Anda di halaman 1dari 8

Makalah Perkuliahan Legal Audit Syariah

“Praktik Legal Opinion: Prosedur Mendirikan Lembaga Amil Zakat Nasional”

Dosen Pengampu:
Mustolih SH.I., M.H., CLA

Disusun oleh:
KELOMPOK 10
Nabiela Umda Barara 11160490000020
Alfin Muhammad Ikbal 11160490000030
Muhammad Riski Firmansyah 11160490000036
Aulia Kharunisaa 11160490000049
Ahmad Tamam 11160490000058
Mala Aprilyas 11160490000087

PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2019
PEMERIKSAAN DAN PENDAPAT HUKUM
ATAS PROSEDUR PENDIRIAN LEMBAGA AMIL ZAKAT NASIONAL
LAZIS NU (NU CARE)

I. INFORMASI LEMBAGA

NU CARE-LAZIS NU adalah rebranding dan/atau sebagai pintu masuk agar


masyarakat global mengenal Lembaga Amil Zakat, Infak, dan Sedekah
Nahdlatul Ulama (LAZISNU). NU CARE-LAZISNU berdiri pada tahun 2004
sebagai sarana untuk membantu masyarakat. NU CARE-LAZISNU merupakan
lembaga nirlaba milik perkumpulan Nahdlatul Ulama (NU) yang
bertujuan, berkhidmat dalam rangka membantu kesejahteraan umat;
mengangkat harkat sosial dengan mendayagunakan dana Zakat, Infak, Sedekah
serta Wakaf (ZISWAF) merupakan badan hukum yang didirikan berdasarkan
Hukum Republik Indonesia. Berdiri sebagai lembaga yang telah diatur oleh dan
dalam pengawasan Kementrian Agama dibawah koordinasi Badan Amil Zakat
Nasional (BAZNAS) di Indonesia, lembaga menyediakan layanan dalam
pemberdayaan masyarakat melalui pendayagunaan secara produktif dana zakat,
infaq, wakaf dan dana kedermawanan lainnya baik dari perseorangan, lembaga,
lembaga dan instansi lainnya. Adapun profil lembaga dalam manajemen dan
organisasi, yaitu :

Penasihat :
KH. Najib Abdul Qadir
KH. Ali Akbar Marbun
KH. Zamzami Amin
H. M. Sulton Fatoni, M.Si
KH. Muadz Thohir
H. Muhammad Said Aqil, S.Pd

Ketua : Achmad Sudrajat, Lc., MA.


Wakil Ketua : Dohir Farisi
Wakil Ketua : M. Ichsan Loulembah
Wakil Ketua : Hafid Ismail
Wakil Ketua : Ahmad Basarah
Wakil Ketua : Jazilul Fawaid
Wakil Ketua : Drs. Azis Ahmadi
Wakil Ketua : H. Ubaidillah Amin
Wakil Ketua : Danang Sangga Buwana
Wakil Ketua : Dr. Iqbal Irfani

Sekretaris : AbdurRouf, M.Hum


Wakil Sekretaris : H. RidwanTaiyeb, S.Pd.I
Wakil Sekretaris : Maulana Syahiduzzaman
Wakil Sekretaris : Faridah Faricha

Bendahara : H. Abdullah Mas'ud, M.Si


Wakil Bendahara : Sabilillah Ardi
Wakil Bendahara : Fahma Mikaila
Wakil Bendahara : Solihin, MM
Wakil Bendahara : Adna Khoirotul A'yun

II. DOKUMEN

Dokumen yang diperiksa adalah berkas yang disampaikan oleh Direktur


“LAZIS NU-NUCARE” berdasarkan korespodensi dan lampiran dokumen yang
dikirimkan kepada Kementrian Agama melalui surat Nomor 001/LAZIS NU-
NUCARE/Regist/V/2017 tanggal 12 September 2017. Data dan dokumen yang
diperiksa terlampir. (Lampiran I)

