Anda di halaman 1dari 142

Manfaat Ekonomi Standar

Economic Benefits of Standards (EBS)


Sanksi Pelanggaran Pasal 72

Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002

Perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1987

Perubahan atas Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1982

Tentang Hak Cipta

1. Barang siapa dengan sengaja dan tanpa hak melakukan


perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) atau
Pasal 49 ayat (1) dan ayat (2) dipidana dengan pidana penjara
masing-masing paling singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda
paling sedikit Rp 1.000.000,00 (satu juta rupiah), atau pidana
penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling
banyak Rp 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).

2. Barang siapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan,


mengedarkan, atau menjual kepada umum suatu Ciptaan atau
barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipidana dengan pidana
penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak
Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
Manfaat Ekonomi Standar
Economic Benefits of Standards (EBS)

Oleh

Sunarya
Carunia Mulya Firdausy
Ida Busneti
Teguh Pribadi A

Badan Standardisasi Nasional


Jakarta 2015
Manfaat Ekonomi Standar - Economic Benefits of Standards (EBS)

Penyusun : Sunarya
Carunia Mulya Firdausy
Ida Busneti
Teguh Pribadi A
Desain : Murdianto
Editor : Sunarya, Carunia Mulya Firdausy

Katalog Dalam Terbitan (KDT)

Manfaat Ekonomi Standar - Economic Benefits of Standards (EBS) --/Disusun


oleh: Sunarya, Carunia Mulya Firdausy, Ida Busneti, Teguh Pribadi A

Desain oleh Murdianto - Jakarta: Badan standardisasi Nasional, 2015.

ISBN 978-602-9394-18-4

ix., 129 hal.25 cm

1. Buku 2. Manfaat Ekonomi Standar - Economic Benefits of


Standards (EBS)

Edisi Pertama, Cetakan Pertama (2015)

Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

Dilarang memperbanyak sebagian atau keseluruhan isi buku ini tanpa izin
tertulis dari penerbit.

ISBN 978-602-9394-18-4

Penerbit:

Badan Standardisasi Nasional

Gedung 1 BPPT Lt. 11

Jl. M.H. Thamrin Nomor 8

Jakarta Pusat 10340.


Kata Pengantar

Di era keterbukaan ekonomi sekarang ini , peran standar


semakin penting dan mampu berkontribusi nyata terhadap
pertumbuhan ekonomi suatu negara. Untuk mengetahui bagaimana
kontribusi standar terhadap pertumbuhan ekonomi, banyak studi
yang dilakukan, seperti di Inggris, Jerman, Amerika Serikat, Australia,
dan beberapa negara lain. Salah satu studi dilakukan Standards
Australia pada tahun 2006 dengan menerapkan data ekonomi pada
model yang dikembangkan dalam studi sebelumnya di Eropa.

Di Indonesia tentang pentingnya standar sangat nyata karena


banyak bukti yang menunjukkan bahwa standardisasi mampu
mendorong upaya peningkatan kualitas dan daya saing, baik nasional
di pasar lokal maupun global. Ini dapat dibuktikan melalui pengakuan
para pelaku industri yang menjadi pemenang SNI Award setiap tahun.
Hal itu menunjukkan betapa pentingnya penerapan standar dalam
mendongkrak industri untuk menghasilkan produk yang berkualitas
dan berdaya saing.

Pada intinya, standar telah mampu memberi banyak manfaat,


baik secara ekonomi, secara teknologi, maupun secara sosial. Standar
telah mampu mengharmonisasikan spesifikasi produk dan jasa secara
teknis sehingga membuat industri menjadi lebih efisien dan mampu
menyelesaikan hambatan-hambatan dalam perdagangan
internasional. Kesesuaian terhadap standar memastikan konsumen
bahwa produk industri yang digunakannya aman dan baik.

Dalam upaya meningkatkan manfaat standar secara ekonomi,


telah disusun buku berjudul: ”Manfaat Ekonomi Standar”, yang ditulis
oleh Dr. Sunarya, dkk. Buku ini menyajikan bahasan yang sangat
komprehensif tentang standar dan penilaian kesesuaian, teori
ekonomi standardisasi, analisis manfaat ekonomi, perhitungan
keuntungan dan biaya ekonomi standardisasi, serta dilengkapi
dengan hasil studi tentang manfaat standardisasi dari perspektif
ekonomi. Isinya sangat penting bagi kalangan ilmuwan, pebisnis,
pemerintah, produsen, pemasok, dan pedagang, serta konsumen dan
masyarakat pada umumnya, guna memperoleh pemahaman umum
tentang manfaat standar secara ekonomi.

Harapan kami semoga buku ini bisa menjadi acuan dasar bagi
semua pihak yang berkepentingan dalam aktivitasnya masing-
masing. Bagi perguruan tinggi yang telah bekerja sama dengan BSN
maupun yang belum, buku ini juga dapat dijadikan materi dasar
perkuliahan standardisasi yang selama ini sedang giat dikembangkan.

Saran dan kritik sangat diharapkan untuk perbaikan buku ini di


masa mendatang.

Jakarta, Desember 2015

vi Manfaat Ekonomi Standar


Daftar Isi
Halaman

Kata Pengantar ............................................................................................. v


Daftar Isi ............................................................................................. vii
PENDAHULUAN UMUM ............................................................................. 1
BAB I. STANDAR DAN PENILAIAN KESESUAIAN ............................ 3
1.1 Pendahuluan ................................................................................. 3
1.2 Pengembangan Standar ........................................................... 5
1.2.1 Standar Industri ............................................................. 5
1.2.2 Standar Asosiasi ............................................................ 6
1.2.3 Standar Nasional, Regional dan Internasional ... 9
1.3 Penilaian Kesesuaian .................................................................. 12
1.4 Penutup ........................................................................................... 18
BAB II. TEORI EKONOMI STANDARDISASI .......................................... 19
2.1 Pendahuluan ................................................................................. 19
2.2 Tujuan dan Makna Standardisasi .......................................... 20
2.2.1 Tujuan Standardisasi .................................................... 20
2.2.2 Makna Standardisasi .................................................... 23
2.3 Macam Dampak Ekonomi Standardisasi ........................... 26
2.4 Proses dan Mekanisme Manfaat Standardisasi:
Konteks Makroekonomi............................................................. 28
2.4.1 Dampak Standardisasi terhadap Permintaan
Agregat ............................................................................. 29
2.4.2 Dampak Standardisasi terhadap Penawaran
Agregat ............................................................................. 40
2.4.3 Dampak Standardisasi terhadap Sektor Ekonomi 42
2.5 Proses dan Mekanisme Standardisasi: Konteks
Mikroekonomi .............................................................................. 43
2.6 Penutup ........................................................................................... 46
BAB III. ANALISIS MANFAAT EKONOMI STANDARDISASI ............ 49
3.1 Pendahuluan .................................................................................. 49
3.2 Analisis Manfaat Ekonomi dari Standardisasi .................... 49
Halaman

3.2.1 Pemahaman Dasar dari Definisi Standar ............. 49


3.2.2 Cakupan Manfaat Standardisasi ............................. 50
3.2.3 Klaim Sumber Manfaat dari Standardisasi .......... 52
3.2.4 Dampak pada Tingkat Makro dan Mikro ............. 53
3.3 Arti Penting Diperlukannya Perhitungan Nilai Ekonomi
dari Standardisasi ......................................................................... 54
3.3.1 Sesuai dengan Prinsip Ekonomi ............................... 54
3.3.2 Kepedulian Pemangku Kepentingan
Standardisasi .................................................................. 55
3.4 Penutup ........................................................................................... 56
BAB IV. PERHITUNGAN KEUNTUNGAN DAN BIAYA EKONOMI
STANDARDISASI ............................................................................ 57
4.1 Pendahuluan ................................................................................. 57
4.2 Keuntungan Standardisasi ....................................................... 57
4.2.1 Keuntungan Penerapan Standar ............................ 57
4.2.2 Keuntungan Partisipasi dalam Pengembangan
Standar .............................................................................. 71
4.3 Biaya Penerapan Standar dan Standardisasi ..................... 75
4.3.1 Biaya Penerapan Standar ........................................... 75
4.4 Biaya Partisipasi dalam Pengembangan Standar ............ 77
4.5 Penutup ........................................................................................... 80
BAB V STUDI TENTANG MANFAAT EKONOMI STANDARDISASI 81
5.1 Pendahuluan ................................................................................. 81
5.2 Studi Makro ................................................................................... 83
5.2.1 Studi oleh The Standards Council of New
Zealand (2011) ................................................................ 83
5.2.2 Studi oleh Association Francaise de
Normalisation - AFNOR (2009)................................. 83
5.2.3 Studi oleh Standards Council of Canada (2007) 86
5.2.4 Studi oleh Standards Australia (2007 – Laporan
mengambil dari Centre for International
Economics 2006) ........................................................... 87
5.3 Studi Mikro...................................................................................... 90
5.3.1 Studi yang dilakukan di Indonesia oleh BSN ...... 90

viii Manfaat Ekonomi Standar


Halaman

5.3.2 Kajian Awal Manfaat Standar Terhadap PDB


dengan Pendekatan Nilai Tambah (2009) ........... 90
5.3.3 Studi Mikro Lainnya ...................................................... 91
5.4 Contoh Lebih Luas Terkait Studi Keuntungan
Standardisasi .................................................................................. 92
5.5 Penutup ........................................................................................... 93
BAB VI Metode Perhitungan Manfaat Ekonomi Standar –
Economic Benefits Of Standards (EBS) Oleh ISO ............. 95
6.1 Pendahuluan ................................................................................. 95
6.2 Sekilas tentang Metodologi ISO untuk perhitungan EBS 95
6.3 Prinsip Metodologi ISO ............................................................. 97
6.4 Prinsip Metodologi ISO di Indonesia ................................... 100
6.4.1. Bidang material konstruksi; PT. Wijaya Karya (WIKA)
Beton ................................................................................. 100
6.4.2. Bidang bahan baku makanan, PT. Indofood Sukses
Makmur; dan makanan-minuman, PT. Garuda
Food .................................................................................... 100
6.5 Umpan balik dari penerapan Metodologi ISO tentang
EBS (2010-2014) dan kebutuhan jenis studi kasus lain 100
6.6 Penutup ........................................................................................... 102
Glosarium ....................................................................................................... 105
Indeks ............................................................................................................. 117
Daftar Pustaka ............................................................................................. 121
Profil Penulis ............................................................................................. 127

Daftar isi ix
Pendahuluan Umum

Istilah standar banyak digunakan sehari-hari di masyarakat.


Orang dengan mudahnya mengatakan suatu barang atau jasa
memenuhi atau tidak memenuhi standar.

“ Pengertian standar adalah suatu ketentuan atau


spesifikasi atau suatu persyaratan tertentu yang
digunakan secara umum oleh masyarakat. Namun,
dalam pengertian yang sebenarnya, standar
adalah spesifikasi teknis yang dibuat secara
kesepakatan (konsensus) para pengguna suatu
barang/jasa (stakeholders) dan digunakan secara

berulang.

Dari pengertian standar tersebut di atas, standar dibuat dengan


tujuan untuk digunakan oleh para produsen dan pengguna
barang/jasa. Oleh sebab itu, standar yang baik adalah standar yang
sering digunakan oleh stakeholders dalam kegiatannya sehari-hari
yang mungkin dapat sebagai kriteria pembelian barang/jasa, serta
sebagai kriteria suatu produk dan cara produksinya untuk
menghasilkan barang/jasa sesuai dengan standar. Dengan demikian,
standar dapat bermakna dalam transaksi jual beli, proses produksi,
dan bahkan dalam pengadaan barang secara umum yang pada
akhirnya standar dapat bermanfaat dalam kemudahan bertransaksi/
berproduksi dan jaminan mutu dan keamanan bagi pengguna
barang/jasa.

Standardisasi adalah bagian dari suatu kegiatan yang selalu ada


dalam kegiatan sehari-hari dari kehidupan manusia di era globalisasi
termasuk kegiatan ekonomi dalam industri dan perdagangan bebas
saat ini. Oleh sebab itu, standardisasi perlu dikembangkan ke arah
yang lebih nyata dalam mendukung kegiatan ekonomi bangsa, yaitu
kegiatan yang mengarah kepada efisiensi produksi, distribusi, dan
transaksi perdagangannya. Standardisasi harus dapat meningkatkan
efektivitas dan efisiensi dalam proses tersebut. Untuk melihat dan
menghitung manfaat standardisasi dalam kegiatan ekonomi,
berkembanglah pengertian economic benefits of standards.

Pengertian economic benefits of standard (EBS) tersebut relatif


masih baru termasuk di kalangan ISO (International Organization for
Standardization) dan secara praktis di negara-negara anggotanya,
termasuk Indonesia. Oleh sebab itu, dalam buku ini ditulis secara
singkat tetapi komprehensif oleh beberapa tulisan yang berisi :

?
Bab I berisi pengertian dan praktik tentang standar dan
penilaian kesesuaian.
?
Bab II berisi analisis ekonomi yang berkaitan dengan
standardisasi baik dari tinjauan makroekonomi maupun
mikroekonomi.
?
Bab III berisi analisis ekonomi mikro kaitannya dengan
standardisasi
?
Bab IV berisi rangkuman hasil beberapa riset tentang
manfaat ekonomi dalam penerapan standar.
?
Bab V berisi metode perhitungan manfaat ekonomi dalam
penerapan standar.
?
Bab VI berisi Metode perhitungan Manfaat Ekonomi dari
Standar - economic benefits of standard (EBS) oleh ISO

Tulisan dalam buku ini disusun dengan urutan bab dan isi sedemikian
rupa sehingga memudahkan dalam membacanya. Editing yang
dilakukan terbatas pada terutama lingkup isi yang mengantarkan
pada materi pokok keuntungan ekonomi dalam penerapan standar.

Tim Editor :
1. Sunarya Ph.D.
2. Prof. Carunia Mulya Firdausy, Ph.D

2 Manfaat Ekonomi Standar


BAB I
STANDAR DAN PENILAIAN KESESUAIAN
Oleh SUNARYA

Sunarya adalah mantan Deputi Penerapan Standar dan Akreditasi BSN


dan saat ini sebagai Direktur the Spring Institute.

1.1 Pendahuluan

Adanya perkembangan ilmu dan teknologi saat ini akan


menstimulasi adanya inovasi-inovasi baru dalam berproduksi hampir
di semua sektor, baik di sektor pertanian, pangan, otomotif maupun
produk manufaktur lainnya. Dengan adanya kemajuan ilmu dan
teknologi dan inovasi baru tersebut, teknik produksi menjadi lebih
efisien dan produk menjadi relatif lebih murah harganya, misalnya
produk elektronik, handphone, makanan, dan kelistrikan.

Di pihak lain, tuntutan konsumen juga meningkat, yaitu


inginannya untuk memperoleh barang/jasa yang murah tetapi
bermutu. Dalam hal ini manfaat standar menjadi sangat penting
karena kemajuan IPTEK dan adanya inovasi baru perlu dikendalikan
mutunya dengan standar yang dibuat secara konsensus tersebut.
Apabila produksi dibuat hanya dengan memanfaatkan ilmu dan
teknologi saja, mungkin dapat menghasilkan produk dengan
berbagai spesifikasi. Produsen berlomba untuk mencapai efisiensi
yang tinggi dengan menghasilkan barang/jasa dengan harga murah
dan mungkin akan membuat keragaman mutu produk di pasar
menjadi sangat bervariasi dan konsumen akan kesulitan dalam
memilih barang. Apalagi barang tersebut akan diintegrasikan dengan
barang lain yang mungkin akan sulit dilakukan sehingga justru
akhirnya akan terjadi tidak efisien dalam penggunaan barang
tersebut. Oleh sebab itu, pemanfaatan IPTEK dalam produksi yang
dikendalikan dengan standar pada akhirnya akan lebih
menguntungkan, baik bagi produsen maupun konsumen.

Dengan menggunakan standar, produksi dapat direncanakan


dan dilaksanakan dengan baik dan produksi dapat dilakukan secara
massal (mass production) sehingga dapat berdampak pada efisiensi
penggunaan sumber daya. Efisiensi produksi dapat lebih meningkat
dan pada akhirnya dapat dinikmati konsumen karena harga menjadi
murah, misalnya produk garmen, kelistrikan, dan otomotif.

Dari ilustrasi tersebut, bahwa standar dapat meningkatkan


efisiensi produksi. Oleh sebab itu, standar yang baik adalah yang
dapat meningkatkan efisiensi produksi. Apabila suatu standar hanya
bermanfaat dalam perlindungan konsumen saja tetapi tidak lebih
efisien dalam produksi, standar tersebut kurang baik. Demikian juga
bila suatu standar yang mengandung terlalu rendah persyaratan dan
hanya mengejar efisiensi produksi saja, serta tidak sesuai ekspektasi
konsumen, produk tersebut juga tidak akan digunakan masyarakat. Di
sinilah makna konsensus dalam persyaratan suatu standar.

Sebagai ilustrasi, dalam penerapan standar yang sangat


terkenal di masyarakat yaitu Standar Sistem Manajemen Mutu ISO
9001, dalam penerapan di suatu organisasi akan dinilai berhasil
apabila terjadi peningkatan efektivitas manajemen dan peningkatan
efisiensi produksi secara berkelanjutan. Jadi seharusnya perusahaan
yang menerapankan ISO 9001 secara baik akan semakin tinggi tingkat
efisiensinya. Demikian juga bila suatu negara banyak perusahaan dan
organisasi lain, termasuk pada organisasi pemerintah yang
menerapkan ISO 9001 secara efektif akan terjadi peningkatan efisiensi
secara nasional.

Kalau suatu negara banyak organisasinya menerapkan ISO


9001 tetapi tingkat efisiensi produksi masih rendah, akan menjadi
indikasi bahwa penerapan ISO 9001 tersebut belum optimal secara
nasional. Oleh sebab itu, pada akhirnya keberhasilan standardisasi
terutama dalam penerapan ISO 9001 bukan hanya dilihat dari
banyaknya sertifikat ISO 9001 yang ada di negara tersebut, tetapi
dapat diindikasikan dengan peningkatan efisiensi secara nasional.

Penggunaan standar dalam produksi mulai dari pengadaan


bahan baku, proses produksi, kontrol mutu sampai pada distribusi
adalah sangat menguntungkan dalam penyediaan barang/jasa bagi
konsumen.

Dalam bab ini akan dibahas secara singkat hal-hal yang

4 Manfaat Ekonomi Standar


berkaitan dengan beberapa pertimbangan dalam pengembangan
standar dan cara untuk mengetahui apakah suatu barang dan/atau
jasa disebut memenuhi standar atau memenuhi penilaian kesesuaian.

1.2 Pengembangan Standar

Seperti diuraikan dalam pendahuluan tentang manfaat dan


tujuan standar bahwa standar digunakan untuk kelancaran produksi
dan perdagangan dan memberikan manfaat dalam ekonomi. Oleh
sebab itu, kriteria yang harus ada dalam suatu standar adalah harus
dapat memberikan kemudahan dalam proses dan efisiensi dalam
produksi dan distribusi. Kriteria tersebut dapat berupa spesifikasi yang
dapat mencerminkan karakteristik suatu barang/jasa sehingga jelas
apa yang dimaksud dan tidak mudah untuk dipalsukan (ditiru)
misalnya apa yang dimaksud pipa pvc, baik sifat maupun ukurannya.
Oleh sebab itu, kriteria dalam standar berdasarkan pada bahan yang
digunakan, mungkin proses yang dilakukan dan mutu produk akhir
yang diinginkan stakeholders. Berkaitan dengan luas dan tidaknya
proses konsensus dalam pengembangan standar maka dikenal
adanya beberapa tingkatan standar, yaitu standar industri, standar
asosiasi (kelompok tertentu), standar nasional, regional, dan
internasional (Sunarya, 2012). Tingkatan standar tersebut sangat
penting dalam penerapan terutama oleh produsen/industri dalam
kaitannya dengan keuntungan ekonomi yang didapat.

1.2.1 Standar Industri

Standar industri adalah standar yang ditetapkan oleh suatu


industri tertentu yang mungkin berupa standar bahan baku dan input
lain yang diperlukan, dan standar proses yang dilakukan untuk
mencapai produk akhir (output) yang memenuhi standar yang
ditetapkan sendiri. Pada umumnya standar barang/jasa yang
merupakan produk akhir ditetapkan oleh industri tersebut lebih tinggi
daripada standar yang diakui dalam perdagangan, misalnya standar
asosiasi atau standar nasional di suatu negara dan bahkan melebihi
standar regional/ internasional.

Hal ini dilakukan untuk memastikan bahwa produk (barang/


jasa) memenuhi standar yang digunakan dalam perdagangan

Standar dan Penilaian Kesesuaian 5


sehingga diharapkan konsumen dapat mendapatkan barang/jasa
yang melebihi dari ekspektasinya sehingga produk tersebut dapat
mampu bersaing dengan produk sejenis lainnya. Standar biasanya
berupa ketetapan cara kerja dan persyaratan mutu yang dibuat oleh
manajemen yang sangat mungkin berupa standar prosedur operasi
(Standard Operation Procedur/SOP) yang tentunya harus
diimplementasikan sangat ketat dan detail cara melaksanakan dalam
suatu pekerjaan yang juga disebut standar yang sangat prescriptive.

Standar industri hanya dibuat oleh industri sendiri yang


mungkin pihak manajemen menggunakan tenaga ahli tetapi atas
nama industri yang bersangkutan. Demikian juga standar yang hanya
digunakan di industri sendiri dengan cabang-cabangnya dan juga
dapat digunakan oleh industri lain yang memproduksi barang/jasa
atas nama industri yang memberi sub-kontrak atau lisensi. Hal ini
banyak dilakukan dalam praktik saat ini, baik dalam kontrak produksi
maupun dalam lisensi sehingga industri yang memberi kontrak yang
pada akhirnya bertanggung jawab terhadap pemenuhan standar
barang/jasa yang dipasarkan. Oleh sebab itu, dalam praktiknya
standar tersebut dapat menjadi materi perjanjian kontrak/lisensi yang
harus dipenuhi oleh kedua belak pihak. Pihak industri yang
memberikan sub kontrak/lisensi biasanya melakukan audit kepada
industri sub kontraktornya untuk menjamin bahwa SOP dan standar
yang mereka tetapkan dilaksanakan oleh subkontraktornya dengan
baik.

Hal seperti ini juga dapat diterapkan oleh suatu industri dalam
pengadaan, barang input produksi supplier (pemasok) bahan baku dan
bahan lainnya) guna memastikan bahan baku atau input lain dapat
diproses sesuai dengan standar proses yang ditetapkan sehingga
dapat diproduksi barang/jasa sesuai dengan standar yang telah
ditetapkan sendiri.

1.2.2 Standar Asosiasi

Berbeda dengan standar industri, standar asosiasi dibuat oleh


asosiasi tertentu untuk kepentingan bersama dalam asosiasi tersebut.
Biasanya standar ini dibuat dengan tujuan untuk memberikan
kemudahan bagi anggota asosiasi dalam produksi serta menghindari

6 Manfaat Ekonomi Standar


adanya perbedaan persyaratan mutu dalam perdagangan dan
mencegah adanya praktik yang tidak fair yang akhirnya juga
bermanfaat dalam kemudahan barang/jasa diterima oleh pasar.

Salah satu persyaratan yang mutlak harus ada dalam standar


asosiasi adalah keberadaan dan keberterimaan asosiasi tersebut di
antara anggotanya dan efektivitas manajemen keberterimaan asosiasi
oleh para anggotanya. Contoh standar asosiasi adalah ASME (American
Society of Mechanical Engineers) di bidang engineering, BRC (British
Retaill Consortium) di bidang barang yang dipasarkan di retail yang
ada di Inggris, beberapa asosiasi di bidang pangan yaitu GFSI (Global
Food Safety Initiative) di Eropa, Safe Quality Foods (SQF) di Amerika
Serikat, International Foundation for Organic Agriculture Movements
(IFOAM) di 116 negara, Aquaculture Stewardship Council (ASC) di
Belanda/Eropa, Fair Trade Standard, dll.

Standar asosiasi tersebut secara internasional juga disebut


“private standard”. Pada umumnya, “private standard" dibuat dengan
melibatkan (konsensus) oleh para anggotanya, yang mungkin juga
melibatkan tenaga ahli, LSM terutama LSM konsumen serta mungkin
juga pemerintah terutama “competent authority”. Kendatipun standar
tersebut dibuat dengan melibatkan stakeholder yang cukup luas,
secara konsep kesepakatan tersebut adalah atas nama asosiasi,
sehingga hak cipta (property right) dipegang oleh asosiasi kelompok
yang bersangkutan.

Tujuan dibuatnya standar private ini adalah untuk memberi


kemudahan kepada industri dalam produksi dan kemudahan bagi
retail atau buyer dalam memperoleh pasokan barang/jasa untuk
didistribusikan dan dijual kepada konsumen. Dengan demikian,
hubungan rantai pasokan (supply chain) antara produsen dengan
konsumen (buyer) menjadi lebih jelas dan penilaian kesesuaian dari
pihak distributor menjadi lebih sederhana seperti akan dibahas pada
bagian berikut. Isi standar private biasanya berupa persyaratan proses
dan persyaratan produk akhir yang juga bersifat preskriptif dalam hal-
hal yang sangat berkaitan atau berpengaruh pada mutu/keamanan
produk yang dihasilkan. Salah satu tujuan dibuatnya standar private
ini juga untuk mempermudah produk (barang/jasa) diterima oleh
pasar yang mendistribusikannya.

Standar dan Penilaian Kesesuaian 7


Oleh sebab itu, standar private merupakan standar yang bersifat suka
rela bagi industri pada umumnya. Namun apabila sudah ada
kesepakatan antara industri pemasok dengan buyer atau retail
tertentu, penerapan standar private tertentu oleh industri dan buyer
tertentu menjadi mengikat atau juga berarti compulsary bagi pemasok
dan buyer atau bersifat business to business.

Dalam keamanan pangan khususnya di organisasi pangan


internasional, Codex Alimentarius Commission (organisasi keamanan
pangan yang dibentuk oleh FAO dan WHO) status standar private
tersebut masih dalam pembahasan khususnya dalam hubungannya
dengan pengakuannya. Secara ideal standar private dapat menjadi
standar pendukung dalam standar Codex di bidang keamanan
pangan, tetapi agak sulit untuk mendapatkan pengakuan secara
regulasi oleh banyak negara karena di samping yang sifatnya
prescriptive, juga adanya faktor tambahan biaya yang harus
dikeluarkan oleh industri. Akan tetapi, di bidang lain misalnya
engineering, keberadaan standar ASTM dll sangat membantu dan
populer, baik di kalangan kelompok industri tersebut maupun di
kalangan pemerintah khususnya negara yang menganut sistem liberal
di bidang standardisasi dengan masalah standar menjadi urusan
pelaku bisnis, seperti di Amerika Serikat. Hal tersebut dapat berjalan
baik karena para pelaku usahanya sudah paham betul tentang arti dan
manfaat standar yang mungkin berbeda dengan masyarakat di
negara berkembang.

Di beberapa negara misalnya Inggris, BRC Standard sangat


populer di kalangan pelaku usaha. Standar BRC digunakan sebagai
acuan bagi industri dan retail dalam suplai produknya ke retail
sehingga sertifikasi BRC dari pihak independen menjadi alternatif
dalam pemenuhan persyaratan. Retail tidak lagi harus melakukan
penilaian sendiri kepada industri (Dillon, 2001; Dix, 2001). Kendatipun
standar private masih terbatas penggunaanya yaitu hanya dikalangan
kelompok industri dan buyer tertentu, trend perkembangannya cukup
baik dalam keberterimaannya walaupun agak sulit untuk dapat
digunakan secara penuh dalam regulasi di banyak negara. Secara
konsep pemikirannya yang ada dalam standar private tersebut dapat
diterima sebagai standar komplementer dalam penerapan standar
nasional/internasional.

8 Manfaat Ekonomi Standar


1.2.3 Standar Nasional, Regional dan Internasional

Sesuai dengan prinsip standardisasi, pemangku kepentingan


(stakeholders) mempunyai hak yang sama khususnya produsen dan
konsumen. Kesamaan hak tersebut terutama dalam hal persyaratan
produk akhir baik yang menyangkut barang atau jasa. Karena
persyaratan dalam standar bersifat kesepakatan antara produsen dan
konsumen, standar tersebut secara alami/nature bersifat suka rela.
Adanya regulator dalam proses kesepakatan (konsensus) tersebut
diperlukan terutama untuk standar yang mengandung persyaratan
yang berkaitan dengan keamanan, keselamatan, kesehatan, dan
kelestarian lingkungan hidup.

