PENDAHULUAN
KEGIATAN BELAL.JAR 1
2
.
~.
.. 1
~
4b
Aktiva Manajer .. Pasar
perusanaan Keuangan Keuangan
~ ~
3 r
4a
r
Gambar 1.1.
Kegiatan-kegiatan Utama Manajer Keuangan
e EKMA421 3/MODUL 1 1. 3
A. SISTEM MONETER
1. Otoritas Moneter
- Bank Sentral
2. Bank Pencipta Uang Giral
BankUmum
- Broker asuransi
Broker reasuransi
- Penilai kerugian asuransi
- Konsultan aktuaria
4. Dana Pensiun
Dana pensiun pemberi kerja
- Dana pensiun lembaga keuangan
5. Lembaga di bidang pasar modal
Bursa efek
- Lembaga kliring penyelesaian dan penyimpanan
Perusahaan Reksa Dana
- Perusahaan Efek
- Penjamin emisi
Pedagang perantara
- Manajer investasi
- Lembaga penunjang pasar modal
Biro Administrasi Efek
Tempat penitipan harta
- Wali amanat
6. Lainnya
Pialang pasar uang
(yaitu selembar kertas yang mempunyai nilai pasar karena mempunyai hak
untuk memperoleh penghasilan, seperti saham dan obligasi) maka kegiatan
menanamkan dana mengakibatkan perusahaan memiliki aktiva riil (seperti
tanah, me sin, persediaan, merek dagang, paten).
Dari kegiatan menanamkan dana (disebut investasi), perusahaan
mengharapkan untuk memperoleh basil yang lebih besar dari pengor-
banannya. Dengan kata lain, diharapkan diperoleh "laba" (anak panah 3).
Laba yang diperoleh perlu diputuskan untuk dikembalikan ke pemilik dana
(pasar keuangan), yaitu panah 4a atau diinvestasikan kembali ke perusahaan
(anak panah 4b). Kemungkinan pilihan tidak selalu bebas. Misalnya, kalau
dana diperoleh dalam bentuk pinjaman maka pengembalian pinjaman dan
bunganya tidak bisa dihindari.
Dalam skema tersebut terlihat bahwa manajer keuangan harus
mengambil keputusan tentang:
1. penggunaan dana (yaitu panah 2, disebut sebagai keputusan investasi);
2. memperoleh dana (yaitu panah 1, disebut sebagai keputusan pendanaan);
3. pembagian lab a (yaitu panah 4a atau 4b, disebut sebagai kebij akan
dividen).
NERACA
PT PARAMITA
31/12/1995
Selama tahun 1996 perusahaan tidak menambah dana dari luar, tidak
menambah aktiva lancar lain, dan juga tidak merubah aktiva tetap.
Sedangkan hasil operasi selama tahun 1996 ditunjukkan pada laporan laba
rugi selama 1996 sebagai berikut.
e EKMA421 3/MODUL 1 1. 9
NERACA
PT PARAMITA
3111211996
Oleh karena laba tahun 1996 sebesar Rp650,00 tidak dibagikan atau
ditahan maka besarnya modal sendiri menjadi Rp1600,00 + Rp650,00 =
Rp2.250,00, sedangkan akumulasi penyusutan naik menjadi Rp800,00 yakni
penyusutan tahun 1995, Rp 400,00 dan tahun 1996, Rp 400,00.
Akibatnya, kas bertambah menjadi Rp1.250,00 atau meningkat
Rp1.050,00. Penambahan kas, yang menunjukkan penambahan dana yang
bisa dipergunakan oleh perusahaan, sama dengan jumlah laba ditambah
dengan penyusutan, yaitu Rp650,00 + Rp400,00 = Rpl.050,00. Ini meru-
pakan salah satu contoh akibat digunakannya prinsip-prinsip akuntansi dalam
mencatat transaksi keuangan.
Tentu saja dalam praktiknya mungkin sekali dana dari basil operasi
tersebut telah dipergunakan untuk berbagai keperluan. Mungkin jumlah
Aktiva Lancar lain telah meningkat, mungkin jumlah utang telah dikurangi.
Dengan demikian, kita perlu melakukan analisis untuk menelusuri dari mana
saja sumber dana yang diperoleh oleh perusahaan, dan digunakan untuk apa
1.10 MANA.JEMEN KEUANGAN e
saja dana tersebut. Secara umum sumber dana bisa berasal dari luar
perusahaan (disebut sebagai external financing), baik dalam bentuk modal
sendiri maupun dalam bentuk utang. Sumber yang lain adalah dari dalam
perusahaan (internal financing), yaitu dalam bentuk laba ditahan dan
penyusutan.
E. LINGKUNGAN PERUSAHAAN
1
Pengertian tabungan ini terdiri dari baik tabungan yang sewaktu-waktu bisa diambil
(demand deposits) maupun yang his a diambil setelah jatuh tempo (time deposits).
Dalam dunia perbankan, tabungan jenis pertama biasa disebut sebagai giro dan
tabungan, sedangkan yang kedua adalah deposito berjangka.
1.12 MANA.JEMEN KEUANGAN e
LATI HAN
-·--- ~
RANGKUMAN- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
TES FORMATIF 1
KEGIATAN BELAL.JAR 2
upiah saat ini selalu dihargai lebih tinggi dari pada rupiah nanti. Kalau
seseorang akan diminta memilih untuk menerima Rp1.000.000,00 saat
ini ataukah, misalnya Rp 1.000.000,00 satu tahun yang akan datang, dia tentu
akan memilih untuk menerima saat ini. Hal sebaliknya akan berlaku apabila
kita harus membayar atau mengeluarkan uang. Keadaan tersebut
menunjukkan bahwa uang mempunyai nilai waktu (time value). Kesukaan
orang akan uang saat ini disebabkan karena adanya opportunity cost karena
memiliki uang tersebut. Apabila Anda menerima Rp1.000.000,00 saat ini
maka Anda bisa segera menggunakan uang tersebut dibandingkan dengan
apabila uang itu baru Anda terima satu tahun lagi. Kesempatan untuk
menggunakan uang tersebut memungkinkan Anda memperoleh manfaat dan
hal itulah yang merupakan opportunity cost uang tersebut.
Apabila dana tersebut akan kita simpan selama dua tahun dan
memperoleh bunga 15 % per tahun maka
2
NT2 = 1.000.000(1 + 0, 15)
= 1.322.500
(2.1)
1.18 MANA.JEMEN KEUANGAN e
Kita lihat bahwa semakin sering bunga dibayarkan, semakin besar nilai
terminal yang diterima pada akhir periode yang sama. Secara umum, apabila
bunga dibayarkan dalam m kali dalam satu tahun, dan kita menyimpan uang
selama n tahun maka nilai terminal pada tahun ke n adalah
2. Nilai Sekarang
Dengan menggunakan dasar pemikiran yang sama kita bisa menghitung
nilai sekarang (present value) dari penerimaan atau pengeluaran di kemudian
hari. Kalau kita akan menerima Rp1.150.000,00 satu tahun yang akan datang,
dan tingkat bunga yang relevan adalah 15% maka nilai sekarang (PV)
penerimaan tersebut adalah
PV = 1.150.000/(1 + 0,15)
= 1.000.000
(2.5)
menghitung discount factor ini maka kita bisa melihatnya pada tabel yang
disebut sebagai Tabel nilai sekarang dari Rpl yang disajikan pada
lampiran pada BMP ini.
Dengan analog yang sama, kita bisa menghitung PV suatu arus kas
apabila bunga dihitung diterimakan (atau dibayarkan) lebih dari satu kali
dalam setahun. Rumus umumnya adalah
PV = C0 /[1 + (r/m)] 0
' m (2.6)
PV = Cn/en, m
(2.7)
Angka yang ada di dalam tanda kurung besar disebut sebagai discount
factor annuity. Kalau kita masa menghitungnya maka kita bisa melihatnya
dalam tabel yang disebut Tabel nilai sekarang annuity dari Rpl yang
berada pada lampiran BMP ini.
Perhatikan bahwa dalam menghitung PV kita bisa menuliskan
1.20 MANA.JEMEN KEUANGAN e
PV = Cn/(1 + r)n
karena kita menganggap bahwa tingkat bunga yang relevan setiap waktunya
(misalnya setiap tahun) adalah sama. Kalau tingkat bunga yang relevan pada
tahun ke 1 adalah r 1 dan pada tahun ke 2 adalah rb dan r 1 tidak sama dengan
r 2 maka
Hal yang kedua yang perlu diperhatikan adalah bahwa dalam penentuan
tingkat bunga kita tidak harus menggunakan (atau membandingkan dengan)
tingkat bunga simpanan di bank. Tingkat bunga yang relevan seharusnya
memperhatikan unsur risiko. Semakin tinggi risiko suatu investasi, semakin
tinggi tingkat bunga yang relevan. Inilah yang dimaksudkan bahwa kita perlu
memperhatikan faktor risiko sewaktu memperhatikan konsep nilai waktu
uang. Hal ini pula yang menyebabkan mengapa memaksimumkan nilai
perusahaan tidak identik dengan memaksimumkan EPS (lihat kembali
Kegiatan Belajar 1).
2 5
= 100 [ 1/(1 + i) + 1/(1 + i) + ...... + 1/(1 + i) ]
Dalam hal ini, i adalah IRR. Perhatikan bahwa untuk membuat sisi kanan
persamaan sama dengan sisi kiri persamaan maka angka yang berada dalam
tanda kurung besar harus sama dengan 2,99. Perhatikan lebih lanjut bahwa
angka dalam tanda kurung besar tidak lain merupakan discount factor
annuity. Dengan demikian, cara yang paling mudah adalah kita melihat pada
Tabel nilai sekarang anuitas dari Rp 1. Kita lihat pada saat n = 5 angka yang
paling mendekati 2,99 diperoleh pada saat tingkat bunga mencapai 20%.
Dengan demikian i (atau IRR) adalah 20%.
Tinggi rendahnya IRR tersebut perlu kita bandingkan dengan alternatif
lain yang sepadan. Kalau misalkan kita bisa meminjam selama 5 tahun
dengan memperoleh suku bunga 18% per tahun maka tawaran di atas kita
nilai terlalu mahal. Sebaliknya kalau kita hanya bisa pinjam dengan suku
bunga 22% maka tawaran di atas (yaitu membeli secara kredit dengan
angsuran) kita nilai cukup menguntungkan.
Dalam perhitungan kita mungkin tidak beruntung memperoleh angka
IRR yang bulat (misal 20%, 21 %). Mungkin sekali angka yang diperoleh
akan berkisar antara, misalnya, 20 dan 21 %. Untuk itu kita perlu melakukan
interpolasi, dan contoh berikut ini menunjukkan bagaimana melakukan
interpolasi.
Misalkan, dealer suatu perusahaan mobil menawarkan mobil tipe A
dengan harga Rp40 juta tunai atau dengan down payment sebesar Rp6 juta,
dan sisanya dibayar per bulan sebesar Rp2 juta selama 24 bulan mulai bulan
depan. Berapa tingkat bunga per bulan yang ditanggung oleh pembeli yang
membeli dengan cara kredit? Tingkat bunga per bulan tersebut ekuivalen
dengan berapa persen per tahun?
Dengan down payment sebesar Rp6 juta, berarti nilai yang masih harus
dibayar adalah Rp34 juta. Nilai ini harus dilunasi selama 24 bulan dengan
pembayaran Rp2 juta per bulan. Dengan demikian, persoalan bisa
dirumuskan sebagai berikut.
2 24
34 = 2[1/(1 + i) + 1/(1 + i) + ..... + 1/(1 + i) ]
Angka yang ada dalam tanda kurung besar sama dengan 34/2 = 17
(angka ini tidak lain merupakan discount factor annuity dengan n = 24).
Dengan demikian, kita tinggal mencari pada Tabel Annuity, pada n = 24
1.22 MANA..JEMEN KEUANGAN e
tingkat bung a yang memberikan discount factor annuity sebesar 17. Dari
Tabel kita melihat bahwa angka 17 berada di antara 2% dan 3%. Untuk
mencari angka tepatnya kita perlu melakukan interpolasi.
(0,128/3,956) X 1% = 0,03%
-~ .:
I I
-·· ;_;
....,.
LATIHAN
• ~ • • !(
.~ - ~
---- ....,;
1) Arief menabung saat ini sebesar Rp20 juta dan memperoleh bunga
sebesar 14% per tahun, tetapi bunga tersebut dibayarkan triwulanan.
Berapa jumlah uangnya pada akhir tahun kalau bunganya ia tabungkan
kembali? Berapa jumlah uangnya pada akhir tahun kalau bunga tersebut
hanya diterima sekali dalam satu tahun?
2) Anna akan menerima uang asuransi sebesar Rp30 juta tiga tahun yang
akan datang. Apabila tingkat bunga yang dianggap relevan adalah 15%
per tahun, berapa PV penerimaan tersebut? Berapa PV penerimaannya
apabila jumlah yang akan diterima adalah Rp10 juta per tahun, mulai
tahun depan sampai dengan tahun ke 3?
3) Proyek A diperkirakan akan menghasilkan laba bersih sebesar Rp120
juta per tahun, selamanya. Karena proyek berusia tidak terhingga maka
beban penyusutan per tahun sama dengan nol rupiah. Karena itu, laba
bersih sama dengan kas masuk bersih. Proyek B diperkirakan
menghasilkan laba bersih sebesar Rp150 juta per tahun selamanya, sama
seperti proyek A.
Pemodal berpendapat bahwa proyek B lebih berisiko dari pada A, dan
karenanya mereka menggunakan tingkat bunga yang relevan sebesar
23%, sedangkan untuk A hanya sebesar 18%.
a) Berapa PV proyek A dan B?
b) Seandainya untuk masing-masing proyek diterbitkan saham
sebanyak 1.000.000 lembar, berapa laba per saham proyek A dan B?
Apa kesimpulan saudara?
RANGKUMAN
-----------------------------------
TES FORMATIF 2
1) Berapa Nilai Terminal pada tahun ke-2, kalau Anna menyimpan uang
saat ini sebesar Rp 10 juta, bung a 16% per tahun dan dibayarkan setiap
semester?
A. Rp13.605.000,00.
B. Rp13.456.000,00.
C. Rp13.200.000,00.
D. Rp13.000.000,00.
3) Berapa present value penerimaan sebesar Rp20 juta pada tahun ke-,
kalau tingkat bunga yang relevan pada tahun 1 adalah 15%, tetapi pada
tahun ke 2 adalah 17%?
A. Rp15.123.000,00.
B. Rp14.864.000,00.
C. Rp14.610.000,00.
D . Rp13.987.000,00.
KEGIATAN BELAL.JAR 3
Dasar-dasar Penilaian
'l'ingkat keuntungan
yang diharapk~n
Tingk;at keuntungan
bebas risiko
...____ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ Risiko
0
Gambar 1.2.
Hubungan antara Risiko dan Tingkat Keuntungan
2 5
B 0 = 180/(1 +0,17)+ 180/(1 +0,17) + .... + 1.180/(1 +0,17)
= Rp 1.032.000,00 (dibulatkan)
Oleh karena seseorang bisa memiliki saham untuk waktu n tahun maka
persamaan umumnya menjadi
n Dt N
~ = 2: +-- (4.2)
0 t=l (1+r)t (1 + r)n
Dalam hal ini P0 adalah harga saham saat ini, Dt adalah dividen yang
diterima oleh pemodal pada tahun ke t (t=1, ... ,n), Pn adalah harga saham pada
tahun ke n, dan r adalah tingkat keuntungan yang dianggap relevan.
1.30 MANA.JEMEN KEUANGAN e
oo Dt
Po= 2: 1 (4.3)
t=1 (1+r)
Dividen pada tahun ke-4 sampai dengan tahun tidak terhingga bisa
dirumuskan sebagai
P3 = D4/(r-g2)
Karena itu,
2 2
Po= Dt/(1 + r) + Dt(1 + g 1)/(1 + r) + D 1(1 + g 1) /(1 + r) 3
2 4 3
+ D1 (1 + gt) (1 + g2)/(1 + r) + P 3/(1 + r)
2 2 3
Po= D/(1 + r) + D 1(1 + g 1)/(1 + r) + D1(1 + g 1) /(1 + r) +
2 4 3
D 1(1 + g 1) (1 + g2)/(1 + r) + [D4/(r-g2) x 1/(1 + r) ] (4.7)
Tetapi sebelumnya kita bicarakan lebih dulu Teori Portofolio yang mendasari
CAPM.
1. Teori Portofolio
CAPM mendasarkan diri atas teori portofolio2 yang dirumuskan oleh
Markowitz pada tahun 1952 (Van Horne, 1989, h.4). Teori portofolio
mendasarkan diri atas pengamatan bahwa para pemodal di bursa melakukan
diversifikasi. Dengan kata lain, mereka membentuk portofolio. Pemodal
melakukan di versifikasi karen a mereka in gin mengurangi risiko.
Risiko dalam teori portofolio didefinisikan sebagai deviasi standar
tingkat keuntungan ( = ()) . Hal ini disebabkan karena a menunjukkan
seberapa jauh kemungkinan nilai yang diperoleh menyimpang dari nilai yang
diharapkan (expected value). Semakin besar nilai a semakin besar
kemungkinan nilai riil menyimpang dari yang diharapkan, yang berarti
semakin tinggi risikonya, sedangkan nilai yang diharapkan tidak lain
merupakan rata-rata atau mean. Tingkat keuntungan yang diharapkan akan
dituliskan dengan notasi E(R).
Tingkat keuntungan yang diharapkan dari portofolio merupakan rata-rata
tertimbang dari keuntungan yang diharapkan dari sekuritas-sekuritas yang
membentuknya, yang bisa dirumuskan sebagai
(4.8)
Dalam hal ini E(Rp) adalah tingkat keuntungan yang diharapkan dari
portofolio, E(Ri) adalah tingkat keuntungan yang diharapkan dari sekuritas i
(i=1, ... ,N), dan xi adalah proporsi dana yang diinvestasikan pada sekuritas i.
Deviasi standar portofolio, sayangnya, bukanlah merupakan rata-rata
tertimbang dari deviasi standar sekuritas-sekuritas yang membentuknya. Ada
pengaruh dari koefisien korelasi antara sekuritas. Deviasi standar portofolio
( a p) dirumuskan sebagai,
(4.9)
Dalam hal ini covij adalah covariance antara i dengan j, yang bisa juga
dirumuskan sebagai r ij = p.. (). (). . Dalam hal ini, p.. adalah koefisien
IJ 1 J IJ
e EKMA421 3/MODUL 1 1.33
Untuk mencari variance portofolio yang terdiri dari N saham, kita harus
menjumlahkan sel-sel yang ada dalam matriks di atas.
Sel yang menunjukkan perpotongan antara saham 1 dengan saham 1,
isinya adalah X 1 X 1 cricr1 • Sel yang menunjukkan perpotongan antara saham 1
dengan saham 2, isinya adalah X 1 X 2 cr 12 . Sel yang menunjukkan perpo-
tongan antara saham 1 dengan saham 3, isinya adalah X 1X3 cr 13 . Demikian
seterusnya. Kalau kita membentuk portofolio yang terdiri dari 3 saham maka
kita hanya perlu menjumlahkan sembilan sel tersebut. Kalau empat saham
berarti enam belas sel, dan seterusnya. Perhatikan bahwa sel-sel yang berada
dalam posisi diagonal menunjukkan variance saham-saham yang membentuk
portofolio tersebut.
Pada matriks tersebut juga menunjukkan ilustrasi yang menarik.
Misalkan, kita mempunyai portofolio yang terdiri dari N saham dan proporsi
dana yang diinvestasikan sama setiap sahamnya (yaitu 1/N). Dengan
2
demikian pada setiap sel variance akan terdapat (1/N) dikalikan dengan
2
variancenya. Pada sel-sel covariance kita akan mempunyai (1/N) dikalikan
2
dengan covariancenya. Oleh karena ada N sel variance dan N - N sel
covariance maka
Risiko (%)
----------- -----
Risiko sistematis
- Jumlah saham.
Gam bar 1. 3.
Pengaruh Penambahan Jumlah Saham pada Risiko Portofolio
dengan membaginya dengan variance portofolio pasar maka rasio ini disebut
sebagai beta(=~). Dengan demikian, ~i = r in I r M
2
akan sama dengan nol. Hal ini disebabkan karena deviasi standar tingkat
keuntungan investasi yang bebas risiko sama dengan nol atau a 1 = 0.
Dengan demikian, {J1 = 0 (J 2 M = 0. . Kalau kedua kesempatan inves-tasi
tersebut, yaitu f (investasi yang bebas risiko) dan M (portofolio pasar), kita
gambarkan dalam diagram yang sumbu tegaknya tingkat keuntungan (R) dan
sumbu datar beta ( ~ ) maka kita akan memperoleh gambar sebagai berikut.
. .' ft,i,.
lVI
0
Gambar 1.4.
Hubungan an tara Beta (Risiko) dengan Tingkat Keuntungan yang
Dinyatakan sebagai Security Market Line
besar dari 20% (karena betanya lebih besar dari 1). Untuk menaksir Ri kita
perlu mengetahui Rf Misalkan Rt = 12%. Dengan demikian
Ri = 12% + (20%-12%)1,2
= 12% + 9,6%
= 21,6%
Apabila diperkirakan bahwa D 1 = R.1.000,00 dan kita menggunakan
constant growth model dengan g = 16,6% maka
P0 = 1.000/(0,216-0,166)
= Rp20.000,00
e EKMA421 3/MODUL 1 1.37
LATIHAN
---- ~ -
2 10
1) BO = 160/(1 + 0,18) + 160/(1 + 0,18) + .... + 1.160/(1 + 0,18)
= Rp91 0.000,00 (dibulatkan)
2) Apabila dividen meningkat sebesar g selamanya maka
2
Po= DI/(1 + r) + 0 1(1 + g)/(1 +r) + .... + 01(1 +g) -I /(1 + r)
1.38 MANA..JEMEN KEUANGAN e
Dengan demikian
PO = 1.000(1 + 0,175)/(0,22- 0, 175)
= Rp26.111,00
4) (a)BA = [(0,6)(0,20)(0,18)]/(0,18)2
= 0,667
(b)RA = 10% + (20%- 10%)0,667
= 16,67%
RANGKUMAN- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
T E 5 F 0 R MAT IF 3_ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ __
Tes Formatif 1
1) A. Keputusan investasi akan mempengaruhi jumlah dan komposisi
aktiva yang ada dalam perusahaan, sedangkan keputusan pendanaan
dan kebijakan dividen akan mempengaruhi sisi pasiva neraca.
2) D. Keputusan pendanaan memilih jenis dana yang akan dipergunakan
(yaitu utang ataukah modal sendiri). Kebijakan dividen menentukan
banyak sedikitnya laba yang ditahan (yang merupakan modal
sendiri). Karena itu, keduanya akan mempengaruhi struktur modal.
3) D. Kas tidak meningkat sesuai dengan lab a bersih yang diperoleh,
sebab mungkin sebagian telah dipergunakan untuk yang lain.
Penambahan kekayaan juga tidak identik dengan tambahan
keuntungan bersih karena ada kemungkinan pembayaran dividen.
Demikian pula untuk penambahan modal sendiri.
4) C. Modal sendiri mempunyai biaya modal yang bahkan akan lebih
tinggi dari biaya dana yang berasal dari pinjaman. Hal ini
disebabkan karena pemilik perusahaan menanggung risiko yang
lebih besar dari kreditor. Semakin besar modal sendiri, semakin
aman pemberi pinjaman karena dijamin oleh modal sendiri yang
makin besar.
