Anda di halaman 1dari 12

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Percobaan


4.1.1 Hasil Percobaan untuk Sampel Batu Bata dengan Ukuran 180/200 Mesh
Tabel 4.1 Data Hasil Percobaan untuk Sampel Batu Bata dengan Ukuran
180/200 Mesh

Waktu z (cm)
(menit) Medium Etanol Medium Kerosin
Co = 30 (g/L) Co = 50 (g/L) Co = 30 (g/L) Co = 50 (g/L)
0 15,2 16,2 11,3 15,3
3 1,4 4,1 2,3 4,1
9 1,3 3,0 2,2 4,1
12 1,3 3,0 2,1 4,0
15 1,3 2,9 2,1 4,0
18 - 2,9 2,1 4,0
21 - 2,9 - -

4.1.2 Hasil Percobaan untuk Sampel Tepung dengan Ukuran 180/200 Mesh
Tabel 4.2 Data Hasil Percobaan untuk Sampel Tepung dengan Ukuran 180/200
Mesh

Waktu z (cm)
(menit) Medium Etanol Medium Kerosin
Co = 30 (g/L) Co = 50 (g/L) Co = 30 (g/L) Co = 50 (g/L)
0 15,5 16,5 17,6 18,4
3 3,6 10,1 12,4 12,6
6 2,9 6,3 11,3 10,7
9 2,8 6,0 9,8 8,2
12 2,8 5,8 8,2 7,8
15 2,8 5,8 7,9 6,1
18 - 5,8 6,8 4,8
21 - - 5,3 3,5
24 - - 4,4 3,3
27 - - 3,7 3,2
30 - - 2,1 2,8
33 - - 2,1 2,7
36 - - 2,1 2,7
39 - - - 2,7

4.2 Pembahasan
4.2.1 Hubungan Tinggi Antarmuka (z) dengan Waktu Pengendapan (t) dalam
Etanol
Adapun grafik hubungan tinggi antarmuka (z) dengan waktu pengendapan (t)
dalam etanol adalah sebagai berikut:

12
Co = 30
Co=30 gram/L
gram/L Batu
Batu Bata
Bata 180/200 Mesh
180/200 Mesh dengan
dengan Etanol
Medium Medium Etanol
10
Co = 50
Co=50 gram/L
gram/L Batu
Batu Bata
Bata 180/200
180/200 Mesh
Mesh dengan
Tinggi Antarmuka (cm)

dengan Etanol
Medium Medium Etanol
8
Co = 30
Co=30 gram/L
gram/L Tepung
Tepung
180/200Mesh
180/200 Meshdengan
dengan
6 MediumEtanol
Medium Etanol

Co=50 gram/L
Co = 50 Tepung
gram/L Tepung
180/200
180/200Mesh
Meshdengan
dengan
4
Medium
MediumEtanol
Etanol

0
00 5 10 15 20 25
Waktu Pengendapan (menit)

Gambar 4.1 Hubungan Tinggi Antarmuka (z) terhadap Waktu Pengendapan (t) dalam
Etanol
Gambar 4.1 menunjukkan hubungan tinggi antarmuka (z) terhadap waktu
pengendapan (t). Pada Gambar 4.1 dapat dilihat bahwa tinggi antarmuka berbanding
terbalik dengan waktu pengendapan. Sampel yang digunakan adalah batu bata dan
tepung dengan ukuran partikel 180/200 mesh, sedangkan medium pelarutnya adalah
etanol. Konsentrasi (Co) yang digunakan dalam percobaan ini adalah 30 g/L dan 50
g/L. Pada sampel batu bata dengan konsentasi awal Co = 30 g/L dalam interval
waktu 3 menit dimana tinggi antarmuka yang diperolah adalah 15,2; 1,4 cm dan
konstan pada menit ke-15 dengan tinggi antar muka 1,3 cm. Sedangkan pada Co = 50
g/L memperoleh tinggi antarmuka berturut-turut 16,2; 4,1; 3,0 cm dan konstan pada
menit ke-21 dengan tinggi antarmuka 2,9 cm.
Pada sampel tepung dengan Co = 30 g/L dalam interval waktu 3 menit
diperoleh tinggi antarmuka berturut-turut 15,5; 3,6; 2,9 cm dan konstan pada menit
ke-15 dengan tinggi antarmuka 2,8 cm. Sedangkan untuk Co = 50 g/L diperoleh
tinggi antarmuka berturut-turut sebesar 16,5; 10,1; 6,3; 6,0 cm dan konstan pada
menit ke-18 dengan tinggi antarmuka 5,8 cm.
Berdasarkan teori, hubungan tinggi antarmuka dengan waktu dapat dilihat
dalam persaamaan berikut:

∆h hi − hi−1 (Guo, et all., 2015)


𝑣𝑖 = − =
∆t t i − t i−1

dimana :
vi = Laju sedimentasi pada waktu ti (cm/s)
Δh = perbedaan ketinggian sedimentasi (cm)
Δt = interval waktu (s)
hi = tinggi sedimentasi pada waktu ti (cm)
Berdasarkan persamamaan di atas, tinggi antarmuka berbanding terbalik
dengan waktu pengendapan. Tinggi antarmuka akan semakin kecil dengan
bertambahnya waktu.
Dari hasil percobaan dapat dilihat bahwa hasil percobaan sesuai dengan teori,
dimana tinggi antamuka semakin rendah seiring bertambahnya waktu pengendapan.
4.2.2 Hubungan Tinggi Antarmuka (z) dengan Waktu Pengendapan (t) dalam
Kerosin
Adapun grafik hubungan tinggi antarmuka (z) dengan waktu pengendapan (t)
dalam kerosin adalah sebagai berikut:

20 Co = 30
Co=30 gram/L
gram/L Batu
Batu Bata
Bata
180/200 Mesh dengan
180/200 Mesh dengan
18 MediumKerosin
Medium Kerosin

16 Co = 50
Co=50 gram/L
gram/L Batu
Batu Bata
Bata
180/200Mesh
180/200 Meshdengan
dengan
MediumKerosin
Medium Kerosin
14
Tinggi Antarmuka (cm)

Co=30 gram/L
Co = 30 Tepung
gram/L Tepung
12 180/200
180/200Mesh
Meshdengan
dengan
Medium
MediumKerosin
Kerosin
10
Co=50 gram/L
Co = 50 Tepung
gram/L Tepung
180/200 Mesh dengan
180/200 Mesh dengan
8
Medium
MediumKerosin
Kerosin
6

0
00 10 20 30 40
Waktu Pengendapan (menit)

Gambar 4.2 Hubungan Tinggi Antarmuka (z) terhadap Waktu Pengendapan (t) dalam
Kerosin
Gambar 4.2 menunjukkan hubungan tinggi antarmuka (z) terhadap waktu
pengendapan (t). Pada Gambar 4.2 dapat dilihat bahwa tinggi antarmuka berbanding
terbalik dengan waktu pengendapan. Sampel yang digunakan adalah batu bata dan
tepung dengan ukuran partikel 180/200 mesh, sedangkan medium pelarutnya adalah
kerosin. Pada sampel batu bata dengan konsentasi awal Co = 30 g/L dalam interval
waktu 3 menit dimana tinggi antarmuka yang diperoleh adalah 11,3; 2,3; dan 2,2 cm
dan konstan pada menit ke-18 dengan tinggi antarmuka 2,1 cm. Sedangkan pada Co
= 50 g/L dalam interval waktu 3 menit diperoleh tinggi antarmuka 15,3; 4,1 cm dan
konstan pada menit ke-18 dengan tinggi antarmuka 4,0 cm. Pada sampel tepung
dengan konsentrasi awal Co = 30 g/L dalam interval waktu 3 menit dimana tinggi
antarmuka yang diperoleh 17,6; 12,4; 11,3; 9,8; 8,2; 7,9; 6,8; 5,3 cm dan konstan
pada menit ke-36 dengan tinggi antarmuka 2,1 cm. Sedangkan pada konsentrasi awal
50 g/L diperoleh tinggi antarmuka 18,4; 12,6; 10,7; 8,2; 7,8; 6,1; 4,8; 3,5; 3,3; 3,2;
2,8 cm dan konstan pada menit ke-39 dengan tinggi antarmuka 2,7 cm.
Berdasarkan teori hubungan tinggi antarmuka dengan waktu dapat dilihat
dalam persaamaan berikut:
∆h hi − hi−1 (Guo, et all., 2015)
𝑣𝑖 = − =
∆t t i − t i−1

dimana :
vi = Laju sedimentasi pada waktu ti (cm/s)
Δh = perbedaan ketinggian sedimentasi (cm)
Δt = interval waktu (s)
hi = tinggi sedimentasi pada waktu ti (cm)
Berdasarkan persamaan di atas, tinggi antarmuka berbanding terbalik dengan
waktu pengendapan. Tinggi antarmuka akan semakin kecil dengan bertambahnya
waktu.
Dari hasil percobaan dapat dilihat bahwa hasil percobaan sesuai dengan teori,
dimana tinggi antamuka semakin rendah seiring bertambahnya waktu pengendapan.
4.2.3 Hubungan Laju Pengendapan (V) terhadap Konsentrasi Padatan (CL)
dalam Etanol
Adapun grafik hubungan laju pengendapan (V) dengan konsentrasi padatan
(CL) dalam etanol adalah sebagai berikut:

1.8
Co=30 gram/L
Co = 30 Batu
gram/L Bata
Batu
180/200 Mesh dengan
Bata 180/200 Mesh
1.6 Medium
dengan Etanol
Medium Etanol

1.4 Co=30 gram/L


Co = 50 Tepung
gram/L Batu
180/200 Mesh dengan
Bata 180/200 Mesh
Medium
dengan Etanol
Medium Etanol
Laju Pengendapan (cm/menit)

1.2
Co=50 gram/L
Co = 30 Tepung
gram/L
1 180/200
TepungMesh dengan
180/200 Mesh
Medium
dengan Etanol
Medium Etanol
0.8 Co=50 gram/L
Co = 50 Batu Bata
gram/L
180/200
TepungMesh dengan
180/200 Mesh
0.6 Medium
dengan Etanol
Medium Etanol

0.4

0.2

0
0 0 100 200 300 400
Konsentrasi Padatan (gram/L)
Gambar 4.3 Hubungan Laju Pengendapan (V) terhadap Konsentrasi Padatan (CL)

Gambar 4.3 menunjukkan hubungan laju pengendapan (v) terhadap konsentrasi


padatan (CL). Pada Gambar 4.3 dapat dilihat bahwa dengan konsentrasi padatan yang
semakin besar akan diperoleh laju pengendapan yang semakin kecil. Pada sampel
batu bata dengan ukuran 180/200 mesh dalam etanol dengan konsentrasi awal
padatan C0 = 30 gr/L konstan pada konsentrasi 350,77 g/L dan laju pengendapan
konstan pada 0,63 cm/menit, sedangkan dengan konsentrasi awal padatan C0 = 50
g/L konstan pada konsentrasi 279,31 g/L dan laju pengendapan konstan pada 1,29
cm/menit. Pada sampel tepung dengan ukuran 180/200 mesh dalam etanol dengan
konsentrasi awal padatan C0 = 30 g/L konstan pada konsentrasi 166,07 g/L dan laju
pengendapan konstan pada 0,4 cm/menit, sedangkan dengan konsentrasi awal
padatan C0 = 50 g/L konstan pada konsentrasi 142,24 g/L dan laju pengendapan
kosntan pada 0,2 cm/menit.
Berdasarkan teori, hubungan laju pengendapan dengan konsentrasi padatan
dapat dilihat dalam persamaan berikut:
𝑉𝑠 (𝑥) = 𝑉𝑜 𝑒 −𝑛𝑥 (Garmsiri dan Shirazi, 2012)

dimana:
𝑉𝑠 = laju pengendapan (cm/s)
𝑉𝑜 = model parameter (cm/s)
𝑥 = konsentrasi volumetrik padatan
𝑛 = model parameter
Dari persamaan dapat dilihat bahwa laju pengendapan berbanding terbalik
dengan konsentrasi padatan. Semakin tinggi konsentrasi padatan maka akan semakin
rendah laju pengendapan.
Dari percobaan dapat dilihat bahwa hasil yang diperoleh tidak sesuai dengan
teori dimana terdapat pada konsentrasi yang tinggi diperoleh dari laju pengendapan
yang besar. Penyimpangan yang terjadi ini disebabkan oleh:
1. Pemakaian etanol yang kurang bersih sehingga adanya kontaminan yang
dapat mengganggu laju dari pengendapan.
2. Ketidaktelitian saat pengukuran tinggi antarmuka karena sampel bergerak
hampir tidak terlihat sehingga sulit dilihat secara visual.
4.2.4 Hubungan Laju Pengendapan (V) terhadap Konsentrasi Padatan (CL)
dalam Kerosin
Adapun grafik hubungan laju pengendapan (V) dengan konsentrasi padatan
(CL) dalam kerosin adalah sebagai berikut:
1.4
Co=30 gram/L
Co = 30 Batu
gram/L Batu
Bata180/200
Bata 180/200Mesh
Mesh
1.2 dengan
denganMedium
MediumKerosin
Kerosin

Co=50 gram/L
Co = 50 Batu
gram/L Bata
Batu
1 180/200 Mesh dengan
Bata 180/200 Mesh
Medium Kerosin Kerosin
dengan Medium
Laju Pengendapan (cm/menit)

0.8 Co=30 gram/L


Co = 30 Tepung
gram/L Tepung
180/200
180/200Mesh
Meshdengan
dengan
Medium
MediumKerosin
Kerosin
0.6
Co = 50
Co=50 gram/L
gram/L Tepung
Tepung
180/200Mesh
180/200 Meshdengan
dengan
MediumKerosin
Medium Kerosin
0.4

0.2

0
0 0 100 200 300 400
Konsentrasi Padatan (gram/L)
Gambar 4.4 Hubungan Laju Pengendapan (V) terhadap Konsentrasi Padatan (CL)

Gambar 4.4 menunjukkan hubungan laju pengendapan (v) terhadap konsntrasi


padatan (CL). Pada Gambar 4.4 dapat dilihat bahwa dengan konsentrasi padatan yang
semakin besar akan diperoleh laju pengendapan yang semakin kecil. Dimana pada
pelarut kerosin laju pengendapan lebih cepat dari etanol. Pada sampel batu bata
dengan ukuran 180/200 mesh dalam kerosin dengan konsentrasi awal padatan C0 =
30 g/L konstan pada konsentrasi padatan 161,43 g/L dan laju pengendapan konstan
pada 0,62 cm/menit, sedangkan dengan konsentrasi padatan awal C0= 50 g/L konstan
pada konsentrasi 197,50 g/L dan laju pengendapan 0,41 cm/menit. Pada sampel
tepung dengan ukuran 180/200 mesh dalam kerosin dengan konsentrasi awal padatan
C0 = 30 g/L konstan pada konsentrasi 251,43 g/L dan laju pengendapan konstan pada
0,82 cm/menit, sedangkan dengan konsentrasi awal padatan C0 = 50 g/L konstan
pada konsentrasi 340,74 g/L dan laju pengendapan konstan pada 0,76 cm/menit.
Berdasarkan teori, hubungan laju pengendapan dengan konsentrasi padatan
dapat dilihat dalam persamaan berikut:
𝑉𝑠 (𝑥) = 𝑉𝑜 𝑒 −𝑛𝑥 (Garmsiri dan Sirazi, 2012)
dimana:
𝑉𝑠 = laju pengendapan (cm/s)
𝑉𝑜 = model parameter (cm/s)
𝑥 = konsentrasi volumetrik padatan
𝑛 = model parameter
Dari persamaan dapat dilihat bahwa laju pengendapan berbanding terbalik
dengan konsentrasi padatan. Semakin tinggi konsentrasi padatan maka akan semakin
rendah laju pengendapan.
Dari percobaan dapat dilihat bahwa hasil yang diperoleh tidak sesuai dengan
teori dimana terdapat pada konsentrasi yang tinggi diperoleh dari laju pengendapan
yang besar. Penyimpangan yang terjadi ini disebabkan oleh:
1. Pemakaian kerosin yang tercampur dengan etanol pada saat dimasukkan
kedalam gelas ukur sehingga adanya kontaminan yang dapat mengganggu
laju dari pengendapan.
2. Ketidaktelitian saat pengukuran tinggi antarmuka.
4.2.5 Hubungan Laju Pengendapan (V) terhadap Waktu Pengendapan (t)
dalam Etanol
Adapun grafik hubungan laju pengendapan (V) dengan waktu pengendapan
(t) dalam etanol adalah sebagai berikut:

1.8

1.6 Co = 30
Co=30 gram/L
gram/L BatuBatu
Bata
180/200 Mesh dengan
Bata 180/200 Mesh
Medium
denganEtanol
Laju Pengendapan (cm/menit)

1.4 Medium Etanol

Co = 50
Co=50 gram/L
gram/L BatuBatu
Bata
1.2 180/200 Mesh dengan
Bata 180/200 Mesh
Medium
denganEtanol
Medium Etanol
1.0
Co = 30
Co=30 gram/L
gram/L Tepung
Tepung
180/200
180/200Mesh
Meshdengan
dengan
0.8 Medium
MediumEtanol
Etanol

0.6 Co = 50
Co=50 gram/L
gram/L Tepung
Tepung
180/200Mesh
180/200 Mesh dengan
dengan
Medium
MediumEtanol
Etanol
0.4

0.2

0.0
0 0 5 10 15 20 25
Waktu Pengendapan (menit)
Gambar 4.5 Hubungan Laju Pengendapan (V) terhadap Waktu Pengendapan (t)

Gambar 4.5 menunjukkan hubungan laju pengendapan (v) terhadap waktu


pengendapan (t). Pada Gambar 4.5 dapat dilihat bahwa laju pengendapan berbanding
lurus dengan waktu pengendapan. Berdasarkan grafik diatas meggunakan sampel
batu bata dan tepung dengan pelarut adalah etanol. Dimana apabila waktu semakin
lama pada proses pengendapan maka kecepatan pengendapan semakin lama dan
kecepatan laju menurun. Disebabkan oleh semakin sedikitnya partikel yang akan
terendapkan sehingga kurangnya dorongan pada partikel yang akan terendap.
Berdasarkan teori, hubungan laju pengendapan dengan waktu pengendapan
dapat dilihat dalam persamaan berikut :
(Vd.t) (River dan Richardson, 2018)
Tinggi endapan = h

dimana :
Vd = laju pengendapan partikel (cm/s)
t = waktu pengendapan (s)
h = tinggi kolom air (cm)
Dari persamaan dapat dilihat bahwa laju pengendapan berbanding terbalik
dengan waktu pengendapan. Semakin tinggi konsentrasi padatan maka akan semakin
rendah laju pengendapan maka waktu pengendapan semakin lama.
Berdasarkan hasil percobaan yang diperoleh adalah sesuai teori. Dimana pada
saat konsentrasi padatan 50 g/L laju pengendapan menurun dan waktu yang
digunakan untuk pengendapan semakin lama.

4.2.6 Hubungan Laju Pengendapan (V) terhadap Waktu Pengendapan (t)


dalam Kerosin
Adapun grafik hubungan laju pengendapan (v) dengan waktu pengendapan (t)
dalam kerosin adalah sebagai berikut:

1.4
Co = 30
Co=30 gram/L
gram/L Batu
Batu Bata
180/200 Mesh dengan
Bata 180/200 Mesh
1.2 Medium Kerosin Kerosin
dengan Medium
Laju Pengendapan (cm/menit)

1.0 Co = 50
Co=50 gram/L
gram/L Batu
Batu Bata
180/200 Mesh dengan
Bata 180/200 Mesh
Medium Etanol Kerosin
dengan Medium
0.8
Co=30 gram/L
Co = 30 Tepung
gram/L Tepung
0.6 180/200 Mesh dengan
180/200 Mesh dengan
Medium
MediumKerosin
Kerosin
0.4
Co=50 gram/L
Co = 50 Tepung
gram/L Tepung
0.2 180/200 Mesh dengan
180/200 Mesh dengan
Medium
MediumKerosin
Kerosin
0.0
0 0 10 20 30 40
Waktu Pengendapan (menit)
Gambar 4.6 Hubungan Laju Pengendapan (V) terhadap Waktu Pengendapan (t)
Gambar 4.6 menunjukkan hubungan laju pengendapan (V) terhadap Waktu
Pengendapan (t). Pada Gambar 4.6 dapat dilihat bahwa laju pengendapan berbanding
lurus dengan waktu pengendapan. Berdasarkan grafik diatas meggunakan sampel
batu bata dan tepung dengan pelarut adalah kerosin. Dimana pada pelarut ini dengan
waktu 3 menit seluruh partikel sudah terendap sempurna.
Berdasarkan teori, hubungan laju pengendapan dengan waktu pengendapan
dapat dilihat dalam persamaan berikut:
(Vd.t) (River dan Richardson, 2018)
Tinggi endapan =
h

dimana :
Vd = laju pengendapan partikel (cm/s)
t = waktu pengendapan (s)
h = tinggi kolom air (cm)
Dari persamaan dapat dilihat bahwa laju pengendapan berbanding terbalik
dengan waktu pengendapan. Semakin tinggi konsentrasi padatan maka akan semakin
rendah laju pengendapan maka waktu pengendapan semakin lama.
Berdasarkan hasil percobaan yang diperoleh adalah tidak sesuai teori. Dimana
pada saat konsentrasi padatan 50 g/L laju pengendapan meningkat dan waktu yang
digunakan untuk pengendapan semakin sangat cepat. Hal ini dipengaruhi oleh:
1. Perbedaan densitas pada kerosin dengan etanol
2. Tingkat kevolatilan minyak kerosin yang cukup tinggi
3. Tidak teliti dalam mengamati lamanya waktu pengendapan karena pengendapan
terjadi sangat lama dalam 3 menit.

Anda mungkin juga menyukai