Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH INTERAKSI OBAT PADA

PROSES METABOLISME

Disusun Oleh :

Anizha Amalia
19334748

Program Studi Farmasi


Institut Sains dan Teknologi Nasional

i
DAFTAR ISI

COVER .......................................................................................................... i
DAFTAR ISI .................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... iii
1.1 Latar Belakang ..................................................................................... iii
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................ iii
1.3 Tujuan Penulisan .................................................................................. iii
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................ iv
2.1 Interaksi obat ......................................................................................... iv
2.2 Obat yang Terlibat dalam Peristiwa Interaksi ........................................ v
BAB III TINJAUAN PUSTAKA .............................................................. ix
3.1. Interaksi Obat beserta mekanisme & efek ........................................... ix
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN ................................................... xii
4.1 Kesimpulan ..........................................................................................xii
4.2 Saran ....................................................................................................xii
BAB V DAFTAR PUSTAKA .................................................................. xiii

ii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

interaksi obat terjadi jika efek suatu obat (index drug) berubah akibat adanya obat
lain (precipitant drug), makanan, atau minuman. Interaksi obat dapat menghasilkan efek yang
memang dikehendaki (Desirable Drug Interaction), atau efek yang tidak dikehendaki
(Undesirable/Adverse Drug Interactions = ADIs) yang lazimnya menyebabkan efek samping
obat dan/atau toksisitas karena meningkatnya kadar obat di dalam plasma, atau sebaliknya
menurunnya kadar obat dalam plasma yang menyebabkan hasil terapi menjadi tidak optimal.
Sejumlah besar obat baru yang dilepas di pasaran setiap tahunnya menyebabkan munculnya
interaksi baru antar obat akan semakin sering terjadi. Beberapa laporan studi menyebutkan
proporsi interaksi obat dengan obat lain (antar obat) berkisar antara 2,2% sampai 30% terjadi
pada pasien rawat-inap dan 9,2% sampai 70,3% terjadi pada pasien-pasien rawat jalan,
walaupun kadang-kadang evaluasi interaksi obat tersebut memasukkan pula interaksi secara
teoretik selain interaksi obat sesungguhnya yang ditemukan dan terdokumentasi.

1.2 Rumusan Masalah


a. Mengenal obat presipitan dan obat obyek pada interaksi obat diantara keduanya
apabila diberikan secara bersamaan.
b. Mempelajari interaksi obat pada proses metabolism

1.3 Tujuan Penulisan


a. Untuk mengetahui interaksi obat pada proses metabolisme
b. Untuk mengetahui mekanisme interaksi obat yang terjadi
c. Untuk mengetahui efek yang ditimbulkan dari obat yang berinteraksi pada proses
metabolisme
d. Untuk mengetahui bagaimana penanganan untuk mencegah efek yang ditimbulkan.

iii
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Interaksi obat

Interaksi obat adalah kejadian di mana suatu zat mempengaruhi aktivitas obat. Efek-
efeknya bisa meningkatkan atau mengurangi aktivitas, atau menghasilkan efek baru yang
tidak dimiliki sebelumnya. Interaksi bisa terjadi antara obat dengan obat, obat dengan
makanan, obat dengan herbal, obat dengan mikronutrien, dan obat injeksi dengan kandungan
infuse.
Karena kebanyakan interaksi obat memiliki efek yang tak dikehendaki, umumnya
innteraksi obat dihindari karena kemungkinan mempengaruhi prognosis. Namun, ada juga
interaksi yang sengaja dibuat, misal pemberian probenesid dan penisilin sebelum penisilin
dibuat dalam jumlah besar.

Pemberian suatu obat (A) dapat mempengaruhi aksi obat lainnya (B) dengan satu dari dua
mekanisme berikut:
1. Modifikasi efek farmakologi obat B tanpa mempengaruhi konsentrasinya di cairan
jaringan (interaksi farmakodinamik).
2. Mempengaruhi konsentrasi obat B yang mencapai situs aksinya (interaksi
farmakokinetik).
a. Interaksi ini penting secara klinis mungkin karena indeks terapi obat B sempit (misalnya,
pengurangan sedikit saja efek akan menyebabkan kehilangan efikasi dan atau peningkatan
sedikit saja efek akan menyebabkan toksisitas).
b. Interaksi ini penting secara klinis mungkin karena kurva dosis-respon curam (sehingga
perubahan sedikit saja konsentrasi plasma akan menyebabkan perubahan efek secara
substansial).
c. Untuk kebanyakan obat, kondisi ini tidak ditemui, peningkatan yang sedikit besar
konsentrasi plasma obat-obat yang relatif tidak toksik seperti penisilin hampir tidak
menyebabkan peningkatan masalah klinis karena batas keamanannya lebar.

iv
d. Sejumlah obat memiliki hubungan dosis-respon yang curam dan batas terapi yang sempit,
interaksi obat dapat menyebabkan masalah utama, sebagai contohnya obat antitrombotik,
antidisritmik, antiepilepsi, litium, sejumlah antineoplastik dan obat-obat imunosupresan.

2.2 Obat yang Terlibat dalam Peristiwa Interaksi

Interaksi obat paling melibatkan 2 jenis obat diantaranya :


a. Obat obyek, yakni obat yang aksinya atau efeknya dipengaruhi atau diubah oleh obat lain.
Obat-obat yang kemungkinan besar menjadi obyek interaksi atau efeknya
dipengaruhi oleh obat lain, umumnya adalah obat-obat yang memenuhi ciri :
a) Obat-obat dimana perubahan sedikit saja terhadap dosis ( kadar obat ) sudah akan
menyebabkan perubahan besar pada efek klinik yang timbul. Secara farmakologi obat-obat
seperti ini sering dikatakan sebagai obat-obat dengan kurva dosis respons yang tajam (curam;
steep dose response curve). Perubahan, misalnya dalam hal ini pengurangan kadar sedikit saja
sudah dapat mengurangi manfaat klinik (clinical efficacy) dari obat.
b) Obat-obat dengan rasio toksis terapik yang rendah (low toxic therapeutic ratio),
artinya antara dosis toksik dan dosis terapetik tersebut perbandingannya (atau perbedaannya)
tidak besar. Kenaiikan sedikit saja dosis (kadar) obat sudah menyebabkan terjadinya efek
toksik. Kedua ciri obat obyek di atas, yakni apakah obat yang manfaat kliniknya mudah
dikurangi atau efek toksiknya mudah diperbesar oleh obat presipitan, akan saling berkaitan
dan tidak berdiri sendiri-sendiri. Obat-obat seperti ini juga sering dikenal dengan obat-obat
dengan lingkupterapetik yang sempit (narrow therapeutic range).
c) Obat-obat yang memenuhi ciri-ciri diatas dan sering menjadi obyek interaksi dalam
klinik meliputi,
● antikoagulansia: warfarin,
● antikonvulsansia (antikejang): antiepilepsi,
● hipoglikemika: antidiabetika oral seperti tolbutamid, klorpropamid dll,
● anti – aritmia: lidokain, prokainamid dll,
● glikosida jantung: digoksi,
● antihipertensi,
● kontrasepsi oral steroid,
v
● antibiotika aminoglikosida,
● obat-obat sitotoksik
● obat-obat susunan saraf pusat, dan lain-lain.

