Anda di halaman 1dari 10

MAGISTER ADMINISTRASI RUMAH SAKIT ANGKATAN 06

UTS MANAJEMEN PELAYANAN BERFOKUS PASIEN

NAMA DAN NIM :

SAMATHA AMELIA PUTRI (20180309072)

PROGRAM PASCA SARJANA

UNIVERSITAS ESA UNGGUL

JAKARTA 2018
1. Sebutkan dan jelaskan elemen-elemen asuhan pasien terintegrasi!

Elemen-elemen Asuhan Pasien Terintegrasi

a) DPJP sebagai Clinical Leader


Dalam asuhan/pelayanan berfokus pada pasien (patient centered care) para PPA
memberikan asuhan sebagai tim interdisiplin, masing-masing PPA melakukan tugas
mandiri, tugas delegatif dan tugas kolaboratif dengan pola IAR (informasi
dikumpulkan, analisis informasi, rencana perawatan). Asuhan pasien terintegrasi
“dimotori” oleh DPJP dalam fungsi sebagai ketua tim klinis (clinical leader) yang
melakukan koordinasi, kolaborasi, interpretasi, sintesis. DPJP melakukan review
rencana PPA lainnya dan memverifikasinya. Proses review dilakukan oleh DPJP
dengan membaca rencana para PPA dan memberikan catatan/notasi pada CPPT
(Catatan Perkembangan Pasien Terintegrasi).
b) PPA – Tim Interdisiplin
Profesional Pemberi Asuhan (PPA) adalah tim yang secara langsung memberikan
asuhan kepada pasien antara lain dokter, bidan, perawat, ahli gizi, apoteker,
psikologis klinis, penata anestesi, dsb. Profesional Pemberi Asuhan diposisikan
mengelilingi pasien, memberikan asuhan secara tim interdisiplin, dengan tugas
mandiri dalam pola IAR, juga tugas kolaboratif dan tugas delegatif, dengan motto
asuhan : BPIS – bila pasien itu (adalah) saya.
c) Case Manager
Manajer Pelayanan Pasien (case manager) adalah profesional dalam RS yang
bekerja secara kolaboratif dengan PPA, memastikan bahwa pasien dirawat serta
ditransisikan ke tingkat asuhan yang tepat, dalam perencanaan asuhan yang efektif
dan menerima pengobatan yang ditentukan, serta didukung pelayanan dan
perencanaan yang dibutuhkan selama maupun sesudah perawatan RS. Untuk
mempertahankan kontinuitas pelayanan selama pasien tinggal di rumah sakit, staf
yang bertanggungjawab secara umum terhadap koordinasi dan kesinambungan
pelayanan pasien atau pada fase pelayanan tertentu teridentifikasi dengan jelas.
Staf yang dimaksud adalah Manajer Pelayanan Pasien (case manager) yang dapat
seorang dokter atau tenaga keperawatan yang kompeten. Nama staf (manajer
pelayanan pasien) ini tercantum didalam rekam medis pasien atau dengan cara lain
dikenalkan kepada semua staf rumah sakit, serta sangat diperlukan apalagi bagi
pasien-pasien tertentu yang kompleks dan pasien lain yang ditentukan rumah sakit.
Manajer Pelayanan Pasien perlu bekerjasama dan berkomunikasi dengan pemberi
pelayanan kesehatan yang lain. Fungsi Manajer Pelayanan Pasien diuraikan secara
rinci dalam Panduan Pelaksanaan Manajer Pelayanan Pasien (MPP)
d) Integrated Clinical Pathway. Integrated clinical pathway (ICP/alur klinik terpadu)
adalah suatu konsep perencanaan pelayanan terpadu yang merangkum setiap
langkah yang diberikan kepada pasien berdasarkan standar pelayanan medis dan
standar asuhan keperawatan yang berbasis bukti dengan hasil yang terukur dan
dalam jangka waktu tertentu selama pasien berada di rumah sakit. Implementasi
ICP sangat erat hubungan dan keterkaitannya dengan upaya implementasi dari
asuhan pasien terintegrasi yang dilaksanakan secara kolaboratif oleh semua
profesional pemberi asuhan. Selain itu ICP juga bisa berfungsi selain menjaga dan
meningkatkan mutu pelayanan, juga dapat sebagai alat kendali biaya yang dapat
diestimasikan dan terjangkau.
e) Integrated Discharge Planning
Rencana pemulangan pasien adalah suatu proses sistematik untuk perkiraan,
persiapan dan koordinasi yang dilakukan petugas kesehatan untuk memfasilitasi
perbekalan peralatan kesehatan pasien sebelum dan setelah pemulangan.
Discharge Planning juga merupakan suatu progres yang berkesinambungan dan
harus dimulai sejak pasien masuk ke rumah sakit (untuk rawat inap yang telah di
rencanakan sebelumnya/ elektif dan sesegera mungkin pada pasien-pasien non
elektif). Pasien mendapatkan pelayanan kesehatan yang diikuti dengan
kesinambungan perawatan, baik proses penyembuhan maupun dalam
mempertahankan derajat kesehatan sampai pasien merasa siap untuk kembali
kelingkungannya. Integrated Discharge Planning menunjukkan proses formal yang
melibatkan seluruh tim kesehatan yang menangani pasien serta saling berkontribusi
menyelaraskan rencana kepulangan pasien.
f) Asuhan Gizi Terintegrasi
Asuhan gizi adalah serangkaian kegiatan yang terorganisir/terstuktur yang
memungkinkan untuk identifikasi kebutuhan gizi dan penyediaan asuhan untuk
memenuhi kebutuhan tersebut. Adanya Tim Terapi Gizi di rumah sakit berperan
dalam menekan malnutrisi dan memberikan manfaat lainnya. Asuhan gizi
terintegrasi yaitu proses dimana individu, kelompok dengan kepentingan yang sama
bergabung untuk menangani masalah yang teridentifikasi. Pada pelaksanaan
asuhan gizi terintegrasi dietisien mengkomunikasikan rencana, proses, dan hasil
monitoring evaluasi kegiatan asuhan gizi kepada pasien dan petugas kesehatan
lain yang menangani masalah gizi tersebut. Sejalan dengan itu pelayanan asuhan
gizi sebagai bagian dari pelayanan kesehatan juga dituntut untuk selalu
meningkatkan kualitasnya melalui pelayanan gizi yang berfokus pada keselamatan
pasien, yang disebut dengan pelayanan gizi berbasis patient safety dan sejalan
dengan standar akreditasi.
g) Keterlibatan Pasien – Keluarga
Kemampuan berkomunikasi sangat berpengaruh pada kelengkapan data pasien.
Oleh karena itu, peningkatan komunikasi seorang tenaga medis perlu mendapatkan
perhatian. Pada waktu perawat berkomunikasi, perlu memperhatikan budaya yang
berpengaruh pada dan tempat terjadinya komunikasi, penggunaan bahasa, usai,
dan perkembangan pasien. Setelah tahap pengumpulan informasi dilakukan
dengan kurat, maka dokter masuk ke tahap penyampaian informasi. Tanpa
informasi yang akurat di tahap pengumpulan informasi, dokter dapat terjebak ke
dalam kecurigaan yang tidak beralasan. Orang yang diberi informasi tentang
diagnosa pasien adalah 1) Pasien, jika pasien menghendaki dan kondisinya
memungkinkan. 2) Keluarga atau orang lain yang ditunjuk oleh pasien. Keluarganya
atau pihak lain yang menjadi wali / pengampu dan bertanggung jawab atas pasien
kalau kondisi pasien tidak memungkinkan untuk berkomunikasi sendiri secara
langsung. Sejauh mana informasi diberikan : 1) Untuk pasien: sebanyak yang
pasien kehendaki, yang dokter merasa perlu dengan memperhatikan kesiapan
mental pasien. 2) Untuk keluarga: sebanyak yang pasien / keluarga kehendaki dan
sebanyak yang dokter perlukan agar dapat menentukan tindakan selanjutnya.
Informasi harus disampaikan kepada pasien dan keluarga sesegera mungkin, jika
kondisi dan situasinya memungkinkan. Petugas rumah sakit juga berkewajiban
untuk melakukan edukasi kepada pasien dan keluarga pasien sehingga pasien dan
keluarga pasien bisa memahami pentingnya mengikuti proses pengobatan yang
telah ditetapkan. Dengan diberikannya informasi dan edukasi kepada pasien dan
keluarga, diharapakan komunikasi yang disampaikan dapat dimengerti dan
diterapkan oleh pasien dan keluarga. Apabila pasien mengikuti semua arahan dari
rumah sakit, diharapkan mempercepat proses penyembuhan pasien.
2. Jelaskan tentang konsep DPJP dan Case Manager dalam asuhan pasien terintegrasi!
DPJP (Dokter Penanggung Jawab Pelayanan) adalah seorang dokter, sesuai dengan
kewenangan klinisnya terkait penyakit pasien, memberikan asuhan medis lengkap
(paket) kepada satu pasien dengan satu patologi / penyakit, dari awal sampai dengan
akhir perawatan di rumah sakit, baik pada pelayanan rawat jalan dan rawat inap.
Asuhan medis lengkap artinya melakukan asesmen medis sampai dengan
implementasi rencana serta tindak lanjutnya sesuai kebutuhan pasien. Pasien dengan
lebih dari satu penyakit dikelola oleh lebih dari satu DPJP sesuai kewenangan klinisnya,
dalam pola asuhan secara tim atau terintegrasi, maka harus ada DPJP Utama. Contoh :
pasien dengan Diabetes Mellitus, Katarak dan Stroke, dikelola oleh lebih dari satu
DPJP : Dokter Spesialis Penyakit Dalam, Dokter Spesialis Mata dan Dokter Spesialis
Saraf.

DPJP Utama adalah bila pasien dikelola oleh lebih dari satu DPJP, maka asuhan medis
tsb dilakukan secara terintegrasi dan secara tim diketuai oleh seorang DPJP Utama.
Peran DPJP Utama adalah sebagai koordinator proses pengelolaan asuhan medis bagi
pasien ybs (“Ketua Tim”), dengan tugas menjaga terlaksananya asuhan medis
komprehensif - terpadu - efektif, demi keselamatan pasien melalui komunikasi efektif
dengan membangun sinergisme dan mencegah duplikasi serta mendorong
penyesuaian pendapat (adjustment) antar anggota / DPJP, mengarahkan agar tindakan
masing – masing DPJP bersifat kontributif (bukan intervensi).

Case Manager / Manajer Pelayanan Pasien adalah professional di rumah sakit yang
melaksanakan manajemen pelayanan pasien, berkoordinasi dan kolaborasi dengan
DPJP serta PPA lainnya, manajemen rumah sakit, pasien dan keluarganya,
pembayarnya, mengenai asesmen, perencanaan, fasilitasi, koordinasi asuhan, evaluasi
dan advokasi untuk opsi dan pelayanan bagi pemenuhan kebutuhan pasien dan
keluarganya yang komprehensif, melalui komunikasi dan sumber daya yang tersedia
sehingga memberi hasil (outcome) yang bermutu dengan biaya-efektif selama dan
pasca rawat inap. Case Manager / MPP – Manajer Pelayanan Pasien berperan dalam
menjaga kontinuitas pelayanan dan asuhan. Penting bagi MPP untuk membangun dan
memiliki relasi yang kondusif dengan pasien – keluarga agar proses pelayanan dapat
memenuhi kebutuhan mereka. Untuk penanganan pasien, MPP melakukan skrining
pasien, kelompok : anak, usia lanjut, pasien dengan penyakit kronis, risiko tinggi, kasus
kompleks dengan hasil asuhan yang tidak mudah.

Fungsi case manager antara lain adalah


• Asesmen utilitas: mampu mengakses semua informasi dan data untuk
mengevaluasi manfaat/utilisasi, untuk kebutuhan manajemen pelayanan pasien.
• Perencanaan: menyusun rencana untuk pelaksanaan manajemen pelayanan
pasien. Perencanaan tsb mencerminkan kelayakan / kepatutan, mutu dan
efektivitas biaya dari pengobatan klinis serta kebutuhan pasien, termasuk Discharge
Planning.
• Fasilitasi dan Advokasi: fungsi ini mencakup interaksi antara MPP dan para anggota
PPA, perwakilan pembayar, serta pasien / keluarga untuk menjaga kontinuitas
pelayanan. Mewakili kepentingan pasien adalah inti dari peran MPP, namun peran
ini juga menjangkau pemangku kepentingan lain. MPP melakukan advokasi untuk
opsi pengobatan yang dapat diterima setelah berkonsultasi dengan DPJP, termasuk
rencana pemulangan yang aman.
• Koordinasi Pelayanan: koordinasi pelayanan untuk kontinuitas pelayanan dan
pemenuhan kebutuhan asuhan pasien.
• Evaluasi: Evaluasi utilisasi pelayanan, pelaksanaan Clinical Pathway, termasuk
evaluasi kendali mutu dan biaya.
• Tindak Lanjut Pasca Discharge: pemantauan dan tindak lanjut menjaga kontinuitas
pelayanan.
3. Apakah yang Anda ketahui tentang Clinical Leadership?
Clinical Leadership adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan dokter
sebagai pemimpin dalam pelayanan kesehatan Clinical Leadership merupakan konsep
dalam dunia layanan kesehatan. Kepemimpinan klinis merupakan sebuah kebutuhan
untuk mengoptimalkan potensi seluruh profesi dibidang layanan kesehatan. Tujuannya
adalah untuk memberi pelayanan kesehatan yang sempurna dan meningkatkan
keluaran pasien. Saat ini, dorongan bagi klinisi untuk jadi pemimpin dan manajer
semakin meningkat diseluruh dunia. Kondisi ini mendorong upaya agar tema
kepemimpinan klinis dapat dikembangkan dan didukung oleh agenda kebijakan seperti
tema keselamatan pasien dan peningkatan kualitas. Teori saat ini menunjukkan bahwa
manajemen dan kepemimpinan adalah hal berbeda namun saling melengkapi.
Keduanya sangat penting untuk kesuksesan seseorang. Manajemen tanpa
kepemimpinan dan kepemimpinan tanpa manajemen adalah hal yang kurang optimal.
Sebab upaya untuk meingkatkan pelayanan kesehatan sangat bergantung pada
perubahan sistem, bukan hanya perubahan di dalam tim.
Untuk mengembangkan budaya kepemimpinan dikalangan klinisi, mulailah
dikembangkan kerangka kepemimpinan. Kerangka kepemimpinan ini dapat berguna
untuk meningkatkan kesadaran mengenai pentingnya kepemimpinan pada diri
seseorang maupun organisasi. Kerangka kepemimpinan menyediakan pendekatan
konsisten terhadap perkembangan kepemimpinan pada seluruh klinisi tanpa
mempedulikan latar belakang, peran, fungsi atau senioritas. Dasar pengembangan
kerangka kepemimpinan adalah hasrat untuk menciptakan kerangka tunggal yang
melingkupi semua profesi dibidang layanan kesehatan.

Dalam kerangka kepemimpinan terdapat 5 domain yang ditunjukkan untuk proses


pengembangan kepemimpinan klinis, antara lain :
a) Menunjukkan Kualitas Pribadi
Dalam domain ini, ada 4 aspek yang harus diperhatikan, yaitu: mengembangkan
kesadaran diri, mengelola diri sendiri, pengembangan pribadi berkelanjutan dan
bertindak dengan integritas.
b) Bekerja dengan Orang Lain
Dalam domain ini, 4 aspek yang harus diperhatikan, yaitu: pengembangan jejaring,
membangun dan memelihara hubungan, mendorong kontribusi dan bekerja di
dalam tim.
c) Mengelola Pelayanan
Empat aspek yang harus diperhatikan dalam domain ini, yaitu: perencanaan,
mengelola sumber daya, mengelola orang dan mengelola kinerja.
d) Meningkatkan Pelayanan
Dalam domain ini, ada 4 aspek yang harus diperhatikan, yaitu: menjamin
keselamatan pasien, evaluasi kritis, mendorong inovasi dan memfasilitasi
transformasi.
e) Menetapkan Arah
Dalam domain ini, 4 aspek yang harus diperhatikan, yaitu: pengembangan jejaring,
membangun dan memelihara hubungan, mendorong kontribusi serta bekerja
didalam tim.
4. Apa perbedaan Panduan Praktek Klinik dengan Panduan Asuhan Keperawatan?

Pembuatan Panduan Praktik klinis (PPK) dikoordinasi oleh Komite Medis. Panduan
Praktik Klinis adalah istilah teknis sebagai pengganti Standar Prosedur Operasional
(SPO) dalam Undang-undang Praktik Kedokteran 2004 dan Undang-Undang
Keperawatan yang merupakan istilah administratif. Penggantian ini perlu untuk
menghindarkan kesalahpahaman yang mungkin terjadi, bahwa “standar” merupakan
hal yang harus dilakukan pada semua keadaan. Jadi secara teknis Standar Prosedur
Operasional (SPO) dibuat berupa Panduan Praktik Klinis (PPK) yang dapat berupa atau
disertai dengan salah satu atau lebih: alur klinis (Clinical Pathway), protokol, prosedur,
algoritme, standing order.

Sedangkan pembuatan Panduan Asuhan Keperawatan (PAK) dikoordinasi oleh Komite


Keperawatan. Panduan Asuhan Keperawatan (PAK) merupakan istilah teknis sebagai
pengganti Standar Asuhan Keperawatan. PAK merupakan panduan proses atau
rangkaian kegiatan pada praktik keperawatan yang diberikan secara langsung kepada
klien /pasien di berbagai tatanan pelayanan kesehatan. Dilaksanakan berdasarkan
kaidah-kaidah keperawatan sebagai suatu profesi yang berdasarkan ilmu dan kiat
keperawatan, bersifat humanistic, dan berdasarkan pada kebutuhan objektif pasien
untuk mengatasi masalah yang dihadapi. Asuhan keperawatan merupakan suatu hal
yang tidak akan terlepas dari pekerjaan seorang perawat dalam menjalankan tugas
serta kewajibannya serta peran dan fungsinya terhadap pada pasien.

5. Bagaimana hubungan clinical pathway dengan mutu?

Clinical Pathway dibuat untuk memberikan rincian apa yang harus dilakukan pada
kondisi klinis tertentu. Secara sederhana dapat dibilang bahwa clinical pathway adalah
sebuah alur yang menggambarkan proses mulai saat penerimaan pasien hingga
pemulangan pasien. Clinical pathway menyediakan standar pelayanan minimal dan
memastikan bahwa pelayanan tersebut tidak terlupakan dan dilaksanakan tepat
waktu. Pelayanan dalam Clinical Pathway bersifat multidisiplin sehingga semua pihak
yang terlibat dalam pelayanan dokter/dokter gigi, perawat, fisioterapis,
nutrisionis/dietisien, apoteker, dll dapat menggunakan format yang sama. Kelebihan
format ini adalah perkembangan pasien dapat dimonitor setiap hari, baik intervensi
maupun outcome-nya. Oleh karena itu maka Clinical Pathway paling layak dibuat untuk
penyakit atau kondisi klinis yang memerlukan pendekatan multidisiplin, dan perjalanan
klinisnya dapat diprediksi (pada setidaknya 70% kasus). Bila dalam perjalanan klinis
ditemukan hal-hal yang menyimpang, ini harus dicatat sebagai varian yang harus dinilai
lebih lanjut. Umumnya clinical pathway dikembangkan untuk diagnosa atau tindakan
yang sifatnya "high-volume", "high-risk" dan "high-cost".

Dengan implementasi clinical pathway, diharapkan pasien benar-benar mendapat


pelayanan yang dibutuhkan sesuai kondisinya sehingga biaya yang dikeluarkan pun
dapat sesuai dengan perawatan yang diterima dan hasil yang diharapkan. Adanya
clinical pathway juga dapat membantu dokter saat melakukan perawatan. Rincian
tahapan-tahapan perawatan pasien yang tertera dalam clinical pathway dapat menjadi
panduan dokter saat melakukan tindakan. Implementasi clinical pathway dapat menjadi
sarana dalam terwujudnya tujuan rumah sakit yakni dalam meningkatkan mutu
pelayanan rumah sakit, meningkatkan keselamatan pasien rumah sakit dan
meningkatkan perlindungan bagi pasien, masyarakat serta sumber daya rumah sakit.

Anda mungkin juga menyukai