Hal ini diperlukan, terutama jika isi persyaratan tersebut akan


berpengaruh pada masyarakat luas dan pemerintah yang
bertanggung jawab. Karena isi persyaratan standar mengandung
aspek teknis berupa penerapan ilmu dan teknologi, diperlukan
kelompok ahli yang dapat membantu menjustifikasi secara teknis
ilmiah bahwa persyaratan yang ada dalam standar tersebut rasional.
Karena kelompok konsumen tidak mudah untuk ikut menentukan
persyaratan dalam perumusan standar biarpun mungkin ada lembaga
swadaya masyarakat yang dapat mewakili konsumen tertentu.
Kelompok regulator dan kelompok ahli biasanya juga akan
menyuarakan keinginan konsumen, yaitu lebih melindungi
kepentingan konsumen tetapi harus tetap bersifat profesional. Untuk
menjaga agar proses kesepakatan/ konsensus dalam perumusan
standar terutama dalam hal keterwakilan kelompok yang
berkepentingan, kejujuran (fairness) dalam pengambilan keputusan
dan secara teknis ilmiah benar, serta dapat dipenuhi oleh produsen,
standar dibuat berdasarkan sistem pengembangan standar yang
dikembangkan oleh suatu organisasi yang diakui secara luas. Yang
pada umumnya dilakukan oleh organisasi standar (Standard
Development Organization/SDO). Standar yang dikonsensuskan secara
luas ini menjadi milik bersama dan bersifat umum (public standard).
Karena lembaga standar yang akhirnya menjamin dan menyetujui
public standard tersebut, lembaga standar menjadi organisasi yang
bertanggung jawab dan menjadi pemegang hak ciptanya.

Berdasarkan luas proses konsensus, standar umum (public


standard) ini dapat berupa standar nasional. Misalnya SNI di mana
konsensus dilakukan di suatu negara dan institusi yang menjaminnya
Standar dan Penilaian Kesesuaian 9
adalah lembaga standar nasional, yaitu Badan Standardisasi Nasional
untuk Indonesia, British Standard Institution (BSI) di Inggris, dll.

Untuk standar regional, proses konsensus dilakukan di


beberapa negara yang tergabung dalam suatu kelompok negara
misal di Eropa dikenal dengan European Norm (EN) dengan European
Committee For Standardization atau juga disebut Comite European De
Normalisation (CEN). Bila konsensus dilakukan oleh banyak negara
secara terbuka (opening) di dunia, ada standar internasional yang
contohnya ISO Standard yang dipublikasikan oleh International
Organization for Standardization (ISO), IEC Standard oleh International
Electrotechnical Commission yaitu khusus untuk kelistrikan, standar
khusus bidang telekomunikasi International Telecommunication Union
(ITU) dan untuk Food Safety ada Codex Alimentarius Commission (CAC).

Ciri-ciri standar umum (public standard) tersebut adalah


bersifat terbuka (openess) keanggotaannya sesuai dengan luas
wilayah konsensusnya. Khusus untuk standar regional dan
internasional biasanya keanggotaan masyarakat di tiap negara
diwakili oleh institusi formal tertentu, misalnya lembaga standar
nasional untuk ISO, Competent Authority di tiap negara anggota untuk
ITU dan CAC serta kelompok masyarakat tertentu misal IEC. Di
Indonesia yang mewakili dalam ISO adalah BSN, dalam ITU adalah
Kementerian Komunikasi dan Informatika, dan CAC adalah
Kementerian terkait yang dikoordinasi oleh BSN sebagai National
Contact Point dan untuk IEC adalah Panitia Nasional IEC yang
sekretariatnya ada di BSN.

10 Manfaat Ekonomi Standar


Karena standar umum (public standard) bersifat umum, baik
dalam perumusan maupun dalam aplikasinya, biasanya diupayakan
untuk hanya berisi persyaratan barang/jasa (produk akhir) saja atau
juga disebut “performance standard” dan dihindari adanya
persyaratan yang bersifat “prescriptive” seperti pada standar privat
(“private standard”). Dalam standar umum sengaja hanya berisi
persyaratan produk saja (persyaratan performance) karena
bagaimana cara memproduksinya diserahkan kepada industri/
produsen. Oleh sebab itu, industri dapat memanfaatkan ilmu/
teknologi dan inovasi secara bebas untuk menghasilkan barang/jasa
yang sesuai standar. Dengan demikian, industri dapat berkompetisi
dalam proses produksinya untuk memperoleh produk sesuai dengan
standar dan terjadilah kompetensi dalam efisiensi produksi, tetapi
barang/jasa yang diproduksi tetap sesuai dengan standar seperti
telah dibahas sebelumnya

Masyarakat membuat standar banyak tujuannya yang juga


dibahas dalam bab-bab selanjutnya dalam buku ini. Akan tetapi, yang
paling penting adalah standar tersebut digunakan oleh pelaku pasar,
terutama industri, buyer, dan masyarakat konsumen. Keberhasilan
suatu lembaga standar adalah berapa standar yang secara efektif
digunakan oleh masyarakat dan bukan hanya banyaknya standar
yang dimilikinya. Misalnya, standar ISO 9001 adalah standar ISO yang
paling populer digunakan oleh banyak institusi di dunia. Agar
perumusan standar dapat efisien, dalam pembuatan standar dan
digunakan oleh masyarakat, biasanya lembaga standar membuat
prioritas dalam perumusan misalnya BSN mempunyai Program
Nasional Perumusan Standar (PNPS) di tingkat internasional biasanya
mempunyai New Work Item Programe. Dalam menetapkan program
tersebut biasanya lembaga standar mempertimbangkan usulan dari
para pemangku kepentingan dan mengevaluasinya berdasarkan
kebutuhan, baik industri maupun pasar, perkembangan dunia dan
teknologi serta menghindari kemungkinan adanya duplikasi dengan
standar yang sudah ada. Oleh sebab itu, kerja sama dalam informasi
standar antar lembaga standar menjadi sangat penting. Karena
standar akan digunakan oleh banyak industri dan masyarakat lain,
standar sebaiknya berisi persyaratan yang penting saja dan
menghindari adanya persyaratan yang tidak diperlukan. Standar

Standar dan Penilaian Kesesuaian 11


diusahakan untuk dapat digunakan dalam waktu yang lama, agar
dapat efisien dalam perumusannya walaupun tetap harus dievaluasi
(ditinjau) kembali pada kurun waktu tertentu, misalnya, tiap 5 tahun
untuk melihat apakah isi standar masih relevan dengan
perkembangan IPTEK dan kebutuhan. Jadi, suatu standar mungkin
diperlukan revisi, abolisi, atau tetap digunakan. Oleh sebab itu, suatu
standar bersifat dinamis sesuai dengan perkembangan peradaban
manusia.

Penggunaan standar dalam kehidupan sehari-hari oleh


masyarakat perlu diketahui dan dibuktikan karena apabila tidak,
orang akan sulit membedakan apakah suatu barang/jasa memenuhi
standar atau tidak. Bagaimana cara mengetahui suatu kesesuaian
barang dan atau/jasa terhadap standar tersebut disebut dengan
kegiatan penilaian kesesuaian yang akan dibahas pada bahasan
berikut.

1.3 Penilaian Kesesuaian

Istilah penilaian kesesuaian adalah terjemahan dari


conformity assessment dalam suatu kegiatan standardisasi.
Secara umum standardisasi berisi standar dan penilaian kesesuaian
atau standardization berarti standard and conformity assessment atau
juga disebut standard and conformance.

Penilaian kesesuaian ini menjadi sangat penting dalam


standardisasi karena adanya standar saja tidak cukup kalau tidak
digunakan. Penilaian kesesuaian merupakan kegiatan untuk
membuktikan dalam penggunaan standar, apakah barang/jasa sesuai
dengan persyaratan yang ada dalam standar barang/jasa tersebut.
Oleh sebab itu, beberapa praktisi standardisasi mengatakan bahwa
antara standar dan penilaian kesesuaian itu seperti dua sisi mata uang.
Uang yang hanya berisi satu sisi menjadi tidak laku dan harus berisi
gambar/lambang di kedua sisinya.

Berdasarkan jenis dan sifat standarnya, kegiatan penilaian


kesesuaian dapat dilakukan dengan berbagai cara. Akan tetapi pada
dasarnya kegiatan penilaian kesesuaian dapat dibagi menjadi tiga
kelompok besar, yaitu pengujian, inspeksi, dan sertifikasi. Ketiga jenis
penilaian tersebut selalu memerlukan dukungan metrologi
khususnya kalibrasi karena ketiga jenis penilaian kesesuaian dan

12 Manfaat Ekonomi Standar


bahkan juga dalam proses perumusan standar menggunakan ukuran
dan satuannya yang harus benar. Oleh sebab itu, banyak praktisi
menyatakan bahwa metrologi menjadi fondasi dalam kegiatan
standardisasi (standar dan penilaian kesesuaian). Orang baru bisa
melakukan kegiatan standardisasi bila kegiatan metrologinya sudah
ditangani dengan baik. Dari uraian tersebut, ada 4 terminologi yang
harus diketahui dengan baik, yaitu metrologi dan kalibrasi, pengujian,
inspeksi dan sertifikasi.

Metrologi adalah kegiatan ukur mengukur sedangkan kalibrasi


adalah serangkaian kegiatan untuk menetapkan hubungan
dalam kondisi tertentu antara nilai suatu besaran yang
ditunjukkan oleh peralatan ukur, sistem pengukuran, nilai yang
dipresentasikan oleh bahan ukur atau bahan acuan dengan nilai
terkait yang direalisasikan oleh standar.

Pengujian adalah penentuan satu atau lebih karakteristik dari


suatu objek penilaian kesesuaian, sesuai dengan suatu
prosedur.

Inspeksi adalah pemeriksaan produk, proses, jasa, atau instalasi


atau setiap desainnya serta penentuan kesesuaiannya dengan
persyaratan spesifik atau persyaratan umum berbasis
pembuktian secara profesional (SNI ISO/IEC 17020:2012).

Sertifikasi adalah rangkaian kegiatan penilaian kesesuaian yang


berkaitan dengan pemberian jaminan tertulis bahwa barang,
jasa, sistem, proses, atau personel telah memenuhi standar
dan/atau regulasi (UU No. 20 tahun 2014).

Dari empat definisi di atas jelas berbeda setiap kegiatan dan


tujuannya. Hubungan antara ketiga kelompok penilaian kesesuaian
tersebut dapat saling mendukung terutama pengujian yang sering
diperlukan dalam dua kegiatan penilaian kesesuaian yang lain
(inspeksi dan sertifikasi).

Dari definisi tersebut terlihat bahwa pengujian sangat


tergantung pada prosedur pengujian sehingga prosedur pengujian
akan sangat mempengaruhi hasil pengujian. Parameter yang sama
tetapi diuji dengan prosedur (metode) yang berbeda, akan
menghasilkan hasil yang berbeda. Oleh sebab itu, laporan hasil

Standar dan Penilaian Kesesuaian 13


pengujian selalu dikemukakan metode/prosedurnya. Ciri inspeksi
adalah dilakukannya penentuan kesesuaiannya berdasarkan kaidah
ilmu dan teknologi atau spesifikasi yang ada dalam standar atau
ketentuan lain. Tumpuan keberhasilan inspeksi adalah judgement
yang dibuat oleh seorang inspektur sehingga kualifikasi spesifik
inspektur sangat diperlukan. Berbeda dengan pengujian dan inspeksi,
sertifikasi melihat kesesuaian kondisi dengan standar tertentu dan
hasil sertifikasi sangat ditentukan oleh baik tidaknya persyaratan
standar yang digunakan.

Dari ketiga penilaian kesesuaian tersebut, kegiatan pengujian


biasanya diperlukan untuk mendukung kegiatan inspeksi dan
beberapa sertifikasi. Demikian juga beberapa sertifikasi juga
memerlukan inspeksi untuk melakukannya. Ketiga kelompok
penilaian kesesuaian tersebut selalu memerlukan kegiatan kalibrasi
karena pada umumnya, baik pengujian, inspeksi maupun sertifikasi
berkaitan dengan besaran ukur yang harus benar. Kebenaran suatu
pengukuran sangat tergantung pada standar ukur yang digunakan
dalam pengukuran tersebut.

Dalam kenyataannya, hasil penilaian kesesuaian haruslah


kompatibel untuk dapat diakui. Oleh sebab itu, kompatibilitas hasil
penilaian kesesuaian akan sangat tergantung pada kompatibilitas
hasil pengukuran, misalnya pengukuran yang ada di Indonesia harus
sama dengan pengukuran untuk objek ukur yang sama yang
dilakukan di negara lain. Hal ini sangat penting agar barang yang
diproduksi di semua pabrik/negara dapat dikoneksikan dengan
barang lain yang diproduksi oleh pabrik/negara tertentu. Untuk itu,
kesamaan hasil pengukuran menjadi sangat penting dilakukan. Agar
sama hasil pengukuran tersebut, idealnya dibandingkan dengan
standar ukur yang sama. Akan tetapi, karena hal tersebut tidak
memungkinkan dilakukan, dalam kalibrasi dikenal dengan
ketertelusuran (traceability), yaitu suatu alat ukur/standar ukur
tertentu misalnya anak timbangan harus tertelusur ke standar ukur
masa tertentu yang lebih teliti sampai ke standar ukur yang paling
tinggi yang diakui di dunia. Dengan ketertelusuran tersebut suatu
hasil pengukuran akan selalu terbandingkan dengan standar ukur
yang sama di dunia yang dikelola oleh BIPM yang kebetulan ada di
Perancis. Karena dalam pengukuran selalu tidak sama hasilnya

14 Manfaat Ekonomi Standar


biarpun sangat kecil dan rantai pembandingan bisa panjang mulai
dari alat yang ada di laboratorium penguji atau pabrik sampai ke
standar internasional (SI), dalam kalibrasi suatu standar ukur/alat ukur
selalu dicantumkan ketidakpastiannya. Dalam sistem kalibrasi,
ketidakpastian tersebut sudah terhitung secara kumulatif dari
alat/standar ukur yang digunakan sehari-hari di lapangan dengan
standar internasional.

Konsep tersebut sangat teknis dan banyak digunakan di


kalangan industri sehingga konsep tersebut disebut juga metrologi
teknis (metrologi industri). Dapat dimengerti bahwa kalau suatu
barang/hasil pengujian/ hasil industri/ sertifikasi yang ingin mendapat
pengakuan di dunia atau dapat digunakan/kompatibel dalam
penggunaanya, walaupun kegiatan kalibrasi tersebut tidak
diharuskan (voluntary), pelaksanaannya menjadi sangat efektif. Bila
tidak dikalibrasi, hasil penilaian kesesuaian atau bahkan produk yang
dihasilkan suatu industri akan tidak kompatibel dan dapat dipastikan
sulit masuk pasar.

Hal ini sangat berbeda dengan konsep metrologi legal, di


mana pengukuran suatu barang diwajibkan melalui regulasi
pemerintah suatu negara guna menjamin terjadinya pasar yang fair
dan baik. Konsumen terlindungi dari praktik pengukuran yang tidak
benar misalnya volume bahan bakar, timbangan di pasar, pulsa listrik,
pulsa telepon, dan meteran air. Dalam hal ini ketertelusuran dan
ketidakpastian pengukuran diregulasi dan pembandingan disebut
tera.

Dalam pengujian dan k alibrasi, selalu digunak an


prosedur/metode yang dilakukan dalam fasilitas laboratorium, baik
yang permanen dan tidak permanen maupun laboratorium yang
dapat dibawa ke mana saja (mobile laboratory).

Standar dan Penilaian Kesesuaian 15


Sementara itu kegiatan inspeksi dilakukan di tempat yang
diinspeksi yang mungkin diperlukan pengambilan contoh atau tidak
diperlukan untuk mendukung kegiatan pengujian yang hasilnya
digunakan sebagai dasar/pertimbangan dalam judgement yang
dibuat oleh inspektor.

Demikian pula dalam kegiatan sertifikasi selalu dilakukan


penilaian di lapangan bergantung pada objek yang disertifikasi. Objek
sertifikasi tersebut dikelompokkan lagi ke dalam beberapa jenis
sertifikasi, yaitu :

a) sertifikasi sistem manajemen mutu, manajemen


lingkungan, manajemen supply chain, manajemen
keamanan pangan, manajemen keamanan informasi;
b) sertifikasi kompetensi personel; dan
c) sertifikasi produk (barang/jasa/proses).

Yang membedakan antara ketiga jenis sertifikasi tersebut


adalah untuk sertifikasi sistem manajemen yang disertifikasi adalah
manajemennya, untuk sertifikasi personel yang disertifikasi adalah
kompetensi seseorang di bidang pekerjaan tertentu dan sertifikasi
produk adalah kesesuaian produk (barang/jasa/proses) dengan
spesifikasi tertentu.

Baik kalibrasi, pengujian maupun inspeksi dapat dilakukan oleh


pihak pertama (yang memproduksi barang/jasa), pihak kedua (yang
akan menggunakan dan buyer barang/jasa), atau oleh pihak ketiga
(pihak yang independen tidak terlibat dalam produksi dan pembelian).
Sementara itu sertifikasi hanya dapat dilakukan oleh pihak ketiga
walaupun kegiatan sejenis sertifikasi, yaitu penilaian saja juga dapat
dilakukan oleh pihak pertama dan pihak kedua, tetapi bukan
merupakan kegiatan sertifikasi.

Semua kegiatan penilaian kesesuaian tersebut memerlukan


pengakuan oleh masyarakat secara luas karena penilaian kesesuaian
yang tidak diakui akan menjadi kegiatan yang tidak ada artinya. Dalam
rangka penilaian secara luas tersebut akan diperlukan standar
penilaian kesesuaian. ISO telah menerbitkan standar penilaian
kesesuaian tersebut di antaranya ISO/IEC 17025 untuk pengoperasian
laboratorium, baik pengujian maupun kalibrasi; ISO/IEC 17020 untuk
lembaga inspeksi; ISO/IEC 17021 untuk lembaga sertifikasi sistem
16 Manfaat Ekonomi Standar
manajemen; ISO/IEC 17024 untuk lembaga sertifikasi personel; dan
ISO/IEC 17065 untuk sertifikasi produk, proses, dan jasa. Standar-
standar penilaian kesesuaian tersebut juga telah diadopsi secara
penuh (full adoption) oleh BSN dan diberi nama SNI sehingga menjadi
SNI ISO/IEC dengan nomor yang sama agar memudahkan dalam
penggunaannya. Semua standar Lembaga Penilaian Kesesuaian (LPK)
terdiri atas bagian teknis dan bagian lain, yaitu yang berkaitan dengan
sistem manajemen dari LPK. Sistem manajemen yang ada pada
standar penilaian kesesuaian tersebut dapat menggunakan sistem
manajemen mutu ISO 9001 atau dikembangkan sendiri dengan
mengacu pada ISO 9001.

Meskipun LPK menerapkan standar penilaian kesesuaian,


untuk mengetahui apakah sudah benar cara menerapkan dan diakui
oleh masyarakat secara luas, LPK tersebut perlu diakreditasi oleh
lembaga akreditasi yang independen dan kompeten, yaitu lembaga
yang diantaranya menerapkan ISO/IEC 17011. Di sisi lain, agar lembaga
akreditasi juga diakui lebih luas di tingkat internasional, lembaga
akreditasi yang ada di suatu negara dilakukan penilaian yang berupa
peer review oleh badan kerja sama akreditasi regional dan
internasional, yaitu untuk laboratorium dan lembaga inspeksi oleh
Asia Pacific Laboratory Accreditation Cooperation (APLAC) untuk
wilayah Asia Pasifik dan European Accreditation (EA) untuk wilayah
Eropa dan Inter American Accreditation Cooperation (IAAC) untuk
wilayah Amerika serta Southtern African Development Community
Cooperation in Accreditation (SADCA) untuk wilayah Afrika. Lembaga-
lembaga tersebut juga tergabung dalam International Laboratory
Accreditation Cooperation (ILAC). Untuk sertifikasi, pengakuan tersebut
dilakukan oleh Pacific Accreditation Cooperation (PAC) diwilayah Asia
Pasifik, EA untuk wilayah Eropa, IAAC di Amerika dan SADCA di Afrika
yang tergabung dalam International Accreditation Forum (IAF). Dalam
penilaian (peer review) tersebut, baik organisasi kerja sama akreditasi
regional maupun internasional menggunakan standar di antaranya
ISO/IEC 17040.

Dalam dunia perdagangan, pelaksanaan penilaian kesesuaian


tersebut digunakan juga oleh World Trade Organization (WTO) yang
mengimbau negara anggota untuk menerima hasil penilaian
kesesuaian negara lain. Bila akan membuat regulasi tentang
penerapan standar di wilayahnya, perlu mengaplikasikan sistem

Standar dan Penilaian Kesesuaian 17


penilaian kesesuaian tersebut seperti yang dituangkan dalam clausul
9.1 dalam TBT agreement tersebut.
Dari uraian tersebut, biasanya penilaian kesesuaian menjadi
cara atau kegiatan dalam penerapan standar dan merupakan bagian
penting yang perlu disiapkan dalam infrastruktur standardisasi.
Pengakuan hasil penilaian kesesuaian tersebut juga akan
meningkatkan efisiensi dalam transaksi perdagangan, baik domestik
maupun internasional, karena penilaian kesesuaian cukup dilakukan
satu kali (tidak publikasi) yaitu one standard, one testing and conformity
assessment, accepted everywhere.

1.4 Penutup

Standar dan penilaian kesesuaian yang telah didiskusikan


pada bagian 1.2 dan bagian 1.3 tersebut adalah kegiatan penting yang
saling berkaitan, tidak dapat dipisahkan dalam standardisasi. Oleh
sebab itu, kedua kegiatan tersebut juga disebut dengan infrastruktur
standardisasi. Infrastruktur standardisasi menurut Herudi
Kartowisastro, salah satu founding father standardisasi dan menjadi
Kepala Badan standardisasi Nasional pertama, dalam beberapa
komunikasi baik pribadi maupun umum membaginya menjadi dua,
yaitu infrastruktur kelembagaan, yaitu berkaitan dengan pengaturan,
berupa peraturan perundangan di bidang standardisasi dan
infrastruktur teknis berupa infrastruktur berupa kelengkapan Standar
dan Penilaian kesesuaian yang sekarang ini telah terbangun secara
nyata di Indonesia. K ita tinggal mengembangk an dan
menyempurnakan menjadi lebih baik sesuai dengan nature dan
kebutuhan berdasarkan kondisi yang ada serta keberterimaan, baik
dalam kegiatan ekonomi mikro maupun makro dengan selalu
menggunakan prinsip efisiensi dan efektifvitas yang perlu
dipertimbangkan keuntungan secara ekonomi atau istilah yang
berkembang saat ini adalah Economic Benefits of Standard (EBS).

Dalam tulisan ini hanya disajikan hal-hal yang secara singkat


dan dengan bahasa/dan teknis diskusi yang sederhana agar mudah
dipahami dalam mengantarkan ke diskusi berikutnya menyangkut
ekonomi dan benefitnya dalam standardisasi. Pembaca dapat lebih
mendalami pengertian standardisasi dengan membaca beberapa
buku standardisasi yang dipublikasikan, baik dalam bahasa indonesia
maupun bahasa lain.

18 Manfaat Ekonomi Standar


BAB II
TEORI EKONOMI STANDARDISASI
Oleh CARUNIA MULYA FIRDAUSY

Carunia Mulya Firdausy adalah Professor Riset LIPI dan Guru Besar
Ilmu Ekonomi Universitas Tarumanagara

2.1 Pendahuluan

Produk barang dan/atau jasa yang telah memenuhi standar


dipastikan lebih berdaya saing dibandingkan dengan produk barang
dan/atau jasa yang tidak atau belum berstandar. Pasalnya, produk
yang berstandar telah memenuhi persyaratan teknis atau sesuatu
yang dibakukan, termasuk tata cara dan metode yang disusun
berdasarkan konsensus semua pihak/pemerintah/keputusan
internasional yang terkait dengan memperhatikan syarat keselamatan,
keamanan, kesehatan, lingkungan hidup, perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi, pengalaman serta perkembangan masa
kini dan masa depan untuk memperoleh manfaat yang sebesar-
besarnya seperti tertulis dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2014
tentang standardisasi dan Penilaian Kesuaian.

Dalam konteks internasional, standar dapat didefinisikan


sebagai berikut:

“ “
A document established by consensus and
approved by a recognized body that provides for
common and repeated uses, rules, guidelines or
characteristics for activities or their results, aimed at
the achievement of the optimum degree of order in a
given context (ISO/IEC Guide 2, 2004).

Dengan demikian, produk yang berstandar sekaligus telah
memiliki nilai diferensiasi yang diperlukan produsen dalam strategi
memenangkan persaingan di satu pihak dan nilai kualitas yang
menjadi satu faktor penting minat beli dan kepuasan konsumen di lain
pihak (Porter, 2010; Kotler, 2011).

Namun, untuk mengupayakan produk barang dan/atau jasa


memenuhi standar diakui memang bukan merupakan hal yang
mudah dan sederhana. Hal ini karena produk barang dan atau jasa
tersebut harus melewati standardisasi, yakni suatu proses
merumuskan, menetapkan, menerapkan, memelihara,
memberlakukan, dan mengawasi standar yang dilaksanakan secara
tertib dan bekerja sama dengan semua pemangku kepentingan. Ini
artinya, baik produsen maupun konsumen perlu mempertimbangkan
opportunity cost dalam melakukan produksi dan konsumsi produk
barang dan/atau jasa yang berstandar.

Bab ini bertujuan utama untuk menelaah dan mendiskusikan


secara singkat arti pentingnya standardisasi dalam konteks ilmu
ekonomi. Telaah dan diskusi dalam bab ini dibagi dalam enam bagian.
Bagian kedua berikut ini mengungkapkan terlebih dahulu tujuan dan
makna standardisasi sebagai latar belakang analisis. Bagian ketiga
memfokuskan bagaimana dampak atau manfaat dari penggunaan
barang dan atau jasa berstandar pada pelaku ekonomi dan
perekonomian secara teoretis. Bagian keempat menelaah bagaimana
proses dan mekanisme manfaat barang dan/atau jasa berstandar
dalam konteks makroekonomi. Kemudian, dilanjutkan dengan
pembahasan proses dan mekanisme manfaat standardisasi dalam
konteks mikroekonomi di bagian kelima. Akhirnya, catatan penutup
bab ini diberikan pada bagian keenam.

2.2 Tujuan dan Makna Standardisasi

2.2.1 Tujuan Standardisasi

Standardisasi memiliki banyak tujuan. Swann (2010)


mengelompokkan tujuan standardisasi dalam 4 klasifikasi, yakni untuk
pengurangan keragaman (variety reduction), terpenuhinya aspek
kualitas dan penampakan (quality and performance), sebagai standar
20 Manfaat Ekonomi Standar
pengukuran (measurement standards) suatu kompatibilitas dan
interopelabilitas (compatibility and interoperability). Dari 4 klasifikasi
tersebut, Swann mendetailkannya dalam 8 tujuan atau aspek dari
standardisasi, yakni variety reduction, quality performance,
measurement, codified knowledge, compatibility, vision, health and
safety, dan environmental.

Berbeda dengan rumusan Swann (2010), Badan Standardisasi


Nasional (2014) merumuskan tujuan atau aspek standardisasi suatu
produk ke dalam 10 tujuan atau aspek. Kesepuluh tujuan atau aspek
standardisasi dimaksud, yakni sebagai berikut.

1. Kesesuaian pada tujuan (fitness for purpose). Standardisasi


produk ditujukan untuk memenuhi kebutuhan pemakai.
Misalnya, pekerja proyek mengenakan sepatu pengaman
dengan tujuan memperoleh keselamatan kerja. Dengan
demikian, pekerja tersebut dapat terlindung dari kontaminasi
bahan kimia berbahaya, api, listrik, atau tertimpa benda berat,
saat sepatu pengaman digunakan pekerja di tempat ia bekerja.

2. Mampu Tukar (interchangeability). Dengan standardisasi, produk


akan memiliki kemampuan untuk ditukarkan dengan produk
lainnnya. Kemampuan tukar ini sebagai akibat adanya nilai
kesesuaian yang dimiliki dari suatu produk dengan produk
lainnya. Misalnya, penetapan standar ukuran peleg kendaraan
bermotor memungkinkan pengguna kendaraan
mempertukarkan ban dari berbagai merek.

3. Pengendalian Keanekaragaman (variety reduction). Dengan


standardisasi, produk lebih spesifik dan tidak memiliki
keragamannya. Contoh, standar ukuran kertas (seri A)
diterapkan untuk membatasi keragaman penggunaan kertas
surat, kertas kerja, kartu, dan dokumen sehingga dapat secara
mudah dicetak.

4. Kompatibilitas (compatibility). Produk yang berstandardisasi


berarti telah memiliki kompatibilitas (kecocokan) untuk
menggantikan (substitusi) produk sejenis lainnya. Untuk
pemrosesan data eletronik, misalnya, informasi harus dalam
bentuk kode. Kode ini dimaksudkan agar dapat dikenali setiap

Teori Ekonomi Standardisasi 21


saat oleh berbagai jenis piranti sehingga kode harus
distandardisasi. Standardisasi kode ini penting untuk
mendukung usaha dalam memperoleh kompatibilitas antara
berbagai piranti atau sub-sistem dan membuka peluang untuk
ekspansi fitur dari pertukaran informasi di antara berbagai sistem
yang berbeda.

5. Meningkatkan pemberdayaan sumber daya (empowerment of


resources). Dengan standardisasi, produk yang diproduksi telah
melalui proses panjang dengan menggunakan sumber daya
yang dibutuhkan. Misalnya, dalam konstruksi bangunan sipil,
pencampuran adukan (semen, pasir, dan air sesuai dengan
standar) dilakukan dengan perbandingan yang sesuai, begitu
juga dengan pemakaian besi beton untuk beton bertulang
sehingga mencapai kekuatan yang dipersyaratkan sesuai
dengan rekomendasi standar dan pedoman bangunan.

