Anda di halaman 1dari 23

KEAKTORAN

AKTING YANG BAIK


Akting tidak hanya berupa dialog saja, tetapi juga berupa gerak.
Dialog yang baik ialah dialog yang :
 terdengar (volume baik)
 jelas (artikulasi baik)
 dimengerti (lafal benar)
 menghayati (sesuai dengan tuntutan/jiwa peran yang ditentukan dalam naskah)

Gerak yang baik ialah gerak yang :


 terlihat (blocking baik)

 jelas (tidak ragu‑ragu, meyakinkan)

 dimengerti (sesuai dengan hukum gerak dalam kehidupan)


 menghayati (sesuai dengan tuntutan/jiwa peran yang ditentukan dalam naskah)

Penjelasan :
 Volume suara yang baik ialah suara yang dapat terdengar sampai jauh
 Artikulasi yang baik ialah pengucapan yang jelas. Setiap suku kata terucap dengan

jelas dan terang meskipun diucapkan dengan cepat sekali. Jangan terjadi kata‑kata

yang diucapkan menjadi tumpang tindih.


 Lafal yang benar pengucapan kata yang sesuai dengan hukum pengucapan bahasa
yang dipakai . Misalnya berani yang berarti "tidak takut" harus diucapkan berani

bukan ber‑ani.

 Menghayati atau menjiwai berarti tekanan atau lagu ucapan harus dapat menimbulkan
kesan yang sesuai dengan tuntutan peran dalam naskah
 Blocking ialah penempatan pemain di panggung, diusahakan antara pemain yang satu
dengan yang lainnya tidak saling menutupi sehingga penonton tidak dapat melihat
pemain yang ditutupi. Pemain lebih baik terlihat sebagian besar bagian depan tubuh
daripada terlihat sebagian besar belakang tubuh. Hal ini dapat diatur dengan patokan,
jika berdiri menghadap ke kanan, maka kaki kanan sebaiknya berada didepan. Kalau
berdiri menghadap ke kiri, maka kaki kiri sebaiknya berada didepan. Harus diatur
pula balance para pemain di panggung. Jangan sampai seluruh pemain mengelompok
di satu tempat.
Dalam hal mengatur balance, komposisinya:
Bagian kanan lebih berat daripada kiri
Bagian depan lebih berat daripada belakang
Yang tinggi lebih berat daripada yang rendah
Yang lebar lebih berat daripada yang sempit
Yang terang lebih berat daripada yang gelap
Menghadap lebih berat daripada yang membelakangi

Komposisi diatur tidak hanya bertujuan untuk enak dilihat tetapi juga untuk mewarnai
sesuai adegan yang berlangsung

Jelas, tidak ragu‑ragu, meyakinkan, mempunyai pengertian bahwa gerak yang

dilakukan jangan setengah‑setengah bahkan jangan sampai berlebihan. Kalau ragu‑

ragu terkesan kaku sedangkan kalau berlebihan terkesan over acting


Dimengerti, berarti apa yang kita wujudkan dalam bentuk gerak tidak menyimpang dari
hukum gerak dalam kehidupan. Misalnya bila mengangkat barang yang berat dengan
tangan kanan, maka tubuh kita akan miring ke kiri, dsb.

Menghayati berarti gerak‑gerak anggota tubuh maupun gerak wajah harus sesuai

tuntutan peran dalam naskah, termasuk pula bentuk dan usia.


BAB I
MEDITASI DAN KONSENTRASI

A. MEDITASI
Secara umum meditasi artinya adalah menenangkan pikiran. Dalam teater dapat diartikan
sebagai suatu usaha untuk menenangkan dan mengosongkan pikiran dengan tujuan untuk
memperoleh kestabilan diri.

Tujuan Meditasi adalah sebagai berikut:


a. Mengosongkan pikiran. Kita mencoba mengosongkan pikiran kita, dengan jalan
membuang segala sesuatu yang ada dalam pikiran kita, tentang berbagai masalah baik
itu masalah keluarga, sekolah, pribadi dan sebagainya. Kita singkirkan semua itu dari
otak kita agar pikiran kita bebas dari segala beban dan ikatan.
b. Meditasi sebagai jembatan. Disini alam latihan kita sebut sebagai alam "semu", karena
segala sesuatu yang kita kerjakan dalam latihan adalah semu, tidak pernah kita kerjakan
dalam kehidupan sehari-hari. Jadi setiap gerak kita akan berbeda dengan kelakuan kita
sehari-hari. Untuk itulah kita memerlukan suatu jembatan yang akan membawa kita
dari alam kehidupan kita sehari-hari ke alam latihan.

Cara meditasi adalah sebagai berikut :


a. Posisi tubuh tidak terikat, dalam arti tidak dipaksakan. Tetapi yang biasa dilakukan
adalah dengan duduk bersila, badan usahakan tegak. Cara ini dimaksudkan untuk
memberi bidang/ruangan pada rongga tubuh sebelah dalam.
b. Atur pernapasan dengan baik, hirup udara pelan-pelan dan keluarkan juga dengan
perlahan. Rasakan seluruh gerak peredaran udara yang masuk dan keluar dalam tubuh
kita.
c. Kosongkan pikiran kita, kemudian rasakan suasana yang ada disekeliling kita dengan
segala perasaan. Kita akan merasakan suasana yang hening, tenang, bisu, diam tak
bergerak. Kita menyuruh syaraf kita untuk lelap, kemudian kita siap untuk
berkonsentrasi.

Catatan :
Pada suatu saat mungkin kita kehilangan rangsangan untuk berlatih, seolah-olah timbul
kelesuan dalam setiap gerak dan ucapan. Hal ini sering terjadi akibat diri terlalu lelah atau
terlalu banyak pikiran. Jika hal ini tidak diatasi dan kita paksakan untuk berlatih, maka akan
sia-sia belaka. Cara untuk mengatasi adalah dengan MEDITASI. Meditasi juga perlu
dilakukan bila kita akan bermain di panggung, agar kita dapat mengkonsentrasikan diri kita
dengan peran yang hendak kita bawakan.