III. ASUMSI, KUALIFIKASI DAN PEMBATASAN

Pendapat hukum ini terbatas pada persoalan prosedur pendirian lembaga amil
zakat yang diatur di Indonesia. Dalam Peraturan Badan Amil Zakat Nasional
Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2019 Tentang Tata Cara Permohonan
Rekomendasi Izin Pembentukan Dan Pembukaan Perwakilan Lembaga Amil
Zakat pada Pasal 3 s/d Pasal 10 mengenai pendaftaran dan izin rekomendasi.
Pendaftaran :
(1) Pembentukan LAZ sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) harus
mendapat izin Menteri atau pejabat yang ditunjuk oleh Menteri.
(2) Untuk mendapatkan izin sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) harus
memenuhi persyaratan:

a. terdaftar sebagai organisasi kemasyarakatan Islam yang mengelola bidang


pendidikan, dakwah, dan sosial, atau lembaga berbadan hukum;
b. mendapat rekomendasi dari BAZNAS;
c. memiliki pengawas syariat;
d. memiliki kemampuan teknis, administratif, dan keuangan untuk
melaksanakan kegiatannya;
e. bersifat nirlaba;
f. memiliki program untuk mendayagunakan zakat bagi kesejahteraan umat;
dan
g. bersedia diaudit syariah dan keuangan secara berkala.

Pemberian Izin Rekomendasi :


(1) BAZNAS melakukan verifikasi administratif dan faktual terhadap
permohonan tertulis berdasarkan pengajuan rekomendasi izin pembentukan
LAZ.
(2) Verifikasi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mencakup
verifikasi kelengkapan berkas administrasi permohonan rekomendasi izin
pembentukan LAZ.
(3) Verifikasi faktual sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mencakup validitas
permohonan rekomendasi pembentukan LAZ.
(4) Dalam melaksanakan verifikasi faktual sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) BAZNAS dapat mengikutsertakan BAZNAS Provinsi atau BAZNAS
Kabupaten/Kota sesuai dengan skala rekomendasi izin pembentukan yang
akan diberikan.
(5) Verifikasi administratif dan faktual sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan oleh verifikator yang ditugaskan oleh BAZNAS sesuai dengan
ketentuan lembaga.
(6) BAZNAS dapat mendelegasikan pelaksanaan verifikasi administrasi dan
verifikasi faktual kepada BAZNAS Provinsi dan BAZNAS
Kabupaten/Kota.
(7) Proses penyelesaian pemberian rekomendasi izin pembentukan LAZ
dilakukan dalam jangka waktu paling lama 20 (dua puluh) hari kerja
terhitung sejak dokumen permohonan rekomendasi izin pembentukan LAZ
diterima dan dinyatakan lengkap oleh BAZNAS.
(8) BAZNAS memberikan rekomendasi izin pembentukan LAZ kepada
pemohon yang telah memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan.
(9) Rekomendasi izin pembentukan LAZ yang diberikan BAZNAS
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dalam bentuk surat rekomendasi.
(10) Dalam hal permohonan rekomendasi izin pembentukan LAZ yang tidak
memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan, BAZNAS berwenang
menolak permohonan rekomendasi disertai dengan alasan tertulis dalam
bentuk surat resmi.
(11) Izin pembentukan LAZ berlaku untuk 5 (lima) tahun dan dapat
diperpanjang.

IV. ANALISIS DAN PENDAPAT HUKUM

Sebelum terdaftar menjadi lembaga amil zakat, calon lembaga amil zakat
harus mendapatkan rekomendasi dari Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS).
Selain merujuk pada Peraturan BAZNAS Nomor 3 Tahun 2019, lembaga amil
zakat tunduk terhadap peraturan yang berlaku di Indonesia yaitu:

1. UU No. 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat


2. Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2014 tentang Pelaksanaan
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat
3. Peraturan Menteri Agama Nomor 52 Tahun 2014 tentang Syarat dan Tata
Cara Perhitungan Zakat Mal dan Zakat Fitrah Serta Pendayagunaan Zakat
Untuk Usaha Produktif
4. Peraturan Menteri Agama Nomor 69 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas
Peraturan Menteri Agama Nomor 52 Tahun 2014 tentang Syarat dan Tata
Cara Perhitungan Zakat Mal dan Zakat Fitrah serta Pendayagunaan Zakat
Untuk Usaha Produktif
5. Peraturan Menteri Agama Nomor 5 Tahun 2016 tentang Tata Cara
Pengenaan Sanksi Administratif Dalam Pengelolaan Zakat
6. PUTUSAN Mahkamah Konstitusi Nomor 86/PUU-X/2012 tentang
Pengujian Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan
Zakat
7. Surat Keputusan Dewan Pertimbangan BAZNAS Nomor 001/DP-
BAZNAS/XII/2010 tentang Pedoman Pengumpulan Dan Pentasyarufan
Zakat, Infaq, dan Shadaqah Pada Badan Amil Zakat Nasional
8. Fatwa MUI No. 8 Tahun 2011 Tentang Amil Zakat
9. Fatwa MUI No. 13 Tahun 2011 Tentang Hukum Zakat Atas Harta Haram
10. Fatwa MUI No.15 Tahun 2011 Tentang Penarikan, Pemeliharaan, dan
Penyaluran Dana Zakat.

V. KESIMPULAN

Setelah merujuk pada peraturan perundang-undangan yang berlaku bagi


Pendirian Lembaga Amil Zakat di Indonesia. Pendirian Lembaga Amil Zakat di
Indonesia dimulai melalui tahapan, yaitu:

1. Melengkapi Persyaratan
Hal ini merujuk pada persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi agar
mendapat izin pendirian dari menteri atau pejabat yang ditunjuk oleh
menteri untuk dapat melanjutkan tahap berikutnya. Selanjutnya agar
mendapat izin dari menteri atau pejabat yang ditunjuk harus memenuhi
syarat-syarat administratif bagi calon Lembaga Amil Zakat yang akan
didirikan.

2. Permohonan Rekomendasi
Proses ini dibagi menjadi skala nasional, provinsi dan kabupaten/kota
yaitu:
LAZ berskala nasional, provinsi dan kabupaten /kota dapat diajukan oleh
organisasi masyarakat sesuai dengan tingkat dari masing-masing skala
daerahnya. Lalu setelah mendapat rekomendasi dari organisasi
masyarakat maka LAZ yang akan didirikan wajib memenuhi syarat formil
dan materil kepada BAZNAS. Kemudian setelah menyerahkan syarat
formil dan materil kepada BAZNAS, lalu Direktur Jendral memberikan
izin pendirian kepada LAZ yang akan dibentuk sesuai dengan
rekomendasi BAZNAS.

3. Verifikasi
Setelah melalui tahapan rekomendasi, BAZNAS akan melakukan
verifikasi kelengkapan berkas administratif dan factual terhadap
permohonan tertulis berdasarkan pengajuan rekomendasi izin
pembentukan LAZ yang akan dilakukan oleh verifikator yang ditugaskan
oleh BAZNAS sesuai ketentuan lembaga. BAZNAS akan memberikan
rekomendasi pembentukan LAZ kepada pemohon apabila telah memenuhi
peraturan perundang-undangan, namun apabila tidak memenuhi ketentuan
peraturan perundang-undangan BAZNAS berwenang untuk menolak
permohonan rekomendasi tersebut disertai dengan alasan tertulis dalam
bentuk surat resmi.

VI. REKOMENDASI

1. LAZIS NU-NU CARE melengkapi kelengkapan administratif baik


anggaran dasar organisasi atau akta pendirian, hingga perizinan kepada
Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) dan Kementrian Agama sebagai
regulator penyelenggara Lembaga Zakat di Indonesia.
2. LAZIS NU-NU CARE tunduk dan patuh terhadap setiap peraturan yang
mengatur penyelenggaraan Lembaga Amil Zakat di Indonesia.
3. Perihal mengenai dan organisasi penyelenggaran kegiatan Lembaga
Amil Zakat Indonesia, LAZIS NU-NU CARE harus memiliki susunan
pengawas syariah sekurang-kurangnya terdiiri atas ketua dan 1 (satu)
orang anggota yang telah mendapatkan rekomendasi dari Majelis Ulama
Indonesia (MUI) setempat;

VII. PENUTUP

Dalam pemeriksaan dan pendapat hokum ini dibuat berdasarkan


tinjauan peraturan yang berlaku di Indonesia serta pengalaman para ahli
dalam merujuk pendirian Lembaga Amil Zakat di Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai