PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tumor ginjal adalah pertumbuhan sel yang tidak normal dari sel jaringan
ginjal. Tumor lunak atau siste pada umumnya tidak ganas dan yang padat ganas
atau kanker. Kanker adalah pertumbuhan sel yang tidak normal sangat cepat dan
mendesak sel-sel disekitarnya (Febriani, 2013).
Tumor ginjal merupakan tumor urogenitalia nomor tiga terbanyak setelah
tumor prostat dan tumor kandung kemih. Tumor ginjal dapat berasal dari tumor
primer di ginjal atau pun merupakan tumor sekunder yang berasal dari metastasis
keganasan di tempat Iain (Melisa dkk, 2016). Sebagian besar tumor ginjal yang
solid (padat) adalah kanker, sedangkan kista (rongga berisi cairan) atau tumor
biasanya jinak. Seperti organ tubuh Iainnya, ginjal kadang bisa mengalami
kanker. Pada dewasa, jenis kanker ginjal yang paling sering ditemukan adalah
karsinoma sel ginjal (adenokarsinoma renalis, hipernefroma) yang berasal dari
sel-sel yang melapisi tubulus renalis (Febriani, 2013).
Penyebab pasti tumor ginjal tidak diketahui, beberapa keterkaitan telah
dibangun antara kanker ginjal dengan merokok, hipertensi, dan obesitas.
Terpapar timah, kadmium dan fosfat juga meningkatkan risiko perkembangan
kanker (Black dan Hawks, 2014). Merokok dan kegemukan adalah faktor risiko ;
iritasi kronik yang dikaitkan dengan batu ginjal juga dapat menjadi penyebab.
Beberapa kanker ginjal dikaitkan dengan faktor genetik. (Le Mone dkk, 2016).
Trias klasik gejala tumor ginjal yaitu hematuria, nyeri panggul atau nyeri
pinggang, dan massa abdomen teraba atau pada panggul/pinggang, ditemukan
hanya pada sekitar 100/0 orang yang menderita karsinoma sel ginjal. Manifestasi
sistemik mencakup demam tanpa infeksi, keletihan, mual, penurunan berat badan,
anemia atau polisitemia. Tumor dapat menghasilkan hormon atau zat seperti
hormon, termasuk hormon paratiroid, prostaglandin, prolaktin, renin, gonadotropin
dan glukokortikoid. Zat ini menghasilkan sindrom paraneoplastik, dengan
manifestasi tambahan seperti hiperkalsemia, hipertensi, dan hiperglikemia.
1
Perburukan karsinoma sel ginjal berbeda-beda mulai dari periode lama penyakit
stabil hingga sangat agresif (LeMone dkk, 2016).
Karsinoma sel ginjal merupakan 3% dari seluruh tumor ganas pada orang
dewasa yang ditemukan pada umur 40-70 tahun. Kejadian tumor pada kedua sisi
(bilateral) hanya terdapat pada 2% kasus saja. Angka kejadian pada pria lebih
banyak daripada wanita dengan perbandingan 2:1. Di seluruh dunia, sekitar
270.000 kasus baru didiagnosis per tahun, dan sekitar 116.000 pasien meninggal
per tahun. Data lain menunjukan bahwa di seluruh dunia terdapat 209.000 kasus
baru dan 102.000 meninggal per tahunnya. Insiden RCC tertinggi terjadi di negara-
negara Barat dan terendah di negara Asia dan Afrika. Pada tahun 2015 di Amerika
Serikat, sekitar 62.000 telah di diagnosis RCC dan 14.000 telah meninggal karena
kasus ini (Melisa dkk, 2016).
Insidensi di Hongkong, India, Korea dan Taiwan berkisar 3.24-6.0 per
100.000 penduduk. Di Jepang 5.2 per 100.000 penduduk, dengan angka kematian
1.8 per 100.000 penduduk. Di Malaysia insidensi kanker ginjal adalah 1.9 per
100.000 penduduk. Rasio pria dibanding wanita 2.75:1, usia rerata penderita 57.1
tahun tetapi pada ras Cina reratanya lebih tua. Insidensi di India lebih rendah
dibandingkan orang India yang tinggal di Singapura, hal ini dimungkinkan karena
underdiagnosis, gaya hidup dan faktor lingkungan. Kejadian kanker ginjal di
Indonesia mencapai 2,4-3 kasus/100.000 penduduk yang meningkat dari perkiraan
sebelumnya sekitar 1,4-1,8 kasus/100.000 penduduk (Mochtar CA, et al, 2016).
Sedangkan di ruangan Lantai 5 Bedah RSPAD Gatot Soebroto selama periode Juli-
Desember 2017 terdapat 12 kasus Tumor Ginjal (8 kasus pada laki-laki dan 4 kasus
pada perempuan) dengan rata-rata umur lebih dari 50 tahun (56-88 tahun).
Faktor resiko terjadinya tumor ginjal adalah kebiasaan merokok, hipertensi,
dan obesitas. Oleh karena itu seseorang yang ingin menghindari kanker ginjal harus
berhenti atau tidak memulai merokok. Menghindari paparan kimia seperti timah,
fosfat, kadmium dan gaya hidup yang meminimalisasi perkembangan obesitas dan
hipertensi juga dapat mencegah kanker ginjal. Penyebab banyaknya kanker ginjal
tidak ditentukan, namun bisa dilakukan pencegahan dan perawatan meliputi
mencegah cedera dan infeksi, mengontrol tekanan darah bagi pasien yang
terdiagnosa kanker ginjal. Oleh sebab itu, perlu dilakukan pendekatan ilmiah dalam
2
hal ini pendekatan proses keperawatan yaitu asuhan keperawatan untuk mencegah
dan mengatasi masalah tersebut.
Untuk menanggapi terjadinya dampak yang tidak diinginkan tersebut maka
seorang perawat membutuhkan teori yang sesuai dalam menyusun rencana untuk
mengatasi masalah-masalah yang ditimbulkan akibat dari dampak yang muncul.
Sebagaimana keperawatan yang terus berkembang sebagai suatu profesi,
pengetahuan dibutuhkan untuk menjelaskan intervensi tertentu dalam memperbaiki
hasil klien.
Teori keperawatan dan konsep yang berhubungan terus berkembang.
Virginia Henderson mendefenisikan keperawatan sebagai "penolong individu, saat
sakit atau sehat, dalam melakukan kegiatan tersebut yang bertujuan untuk
kesehatan, pemulihan, atau kematian yang damai dan individu akan dapat
melakukannya sendiri jika mereka mempunyai kekuatan, keinginan, atau
pengetahuan". Proses keperawatan mencoba melakukan hal tersebut dan tujuannya
adalah kebebasan. Henderson dalam teorinya mengkategorikan empat belas
kebutuhan dasar semua orang dan mengikutsertakan fenomena dari ruang lingkup
klien, yakni fisiologis, psikologis, sosiokultural, spiritual, dan perkembangan.
Bersama perawat dan klien bekerja sama untuk mendapatkan semua kebutuhan dan
mencapai tujuan (Perry, 2013).
Tumor ginjal termasuk salah satu dari sepuluh penyakit terbanyak di
ruangan Ambun Suri Lantai Satu Rumah Sakit Ahmad Muchtar Bukittinggi.Oleh
sebab itu kami mengangkat kasus Tumor Ginjal ini untuk di seminarkan.
B. Batasan Masalah
Batasan masalah yang akan dibahas adalah mengenai asuhan keperawatan
bagi penderita penyakit tumor ginjal sehingga dapat mengurangi keluhan yang
dirasakan untuk proses penyembuhan yang meliputi definisi, etiologi, serta tanda
dan gejala pada tumor ginjal.
3
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengethui tentang pemberian asuhan keperawatan yang benar
supaya penderita Tumor Ginjal.
2. Tujuan Khusus
Agar Mahasiswa dapat Mengetahui dan Memahami Bagaimana definisi
dari Tumor Ginjal.
a. Agar Mahasiswa dapat Mengetahui dan Memahami Apa saja etiologi
dari Tumor Ginjal.
b. Agar Mahasiswa dapat Mengetahui dan Memahami Bagaimana tanda
dan gejala dari Tumor Ginjal
c. Agar Mahasiswa dapat Mengetahui dan Memahami Bagaimana
patofisiologi dari Tumor Ginjal
d. Agar Mahasiswa dapat Mengetahui dan Memahami Apa saja klasifikasi
dari Tumor Ginjal
e. Agar Mahasiswa dapat Mengetahui dan Memahami Apa saja
komplikasi dari Tumor Ginjal
f. Agar Mahasiswa dapat Mengetahui dan Memahami Bagaimana asuhan
keperawatan dari Tumor Ginjal
4
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
B. Etiologi
Mengenai etiologinya hanya sedikit yang diketahui merokok
mungkin mempunyai peran. Pada 40% penderita telah ditemukan
metastasis pada waktu tumor primer ditemukan. Lama hidup rata-rata
penderita ini 6-12 bulan,tanpa penanganan proses lokal ini meluas dengan
bertumbuh terus kedalam jaringan sekelilingnya dan bermetastasis
menyebabkan kematian. Progesititasnya berbeda beda karena itu periode
sakit total bervariasi anatara beberapa bulan dan beberapa tahun. Gambaran
histologiknya heterogen, di samping sel-sel (clear cell) dan eosinofil
5
glandular (granular cell) terdapat lebih bannyak sel polifrom,fusifrom dan
sel-sel raksasa. Bagian karsinoma sering terdapat disamping bagian – bagian
pseudosarkomatosa diselingi dengan nekrosis dan pendarahan. Penyebab
pasti dari kanker ginjal belum diketahui secara pasti. Ada beberapa faktor
resiko diketahui mampu memicu kejadian kanker ginjal yaitu :
1. Merokok
Perilaku merokok aktif/pasif meningkatkan resiko terkena kanker
ginjal (40%). Anak yang sering menjadi perokok pasif (status
paparan) meningkatkan resiko terkena Tumor ginjal.
2. Obesitas pada wanita
Mungkin juga obesitas pada wanita disebabkan karena pengaruh
faktor endokrin, karena kondisi ini muncul pada saat-sat adanya
perubahan hormonal tersebut.
3. Hormonal
Peningkatan kadar diethylstibestrol(berdasarkan uji eksperimen pada
hamster) mempengaruhi timbulnya adenoharsinoma pada ginjal. Dan
biasanya kanker ginjal dimulai setelah usia 40 tahun dan akan
memuncak pada usia antara 50 tahun sampai 60 tahun (Prabowo &
Pranata, 2014, hal. 76)
C. Anatomi
6
Ginjal merupakan suatu organ yang terletak retroperitoneal pada
dinding abdomen di kanan dan kiri columna vertebralis setinggi vertebra
T12 hingga L3. Ginjal kanan terletak lebih rendah dari yang kiri karena
besarnya lobus hepar. Ginjal dibungkus oleh tiga lapis jaringan. Jaringan yang
terdalam adalah kapsula renalis, jaringan pada lapisan kedua adalah adiposa,
dan jaringan terluar adalah fascia renal. Ketiga lapis jaringan ini berfungsi
sebagai pelindung dari trauma dan memfiksasi ginjal. Ginjal memiliki
korteks ginjal di bagian luar yang berwarna coklat terang dan medula ginjal
di bagian dalam yang berwarna coklat gelap. Korteks ginjal mengandung
jutaan alat penyaring disebut nefron. Setiap nefron terdiri dari glomerulus
dan tubulus. Medula ginjal terdiri dari beberapa massa-massa triangular disebut
piramida ginjal dengan basis menghadap korteks dan bagian apeks yang
menonjol ke medial. Piramida ginjal berguna untuk mengumpulkan hasil
ekskresi yang kemudian disalurkan ke tubulus kolektivus menuju pelvis ginjal
(Tortora, 2011).
D. Fisiologi
Ginjal menjalankan fungsi yang vital sebagai pengatur volume dan
komposisi kimia darah dan lingkungan dalam tubuh dengan
mengekresikan zat terlarut dan air secara selektif. Fungsi vital ginjal
dicapai dengan filtrasi plasma darah melalui glomerulus dengan reabsorpsi
sejumlah zat terlarut dan air dalam jumlah yang sesuai di sepanjang
tubulus ginjal. Kelebihan zat terlarut dan air di eksresikan keluar tubuh
dalam urin melalui sistem pengumpulan urin (Price dan Wilson, 2012).
Menurut Sherwood (2011), ginjal memiliki fungsi yaitu:
a. Mempertahankan keseimbangan H2O dalam tubuh.
b. Memelihara volume plasma yang sesuai sehingga sangat berperan
dalam pengaturan jangka panjang tekanan darah arteri.
c. Membantu memelihara keseimbangan asam basa pada tubuh.
d. Mengekskresikan produk-produk sisa metabolisme tubuh.
e. Mengekskresikan senyawa asing seperti obat-obatan.
7
Ginjal mendapatkan darah yang harus disaring dari arteri. Ginjal
kemudian akan mengambil zat-zat yang berbahaya dari darah. Zat-zat yang
diambil dari darah pun diubah menjadi urin. Urin lalu akan dikumpulkan
dan dialirkan ke ureter. Setelah ureter, urin akan ditampung terlebih dahulu
di kandung kemih. Bila orang tersebut merasakan keinginan berkemih dan
keadaan memungkinkan, maka urin yang ditampung dikandung kemih
akan di keluarkan lewat uretra (Sherwood, 2011).
Tiga proses utama akan terjadi di nefron dalam pembentukan urin,
yaitu filtrasi, reabsorpsi, dan sekresi. Pembentukan urin dimulai dengan
filtrasi sejumlah besar cairan yang hampir bebas protein dari kapiler
glomerulus ke kapsula Bowman. Kebanyakan zat dalam plasma, kecuali
protein, di filtrasi secara bebas sehingga konsentrasinya pada filtrat
glomerulus dalam kapsula bowman hampir sama dengan plasma. Awalnya
zat akan difiltrasi secara bebas oleh kapiler glomerulus tetapi tidak
difiltrasi, kemudian di reabsorpsi parsial, reabsorpsi lengkap dan kemudian
akan dieksresi (Sherwood, 2011).
8
3. Adanya massa
Pada palpasi akan teraba massa dengan jaringan yang
halus,berkumpul,dan adanya nyeri tekan(karena ada kompresi pada
jaringan abnormal)
4. Demam
Biasanya terjadi karena adanya perdarahan, sehingga volume
intravaskuler menurun atau karena adanya jaringan tumor yang nekrosis.
5. Anoreksia
Anoreksia suatu masalah kesehatan jiwa yang mana pengidapnya
terobsesi untuk memiliki tubuh kurus dan sangat takut jika terlihat
gemuk.
6. Penurunan berat badan drastis
7. Edema lengan
8. Nausea
9. Vormiting
10. Hipertensi
Jika terjadi tekanan pada arteri renalis dengan iskemia pada jaringan
parenkim ginjal.
11. Hiperkalsemia
Karena dorpongan sekresi hormon parathyroid oleh rangsangan tumor.
12. Retensi urine
F. Patofisiologi
Tumor ginjal meskipun memiliki angka yang tidak signifikan dengan
kanker yang lain namun memiliki tingkat prognosa yang buruk jika tidak
tertangani dengan baik. Tumor ini berasal dari tubulus proksimalis ginjal
yang mula-mula berada di dalam kortex, dan kemudian menembus kapsul
ginjal. Beberapa jenis tumor ini disertai dengan pseudokapsul yang terdiri
atas perenkim ginjal yang tertekan oleh jaringan tumor dan jaringan fibrosa.
Tidak jarang ditemukan kista-kista yang berasal dari tumor yang mengalami
nekrosis dan diresorbsi. Fasia gerota merupakan barier yang menahan
9
penyebaran tumor ke organ sekitarnya. Pada irisan tampak berwarna kuning
sampai oranye sedangkan pada gambaran histopologik terdapat berbagai
jenis clear cell, granular, sarkomatoid, papiler dan berbentuk campuran.