B. KONSENTRASI
Konsentrasi secara umum berarti "pemusatan". Dalam teater kita mengartikannya dengan
pemusatan pikiran terhadap alam latihan atau peran-peran yang akan kita bawakan agar
kita tidak terganggu dengan pikiran-pikiran lain, sehingga kita dapat menjiwai segala
sesuatu yang kita kerjakan.

Cara konsentrasi adalah sebagai berikut :


a. Kita harus melakukan dahulu meditasi. Kita kosongkan dulu pikiran kita, dengan cara-
cara yang sudah ditentukan. Kita kerjakan sesempurna mungkin agar pikiran kita benar-
benar kosong dan siap berkonsentrasi.
b. Setelah pikiran kita kosong, mulailah memasuki otak kita dengan satu unsur pikiran.
Rasakan bahwa saat ini sedang latihan, kita memasuki alam semu yang tidak kita dapati
dalam kehidupan sehari-hari. Jangan memikirkan yang lain, selain bahwa kita saat ini
sedang latihan teater.

Catatan :
Pada saat kita akan membawakan suatu peran, misalnya sebagai ayah, nenek, gadis pemalu
dan sebagainya, baik itu dalam latihan atau pementasan, konsentrasikan pikiran kita pada
hal tersebut. Jangan sekali-kali memikirkan yang lain.
BAB II
VOKAL

A. PERNAPASAN
Seorang artis panggung, baik itu dramawan ataupun penyanyi, maka untuk memperoleh
suara yang baik ia memerlukan pernapasan yang baik pula. Oleh karena itu ia harus melatih
pernapasan/alat-alat pernapasannya serta mempergunakannya secara tepat agar dapat
diperoleh hasil yang maksimum, baik dalam latihan ataupun dalam pementasan.

Macam-macam pernapasan
a. Pernapasan dada
Pada pernapasan dada kita menyerap udara kemudian kita masukkan ke rongga dada
sehingga dada kita membusung.

Di kalangan orang‑orang teater pernapasan dada biasanya tidak dipergunakan karena

disamping daya tampung atau kapasitas dada untuk udara sangat sedikit, juga dapat
mengganggu gerak/acting kita, karena bahu menjadi kaku.
b. Pernapasan perut
Dinamakan pernapasan perut jika udara yang kita hisap kita masukkan ke dalam perut
sehingga perut kita menggelembung,
Pernapasan perut dipergunakan oleh sebagian dramawan, karena tidak banyak
mengganggu gerak dan daya tampungnya lebih banyak dibandingkan dada.
c. Pernapasan lengkap
Pada pernapasan lengkap kita mempergunakan dada dan perut untuk menyimpan udara,
sehingga udara yang kita serap sangat banyak (maksimum).
Pernapasan lengkap dipergunakan oleh sebagian artis panggung yang biasanya tidak
terlalu mengutamakan acting, tetapi mengutamakan vokal.
d. Pernapasan diafragma
Pernapasan diafragma ialah jika pada waktu kita mengambil udara, maka diafragma
kita mengembang. Hat ini dapat kita rasakan dengan mengembangnya perut, pinggang,
bahkan bagian belakang tubuh di sebelah atas pinggul kita juga turut mengembang.
Menurut perkembangan akhir‑akhir ini, banyak orang‑orang teater yang

mempergunakan pernapasan diafragma, karena tidak banyak mengganggu gerak dan


daya tampungnya lebih banyak dibandingkan dengan pernapasan perut.

Latihan‑latihan pernapasan :

Pertama kita menyerap udara sebanyak mungkin. Kemudian masukkan ke dalam dada,
kemudian turunkan ke perut, sampai di situ napas kita tahan. Dalam keadaan demikian
tubuh kita gerakkan turun sampai batas maksimurn bawah. Setelah sampai di bawah,
lalu naik lagi ke posisi semula, barulah napas kita keluarkan kembali.
Cara kedua adalah menarik napas dan mengeluarkannya kembali dengan cepat.

Cara berikutnya adalah menarik napas dalam‑dalam, kemudian keluarkan lewat mulut

dengan mendesis, menggumam, ataupun cara‑cara lain. Di sini kita sudah mulai

menyinggung vokal.
Catatan :
Bila sudah menentukan pernapasan apa yang akan kita pakai, maka janganlah beralih ke
bentuk pernapasan yang lain.
B. VOKAL
Untuk menjadi seorang pemain drama yang baik, maka dia harus mernpunyai dasar vokal
yang baik pula. "Baik” di sini diartikan sebagai :
Þ Dapat terdengar (dalam jangkauan penonton, sampai penonton, yang paling belakang).
Þ Jelas (artikulasi/pengucapan yang tepat),
Þ Tersampaikan misi (pesan) dari dialog yang diucapkan.
Þ Tidak monoton.

Untuk mempunyai vokal yang baik ini, maka perlu dilakukan latihan‑latihan vokal. Banyak

cara, yang dilakukan untuk melatih vokal, antara lain :


Þ Tariklah napas, lantas keluarkan lewat mulut sambil menghentakan suara "wah…”
dengan energi suara. Lakukan ini berulang kali.
Þ Tariklah napas, lantas keluarkan lewat mulut sambil menggumam "mmm…mmm…”
(suara keluar lewat hidung).
Þ Sama dengan latihan kedua, hanya keluarkan dengan suara mendesis,"ssss……."

Þ Hirup udara banyak‑banyak, kemudian keluarkan vokal "aaaaa…….” sampai batas

napas yang terakhir. Nada suara jangan berubah.


Þ Sama dengan latihan di atas, hanya nada (tinggi rendah suara) diubah-ubah naik turun
(dalam satu tarikan napas)
Þ Keluarkan vokal “a…..a……” secara terputus-putus.

Þ Keluarkan suara vokal “a‑i‑u‑e‑o", “ai‑ao‑au‑ae‑", "oa‑oi‑oe‑ou", “iao‑iau‑iae‑aie‑aio‑

aiu‑oui‑oua‑uei‑uia‑......” dan sebagainya.