6. Komunikasi dan pemahaman yang lebih baik (better


communication and understanding) . Dengan standardisasi,
komunikasi dan pemahaman antara produsen dan konsumen
terjalin dengan baik dengan menetapkan spesifikasi subjek yang
ada dan memberikan kepercayaan bahwa produk yang dipesan
tersebut telah memenuhi persyaratan yang tercantum dalam
standar. Di samping itu, standar pun menetapkan berbagai simbol
untuk mengatasi atau mengurangi kesimpangsiuran akibat
perbedaan bahasa. Misalnya, rambu lalu lintas dengan huruf S
untuk menunjukkan bahwa kendaraan bermotor dilarang
berhenti ataupun lambang > untuk menyatakan lebih besar.

7. Menjaga keamanan, keselamatan dan kesehatan (maintaining


security safety and health). Standardisasi menjadikan suatu produk
memiliki jaminan keamanan, keselamatan, dan kesehatan bagi
penggunanya. Misalnya, sabuk pengaman, helm, sarung tangan
karet, penetapan batas keamanan penggunaan bahan zat warna
atau bahan pengawet dalam pangan, dan desain seterika listrik
yang harus sedemikian rupa sehingga pengguna bebas dari
kejutan listrik dan sebagainya.

8. Pelestarian Lingkungan (environment). Dengan standardisasi,


produk berperan menjaga kelestarian lingkungan. Pada umumnya

22 Manfaat Ekonomi Standar


ditetapkan dalam regulasi dan peraturan atau persyaratan
tertentu.

9. Alih Teknologi (technology transfer). Dengan standardisasi, produk


telah mengacu pada hasil perkembangan dan kemajuan ilmu
pengetahuan, teknologi, dan pengalaman di berbagai bidang.
Standardisasi pun berproses secara dinamis dan menyesuaikan
dengan perkembangan teknologi terkini. Melalui penerapan
standar, maka terbuka penguasaan teknologi terkini, tanpa
memulai dari nol.

10. Mengurangi hambatan perdagangan (trade barriers reduction).


Dengan standardisasi hambatan perdagangan non-tarif dapat
dilalui sehingga menciptakan kompetisi sehat di satu pihak dan
meningkatkan kemampuan produk untuk bersaing di pasar global
secara lebih terbuka di lain pihak. Pembeli atau konsumen yakin
bahwa level mutu suatu produk, proses, atau jasa yang telah
diproduksi atau tersedia sesuai dengan standar yang diakui.

2.2.2 Makna Standardisasi

Pemaknaan atau pemahaman produk barang dan/atau jasa


berstandardisasi dapat diungkapkan, baik secara fisik atau berwujud
(tangible) maupun non-fisik atau tidak berwujud (intangible). Garvin
(1984) dalam Tjiptono (2008) memberikan lima pendekatan
(approach) dalam memaknai produk barang dan/atau jasa yang
berstandar, yakni sebagai berikut.

1. Transcendent Approach. Produk barang dan/atau jasa yang


berstandar dapat dimaknai dari innate excellence yang
diciptakannya. Dengan kata lain, nilai standardisasi barang dan/
atau jasa hanya dapat dirasakan dan dipahami ketika
menggunakannya (personal experience).

2. Product Based Approach. Dalam konteks ini barang dan/atau jasa


yang berstandar terungkap dari keragaman atribut yang
digunakan atau dipakai dalam barang dan/atau jasa tersebut,
misalnya, dalam hal desain produk, kemasan, dan komposisi
produk.

Teori Ekonomi Standardisasi 23


3. User Based Approach. Produk barang dan/atau jasa dibuat sesuai
dengan kebutuhan pengguna. Standardisasi dibuat berdasarkan
pada pemenuhan selera dan kebutuhan konsumen atau
pengguna barang dan/atau jasa dimaksud.

4. Manufacturing Based Approach. Standardisasi Produk barang dan/


atau jasa disesuaikan dengan ketentuan dan spesifikasi pabrik
atau perusahaan yang akan memproduksikannya.

5. Value Based Approach. Standardisasi yang direfleksikan dari biaya


yang digunakan dan/atau harga produk barang dan atau jasa
tersebut. Barang dan/atau jasa yang dihasilkan dengan biaya
tinggi dan/atau berharga tinggi mengindikasikan barang dan/
atau jasa tersebut memiliki kualitas baik, dan sebaliknya.

Untuk memenuhi nilai standar tersebut, paling tidak 8 atribut


berikut ini dapat digunakan sebagai cara yang dapat ditempuh (Tabel
2.1).

24 Manfaat Ekonomi Standar


Tabel 2.1 Atribut yang dapat digunakan dalam menjadikan barang
dan atau jasa berstandar

Atribut Keterangan

Standardisasi yang memfokuskan pada


Performance bentuk baik yang dapat terlihat maupun yang
tidak terlihat secara kasat mata
Standardisasi melalui pemberian atau
Feature penambahan kelengkapan pada produk
barang dan/ atau jasa

Standardisasi yang menekankan pada fungsi


Reliability
keandalan dan kegunaan produk.

Standardisasi melalui pemenuhan syarat-


Conformance syarat yang diperlukan bagi produk barang
dan/atau jasa.

Standardisasi yang menekankan pada aspek


Durability
jangka waktu pemakaian

Standardisasi yang menekankan pada


Serviceability kemampuan pelayanan.

Standardisasi yang menekankan pada aspek


Aesthetics estetika

Standardisasi yang menyesuaikan dengan


Perceived quality
persepsi konsumen.

Sumber : Garvin, 1984 dalam Tjiptono 2008.

Dari uraian di atas, semakin jelas dan konkret bahwa


standardisasi memiliki tujuan yang luas dalam upaya memenuhi tidak
saja apa yang diperlukan para pengguna, melainkan juga sekaligus
dapat memudahkan pengguna melakukan penukaran, mengurangi
keragaman produk, kompatibilitas, keamanan, kenyamanan,
pelestarian lingkungan, dan penyesuaian terhadap dinamika

Teori Ekonomi Standardisasi 25


perubahan ilmu pengetahuan dan teknologi serta meningkatkan
daya saing produk. Singkatnya, standardisasi produk barang dan/atau
jasa tidak saja menguntungkan produsen dan konsumen, tetapi juga
menguntungkan perekonomian negara secara umum. Berikut ini
dijelaskan jenis atau macam dampak ekonomi dari penggunaan
barang dan/atau jasa berstandar.

2.3 Macam Dampak Ekonomi Standardisasi

Menurut Swann (2010) terdapat 8 (delapan) macam atau jenis


dampak ekonomi yang ditimbulkan oleh penggunaan atau produksi
barang dan/atau jasa yang berstandar. Kedelapan macam atau jenis
dampak ekonomi dimaksud adalah sebagai berikut.

Pertama, adalah dampak terhadap harga barang dan/atau jasa.


Perubahan harga tersebut terjadi sebagai akibat permintaan terhadap
barang dan/atau jasa bertambah. Ini terutama dapat terjadi untuk
barang dan/atau jasa berstandar yang bersifat elastis. Sebaliknya,
untuk barang dan/atau jasa yang tidak bersifat elastis, perubahan
harga yang terjadi tidak akan sebesar perubahan harga yang terjadi
pada barang dan atau jasa yang bersifat elastis.

Kedua, dampak produktivitas. Dampak ini terjadi sebagai akibat


misalnya, penggunaan mesin atau faktor produksi lainnya yang
memiliki pengaruh pada kemampuan produksi barang dan /atau jasa.

Ketiga, bertambahnya jumlah produsen atau pelaku usaha yang


ingin melakukan usaha pada barang dan/atau jasa berstandardisasi
(entry). Bertambahnya pelaku usaha ini terjadi antara lain sebagai
akibat tingginya permintaan konsumen terhadap barang dan/atau
jasa tersebut. Dampak meningkatnya pelaku usaha ini tidak saja untuk
barang dan/atau jasa yang bersifat elastis, tetapi juga untuk barang
dan/atau jasa yang inelastis.

Keempat, yakni meningkatkan persaingan. Hal ini terjadi


terutama sebagai akibat bertambahnya pelaku usaha (entry) barang
dan/atau jasa substitusi yang berstandardisasi. Selain itu, dampak
kompetisi (competition) juga dapat terjadi sebagai akibat dari
bertambahnya produksi (produktivitas) barang dan/atau jasa yang

26 Manfaat Ekonomi Standar


berstandardisasi. Dengan kata lain, meningkatnya produktivitas usaha
akan menyebabkan jumlah barang dan/atau jasa yang diproduksikan
pelaku usaha bertambah besar sehingga dapat menimbulkan
persaingan harga oleh pelaku usaha barang dan/atau jasa sejenis yang
berstandardisasi.

Kelima, standardisasi juga memberikan dampak inovasi. Artinya,


produk barang dan/atau jasa yang memiliki standar mendorong
terciptanya baik proses maupun inovasi produk. Inovasi ini terjadi, baik
sebagai akibat dari tingginya permintaan terhadap produk barang
dan/atau jasa berstandardisasi, maupun sebagai akibat dari adanya
dorongan untuk menghasilkan barang dan/atau jasa yang berstandar.

Keenam , yakni dampak perdagangan (trade). Dampak


perdagangan ini terjadi sebagai akibat tingginya permintaan barang
dan/atau jasa berstandar maupun akibat dampak daya saing yang
ditimbulkan barang dan/atau jasa berstandar vis a vis barang dan/atau
jasa sejenis lainnnya yang tidak berstandar. Kedua faktor tersebut
mendorong tingginya ekspor barang dan/atau jasa yang berstandar di
satu pihak dan mengurangi tekanan daya saing produk barang dan/
atau jasa berstandar domestik di dalam negara itu sendiri.

Ketujuh, dampak outsourcing. Terjadinya dampak jenis ini


adalah sebagai akibat barang dan/atau jasa yang berstandar
mendorong pertambahan kebutuhan faktor-faktor produksi lain
untuk meningkatkan proses dan kualitas standardisasi.

Kedelapan, terjadinya dampak market failure. Dalam konteks ini,


market failure terjadi sebagai akibat barang dan/atau jasa
berstandardisasi memiliki berbagai kelebihan baik dalam arti kualitas,
daya saing, kenyamanan maupun keamanan sehingga memiliki nilai
diferensiasi terhadap barang dan/atau jasa subtitusi. Nilai diferensiasi
dari standardisasi ini selanjutnya menimbulkan determinasi dalam
menentukan harga barang dan/atau jasa (price maker) dibandingkan
barang dan jasa sejenis di pasar.

Dari uraian singkat terkait macam dampak ekonomi dari barang


dan/atau jasa yang berstandar di atas, semakin jelas bahwa barang
dan/atau jasa berstandar tidak saja memiliki pengaruh pada
perekonomian secara umum (makroekonomi), tetapi juga terhadap
Teori Ekonomi Standardisasi 27
peningkatan permintaan dan penawaran pada sisi konsumen dan
produsen secara individual (mikroekonomi). Lantas, bagaimana
proses dan mekanisme manfaat standardisasi bagi perekonomian dari
sisi makroekonomi dan mikroekonomi tersebut ?

2.4 Proses dan Mekanisme Manfaat Standardisasi: Konteks


Makroekonomi

Dalam konteks makroekonomi, barang dan/atau jasa yang


berstandar memiliki manfaat dalam meningkatkan pendapatan
nasional (PDB/PNB) dan pertumbuhan ekonomi suatu negara. Proses
dan mekanisme barang dan/atau jasa berstandar dalam memberikan
kemanfaatan dalam peningkatan Produk Domestik Bruto (PDB) atau
Produk Nasional Bruto (PNB) dan pertumbuhan ekonomi tersebut
dapat terjadi melalui salah satu dari 3 cara berikut.

Pertama, melalui peningkatan permintaan agregat (Aggregate


Demand). Kedua, melalui peningkatan output atau produksi nasional
(Aggregate Supply). Ketiga, melalui peningkatan produksi dan
konsumsi yang berasal dari sektor-sektor dalam perekonomian
(sectoral approach). Sektor ekonomi dimaksud yakni sektor pertanian
(primer), sektor manufaktur (sekunder), dan sektor jasa (tersier).

Dalam konteks kemanfaatan barang dan/atau jasa berstandar


terhadap peningkatan PDB/PNB dan/atau pertumbuhan ekonomi
dari sisi permintaan (AD). Hal ini terjadi akibat dari penggunaan
barang dan/atau jasa berstandar mempengaruhi variabel permintaan
agregat (AD). Variabel permintaan agregat yang dipengaruhi dapat
terjadi secara parsial pada tiap-tiap variabel permintaan agregat, atau
terhadap beberapa variabel atau kombinasi variabel permintaan
agregat atau terhadap seluruh (jointly) variable permintaan agregat.
Pengaruh-pengaruh tersebut kemudian mempengaruhi pendapatan
nasional.

Menurut Swann (2010), pengaruh yang ditimbulkan dari


penggunaan barang dan/atau jasa berstandar tersebut kepada
variabel-variabel ekonomi (dalam hal ini variabel dalam permintaan
agregat) dapat melalui 8 cara atau tegasnya disebut sebagai dampak
intermediasi. Kedelapan dampak dimaksud adalah, yakni dampak
28 Manfaat Ekonomi Standar
skala ekonomi (scale economies), pembagian tenaga kerja (division of
labor), kompetensi (competencies), hambatan masuk (barriers to entry),
dampak jejaring (network effects), biaya transaksi (transaction costs),
ketepatan (precision), serta kepercayaan dan risiko (trust and risks).

Adapun variabel-variabel permintaan agregat (AD) yang


dipengaruhi dimaksud meliputi variabel konsumsi masyarakat (C),
Investasi (I), pengeluaran pemerintah (G) ataupun net ekspor (X-M).
Secara matematis model persamaan pendapatan nasional dari sisi
permintaan Agregat (AD) tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut.

Y = C + I + G + X-M…………………………………(1)
Dimana : Y = Produk Nasional Bruto/Produk Domestik Bruto
C = Konsumsi
I = Investasi
G = Pengeluaran pemerintah
X-M = Net Ekspor

2.4.1 Dampak Standardisasi terhadap Permintaan Agregat

Untuk pengaruh standardisasi secara parsial terhadap variabel


konsumsi masyakarat (C), misalnya, proses dan mekanisme dalam
meningkatkan pendapatan nasional adalah sebagai berikut. Dengan
adanya barang dan/atau jasa berstandar, konsumen akan
memperoleh kepercayaan untuk melakukan konsumsi terhadap
barang dan/atau jasa tersebut. Selain kepercayaan, konsumen juga
mendapat jaminan kualitas dan rasa aman dari barang dan/atau jasa
yang dikonsumsinya. Faktor-faktor ini kemudian mendorong minat
konsumen (purchase intention) untuk melakukan pembelian terhadap
barang dan/atau jasa berstandar tersebut. Adanya purchase intention
inilah yang kemudian meningkatkan jumlah konsumsi yang
dampaknya kemudian menghasilkan peningkatan pendapatan
nasional (ceteris paribus). Dengan kata lain, dengan adanya pemilikan
standar dari suatu produk barang dan/atau jasa, kepercayaan
masyarakat dan jaminan kualitas dan rasa aman masyarakat untuk
melakukan konsumsi menjadi meningkat. Konsumsi masyarakat yang
meningkat tersebut berimplikasi pada kenaikan pendapatan nasional
(PNB/PDB) atau pertumbuhan ekonomi (ceteris paribus), dan
sebaliknya.
Teori Ekonomi Standardisasi 29
Pada Grafik 2.1 dapat diperhatikan bagaimana pengaruh dari
produk barang dan/atau jasa berstandar meningkatkan konsumsi
masyarakat dan pendapatan nasional. Andaikan, misalnya, tingkat
keseimbangan konsumsi masyarakat sebelum mengonsumsi produk
barang dan/atau jasa berstandar adalah pada titik Eo. Kemudian,
diandaikan pula bahwa produk yang ada dalam suatu perekonomian
memiliki standardisasi. Dengan adanya standardisasi barang dan/
atau jasa tersebut, jumlah konsumsi masyarakat meningkat sebagai
dampak intermediasi meningkatnya kepercayaan dan jaminan
kualitas dan rasa aman. Pengaruh peningkatan konsumsi ini
ditunjukkan dengan bergesernya kurva Co kekanan menjadi C1
sehingga terjadi titik keseimbangan baru pada titik E1. Pada tingkat
keseimbangan yang baru tersebut dapat diperhatikan pendapatan
nasional meningkat dari Yo ke Y1 (ceteris paribus).

Grafik 2.1 Pengaruh barang dan atau jasa berstandar terhadap


konsumsi masyarakat dan Pendapatan Nasional

AD

C1
Total Consumption (Rupiah)

E1
C0

E0

Y0 Y1 Gross National Product (Rupiah)

30 Manfaat Ekonomi Standar


Untuk pengaruh Investasi (I) secara parsial, proses dan
mekanisme barang dan/atau jasa berstandar mempengaruhi
peningkatan investasi dan pendapatan nasional dapat terjadi akibat
3 hal berikut. Pertama, akibat adanya seorang pelaku usaha
melakukan investasi besar-besaran pada barang dan/atau jasa
berstandar yang kemudian mendorong investor lainnnya melakukan
hal serupa. Kedua, akibat beberapa pelaku usaha melakukan investasi
pada barang dan/atau jasa berstandar. Ketiga, jika semua pelaku
usaha melakukan investasi barang dan/atau jasa berstandar. Dengan
terjadinya salah satu atau kombinasi atau ketiga cara tersebut, maka
dampaknya cepat atau lambat akan memicu dan memacu kenaikan
investasi secara makro. Kenaikan inestasi ini kemudian menghasilkan
kenaikan pendapatan nasional.

Contoh sederhana dari hal di atas, misalnya, terjadi di negara


Finlandia dengan investasinya dalam produk HP (hand phone) Nokia
dan negara Ginseng Korea Selatan dengan HP Samsung. Akibat
investasi yang dilakukan oleh pelaku usaha dalam teknologi ini, kedua
negara ini berhasil maju dalam membangun perekonomiannnya. Hal
ini relatif berbeda dengan produk HP yang diproduksi oleh negeri
bambu Cina. Secara grafik, pengaruh parsial standardisasi terhadap
investasi dan pendapatan nasional diberikan pada Grafik 2.2.

Teori Ekonomi Standardisasi 31


Grafik 2.2 Pengaruh standardisasi terhadap Investasi dan
Pendapatan Nasional

AD

l1
Total Investment (Rupiah)

E1
l0

E0

Y0 Y1 Gross National Product (Rupiah)

Pada Grafik 2.2 dapat diperhatikan bagaimana pengaruh


standardisasi terhadap investasi dan pendapatan nasional. Andaikan,
keseimbangan investasi sebelum penggunaan barang dan/atau jasa
berstandar adalah pada titik Eo. Kemudian, andaikan Badan
Perdagangan Dunia (WTO) atau pemerintah menetapkan regulasi
produksi barang dan/atau jasa berstandar. Ketetapan ini tentu akan
mendorong seorang investor, atau beberapa investor melakukan
investasi besar-besaran pada barang dan/atau jasa berstandar atau
bahkan mungkin seluruh investor melakukan investasi dalam
penggunaan suatu barang dan/atau jasa berstandar. Akibat dari hal
ini dipastikan investasi dalam barang dan/atau jasa berstandar
meningkat. Dalam grafik 2,2, peningkatan investasi tersebut
menyebabkan titik keseimbangan bergeser menjadi E1. Pada titik
keseimbangan yang baru tersebut tingkat pendapatan juga berubah
dari titik Yo menjadi Y1 (ceteris paribus).

32 Manfaat Ekonomi Standar


Hal yang sama juga dapat terjadi jika pengeluaran pemerintah
(G) digunakan untuk pembelian barang dan/atau jasa berstandar
(Grafik 2.3). Pada grafik itu, diandaikan bahwa pembelian terhadap
barang dan/atau jasa berstandar tersebut, misalnya, dimaksudkan
pemerintah agar kualitas dari program dan/atau proyek yang
dijalankan menjadi lebih berdaya guna (efisien) dan berhasil guna
(efektif ). Akibat dari peningkatan pengeluaran pemerintah dalam
pembelian barang dan/atau jasa yang berstandar, titik keseimbangan
berpindah dari titik Eo ke titik E1. Perpindahan titik keseimbangan
tersebut kemudian menyebabkan pendapatan nasional meningkat
dari titik Yo ke Y1 (ceteris paribus).

Grafik 2.3 Pengaruh standardisasi terhadap Pengeluaran


Pemerintah dan Pendapatan Nasional

AD

G1
Total Consumption (Rupiah)

E1 G0

E0

Y0 Y1 Gross National Product (Rupiah)

Produksi barang dan/atau jasa berstandar juga dapat


memberikan pengaruh parsial terhadap peningkatan volume dan
nilai perdagangan nasional (net ekspor atau X-M), baik dalam skala
global maupun internasional. Hal ini terjadi karena produksi barang
Teori Ekonomi Standardisasi 33
dan/atau jasa yang berstandar dapat menghasilkan “efek daya saing”
(competitive effects) dibandingkan barang dan/atau jasa sejenis yang
tidak berstandar, baik di pasar global maupun di pasar internasional.
Efek daya saing ini kemudian menyebabkan konsumsi terhadap
barang dan/atau jasa berstandar di pasar global dan internasional
meningkat dibandingkan barang dan/atau jasa sejenis yang tidak
berstandar.

Peningkatan konsumsi barang dan/atau jasa berstandar di


pasar global dan internasional tersebut selanjutnya berdampak pada
peningkatan devisa dari sumber ekspor pasar internasional dan
mengurangi pemborosan devisa konsumsi impor di pasar global
domestik. Keaadan ini selanjutnya dapat menekan terjadinya defisit
neraca perdagangan, khususnya, dan neraca pembayaran umumnya
serta anjloknya (depresiasi) nilai rupiah terhadap dolar. Ujung dari
dampak peningkatan net ekspor tersebut berimplikasi pada besarnya
angka pertumbuhan dan pendapatan nasional.

Pada Grafik 2.4 dapat diperhatikan pengaruh efek daya saing


dari produksi barang dan/atau jasa berstandar dimaksud menggeser
titik keseimbangan Eo menjadi E1. Pergeseran titik keseimbangan ini
menyebabkan pendapatan nasional meningkat dari Yo menjadi Y1
sebagai akibat meningkatnya nilai perdagangan (ceteris paribus).

34 Manfaat Ekonomi Standar


Grafik 2.4 Pengaruh Net ekspor produksi barang dan/atau jasa
berstandar terhadap pendapatan nasional

AD
Total difference betwen Export and Import (Rupiah)

(X-M)1

E1
(X-M)0

E0

Y0 Y1 Gross National Product (Rupiah)

Selain pengaruh parsial terhadap setiap variabel agregat


permintaan di atas, produksi atau penggunaan barang dan/atau jasa
yang berstandar juga dapat mempengaruhi dua atau lebih atau
seluruh variable dan bahkan kombinasi dari tiap-tiap variabel
permintaan agregat (AD). Peningkatan konsumsi masyarakat (C)
terhadap barang dan/atau jasa yang berstandar, misalnya, dapat
memberikan pengaruh pada peningkatan Investasi (I), dan/atau
peningkatan Pengeluaran pemerintah (G) dan/atau Net Ekspor (X-M).
Demikian pula jika terjadi peningkatan Investasi (I) barang dan jasa
berstandar dapat pula memberikan pengaruh pada peningkatan
konsumsi masyarakat (C) dan/atau peningkatan Pengeluaran
Pemerintah (G) dan/atau peningkatan Net Ekspor (X-M) dan
seterusnya dengan peningkatan pengeluaran pemerintah dan net
ekspor terhadap konsumsi masyarakat dan investasi.

Sebagai contoh, andaikan penggunaan barang dan/atau jasa


berstandar telah dikonsumsi masyarakat dalam suatu perekonomian

Teori Ekonomi Standardisasi 35


(negara). Konsumsi masyarakat terhadap barang dan/atau jasa
berstandar ini suka atau tidak suka akan mendorong pelaku usaha
melakukan investasi (I) besar-besaran pada produk barang dan/atau
jasa berstandar tersebut. Bahkan, dampak tersebut dapat menular atau
berantai pada komponen atau variabel pengeluaran pemerintah (G)
dan net ekspor (X-M).

Hal yang sama juga dapat berlaku, jika produk barang dan/atau
jasa berstandar diinvestasikan oleh seorang, beberapa atau bahkan
seluruh pelaku usaha. Adanya peningkatan investasi tersebut
dipastikan akan berdampak positif terhadap komponen konsumsi
masyarakat (C) atau pengeluaran pemerintah (G) atau volume
perdagangan internasional dan global (X-M). Dengan kata lain, hukum
ekonomi klasik Say (Jean Baptiste Say) atau lebih dikenal dengan Say's
Law yang berbunyi “Supply creates its own demand” tidak hanya berlaku
pada konteks barang dan/atau jasa berstandar, tetapi juga dapat
berlaku sebaliknya, yakni “Demand creates its own supply”. Artinya,
pasokan barang dan/atau jasa yang berstandar dapat menciptakan
permintaan terhadap barang dan/atau jasa berstandar tersebut, dan
sebaliknya.

Untuk memperjelas hal di atas, perhatikan Grafik 2.5. Pada grafik


tersebut ditunjukkan bagaimana produksi barang dan/atau jasa
berstandar memberikan pengaruh pada peningkatan konsumsi (C)
dan Investasi (I). Jika diasumsikan, misalnya, titik keseimbangan awal
konsumsi (C) dan Investasi (I) terhadap suatu barang dan/atau jasa
sebelum berstandardisasi, yakni pada titik Eo. Produksi barang dan/
atau jasa berstandar dapat menggeser titik keseimbangan Eo menjadi
E1. Pergeseran ini terjadi sebagai akibat meningkatnya konsumsi
terhadap barang dan/atau jasa berstandar yang kemudian menular
pada peningkatan investasi terhadap barang dan/atau jasa tersebut.
Efek penularan atau efek berantai ini dapat disebabkan salah satu atau
kombinasi atau seluruh dampak intermediasi yang disebutkan Swann
(2010), seperti dampak skala ekonomi (scale economies), hambatan
masuk (barriers to entry), dampak jejaring (network effects), biaya
transaksi (transaction costs), ketepatan (precision) serta kepercayaan
dan resiko (trust and risks). Dengan adanya dampak ini, kedua
komponen konsumsi dan investasi dapat meningkat dan selanjutnya
meningkatkan pendapatan nasional dari Yo menjadi Y1.

36 Manfaat Ekonomi Standar


Grafik 2.5 Pengaruh Standardisasi terhadap konsumsi,
Investasi dan Pendapatan Nasional

AD
Total Consumption and Investment (Rupiah)

(C+l)1

E1
(C+l)0

E0

Y0 Y1 Gross National Product (Rupiah)

Peningkatan pendapatan nasional juga dapat terjadi jika tiga


variabel permintaan agregat (C, I, dan G) berubah dengan adanya
barang dan/atau jasa berstandar. Untuk ilustrasi dari kurva pengaruh
standardisasi barang dan/atau jasa terhadap kombinasi tiga variabel
AD tersebut diberikan pada Grafik 2.6. Pada Grafik ini andaikan titik
keseimbangan sebelum konsumsi (C), investasi (I) dan pengeluaran
pemerintah (G) penggunaan barang dan/atau jasa berstandar pada
titik E0. Titik keseimbangan ini akan berubah menjadi titik E1 jika
penggunaan barang dan/atau jasa berstandar mempengaruhi
peningkatan ketiga variabel permintaan agregat. Proses dan
mekanisme peningkatan terhadap ketiga variabel tersebut dapat
terjadi akibat adanya dampak intermediasi yang disebutkan Swann
(2010). Ujung dari peningkatan ketiga variabel ini menyebabkan
pendapatan nasional berubah dari Yo menjadi Y1 (ceteris paribus).

Teori Ekonomi Standardisasi 37


Grafik 2.6. Pengaruh standardisasi Barang dan atau Jasa
terhadap Konsumsi (C), Investasi (I), Pengeluaran
Pemerintah (G) dan Pendapatan

AD
Total Consumption, Investment and

(C+l+G)1
Government Expenditure (Rupiah)

E1
(C+l+G)0

E0

Y0 Y1 Gross National Product (Rupiah)

Pengaruh yang sama dari produksi atau penggunaan barang


atau jasa yang berstandar terhadap keseluruhan komponen atau
variabel permintaan agregat dan pendapatan nasional diberikan pada
Grafik 2.7. Pada grafik ini dapat diperhatikan penggunaan atau
produksi barang dan/atau jasa yang berstandar seperti ilustrasi grafik-
grafik sebelumnya telah menggeser titik keseimbangan keseluruhan
komponen permintaan agregat (C,I,G, dan X-M) dari titik Eo menjadi E1.