(Prabowo & Pranata, 2014, p. 17)
Merokok, obesitas pada wanita, diet lemak tinggi dan kolesterol
mengakibatkan toksik pada vaskular yang mengakibatkan elastisitas
vaskuler turun yang menyebabkan hiposirkulasi.Hiperlipidemia pada wanita
obesitas mengakibatkan kompresi vaskuler juga mengakibatkan laju
sirkulasi menurun. Diet tinggi lemak dan kolesterol mengakibatkan pasien
memiliki resiko atherosklerosis. Hiposirkulasi dan atherosklerosis
menyebabkan hipoksia pada organ ginjal yang menyebabkan inflamasi sel
sehingga sel akan mengalami metaplasia/hiperplasia sel yang berpotensi
menjadi kanker ginjal. Ca ginjal mengakibatkan hipervaskularisasi sel ganas
yang meningkatkan tekanan intravaskuler yang mengakibatkan urine yang
keluar bercampur darah (hematuria) yang mengakibatakan nyeri akut
(Nurarif & Kusuma, 2015, p. 135)
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Foto thoraks (Rontgen)
Merupakan pemeriksaan untuk mengevaluasi ada tidaknya metastasis
ke paru-paru. Arteriografi khusus hanya diindikasikan untuk pasien
dengan tumor Wilms bilateral atau termasuk horseshoe kidney.
2. Ultrasonografi
Merupakan pemeriksaan non invasif yang dapat membedakan tumor
solid dengan tumor yang mengandung cairan.Dengan pemeriksaan
USG, tumor Wilms nampak sebagai tumor padat di daerah ginjal.USG
juga dapat digunakan sebagai pemandu pada biopsi. Pada potongan
sagital USG bagian ginjal yang terdapat tumor akan tampak
mengalami pembesaran, lebih predominan digambarkan sebagai
massa hiperechoic dan menampakkan area yang echotekstur
heterogenus.
10
3. CT-Scan
Memberi beberapa keuntungan dalam mengevaluasi tumor Wilms. Ini
meliputi konfirmasi mengenai asal tumor intrarenal yang biasanya
menyingkirkan neuroblastoma; deteksi massa multipel; penentuan
perluasan tumor, termasuk keterlibatan pembuluh darah besar dan
evaluasi dari ginjal yang lain. CT scan memperlihatkan massa
heterogenus di ginjal kiri danmetastasis hepar multiple. CT scan dengan
level yang lebih tinggi lagi menunjukkan metastasishepar multipel
dengan thrombus tumor di dalam vena porta.
4. Laboratorium
Hasil pemeriksaan laboratorium yang penting yangmenunjang untuk
tumor Wilms adalah kadar lactic dehydro genase (LDH) meninggi dan
Vinyl mandelic acid (VMA) dalam batas normal. Urinalisis juga dapat
menunjukkan bukti hematuria, LED meningkat, dan anemia dapat
juga terjadi, terlebih pada pasien dengan perdarahan
subkapsuler.Pasien dengan metastasis di hepar dapat menunjukkan
abnormalitas pada analisa serum.
5. Biopsi
Di lakukan untuk mengambil contoh jaringan dan pemeriksaan
mikroskopik.Biopsi tumor ini untuk mengevaluasi sel dan diagnosis.
11
MIND MAPPING TEORITIS
DEFINISI ETIOLOGI PEMERIKSAAN PENUNJANG TANDA DAN GEJALA
Tumor ginjal yaitu tumor ginjal padat Penyebab pasti belum diketahui , 1. Foto thoraks (Rontgen) Hematuria, Nyeri, Adanya massa,
faktor resiko : 2. Ultrasonografi Demam, Anoreksia, Penurunan
jinak dan tumor ginjal ganas.Tumor
1. Merokok 3. CT-Scan berat badan drastic, Edema
ginjal padat ialah adenoma, onkositoma, lengan, Nausea,Vormiting,
2. Obesitas pada wanita 4. Laboratorium
leiomioma, lipoma, hemangioma, dan Hipertensi, Hiperkalsemia
3. Hormonal 5. Biopsi
hemartoma (Nurarif & Kusuma, 2015)
TUMOR GINJAL
DIAGNOSA KEPERAWATAN Konsep Asuhan Keperawatan
Merokok, Obesitas, Hormonal 1. Identitas Pasien
1. Nyeri kronis b/d Infiltrasi tumor
SLKI : Tingkat nyeri menurun 2. Riwayat Penyakit
SIKI : Manajemen nyeri Mutasi gen, sel menjadi tidak 3. Kebutuhan Dasar
2. Defisit nutrisi b/d peningkatan kebutuhan normal
4. Pemeriksaan Fisik
metabolisme Sel terus membelah diri,menjadi liar 5. Pemeriksaan Penunjang
SLKI : Status nutrisi membaik
6. Penatalaksanaan Medis
SIKI : Manajemen Nutrisi
Menimbulkan benjolan 7. Diagnose keperawatan
3. Intoleransi Aktfitas b/d kelemahan
SLKI : Toleransi aktifitas meningkat 8. Rencana keperawatan
SIKI : Manajemen Energi TUMOR GINJAL
c. Pemeriksaan Fisik
Melakukan pemeriksaan TTV pada klien, melakukan pemeriksaan
secara head to toe yang harus diperhatikan adalah palpasi abdomen yang
cermat dan pengukuran tekanan darah pada klien.Tumor dapat
memproduksi rennin atau menyebabkan kompresi vaskuler sehingga
mengakibatkan hipertensi pada anak.
13
Eliminasi urine : gangguan pada glomerulus menyebabkan sisa-
sisa metabolisme tidak dapat di ekskresi dan terjadi penyerapan
kembali air dan natrium pada tubulus ginjal yang tidak mengalami
gangguan yang menyebabkan oliguri, anuria, proteinuria, dan
hematuria. Pada klien dengan kelemahan malaise, kelemahan otot
dan kehilangan tonus karena adanya hiperkalemia. Dalam perawatan,
klien perlu istirahat karena adanya kelainan jantung dan tekanan
darah mutlak selama 2 minggu dan mobilisasi duduk di mulai bila
tekanan darah udah normal selama satu minggu. Adanya edema paru
maka pada inspeksi terlihat retraksi dada,penggunaan otot bantu
napas,teraba massa, auskultasi terdengar rales, dispnea, ortopnea,
dan pasien terlihat lemah (kelebihan beban sirkulasi sehingga
menyebabkan pembesaran jantung, anemia, dan hipertensi yang di
sebabkan oleh spasme pembuluh darah.
4. Pola Tidur dan Istirahat.
Klien tidak dapat tidur terlentang karena sesak dan gatal
karena adanya uremi,keletihan,kelemahan malaise, kelemahan otot
dan kehilangan tonus.
5. Pola Kognitif dan Perseptual.
Penigkatan ureum darah menyebabkan kuit bersisik kasar dan
gatal-gatal karena adanya uremia.Gangguan penglihatan dapat terjadi
apabila terjadi ensefalopati hipertensi.
6. Persepsi Diri
Klien dan orang tuanya cemas dan takut karena adanya warna
urine yang berwarna merah,adanya edema,serta perawatan yang
lama.
e. Pemeriksaan Penunjang
1. Foto thoraks (Rontgen)
Merupakan pemeriksaan untuk mengevaluasi ada tidaknya metastasis
ke paru-paru. Arteriografi khusus hanya diindikasikan untuk pasien
dengan tumor Wilms bilateral atau termasuk horseshoe kidney.
14
2. Ultrasonografi
Merupakan pemeriksaan non invasif yang dapat membedakan tumor
solid dengan tumor yang mengandung cairan.Dengan pemeriksaan
USG, tumor Wilms nampak sebagai tumor padat di daerah ginjal.USG
juga dapat digunakan sebagai pemandu pada biopsi. Pada potongan
sagital USG bagian ginjal yang terdapat tumor akan tampak
mengalami pembesaran, lebih predominan digambarkan sebagai
massa hiperechoic dan menampakkan area yang echotekstur
heterogenus.