Þ Berteriaklah sekuat‑kuatnya sampai ke tingkat histeris.

Þ Bersuara, berbicara, berteriak sambil berjalan, jongkok, bergulung‑gulung, berlari,

berputar‑putar dan berbagai variasi lainnnya.

Catatan :

Apabila suara kita menjadi serak karena latihan‑latihan tadi, janganlah takut. Hal ini biasa

terjadi apabila kita baru pertama kali melakukan. Sebabnya adalah karena lendir‑lendir di

tenggorokan terkikis, bila kita bersuara keras. Tetapi bila kita sudah terbiasa, tenggorokan
kita sudah agak longgar dan selaput suara (larink) sudah menjadi elastis. Maka suara yang
serak tersebut akam menghilang dengan sendirinya. Dan ingat, janganlah terlalu memaksa

alat‑alat suara untuk bersuara keras, sebab apabila dipaksakan akan dapat merusak alat‑alat

suara kita. Berlatihlah dalam batas-batas yang wajar.


Latihan ini biasanya dilakukan di alam terbuka. misalnya di gunung, di tepi sungai, di dekat

air terjun dan sebagainya. Di sana kita mencoba mengalahkan suara‑suara di sekitar kita,

disamping untuk menghayati karunia Tuhan.


C. ARTIKULASI
Yang dimaksud dengan artikulasi pada teater adalah pengucapan kata melalui mulut agar
terdengar dengan baik dan benar serta jelas, sehingga telinga pendengar/penonton dapat

mengerti pada kata‑kata yang diucapkan.

Pada pengertian artikulasi ini dapat ditemukan beberapa sebab yang mengakibatkan
terjadinya artikulasi yang kurang/tidak benar, yaitu :
Þ Cacat artikulasi alam : cacat artikulasi ini dialami oleh orang yang berbicara gagap atau
orang yang sulit mengucapkan salah satu konsonon, misalnya ‘r’, dan sebagainya.
Þ Artikulasi jelek ini bukan disebabkan karena cacat artikulasi, melainkan terjadi sewaktu‑

waktu. Hal ini sering terjadi pada pengucapan naskah/dialog. Misalnya, Kehormatan menjadi
kormatan. Menyambung menjadi mengambung, dan sebagainya. Artikulasi jelek disebabkan
karena belum terbiasa pada dialog, pengucapan terlalu cepat, gugup, dan sebagainya.

Þ Artikulasi tak tentu : hal ini terjadi karena pengucapan kata/dialog terlalu cepat, seolah‑

olah kata demi kata berdempetan tanpa adanya jarak sama sekali.
Untuk mendapatkan artikulasi yang baik maka kita harus melakukan latihan
Þ Mengucapkan alfabet dengan benar, perhatikan bentuk mulut pada setiap pengucapan.

Ucapkan setiap huruf dengan nada‑nada tinggi, rendah, sengau, kecil, besar, dsb. Juga

ucapkanlah dengan berbisik.


Þ Variasikan dengan pengucapan lambat, cepat, naik, turun, dsb
Þ Membaca kalimat dengan berbagai variasi seperti di atas. Perhatikan juga bentuk mulut.
D. GESTIKULASI
Gestikulasi adalah suatu cara untuk memenggal kata dan memberi tekanan pada kata atau
kalimat pada sebuah dialog. Jadi seperti halnya artikulasi, gestikulasi pun merupakan bagian
dari dialog, hanya saja fungsinya yang berbeda.
Gestikulasi tidak disebut pemenggalan kalimat karena dalam dialog satu kata dengan satu

kalimat kadang‑kadang memiliki arti yang sama. Misalnya kata "Pergi !!!!” dengan kalimat

"Angkat kaki dari sini !!!". Juga dalam drama bisa saja terjadi sebuah dialog yang berbentuk
"Lalu ?” , "Kenapa ?” atau "Tidak !" dan sebagainya. Karena itu diperlukan suatu
ketrampilan dalam memenggal kata pada sebuah dialog.

Gestikulasi harus dilakukan sebab kata‑kata yang pertama dengan kata berikutnya dalam

sebuah dialog dapat memiliki maksud yang berbeda. Misalnya: "Tuan kelewatan. Pergi!".
Antara "Tuan kelewatan" dan "Pergi" harus dilakukan pemenggalan karena antara keduanya
memiliki maksud yang berbeda.
Hal ini dilakukan agar lebih lancar dalam memberikan tekanan pada kata. Misalnya "Tuan
kelewatan"....... (mendapat tekanan), “Pergi….” (mendapat tekanan).
E. INTONASI
Seandainya pada dialog yang kita ucapkan, kita tidak menggunakan intonasi, maka akan

terasa monoton, datar dan membosankan. Yang dimaksud intonasi di sini adalah tekanan‑
tekanan yang diberikan pada kata, bagian kata atau dialog. Dalam tatanan intonasi, terdapat
tiga macam, yaitu :

Tekanan Dinamik (keras‑lemah)

Ucapkanlah dialog pada naskah dengan melakukan penekanan‑penekanan pada setiap kata

yang memerlukan penekanan. Misainya saya pada kalimat "Saya membeli pensil ini"
Perhatikan bahwa setiap tekanan memiliki arti yang berbeda.
- SAYA membeli pensil ini. (Saya, bukan orang lain)
- Saya MEMBELI pensil ini. (Membeli, bukan, menjual)
- Saya membeli PENSIL ini. (Pensil, bukan buku tulis)

Tekanan.Nada (tinggi)

Cobalah mengucapkan kalimat/dialog dengan memakai nada/aksen, artinya tidak


mengucapkan seperti biasanya. Yang dimaksud di sini adalah membaca/mengucapkan dialog

dengan Suara yang naik turun dan berubah‑ubah. Jadi yang dimaksud dengan tekanan nada

ialah tekanan tentang tinggi rendahnya suatu kata.

Tekanan Tempo

Tekanan tempo adalah memperlambat atau mempercepat pengucapan. Tekanan ini sering
dipergunakan untuk lebih mempertegas apa yang kita maksudkan. Untuk latihannya cobalah

membaca naskah dengan tempo yang berbeda‑beda. Lambat atau cepat silih berganti.

F. WARNA SUARA
Hampir setiap orang memiliki warna suara yang berbeda. Demikian pula usia sangat
mempengaruhi warna suara. Misalnya saja seorang kakek, akan berbeda warna suaranya
dengan seorang anak muda. Seorang ibu akan berbeda warna suaranya dengan anak gadisnya.

Apalagi antara laki‑laki dengan perempuan, akan sangat jelas perbedaan warna suaranya.
Jadi jelaslah bahwa untuk membawakan suatu dialog dengan baik, maka selain harus
memperhatikan artikulasi, gestikulasi dan intonasi, harus memperhatikan juga warna suara.

Sebagai latihan dapat dicoba merubah‑rubah warna suara dengan menirukan warna suara

seorang tua, pengemis, anak kecil, dsb.

Selain mengenai dasar‑dasar vokal di atas, dalam sebuah dialog diperlukan juga adanya suatu

penghayatan. Mengenai penghayatan ini akan diterangkan dalam bagian tersendiri. Untuk

latihan cobalah membaca naskah berikut ini dengan menggunakan dasar‑dasar vokal seperti

di atas.

(Si Dul masuk tergopoh‑gopoh)

Dul :

Aduh Pak….e…..e…..itu, Pak…. Anu…. Pak….a….a….ada orang bawa koper, pakaiannya


bagus. Saya takut, Pak, mungkin dia orang kota, Pak.
Paiman :

Goblog ! Kenapa Takut ? Kenapa tidak kau kumpulkan orang-orangmu untuk mengusirnya ?
Pak Gondo :

(kepada Paiman) Kau lebih-lebih Goblog ! Kau membohongi saya ! Kau tadi lapor apa ?!
Sudah tidak ada orang kota yang masuk ke daerah kita, hei ! (sambil mencengkeram Paiman).
Paiman :

Sungguh, Pak, sudah lama tidak ada orang kota yang masuk.
Pak Gondo :

(membentak sambil mendorong) Diam Kamu ! (kepada si Dul) Di mana dia sekarang ?
Dul :

Di sana Pak, mengintip orang mandi di kali sambil motret.


BAB III
GERAK DALAM TEATER

A. OLAH TUBUH
Sebelum kita melangkah lebih jauh untuk mempelajari seluk beluk gerak, maka terlebih
dahulu kita harus mengenal tentang olah tubuh. Olah tubuh (bisa juga dikatakan senam),
sangat perlu dilakukan sebelum kita mengadakan latihan atau pementasan. Dengan berolah
tubuh kita akan, mendapat keadaaan atau kondisi tubuh yang maksimal.

Selain itu olah tubuh juga mempunyai tujuan melatih atau melemaskan otot‑otot kita supaya

elastis, lentur, luwes dan supaya tidak ada bagian‑bagian tubuh kita yang kaku selama

latihan-latihan nanti.

Pelaksanaan olah tubuh

a. Pertama sekali mari kita perhatikan dan rasakan dengan segenap panca indera yana kita
punyai, tentang segala rakhmat yang dianugerahkan kepada kita. Dengan memakai rasa kita
perhatikan seluruh tubuh kita, mulai dari ujung rambut sampai ujung kaki, yang mana
semuanya itu merupakan rakhmat Tuhan yarig diberikan kepada kita.
b. Sekarang mari kita menggerakkan tubuh kita.
- Jatuhkan kepala ke depan. Kemudian jatuhkan ke belakanq, ke kiri, ke kanan. Ingat
kepala/leher dalam keadaan lemas, seperti orang mengantuk.

- Putar kepala pelan‑pelan dan rasakan lekukan‑lekukan di leher, mulai dari muka.

kemudian ke kiri, ke belakang dan ke kanan. Begitu seterusnya dan lakukan berkali‑kali.

Ingat, pelan‑pelan dan rasakan !

- Putar bahu ke arah depan berkali‑kali, juga ke arah belakang. Pertama satu-persatu

terlebih dahulu, baru kemudian bahu kiri dan kanan diputar serentak.
- Putar bahu kanan ke arah depan, sedangkan bahu kiri diputar ke arah belakang.
Demikian pula sebaliknya.
- Rentangkan tangan kemudian putar pergelangan tangan, putar batas siku, putar tangan

keseluruhan. Lakukan berkali‑kali, pertama tangan kanan dahulu, kemudian tangan kiri, baru

bersama‑sama.

- Putar pinggang ke kiri, depan, kanan, belakang. Juga sebaliknya.


- Ambil posisi berdiri yang sempurna, lalu angkat kaki kanan dengan tumpuan pada
kaki kiri. Jaga jangan sampai jatuh. Kemudian putar pergelangan kaki kanan, putar lutut
kanan, putar seluruh kaki kanan. Kerjakan juga pada kaki kiri sesuai dengan cara di atas.

- Sebagai pembuka dan penutup olah tubuh ini, lakukan iari‑lari di tempat dan meloncat

‑loncat.

Macam-macam gerak

Setiap orang memerlukan gerak dalam hidupnya. Banyak gerak yang dapat dilakukan

manusia. Dalam latihan dasar teater, kita juga harus mengenal dengan baik bermacam‑

macam gerak Latihan‑latihan mengenai gerak ini harus diperhatikan secara khusus oleh

seseorang yang berkecimpung dalam bidang teater.


Pada dasarnya gerak dapat dibaqi menjadi dua, yaitu
a. Gerak teaterikal
Gerak teaterikal adalah gerak yang dipakai dalam teater, yaitu gerak yang lahir dari keinginan
bergerak yang sesuai dengan apa yang dituntut dalam naskah. Jadi gerak teaterikal hanya
tercipta pada waktu memainkan naskah drama.
b. Gerak non teaterikal

Gerak non teaterikal adalah gerak kita dalam kehidupan sehari‑hari. Gerak yang dipakai

dalam teater (gerak teaterikal) ada bermacam‑macam, secara garis besar dapat kita bagi

menjadi dua, yaitu gerak halus dan gerak kasar.


1) Gerak Halus
Gerak halus adalah gerak pada raut muka kita atau perubahan mimik, atau yanq lebih dikenal
lagi dengan ekspresi. Gerak ini timbul karena pengaruh dari dalam/emosi, misalnya marah,
sedih, gembira, dsb.
2) Gerak Kasar
Gerak kasar adalah gerak dari seluruh/sebagian anggota tubuh kita. Gerak ini timbul karena
adanya pengaruh baik dari luar maupun dari dalam. Gerak kasar masih dapat dibagi menjadi
empat bagian, yaitu :

a) Business, adalah gerak‑gerak kecil yang kita lakukan tanpa penuh kesadaran Gerak ini

kita lakukan secara spontan, tanpa terpikirkan (refleks). Misalnya :

- sewaktu kita sedang mendengar alunan musik, secara tak sadar kita menggerak‑

gerakkan tangan atau kaki mengikuti irama musik.


- sewaktu kita sedang belajar/membaca, kaki kita digigit nyamuk. Secara refleks tangan
kita akan memukul kaki yang tergigit nyamuk tanpa kehilangan konsentrasi kita pada belajar.

b) Gestures, adalah gerak‑gerak besar yang kita lakukan. Gerak ini adalah gerak yang kita

lakukan secara sadar. Gerak yang terjadi setelah mendapat perintah dari diri/otak kita Untuk
melakukan sesuatu, misalnya saja menulis, mengambil gelas, jongkok, dsb.
c) Movement, adalah gerak perpindahan tubuh dari tempat yang satu ke tempat yang lain.

Gerak ini tidak hanya terbatas pada berjalan saja, tetapi dapat juga berupa berlari, bergulung‑

gulung, melompat, dsb.


d) Guide, adalah cara berjalan. Cara berjalan disini bisa bermacam-macam. Cara berjalan
orang tua akan berbeda dengan cara berjalan seorang anak kecil, berbeda pula dengan cara
berjalan orang yang sedang mabuk, dsb.

Latihan gerak

Setiap gerakan yang kita lakukan harus mempunyai arti, motif dan dasar. Hal ini harus benar-
benar diperhatikan dan harus diyakini benar-benar oleh seorang pemain apa maksud dan
maknanya ia melakukan gerakan yang demikian itu.
Dalam latihan gerak, kita mengenal latihan “gerak-gerak dasar”. Latihan mengenai gerak-
gerak dasar ini kita bagi menjadi tiga bagian, yaitu :
a. Gerak dasar bawah : posisinya dalam keadaan duduk bersila. Di sini kita hanya boleh
bergerak sebebasnya mulai dari tempat kita berpijak sampai pada batas kepala kita.
b. Gerak dasar tengah : posisi kita saat ini dalam keadaan setengah berdiri. Di sini kita
diperbolehkan bergerak mulai dari bawah sampai diatas kepala.
c. Gerak dasar atas : di sini kita boleh bergerak sebebas-bebasnya tanpa ada batas.
Dalam melakukan gerak-gerak dasar diatas kita dituntut untuk berimprovisasi/ menciptakan
gerak-gerak yang bebas, indah dan artistik.

Latihan-latihan gerak yang lain :

a. Latihan cermin.
Dua orang berdiri berhadap-hadapan satu sama lain. Salah seorang lalu membuat gerakan dan
yang lain menirukannya, persis seperti apa yang dilakukan temannya, seolah-olah sedang
berdiri didepan cermin. Latihan ini dilakukan bergantian.
b. Latihan gerak dan tatap mata.
Sama dengan latihan cermin, hanya waktu berhadapan mata kedua orang tadi saling tatap,
seolah kedua pasang mata sudah saling mengerti apa yang akan digerakkan nanti.
c. Latihan melenturkan tubuh.
Seseorang berdiri dalam keadaan lemas. Kemudian seorang lagi membantu mengangkat
tangan temannya. Setelah sampai atas dijatuhkan. Dapat juga sebelum dijatuhkan lengan /
tangan tersebut diputar-putar terlebih dahulu.
d. Latihan gerak bersama.
Suatu kelompok yang terdiri dari beberapa orang melakukan gerakan yang sama seperti
dilakukan oleh pemimpin kelompok tersebut, yang berdiri didepan mereka.
e. Latihan gerak mengalir.
Suatu kelompok yang terdiri beberapa orang saling bergandengan tangan, membentuk
lingkaran. Kemudian salah seorang mulai melakukan gerakan (menggerakkan tangan atau
tubuh) dan yang lain mengikuti gerakan tangan orang yang menggandeng tangannya. Selama
melakukan gerakan, tangan kita jangan sampai terlepas dari tangan teman kita. Latihan ini
dilakukan dengan memejamkan mata dan konsentrasi, sehingga akan terbentuk gerakan yang
artistik.
B. GERAK DAN VOKAL
Setelah kita berlatih tentang vokal dan gerak secara terpisah, maka sekarang kita mencoba
untuk memadukan antara vokal dan gerak. Banyak bentuk-bentuk latihan yang dapat
dilakukan, antara lain mengucapkan kalimat yang panjang sambil berlari-lari, melompat,
jongkok, bergulung-gulung, atau juga bisa dengan memutar-mutar kepala, memutar-mutar
tubuh, dan sebagainya.
Latihan ini berguna sekali bagi kita pada waktu acting. Tujuannya adalah agar vokal dan
gerak kita selalu serasi, agar gerak kita tidak terlalu banyak berpengaruh pada vokal.
BAB IV
PENGGUNAAN PANCA INDERA DALAM TEATER
A. PANCA INDRA
Manusia yang normal dikaruniai Tuhan dengan lima panca indera secara utuh. Dalam
kehidupan sehari-hari kita selalu menggunakan panca indera kita tersebut, baik secara
bersama-sama ataupun sendiri-sendiri. Dalam teater kita juga harus menggunakan indera kita
dengan baik agar dapat memainkan suatu peran dengan baik pula.
Supaya alat-alat indera kita dapat bekerja semaksimal mungkin, tentu saja harus dilatih. Hal
ini sangat perlu dalam teater untuk membantu kita dalam membentuk ekspresi. Bentuk-
bentuk latihan yang dapat dilakukan, antara lain :

Mata

Duduk bersila sambil menatap suatu titik di dinding. Konsentrasi hanya pada titik tersebut.
Usahakan menatap titik tersebut tanpa berkedip, selama mungkin.

Telinga

Duduk bersila, pejamkan mata. Sementara itu seseorang mengetuk-ngetuk sesuatu pada
beberapa macam benda, dimana setiap benda memiliki nada / suara yang berlainan. Hitunglah
berapa kali ketukan pada benda yang sudah ditentukan.
Duduklah ditepi jalan yang ramai, sambil memejamkan mata. Cobalah untuk mengenali suara
apa saja yang masuk ke telinga, misalnya suara truk, bus, sepeda motor, suara tawa seseorang
diatas sepeda motor, suara sepatu diatas trotoar,dsb.

Hidung
Duduk ditepi jalan sambil memejamkan mata, kemudian cobalah untuk mengenali bau apa
yang ada disekitar kita. Misalnya bau keringat orang yang lewat didepan kita, bau parfum,
asap knalpot, asap rokok, atau tanah yang baru disiram hujan, dsb.
Ciumlah tangan, kaki, pakaian, dan jika bisa seluruh tubuh kita, rasakan dan hayati benar-
benar bagaimana baunya.

Kulit

Rabalah tangan, kaki, kepala dan seluruh tubuh kita, juga pakaian kita. Rasakan dan kenalilah
tubuh kita itu, cari perbedaan antara setiap tubuh.
Rabalah dinding, lantai, meja, atau benda-benda lain. Perhatikanlah bagaimana rasanya,
dingin atau panas. Juga sifatnya halus atau kasar dan coba juga mengenali bentuknya.
Lakukan latihan ini dengan mata terpejam.

Lidah

Rabalah dengan lidah bagaimana bentuk mulut kita, bagaimana bentuk gigi, langit-langit,
bibir, dsb.
Rasakan dengan menjilat, bagaimana rasa dari sebuah kancing baju, sapu tangan, batang
pensil, tangan yang berkeringat,dsb.

BAB V
KARAKTERISASI
A. DEFINISI KARAKTER
Karakterisasi adalah suatu usaha untuk menampilkan karakter atau watak dari tokoh yang
diperankan. Tokoh-tokoh dalam drama, adalah orang-orang yang berkarakter. Jadi seorang
pemain drama yang baik harus bisa menampilkan karakter dari tokoh yang diperankannya
dengan tepat. Dengan demikian penampilannya akan menjadi sempurna karena ia tidak hanya
menjadi figur dari seorang tokoh saja, melainkan juga memiliki watak dari tokoh tersebut.
Agar kita dapat memainkan tokoh yang berkarakter seperti yang dituntut naskah, maka kita
harus terlebih dahulu mengenal watak dari tokoh tersebut. Suatu misal, kita dapat peran
menjadi seorang pengemis. Nah, kita harus mengenal secara lengkap bagaimana sifat-
sifatnya, tingkah lakunya, dsb. Apakah dia seorang yang licik, pemberani, atau pengecut,
alim, ataukah hanya sekedar kelakuan yang dibuat-buat.
Demikianlah, kita menyadari bahwa untuk memerankan suatu tokoh, kita tidak hanya
memerankan jabatannya, tetapi juga wataknya. Misalnya, tokoh (A) … jabatan (lurah) …
watak (licik, pura-pura, pengecut). Tokoh (B) … jabatan (jongos) … watak (baik hati, ramah,
jujur, mengalah)
Untuk melatih karakteristik dapat dipakai cara sebagai berikut :
Þ Dengan menirukan gerak-gerak dasar yang biasa dilakukan oleh pengemis, kakek, anak
kecil, pemabuk, orang buta, dsb. (yang dimaksud dengan gerak-gerak dasar disini adalah ciri-
ciri khas)
Þ Dua orang atau lebih, berdiri dan berkonsentrasi, kemudian salah satu memberi perintah
kepada temannya untuk bertindak / berlaku sebagai tokoh dari apa yang diceritakan. Untuk
membantu memberi suasana, dapat memakai musik pengiring.
Untuk memperdalam mengenai karakteristik, maka agaknya perlu juga kita mempelajari
observasi, ilusi, imajinasi dan emosi. Untuk itu marilah kita kenali satu persatu.

OBSERVASI

Observasi adalah suatu metode untuk mempelajari / mengamati seorang tokoh. Bagaimana
tingkah lakunya, cara hidupnya, kebiasaannya, pergaulannya, cara bicaranya, dsb. Setelah
kita mengenal segala sesuatu tentang tokoh tersebut, kita akan mengetahui wujud dari tokoh
itu. Setelah itu baru kita menirukannya. Dengan demikian kita akan menjadi tokoh yang kita
ingini.

ILUSI

Ilusi adalah bayangan atas suatu peristiwa yang akan terjadi maupun yang telah terjadi, baik
yang dialami sendiri maupun yang tidak. Kejadian itu dapat berupa pengalaman, hasil
observasi, mimpi, apa yang dilihat, dirasakan, ataupun angan-angan, kemungkinan-
kemungkinan, ramalan, dsb.
Cara-cara melatihnya antara lain :
- Menyampaikan data-data tentang suatu kecelakaan, kebakaran, dsb.
- Bercerita tentang perjalanan keliling pulau Jawa, ketika dimarahi guru, dsb.
- Menyampaikan pendapat tentang lingkungan hidup, sopan santun dikampung, dsb.
- Menyampaikan keinginan untuk menjadi raja, polisi, dewa, burung, artis, dsb.
- Berangan-angan bahwa kelak akan terjadi perang antar planet, dsb.

IMAJINASI

Imajinasi adalah suatu cara untuk menganggap sesuatu yang tidak ada menjadi seolah-olah
ada. Kalau ilusi obyeknya adalah peristiwa, maka imajinasi obyeknya benda atau sesuatu
yang dibendakan. Tujuannya adalah agar kita tidak hanya selalu menggantungkan diri pada
benda-benda yang kongkrit. Juga diatas pentas, penonton akan melihat bahwa apa yang
ditampilkan tampak benar-benar terjadi walaupun sesungguhnya tidak terlihat, benar-benar
dialami sang pelaku. Kemampuan untuk berimajinasi benar-benar diuji bilamana kita sedang
memainkan sebuah pantomim.
Sebagai contoh, dalam naskah OBSESI, terjadi dialog antara pemimpin koor dengan roh suci.
Roh suci disini hanya terdengar suaranya, tetapi pemain harus menganggap bahwa roh suci
benar-benar ada. Dalam contoh lain dapat kita lihat pada sebuah naskah yang didalamnya
terdapat sebuah dialog, sebagai berikut : “ Hei letnan, coba perhatikan perempuan berkaca
mata gelap didepan toko itu. Perhatikan topi dan tas hitam yang dipakainya. Rasa-rasanya
aku pernah melihat tas dan topi itu dipakai Nyonya Lisa beberapa saat sebelum terjadi
pembunuhan”. Yang dibicarakan tokoh diatas sebenarnya hanya khayalan saja. Perempuan
berkaca mata gelap, bertopi, dan bertas hitam tidak terlihat atau tidak tampak dalam pentas.
Telah disebutkan bahwa obyek imajinasi adalah benda atau sesuatu yang dibendakan,
termasuk disini segala sifat dan keadaannya. Sebagai latihan dapat dipakai cara-cara sebagai
berikut :
- Sebutkan sebanyak mungkin benda-benda yang terlintas di otak kita. Jangan sampai
menyebutkan sebuah benda lebih dari satu kali.
- Sebutkan sebuah benda yang tidak ada disekitar kita kemudian bayangkan dan
sebutkan bentuk benda itu, ukurannya, sifatnya, keadaannya, warna, dsb.
- Menganggap atau memperlakukan sebuah benda lain dari yang sebenarnya.
Contohnya, menganggap sebuah batu adalah suatu barang yang sangat lucu, baik itu
bentuknya, letaknya, dsb. Sehingga dengan memandang batu tersebut kita jadi tertawa
terpingkal-pingkal.
- Menganggap sesuatu benda memiliki sifat yang berbeda-beda. Misalnya sebuah pensil
rasanya menjadi asin, pahit, manis kemudian berubah menjadi benda yang panas, dingin,
kasar, dsb.

EMOSI

Emosi dapat diartikan sebagai ungkapan perasaan. Emosi dapat berupa perasaan sedih,
marah, benci, bingung, gugup, dsb. Dalam drama, seorang pemain harus dapat
mengendalikan dan menguasai emosinya. Hal ini penting untuk memberikan warna bagi
tokoh yang diperankan dan untuk menunjang karakter tokoh tersebut. Emosi juga sangat
mempengaruhi tubuh, yaitu tingkah laku, roman muka (ekspresi), pengucapan dialog,
pernapasan, niat. Niat disini timbul setelah emosi itu terjadi, misalnya setelah marah maka
tinbul niat untuk memukul, dsb.

PENGHAYATAN

Penghayatan adalah mengamati serta mempelajari isi dari naskah untuk diterpakan tubuh kita.
Misalnya pada waktu kita berperan sebagai Pak Usman yang berprofesi sebagai polisi, maka
saat itu kita tidak lagi berperan sebagai diri kita sendiri melainkan menjadi Pak Usman yang
berprofesi sebagai polisi. Hal inilah yang harus kita terapkan dengan baik jika kita akan
memainkan sebuah naskah drama.
Cara-cara yang dipergunakan dalam penghayatan adalah :
- Pelajari naskah secara keseluruhan, supaya dapat mengetahui apa yang dikehendaki
oleh naskah, problema apa yang ditonjolkan, serta apa titik tolak dan inti dari naskah.
- Melakukan gerak serta dialog yang terdapat dalam naskah. Jadi disini kita sudah
mendapat gambaran tentang akting dari tokoh yang akan kita perankan.
- Sebagai latihan cobalah membaca sebuah naskah / dialog dengan diiringi musik
sebagai pembantu pemberi suasana. Hayati dulu musiknya baru mulailah membaca.

BAB VI
BLOCKING
A. DEFINISI BLOCKING
Yang dimaksud dengan blocking adalah kedudukan tubuh pada saat diatas pentas. Dalam
permainan drama, blocking yang baik sangat diperlukan, oleh karena itu pada waktu bermain
kita harus selalu mengontrol tubuh kita agar tidak merusak blocking. Yang dimaksud dengan
blocking yang baik adalah blocking tersebut harus seimbang, utuh, bervariasi dan memiliki
titik pusat perhatian serta wajar.
Þ Seimbang
Seimbang berarti kedudukan pemain, termasuk juga benda-benda yang ada diatas panggung
(setting) tidak mengelompok di satu tempat, sehingga mengakibatkan adanya kesan berat
sebelah. Jadi semua bagian panggung harus terwakili oleh pemain atau benda-benda yang ada
di panggung. Penjelasan lebih lanjut mengenai keseimbangan panggung ini akan disampaikan
pada bagian mengenai “Komposisi Pentas “.
Þ Utuh
Utuh berarti blocking yang ditampilkan hendaknya merupakan suatu kesatuan. Semua
penempatan dan gerak yang harus dilakukan harus saling menunjang dan tidak saling
menutupi.
Þ Bervariasi
Bervariasi artinya bahwa kedudukan pemain tidak disuatu tempat saja, melainkan
membentuk komposisi-komposisi baru sehingga penonton tidak jenuh. Keadaan seorang
pemain jangan sama dengan kedudukan pemain lainnya. Misalnya sama-sama berdiri, sama-
sama jongkok, menghadap ke arah yang sama, dsb. Kecuali kalau memang dikehendaki oleh
naskah.
Þ Memiliki titik pusat
Memiliki titik pusat artinya setiap penampilan harus memiliki titik pusat perhatian. Hal ini
penting artinya untuk memperkuat peranan lakon dan mempermudah penonton untuk
melihat dimana sebenarnya titik pusat dari adegan yang sedang berlangsung. Antara pemain
juga jangan saling mengacau sehingga akan mengaburkan dimana sebenarnya letak titik
perhatian.
Þ Wajar
Wajar artinya setiap penempatan pemain ataupun benda-benda haruslah tampak wajar, tidak
dibuat-buat. Disamping itu setiap penempatan juga harus memiliki motivasi dan harus
beralasan.
Dalam drama kontemporer kadang-kadang naskah tidak menuntut blocking yang sempurna,
bahkan kadang-kadang juga sutradara atau naskah itu sendiri sama sekali meninggalkan
prinsip-prinsip blocking. Ada juga naskah yang menuntut adanya gerak-gerak yang seragam
diantara para pemainnya.

B. KOMPOSISI PENTAS
Komposis pentas adalah pembagian pentas menurut bagian-bagian yang tertentu. Komposisi
pentas ini dibuat untuk membantu blocking, dimana setiap bagian pentas mempunyai arti
tersendiri. Berikut ini adalah skema komposisi pentas.
7

9
4

6
1

C. PENONTON
Kadar kekuatan pentas dapat dilihat pada urutan nomornya. Bagian depan lebih kuat daripada
bagian belakang. Bagian kanan lebih kuat daripada bagian kiri. Oleh karena itu jangan
menempatkan diri atau benda yang kadar kekuatannya tinggi pada bagian yang kuat. Carilah
tempat-tempat yang sesuai agar blocking kelihatan seimbang. Walaupun demikian harus tetap
dalam batas-batas yang wajar, jangan terlalu dibuat-buat.
BAB VII
NASKAH
Setelah kita mengenal berbagai macam dasar yang diperlukan untuk bermain drama, akhirnya
sampailah kita pada naskah. Naskah disini diartikan sebagai bentuk tertulis dari suatu drama.
Sebuah naskah walaupun telah dimainkan berkali-kali, dalam bentuk yang berbeda-beda,
naskah tersebut tidak akan berubah mutunya. Sebaliknya sebuah atau beberapa drama yang
dipentaskan berdasarkan naskah yang sama dapat berbeda mutunya. Hal ini tergantung pada
penggarapan dan situasi, kondisi, serta tempat dimana dimainkan naskah tersebut.
Sebuah naskah yang baik harus memiliki tema, pemain/lakon dan plot atau rangka cerita.

Tema

Tema adalah rumusan inti sari cerita yang dipergunakan dalam menentukan arah dan tujuan
cerita. Dari tema inilah kemudian ditentukan lakon-lakonnya.

Lakon

Dalam cerita drama lakon merupakan unsur yang paling aktif yang menjadi penggerak
cerita.oleh karena itu seorang lakon haruslah memiliki karakter, agar dapat berfungsi sebagai
penggerak cerita yang baik. Disamping itu dalam naskah akan ditentukan dimensi-dimensi
sang lakon. Biasanya ada 3 dimensi yang ditentukan yaitu :
a. Dimensi fisiologi ; ciri-ciri badani, seperti : usia, jenis kelamin, keadaan tubuh, cirri-
ciri muka,dll.
b. Dimensi sosiologi ; latar belakang kemasyarakatan seperti: status sosial, pendidikan,
pekerjaan, peranan dalam masyarakat, kehidupan pribadi, pandangan hidup, agama, hobby,
dll.
c. Dimensi psikologis ; latar belakang kejiwaan seperti: temperamen, mentalitas, sifat,
sikap dan kelakuan, tingkat kecerdasan, keahlian dalam bidang tertentu, kecakapan, dll.
Apabila kita mengabaikan salah satu saja dari ketiga dimensi diatas, maka lakon yang akan
kita perankan akan menjadi tokoh yang kaku, timpang, bahkan cenderung menjadi tokoh
yang mati.
Plot

Plot adalah alur atau kerangka cerita. Plot adalah suatu keseluruhan peristiwa didalam
naskah. Secara garis besar, plot drama dapat dibagi menjadi beberapa bagian yaitu :
a. Pemaparan (eksposisi)
Bagian pertama dari suatu pementasan drama adalah pemaparan atau eksposisi. Pada bagian
ini diceritakan mengenai tempat, waktu dan segala situasi dari para pelakunya. Kepada
penonton disajikan sketsa cerita sehingga penonton dapat meraba dari mana cerita ini
dimulai. Jadi eksposisi berfungsi sebagai pengantar cerita.
b. Dialog
Dialog berisikan kata-kata. Dalam drama para lakon harus berbicara dan apa yang diutarakan
mesti sesuai dengan perannya, dengan tingkat kecerdasannya, pendidikannya, dsb. Dialog
berfungsi untuk mengemukakan persoalan, menjelaskan perihal tokoh, menggerakkan plot
maju, dan membukakan fakta.
c. Komplikasi awal atau konflik awal
Kalau pada bagian pertama tadi situasi cerita masih dalam keadaan seimbang maka pada
bagian ini mulai timbul suatu perselisihan atau komplikasi. Konflik merupakan kekuatan
penggerak drama.
d. Klimaks dan krisis
Klimaks dibangun melewati krisis demi krisis. Krisis adalah puncak plot dalam adegan.
Konflik adalah satu komplikasi yang bergerak dalam suatu klimaks.
e. Penyelesaian (denouement)
Drama terdiri dari sekian adegan, dimana didalamnya terdapat krisis-krisis yang
memunculkan beberapa klimaks. Satu klimaks terbesar dibagian akhir selanjutnya diikuti
adegan penyelesaian.

Anda mungkin juga menyukai