Pergeseran titik keseimbangan ini dapat disebabkan dua jenis


efek dari penggunaan atau produksi barang dan/atau jasa berstandar.
Pertama, yaitu efek berantai atau menular. Artinya, penggunaan atau
produksi barang dan/atau jasa berstandar pada awalnya memberikan
pengaruh pada peningkatan konsumsi. Peningkatan konsumsi
tersebut kemudian berpengaruh pada peningkatan investasi,
pengeluaran pemerintah, dan net ekspor.

38 Manfaat Ekonomi Standar


Kedua, yaitu efek gabungan. Artinya, bahwa penggunaan atau
produksi barang dan/atau jasa berstandar dapat mempengaruhi
secara simultan tidak hanya terhadap satu atau dua komponen atau
variabel permintaan agregat, tetapi terhadap keseluruhan variabel
permintaan agregat. Efek gabungan ini dapat saja terjadi jika dan
hanya jika timbul kesadaran pelaku ekonomi dan masyarakat
umumnya secara serentak (gabungan) tentang mutlak pentingnya
produksi atau penggunaan barang dan/atau jasa dalam peningkatan
pendapatan nasional.

Kondisi ini dapat terjadi jika pemerintah atau badan dunia


( WTO, misalnya) melalui perundang-undangan mewajibkan
masyarakat untuk menggunakan barang dan/atau jasa berstandar di
satu pihak, dan pelaku usaha untuk menghasilkan barang dan/atau
jasa berstandar di lain pihak. Akhir dari peningkatan seluruh variabel
permintaan agregat ini menyebabkan tingkat pendapatan nasional
meningkat dari Yo menjadi Y1 (ceteris paribus).

Grafik 2.7 Pengaruh Standardisasi Barang dan atau Jasa


terhadap Konsumsi (C), Investasi (I), Pengeluaran
Pemerintah (G) terhadap Pendapatan Nasional

Teori Ekonomi Standardisasi 39


2.4.2 Dampak Standardisasi terhadap Penawaran Agregat

Berbeda dengan pengaruh standardisasi terhadap AD,


standardisasi barang dan/atau jasa juga dapat mempengaruhi
aggregate penawaran (AS). Pengaruh tersebut terjadi sebagai akibat
pengunaan faktor produksi yang menggunakan barang dan/atau jasa
berstandar. Faktor produksi dimaksud tidak hanya terbatas pada
tenaga kerja yang berstandar, tetapi juga mesin yang berstandar,
bahan baku yang berstandar, dan faktor produksi berstandar lain yang
digunakan dalam produksi.

Secara matematis bentuk fungsi agregat penawaran (AS) yang


dimaksud yakni sebagai berikut.

Y = f (K, L, N, dst..)
Dimana :

Y = Output
K = Kapital
L = Tenaga kerja
N = Bahan baku.

Pada Grafik 2.8 diberikan ilustrasi bagaimana pengaruh


penggunaan faktor produksi yang berstandar (mesin, misalnya)
terhadap output (Y) dan harga (P). Misalnya, andaikan kondisi
perekonomian negara dalam keseimbangan di titik Eo sebelum
penggunaan faktor produksi berstandar. Kondisi keseimbangan
tersebut dapat berubah jika faktor produksi yang digunakan adalah
faktor produksi yang berstandar. Hal ini disebabkan penggunaan
faktor produksi yang berstandar dapat meningkatkan produktivitas
dari faktor produksi yang digunakan. Namun, dalam grafik tersebut
dapat diperhatikan bahwa kenaikan jumlah produksi tersebut tidak
diikuti dengan kenaikan permintaan. Hal ini karena diasumsikan
penggunaan faktor produksi yang berstandar lebih elastis
dibandingkan dengan permintaan terhadap output yang dihasilkan.
Akibat besarnya elastisitas AS ini menyebabkan output menjadi
bertambah dari Yo menjadi Y1 dan menurunkan harga barang yang
dihasilkan para produsen dari Po menjadi P1 (ceteris paribus).
40 Manfaat Ekonomi Standar
Grafik 2.8 Pengaruh penggunaan input berstandar terhadap
kenaikan output

AD

AS o
Harga

AS1

E0
P0

P1 E1

AD

Y0 Y1
Output Y

Sebaliknya, jika penggunaan faktor produksi yang berstandar


menyebabkan permintaan terhadap output yang dihasilkan lebih
elastis dibandingkan dengan kemampuan produksi yang dihasilkan
produsen, penggunaan faktor produksi yang berstandar hanya akan
mendorong peningkatan Agregat permintaan (AD). Sementara itu
kurva AS tidak mengalami perubahan. Kondisi ini juga terjadi jika
biaya (cost) yang dikeluarkan para produsen dalam pemakaian faktor
produksi berstandar meningkat, permintaan agregat akan mengalami
pergeseran dari ADo menjadi AD1. Pergeseran AD ini kemudian
meningkatkan output dari Yo menjadi Y1 dan harga meningkat dari
Po menjadi P1 (ceteris paribus). Detail perubahan tersebut dapat
diperhatikan pada Grafik 2.9.

Teori Ekonomi Standardisasi 41


Grafik 2.9 Pengaruh Penggunaan Faktor Produksi yang
berstandar terhadap peningkatan permintaan
Agregat

AS
Harga

E1

P1
E0
P0

Y0 Y1
Output Y

2.4.3 Dampak Standardisasi terhadap Sektor Ekonomi

Berbeda dengan dampak pada konteks sektoral, peningkatan


pendapatan nasional dapat terjadi apabila sektor-sektor ekonomi
(pertanian, misalnya) menggunakan barang dan/atau jasa berstandar
dalam proses produksinya. Penggunaan traktor pertanian yang
berstandar, misalnya, dipastikan memberikan produksi hasil pertanian
yang lebih baik dibandingkan jika traktor yang digunakan tidak
berstandar.

Jika industri manufaktur menggunakan faktor produksi (seperti


mesin) berstandar diyakini dapat menghasilkan produk manufaktur
yang lebih baik. Demikian pula untuk sektor jasa jika semua pelayanan
yang diberikan perusahaan jasa adalah pelayanan yang berstandar.
Sentuhan standardisasi pada faktor-faktor produksi ini dapat

42 Manfaat Ekonomi Standar


meningkatkan pendapatan nasional, dan sebaliknya. Singkatnya,
dampak dari penggunaan barang dan/atau jasa berstandar dalam
salah satu atau ketiga sektor ekonomi tersebut dapat menghasilkan
barang dan/atau jasa berstandar dan kemudian meningkatkan
pendapatan nasional (ceteris paribus).

Dari uraian singkat ini dapat disimpulkan bahwa manfaat


ekonomi dari penggunaan barang dan/atau jasa berstandar atau
berstandardisasi pada skala makroekonomi tidak hanya memberikan
manfaat positif pada permintaan agregat (AD) dan penawaran
agregat (AS), tetapi juga dapat mempengaruhi produksi dan
konsumsi sektor-sektor ekonomi. Dampak lanjutan dari pengaruh
positif yang terjadi pada AD, AS, dan sektor ekonomi tersebut akan
meningkatkan pendapatan nasional atau output nasional. Namun,
besar kecilnya peningkatan pendapatan nasional dan/atau output
nasional sangat dipengaruhi dari jenis barang dan/atau jasa
berstandar baik yang dikonsumsi maupun yang diproduksikan. Untuk
barang dan/atau jasa berstandar yang memiliki sifat elastis, pengaruh
peningkatan pada permintaan Agregatnya akan semakin besar
dibandingkan dengan kenaikan biaya yang harus ditanggung para
produsen. Sebaliknya, penawaran agregat (AS) akan bertambah jika
biaya untuk menghasilkan output (Y) dengan penggunaan faktor
produksi berstandar lebih rendah sehingga meningkatkan output di
satu pihak dan menurunkan harga di pihak lain (ceteris paribus).

2.5 Proses dan Mekanisme Standardisasi: Konteks


Mikroekonomi

Dalam konteks mikroekonomi, penggunaan barang dan/atau


jasa berstandar dapat memberikan implikasi positif baik bagi
konsumen maupun produsen, baik secara individu maupun secara
bersama-sama sebagai satuan unit pasar. Pada sisi konsumen sebagai
satuan unit individual (mikroeknomi), barang dan/atau jasa yang
memiliki standar akan meningkatkan minat konsumen untuk
mengonsumsinya. Sebaliknya, barang dan/atau jasa yang tidak
memiliki standar dipastikan akan memiliki permintaan yang rendah
dari konsumen. Hal ini disebabkan barang dan/atau jasa yang
berstandar memiliki jaminan keamanan dan mutu sehingga
selanjutnya dapat meningkatkan kepuasan konsumen yang

Teori Ekonomi Standardisasi 43


kemudian meningkatkan minat beli terhadap produk tersebut.
Pengaruh dari barang dan/atau jasa berstandardisasi terhadap
permintaan konsumen dapat dijelaskan pada Grafik 2.10 berikut ini.

Grafik 2.10 Pengaruh Barang dan atau Jasa berstandar terhadap


tingkat permintaan Konsumen secara Individual

D1

D0
Harga

E1

P1
E0
P0

Q0 Q1
Output Q

Pada grafik 2.10 di atas dapat diperhatikan keseimbangangan


awal pasar sebelum seorang konsumen menggunakan produk
berstandar, yakni pada titik Eo. Titik keseimbangan tersebut akan
berpindah ke titik E1 jika konsumen tersebut melakukan konsumsi
terhadap barang dan/atau jasa berstandar. Perubahan titik
keseimbangan tersebut diakibatkan penggunaan barang dan/atau
jasa berstandar telah menggeser kurva Do menjadi D1. Ini artinya,
permintaan konsumen meningkat dengan adanya barang dan/atau
jasa berstandar. Pengaruh pergeseran kurva permintaan tersebut
44 Manfaat Ekonomi Standar
menyebabkan jumlah barang dan/atau jasa yang diminta bertambah
dari Qo menjadi Q1 dan diikuti kenaikan harga dari barang dan jasa
tersebut dari Po menjadi P1. Namun, harus dicatat pergeseran kurva
permintaan Do menjadi D1 dapat terjadi jika faktor-faktor lain yang
mempengaruhi permintaan barang dan/atau jasa tidak mengalami
perubahan. Di antara berbagai faktor permintaan dimaksud tingkat
pendapatan, selera, dan harga dari barang dan/atau jasa berstandar
pengganti tidak mengalami perubahan, termasuk penambahan
jumlah pasokan barang dan/atau jasa berstandar yang diproduksikan
oleh produsen.

Sama halnya dengan hal di atas, pengaruh standardisasi barang


dan/atau jasa juga dapat meningkatkan pasokan produksi atas
barang dan jasa tersebut. Peningkatan pasokan (supply) produksi
tersebut terjadi sebagai akibat dampak penggunaan faktor produksi
yang berstandar memberikan pengaruh pada produktivitas barang
dan jasa yang dihasilkan produsen. Produktivitas inilah yang
menyebabkan meningkatnya jumlah pasokan barang dan/atau jasa
(Grafik 2.11).

Grafik 2.11. Pengaruh penggunaan barang dan atau jasa


berstandar terhadap pasokan produsen
D

S0
Harga

S1

E0

P0 E1

P1 D

Y0 Y1
Output Y

Teori Ekonomi Standardisasi 45


Dari grafik 2.11 ditunjukkan bagaimana pengaruh dari
penggunaan barang dan/atau jasa berstandar oleh produsen yang
meningkatkan jumlah pasokan produsen. Peningkatan pasokan oleh
produsen tersebut menggeser kurva pasokan dari So ke kanan
menjadi S1 sebagai akibat meningkatnya produktivitas pasokan
produsen digunakannya faktor produksi yang berstandar. Namun
dampak dari bertambahnya produksi tersebut menurunkan tingkat
harga barang dan atau jasa yang diterima oleh konsumen dari Po
menjadi P1. Turunnya tingkat harga ini dapat meningkatkan
kesejahteraan konsumen.

Namun, perlu dicatat di sini pergeseran kurva pasokan (supply)


dari So menjadi S1 tidak menyebabkan permintaan D bergeser ke
kanan. Hal ini antara lain dapat disebabkan barang dan/atau jasa
berstandar yang bertambah pasokannya tersebut merupakan barang
dan/atau jasa yang bersifat inelastis, yaitu barang dan/atau jasa yang
tidak mengalami perubahan permintaan jika terjadi perubahan pada
faktor-faktor yang mempengaruhinya, seperti faktor harga barang itu
sendiri, barang lain, pendapatan masyarakat, dan selera. Barang dan/
atau jasa tersebut, misalnya, termasuk bahan kebutuhan pokok,
produk barang dan/atau jasa inferior.

Sebaliknya, jika barang dan/atau jasa tersebut bersifat elastis,


pergeseran kurva permintaan akan lebih sensitive dibandingkan
dengan pergeseran kurva pasokan (supply). Dampak dari sifat barang
dan atau jasa yang elastis akan menyebabkan jumlah barang dan/atau
jasa meningkat diikuti dengan kenaikan harga barang dan/atau jasa
yang diterima konsumen seperti didiskusikan pada Grafik 2.10.

2.6 Penutup

Produksi dan penggunaan barang dan/atau jasa


berstandardisasi sudah saatnya diutamakan atau diharuskan dalam
suatu perekonomian. Selain memberikan dampak positif bagi
makroekonomi, baik dalam arti peningkatan konsumsi masyarakat,
investasi, pengeluaran pemerintah dan perdagangan, secara parsial
maupun keseluruhan bagi perekonomian suatu negara, juga dapat
memberikan dampak positif dalam konteks mikroekonomi bagi
pelaku usaha (produsen), konsumen, serta pasar.
46 Manfaat Ekonomi Standar
Pengaruh yang ditimbulkan dari penggunaan barang dan/
atau jasa berstandar terhadap mikro dan makroekonomi tersebut
dapat terjadi sebagai akibat adanya delapan dampak intermediasi. Ke
delapan dampak intermediasi dimaksud, yaitu dampak skala ekonomi
(scale economies), pembagian tenaga kerja (division of labor),
kompetensi (competencies), hambatan masuk (barriers to entry),
dampak jejaring (network effects), biaya transaksi (transaction costs),
ketepatan (precision), serta kepercayaan dan risiko (trust and risks).

Namun, produksi barang dan/atau jasa berstandar memiliki


implikasi biaya yang harus diperhitungkan, baik oleh pemerintah
maupun oleh pengusaha. Hal ini karena produksi barang dan/atau jasa
berstandar dapat menambah beban biaya bagi produsen dan
pemerintah. Pengaruh tingginya biaya tersebut dapat mendorong
tingginya harga yang harus dibayar oleh konsumen. Oleh karena itu,
perhitungan tingginya biaya produksi di satu pihak dan dampak
kenaikan harga yang harus diterima konsumen perlu disikapi secara
hati-hati agar tidak memberikan dampak negatif atau bumerang
terhadap daya saing produk tersebut baik secara khusus maupun
perekonomian secara umum.

Tegasnya, produksi barang dan/atau jasa berstandar harus


mempertimbangkan tidak saja persyaratan teknis atau sesuatu yang
dibakukan, termasuk tata cara dan metode yang disusun berdasarkan
konsensus semua pihak/pemerintah/keputusan internasional yang
terkait dengan memperhatikan syarat keselamatan, keamanan,
kesehatan, lingkungan hidup, perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi, pengalaman serta perkembangan masa kini dan masa
depan untuk memperoleh manfaat yang sebesar-besarnya yang
digariskan dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2014 tentang
Standardisasi dan Penilaian Kesesuaian, tetapi juga yang tidak kalah
penting, yakni perhatian terhadap faktor-faktor yang mendorong
permintaan seperti harga, selera, dan pendapatan, serta faktor
produksi dan faktor daya saing, untuk menyebut hanya tiga faktor saja.
Jika harmonisasi antara pentingnya kemanfaatan tidak disandingkan
dengan biaya yang akan ditimbulkan dari standardisasi tersebut,
standardisasi barang dan/atau jasa tidak akan memberikan nilai lebih
bagi perekonomian Indonesia.

Teori Ekonomi Standardisasi 47


BAB III
ANALISIS MANFAAT EKONOMI
STANDARDISASI
Oleh Ida Busneti dan Teguh Pribadi A

3.1 Pendahuluan

Standar mendapat legitimasinya untuk dijalankan secara


sukarela akibat dari pembawaannya yang dikembangkan atas dasar
konsensus, walaupun kemudian dapat berlaku menjadi wajib apabila
diacu oleh regulasi (Hatto, 2010). Walaupun demikian, tetap pada
intinya bahwa standar diusulkan dan dirumuskan oleh pengguna
untuk digunakan berulang secara bersama, mengutamakan kerja
sama untuk mendapatkan manfaat bersama. Terkait manfaat ini, maka
banyak pihak kemudian menginginkan agar manfaat tersebut
ditampilkan dalam bentuk ekonomi, sebagai bentuk yang lebih
menarik atau lebih dapat diukur dalam proses analisis dan penilaian
yang utamanya dilakukan oleh pemerintah dan industri.

Bab ini menjembatani atau menghubungkan dari apa yang


telah disampaikan pada Bab I tentang pengetahuan standardisasi dan
Bab II tentang teori-teori ekonomi. Dengan pemaparan yang ada pada
bab ini diharapkan dapat dipahami gambaran besar mengenai
hubungan keduanya (standardisasi dan ekonomi), keluasan cakupan
manfaatnya dan keunikannya. Akhirnya, dengan gambaran besar
tersebut, pembaca dapat lebih mudah memahami studi-studi yang
dicuplik pada bab-bab selanjutnya.

3.2 Analisis Manfaat Ekonomi dari Standardisasi

3.2.1. Pemahaman Dasar dari Definisi Standar

Seperti telah dijelaskan pada bagian lain buku ini atau di dalam
Buku Pengantar standardisasi, defenisi standar adalah “spesifikasi
teknis atau sesuatu yang dibakukan termasuk tata cara dan metode yang
disusun berdasarkan konsensus semua pihak untuk penggunaan yang
berulang” .
Dengan demikian definisi tersebut memberikan arti bahwa: (1)
Standar pada dasarnya diusulkan dan disusun bersama oleh calon
pengguna atau pihak yag membutuhkan (pemangku kepentingan)
kemudian disepakati bersama untuk melancarkan operasi/proses
bersama guna menghasilkan produk (barang/jasa) yang baik; dengan
demikian standar mendorong sebuah kerja sama (Blind dkk, 1999). (2)
Standar berisi hal teknis yang informasinya bersifat terbuka dalam
penggunaannya; dengan demikian standar membagi pengetahuan
akan sebuah teknologi baru (Blind dkk, 1999). (3) Sebuah standar
sehakikinya hanya merupakan sebuah dokumen, dan baru akan
memberikan manfaat apabila diterapkan oleh para pemangku
kepentingannya. (4) Penerapan standar memberikan hasil
peningkatan nilai tambah dalam bentuk kelancaran, keteraturan,
efektifitas, efisiensi, keselamatan, keamanan, dan kelestarian
lingkungan.

3.2.2. Cakupan Manfaat Standardisasi


3.2.2.1 Cakupan dari definisi standardisasi

Standardisasi menurut definisi di dalam UU No. 20 Tahun 2014


tentang standardisasi dan Penilaian Kesesuaian adalah “proses
m e r e n ca n a ka n , m e r u m u s ka n , m e n e t a p ka n , m e n e ra p ka n ,
memberlakukan, memelihara, dan mengawasi Standar yang
dilaksanakan secara tertib dan bekerja sama dengan semua Pemangku
Kepentingan”. Dari definisi tersebut, dapat segera kita ketahui, kegiatan
yang tercakup di dalamnya adalah: (1) pengembangan dan
pemeliharaan standar, (2) penerapan standar, (3) pengawasan.

Tercakup di dalam penerapan standar adalah kegiatan


penilaian kesesuaian. Kemudian, tercakup dalam pengawasan adalah
kegiatan pengawasan penerapan standar, baik pada saat pra-pasar
maupun di pasar untuk barang, dan juga pengawasan untuk jasa,
sistem, proses, dan personal.

3.2.2.2 Cakupan dari teori spektrum Verman

Arah analisis dan penilaian manfaat ekonomi dari standardisasi


luas cakupannya; seluas teori Verman yang dijelaskan di dalam buku
pengantar standardisasi. Spektrum atau ruang gerak standardisasi
sangat luas dan saling mengait dalam 3 sumbu X,Y, dan Z.
50 Manfaat Ekonomi Standar
Secara horizontal, standar dapat melingkupi berbagai sektor
mulai dari makanan-minuman, keteknikan, kimia, transportasi,
teknologi informasi, pemetaan, dan lain-lain hingga operasi luar
angkasa. Kemudian, pada setiap sektor, standar dapat melingkupi
berbagai aspek di dalamnya seperti mutu, spesifikasi, terminologi, dan
pengujian. Sementara itu secara vertikal standar memiliki tingkatan
terkait lingkup perumusan dan konsensusnya; standar dapat dibuat
mulai dari tingkatan individu, perusahaan, asosiasi, nasional, regional
hingga tingkat standar internasional. Sebagai catatan, semakin tinggi
tingkatan standar, akan semakin banyak kompromi yang diperlukan
dan semakin memakan waktu dalam proses pengembangannya
karena pihak yang terlibat semakin banyak.

Keluasan manfaat standar semakin tinggi sesuai dengan


tingkatan standar. Manfaat standar internal perusahaan tentu hanya
akan dirasakan oleh internal perusahaan, pemasok, dan
pelanggannya. Namun, itu akan terhambat apabila ingin menjual
produk atau jasanya (misalnya) ke negara lain sebab komponen dan
sistem yang tidak sama (dalam hal compatibility-interchangeability-
interoperability) karena adanya perbedaan standar. Apabila
perusahaan ingin mendapatkan nilai lebih dari standardisasi sehingga
produk atau jasanya dapat diterima secara luas, perusahaan perlu
menerapkan standar dengan tingkatan yang lebih tinggi seperti
standar asosiasi, standar nasional, atau standar internasional.
Penerapan standar dengan tingkatan yang lebih tinggi ini di sisi lain
dapat memberikan hambatan apabila perusahaan tidak siap atau
memiliki proses eksisting yang berbeda sehingga perlu adanya
penyesuaian.

3.2.2.3 Cakupan dari variasi pemangku kepentingan

Keluasan manfaat standardisasi masih dapat berkembang


sesuai dengan pihak penerapnya. Satu rantai proses terdiri atas
beberapa pihak, standar yang sama dapat memberikan manfaat yang
berbeda bagi pihak yang berbeda. Standar memberikan manfaat
antara lain bagi negara, produsen, pemasok, ilmuwan, hingga bagi
konsumen. Beberapa contoh manfaat standar tersebut antara lain
sebagai berikut.

Analisis Manfaat Ekonomi Standardisasi 51


a. Bagi pelaku bisnis:
Dengan memberikan keuntungan strategis ketika dapat
berpartisipasi dalam pengembangan standar (dapat
mempengaruhi isi standar, biaya penyesuaian lebih sedikit,
mendapatkan pengetahuan lebih luas dan lebih dahulu),
dapat meningk atk an efisiensi, reduksi variasi,
memudahkan dalam mendapatkan pemasok dengan
kualitas pasokan yang sama, peningkatan kepuasan
konsumen, memberikan citra baik untuk perusahaan,
membantu akses kepada pasar dunia, reduksi buangan/
limbah, reduksi kecelakaan kerja, dan lain-lain.
b. Bagi konsumen dan masyarakat:
Keyakinan pada kualitas-keamanan-dan keselamatan
produk yang dibeli, sebagai dasar dalam transaksi,
memudahkan dalam pemilihan produk bermutu, dan lain-
lain.
c. Bagi negara:
Menjamin keamanan dan keselamatan masyarakat, alat
pendukung peningkatan daya saing, mendukung
persaingan usaha yang sehat, alat diseminasi inovasi yang
efisien sebagai prekondisi untuk pertumbuhan ekonomi,
alat bantu dalam membina pelaku usaha, pendorong
ekspor, dan lain-lain.

Lebih jauh lagi, spektrum masih dapat meluas karena faktor


pengguna. Pengguna, dapat memaksimalkan manfaat standar
dengan melakukan tweaking atau improvement by fine adjustments,
yang menjadikan perbedaan hasil penerapan standar antara pihak
satu dan pihak lainnya. Oleh sebuah organisasi, standar dapat saja
diolah sedemikian rupa penggunaannya sehingga dapat memberikan
manfaat baru karena kreativitas dan keahlian personelnya dalam
memadukan ilmu serta teknologi baru, tetapi manfaat tersebut tidak
ada atau belum muncul di organisasi lain.

3.2.3. Klaim Sumber Manfaat dari Standardisasi


Dalam menghitung sebuah manfaat ekonomi dari
standardisasi, seringkali sebuah manfaat atau dampak yang
menguntungkan tidak dapat secara naif diklaim murni berasal dari

52 Manfaat Ekonomi Standar


kegiatan standardiasi. Pada tingkat makro terdapat kontribusi
beberapa faktor seperti keadaan perekonomian secara umum dan
penambahan modal-investasi, sedangkan pada tingkat mikro
terdapat pengaruh kreativitas, kemajuan teknologi, dan inovasi yang
perlu diperhitungkan.

Kegiatan dalam analisis dan penilaian manfaat ekonomi


standardisasi pada level makro dan mikro berusaha mengidentifikasi
manfaat atau dampak standardiasi, mengisolasi kontribusinya pada
dampak tersebut dari faktor-faktor lain, kemudian menghitung nilai
ekonominya yang berasal dari peningkatan keuntungan atau
penghematan dengan beberapa skenario; yang biasanya antara lain
adalah sebagai berikut: (1) sebelum dan sesudah standar ada atau
diterapkan, (2) pengandaian apabila standar tidak ada atau tidak
diterapkan, kemudian (3) perbandingan antara organisasi yang
memiliki/menerapkan standar dan organisasi yang tidak
memiliki/tidak menerapkan standar. Pemilihan skenario ini
bergantung pada tujuan yang ingin didapatkan dan karena faktor
ketersediaan data.

3.2.4. Dampak pada Tingkat Makro dan Mikro

Kajian Swann (2000) pada hampir 400-an literatur sebagai


masukan untuk Department of Trade and Industry (DTI) di negara
Inggris memberikan gambaran bahwa standar dapat memberikan
hasil yang berbeda pada tingkat makro dan mikro. Pada tingkat makro
standar membuka pasar dan menyehatkan persaingan sehingga
secara mikroekonomi standar tidak kemudian meningkatkan
keuntungan bagi semua perusahaan, bahkan dapat menguranginya.
Peningkatan persaingan memberikan kontribusi penting pada
ekonomi makro antara lain dengan meningkatkan volume
perdagangan, meningkatkan ekspor-impor; karena dengan
penerapan standar, maka tingkat kepercayaan umum meningkat,
biaya transaksi dan biaya pencarian dapat ditekan sehingga pada
akhirnya keseluruhan arus perdagangan cenderung meningkat.

Swann menambahkan bahwa studi makroekonomi biasanya


memiliki karakter menggunakan pendekatan ekonometrik dengan
analisis regresi sehingga hanya memberikan penilaian tidak langsung

Analisis Manfaat Ekonomi Standardisasi 53


(indirect assessment) dari dampak standardisasi. Manfaat standar yang
dinilai dengan cara ini hanya sesuai untuk sudut pandang penentu
kebijakan di tingkat negara karena memberikan sedikit informasi pada
proses mikroekonomi yang terstruktur bagaimana standardisasi dapat
mendukung pertumbuhan ekonomi dan memberikan keuntungan
kompetitif.

3.3 Arti Penting Perhitungan Nilai Ekonomi dari Standardisasi

3.3.1. Sesuai dengan Prinsip Ekonomi

Perhitungan nilai ekonomi dari hal apa pun termasuk kegiatan


standardisasi sehakikinya merupakan hal mendasar yang sesuai
dengan prinsip ekonomi. Prinsip ekonomi adalah
mempertimbangkan “cost dan benefit” (Gilarso, 2004), yaitu bagaimana
membuat kebutuhan terpenuhi dengan sebaik mungkin dengan
pengorbanan/biaya yang sesedikit mungkin.

Hampir setiap individu atau organisasi tentu


mempertimbangkan rasio biaya yang dikeluarkan dan manfaat yang
didapat dalam setiap kegiatan. Setiap hal cenderung untuk dinilai
dalam bentuk ekonomi sebagai indikator mudah untuk memonitor
perkembangan organisasi walaupun sebuah manfaat tidak selalu
dapat dihitung dengan uang. Manfaat standar dapat berupa dampak
sosial, lingkungan, dan ekonomi apabila dikaitkan teori sustainable
development; kemudian manfaat standar dapat digolongkan menjadi
“dapat dihitung” (tangible) seperti berkurangnya produk tidak
sesuai/cacat, dan efisiensi dalam proses pengangkutan, kemudian
terdapat pula manfaat “tidak dapat dihitung” (intangible) dengan
contohnya antara lain naik/terjaganya citra perusahaan, kepuasan -
kepercayaan dan kesetiaan pelanggan, dan kelestarian lingkungan.

Perhitungan ini bermanfaat tidak hanya pada perusahaan


swasta, tetapi juga pada organisasi pemerintah, rumah tangga,
laboratorium, dan lain-lain, bahkan pada organisasi yang menyatakan
'tidak mencari keuntungan'. Mengapa? Tentu karena setiap organisasi
menginginkan adanya efektivitas dan efisiensi sehingga dapat
memaksimalkan sumber daya yang dimilikinya.

54 Manfaat Ekonomi Standar


3.3.2. Kepedulian Pemangku Kepentingan Standardisasi

Dalam konferensi The Benefits of Standards yang


diselenggarakan oleh ISO pada 2014 di Singapura, disampaikan
bahwa banyak organisasi telah menggunakan standar secara
signifikan dan bahkan telah turut berpar tisipasi dalam
pengembangan standar karena menyadari manfaat besar dan nyata
dari standar dan bahwa mereka dapat turut andil dalam menentukan
arah pasar. Namun, masih terdapat organisasi lain yang hanya
menggunakan standar secara minimal atau tidak menggunakannya
sama sekali karena menganggap penggunaan standar sebagai beban,
tidak menyadari manfaat nyata dari standar yang dapat membawa
dampak positif pada kegiatan mereka. Hasil perhitungan nilai
ekonomi dari pemanfaatan standar penting untuk
mendemonstrasikan dan mengomunikasikan manfaat nyata dari
standar.

Bagi pemerintah atau National Standard Body/ies (NSB) hasil


studi EBS (Economic Benefits of Stantard) dapat digunakan untuk
menganalisis dan menilai keberhasilan kebijakan pemerintah.
Sementara itu, kompilasi dari berbagai studi tentang EBS dapat
digunakan untuk memberikan kesadaran kepada pemangku
kepentingan untuk memanfaatkan standar dan mengajak dalam
proses pengembangan standar, terutama standar yang berlaku
sukarela karena tentu standar internal dan standar yang berlaku wajib
akan 'lebih dijalankan'. Bagi pelaku usaha dan asosiasi, EBS bermanfaat
untuk memberikan kesadaran akan indikator-indikator kunci dari
kinerja sehingga dapat melakukan evaluasi dan perbaikan
berkelanjutan lebih baik, dan usaha memaksimalkan manfaat dari
penggunaan standar. Bagi negara, hasil studi EBS dapat berguna untuk
evaluasi kontribusi dari standardisasi terhadap PDB atau statistik
produktivitas untuk selanjutnya digunakan untuk merumuskan dan
menetapkan kebijakan terkait.
Analisis Manfaat Ekonomi Standardisasi 55
3.4 Penutup

Dari penjelasan pada bab ini, dapat disimpulkan bahwa


kegiatan standardisasi memiliki cakupan manfaat yang luas,
kemudian manfaat tersebut dapat bervariasi dari satu organisasi ke
organisasi lain karena adanya kontribusi faktor-faktor lain.
Mewujudkan manfaat standardisasi ke dalam bentuk ekonomi
penting untuk analisis dan penilaian dalam tingkatan makro dan
mikro terutama bagi pemerintah dan industri. Namun, perlu
diperhatikan terkait dengan kontribusi faktor-faktor selain standar
dalam melakukan perhitungannya. Perhitungan ekonomi ini telah
menjadi kepedulian pemangku kepentingan standardisasi untuk
meningkatkan aplikasi standar dan mengajak pada pengembangan
standar. Sehakikinya pula, perhitungan ekonomi dalam setiap hal
adalah menjawab kebutuhan dasar yang sesuai dengan prinsip
ekonomi.

56 Manfaat Ekonomi Standar


BAB IV
PERHITUNGAN KEUNTUNGAN DAN BIAYA
EKONOMI STANDARDISASI
Oleh Ida Busneti dan Teguh Pribadi A

4.1 Pendahuluan

Sesuai dengan yang sudah dijabarkan pada bab sebelumnya,


pembahasan faktor keuntungan dan biaya ekonomi standardisasi
dapat dilihat dari berbagai faktor. Terkait standar tertentu apa? pada
kegiatan apa saja? dan dampaknya kepada pemangku kepentingan
siapa? Perhitungan keuntungan dan biaya ini berbeda-beda
bergantung pada berbagai faktor tersebut.

Dalam bab ini disebutkan beberapa keuntungan dan biaya


dalam bentuk ekonomi, beserta penjelasan dan contohnya untuk
penerapan standar serta partisipasi dalam pengembangan standar.
Namun, apa yang telah disebutkan di sini belumlah mencakup segala
kemungkinan yang ada untuk sebuah perhitungan yang
komprehensif. Hal ini sejalan dengan apa yang disebutkan oleh Traill
dan Koenig (2000) pada studi mereka tentang dampak pemberlakuan
standar keamanan pangan. Biaya langsung dan tak langsung pada
berbagai bidang (ekonomi, sosial, dan lingkungan), dan pihak yang
terkena dampak (privat/individu atau publik) dapat terus memberikan
efek bersambung sehingga diperlukan pernyataan lingkup dan
batasan studi.

4.2 Keuntungan Standardisasi


4.2.1. Keuntungan Penerapan Standar

Beberapa manfaat penerapan standar beserta


contohnya hingga bagaimana dapat dihitung nilai
keuntungan ekonominya dari beberapa sisi pandang (pihak
konsumen – pemerintah – perusahaan) diberikan dalam
bagian ini. Namun, tidak seluruh contoh diberikan perhitungan
ekonominya dari ketiga pihak tersebut.
1. Efisiensi penggunaan daya listrik: menurunkan penggunaan
KWH listrik, reduksi emisi, tingkat kesehatan yang lebih baik

Contoh untuk hal ini adalah penerapan standar efisiensi energi


pada peralatan elektrik dan elektronik (EE). Dengan kinerja
yang sama, peralatan EE pada rumah tangga yang
menggunakan daya besar dan/atau sering digunakan seperti
lampu, Air Conditioner, lemari pendingin, pompa air, maka
penggunaan KWH listriknya dapat ditekan.

Penerapan standar ini pada produk ditampilkan dalam label


tingkat efisiensi energi untuk memudahkan pemilihan oleh
pelanggan seperti terlihat pada Gambar 4.1; semakin banyak
'
tanda bintang, tanda 'Ö
, atau semakin awal huruf abjadnya,
peralatan EE tersebut akan semakin efisien.

Gambar 4.1. Aplikasi label standar hemat energi


pada produk rumah tangga
Sumber: ec.europa.eu, ef.com.sg, en.gamatrindo.or.id)

Perhitungan ekonomi:
Delta jumlah KWH yang digunakan sebelum standar ada dan
diterapkan, dengan jumlahnya setelah standar ada dan
diterapkan.

Sisi pandang konsumen


Reduksi biaya listrik selama umur pakai, dapat menutup
biaya yang dikeluarkan saat pembelian karena harga
produk dengan efisiensi lebih tinggi memiliki harga yang

58 Manfaat Ekonomi Standar


lebih tinggi pula. Nilai dalam satuan moneter didapatkan
dengan mengalikan nilai delta KWH dengan harga per
KWH (reduksi biaya penggunaan listrik). Efisiensi
penggunaan listrik akhir-akhir ini menjadi penting karena
masuk dalam salah satu poin utama dalam penilaian
green building (Tabel 4.1)

Tabel 4.1 Kriteria efisiensi energi dalam beberapa skema green


building

Sumber: Penelitian Standar Green Building, BSN, 2011

Sisi pandang pemerintah


Nilai delta KWH dikonversikan kedalam jumlah emisi
karbon maka didapatkan reduksi emisi karbon.
Mendukung program nasional dan isu internasional
untuk mereduksi gas rumah kaca;

Perhitungan Keuntungan dan Biaya Ekonomi Standardisasi 59


Korelasi statistik antara tren jumlah reduksi karbon dengan
tren statistik kesehatan masyarakat yang lebih baik terkait
dengan penyakit akibat polusi udara. Hasil dapat dikalikan
dengan harga berobat kepada dokter spesialis dan harga
pengobatan.

Sisi pandang industri


Perusahaan produk elektrik dan elektronika (EE) yang
dapat memberikan pengaruh pada isi standar metode uji
untuk performa efisiensi energi maka akan mendapatkan
keunggulan dari kompetitornya. Keuntungan didapatkan
dari porsi pasar yang dapat dikuasai dan dikurangi biaya
R&D, biaya kesertaan dalam pengembangan standar, dan
biaya promosi. Sebagai contoh, Jepang baru-baru ini
berusaha memasukkan metode baru pada standar
internasional IEC untuk pengujian efisiensi lemari
pendingin dengan tambahan parameter efek buka-tutup
pintu. Jepang mengirimkan sampel lemari pendingin
untuk diujikan pada beberapa negara dengan iklim
berbeda (termasuk Indonesia) untuk didapat data secara
internasional bahwa efek tersebut memberikan dampak
signifikan (Gambar 4.2)

Gambar 4.2 Skema hukum termodinamika


Sumber: en.wikipedia.org (dimodifikasi)

60 Manfaat Ekonomi Standar


2. Efisiensi proses produksi: menaikkan jumlah produksi,
menurunkan waktu down time, mengurangi produk gagal/
cacat, menghemat sumber daya manusia.

Pada salah satu survei yang dilakukan BSN pada 2014,


diketahui bahwa penerapan standar produk kipas angin (SNI
04-6292.2.80-2006, berlaku wajib dengan Peraturan Menteri
ESDM No. 11 Tahun 2007) akhirnya membuat sebuah
perusahaan di Jawa Timur berupaya untuk mendapatkan
jaminan bahan baku motor listrik yang baik dari pemasoknya.
Sebelumnya, perusahaan tidak mempermasalahkan motor
listrik yang dipasok kepada perusahaan berkualitas baik atau
tidak. Hasilnya, perusahaan merasakan bahwa produk gagal
dapat dikurangi secara signifikan, komplain pelanggan
berkurang, produktivitas meningkat karena produk kembali
untuk perbaikan (repair) menurun, dan sumber daya manusia
untuk perbaikan dapat dikurangi.

Sisi pandang perusahaan


Keuntungan dari efisiensi pada rantai nilai di bagian-
bagian perusahaan dikurangi dengan biaya penerapan
standar. Hasil dibandingkan dengan sebelum penerapan
standar atau perusahaan lain yang tidak menerapkan
standar atau pengandaian apabila standar tidak
diterapkan (Gambar 4.2)

Gambar 4.3 Motor listrik pada kipas angin


Sumber: suriptotitl.files.wordpress.com, g03.s.alicdn.com

Perhitungan Keuntungan dan Biaya Ekonomi Standardisasi 61


3. Pilihan pemasok yang lebih luas: mengurangi risiko
terhentinya produksi.

Kasus yang disampaikan ditulis oleh Stern (1998) yang


kemudian dikutip oleh DIN (2000). Laporan DIN menyebutkan
bahwa pernah terjadi di Jerman, sebuah perusahaan otomotif
berhenti berproduksi selama 3 hari mengakibatkan 8,000
pekerja dirumahkan dan 10,000 mobil tidak dapat dilanjutkan
pembuatannya, karena perusahaan hanya bergantung pada
satu pemasok untuk komponen pengunci pintu yang
kemudian terkendala pasokannya. Sebuah komponen yang
terlihat tidak penting/sepele, ternyata bila tidak tersedia dapat
menghentikan keseluruhan produksi.

Pencarian pemasok lain tidak dimungkinkan secara cepat


karena spesifikasi teknis yang tidak terbuka. Apabila sebuah
standar untuk komponen tersebut tersedia dan dibuka untuk
publik, kejadian tersebut dapat dicegah karena akan terdapat
beberapa pilihan pemasok sehingga pencarian pemasok lebih
mudah dan mengurangi ketergantungan. Harga bahan baku
juga akan lebih kompetitif.

Hal serupa juga ditemui dalam studi kasus penerapan


metodologi ISO untuk perhitungan Economic Benefits of
Standards (EBS – akan dijelaskan secara khusus pada Bab VI) di
Perusahaan retail Fair Price di Singapura. Dengan menerapkan
standar manajemen cold-chain untuk produk daging dan susu,
perusahaan bisa medapatkan produk yang terjamin mutunya
dari permasok mereka yang berasal dari tempat yang sangat
jauh sehingga mengurangi monopoli pemasok pada jarak
yang lebih dekat.

62 Manfaat Ekonomi Standar


Perhitungan ekonomi:

Sisi pandang pemerintah


Peningkatan eksternalitas mendukung pengembangan
ekonomi lebih luas dan pertumbuhan ekonomi lebih
baik. Perhitungan ekonomi dilakukan dengan
pembandingan statistik sebelum dan sesudah
penerapan standar.

Sisi pandang perusahaan


Harga bahan baku lebih kompetitif dari pemasok,
berkurangnya biaya untuk mencari pemasok,
pencegahan risiko terhentinya produksi, mutu yang
terjaga, waktu pengantaran yang dapat ditepati,
penjagaan kepercayaan pelanggan dikurangi dengan
biaya penerapan standar. Hasil dibandingkan dengan
sebelum penerapan standar atau perusahaan lain yang
tidak menerapkan standar atau pengandaian apabila
standar tidak diterapkan

4. Optimasi perekrutan dan manajemen sumber daya manusia:


menurunkan biaya pelatihan

Dengan standar kompetensi personel dan dilakukannya


sertifikasi personel oleh pihak ketiga, perekrutan karyawan
dapat mensyaratkan suatu kualifikasi sertifikat tertentu. Hal ini
telah biasa dilakukan pada hampir seluruh profesi yang
membutuhkan keterampilan khusus, seperti perawat, operator
uji tak rusak, operator las, dan pekerja di ketinggian. Standar
keamanan dan keselamatan yang diajarkan merupakan
praktik terbaik dari rumusan berbagai pihak yang merupakan
ahli di bidangnya. Pelatihan umum untuk sebuah keterampilan
tidak diperlukan lagi, cukup dengan pemberian pelatihan
sistem khusus yang ada di perusahaan.

Perhitungan ekonomi:

Sisi pandang konsumen


Terbukanya bidang pekerjaan lebih luas dengan adanya
kursus dan sertifikasi keterampilan; tidak terbatas hanya

Perhitungan Keuntungan dan Biaya Ekonomi Standardisasi 63


pada latar belakang pendidikan formal. Perhitungan
ekonomi dapat dilakukan berupa biaya sertifikasi
dibandingkan dengan peluang gaji yang akan
didapatkan selama periode tertentu.

Sisi pandang pemerintah


Terbukanya lapangan pekerjaan lebih luas untuk
masyarakat, pembagian pengetahuan praktik terbaik
yang lebih merata. Pengangguran menurunkan dan
statistik produktivitas semakin baik. Perhitungan
ekonomi dilakukan dengan pembandingan hasil
sebelum dan sesudah penerapan standar atau
dibandingkan dengan negara lain yang belum
menerapkan.

Sisi pandang perusahaan


Jumlah karyawan baru yang dibutuhkan untuk periode
tertentu dikalikan dengan penghematan nilai pelatihan
yang tidak diperlukan lagi. Perusahaan melakukan
pelatihan sendiri yang hanya mensyaratkan sebuah
sertifikasi kompetensi saat perekrutan.

5. Efisiensi masuk, simpan, dan keluar barang: menurunkan


kesalahan proses inventory

Penggunaan standar bar code dan Radio Frequency


Identification (RFID) yang dibaca dengan pemindai (scanner)
mengurangi kesalahan melihat dan mengetik ulang kode.
Kesalahan input kode dapat membuat kekacauan, antara lain
berupa data jumlah Stock Keeping Unit (SKU) tidak cocok,
barang habis tidak terdeteksi, pesanan barang salah sehingga
mendapat komplain pelanggan, serta produk terambil dari
gudang salah dan harus kembali sehingga memakan waktu.

Hasil penelusuran, diperoleh setidaknya terdapat 41 buah


standar ISO atau ISO/IEC terkait barcode. Dengan teknologi
tersebut yang telah menjadi standar, menjadikan kesalahan
pengambilan dapat dikurangi, data dapat lebih mudah
ditelusur, dan rekap data dapat dilakukan lebih cepat serta

64 Manfaat Ekonomi Standar


lebih baik. Saat ini penggunaan barcode dan RFID sudah sangat
luas dan tidak hanya diterapkan pada barang, tetapi juga pada
data penduduk, data anggota, data pasien, paket logistik, tiket,
dan lainnya.

Perhitungan ekonomi:

Sisi pandang konsumen


Berkurangnya waktu tunggu, berkurangnya biaya untuk
menyampaikan keluhan, biaya barang/jasa yang lebih
murah. Perhitungan ekonomi dilakukan dengan
pembandingan sebelum dan sesudah penerapan
standar atau dibandingkan dengan perusahaan lain yang
tidak menerapkannya.

Sisi pandang perusahaan


Efisiensi waktu untuk stock opname, peningkatan
kecepatan arus barang sehingga dapat meningkatkan
volume barang, dikurangi dengan biaya penerapan; hasil
dibandingkan antara sesudah penerapan dengan
sebelum penerapan atau dibandingkan dengan
perusahaan lain yang belum menerapkan atau
pengandaian apabila perusahaan tidak menerapkannya.

Gambar 4.4 Aplikasi standar barcode


https://cdn2.bigcommerce.com; http://2.bp.blogspot.com

6. Standardisasi komponen: mengurangi biaya kostumasi,


menggunakan ruang penyimpanan lebih sedikit.

Disebutkan dalam laporan DIN (2000), model mobil VW Golf


memiliki 4,786 komponen berbeda, yang apabila diurai lebih
jauh terdapat total 16,897 komponen individu. Sejumlah 4,219
komponen atau seperempat dari jumlah keseluruhan adalah

Perhitungan Keuntungan dan Biaya Ekonomi Standardisasi 65


komponen yang distandardisasi. Komponen yang
distandardisasi lebih murah 20% - 60% daripada komponen
yang dibuat khusus (costumized).

Masih dari laporan DIN, DaimlerChrysler Aerospace AG (DASA) –


kemudian tergabung kedalam European Aeronautic Defence
and Space Company (EADS) bersama Aerospatiale-Matra dan
Construcciones Aeronauticas AS (CASA); pada Januari 2014
EADS mengubah namanya menjadi Airbus Group –
memperkirakan rasio harga antara komponen kostumasi dan
yang distandarkan adalah 15:1, dengan setengah dari
komponen kostumasi dapat distandarkan yang akan
mereduksi pembelian komponen hingga 10%. Lebih lanjut,
disebutkan bahwa Airbus A330/A340 menggunakan
komponen berbeda lebih sedikit dibanding pendahulunya
dan menghasilkan penghematan signifikan karena kebutuhan
ruang gudang penyimpanan yang lebih sedikit. Ruang gudang
untuk penyimpanan bahan baku/komponen dalam
perhitungan ekonomi walaupun dimiliki sendiri, dihitung
sebagai sewa tempat.

Gambar 4.5 Suasana gudang penyimpanan.


Dibutuhkan ruang yang luas untuk menyimpan komponen
http://parkplacerecycling.com; http://www.well-it.com

7. Efisiensi rantai pasok (modulasi ukuran kontainer, bak dan box


truk): pemindahan lebih cepat, biaya bahan bakar per satuan
jarak per item produk didistribusikan lebih rendah.

Pengamatan di lapangan pada sistem distribusi sebuah


perusahaan air minum di Indonesia dapat diketahui bahwa
perusahaan tersebut menggunakan sistem moduler untuk

66 Manfaat Ekonomi Standar


kerangka kontainer wadah galon airnya. Ukuran kerangka
kontainer cocok saat diangkut armadanya yang berukuran
kecil hingga besar, perbedaan hanya pada jumlah kerangka
kontainer yang diangkut. Kesesuaian ukuran produk dengan
kontainer, box, dan bak truk pengangkut tidak menyisakan
ruang terbuang yang seharusnya dapat dimanfaatkan untuk
mengangkut barang. Hasilnya dapat mengurangi biaya bahan
bakar per satuan jarak per item produk (Gambar 4.6).

Gambar 6. Sistem moduler untuk


kerangka kontainer wadah galon air
Sumber: assets.kompas.com, fjb.kaskus.co.id,
targetabloid.co.id

Untuk skala lebih luas yang mencakup wilayah internasional


dan intermodal, modul “ISO container” merupakan kontainer
yang digunakan secara masif dalam rantai pasok. ISO container
merupakan sebuah cerita sukses (ISO, 1997). Saat ini,
perusahaan yang produknya diperdagangkan secara
internasional, telah memikirkan secara dini terkait ukuran
kemasan produknya, baik utuh maupun terurai, agar dapat
efisien memanfaatkan ruang di dalam 'ISO container'. Standar
ini diatur dalam ISO 668 – Freight container yang dibuat oleh
ISO/TC 104.

Perhitungan Keuntungan dan Biaya Ekonomi Standardisasi 67


Perhitungan ekonomi:

Sisi pandang perusahaan


Penghematan yang tercakup dapat berupa reduksi
kebutuhan waktu dan sumber daya untuk bongkar muat
barang apabila dalam suatu pengantaran harus memakai
beberapa moda pengangkutan. Perhitungan ekonomi
dilakukan dengan membandingkan apabila perusahaan
menerapkan sistem modul dan tidak atau dibandingkan
dengan perusahaan lain yang tidak menerapkan atau
pengandaian apabila perusahaan tidak menerapkannya.

Gambar 7. 'ISO containers'; dengan standar maka dimensi container


menjadi baku sehingga mudah diangkut pada kapal laut, kereta, dan
truk (intermodal). Arus logistik menjadi lancar

Sumber: lh.conctantcontact.com, titantranline.com, wcnx.org

68 Manfaat Ekonomi Standar


8. Tingkat kesehatan yang semakin baik: mengurangi biaya
perawatan kesehatan dan hilangnya produktifitas.

Saat ini perusahaan di Indonesia menerapkan standar


manajemen K3 (SMK3) secara wajib yang diregulasi oleh
Kementerian Tenaga Kerja atau menggunakan standar
sukarela OHSAS 18001 dari British Standards yang sebentar
lagi akan menjadi standar ISO 45001 (saat buku ini disusun
masih dalam tahap committee draft – CD). Standar ini
digunakan untuk mengatur agar dapat tercapainya
“keselamatan 100%” atau “0% kecelakaan” saat bekerja. Hasil
penelusuran di Jurnal Internasional (dipaparkan pada Bab V),
bahkan didapatkan penelitian yang menghubungkan standar
energi dengan penurunan emisi karbon yang dapat
menurunkan biaya berobat kepada tenaga medis/dokter
akibat paparan polusi udara.

Perhitungan ekonomi:

Sisi pandang perusahaan


Penurunan biaya yang perlu dikeluarkan perusahaan
untuk menanggung biaya pengobatan, biaya duka, serta
hilangnya produktivitas karyawan yang sakit atau
kecelakaan dikurangi dengan biaya penerapan standar.
Perhitungan ekonomi dilakukan dengan pembandingan
sebelum perusahaan menerapkan standar atau
dibandingkan dengan perusahaan lain yang tidak
menerapkan atau pengandaian apabila perusahaan tidak
menerapkan standar.

9. Willingness To Pay (WTP) dari perbaikan layanan yang akan


didapatkan.

Penggunaan standar manajemen lingkungan (ISO 14001),


manajemen K3 (OHSAS 18001), manajemen energi (ISO 50001),
tanggung jawab sosial (ISO 26000), Sistem Verifikasi Vegalitas
Kayu (SVLK) atau lacak balak, standar halal, standar fair trade,
dan standar lain yang sejenis memberikan jaminan atas
permintaan pasar yang peduli pada hal-hal lebih jauh yang
tidak hanya terkait mutu yang melekat pada produk. Hal-
Perhitungan Keuntungan dan Biaya Ekonomi Standardisasi 69
hal itu antara lain berupa proses produksi yang ramah
lingkungan, keadilan pada pekerja, proses produksi yang
hemat energi, kepedulian sosial, kayu yang dapat dibuktikan
ketertelusurannya dari hutan yang dikelola secara lestari,
produk yang diproses dan berasal dari sumber halal, dan
pemberian harga yang pantas pada pemasok bahan baku.

Proses-proses tersebut tidak membuat perubahan wujud, rasa,


penampakan pada produk akhir, tetapi memerlukan proses
tambahan sehingga menuntut willingness to pay dari
pelanggan. Klaim-nya perlu dibuktikan dengan cara yang
dibakukan dan disepakati bersama dalam sebuah standar lalu
dibuktikan dengan penilaian kesesuaian untuk kemudian
diberikan pelabelan. Pembuktian penerapan standar dapat
digunakan untuk memberikan harga yang lebih tinggi dari
produk sejenis yang tidak menggunakan standar serupa.

Perhitungan ekonomi:

Sisi pandang perusahaan


Harga produk yang dapat diberikan lebih tinggi karena
adanya diferensiasi dari produk sejenis dikalikan prediksi
pasar yang dapat diraih dikurangi dengan biaya
penerapan standar; hasil dibandingkan dengan sebelum
penerapan standar.

Gambar 8. Label kayu legal Indonesia


Sumber: disperindagkop.jogjaprov.go.id

70 Manfaat Ekonomi Standar


4.2.2. Keuntungan Partisipasi dalam Pengembangan Standar

Keuntungan dapat berpartisipasi dalam pengembangan


standar adalah dapat memberikan pengaruh pada isi standar
sehingga memberikan keuntungan kompetitif.

The ISO FiX

Terdapat contoh dalam laporan DIN (2000) yang dapat dikutip


untuk hal ini, yaitu tentang 'ISO Fix System'. Volkswagen sebagai
produsen mobil Jerman mengembangkan sistem pengunci untuk
pengamanan kursi anak. Sistem ini kemudian diadopsi menjadi
standar ISO 13216-1 yang kemudian lebih dikenal dengan istilah 'ISO
Fix'.

Pada kasus ini perusahaan pembuat mobil lain harus


menyesuaikan pengait pada kursi agar sesuai dengan 'standar
Volkswagen' bila menginginkan kompatibilitas terhadap kursi anak
yang beredar di pasaran. Dapat diambil gambaran bahwa perusahaan
yang dapat memberikan pengaruh pada standar akan mendapatkan
keunggulan dibandingkan perusahaan lainnya yang sejenis (Gambar
4.9).

Gambar 9. The 'ISO Fix’


Sumber: buggybaby.co.uk, which.co.uk, childcarseats.org.uk

Perhitungan Keuntungan dan Biaya Ekonomi Standardisasi 71


Perhitungan ekonomi:

Sisi pandang perusahaan


Keuntungan penguasaan pasar, biaya yang dapat
dihindari apabila produk perusahaan tidak sesuai dan
biaya perubahan proses produksi yang diperlukan,
dikurangi dengan biaya kesertaan dalam
pengembangan standar

Nilai Mesh untuk dirt content pada produk karet alam

Kasus ini dialami oleh Indonesia ketika berhadapan dengan


Malaysia terkait dengan penetapan angka mesh untuk dirt content
produk karet alam. Indonesia dan Malaysia merupakan dua negara
penghasil karet alam terbesar dunia yang tentu akan sangat
berkepentingan dalam kaitannya dengan memberikan pengaruh
pada standar internasional yang menyangkut produk andalan mereka
di pasar dunia.

Standar ini dirumuskan pada ISO TC45/SC3 Raw materials


(including latex) for use in the rubber industry yang akan dimasukkan
pada standar ISO 2000 Rubber, raw material - guidelines for the
spesification of technically specified rubber (TSR); nilai mesh yang
diusulkan Indonesia adalah 45 mikron, sedangkan Malaysia
mengusulkan nilai 44 mikron. Standar ISO 2000 tersebut berkorelasi
dengan SNI 1903 Karet spesifikasi teknis atau lebih dikenal dengan
Standard Indonesian Rubber (SIR). Apabila nilai 44 Mikron yang
diusulkan Malaysia yang diterima, Indonesia perlu mengadakan
penyesuaian pada produknya. Hal ini tidak mudah karena
menyangkut sosialisasi dan pembinaan pada industri yang pada
ujungnya tekait pada kemampuan penyadap karet tradisional.
Walaupun hanya menjadi satu bagian dari tabel yang ada pada
standar, pada akhirnya standar ISO 2000 yang dikonsepkan oleh
Indonesia tersebut dipublikasikan pada tahun 2014 dengan nilai mesh
45 mikron, setelah perjuangan panjang hampir selama 6 tahun. (cerita
oleh Purwanto H.S)

72 Manfaat Ekonomi Standar


Gambar 10. Lembaran karet yang dibuat mengacu pada SIR
Sumber: recycleinme.com

Perhitungan ekonomi:

Sisi pandang pemerintah


Perhitungan ekonomi yang dilakukan berupa kerugian
yang akan didapatkan apabila produk andalan dalam
negeri tidak laku di pasaran dunia dibandingkan dengan
biaya subsidi penyertaan tenaga ahli dalam rangkaian
sidang-sidang internasional

Sisi pandang perusahaan


Perhitungan ekonomi dilakukan dengan menghitung
biaya yang dapat dihindari apabila produk perusahaan
tidak sesuai dan biaya perubahan proses produksi yang
diperlukan

Partisipasi dalam pengembangan standar memberikan


manfaat akses awal pada informasi dan dapat memberikan
pengaruh/masukan pada standar sesuai dengan kepentingan
perusahaan/negara. Survei dari studi DIN menunjukkan 50%

Perhitungan Keuntungan dan Biaya Ekonomi Standardisasi 73


responden menyatakan dapat memberikan pengaruhnya pada
subtansi standar, 46% dapat mencegah kandungan dari standar yang
akan dimasukkan, dan 48% dapat memasukkan kandungan yang
diinginkan kedalam standar. Dampaknya adalah ketika perusahaan
dapat mempengaruhi isi standar yang menguntungkannya, risiko
ekonomi menjadi lebih rendah karena pemenuhan untuk kesesuaian
akan lebih mudah; perusahaan disurvei menyatakan bahwa biaya R&D
tumbuh dengan tingkat yang lebih lambat ketika mereka
berpartisipasi dalam standardisasi dibandingkan dengan tidak ikut
berpartisipasi (biaya R&D lebih tinggi). Pengeluaran untuk R&D
berpotensi tereduksi ketika partisipan dalam pengembangan standar
membuat hasil mereka tersedia untuk pihak lain dan kebutuhan riset
tidak terduplikasi.

Pengodean dari praktik terbaik dan 'know-how' menjadi


sebuah standar menurut Blind (2004) adalah cara memicu difusi
teknologi yang dapat memacu pertumbuhan ekonomi dibandingkan
dengan paten yang memiliki sifat serupa dengan standar tetapi
berbeda (lihat Tabel 4.2). Pandangan ini menarik bila dinilai manfaat
ekonominya dari sisi perusahaan atau pemerintah. Perusahaan
dengan portofolio paten yang kuat cenderung mengurangi insentif
mereka untuk terlibat dalam proses pengembangan standar. Dengan
demikian, badan standar nasional atau organisasi pengembang
standar perlu mengidentifikasi teknologi baru yang menjanjikan pada
tahap yang masih awal dan mengeksplorasi potensi kebutuhan
standar atau bidang standar baru sebelum teknologi menjadi matang,
tingkat adopsi menjadi stagnan, dan mengunci dalam teknologi yang
menjadi paten.

74 Manfaat Ekonomi Standar


Tabel 4.2 Perbedaan antara standar dan paten dalam beberapa kriteria

Jenis Persamaan Perbedaan

Dampak
Penyusun Tujuan Dampak pada
Sifat
Umum Kepercayaan
Pasar

Paten ?
Membuat 1 Pihak Mendapatkan Memberikan Limitasi kurang
persamaan insentif / hak eskploitasi penggunan terpercaya
bahasa teknis keuntungan eksklusif/ teknologi.
monopoli Fragmentasi
atas hal pasar
teknis
tersebut

Standar ?
Menjelaskan Berbagai Menyediakan Memberikan Penggunaan lebih
parameter pihak, yang basis untuk akses dan luas. Kompetisi terpercaya
teknologi tergabung di pengembangan penggunaan yang adil
(produk- dalam lebih luas. bebas (atau terkait mutu
proses) organisasi Reduksi variasi dengan biaya dan harga
pengembang teknologi yg relatif lebih
standar sedikit) dari hal
teknis

Sumber: rangkuman dari Blind (2004)

4.3 Biaya Penerapan Standar dan Standardisasi

4.3.1. Biaya Penerapan Standar

Pada kondisi standar telah tersedia, standar dapat diterapkan


dengan sukarela karena kesadaran bahwa standar merupakan acuan
untuk pengadaan dan pengujian (sebagai preferential standards),
acuan mutu sebuah produk yang diterima banyak pihak (sebagai
domain standards dan business/marketing standards); diterapkan
dengan paksaan karena permintaan dari pelanggan (obligatory
standards); adanya atau peraturan wajib dari pemerintah (mandatory
standards).

Standar dapat diterapkan dengan sertifikasi atau tanpa


sertifikasi. Penerapan standar dengan sertifikasi dilakukan melalui
proses penilaian kesesuaian dan kemudian produk yang lulus berhak
diberi label/tanda kesesuaian oleh perusahaan. Sertifikasi
memberikan keyakinan dan kepercayaan, produk berkualitas dan
tidak berkualitas dapat dibedakan dengan penggunaan label/tanda
(marking). Dengan demikian, standar menjunjung moral kujujuran,
sesuai dengan yang dinyatakan oleh Deshpande, S.et al, (2000).

Perhitungan Keuntungan dan Biaya Ekonomi Standardisasi 75


Penerapan standar yang dapat dibuktikan dengan sertifikat,
menurut Swann (2000) memastikan bahwa hukum Gresham (bad
drives out good) dapat diatasi. Pada zamannya, Thomas Gresham
sebagai penasihat finansial Ratu Elizabeth I menyatakan bahwa jika
koin yang mengandung logam nilai yang berbeda memiliki nilai yang
sama sebagai alat pembayaran yang sah. Koin-koin yang terdiri atas
logam yang lebih murah akan digunakan untuk pembayaran,
sedangkan yang terbuat dari logam lebih mahal akan cenderung
menghilang dari peredaran (britannica).

Dari penerapan standar, kemudian penilaian kesesuaian


produk akhir dilakukan dengan pengujian, inspeksi, serta sertifikasi,
yang dapat dilakukan oleh sendiri (pihak I), pelanggan (pihak II), atau
lembaga penilai kesesuaian independen (pihak III). Pada tahapan ini
proses penilaian kesesuaian ulang dapat terjadi karena adanya
kegagalan. Selanjutnya, dalam proses keberterimaan produk, juga
dapat terjadi penilaian kesesuaian ulang karena tidak adanya saling
pengakuan (mutual recognition) atau adanya perbedaan regulasi
antarnegara yang mengatur penerapan standar dan penilaian
kesesuaian. Oleh karena itu, World Trade Organization (WTO) menyebut
ketiga hal ini: (1) standar, (2) penilaian kesesuaian, dan (3) regulasi,
adalah sebagai penghalang perdagangan sehingga diatur dalam
sebuah perjanjian yang kita kenal dengan Technical Barriers to Trade
(TBT) Agreement.

Dari penjelasan sebelumnya, dapat diketahui bahwa


penerapan standar memerlukan biaya. Biaya tersebut dapat segera
kita ketahui terbagi menjadi biaya internal dan eksternal. Biaya internal
merupakan biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan; antara lain
berupa:
1. biaya penyesuaian proses produksi (pembelian alat-mesin,
perubahan proses, pelatihan sumber daya manusia),
2. biaya penyesuaian bahan mentah,
3. biaya konsultansi,
4. biaya penilaian kesesuaian (biaya sertifikasi, biaya pengujian, biaya
transportasi),
5. biaya pemeliharaan (sistem produksi dan sertifikasi), dan dapat
mungkin saja biaya tersebut ditambah dengan:
6. biaya penyesuaian (proses ulang),

76 Manfaat Ekonomi Standar


7. penarikan dari pasar,
8. re-ekspor produk yang telah dikapalkan, dan
9. penghapusan produk yang telah jadi, tetapi tidak memenuhi
syarat standar.

Biaya eksternal dikeluarkan oleh pemasok, pelanggan, pihak


lembaga penilaian kesesuaian independen, atau pemerintah. Biaya
yang dikeluarkan pemasok adalah biaya yang dikeluarkan agar produk
yang dipasok memenuhi standar preferensi yang disyaratkan
perusahaan pelanggan. Biaya yang dikeluarkan oleh pelanggan adalah
biaya penilaian kesesuaian oleh pihak kedua. Untuk pihak ketiga dan
pemerintah biaya yang perlu dikeluarkan adalah berupa biaya
pengadaan infrastruktur mutu untuk penilaian kesesuaian dan
metrologi untuk ketertelusuran pengukuran. Apabila standar
diberlakukan wajib bagi pemerintah, akan terdapat pula biaya
sosialisasi dan biaya pengawasan. Namun demikian, dapat saja
perusahaan juga memiliki infrastruktur mutu dan metrologi secara
internal dengan dasar pertimbangan tertentu.

4.4 Biaya Partisipasi dalam Pengembangan Standar

Apabila standar belum tersedia dan perlu dirumuskan karena


adanya kebutuhan untuk tercapainya persaingan pasar yang sehat,
kebutuhan interoperabilitas, kebutuhan untuk bahasa terminologi
yang sama, kebutuhan sistem yang sinergis karena dibutuhkannya
operasi bersama, perusahaan perlu terlibat dalam proses
pengembangan standar.

Proses pengembangan standar memiliki tahapan yang


panjang, waktu yang lama, dan cukup kompleks karena melibatkan
berbagai pemangku kepentingan (stake holders). Waktu yang
diperlukan untuk pengembangan standar adalah 2 (dua) tahun atau
lebih. Namun, saat ini di dunia internasional dan juga di BSN sudah
dibuat usaha 'fast track' agar pengembangan standar dapat dilakukan
lebih cepat dengan melewatkan tahapan yang dirasakan tidak perlu
karena tidak terlalu banyak perbedaan pendapat. Tahapan
pengembangan standar, khususnya SNI, adalah sebagai berikut: (1)
pengusulan/permohonan standar; (2) penunjukkan/ pembentukan
Komite Teknis; (3) perumusan/penyusunan rancangan standar; (4)

Perhitungan Keuntungan dan Biaya Ekonomi Standardisasi 77


rapat teknis; (5) rapat konsensus; (6) jajak pendapat, (7)
perbaikan akhir; (8) voting; (9) penetapan; (10) publikasi; (11)
evaluasi/pemeliharaan. Dengan demikian, setelah standar
tersedia, perusahaan sebagai salah satu bagian dari pemangku
kepentingan standardisasi keterlibatannya belum berhenti
karena siklus untuk pemeliharaan standar. Skema lebih
lengkap dan kebutuhan waktu untuk pengembangan standar
ini telah dijelaskan pada Buku Pengantar standardisasi dan
tidak dipaparkan kembali pada bab ini.

Swann (2000) menyebutkan bahwa waktu untuk


pengembangan standar ini bergantung pula pada jumlah
pihak yang berpartisipasi serta luasnya kepentingan yang
dimasukkan. Semakin banyak pihak terlibat, standardisasi akan
semakin baik karena dapat dilakukan antisipasi segala
kemungkinan dari karakteristik produk. Namun, tidak selalu
baik, karena waktu yang dibutuhkan untuk mencapai
konsensus akan semakin lama dan apabila pihak yang terlibat
tidak memberikan kontribusi dan tidak menyampaikan materi
yang relevan dapat mendistraksi proses pengembangan
standar.

Grafik 1 menunjukkan bahwa kurva tentang


permintaan untuk partisipasi menurun karena semakin banyak
waktu yang diperlukan akan semakin sedikit partisipan, dan
untuk pengembangan standar yang memerlukan banyak
waktu partisipan terbesarnya adalah perusahaan besar dan
perwakilan pemerintah. Bila waktu yang diperlukan lebih
moderat, partisipan dari usaha kecil dan menengah (UKM)
dapat mengambil bagian; dan apabila waktu yang diperlukan
lebih sedikit lagi, perwakilan dari konsumen dapat mengambil
bagian. Kurva ini akan bergeser dengan partisipan yang lebih
banyak apabila terdapat subsidi.

78 Manfaat Ekonomi Standar


Time Taken
Time Required to
Blue chips Complete Process

Goverment Agencies

SMEs
Customers Demand for
Participation
with Subsidy

Demand for
Participation

Number of Participants

Grafik 1. Partisipasi versus waktu


Sumber: Swann, 2000

Dari tahapan pengembangan standar dan kurva yang telah


dipaparkan sebelumnya, biaya tangible yang diperlukan untuk
partisipasi dalam pengembangan standar antara lain:
1. biaya transportasi,
2. biaya akomodasi,
3. biaya operasional personel/ahli yang ditunjuk,
4. biaya penyelenggaraan rapat,
5. biaya penelitian, dan
6. biaya kesekretariatan.

Biaya tangible tersebut dapat bertambah dengan biaya untuk


menghimpun dukungan dari anggota lain dalam forum
pengembangan standar karena diperlukannya konsensus. Hal ini
disampaikan oleh Swann yang mengutip Takashi dan Tojo (1993)
bahwa “proses konsensus, lebih kurang mirip seperti permainan
kekuatan politik atau ekonomi walaupun topik yang dibahas adalah
murni teknis”. Sedangkan faktor intagible yang utama untuk partisipasi

Perhitungan Keuntungan dan Biaya Ekonomi Standardisasi 79


dalam pengembangan standar adalah komitmen karena
pengembangan standar memerlukan waktu yang cukup lama.

4.5 Penutup

Perhitungan keuntungan dan biaya ini pada praktiknya tidak


mudah. Seseorang yang memiliki kapasitas dalam sisi ekonomi tidak
menguasai keunikan dunia standardisasi, dan sebaliknya. Kemudian,
seseorang yang memiliki kapasitas keduanya, tetapi bukan pelaku
terkadang juga sulit menggali manfaat melalui wawancara atau
observasi. Selanjutnya, kendala timbul dari ketersediaan dan
keterbukaan data, seperti biaya produksi – jumlah produksi – jumlah
penjualan, sebelum dan sesudah penerapan standar.

Sebagai tambahan kompleksitas, biaya dan keuntungan juga


berinteraksi tidak apple-to-apple; terdapat biaya yang muncul sekali
dan ada yang berkala, sedangkan manfaat ekonomi dari standar
biasanya berkala. Manfaat standar pun harus diteliti overlap-nya antara
satu bagian dan bagian lain agar tidak terdapat perhitungan yang
tumpang tindih sehingga over calculated.

Sebagai penutup untuk bab ini, dapat disimpulkan bahwa


pemangku kepentingan perlu menyadari bahwa standardisasi
walaupun dirasakan memberikan beban, ternyata memberikan
banyak manfaat. Organisasi harus jeli dalam mengidentifikasi manfaat
dari standar karena peran standar membantu dalam melakukan
efisiensi dan terkadang tidak langsung berwujud ekonomi. Penerapan
standar haruslah memberikan nilai tambah, dan bukannya merugikan;
sama seperti ketika melakukan investasi lainnya. Selain jeli dalam
mengidentifikasi manfaat dalam penerapan standar, lebih lanjut bila
menyangkut keperluan yang lebih besar, organisasi/perusahaan/
negara perlu ikut memberikan pengaruh dalam pengembangan
standar.

80 Manfaat Ekonomi Standar


BAB V
STUDI TENTANG MANFAAT EKONOMI
STANDARDISASI
Oleh Ida Busneti dan Teguh Pribadi A

5.1 Pendahuluan

Untuk melengkapi pemahaman tentang manfaat ekonomi


standardisasi, pada bab ini disampaikan beberapa ringkasan studi
terkait, baik makro maupun mikro yang banyak dilakukan dalam
dekade terakhir. Studi-studi tersebut dilakukan dengan tujuan untuk
menentukan manfaat ekonomi dan manfaat lainnya dari penggunaan
standar yang dilakukan oleh anggota ISO, organisasi lain, dan juga
perseorangan.

Diambil dari studi-studi yang direkomendasikan ISO pada situs


www.standardsinfo.net, beberapa studi makro dapat dilihat pada
Tabel 5.1. Dari tabel tersebut kemudian dipaparkan lebih lanjut empat
ringkasan studi dari Selandia Baru (2011), Perancis (2009), Canada
(2007), dan Australia (2007). Kemudian untuk studi mikro, dijabarkan
antara lain: 2 (dua) studi dari Indonesia yang dilakukan BSN pada 2008
dan 2009, 2 (dua) studi yang dikumpulkan dari jurnal-jurnal terkini baik
berupa analisis (sebelum penerapan/implementasi) dan asesmen
(setelah penerapan/implementasi).
Tabel 5.1 Berbagai studi tentang manfaat ekonomi dari standar

No. Judul studi Dilakukan oleh Tahun

1. The Economic Benefits of The Standards Council of 2011


Standards to New Zealand New Zealand

2. The Economic Impact of AFNOR French 2009


Standardization. Association for
Technological Change, Standarization
Standards Growth In France

3. Economic Value of Standards Council of 2007


Standardization Canada

4. Standards, Innovation and Standards Australia 2007


The Australian Economy
Laporan mengambil dari
Centre for International
Economics (2006)

5. World Trade Report 2005: World Trade 2005


Standards, 'Offshoring' and Organization (WTO)
Air Transport

6. The Empirical Economics of UK Department of Trade 2005


Standards and Industry (DTI) and
British Standards
Institution (BSI)

7. Economic Benefits of DIN German Institute for 2000


Standardization. Summary of Standardization
Results. Final Report and
Practical Examples

8. The Economics of Standards; Blind, Knut 2004


Theory, Evidence, Policy

9. Standards and Sustainable IIED London. Vorley Bill, 2002


Trade: A Sectoral Analysis for Roe Dilys, Bass Steve
The Proposed Sustainable
Trade snd Innovation Centre
(STIC)

10. The Benefits Of Standards: European Committee For 2002


Trading With and Within Standardization (CEN),
Europe Brussels. Temple Paul and
Williams Geoffrey

Sumber: www.standardsinfo.net/info/benefits/benefits.html

82 Manfaat Ekonomi Standar


5.2 Studi Makro

5.2.1. Studi oleh The Standards Council of New Zealand (2011)

Studi ini menyimpulkan bahwa standar mencegah kegagalan


pasar dengan mencegah asimetri informasi dan mendorong inovasi.
Standar juga meningkatkan efisiensi pasar dengan menciptakan skala
ekonomi, memungkinkan eksternalitas jaringan, dan mengurangi
biaya dalam transaksi.

Estimasi ekonometrik membentuk hubungan yang positif dan


signifikan secara statistik antara standar dan produktivitas tenaga
kerja dan modal. Hasil studi kasus memberikan data kualitatif dalam
mendukung manfaat dari standar termasuk mengurangi biaya
transaksi, mencegah kegagalan pasar, mitigasi risiko, dan menciptakan
skala ekonomi yang meningkatkan produktivitas. Penelitian BERL juga
menyoroti bahwa keuntungan ekonomi makro adalah fungsi dari
kedua produksi yang lebih efisien (produktivitas tenaga kerja) dan
pengambilan keputusan yang lebih baik (produktivitas modal) dalam
perekonomian Selandia Baru.

Data dari analisis ekonometrik dan studi kasus kemudian


diumpankan ke tahap ketiga dari proyek, yaitu pemodelan ekonomi.
Hal ini menunjukkan bahwa standar adalah pengungkit ekonomi
yang kuat, dari waktu ke waktu, dapat menyebabkan kenaikan GDP
ekonomi tahunan Selandia Baru sebesar 1,0 persen atau $ 2,4 miliar.

5.2.2. Studi oleh Association Francaise de Normalisation - AFNOR


(2009)

Studi AFNOR, badan standardisasi nasional Perancis,


mendapatkan hasil dari sudut pandang ekonomi makro bahwa
standardisasi secara langsung memberikan kontribusi terhadap
pertumbuhan ekonomi Perancis. standardisasi memberikan
kontribusi rata-rata 0,81 % per tahun, atau hampir 25 % dari
pertumbuhan PDB. Hal ini sejalan dengan angka negara-negara yang
memimpin dalam bidang teknologi lainnya, seperti Jerman dan
Inggris.

Studi Tentang Manfaat Ekonomi Standardisasi 83


Survei mendalam kepada 1.790 perusahaan atau organisasi
dari berbagai ukuran dan sektor kegiatan menunjukkan bahwa lebih
dari 69,3% responden menyatakan bahwa standardisasi memberikan
kontribusi dalam menghasilkan keuntungan, membuktikan bahwa
standar memiliki dampak positif pada nilai perusahaan. Hal ini juga
berlaku untuk UKM dengan 250 karyawan atau kurang. Mereka
menemukan bahwa stadardisasi menguntungkan. 71,2% responden
m e n e m u k a n b a h wa b e r p a r t i s i p a s i d a l a m s t a n d a rd i s a s i
memungkinkan mereka untuk mengantisipasi kebutuhan pasar di
masa depan pada sektor tertentu. Sebanyak 61,6 % responden
menyatakan bahwa investasi dalam standardisasi adalah strategi yang
efisien untuk mempromosikan kepentingan mereka, baik di tingkat
Eropa maupun internasional.

Lima pelajaran utama yang muncul dari penelitian ini terkait


standardisasi adalah sebagai berikut.

(1) Peningkatan nilai perusahaan. Sebanyak 70% perusahaan yang


disurvei menyatakan bahwa standar memberikan kontribusi dalam
peningkatan nilai perusahaan; bukan berarti sesederhana
memberikan citra lebih baik, tetapi standardisasi dianggap sebagai
aset ekonomi. Modal pengetahuan dari keterlibatan dalam
standardisasi memberikan kontribusi nilai nyata.

(2) Memacu inovasi. Standardisasi tidak hanya mempromosikan


penyebaran inovasi tanpa mengungkapkan teknologi rahasia
perusahaan, tetapi juga memperbaharui ketertarikan pada produk.
Sebanyak 63% responden menyatakan menyukai cara ini dan
menyebutkan pula bahwa standar memungkinkan dilakukannya
diferensiasi produk secara lebih baik.

Pengalaman salah satu penulis yang sebelumnya pernah bekerja


sebagai R&D di sebuah perusahaan furnitur mendukung pernyataan
studi ini. Dengan pengetahuan akan sebuah standar uji yang akan
diterapkan pada furnitur, inovasi bentuk dan bahan pada furnitur akan
memiliki acuan dan terarah. Sebuah furnitur dapat saja dilipat dan
diurai (knock down), tetapi harus dapat mememenuhi uji kekuatan
yang sama. Perkuatan struktur dan konstruksi pada kursi yang dapat
dilipat atau diurai hingga berhasil memenuhi standar menjadi rahasia
setiap perusahaan.

84 Manfaat Ekonomi Standar


(3) Menjembatani transparansi dan etika; standar memberikan
kontribusi terhadap peningkatan kepatuhan terhadap peraturan
kompetisi. standardisasi menetapkan aturan permainan sehingga
memungkinkan untuk menghilangkan pemain yang gagal mematuhi
aturan. Hal ini mendukung persaingan pasar yang sehat.

Seringkali kita jumpai, mutu adalah sebuah kekuatan yang


tersembunyi (hidden strenght). Kita sering jumpai produk yang sama
persis bentuk, ukuran, warnanya, dan semua menyebutkan berkualitas
no.1, tetapi harga terpaut jauh berbeda. Mengapa bisa terjadi?
Perbedaan ini baru akan terbukti ketika kita telah membeli produknya
dan mendapat pengalaman dalam penggunaannya. Bila kita tidak
mengenal brand atau merk-nya, karena kurangnya informasi, kita
tidak berspekulasi dan memilih harga yang lebih murah.

Standar memberikan acuan baku mutu tunggal yang disepakati


bersama, dan yang memenuhinya (dibuktikan melalui penilaian
kesesuaian) dapat memberikan penandaan. Harga produk sejenis
yang lebih mahal, tentang 'mengapa?'-nya menjadi lebih transparan.
Istilah yang sering kita kenal 'ada harga, ada rupa' dapat diwujudkan
karena memiliki penandaan pemenuhan suatu standar;

(4) Membantu akses pasar internasional; Sebanyak 46% dari


perusahaan menemukan bahwa standar memungkinkan untuk
meningkatkan kapasitas ekspor mereka. standardisasi merupakan
sebuah 'paspor'.

Hal ini adalah suatu hal yang telah jelas. Semakin banyak standar
internasional yang diadopsi dari standar nasional suatu negara atau
standar suatu regional, atau semakin tinggi keterlibatan suatu negara
dan regional dalam pengembangan sebuah standar, akan
memberikan keuntungan akses pasar internasional pada negara atau
regional tersebut.

(5) Menjamin kualitas produk dan layanan; Sebanyak 74% responden


mengonfirmasi bahwa standardisasi memberi mereka kontrol yang
lebih besar pada masalah yang terkait dengan keselamatan, dan
sebanyak 79% mengatakan membantu mengoptimalkan kepatuhan
terhadap peraturan. Hal ini karena standar disusun oleh utusan-
utusan terbaik dari pemangku kepentingan sehingga memberikan
praktik terbaik yang informasinya dapat diakses secara luas.
Studi Tentang Manfaat Ekonomi Standardisasi 85
5.2.3. Studi oleh Standards Council of Canada (2007)

Hasil analisis empiris oleh Standards Council of Canada


menunjukkan bahwa standar memainkan peran penting dalam
meningkatkan produktivitas tenaga kerja, diukur sebagai output per
jam bekerja. Dijelaskan bahwa produktivitas tenaga kerja (output per
jam bekerja) dapat dianggap muncul dari dua sumber, yaitu
produktivitas multifaktor dan pendalaman modal. Pendalaman modal
merupakan peningkatan jumlah modal per pekerja; sedangkan
produktivitas multifaktor sendiri dibagi menjadi dua bagian yaitu
pengetahuan dan efisiensi. Standar, paten, penelitian dan
pengembangan, serta impor teknologi asing adalah beberapa faktor
yang mungkin berdampak pada tingkat pengetahuan atau kapasitas
teknologi. Standar sendiri adalah beberapa faktor yang mungkin
berdampak pada tingkat efisiensi dalam perekonomian. Dengan
demikian, standar berpotensi memainkan peran penting dalam
meningkatkan produktivitas multifaktor.

Hasil dari estimasi koefisien dalam persamaan produktivitas


tenaga kerja menunjukkan bahwa elastisitas produktivitas tenaga
kerja terhadap jumlah standar diperkirakan 0,356 (lihat Tabel 5.1) dan
ditemukan secara statistik signifikan. Hal ini memiliki arti bahwa per
peningkatan 10 persen jumlah standar akan menyebabkan
peningkatan 3,56 persen pada produktivitas tenaga kerja, atau output
per jam bekerja. Artinya, standar memainkan peranan penting dalam
meningkatkan produktivitas tenaga kerja di Kanada.

Tabel 5.1 Hasil Estimasi Produktivitas Tenaga Kerja Terhadap Jumlah


Standar

Sumber: Standards Council of Canada (2007)

86 Manfaat Ekonomi Standar


Selama masa studi 1981-2004, standardisasi menyumbang
17% dari tingkat pertumbuhan produktivitas tenaga kerja yang
dikonversi menjadi sekitar 9 persen dari GDP riil. Pada tahun 2004, GDP
riil akan diharapkan menjadi $ 62 milyar lebih rendah jika tidak ada
pertumbuhan standar selama periode 1981-2004 (Grafik 5.1)

Grafik 5.1 GDP riil Canada dan ekspektasinya apabila tanpa standar
periode 1981-2004
Sumber: Standards Council of Canada (2007)

5.2.4. Studi oleh Standards Australia (2007 – laporan mengambil


dari Centre for International Economics 2006)

Hasil studi pada level makro yang dilakukan Standards


Australia membahas standar pada level agregat menggunakan
pendekatan statistik untuk menjelaskan perubahan dalam
produktivitas ekonomi luas. Hasil menunjukkan bahwa terdapat
hubungan antara stok standar dengan produktivitas. Selama 40 tahun
hingga 2002, kenaikan 1 persen dalam jumlah Standar Australia
dikaitkan dengan peningkatan 0,17% dalam produktivitas. Standar
juga dapat dianggap, bersama dengan pengeluaran litbang (R&D)
sebagai faktor yang berkontribusi terhadap bekal pengetahuan, dan
studi menemukan bahwa 1% peningkatan gabungan pengetahuan ini
mengarah ke 0,12% peningkatan produktivitas.

Studi Tentang Manfaat Ekonomi Standardisasi 87


Studi di Australia ini menemukan kesulitan untuk memberikan
hasil yang sama dengan studi DTI (Departemen Perdagangan dan
Industri-Inggris) yang dilakukan pada tahun 2005. DTI menemukan
hasil positif signifikan pada analisis produktivitas tenaga kerja
dianggap fungsi dari rasio modal terhadap tenaga kerja dan stok
standar. Sebagai alternatif, Australia menggunakan pendekatan
dengan memperlakukan standar sebagai variabel yang membantu
menentukan stok pengetahuan dalam perekonomian dan
berinteraksi dengan variabel lain, seperti R&D. Dalam pendekatan ini,
pengetahuan baru ditentukan oleh pertumbuhan R&D dan bersama-
sama dengan pertumbuhan standar yang digunakan dalam membuat
persamaan. Sebagai hasilnya, Grafik 5.2 menunjukkan hubungan yang
kuat dan positif antara Total Factor Productivity (TFP) dengan
gabungan stok R&D dan standar.

Grafik 5. 2 Hubungan TFP dan gabungan pengetahuan (stok R&D


dan standar)
Sumber: estimasi CIE, 2006

Selanjutnya, Grafik 5.3 menunjukkan bahwa, secara rata-rata,


satu persen peningkatan stok gabungan dari pengetahuan (standar
dan R&D) mengarah kepada 0,12 persen peningkatan TFP, dengan
tingkat interval kepercayaan 95 persen adalah antara 0,10 sampai 0,13,
yang menunjukkan bahwa elastisitas tersebut diperkirakan cukup
tepat. Hasil ini bahkan juga menunjukkan bahwa terdapat konsistensi
dengan ide bahwa standar bertindak sebagai sarana menyebarkan
atau mewujudkan pengetahuan.

88 Manfaat Ekonomi Standar


Grafik 5.3 Kombinasi dampak stok R&D dan standar pada TFPa
Sumber: estimasi CIE, 2006

Pada tingkat mikro, studi ini menunjukkan dampak standar.


Empat kelompok standar yang dibahas, yaitu standar sampel di
industri pertambangan, standar dalam industri air dan listrik, dan
standar manajemen risiko. Ditemukan bahwa standar dalam industri
air dan listrik menghasilkan manfaat ekonomi sekitar $ 1,9 miliar per
tahun sementara standar sampel mineral menghasilkan manfaat
antara $ 24 juta hingga $ 100 juta per tahun. Manfaat lainnya
menunjukkan bahwa standar menyebarkan pengetahuan,
menyediakan bahasa umum untuk diskusi, mendukung pasar dan
membantu masalah eksternalitas, mendukung inovasi, mengurangi
biaya produksi dan meningkatkan produktivitas, membantu
memberikan hasil pada peningkatan keselamatan dan membantu
dalam manajemen risiko. Temuan ini konsisten dengan penelitian
serupa yang dilakukan di Inggris pada tahun 2005 dan di Jerman pada
tahun 2000 (studi nomor 6 dan 7 pada Tabel 5.1)

Studi Tentang Manfaat Ekonomi Standardisasi 89


5.3 Studi Makro

5.3.1. Studi yang Dilakukan di Indonesia oleh BSN

5.3.1. 1 Kajian Dampak Ekonomis Penerapan SNI pada Produk Prioritas


Terhadap Ekonomi Nasional (2008)

Kajian ini bertujuan untuk mengetahui nilai ekonomis dalam


menerapkan SNI pada produk AMDK, garam konsumsi beryodium,
minyak goreng, serta pupuk SP36 dan pupuk KCl.

Pada kajian tersebut, perhitungan nilai ekonomis penerapan


SNI produk dihitung dari dua faktor yaitu faktor, penilaian kesesuaian
dan faktor penolakan barang impor yang tidak memenuhi SNI. Barang
impor yang tidak memenuhi SNI akan merugikan negara, untuk itu
harus ditolak. Apabila produk impor yang tidak memenuhi SNI
tersebut ditolak, itu merupakan saving, cost reduction dan cost
avoidance yang artinya memberikan keuntungan bagi perekonomian
nasional. Kajian dilakukan menggunakan data tahun 2006-2008 dan
tidak menghitung biaya produksi.

standar = D
d - biaya pengujian produk - biaya sertifikasi produk

= (harga jual produk berSNI – harga jual produk non SNI) x data
D
produksi nasional

Nilai ekonomis = d
standar + nilai penolakan barang impor tidak

memenuhi SNI

Pembahasan kajian tersebut menghasilkan nilai ekonomis


setiap produk adalah: AMDK sebesar Rp 3,4 trilyun, produk minyak
goreng Rp 18,6 triliun, garam beryodium Rp 547 miliar, Pupuk SP 36
Rp 87,3 miliar dan Pupuk KCl Rp 1,4 triliun.

5.3.2. Kajian Awal Manfaat Standar Terhadap PDB dengan


Pendekatan Nilai Tambah (2009)

Tujuan dari kajian ini adalah untuk mengetahui nilai pengaruh


SNI terhadap Nilai Tambah (NT) pada sektor industri pengolahan dan
PDB dengan melihat kepada data kontribusi Nilai Tambah Industri
Besar dan Sedang Penerap SNI terhadap NT Industri Besar dan Sedang,
berdasarkan hasil penelitian sebelumnya pada tahun 2007.
90 Manfaat Ekonomi Standar
Hasil yang didapatkan adalah kontribusi nilai tambah industri
penerap SNI terhadap nilai tambah industri besar dan sedang sebesar
142,45 triliun rupiah atau 23,81 persen pada tahun 2007; dengan
kontribusi nilai tambah industri penerap SNI terhadap Produk
Domestik Bruto (PDB) sebesar 3,61 persen tahun 2007. Metode regresi
linier juga memperlihatkan bahwa penambahan 1 dokumen SNI yang
dihasilkan oleh BSN dapat menambah nilai tambah sebesar
Rp104.661.000,- berdasarkan harga 1997, dengan asumsi SNI
bertendensi kuat untuk diterapkan.

5.3.3. Studi Mikro Lainnya

5.3.3.1 A Survey of State-Level Cost and Benefit Estimates of Renewable


Portfolio Standards (2014)

Studi ini dilakukan oleh National Renewable Energy Laboratory


(LBNL) di tahun 2014 pada beberapa negara bagian di USA. Studi
dilakukan dengan tujuan mengevaluasi kebijakan Renewable Portfolio
Standards (RPS) yang telah ada, menilai perlunya perubahan atau
pertimbangan dibuatnya kebijakan baru. Temuan utama terkait biaya
adalah bahwa selama periode 2010-2012 estimasi biaya rata-rata
bertumbuh untuk pemenuhan RPS di Amerika Serikat setara dengan
1,2% dari tarif listrik retail; sedangkan untuk manfaat yang didapat
adalah pengurangan emisi CO2 yang berdampak pada kesehatan
dengan estimasi sekitar $4-23 per MWh generasi listrik terbarukan,
dampak ekonomi sebesar $22-30 per MWh generasi listrik terbarukan,
dan penurunan harga di pasar grosir sebesar $2-50 per MWh generasi
listrik terbarukan.

5.3.3.2 Cost-benefit analysis of implementing minimum energy


efficiency standards for household refrigerator-freezers in
Malaysia (2003)

Studi ini dilakukan oleh Mahlia, dkk dari Department of


Mechanical Engineering, University of Malaya. Dalam studi ini
didapatkan angka penghematan tagihan selama 8 tahun periode
studi sebesar RM 2.050 juta. Mereka menerangkan pula bahwa
efisiensi lemari pendingin-pembeku bertumbuh sekitar 3% per tahun
tanpa adanya standar. Hal ini disebabkan adanya kemajuan teknologi.
Statistik menunjukkan standar hanya efektif selama 8 tahun, dengan
Studi Tentang Manfaat Ekonomi Standardisasi 91
penerapannya memberikan dampak keluarnya produk yang tidak
efisien dari pasaran. Namun, ketika efisiensi kebanyakan produk telah
melampaui dari apa yang disyaratkan di dalam standar, standar
menjadi tidak lagi relevan sehingga perlu ditinjau ulang untuk
mendorong pada tingkat efisiensi peralatan rumah tangga yang lebih
baik.

5.4 Contoh Lebih Luas Terkait Studi Keuntungan Standardisasi

Untuk contoh yang lebih luas, manfaat ekonomi dari


standardisasi dapat pula dilihat pada studi tentang skema saling
pengakuan untuk penilaian kesesuaian (Mutual Recognition-MR).
Skema ini telah diwujudkan secara nyata oleh International Laboratory
Accreditation Cooperation (ILAC), International Accreditation Forum
(IAF), serta IEC System of Conformity Assessment Schemes for
Electrotechnical Equipment and Components (IECEE). Pada konsep teori
saling pengakuan ini, usaha 'one standard, one test, accepted
everywhere' dicoba untuk diwujudkan, dan juga merupakan hal yang
ditekankan dalam WTO-TBT Agreement untuk kelancaran arus
pedagangan.

Studi terkait topik ini tidak banyak ditemukan. Hasil yang bisa
ditemukan adalah studi oleh Pelkmans (2002) yang membahas saling
pengakuan di wilayah Uni Eropa (EU). Pelkmans menyebutkan bahwa
terdapat empat keuntungan ekonomi strategis saling pengakuan di
pasar barang. Pertama, pasar barang internal (dalam kawasan UE)
dapat ditetapkan jauh lebih mudah dan lebih cepat. Kedua, saling
pengakuan memiliki kecenderungan membatalkan kepentingan
sepihak atau alasan birokrasi. Ketiga, saling pengakuan memberikan
landasan prasyarat untuk adanya regulasi, bahwa MR (Marginal
Revenue) perlu untuk dipertimbangkan. Keempat, saling pengakuan
mendorong negara anggota untuk memikirkan ulang solusi regulasi
nasional mereka dan fokus pada 'apa yang penting' dan apa yang
dapat dipakai menjadi standar untuk dipakai bersama. Hal ini
memberikan pembelajaran kepada negara anggota tentang
merumuskan regulasi dengan praktik terbaik dan memperkuat
insentif untuk meningkatkan kualitas regulasi.

Pada dasarnya, terdapat dua cara pendekatan untuk

92 Manfaat Ekonomi Standar


mengalkulasi dampak ekonomi langsung dari MR. Pertama, seseorang
dapat menganggap standar dan peraturan nasional sebagai
hambatan masuk dan saling pengakuan kemudian akan mengubah
paparan kompetitif dari perusahaan domestik yang beroperasi di
pasar nasional. Kedua, seseorang dapat menganggap aturan Safety
Health Environment Consumer Protection (SHEC) nasional atau standar
dan penilaian kesesuaian sebagai sinyal kualitas yang bila tidak
dipenuhi akan mengakibatkan kerugian. Dalam analisis sederhana
tersebut, saling pengakuan bermuara pada rezim regulasi yang pro-
kompetitif.

5.5 Penutup

Dari pemaparan beberapa studi yang telah dilakukan di dunia


dan juga di Indonesia, hal yang dapat disimpulkan adalah bahwa
mendemonstrasikan manfaat dari penerapan standar dalam bentuk
ekonomi, baik secara makro maupun mikro perlu dilakukan dan
banyak pihak telah melakukan studi terkait perhitungan ekonomi dari
standardisasi dengan berbagai variasi metode dan objek studi. Dengan
demikian diharapkan pembaca akan akan mendapatkan gambaran
besar terkait penerapan studi perhitungan keuntungan ekonomi dari
standardisasi yang selanjutnya dapat memicu pengembangan studi
dengan topik yang serupa ataupun yang berbeda dengan studi
sebelumnya.

Metode Perhitungan Manfaat Ekonomi dari Standar (EBS) Oleh ISO 93


BAB VI
METODE PERHITUNGAN MANFAAT EKONOMI
STANDAR – ECONOMIC BENEFITS OF
STANDARDS (EBS) OLEH ISO
Oleh Teguh Pribadi A dan Haryanto

6.1 Pendahuluan

Studi mengenai manfaat ekonomi maupun sosial dari standar,


terutama standar yang diterapkan secara sukarela, menjadi penting
untuk meningkatkan kesadaran pelaku ekonomi (produsen,
konsumen, dan/atau pemerintah) terhadap pentingnya standar.
Dalam bab 5 sudah dijelaskan mengenai studi atau riset yang
dilakukan beberapa negara lebih dari satu dekade yang lalu untuk
mengetahui manfaat (benefit) standar secara ekonomi, baik dalam
skala mikro maupun makroekonomi. Dalam bab ini akan dijelaskan
mengenai metodologi yang dikembangkan oleh ISO dalam
menghitung manfaat ekonomi dari standar, dimulai dari latar
belakang ISO mengembangkan metode ini, prinsip metodologi,
penerapan metodologi oleh industri di Indonesia, hingga umpan balik
untuk pengembangan studi kasus metodologi.

6.2 Sekilas tentang Metodologi ISO untuk Perhitungan EBS

Metodologi yang didiseminasikan untuk digunakan bersama


adalah metodologi EBS dari ISO, maka bagaimana perhitungan
manfaat ekonomi dari standar diberikan penekanan pada metodologi
tersebut. Dijelaskan dalam ikhtisar buku 'Economic benefits of
standards – International case studies – Volume 1', metodologi
perhitungan EBS oleh ISO dimunculkan sebab hasil dari studi-studi
yang sudah pernah dilakukan sebelumnya sulit dibandingkan karena
pendekatan yang berbeda-beda, tidak ada metodologi yang umum
dalam menilai manfaat ekonomi standar. Untuk menyamakan basis
metode dalam melakukan penilaian manfaat ekonomi standar, ISO
bekerja sama dengan konsultan strategi Roland Berger semenjak 2008
hingga 2010 mengembangkan “Metodologi ISO”. Pada fase 1 (2008)
mereka menganalisis dan membandingkan studi-studi dan
metodologi terkait, pada fase 2 (2009) mereka mengembangkan
metodologi umum, dan pada fase 3 (2009) mereka mencoba
mengaplikasikannya dalam proyek percobaan. Metodologi ISO baru
dipublikasikan dan diujikan oleh anggota pada tahun 2010, termasuk
di Indonesia.

Metodologi ISO memiliki fokus pendekatan mikroekonomi,


utamanya untuk melingkupi penilaian dalam sebuah organisasi yang
mencari keuntungan atau badan usaha, namun dapat diperluas
lingkupnya pada organisasi publik, ditingkat sektor, negara, dan
analisis rantai nilai internasional. Hal ini dimungkinkan karena
Metodologi ISO didasarkan pada identifikasi dampak standar dengan
Value Chain Analysis (VCA). VCA merupakan konsep manajemen bisnis
yang dikembangkan oleh Professor Michael Porter. Rantai nilai dapat
menghubungkan antara fungsi bisnis dalam satu perusahaan,
beberapa perusahaan dalam satu sektor industri, dan beberapa sektor
industri dalam satu negara.

Gambar 6.1 Value chain sebuah perusahaan


Sumber: ISO presentation. Key concept used on ISO methodology

96 Manfaat Ekonomi Standar


Berdasarkan hasil terkini pada April 2014 saat konferensi The
Benefits of Standards di Singapura, Metodologi ISO telah diaplikasikan
kepada hampir 30 perusahaan dengan bidang usaha yang luas seperti
makanan-minuman, retail, konstruksi, EE, rumah sakit, IT, bank dan
asuransi, pengepakan, jasa meteorologi, transportasi, dan lain-lain, di
20 Negara yang berada di Asia, Afrika, Eropa dan Amerika Selatan;
beberapa diantaranya telah dikompilasikan dalam buku “Economic
benefits of standards – International case studies – Vol.1 dan Vol. 2” dan
“Fact Sheets”.

Gambar 6.2. Buku kompilasi studi kasus penerapan Metodologi ISO


Sumber:
http://www.iso.org/iso/home/standards/benefitsofstandards/benefits_of_standards.htm

6.3 Prinsip Metodologi ISO

Secara mendasar, sesuai dengan yang telah dibahas pada bab


sebelumnya, tujuan dilakukannya perhitungan manfaat ekonomi dari
penerapan standar adalah untuk meningkatkan kesadaran pemangku
kepentingan untuk menerapkan dan berpartisipasi aktif dalam
pengembangan standar. Terkait dengan hal itu, maka tingkatan
standar yang diinginkan untuk dinilai manfaat ekonominya adalah
standar nasional/internasional yang diberlakukan sukarela. Hal ini
dikarenakan standar internal perusahaan, standar asosiasi, dan

Metode Perhitungan Manfaat Ekonomi dari Standar (EBS) Oleh ISO 97


standar nasional yang diberlakukan wajib asumsinya adalah sudah
tentu diterapkan oleh perusahaan. Efek dari standar nasional/
internasional yang dibuat secara konsensus dan sukarela juga perlu
dibuktikan manfaatnya dalam memberikan kemudahan dan efisiensi
dalam skala luas.

Mengacu pada Methodology Guide-Version 1, dan 'Key concept


used in the ISO Methodology', secara singkat Metodologi ISO dilakukan
dalam 4 tahapan, yaitu:
? Tahap 1; melakukan analisa value chain, kemudian menentukan
lingkup fungsi organisasi yang akan dilakukan studi
? Tahap 2; mengidentifikasi standar yang digunakan serta
dampaknya pada efisiensi aktivitas di dalam fungsi organisasi,
? Tahap 3; identifikasi value drivers, mengidentifikasi dampak
standar dan hubungannya dengan value drivers;
? Tahap 4; identifikasi indikator operasional terkait (biaya SDM,
biaya listrik, biaya bahan baku, dan sebagainya)
? Tahap 5; melakukan perhitungan ekonomi dari dampak standar

Pada tahap 3, dampak standar perlu dihubungkan dengan value


driver perusahaan, karena secara filosofis 'apa artinya bila tidak
memberikan dampak yang mendukung nilai perusahaan?'.

Pelaksanaan Metodologi ISO menggunakan teknik


wawancara pada staf perusahaan yang berkompeten dari lingkup
fungsi bisnis yang dinilai dan diperlukan izin manajemen puncak
terkait dengan informasi yang dapat dipublikasikan dan yang tidak.
Observasi pada proses juga diperlukan. Selanjutnya, hasil akhir
perhitungan manfaat ekonomi dipersentasekan kepada Ernings
Before Interest and Tax (EBIT). Sebagai catatan penting, metodologi ISO
tidak menghiraukan biaya yang dikeluarkan untuk menerapkan
standar; tidak dihitungnya biaya penerapan standar diindikasikan
karena biaya penerapan standar tinggi pada awal dan akan menurun
setelah selang periode tertentu, sehingga hal yang perlu difokuskan
adalah keuntungan ekonomi yang didapat dari penerapan standar
per satuan waktu dan nantinya diharapkan akan terdapat titik impor
(break-even points).

98 Manfaat Ekonomi Standar


Dalam praktik penerapan metodologi ISO tentang EBS,
tahapannya dapat diubah atau dimodifikasi urutannya seperti yang
dapat dilihat pada hasil-hasil kumpulan studi kasus penerapan
metodologi tentang EBS oleh para anggota ISO; SPRING-Singapura
yang melakukan studi kasusnya di perusahaan Fair Price terlebih
dahulu menentukan standar yang akan dicari menfaatnya kemudian
menganalisa value chain yang terkena dampak. Namun demikian,
perubahan yang dilakukan tetap didasari dengan filosofi untuk
mencapai tujuan akhir yang sama.

Identifikasi value chain/rantai nilai.


Menentukan lingkup studi

Inventori dan pemetaan standar


yang digunakan dalam fungsi bisnis

Identifikasi value drivers.


Identifikasi dampak standar dan studi hubungan
dampak penerapan standar pada value drivers

Identifikasi indikator operasional


(agar manfaat penerapan standar dapat ditransfer
menjadi nilai ekonomi)

Kuantifikasi dampak

EBS

Gambar 6.3. Tahapan dalam melakukan Metodologi ISO


Sumber: ISO Focus+, Volume 1, No. 6, Juni 2010. modifikasi

Metode Perhitungan Manfaat Ekonomi dari Standar (EBS) Oleh ISO 99


6.4 Prinsip Metodologi ISO di Indonesia

6.4.1. Bidang material konstruksi; PT.Wijaya Karya (WIKA) Beton

Pada awal diseminasi metode ISO tentang EBS di tahun 2010,


Indonesia melalui BSN termasuk pihak yang pertama kali mencoba
metode ini, dan pihak perusahaan yang bersedia menjadi objek studi
kasus adalah Pabrik PT.Wijaya Karya (WIKA) Beton di Bogor.

Dalam studi kasus ini setelah melakukan analisis rantai nilai


(VCA) dipilih fungsi bisnis Engineering/R&D, inbound logistic,
production, dan karena dianggap sebagai alur yang bersambung.
Hasilnya adalah, dari keempat bagian tersebut didapatkan manfaat
ekonomi dari standar sebesar Rp. 1,051,664,522/tahun atau sebesar
5,97%/tahun dari EBIT.

6.4.2. Bidang bahan baku makanan, PT. Indofood Sukses Makmur;


dan makanan-minuman, PT. Garuda Food

Penerapan metodologi ISO di Indonesia juga sudah


diterapkan di sektor industri makanan; PT. Indofood Sukses Makmur
Divisi Bogasari Flour Mills, Jakarta dengan produk utamanya tepung
terigu dan PT. Garudafood Putra Putri Jaya Surabaya yang produk
utamanya biskuit coklat. Fungsi bisnis utama yang dipillih pada kedua
perusahaan tersebut adalah: procurement, inbound logistic, produksi,
dan outbound logistic. Keuntungan ekonomi dari penerapan standar
pada PT. Indofood Sukses Makmur Divisi Bogasari Flour Mills adalah
sebesar Rp. 38.571.957.500 (0,3% dari total penjualan) dan
keuntungan ekonomi dari penerapan standar pada PT. Garuda Food
Putra Putri Jaya Divisi Biskuit adalah sebesar Rp. 7.650.052.560.

6.5 Umpan balik dari penerapan Metodologi ISO tentang EBS


(2010-2014) dan kebutuhan jenis studi kasus lain

Dalam konferensi The Benefits of Standards yang dilaksanakan


pada April 2014 di Singapura, berkumpul negara anggota yang pernah
melakukan studi kasus penerapan Metodologi ISO dan pemangku
kepentingan lain untuk membahas mengkonsolidasikan dan berbagi
temuan-temuan. Beberapa hasil umpan balik yang muncul antara lain:

100 Manfaat Ekonomi Standar


Metodologi EBS dari ISO dan hasil studi kasusnya sangat
?
bermanfaat. Metodologi ISO menyediakan kerangka acuan yang
umum dan terstruktur sehingga memberikan hasil yang
mendekati sama dan memungkinkan untuk diperbandingkan.
Studi kasus dapat diterapkan dalam komunikasi dengan
perusahaan dan pemangku kepentingan lainnya untuk mencapai
pemahaman tentang manfaat dan nilai standar
Terdapat banyak manfaat-manfaat standar yang tidak dapat
?
dikuantifikasikan; namun perlu untuk tetap diinventarisir dan
dikoleksi
Studi kasus perlu menangkap dan melaporkan kendala yang
?
dialami perusahaan dalam menerapkan standar
Partisipasi perusahaan dalam menerapkan metodologi masih
?
menjadi topik kritis karena terkait dengan kerahasiaan data dan
informasi perusahaan, teknik khusus dalam menjalankan proses
bisnis – produksi, dan sebagainya
Hasil studi tergantung secara signifikan kepada bagaimana
?
orang-orang dalam tim penelitian/tim assessment menerapkan
metodologi
Dalam mengkomunikasikan manfaat standar terdapat tantangan
?
antara lain: UKM masih memandang penerapan standar sebagai
beban, hanya menambah biaya dan kurang melihat manfaatnya;
pada sisi konsumen masih bersifat sensitif terhadap harga dan
kurang memberi perhatian pada kualitas (yang terkadang
memang tidak terlihat dan baru terasa perbedaan dan hasilnya
setelah digunakan), serta konsumen juga kurang melihat
hubungan kualitas dengan penerapan standar
Pemisahaan kontribusi standar pada sebuah dampak dengan
?
standar lain dan faktor lain terkadang masih sulit, sehingga
digunakan persen konstribusi standar yang ditetapkan dengan
“expert judgment” dari pihak perusahaan
Untuk standar yang sangat umum seperti ISO 9001 sistem
?
manajemen, terdapat “continuous improvement”, sejauh mana
dampak tersebut dapat diklaim karena hasil dari menerapkan
standar?
Ketiadaan data perusahaan sebelum menerapkan standar
?
menjadi kendala kritis

Metode Perhitungan Manfaat Ekonomi dari Standar (EBS) Oleh ISO 101
Beberapa tindak lanjut yang perlu dilakukan antara lain:

Perlu lebih banyak studi kasus, khususnya yang menyoroti


?
manfaat standar untuk UKM (dengan syarat UKM tersebut telah
menerapkan standar) karena hasil studi kasus dari perusahaan
besar kurang bermanfaat untuk 'memberikan kesadaran tentang
manfaat standar”bagi UKM
Perlu dilakukan studi pada sektor/level baru untuk
?
memperkirakan potensi lain dari manfaat standar
Perlu dihitungnya biaya pelaksanaan standar (berbeda dari biaya
?
sertifikasi). Saat ini dalam metodologi ISO tidak terdapat
perhitungan untuk biaya
Pe r l u n y a p e m b a n d i n g a n a n t a r s t u d i k a s u s u n t u k
?
mengidentifikasi secara sistematis guna pengembangan
metodologi.
Perlu pengembangan kuesioner yang terstruktur dan detail untuk
?
digunakan dalam wawancara
Perlunya metodologi untuk melingkupi standar berlaku wajib dan
?
standar internal perusahaan
Perlunya studi kasus yang melingkupi level industri dan level
?
negara
Guna keperluan perbandingan antar studi kasus, laporan perlu
?
menyebutkan durasi studi, dan jabatan pihak perusahaan yang
diwawancara.
Perlunya studi kasus untuk standar yang spesifik
?

6.6 Penutup

Dari pembahasan bab ini dapat disimpulkan bahwa kajian atau


studi manfaat ekonomi menjadi perhatian organisasi standardisasi,
baik nasional dan internasional. Dibutuhkan metode baku yang dapat
diacu dalam mengukur manfaat ekonomi, baik dalam skala mikro
maupun makro sehingga hasilnya dapat dibandingkan dan
diakumulasi. Metode ini diterapkan pertama kali tahun 2009 di sektor
industri otomotif (mobil) oleh 40 perusahaan di 13 negara, dan
merupakan hasil studi yang komprehensif dari semua rantai nilai di

102 Manfaat Ekonomi Standar


industri otomotif, mulai dari manufaktur, pemasok bahan baku,
penyedia jasa, dan dealer. Metode ini akhirnya diterapkan di berbagai
sektor industri, yaitu konstruksi, retail, telekomunikasi, agribisnis, dan
lain sebagainya. Meskipun sudah teruji, metode ini perlu
dikembangkan lagi, terutama untuk studi kasus penerapan standar di
Industri Kecil dan Menengah.

Metode Perhitungan Manfaat Ekonomi dari Standar (EBS) Oleh ISO 103
Glosarium

Istilah Definisi

Akreditasi Pengesahan dari pihak ketiga terkait dengan


lembaga penilaian k esesuaian yang
memberikan pernyataan formal
kompetensinya untuk melaksanak an
kegiatan penilaian kesesuaian tertentu

Barang inferior Barang yang jumlah permintaannya akan


turun seiring dengan peningkatan
pendapatan masyarakat

Biaya Semua yang perlu dikeluarkan (dikorbankan)


untuk suatu proses produksi, yang dinyatakan
dengan satuan uang menurut harga pasar
yang berlaku, baik yang sudah terjadi
maupun yang akan terjadi

Biaya eksternal Biaya yang seharusnya ditanggung oleh


perusahaan sebagai akibat operasional
perusahaan yang menimbulkan dampak
negatif bagi lingkungan sekitar usahanya

Biaya internal Segala biaya yang dikeluarkan dalam rangka


operasional perusahaan

Biaya langsung Biaya-biaya yang jelas dapat dibebankan


secara langsung ke departemen atau bagian
yang bersangkutan

Biaya tak langsung Biaya yang tidak dapat secara akurat dikaitkan
dengan objek biaya tertentu
Istilah Definisi

Biaya penerapan Biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan,


standar pemasok, pelanggan, pihak lembaga
penilaian kesesuaian atau pmerintah agar
produknya memenuhi standar preferensi
yang disyaratkan.

BSN Badan Standardisasi Nasional

Dampak ekonomi Pe n g a r u h d a r i s e g i e k o n o m i y a n g
standardisasi ditimbulkan oleh penggunaan atau produksi
barang dan atau jasa yang berstandar

Dampak intermediasi Pengaruh yang ditimbulkan karena proses


pembelian dana dari unit surplus (penabung)
untuk selanjutnya disalurkan kembali kepada
unit defisit (peminjam), yang bisa terdiri dari
unit usaha, pemerintah dan juga rumah
tangga

Economic Benefit of Manfaat standardisasi dalam kegiatan


Standard ekonomi

Ekspor Penjualan barang ke luar negeri dengan


menggunakan sistem pembayaran, kualitas,
kuantitas dan syarat penjualan lainnya yang
telah disetujui oleh pihak eksportir dan
importir

Estimasi ekonometrik Perkiraan kombinasi dari teori ekonomi,


matematika ekonomi dan statisitk, tetapi
ketiga aspek tersebut berbeda satu sama lain

GDP Nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan


oleh berbagai unit produksi di wilayah suatu
negara dalam jangka waktu setahun

106 Manfaat Ekonomi Standar


Istilah Definisi

Impor Proses pembelian barang atau jasa asing dari


suatu negara ke negara lain. Impor barang
secara besar umumnya membutuhkan
campur tangan dari bea cukai di negara
pengirim maupun penerima

Infrastruktur mutu Jejaring yang terintegrasi terdiri dari orang,


sistem dan organisasi yang terlibat dalam
penelitian, pendefinisian, pengembangan
dan promosi mutu barang, layanan dan
proses melalui tiga pilar yang meliputi
standardisasi, penilaian kesesuaian dan
metrologi

Inspeksi Pemeriksaan terhadap desain produk, produk,


proses, pabrik (plant) atau instalasi dan
penetapan kesesuaiannya dengan
persyaratan tertentu atau persyaratan umum
berdasarkan pertimbangan profesional.