6. CT-Scan
Memberi beberapa keuntungan dalam mengevaluasi tumor Wilms. Ini
meliputi konfirmasi mengenai asal tumor intrarenal yang biasanya
menyingkirkan neuroblastoma; deteksi massa multipel; penentuan
perluasan tumor, termasuk keterlibatan pembuluh darah besar dan
evaluasi dari ginjal yang lain. CT scan memperlihatkan massa
heterogenus di ginjal kiri danmetastasis hepar multiple. CT scan dengan
level yang lebih tinggi lagi menunjukkan metastasishepar multipel
dengan thrombus tumor di dalam vena porta.
7. Laboratorium
Hasil pemeriksaan laboratorium yang penting yangmenunjang untuk
tumor Wilms adalah kadar lactic dehydro genase (LDH) meninggi dan
Vinyl mandelic acid (VMA) dalam batas normal. Urinalisis juga dapat
menunjukkan bukti hematuria, LED meningkat, dan anemia dapat
juga terjadi, terlebih pada pasien dengan perdarahan
subkapsuler.Pasien dengan metastasis di hepar dapat menunjukkan
abnormalitas pada analisa serum.
8. Biopsi
Di lakukan untuk mengambil contoh jaringan dan pemeriksaan
mikroskopik.Biopsi tumor ini untuk mengevaluasi sel dan diagnosis.
15
G. Kemungkinan Diagnosa Keperawatan Yang Muncul :
1. Nyeri kronis b/d Infiltrasi tumor
2. Defisit nutrisi b/d peningkatan kebutuhan metabolisme
3. Intoleransi Aktfitas b/d kelemahan
4. Penurunan curah jantung b/d perubahan afterload
5. Perfusi perifer tidak efektif b/d peningkatan tekanan darah
6. Gangguan eliminasi urine b/d iritasi kandung kemih
16
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
Diagnosa
No SLKI SIKI AKTIFITAS KEPERAWATAN
Keperawatan
1. Nyeri kronis b/d Tujuan : Manajemen nyeri Observasi
Infiltrasi tumor Tingkat nyeri menurun 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
Kriteria hasil : 2. Identifikasi skala nyeri
1. Keluhan nyeri menurun 3. Identifikasi respon nyeri non verbal
2. Sikap protektif 4. Identifikasi faktor yang memperberat dan
menurun memperingan nyeri
3. Meringis menurun 5. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan
4. Gelisah menurun tentang nyeri
5. Nafsu makan membaik 6. Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon
6. Kesulitan tidur nyeri
menurun 7. Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
7. Anoreksia menurun 8. Monitor keberhasilan terapi komplementer
8. Mual muntah menurun yang sudah diberikan
9. Frrkuensi nadi 9. Monitor efek samping penggunaan analgetik
membaik Terapeutik :
1. Berikan teknik non farmakologis untuk
17
mengurangi rasa nyeri (hipnosis, akupresur,
terapi musik, aromaterapy, teknik imajinasi
terbimibng, kompres hangat /dingin, terapi
bermain)
2. Kontrol lingkungan yang memperberat rasa
nyeri (suhu ruangan, pencahayaan,kebisingan)
3. Fasilitasi istirahat dan tidur
4. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam
pemilihan strategi meredakan nyeri
Edukasi :
1. Jelaskan penyebab, periode dan pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi meredakan nyeri
3. Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
4. Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
5. Anjurkan teknik non farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
18
2. Defisit nutrisi b/d Tujuan : Manajemen Observasi :
peningkatan Status nutrisi membaik Nutrisi 1. Identifikasi status nutrisi
kebutuhan 2. Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
metabolisme Kriteria hasil : 3. Identifikasi makanan yang disukai
1. Posri makanan yang 4. Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrien
dihabiskan 5. Identifikasi perlunya pengguanan selang NGT’
meningkat 6. Monitor asupan makanan
2. Berat badan 7. Monitor berat badan
membaik 8. Monitor hasil pemeriksaan labor
3. Nafsu makan Terapeutik :
membaik 1. Lakukan oral higiene sebelum makan jika perlu
4. Membran mukosa 2. Fasilitasi menentukan pedomaan diit
membaik 3. Sajiikan makan secara menarik dan suhu yang
sesuai
4. Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah
konstipasi
5. Berikan makanan TKTP
6. Berikan suplemen makanan jika perlu
Edukasi :
1. Anjurkan posisi duduk, jika mampu
19
2. Ajarkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi ;
1. Kolaborasi pemberian medikasi sebelum
makan
2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan jenis nutrien yang
dibutuhkan
20
4. Dipsnea saat 4. Fasilitasi duduk disisi tempat tidur, jika tidak
aktivitas menurun berpindah atau berjalan
5. Frekuensi nafas Edukasi :
menurun 1. Anjurkan tirah baring
2. Anjurkan melakukan aktifitas secara bertahap
3. Ajarkan strategi koping untuk mengurangi
kelelahan
4. Ajarkan strategi koping untuk mengurangi
kelelahan
Kolaborasi :
1. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara
meningkatkan asupan makanan
21
22
DAFTAR PUSTAKA
23
BAB III
LAPORAN KASUS
Data Subjektif
Pernapasan :
Dispnea berhubungan dengan batuk/sputum : Tidak ada
Perokok : Sudah berhenti merokok sejak 3 tahun yang lalu
Riwayat Penyakit paru sebelumnya : Tidak ada
24
Sirkulasi :
Riwayat Hipertensi : Tidak ada, Masalah jantung : Tidak ada
Demam rematik : Tidak ada, Edema mata kaki/kaki : Tidak ada
Flebitis : Tidak ada, Penyembuhan lambat : Tidak
Klaudikasi : Tidak
Ekstremitas : Kesemutan : Tidak Kebas : Tidak
Batuk/hemoptisis : Tidak
Perubahan frekuensi/jumlah urin : Tidak ada
Nyeri dada : Tidak ada
Data Objektif :
Pernapasan :
Pernapasan : Frekuensi : 24 x/menit Kedalaman : Normal Simetris : Ki / Ka
OKSIGENASI DAN SIRKULASI
25
Nadi Dorsalis Pedis : Tidak dilakukan x/menitIrama nadi : regular/irreguler
TD Kanan Baring : 110 / 80 mmHg, TD Kanan Duduk : .......... mmHg,
TD Kanan Berdiri : Tidak dilakukan mmHg
TD Kiri Baring : Tidak dilakukan mmHg, TD Kiri Duduk : ........... mmHg,
TD Kiri Berdiri : Tidak dilakukan mmHg
Ekstremitas : Suhu : 36,8 °C Warna : Sawo matang Akral : Hangat
Pengisian Kapiler : < 3 Detik, Varises : Tidak ada
Kuku : Noramal, bersih Penyebaran Rambut : Merata diseluruh kepala
Warna : Mukosa Bibir : Kering, Punggung kuku : Normal
Konjungtiva : Tidak anemis, Sklera : Tidak ikterik
Diaforesis : Tidak ada
Penunjang :
OKSIGENASI DAN SIRKULASI
1. Foto thoraks ( 2 April 2019 ) : Kesan : Cor Dan Pulmo tak tampak kelainan
2. Ekhokardiografi : Tidak dilakukan
3. EKG ( 18 April 2019 ) : Kesan : Normal sinus Rhytem
26
Data Subjektif :
Diit biasa (tipe) : MLTKTP, Jumlah makanan per hari: 3 – 4 Sendok
Makan terakhir /masukan : MLTKTP Pola diit : MLTKTP
Kehiangan selera makan : ya Mual/muntah : Ya, muntah 2 kali dari pagi
Nyeri uluhati : Ya
Disembuhkan oleh : Ranitidin
Alergi makanan : Tidak ada
Gangguan menelan : Tiadak ada
Gigi : baik,
Berat badan biasa : 50 Kg perubahan berat badan : ya , menurun
Penggunaan diuretic : Tidak ada
MAKANAN DAN CAIRAN
Data Objektif :
BB : 44 Kg TB : 155 cm LILA : 22 cm
Pemasangan NGT : Tidak ada
Lingkar perut : 75 cm
Bentuk tubuh : Klien terlihat kurus
Turgor kulit : Kurang
Edema : Umum : Tidak dependen : Tidak Periorbital : Tidak
Asites : Tidak Shifting dullness : Tidak
Pembesaran tiroid : Tidak hernia : Tidak .Halitosis : Tidak
Kondisi gigi/gusi : Normal, Bersih
Bising usus : Meningkat, 24 x /menit
Nyeri tekan ulu hati : Ya
Perkusi abdomen : Tympani
27
Intake dan Output
Intake Output
Minum : 1200 cc Urin : 2000 cc
IVFD : TPN : RL (1: 2) / 24 jam IWL = 15cc x BB
TPN : 1100 cc = 15 x 44
RL : 1000 cc = 660 / hr
Tranfusi :0 Muntah : 200 cc
Total Input : 3.300 cc Total Output : 2.860 cc
Balance Cairan : + 440 cc
Penunjang :
Lab : 14 April 2019
Nilai Lab Nilai Normal
Kalium : 2,55 3,5 – 5,5
Natrium : 133,2 135 – 147
Klorida : 99,5 100 – 106
Ureum : 30 15 – 43
Creatinin : 0.7 0.8 – 1.3
GDR : 116 -200
HB : 10,6 gr / dl 13 - 16
28
Data Subjektif :
Pola BAB : Normal 1 Kali / hari Penggunaan laksatif : Tidak ada
Karakter feses : Lunak dan Berbentuk BAB terakhir : Tadi pagi
Riwayat perdarahan : Tidak ada Hemoroid : Tidak ada
Konstipasi : Tidak ada Diare : Tidak ada
Menggunakan ostomy : Tidak ada
Penggunaan laksatif : Tidak ada
Pola BAK : 5 – 7 kali / hari
Retensi : Tidak Dysuria : Tidak Inkontinensia : Tidak Urgensi : Tidak
Keseringan : Tidak Tidak lepas : Tidak
Riwayat penyakit ginjal/kandung kemih : Riwayat batu ginjal sudah di operasi
Data objektif :
Abdomen : Nyeri tekan : Ya Lunak/keras : Agak keras
Masa : Tidak teraba Linggar perut : 75 cm
ELIMINASI
Penunjang :
Lab : 14 April 2019
Nilai Lab Nilai Normal
Ureum : 30 20 - 40
Kreatinin : 0,7 0,5 - 1,5
29
Data Subjektif :
Pekerjaan : Petani Aktivitas/Hobi : Menonton
Aktivitas Waktu luang : Menonton
Perasaan bosan/tidak puas : Tidak ada
Keterbatasan karena kondisi : Ya
Keluhan : Nyeri , Lemah, Lesu
Pola Tidur : Terganggu
Tidur Jam : 00.00 wib . Tidur siang : -
Kebiasaan tidur : Malam saja
Insomnia : Ya Penyebab : Nyeri pada pinggang
Rasa segar saat bangun : Tidak, klien sering tidak segar saat bangun
AKTIVITAS DAN ISTIRAHAT
Data Objektif :
Penggunaan alat bantu : Tidak
Toleransi aktifitas : Ya
Pelaksanaan aktifitas : Dibantu
Jenis aktifitas yang dibantu : Semua aktivitas dibantu keluarga
Keterbatasan gerak : Tidak
Masa/tonus otot Baik
Postur : Kurus Tremor : Tidak
Retang gerak : Pasif Kekuatan : 5555 5555
5555 5555
Deformitas : Normal
Penunjang :
1. Rontgen : Kesan (Tidak Ada Kelainan)
2. Pemeriksaan Lainnya : Tidak Ada
30
Data Subjektif :
Riwayat cedera : Tidak ada
Riwayat hipertermi : Tidak ada
Alergi : Tidak
Data Objektif :
Kulit : Luka, karakteristik : -
Inisial operasi, karakteristik -
Drainese, karakterisktik : Drain terpasang baik, Jumlah drain 0 cc
Rambut dan kuku : Bersih
Suhu : 36,8 0C
Membran Mukosa : Kering
Respon Inflamasi : Kemarahan, panas : Tidak ada
Integritas Kulit : Sedang
PROTEKSI
31
Skala Resiko Jatuh Morse :
32
Skala Braden untuk Luka Tekan
r
Aktivitas 1.Terbaringditempattidu 2.Tidakbisa erjalan 3.Berjalandengan 4. Dapat
olehkeringata
r atautanpabantuan. berjalan
tau
sekitarRuan
Mobilitas urinebasah
1.Tidakmampuergera 2.Tidakdapat 3.Dapatmembuat 4. Dapatmerubah
gan
k merubahposis perubahan posisi posisi
i secara tepat tubuhatau ekstremitas tanpabantuan
dengan mandiri
dan teratur
Nutrisi 1.Tidakdapat 2.Jarangmamp 3.Mampu 4.
menghabiskan1/ u menghabiskan Dapatmengh
3 menghabiska lebihdari½ porsi abis
porsimakannya, n makannya kanporsi
sedikitminum,pu ½porsi Makannya,ti
asa makanannyaata dak
atauminumairput u intakecairan memerlukan
Gesekan 1.Tidakmampu 2.Membutuhka 3.Membutuhkan
ih, kurangdari suplementas
mengangkatbadan n bantuan
ataumendapatinf jumlahoptimu i nutrisi.
nya sendiri,atau bantuanminim minimal
us lebih m
spastik, al mengangkat mengangkat
dari5 hari
kontrakturatau tubuhnya tubuhnya
TOTAL SKOR
Gelisah
Keterangan :
Resiko ringan jika skor 15-23
Resiko sedang jikaskor13-14
Resiko berat jika skor10-12
Resiko sangat berat jika skor kurang dari 10
33
Data Subjektif :
Keluhan : Tidak ada keluhan
Data Objektif :
Penglihatan : Normal
INDERA/SENSE
Pendengaran : Normal
Penghidu : Normal
Pengecap : Normal
Peraba : Normal
Penunjang : Tidak ada
Data Subjektif :
rasa ingin pingsan/pusing : tidak ada
Sakit kepala : tidak ada
Kesemutan/kebas/kelemahan (lokasi) : tidak ada
Stroke (gejala sisa ) : tidak ada
Kejang : tidak ada
NEUROLOGI
Data Objektif :
Kesadaran :E4M6V5
kompos mentis
Status Mental : terorientasi Waktu , Tempat , Orang.
gelisah
Afasia : Tidak Disfagia : Tidak
Ukuran / Reaksi Pupil : Kanan : 2 mm/ + Kiri : 2 mm/ +
Kaku Kuduk : negatif Kernig Sign : negate Laseque : negatif
Brudzinnsky I : negatif
Brudzinsky II : negatif
Babinsky : negatif
34
Nervus Kranialis :
No Nervus Data pengkajian
1 N. Olfaktorius Normal
2 N. Optikus Normal
3 N.Okulomotorius Normal
4 N. Troklearis Normal
5 N. Trigeminus Normal
6 N. Abdusen Normal
7 N. Fasialis Normal
8 N. Vestibulokohklearis Normal
NEUROLOGI
9 N. Glosofaringeus Normal
10 N. Vagus Normal
11 N. Assesorius Normal
12 N. Hipoglosus Normal
Refleks : Normal
Genggaman lepas : Kanan : Normal Kiri : Normal
Penunjang
CT Scan Kepala : Tidak dilakukan
Data Penunjang
Labor
Nilai Lab Nilai Normal
GDR : 116 - 200
35
Data Objektif :
Aktif melakukan hubungan seks : -
Penggunaan kondom :-
Masalah kesulitan seksual :-
Perubahan terakhir dalam fekuensi minat : -
Pria :
Rabas Penis : Tidak dilakukan Gangguan Prostat : Tidak dilakukan
Sirkumsisi : Tidak diperiksa Vasektomi : Tidak
Melakukan pemeriksaan sendiri : Payudara/testis
Pemeriksaan prostat terakhir :
Data Objektif
Skala nyeri : 6
36
2. MODE KONSEP DIRI
Data Subjektif
Sensasi tubuh : Normal
Citra Tubuh : Baik
Konsistensi diri : Baik
KONSEP DIRI
Data Objektif
Status emosional : Tenang
Respon fisiologis yang terobservasi : Tidak ada
37
Discharge Planning :
Tanggal informasi didapatkan
1. Tanggal pulang yang diantisipasi : ……………………………………
2. Sumber yang tersedia : Orang……Keuangan ……
3. 3. Perubahan yang perlu diantisipasi dalam situasi kehidupan setelah pulang : Pola hidup sehat
4. 4. Area yang mungkin membutuhkan perubahan/bantuan :
5. 5. Penyiapan makanan : Tinggi kalori tinggi protein Berbelanja :
6. Transportasi : Ambulasi :
Penatalaksanaan
Tanggal Nama Obat Golongan Indikasi Efek samping Kontra Indikasi
19 April KSR Diuretik Membantu Batuk, gatal gatal Hiperkalemia
2019 pengeluaran
urin
Ondansentron Anti Mengobati Kebingungan, Hipersensitif
Emetik mual muntah kelemahan terhadap
ondansentron
Ranitidin Antasida Meurunkan Diare, muntah, Lansia, ibu hamil,
sekresi asam nyeri kepala, ibu menyusui,
lambung vertigo, ruam, penyakit ginjal
berlebih konstipasi
Combiflek + Perbaikan Sakit kepala, diare Hamil, pediatri,
lifofundin penyakit dibawah 18 tahun
38
DATA FOKUS
Data Subjektif Data Objektif
1. Klien mengatakan nyeri pada 1. Klien tampak meringis, skala nyeri 6
pinggang sebelah kanan, nyeri seperti 2. Palpasi abdomen : nyeri tekan pada
ditusuk-tusuk, nyeri dirasakan hilang kuadran kanan bawah
timbul selama 3-5 menit serta 3. Diit habis 3-4 sendok
menjalar ke punggung 4. DIIT MLTKTP
2. Klien mengatakan nafsu makan tidak 5. Klien tampak letih, lesu, lemah
ada 6. Klien mobilisasi tampak dibantu
3. Klien mengeluh mual, muntah 2 kali keluarga
dari tadi pagi 7. Klien tampak banyak berbaring dan
4. Klien mengatakan badan letih dan melakukan aktifitas di tempat tidur
lesu 8. TD : 100/70 mmHg Nadi : 102 x/i
5. Klien mengatakan tidak mampu RR : 24 x/i Suhu : 36,5o C
melakukan aktifitas 9. BB turun dari 50 kg, BB sekarang 44
6. Klien mengatakan perut kembung kg
7. Klien mengatakan nyeri ulu hati 10. Bising usus meningkat 24 x/i
8. Klien mengatakan sulit untuk tidur 11. Membran mukosa terlihat kering dan
pucat,
12. Lingkar perut 75 cm
13. LILA 22 cm
14. Klien terlihat kurus
15. Turgor kulit kurang
16. USG Ginjal : Kesan (Tumor Ginjal)
17. Hasil labor tgl 14 April 2019
HB 10,6 mg/dl
Ureum : 30,0
Creatinin : 0,7
39
ANALISA DATA
NO DATA ETIOLOGI MASALAH
1 Data Subjektif : Infiltrasi tumor Nyeri kronis
Klien mengatakan nyeri pada pinggang
sebelah kanan,
Nyeri seperti ditusuk-tusuk, nyeri
dirasakan hilang timbul selama 3-5
menit serta menjalar ke punggung
Klien mengatakan sulit untuk tidur
karena nyeri
Data Objektif :
Klien tampak meringis
Skala nyeri 6
Palpasi abdomen : nyeri tekan pada
kuadran kanan bawah
USG Ginjal : Kesan (Tumor Ginjal)
TTV : TD 110/80, Nadi : 108x/i,
RR : 24 x/i, S: 36,8oC
2 Data Subjektif : Faktor psikologis Defisit nutrisi
Klien mengatakan nafsu makan tidak : keengganan
ada untuk makan
Klien mengeluh mual, muntah 2 kali
dari tadi pagi
Klien mengatakan badan letih dan lesu
Klien mengatakan nyeri ulu hati
Data Objektif :
Diit habis 3-4 sendok tiap makan
DIIT MLTKTP
Klien tampak letih, lesu, lemah
40
BB turun dari 50 kg, BB sekarang 44
kg
Bising usus meningkat 24 x/i
Membran mukosa terlihat kering dan
pucat,
Konjungtiva terlihat agak anemis
Klien terlihat kurus
Turgor kulit kurang
LILA : 22 cm
HB : 10,6
3 Data Subjektif : Kelemahan Intoleransi
Klien mengatakan badan letih dan lesu Aktfitas
Klien mengatakan tidak mampu
melakukan aktifitas seperti berjalan,
duduk sendiri
Klien mengatakan sulit untuk tidur
Data Objektif :
Klien tampak letih, lesu, lemah
Klien mobilisasi tampak dibantu
keluarga
Klien tampak banyak berbaring dan
melakukan aktifitas di tempat tidur
Diagnosa Keperawatan :
7. Nyeri kronis b/d Infiltrasi tumor
8. Defisit nutrisi b/d Faktor psikologis : keengganan untuk makan
9. Intoleransi Aktfitas b/d kelemahan
41
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
Diagnosa
No SLKI SIKI AKTIFITAS KEPERAWATAN
Keperawatan
1. Nyeri kronis b/d Tujuan : Manajemen nyeri Observasi
Infiltrasi tumor Tingkat nyeri menurun 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
Kriteria hasil : 2. Identifikasi skala nyeri
1. Keluhan nyeri menurun 3. Identifikasi respon nyeri non verbal
2. Sikap protektif 4. Identifikasi faktor yang memperberat dan
menurun memperingan nyeri
3. Meringis menurun 5. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan
4. Gelisah menurun tentang nyeri
5. Nafsu makan membaik 6. Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon
6. Kesulitan tidur nyeri
menurun 7. Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
7. Anoreksia menurun 8. Monitor keberhasilan terapi komplementer
8. Mual muntah menurun yang sudah diberikan
9. Frrkuensi nadi 9. Monitor efek samping penggunaan analgetik
membaik Terapeutik :
1. Berikan teknik non farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri (hipnosis, akupresur,
42
terapi musik, aromaterapy, teknik imajinasi
terbimibng, kompres hangat /dingin, terapi
bermain)
2. Kontrol lingkungan yang memperberat rasa
nyeri (suhu ruangan, pencahayaan,kebisingan)
3. Fasilitasi istirahat dan tidur
4. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam
pemilihan strategi meredakan nyeri
Edukasi :
1. Jelaskan penyebab, periode dan pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi meredakan nyeri
3. Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
4. Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
5. Anjurkan teknik non farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
43
makan Kriteria hasil : 3. Identifikasi makanan yang disukai
1. Posri makanan yang 4. Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrien
dihabiskan meningkat 5. Identifikasi perlunya pengguanan selang NGT’