B. Obat presipitan ( precipitan drug ), yakni obat mempengaruhi atau mengubah aksi atau
efek obat lain.
Obat-obat presipitan adalah obat yang dapat mengubah aksi/efek obat lain. Untuk dapat
mempengaruhi aksi/efek obat lain, makan obat presipitan umumnya adalah obat-obat dengan
ciri sebagai berikut:
a) Obat-obat dengan ikatan protein yang kuat, oleh karena dengan demikian akan
menggusur ikatan-ikatan yang protein obat lain yang lebih lemah. Obat-obat yang
tergusur ini (displaced) kemudian kadar bebasnya dalam darah akan meningkat
dengan segala konsekuensinya, terutama meningkatnyaefek toksik. Obat-obat yang
masuk disini misalnya aspirin, fenilbutazon, sulfa dan lain-lain.
b) Obat-obat dengan kemampuan menghambat (inhibitor) atau merangsang (inducer)
enzim-enzim yang memetabolisir obat dalam hati. Obat-obat yang punya sifat
sebagai perangsang enzim (enzyme inducer) misalnya rifampisin, karbamasepin,
fenitoin, fenobarbital dan lain-lain akan mempercepat eliminasi (metabolisme)
obat-obat yang lain sehingga kadar dalam darah lebih cepat hilang. Sedangkan
obat-obat yang dapat menghambat metabolisme (enzyme inhibitor) termasuk
kloramfenikol, fenilbutason, allopurinol, simetidin dan lain-lain, akan
meningkatkan kadar obat obyek sehingga terjadi efek toksik.

c) Obat-obat yang dapat mempengaruhi/merubah fungsi ginjal sehingga eliminasi


obat-obat lain dapat dimodifikasi. Misalnya probenesid, obat-obat golongan
diuretic dan lain-lain.

Ciri – ciri obat presipitan tersebut adalah pada proses distribusi (ikatan protein), metabolisme
dan eksresi renal. Masih banyak obat-obat lain diluar ketiga ciri ini tadi yang dapat bertindak
sebagai obat presipitan dengan mekanisme yang berbeda-beda.

vi
Menurut jenis mekanisme kerja, interaksi obat dibedakan menjadi 2 bagian :

a) Interaksi secara farmasetik (inkompatibilitas)


Interaksi farmasetik atau disebut juga inkompatibilitas farmasetik bersifat langsung dan dapat
secara fisik atau kimiawi, misalnya terjadinya presipitasi, perubahan warna, tidak terdeteksi
(invisible), yang selanjutnya menyebabkan obat menjadi tidak aktif.
b) Interaksi farmakodinamik.
Interaksi ini hanya diharapkan jika zat berkhasiat yang saling mempengeruhi bekerja
sinergis atau antagonis pada suatu reseptor, pada suatu organ membran atau pada suatu
rangkaian pengaturan. Jika sifat-sifat farmakodinamika yang kebanyakan dikenal baik, dari
obat-obat yang diberikan secara bersamaan diperhatikan interaksi demikian dapat berguna
secara terapeutik apabila menguntungkan atau dapat dicegah apabila tidak diinginkan.
Pada prinsipnya interaksi obat dapat menyebabkan dua hal penting. Yang pertama,
interaksi obat dapat mengurangi atau bahkan menghilangkan khasiat obat, baik melalui
penghambatan penyerapannya atau dengan mengganggu metabolisme atau distribusi obat
tersebut di dalam tubuh. Yang kedua, interaksi obat dapat menyebabkan gangguan atau
masalah kesehatan yang serius, karena meningkatnya efek samping dari obat-obat tertentu.
Risiko kesehatan dari interaksi obat ini sangat bervariasi, bisa hanya sedikit menurunkan
khasiat obat namun bisa pula fatal.

c) Interaksi Farmakokinetika
Interaksi obat bisa ditimbulkan oleh berbagai proses, antara lain perubahan dalam
farmakokinetika obat tersebut, seperti Absorpsi, Distribusi, Metabolisme, dan Ekskresi
(ADME) obat. Kemungkinan lain, interaksi obat merupakan hasil dari sifat-sfat
farmakodinamik obat tersebut, misal, pemberian bersamaan antara antagonis reseptor dan
agonis untuk reseptor yang sama.

d) Proses Metabolisme
Metabolisme adalah seluruh reaksi biokimiawi yang terjadi di dalam sel tubuh
makhluk hidup. Metabolisme dapat dibedakan menjadi 2 (dua) macam proses yaitu
anabolisme (penyusunan) dan katabolisme (penguraian). Anabolisme adalah sintesis
makromolekul seperti protein, polisakarida, dan asam nukleat dari bahan-bahan yang kecil.
vii
Proses sintesis demikian tidak dapat berlangsung tanpa adanya masukan energi. Secara
langsung atau tidak langsung, ATP merupakan sumber energi bagi semua aktifitas anabolik
di dalam sel. Metabolisme memerlukan keberadaan enzim agar prosesnya berjalan cepat.
Hasil proses metabolisme berupa energi dan zat-zat lain yang diperlukan oleh tubuh.
Metabolisme berperan mengubah zat-zat makanan seperti: glukosa, asam amino, dan
asam lemak menjadi senyawa-senyawa yang diperlukan untuk proses kehidupan seperti:
sumber energi (ATP). Energi antara lain berguna untuk aktivitas otot, sekresi kelenjar,
memelihara membran potensial sel saraf dan sel otot, sintesis substansi sel. Zat-zat lain yang
berasal dari protein berguna untuk pertumbuhan dan reparasi jaringan tubuh. Hasil
metabolisme tersebut kemudian dimanfaatkan oleh tubuh untuk berbagai keperluan antara
lain: sumber energi, menggangti jaringan yang rusak, pertumbuhan, dan sebagai nya.
Banyak obat dimetabolisme di hati. Induksi terhadap sistem enzim mikrosomal hati
oleh salah satu obat dapat menyebabkan perubahan kecepatan metabolisme obat lainnya
secara bertahap, sehingga menyebabkan rendahnya kadar plasma dan mengurangi efek obat.
Penghentian obat penginduksi tersebut dapat menyebabkan meningkatnya kadar plasma obat
yang lainnya sehingga terjadi gejala toksisitas. Barbiturat, griseofulvin, beberapa antiepilepsi
dan rifampisin adalah penginduksi enzim yang paling penting. Obat yang dipengaruhi antara
lain warfarin dan kontrasepsi oral

viii
BAB III
PEMBAHASAN

3.1. Interaksi Obat beserta mekanisme & efek


No Obat Obat objek Mekanisme Efek/akibat Penanganan
presipitan Interaksi interaksi

1 Lanzoprazol ketokonazole ketokonazole akan ketokonazole Berikan lanzoprazol


berkurang jika terjadi akan menurun 2-3 jam setelah
peningkatan pH dengan adanya pemberian
lambung karena perubahan pH ketokonazole
lanzoprazol akan lambung
meningkatkan pH
lambung sehingga
akan mengurangi
daya larut
ketokonazole yg
diberikan secara oral

2 kolesteramin Warfarin Membentuk senyawa Penurunan Pemberian selang


(antikoagulan) kompleks efek antikoagulan waktu selama
dari warfarin. 3 jam.memonitoring
Peningkatan aktivitas warfarin
faktor eliminasi
dari warfarin

3 CaCo3 Ranitidine berkurangnya efek Ranitidine tidak Dianjurkan


kerja ranitidine bekerja secara pemberian
maksimal ranitidin
sebelum/sesudah
CaCO3

4 Aspilet Spironolakton kombinasi ini pusing, lemah, Dianjurkan untuk


dapat serta kejang atau memberi
menyebabkan syok jeda/waktu setelah
tekanan darah penggunaan
turun terlalu digoxin
rendah

ix
5 tetrasiklin antasida pembentukan Konsentrasi Jangan diberikan
senyawa kompleks obat dalam secara bersamaan
tetrasiklin dengan plasma menurun
logam valensi III , efek menurun.

6 simetidin tetrasiklin Simetidin akan pH lambung tetrasiklin diganti


mengikat reseptor H2 meningkat dengan
didalam lambung menjadi antibiotik lain yang
sehingga produksi lebih basaH narrow spectrum
asam dalam .Tetrasiklin
lambung berkurang bentuk terionnya
yanglebih
banyak dari pada
molekulnya.Obat
yang terabsorbsi
lebih sedikit.
Kadar obat dalam
darah menjadi
sedikit.resistensi
dari bakteri

7 NSAID atau kolesteramin membentuk kompleks Struktur Jangan diberikan


Hidroksil antara kolesteramin m o l e k u l obat- pada waktu yang
(sulfonamide) dengan obat – obat obat membesar bersamaan
yang memiliki gugus Tidak bisa
karboksilat (NSAID) terabsorbsi
atau hidroksil
(sulfonamide).

8 Senyawa Antibiotik golongan Membentuk khelat Mengurangi Tidak


yangmengandung Quinolon secara signifikan absorpsi dapatdigunakan
Mg, Al,Ca, dan Fe Quinolon secara bersamaan.

9 Al(OH)3 atau CIPROFLOXACIN membentuk senyawa Absorpsi tidak diberikan


CA2CO3 kompleks ciprofloLacin secara bersamaan
menurun sebesar
50-75%

10 Atazanavir dan antasida Atazanavir dan pH lingkungan Pemakaian obat ini


antifungi antifungi gol.azole (usus)meningkat. haruslah diberikan
golongan azole (khususnya 2 jam sebelum atau
itrakonazole dan satu jam
ketoconazole) setelah pemberian
membutuhkan
x
lingkungan asam antasida
untuk mencapai
absorpsi yang baik

xi
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan
Interaksi obat adalah kejadian di mana suatu zat mempengaruhi aktivitas obat. Efek-
efeknya bisa meningkatkan atau mengurangi aktivitas, atau menghasilkan efek baru yang
tidak dimiliki sebelumnya. Obat obyek, yakni obat yang aksinya atau efeknya dipengaruhi
atau diubah oleh obat lain. Obat-obat yang kemungkinan besar menjadi obyek interaksi atau
efeknya dipengaruhi oleh obat lain. Obat presipitan ( precipitan drug ), yakni obat
mempengaruhi atau mengubah aksi atau efek obat lain. Obat-obat presipitan adalah obat yang
dapat mengubah aksi/efek obat lain.

Mekanisme kerja, interaksi obat dibedakan menjadi 2 bagian yaitu Interaksi secara
farmasetik (inkompatibilitas) dan Interaksi farmakodinamik. Interaksi farmasetik atau disebut juga
inkompatibilitas farmasetik bersifat langsung dan dapat secara fisik atau kimiawi. Interaksi
farmakodinamik, Interaksi ini hanya diharapkan jika zat berkhasiat yang saling mempengeruhi
bekerja sinergis atau antagonis pada suatu reseptor. Metabolisme adalah seluruh reaksi
biokimiawi yang terjadi di dalam sel tubuh makhluk hidup. Metabolisme dapat dibedakan
menjadi 2 (dua) macam proses yaitu anabolisme (penyusunan) dan katabolisme (penguraian).

Interaksi obat pada lansoprazole dan ketoconazole dengan mekanisme kerja


ketokonazole akan berkurang jika terjadi peningkatan pH lambung karena lanzoprazol akan
meningkatkan pH lambung sehingga akan mengurangi daya larut ketokonazole yg diberikan secara
oral menyebabkan efek atau akibat ketokonazole akan menurun dengan adanya perubahan pH
lambung. Untuk penanganan nya Berikan lanzoprazol 2-3 jam setelah pemberian ketoconazole.

4.2 Saran
Banyak belajar lagi tentang interaksi obat dengan membaca jurnal atau buku agar dapat
menambah pengetahuan tentang efek yang akan ditimbulkan ketika ada dua atau lebih obat
yang diminum secara bersamaan.

xii
BAB V
DAFTAR PUSTAKA

1. https://www.academia.edu/31561940/intraksi_obat_dengan_obat_.docx
2. http://ndrasendana.blogspot.com/2014/07/interaksi-obat-pada-proses-
metabolisme.html
3. http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/tmp/Bb6-Metabolisme.pdf
4. https://media.neliti.com/media/publications/160648-ID-none.pdf
5. https://www.academia.edu/6810070/Kelompok_III_Makalah_Interaksi_Obat
6.https://www.academia.edu/37572686/MAKALAH_INTERAKSI_OBAT_INTERAKSI
_OBAT_PADA_PROSES_ABSORBSI_Dosen_PROGRAM_STUDI_FARMASI

xiii

Anda mungkin juga menyukai