Inspektor Orang yang bertugas melakukan kegiatan


inspeksi

Interopabilitas Kemampuan berbagai ragam sistem untuk


bekerja sama dan kemampuan sebuah sistem
untuk bekerja atau digunakan oleh sistem
lain

Inventory material dan persediaan yang keduanya


dimiliki oleh suatu badan usaha atau institusi
untuk penjualan atau persediaan masukan
untuk proses produksi

Investasi Mengeluarkan sejumlah uang atau


menyimpan uang pada sesuatu dengan
harapan suatu saat mendapat keuntungan
finansial

Glosarium 107
Istilah Definisi

Jasa Aktivitas ekonomi yang melibatkan sejumlah


interaksi dengan konsumen atau dengan
barang-barang milik, tetapi tidak
menghasilkan transfer kepemilikan

Kalibrasi Kegiatan untuk menentukan kebenaran


konvensional nilai penunjukkan alat ukur dan
bahan ukur dengan cara membandingkan
terhadap standar ukur yang mampu telusur
(traceable) ke standar nasional maupun
internasional untuk satuan ukuran dan/atau
internasional dan bahan-bahan acuan
tersertifikasi

Kajian Belajar mempelajari; memeriksa; menyelidiki;


memikirkan (mempertimbangkan dsb);
menguji; menelaah: baik buruk suatu perkara,
dengan kata lain suatu proses yang dilakukan
dengan mempelajari, memeriksa,
menyelidiki, memikirkan dengan
pertimbagan yang matang dan kritis
mengenai baik buruknya terhadap perkara

Ketertelusuran Suatu proses yang menunjukkan bahwa skala


alat ukur (ukuran suatu bahan) sesuai dengan
standar ukur tingk at nasional atau
internasional

Komite teknis Organisasi yang dibentuk dan ditetapkan


oleh BSN, yang beranggotakan para ahli yang
menangani lingkup tetentu dan mewakili
pihak yang berkepentingan, bertugas
melakukan perumusan Rancangan SNI (RSNI)
dan pemeliharaan SNI

108 Manfaat Ekonomi Standar


Istilah Definisi

Konsumsi Suatu kegiatan yang bertujuan mengurangi


atau menghabiskan daya guna suatu benda,
baik berupa barang maupun jasa, untuk
memenuhi kebutuhan dan kepuasan secara
langsung

Kontrol mutu Pr o s e s d e t e k s i d a n k o r e k s i a d a ny a
penyimpangan atau perubahan segera
setelah terjadi, sehingga mutu dapat
dipertahankan

Konsensus Kesepakatan yang disetujui secara bersama-


sama antarkelompok atau individu setelah
adanya perdebatan dan penelitian yang
dilakukan dalam kolektif intelijen untuk
mendapatkan konsensus pengambilan
keputusan

LPK Lembaga yang melakukan kegiatan penilaian


kesesuaian

Manfaat ekonomi Manfaat standardisasi dalam kegiatan


standar ekonomi

Makna standardisasi Proses merencanak an, merumusk an,


menetapkan, menerapkan, memberlakukan

Makro ekonomi Studi tentang ekonomi secara keseluruhan

Mikro ekonomi Cabang dari ilmu ekonomi yang mempelajari


perilaku konsumen dan perusahaan serta
penentuan harga-harga pasar dan kuantitas
faktor input, barang, dan jasa yang
diperjualbelikan

Glosarium 109
Istilah Definisi

Metodologi Ilmu-ilmu/cara yang digunakan untuk


memperoleh kebenaran menggunakan
penelusuran dengan tata cara tertentu dalam
menemukan kebenaran, tergantung dari
realitas yang sedang dikaji

Metrologi Serangkaian kegiatan untuk menetapkan


hubungan dalam kondisi tertentu antar a nilai
suatu besaran yang ditunjukkan oleh
peralatan ukur atau sistem pengukuran atau
nilai yang dipresentasikan oleh bahan acuan
dengan nilai terkait yang direalisasikan oleh
standar

Nilai ekonomi Salah satu dari macam-macam nilai yang


mendasari perbuatan seseorang atau
sekelompok orang atas dasar pertimbangan
ada tidaknya keuntungan finansial sebagai
akibat dari perbuatannya itu

Neraca perdagangan Perbedaan antara nilai ekspor dan impor


suatu negara pada periode tertentu, diukur
menggunakan mata uang yang berlaku

Pasokan Pengadaan atau persediaan

Paten Hak eksklusif yang diberikan oleh negara


kepada inventor atas hasil invensinya di
bidang teknologi, yang untuk selama waktu
tertentu melaksanakan sendiri invensinya
tersebut kepada pihak lain untuk
melaksanakannya

PDB Nilai pasar semua barang dan jasa yang


diproduksi oleh suatu negara pada periode
tertentu

110 Manfaat Ekonomi Standar


Istilah Definisi

Pemangku Segenap pihak yang terkait dengan isu dan


kepentingan permasalahan yang sedang diangkat

Pendapatan Jumlah uang yang diterima oleh perusahaan


dari aktivitasnya, kebanyakan dari penjualan
produk dan/atau jasa kepada pelanggan

Pendapatan nasional Jumlah pendapatan yang diterima oleh


seluruh rumah tangga keluarga (RTK) di suatu
negara dari penyerahan faktor-faktor
produksi dalam satu periode, biasanya selama
satu tahun

Penerapan standar Kegiatan menerapkan persyaratan standar


terhadap barang, jasa, sistem, proses, atau
personel

Pengeluaran Belanja sektor pemerintah termasuk


pemerintah pembelian barang dan jasa dan pembayaran
subsidi

Pengujian Penentuan satu atau lebih karakterisktik,


kandungan dan/atau parameter yang
menentukan mutu suatu produk, komponen,
bahan, dan lain sebagainya

Penilaian kesesuaian Kegiatan yang ditujukan untuk memberikan


bukti-bukti bahwa produk, proses atau jasa
memenuhi persyaratan yang ditetapkan
dalam suatu standar

Permintaan agregat Suatu daftar dari keseluruhan barang dan jasa


yang akan dibeli oleh sektor-sektor ekonomi
pada berbagai tingkat harga

Glosarium 111
Istilah Definisi

Prinsip ekonomi Pedoman dalam melakukan kegiatan


ekonomi dalam rangka mencapai
perbandingan rasional antara pengorbanan
yang dikeluarkan dan hasil yang diperoleh

Produk Sesuatu yang diproduksi oleh tenaga kerja


atau sebuah usaha atau hasil dari sebuah aksi
atau sebuah proses

Produksi Kegiatan yang dikerjakan untuk menambah


nilai guna suatu benda atau menciptakan
benda baru sehingga lebih bermanfaat dalam
memenuhi kebutuhan

Produktivitas Suatu ukuran yang menyatakan bagaimana


baiknya sumber daya diatur dan
dimanfaatkan untuk mencapai hasil yang
optimal

Produk Nasional Bruto Jumlah barang dan jasa yang dihasilkan oleh
faktor-faktor produksi milik warga negara
baik yang tinggal di dalam negeri maupun di
luar negeri, tetapi tidak termasuk warga
negara asing yang tinggal di negara tersebut

Program Nasional Rencana kegiatan untuk merumuskan SNI


Perumusan Standar dalam periode tertentu, yang dipublikasikan
(PNPS) agar dapat diketahui oleh semua pihak yang
berkepentingan

Proses Suatu rangkaian aksi yang saling berkaitan


dan memiliki fungsi untuk melakukan
transformasi materi

112 Manfaat Ekonomi Standar


Istilah Definisi

Rantai pasok Sebuah sistem terkoordinasi yang terdiri atas


organisasi, sumber daya manusia, aktivitas,
informasi, dan sumber-sumber daya lainnya
yang terlibat secara bersama-sama dalam
memindahkan suatu produk atau jasa baik
dalam bentuk fisik maupun virtual dari suatu
pemasok kepada pelanggan
Reduksi Pengurangan, pemotongan
RFID Singkatan dari Radio Frequency Identification.
RFID adalah sistem identifikasi tanpa kabel
yang memungkinkan pengambilan data
tanpa harus bersentuhan seperti barcode dan
magnetic card seperti ATM
Sertifikasi Pengesahan dari pihak ketiga yang berkaitan
dengan produk, proses, sistem atau personal
Skala ekonomi turunnya biaya produksi per unit dari suatu
perusahaan yang terjadi bersamaan dengan
meningkatnya jumlah produksi (output)
SNI (Standar Nasional Standar yang ditetapkan oleh Badan
Indonesia) Standardisasi Nasional dan berlaku secara
nasional
Standar Persyaratan teknis atau sesuatu yang
dibakukan, termasuk tata cara dan metode
yang disusun berdasarkan konsensus semua
pihak/pemerintah/keputusan internasional
yang terkait dengan memperhatikan syarat
keselamatan, keamanan, kesehatan,
lingkungan hidup, perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi, pengalaman,
serta perkembangan masa kini dan masa
depan untuk memperoleh manfaat yang
sebesar-besarnya

Glosarium 113
Istilah Definisi

Standar asosiasi Standar yang dirumuskan oleh organisasi


atau asosiasi tertentu yang memiliki
kepentingan untuk menerapkan standar
tersebut di lingkungannya

Standar industri Standar yang dirumuskan dan digunakan


oleh suatu perusahaan atau industri dan
ditetapkan di lingkungan perusahaan/
industri tersebut untuk mencapai
keekonomian perusahaan/industri secara
keseluruhan

Standar internasional Standar yang dirumuskan berdasarkan hasil


kesepakatan pada level internaional

Standar nasional Standar yang dirumuskan dengan


mempertimbangkan kepentingan semua
pihak yang terkait di wilayah kedaulatan
suatu negara tertentu dan ditetapkan oleh
pihak yang berwenang, yaitu organisasi
standardisasi nasional

Standar regional Standar yang dirumuskan dengan


mempertimbangkan kepentingan berbagai
negara dalam suatu wilayah ekonomi, politik,
geografi ter tentu yang serupa atau
menghasilkan, memperdagangkan, atau
menggunakan produk tertentu sehingga
dirasakan perlu untuk mempererat kerja
sama yang dipermudah dengan adanya
standar regional yang diacu bersama

114 Manfaat Ekonomi Standar


Istilah Definisi

Standardisasi Proses merumuskan, menetapkan,


menerapkan, memlihara, memberlakukan,
dan mengawasi standar yang dilaksanakan
secara tertib dan bekerja sama dengan semua
pemangku kepentingan

Studi makro Analisis secara menyeluruh

Studi mikro Analisis yang berkaitan dengan jumlah yang


sedikit atau ukuran yang kecil

Supply chain Sebuah sistem terkoordinasi yang terdiri atas


organisasi, sumber daya manusia, aktivitas,
informasi, dan sumber-sumber daya lainnya
yang terlibat secara bersama-sama dalam
memindahkan suatu produk atau jasa baik
dalam bentuk fisik maupun virtual dari suatu
pemasok kepada pelanggan

Teori spektrum Aspek standardisasi meliputi terminologi,


verman spesifikasi, sampling dan inspeksi, pengujian
dan analisa, pembatasan variasi, grading,
code of practice dan pengemasan, konservasi,
pengiriman

Tujuan standardisasi Kesesuaian pada tujuan, mampu tukar,


pengendalian keanekaragaman,
kompatibilitas, meningkatkan
pemberdayaan sumber daya, komunikasi dan
pemahaman yang lebih baik, menjaga
keamanan, keselamatan, dan kesehatan,
pelestarian lingkungan, alih teknologi,
mengurangi hambatan perdagangan

Glosarium 115
Istilah Definisi

Tweaking Cara meningkatkan performa agar dapat


bekerja lebih optimal

Undang-Undang Undang-Undang tentang standardisasi dan


No 20 Tahun 2014 penilaian kesesuaian

Variabel konsumsi Komposisi atau bentuk konsumsi yang


masyarakat berlaku secara umum pada anggota
masyarakat

116 Manfaat Ekonomi Standar


INDEKS

Kata Halaman
A
Akreditasi 17
Analisis manfaat ekonomi 49
Aspek standardisasi 23
Assesmen 81

B
Barang inferior 46
Biaya eksternal 77
Biaya internal 76
Biaya langsung 57
Biaya tak langsung 59
Biaya partisipasi 80
Biaya penerapan standar 78
BSN 61, 63, 69, 70, 75, 98

C
Codex Alimentarius 8, 10

D
Dampak ekonomi standardisasi 26, 27
Dampak intermediasi 28, 30, 36, 37, 49
Definisi standar 19, 49, 50

E
Economic Benefit of Standard 2
Ekspor 29, 52, 53, 65
Estimasi ekonometrik 83
I
Ilmu dan teknologi 3, 9, 14
Impor 34, 53, 86, 90
Infrastruktur mutu 77
Inspeksi 12, 14, 16, 17, 76
Inspektor 16
Interopabilitas 77
Investasi 29, 31, 32, 36, 38, 46, 80, 84

K
Kalibrasi 12, 13, 14, 15, 16, 17
Keuntungan standardisasi 58, 90
Ketertelusuran 14, 15, 77
Komite teknis 77
Kontrol mutu 4
Konsensus 3, 4,5,7,9,10, 47, 58

L
LPK 17

M
Manfaat bagi pemangku kepentingan 51
Manfaat ekonomi standar 53, 81
Manfaat standardisasi 20, 28, 50, 51, 56
Makna standardisasi 20, 23
Makroekonomi 20, 28, 43, 46, 53
Mikroekonomi 20, 28, 43, 46, 53, 96
Metodologi 62, 95, 97
Metrologi 12, 13, 15, 77

N
Nilai ekonomi 53, 54, 90
Neraca perdagangan 34

118 Manfaat Ekonomi Standar


P
Pasokan 7,36, 45, 47
Paten 74, 75, 86
Pemangku kepentingan 50, 51, 55, 58, 85, 97
Pendapatan nasional 28, 29, 30, 35, 42
Penerapan standar 57, 74
Pengembangan Standar 5, 55, 71, 77
Pengeluaran pemerintah 29, 33, 36, 39, 46
Pengujian 13, 76, 90
Perhitungan ekonomi 56, 58, 62, 63, 65, 70, 93
Penilaian kesesuaian 3, 12, 13, 50, 70
Perhitungan menfaat ekonomi standar 95, 97
Perhitungan nilai ekonomi 54, 90
Permintaan agregat 28, 36,42
Prinsip ekonomi 54
Prinsip metodologi ISO 97, 100
Produk Nasional Bruto 28, 29, 30, 31
Program Nasional Perumusan Standar (PNPS) 11

R
Rantai pasok 7, 66, 69

S
Sertifikasi 13, 16, 75
Skala ekonomi 29, 36, 47, 83
Stakeholders 1
Standar 3
Standar asosiasi 6
Standar industri 5
Standar internasional 14, 51
Standar nasional 5, 9, 10, 85
Standar regional 5, 10,
Standardisasi 13
Studi makro 83

Indeks 119
Studi mikro 90
Supply chain 16

T
Teori spektrum verman 50
Tujuan standardisasi 20
Tweaking 53

U
Undang-Undang No 20 Tahun 2014 20, 47

V
Variabel konsumsi masyarakat 29

120 Manfaat Ekonomi Standar


Daftar Pustaka

Badan Standardisasi Nasional, 2011. Economic Benefits of Standards -


Pilot Project, Final Report. BSN, Jakarta.

, 2007. Pengembangan Standar Nasional Indonesia


(PSN 01:2007), BSN, Jakarta.

, 2014. Pengantar Standardisasi, Edisi Kedua, Jakarta.

, 2011. Penilaian Kesesuaian – Persyaratan Lembaga


Penyelenggara Audit dan Ser tifikasi Sistem
Manajemen (SNI ISO/IEC 17021 : 2011, IDT), BSN, Jakarta.

, 2011. Penilaian Kesesuaian – Persyaratan Umum


Untuk Lembaga Sertifikasi Pesonal (SNI ISO/IEC
17024:2012, IDT), BSN, Jakarta.

, 2011. Penilaian Kesesuaian – Persyaratan Untuk


Pengoperasian Berbagai Tipe Lembaga Inspeksi (SNI
ISO/IEC 17020:2012, IDT), BSN, Jakarta.

, 2011. Penilaian Kesesuaian – Persyaratan Untuk


Lembaga Sertifikasi Produk, Proses, dan Jasa (SNI
ISO/IEC 17065:2012, IDT), BSN, Jakarta.

`, 2008. Persyaratan Umum Kompetensi Laboratorium


Pengujian dan Laboratorim Kalibrasi (SNI ISO/IEC
17025:2008, IDT), BSN, Jakarta.

` , 2015.Standar SNI. Diperoleh tanggal 21 April 2015 dari


www.sisni.bsn.go.id.

, 2010. Sistem Standardisasi Nasional (SSN), BSN, Jakarta.

Blind, K., 2004. The Economics of Standards: Theory, Evidence and


Policy., Edward Elgar Publishing, Cheltenham.
Blind, K., Jungmittag, A., Mangelsdorf, A. 1999. Economic Benefits of
Standardization. Edward Elgar Publishing, Cheltenham.

Blind, K., Thumm, N., 2004. Interrelation Between Patenting and


Standardisation Strategies: Empirical Evidence and
Policy Implications. Research Policy, 33(10), 1583-1598.

Centre for International Economics, 2006. Standards and The


Economy. Diperoleh tanggal 21 April 2015 dari
http://www.thecie.com.au/.

Chen, M.X., T Otsuki, J.S Wilson, 2006. “Do Standards Matter for Export
Success”, Policy Research Working Papers, No. 3809, World
Bank,Washington D.C.

Deshpande, S., Nazemets, J. 2000. Global Harmonization of


Standards. Oklahoma State University, USA.

Dillon, M., 2001, Food Standard and Auditing dalam Auditing in the
Food Industry (edited by M. Dillon and C. Griffith), Wood
Head Publishing Limited, Cambridge, England.

Dix, S., 2001, “What Auditor Look for a Retailer Perspective”, Auditing in
the Food Industry (Edited by M. Dillon and C. Griffith),
Wood Head Publishing Limited, Cambridge, England.

Encyclopaedia Britannica, 2015. Gresham's Law. Diperoleh tanggal 17


A p r i l 2 0 1 5 d a r i
http://www.britannica.com/topic/Greshams-law

Gerundino, D., Hilb, M., 2010. The ISO Methodology – Assesing the
economic benefits of standards, Hal. 10 – 16. ISO Focus+
Volume 1, No. 6, Juni 2010. Geneve, Switzerland

Heeter, J., Barbose, G., Bird, L., Weaver, S., Flores-Espino, F., Kuskova-Burns,
K., Wiser, R., 2014. A Survey of State-Level Cost and
Benefit Estimates of Renewable Portfolio Standards.
Lawrence Berkeley Nationl Laboratory.

122 Manfaat Ekonomi Standar


Indonesia, Undang-Undang tentang Standardisasi dan Penilaian
Kesesuaian, UU No. 20 Tahun 2014, LN RI No. 216 Tahun
2014.

International Organization for Standardization, 2011. Economic


Benefits of Standards, ISO, Switzerland.

__________, 2011. Economic Benefits of Standards-International


Case Studies-Volume 1. Geneve, Switzerland.
__________, 2010. Economic Benefits of Standards - Methodology
Guide - Version 1. Geneve, Switzerland.

__________, 2015. ISO standards. Diperoleh tanggal 21 April 2015 dari


www.iso.org

__________, 2010. Presentasi-Key Concept Used in the ISO


Methodology, ISO, Geneva, Switzerland.
__________, 2014. Teaching Standards: Good Practices for
Collaboration between National Standards Bodies and
Univesities, Sweden.

International Organization for Standardization, 2014. The 2014 ISO


Conference on The Economic Benefits of Standards.
Diperoleh tanggal 30 April 2014 dari
http://www.iso.org/sites/2014-EBS-Conference-
Singapore/outcome.html

ISO/IEC Information Center, 2013. ISO/IEC Inventory of Studies on The


Economic and Social Benefits of Standardization.
Diperoleh tanggal 28 April 2014 dari
http://www.standardsinfo.net/info/benefits/benefits_s1.
html

Miotti, H.,. 2009. The Economic Impact of Standardization:


Technological Change, Standards Growth in France.
AFNOR (National Standard Body of France). Paris

Kotler, Philip, 2011. Market Theory and Its Distribution, USA.

Latimer, J., 1997. Friendship Among Equals. ISO, Geneva, Switzerland.

Daftar Pustaka 123


Mahlia,T. M. I., Masjuki, H. H., Saidur, R., Amalina, M. A., 2004. Cost–Benefit
Analysis of Implementing Minimum Energy Efficiency
Standards for Household Refrigerator-Freezers in
Malaysia. Energy policy, 32(16), 1819-1824.

Mulyono, A. B., Pudjiastuti, U., 2013. Manfaat Ekonomi Penerapan


Standar di Sektor Makanan Menggunakan
Metodologi ISO. Jurnal Standardisasi, 15(1), 66-81.

Pelkmans, J., 2002. Mutual Recognition in Goods and Services: an


Economic Perspective. BEEP Briefings, 2.

Porter, M., 2010. Competitive Advantange, International Book Edition,


USA.

Pusat Penelitian dan Pengembangan Standardisasi, 2008. Laporan


Akhir Kajian Awal Dampak Ekonomis Penerapan SNI
pada Produk Prioritas Terhadap Ekonomi Nasional.
BSN, Jakarta.

, 2009. Laporan Akhir Kajian Awal Manfaat Standar


Terhadap PDB dengan Pendekatan Nilai Tambah. BSN,
Jakarta.

Saputro, H., P., 2015. Wawancara tentang “Pengembangan Standar


ISO untuk Rubber, Raw Material – Guidelines for the
Spesification of Technically Specified Rubber (TSR) atau
ISO 2000:2014. di kantor BSN, Jakarta.

Sunarya, 2012, Privat Standar di berbagai Negara dan Posisi


Indonesia sebagai Negara Pengekspor dan Pengimpor,
Makalah pada Pertemuan Stakeholder Perikanan, Jakarta.

, 2012, Standardisasi dalam Industri dan Perdagangan, Papas


Sinar Sinanti, Jakarta.

Swann, G.M. Peter, 2000. The Economics of Standardization.


University of Manchester, Manchester, United Kingdom.

124 Manfaat Ekonomi Standar


, 2010. The Economics of Sandarization: An Update,
Report for the UK Department of Business, Innovation and
Skills (BIS), Innovative Economics Limited.

Tjiptono, F., 2014. Kualitas Produk dan Masalahnya, Jakarta.

Traill, W. B., Koenig, A., 2010. Economic Assessment of Food Safety


Standards: Costs and Benefits of Alternative
Approaches. Food Control, 21(12), 1611-1619.

Verlag, B., 2002. Economic Benefits of Standardization. DIN German


Institute for Standardization EV, Hal. 20-30. Berlin. Jerman

Wikipedia, 2012. Airbus Group. Diperoleh tanggal 22 April 2015 dari


http://en.wikipedia.org/wiki/Airbus_Group

, 2011. Barcode. Diperoleh tanggal 21 April 2015 dari


http://en.wikipedia.org/wiki/Barcode

, 2008. OHSAS 18001. Diperoleh tanggal 21 April 2015 dari


http://en.wikipedia.org/wiki/OHSAS_18001

World Trade Organization, 2010. Technical Barriers to Trade in the WTO.


WTO E-Learning.

Yaziji, M., 2006, “Actively Building Global Standard”, International


Standardization an a Strategic Tool, International
Electro-technical Commission (IEC), Geneva, Switzerland.

Daftar Pustaka 125


Profil Penulis

DR. Sunarya, Ph.D.


Lahir di Boyolali, Jawa Tengah, 24 November 1949.
Pendidikan tingkat sarjana dan pendidikan profesi
apoteker di Fakultas Farmasi Universitas Gadjah
Mada. Tahun 1987 menyelesaikan pendidikan Post
Doctoral di Bidang Food Sciemce di CNAA-UK.
Tahun 2001 s.d. 2009 menjabat Deputi Bidang
Penerapan Standar dan Sistem Akreditasi dan merangkap (ex officio)
sebagai Sekretaris Jenderal Komite Akreditasi Nasional. Lebih dari 136
makalah tentang food, fish, akreditasi, pengujian, inspeksi, sertifikasi,
dan standar telah ditulis Dr.Sunarya, dan juga mendapat Men of The
Year 1997 dari American Bibliography Institute. Lebih dari 100 kali
sidang internasional di lebih 33 negara di dunia telah diikuti berkaitan
dengan food, akreditasi di bidang laboratorium, QMS, EMS, dan
sertifikasi produk.

Pernah memimpin Laboratorium Penguji dan Pengolahan Hasil


Perikanan selama 11 tahun (1987 s.d. 1998). Di bidang food, DR. Sunarya
merintis pengembangan dan aplikasi HACCP di Indonesia, dan aktif
dalam diskusi tentang food safety, food standard, food analysis baik di
wilayah nasional, regional, maupun internasional, termasuk di Codex
Alimentarius Commission. Sebagai penanggung jawab Codex Contact
Point Indonesia, DR. Sunarya aktif di Codex Commission dan Codex
Executive Committee. Sampai tahun 2009, DR. Sunarya juga menjadi
Fellow di Institute of Food Science and Technology, UK (FIFST) dan
mendapatkan gelar profesi sebagai Chartered Scientist (C.Sci).

Setelah purna bakti dari pegawai negeri sipil (PNS) pada 1 Desember
2009 dengan pangkat/golongan IV/E dan jabatan terakhir sebagai
Deputi Penerapan Standar dan Akreditasi (Eselon IA) kemudian
mendirikan institute dengan nama the Spring Institute for Training
and Consultation, email: thespring.institute@gmail.com.
Prof. Dr. Ir. Carunia Mulya Firdausy,
MADE., M.Ec.Dev, APU
Lahir di Jakarta, 30 Desember 1957. Saat ini bekerja
di Pusat Penelitian Ekonomi - Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia (P2E-LIPI), Jakarta sebagai
Professor Riset bidang Ilmu Ekonomi dan sebagai
Guru Besar Ilmu Ekonomi pada Universitas
Tarumanagara (UNTAR), Jakarta.

Latar belakang pendidikan tinggi yang dimiliki yakni Ph. D (Doktor)


dalam Ilmu Ekonomi dari University of Queensland, St. Lucia, Brisbane,
Australia (1989-1992), Master Degree dalam bidang Agricultural
Development Economics (MADE) dari Australian National University
(ANU), Canberra, Australia (1983-1986) dan Master Degree of
Economics (M. Ec), University of New Castle, Australia (1987-1989).
Pendidikan Sarjana diselesaikan di Institut Pertanian Bogor, Bogor
(1981).

Pengalaman yang pernah dimiliki dalam bidang struktural antara lain


sebagai Kepala Pusat Penelitian Ekonomi dan Pembangunan -
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (1996-2000), Staf Ahli Penulisan
Pidato Presiden RI bidang Ekonomi (2000-2001), Staf Ahli Ekonomi
Dewan Ketahanan Nasional – Wantannas (2002-2004), dan Deputi
Menteri Riset dan Teknologi bidang Dinamika Masyarakat (2005-2010).
Sedangkan pengalaman memimpin organisasi non-struktural
pemerintahan yakni sebagai Retor Universitas Pramita, Tangerang
(2010-2011), Executive Chairman Australian-Indonesia Alumni,(ARG,
2011-2013), Ketua Komite Manajemen dan Teknologi Transportasi
Dewan Riset Nasional (2010-2014), Chairman of ASEAN Committee on
Science and Technology-ASEAN COST (2005-2010), President of Non-
Align Movement of Science and Technology-NAM-ST (2005-2010),
Coordinator for East Asian Development Network - EADN (2005 sampai
saat ini) dan Anggota Asian Development Bank Think Tank Forum
(2010 sampai saat ini).

Selain sebagai pengajar, juga sebagai pembimbing (promotor) dan


penguji mahasiswa program sarjana, pasca sarjana program Master
dan Doktor di berbagai universitas negeri dan swasta. Berbagai
seminar internasional dan nasional telah banyak dihadiri baik sebagai

128 Manfaat Ekonomi Standar


pembicara maupun peserta. Beberapa publikasi ilmiah Internasional
baik buku maupun artikel dalam jurnal yang terindex SCOPUS antara
lain artikel yang dipublikasi dalam Asian Development Review (ADB),
Bulletin of Indonesian Economic Studies (BIES), Institute of Southeast
Asian Studies (ISEAS), East Asian Development Network (EADN), UN-
ESCAP, ILO, Toyota Foundation, Malaysian Economic Journal, dan
Journal of Economic Development. Selain itu, banyak tulisan yang
dipublikasikan dalam Jurnal Ilmiah nasional maupun dalam surat
kabar nasional. Bidang studi dan penelitian yang menjadi fokus utama
adalah bidang ekonomi pembangunan, investasi, perdagangan,
lingkungan dan manajemen. Email address: cmfirdausy@gmail.com

Dr. Ida Busnetty, SE., MM.


Kelahiran Bukittinggi, 16 November 1967.
Menyelesaikan pendidikan Sarjana di Ilmu Ekonomi
dan Pembangunan di Universitas Andalas (1992),
Magister Manajemen di Universitas Trisakti (1997),
dan di kampus yang sama telah menyelesaikan
program Doctoral di bidang Islamic Economic and
Finance selain disibukkan sebagai Dosen tetap di
Fakultas Ekonomi Universitas Trisakti Program Studi Ekonomi
Pembangunan untuk mata kuliah, Statistik I, II, Ekonomi Koperasi dan
Ekonomi Syariah, Ekonometrik. Aktif sebagai Mitra Bestari Jurnal Ilmiah
Standardisasi dan terlibat dalam ISO Project of International case
studies of Economic benefis of standards di PT. Wijaya Karya (WIKA)
Beton tahun 2011.

Teguh Pribadi Adi Nugroho, ST.


Kelahiran Semarang, 8 Desember 1981. Lulus S1
Arsitektur dari Universitas Diponegoro tahun 2005.
Saat ini sedang menempuh Master of Science di
bidang Renewable Energy and Architecture di
University of Nottingham, UK. Sebagai peneliti
muda dan telah menulis 11 publikasi ilmiah
termasuk International case studies of Economic
Benefis of Standards di PT.Wijaya Karya (WIKA) Beton

Profil Penulis 129

Anda mungkin juga menyukai