonomis, debu, kimia, dan perilaku pekerja.
Sebagai solusi untuk mengurangi angka kecelakaan kerja maka perlu
dilakasanakannya Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Di
PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk telah mengikuti peraturan perundang-
undangan yang berlaku mengenai Sistem Manajemen Keselamatan dan

13
Kesehatan Kerja yang kemudian dituangkan dalam kebijakan K3 yang
merupakan bagian dari kebijakan perusahaan. Kebijakan K3 ini sebagai dasar
implementasi K3 antar karyawan dan perusahaan. Salah satu perwujudan dari
kebijakan itu adalah dengan melakukan program-program Keselamatan dan
Kesehatan Kerja.

Tempat Kerja

Kecelakaan

Penerapan SMK3

Program K3

Lingkungan kerja aman, nyaman


dan sehat

Gambar 2. Kerangka Pemikiran

Pelaksanaan dan penerapan Sistem Manajemen Kesehatan dan


Keselamatan Kerja di PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk telah memiliki
pedoman dan petunjuk dari ISO 9001, ISO 14001, dan OHSAS 18001.
Pelaksanaan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja mengacu pada
peraturan Permenaker No. 05/MEN/1996 tentang penerapan Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Perhatian PT. Indocement Tunggal Prakarsa,
Tbk terhadap Keselamatan dan Kesehatan Kerja ini ditandai denagn adanya
kebijakan perusahaan di bidang K3LH, meliputi:
1. Senantiasa menjalankan perusahaan untuk selalu mematuhi undang-
undang peraturan yang berlaku dan standar relevan.
2. Senantiasa menjalankan perusahaan dengan melaksanakan pengendalian
resiko untuk menciptakan lingkungan kerjasama yang sehat dan selamat.
3. Senantiasa berusaha untuk menghemat sumber daya alam, mengutamakan

14
keselamatan, keamanan dan kesehatan kerja serta mengendalikan dan
mengurangi dampak lingkungan terutama emisi debu melalui kegiatan
perbaikan ssecara terus menerus.
4. Senantiasa meningkatkan program untuk menciptakan hubungan kerja
sama yang harmonis dengan lingkungan sekitar.
Perwujudan dari kebijakan perusahaan diatas adalah dengan melakukan
program-program Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Prosedur program-program
Keselamatan dan Kesehatan Kerja ini termasuk di dalam Dokumen Level III
SSCD-SAF-001. Pelaksanaan program-program Keselamatan dan Kesehatan
Kerjayang telah direncanakan oleh manajemen K3 mengacu pada ISO 900, ISO
1400, dan OHSAS 18001. Pihak manajemen K3 bertanggung jawab terhadap
masalah K3 di perusahaan, di samping itu dalam pelaksanaanya di bantu oleh
pengurus P2K3
Kebijakan dasar tentang keselamatan dan kesehatan kerja yang ada di
PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk secara umum telah sesuai dengan
Permenaker No. 05/MEN/1996 tentang penerapan Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Perwujudan dari kebijakan K3 di PT.
Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk adalah dengan adanya program keselamatan
dan kesehatan kerja :
1. Penyelidikan (Investigasi) Kecelakaan dan Nyaris Celaka
2. Penyebaran Statistik Kecelakaan
3. Safety Monitoring
4. Safety Talk
5. Safety Pause
6. Joint Safety Inspection (JSI)
7. Pembuatan Surat Ijin Kerja dan Ijin Kerja Berbahaya
8. Pelabelan Bahan Kimia
9. I-SOP (Indocement Safety Observation Program)
10. Pelatihan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
11. Sertifikasi Peralatan
12. Emergensy Response
13. Alat Pelindung Diri.

15

Anda mungkin juga menyukai