2. Berat badan membaik 6. Monitor asupan makanan
3. Nafsu makan membaik 7. Monitor berat badan
4. Membran mukosa 8. Monitor hasil pemeriksaan labor
membaik Terapeutik :
1. Lakukan oral higiene sebelum makan jika perlu
2. Fasilitasi menentukan pedomaan diit
3. Sajiikan makan secara menarik dan suhu yang
sesuai
4. Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah
konstipasi
5. Berikan makanan TKTP
6. Berikan suplemen makanan jika perlu
Edukasi :
1. Anjurkan posisi duduk, jika mampu
2. Ajarkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi ;
1. Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan
2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan
44
jumlah kalori dan jenis nutrien yang dibutuhkan
45
4. Ajarkan strategi koping untuk mengurangi
kelelahan
Kolaborasi :
1. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara
meningkatkan asupan makanan
46
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
No. Hari Tanggal
Implementasi Respon Pasien
Dx Jam
I Jumat 18 1. Mengidentifikasi lokasi, Keluhan nyeri belum berkurang
April 2019 karakteristik, durasi, frekuensi,
Jam 09.00 kualitas, intensitas nyeri
2. Mengidentifikasi skala nyeri
3. Mengidentifikasi respon nyeri non
verbal
4. Memberikan teknik non
farmakologis untuk mengurangi rasa
nyeri (melakukan teknik relaksasi
nafas dalam)
5. Menganjurkan pat memonitor nyeri
secara mandiri
6. Menganjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
II Jumat 18 1. Mengidentifikasi status nutrisi Nafsu makan belum ada
April 2019 2. Mengidentifikasi makanan yang
Jam 12.00 disukai
3. Memonitor asupan makanan
4. Memonitor berat badan
5. Menyajiikan makan secara menarik
dan suhu yang sesuai
6. Memberikan makanan TKTP
7. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan
jenis nutrien yang dibutuhkan
47
III Jumat 18 1. Identifikasi gangguan fungsi tubuh Klien masih lemah, pat masih
April 2019 yang mengakibatkan kelelahan terbaring di tempat tidur
Jam 09.00 2. Monitor pola dan jam tidur
3. Monitor lokasi dan
ketidaknyamanan selama
melaksanakan aktifitas
4. Sediakan lingkungan yang nyaman
dan rendah stimulus
5. Fasilitasi duduk disisi tempat tidur,
jika tidak berpindah atau berjalan
6. Anjurkan melakukan aktifitas
secara bertahap
I Sabtu 19 1. Mengidentifikasi lokasi, Keluhan nyeri sudah mulai
April 2019 karakteristik, durasi, frekuensi, berkurang
Jam 09.00 kualitas, intensitas nyeri
2. Mengidentifikasi skala nyeri
3. Mengidentifikasi respon nyeri non
verbal
4. Memberikan teknik non
farmakologis untuk mengurangi
rasa nyeri (melakukan teknik
relaksasi nafas dalam)
5. Menganjurkan pat memonitor nyeri
secara mandiri
II Sabtu 19 1. Mengidentifikasi status nutrisi Nafsu makan masih kurang
April 2019 2. Memonitor asupan makanan
Jam 12.00 3. Menyajiikan makan secara menarik
dan suhu yang sesuai
4. Memberikan makanan TKTP
48
III Sabtu 19 1. Identifikasi gangguan fungsi tubuh Klien masih lemah, klien sudah
April 2019 yang mengakibatkan kelelahan mulai duduk dibantu keluarga
Jam 09.00 2. Monitor lokasi dan
ketidaknyamanan selama
melaksanakan aktifitas
3. Sediakan lingkungan yang nyaman
dan rendah stimulus
4. Fasilitasi duduk disisi tempat tidur,
jika tidak berpindah atau berjalan
5. Anjurkan melakukan aktifitas
secara bertahap
I Minggu, 20 1. Mengidentifikasi lokasi, Keluhan nyeri berkurang
April 2019 karakteristik, durasi, frekuensi,
Jam 09.00 kualitas, intensitas nyeri
2. Mengidentifikasi skala nyeri
3. Mengidentifikasi respon nyeri non
verbal
4. Memberikan teknik non
farmakologis untuk mengurangi rasa
nyeri (melakukan teknik relaksasi
nafas dalam)
5. Menganjurkan pat memonitor nyeri
secara mandiri
II Minggu, 20 1. Mengidentifikasi status nutrisi Nafsu makan sudah mulai ada
April 2019 2. Mengidentifikasi makanan yang
Jam 12.00 disukai
3. Memonitor asupan makanan
4. Menyajikan makan secara menarik
dan suhu yang sesuai
49
III Minggu, 20 1. Identifikasi gangguan fungsi tubuh Klien tampak sudah mulai bisa
April 2019 yang mengakibatkan kelelahan duduk sendiri
Jam 09.00 2. Monitor kelelahan fisik dan
emosional
3. Monitor lokasi dan
ketidaknyamanan selama
melaksanakan aktifitas
4. Lakukan latihan gerak aktif dan
pasif
5. Anjurkan melakukan aktifitas
secara bertahap
50
EVALUASI KEPERAWATAN
No. Hari Tanggal
Evaluasi
Dx Jam
I Jumat, S : Klien mengatakan nyeri belum bekurang
18 April 2019 Klien mengatakan masih sulit tidur karena nyeri
Jam 12.00 O : Pat tampak meringis
Skala nyeri 6
A : Masalah belum teratasi
P : Implementasi 1,2,3,4,5,6 dilanjutkan
51
I Sabtu, S : Klien mengatakan nyeri pinggang masih ada
19 April 2019 Klien mengatakan nyeri sudah mulai berkurang dari nyeri
Jam 09.00 kemaren
Klien mengatakan kadang-kadang pat masih sulit tidur
O : Pat tampak meringis
Skala nyeri 5
A : Masalah teratasi sebagian
P : Implementasi 1,2,3,4,5, dilanjutkan
52
I Minggu, S : Klien mengatakan nyeri berkurang
20 April 2019 Klien mengatakan sudah mulai nyaman
O : Pat tampak sudah mulai bersemangat
Skala nyeri 4
Pat sudah mulai nyaman saat tidur
A : Masalah sudah teratasi
P : Implementasi 1,4 dipertahankan
53
BAB IV
PEMBAHASAN
1. Pengkajian
Berdasarkan asuhan keperawatan yang telah dilakukan pada Tn. S diruangan
Ambun Suri RSUD Dr. Achmad Muchtar Bukittinggi didapatkan pembahasan sebagai
berikut :
Berdasarkan hasil pengkajian pada Tn. S yang berusia 61 tahun di ruangan
Ambun Suri lantai 1 RSUD Dr. Achmad Muchtar Bukittinggi dengan diagnosa Tumor
Ginjal, Pada saat pengkajian pasien mengatakan nyeri pada pinggang sebelah kanan,
Nyeri seperti ditusuk tusuk, nyeri dirasakan hilang timbul selama 3- 5 menit serta
menjalar ke pungung, nafsu makan tidak ada, mual muntah, kembung, nyeri ulu hati,
badan terasa letuh dan lesu, dan sulit untuk tidur. Klien tampak meringis, skala nyeri 6,
TD 110/70 mmHg, Nadi 102 x/menit. BB turun 6 kg, bising usus meningkat 24 x
permenit, membrane mukosa terlihat kering dan pucat, Lingkar perut 75 cm, LILA 22
cm, HB 10,6 mg/dl. Hasil USG ginjal kesan: Tumor ginjal.
Secara teoritis klien dengan tumor ginjal beberapa keluhan utamanya adalah
Hematuria, nyeri, adanyateraba massa dan adanya nyeri tekan, demam, anoreksia,
penurunan berat badan, edema lengan, nausea, vomiting, hipertensi, hiperkalsemia.
Menurut jurnal Jenny Melisa dkk (2016) tentang Profil Penderita Karsinoma Sel Ginjal
di RSUP Prof Dr. R. D. Kandou Manado periode 2013-2015, dari 16 kasus karsinoma
sel ginjal yang diteliti didapatkan 14 kasus (87,5%) mengalami nyeri pinggang dan 2
kasus (12,5%) tidak mengalami nyeri pinggang. 5 kasus (31,25%) didapati adanya
massa dan 11 kasus (68,75%) tidak didapatkan adanya massa, 2 kasus (12,5%)
mengalami hematuria dan 14 kasus (87,5%) tidak mengalami hematuria, 2 kasus
(12,5%) mengalami anuria dan 14 kasus (87,5%) mengalami anuria, 4 kasus (25%)
mengalami keluhan lain (demam, lemah badan dan nafsu makan menurun) dan 12
kasus (75%) tidak mengalami keluhan lain.
Menurut analisis kelompok, keluhan utama yang dirasakan oleh Tn.S saat
pengkajian sebagian besar sesuai dengan teori tanda dan gejala tumor ginjal, kecuali
pada Tn.S pada saat palapasi tidak teraba massa, tidak demam, tidak hipertensi, tidak
54
hematuria. Hal ini juga didukung oleh jurnal Jenny Melisa dkk (2016) tentang Profil
Penderita Karsinoma Sel Ginjal di RSUP Prof Dr. R. D. Kandou Manado periode
2013-2015.
2. Diagnosa Keperawatan
Dalam menyelesaikan masalah Tn.S dengan tumor ginjal telah dilakukan proses
keperawatan yaitu pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi dan
evaluasi proses keperawatan. Pada tahap pengkajian dilakukan pengkajian berdasarkan
pengkajian primer dan sekunder. Data yang didapatkan mendukung untuk menegakkan
diagnosa keperawatan. Penetapan diagnosa keperawatan dilakukan berdasarkan gejala
dan tanda mayor, minor SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia). Untuk
menetapkan tujuan dan kriteria hasil yang diharapkan berdasarkan SLKI (Standar
Luaran Keperawatan Indonesia). Yang selanjutnya untuk membuat rencana asuhan
keperawatan dan implementasi yang dilakukan kelompok menggunakan panduan SIKI
(Standar Intervensi Keperawatan Indonesia).
Dari data yang didapatkan saat pengkajian, maka ditetapkan beberapa diagnosa
untuk Tn. S yaitu nyeri kronis berhubungan dengan infiltrasi tumor, defisit nutrisi
berhubungan dengan peningkatan kebutuhan metabolisme, intoleransi aktivitas
berhubungan dengan kelemahan. Sedangkan pada teori diagnosa keperawatan yang
mungkin muncul pada klien dengan tumor ginjal adalah nyeri kronik, defisit nutrisi,
gangguan eliminasi urin, perfusi perifer tidak efektif, penurunan curah jantung,
intoleransi aktivitas.
Pada kasus Tn. S diagnosa gangguan eliminasi urin, perfusi perifer tidak efektif,
penurunan curah jantung tidak diangkat karena Tn. S tidak mengalami masalah anuria
dan hematuria, pengisian kapiler kurang dari 3 detik, akral hangat, edema tidak ada,
tekanan darah normal, gambaran sinus rhytim, distensi vena jugularis tidak ada.
55
3. Intervensi
Intervensi keperawatan berpedoman pada teori SIKI (Standar Intervensi
Keperawatan Indonesia). Penyusunan rencana tindakan keperawatan pada tinjauan
kasus sesuai dengan teoritis, namun dalam pelaksanaan nya disesuaikan dengan
keadaan pasien. Pada diagnosa pertama nyeri kronis berhubungan dengan infiltrasi
tumor dengan luaran tingkat nyeri menurun dan intervensi manajemen nyeri, pada
diagnosa kedua defisit nutrisi berhubungan dengan peningkatan kebutuhan
metabolisme dengan luaran status nutrisi membaik dan intervensi manajemen nutrisi,
pada diagnosa ketiga intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan dengan
luaran toleransi aktivitas meningkat dan intervensi manajemen energy.
4. Implementasi
Setelah rencana tindakan keperawatan ditetapkan maka dilanjutkan dengan
melakukan rencana keperawatan tersebut dalam bentuk nyata yaitu implementasi
keperawatan, tidak seluruh intervensi keperawatan dapat dilakukan, tergantung keluhan
dan keadaan klien. Pelaksanaan tindakan keperawatan harus diikuti oleh pencatatan
yang lengkap dan akurat terhadap suatu kejadian dalam proses keperawatan.
5. Evaluasi
Fase akhir dari proses keperawatan adalah evaluasi terhadap asuhan keperawatan
yang diberikan. Menurut teoritis, adapun evaluasi yang diperoleh berdasarkan hasil
yang diharapkan pada klien dengan kanker paru adalah bersihan jalan nafas kembali
efektif, nyeri hilang atau terkontrol, dan nutrisi mencukupi kebutuhan tubuh.
Setelah di lakukan asuhan keperawatan kepada pasien selama tiga hari, semua
diagnosa belum berhasil teratasi, sampai hari terakhir kelompok melakukan
implementasi, hasil evaluasi nya adalah intervensi dilanjutkan.
56
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tumor ginjal yaitu tumor ginjal padat jinak dan tumor ginjal ganas. Tumor ginjal
padat ialah adenoma, onkositoma, leiomioma, lipoma, hemangioma, dan hemartoma.
Sedangkan tumor ginjal ganas biasanya berupa tumor padat yang berasal dari urotelius,
yaitu karsinoma sel transional atau yang berasal dari sel epitel ginjal. (Nurarif &
Kusuma, 2015, p. 139).
Seperti umumnya tumor yang lain, penyebab yang pasti dari tumor belum
diketahui, tapi paparan suatu zat yang bersifat karsinogenik seperti merokok, obesitas
pada wanita dan hormonal (Prabowo & Pranata, 2014, hal 76).
Dari uraian kelompok tentang pelaksanaan asuhan keperawatan pada Tn. S
dengan tumor ginjal dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Pengalaman seorang perawat dalam melakukan suatu pengkajian, analisa data,
dan menentukan diagnosa keperawatan sangat penting karena merupakan suatu
deteksi awal terhadap respon klien
2. Perencaanaan dibuat berdasarkan diagnosa yang telah ada dan mengacu pada
teori yang ada, walaupun pada pelaksanaannya disesuaikan dengan situasi di
lahan
3. Proses dokumentasi perawat harus dilaksanakan pada setiap tahap proses
keperawatan sebagai salah satu pembuktian pertanggung jawaban dan
pertangguang gugatan terhadap asuhan keperawatan yang telah diberikan kepada
klien
4. Perawat mampu mengevaluasi semua tindakan yang telah dilakukan sesuai
dengan kondisi dan tempat pasien dirawat dengan melibatkan berbagai
lingkungan perawat dan disiplin ilmu.
57
B. Saran
1. Perawat hendaknya melakukan pendekatan dengan baik pada klien sehubungan
dengan data yang didapatkan betul-betul akurat dan mampu mengidentifikasi
serta menemukan masalah keperwatan yang dialami klien
2. Dalam mengidentifikasi masalah yang muncul pada klien, hendaknya berfokus
pada masalah yang bersifat urgen, lalu mengatasi masalah yang bersifat resiko
3. Dalam melaksanakan askep diharapkan perawat melaksanakan tindakan sesuai
keluhan klien
4. Hendaknya mahasiswa lebih memaksimalkan diri dalam mengimplementasikan
antara teori yang diperoleh di akademik dengan kenyataan yang ada (kasus) di
lahan praktek.
58
DAFTAR PUSTAKA
Black. J dan Hawks, J ( 2014 ), Keperawatan Medikal Bedah : Manajemen Klinik Untuk
Hasil yang Diharapkan. Dialihbahasakan oleh Nampira R. Jakarta : Salemba Emban
Patria.
Nurarif, A. H dan Kusuma. H ( 2015 ). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis Dan Nanda, NIC, NOC , Jogjakarta : Media Action.
Prabowo,E. Pranata A.E, ( 2014 ), Buku Ajar Asuhan Keperawatan Sistem Perkemihan
Pendekatan Nanda, NIC dan NOC, Yogyakarta : Nuha Medika
Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2018) Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia, Jakarta
: Dewan Pengurus Pusat PPNI
Tim Pokja SIKI DPP PPNI (2018) Standar Intervensi Keperawatan Indonesia, Jakarta
: Dewan Pengurus Pusat PPNI
Tim Pokja SLKI DPP PPNI (2018) Standar Luaran Keperawatan Indonesia, Jakarta :
Dewan Pengurus Pusat PPNI
59
60