5) c
Tes Formatif2
1) A. NT2 = 10.000.000[1 + (0,16/2)]4
= 13.605.000,00
2) D. PV = 100/(1 + 0,15)10
= Rp24.818.000,00
3) B. PV = 20/(1 + 0,15)(1 + 0,17)
= Rp14.864.000,00
4) B. 10.000.000 = x[1/(0,02) + ... + 1/(1 + 0,02)12]
X = Rp945.000,00
5) B
1.42 MANA.JEMEN KEUANGAN e
Tes Formatif 3
1) C. Persoalan bisa dirumuskan
910 = 160/(1 + r) + ...... + 1.160/(1 + r)10
Dengan menggunakan trial and error kita akan memperoleh r =
18%.
2) B. g = bR. Dalam soal dijelaskan bahwa 19,5% = (0,75)R.
Dengan demikian R = 26%.
3) C. Soal ini cukup sederhana, jadi tidak perlu penjelasan.
4) D. 22,5% = 10% + (18%-10%)8
B= 1,56
5) A
Kembali ke Daftar lsi
MDDUL 2
PENDAHULUAN
KEGIATAN BELAL.JAR 1
Aktiva tetap (bruto) Rp 700,00 Rp 700,00 Utang jangka panjang Rp 200,00 Rp 100,00
Akumulasi penyusutan ( 100,00) ( 150,00) Modal sendiri
Aktiva tetap (neto) Rp 600,00 Rp 550,00 Saham Rp 300,00 Rp 300,00
Laba yang ditahan Rp 138,00 Rp 217,00
Total Rp 919,00 Rp 878,00 Total Rp 878,00
e EKMA421 3/MODUL 2 2.3
Tabel 2.2.
Laporan Laba Rugi PT. TSR, 1/1/19X2- 31/12/19X2 (dalam jutaan rupiah)
Penjualan Rp 2.200,00
Harga pokok penjualan Rp 1.500,00
Laba kotor 700,00
Ongkos-ongkos umum, penjualan dan administrasi 400,00
Laba operasi (belum bunga dan pajak) 300,00
Bung a 56,00
Laba sebelum pajak 244,00
Pajak 78,00
Laba setelah :>a·ak 166,00
. . . total kewajiban
D eb lt- equtty ratto = - - - - - -
modal sendiri
Untuk PT. TSR pada tahun 19X2,
Debt-Equity Ratio = (100 + 261)/(517)
= 0,698
. . d labaoperasi + penyusutan
T zme znterest earne =----------
Bunga
Dengan demikian, kira-kira 7,6% dari total aktiva bisa diubah menjadi
kas dalam waktu pendek setelah dipakai melunasi kewajiban jangka
pendeknya.
Current ratio. Rasia ini mengukur seberapa jauh aktiva lancar
perusahaan bisa dipakai untuk memenuhi kewajiban lancamya. Rasia ini
dinyatakan sebagai
. aktiva lancar
C urrent ratlo= - - - - - -
Utang lancar
perusahaan yang mengambil keuntungan relatif yang cukup tinggi dari setiap
penjualan (misal penjualan meubel, perhiasan), tetapi ada pula yang
keuntungan relatifnya cukup rendah (seperti barang-barang keperluan sehari-
hari).
Rentabilitas Ekonomi. Rasio ini mengukur kemampuan aktiva
perusahaan memperoleh laba dari operasi perusahaan. Oleh karena hasil
operasi yang ingin diukur maka dipergunakan laba sebelum bunga dan pajak.
Aktiva yang dipergunakan untuk mengukur kemampuan memperoleh laba
operasi adalah aktiva operasional. Kalau perusahaan mempunyai aktiva non-
operasional, aktiva ini perlu dikeluarkan dari penghitungan. Masalah yang
timbul dalam perhitungan rentabilitas ekonomi adalah apakah kita akan
menggunakan aktiva perusahaan pada awal tahun, pada akhir tahun atau rata-
rata. Apabila dimungkinkan sebaiknya dipergunakan angka rata-rata. Rasio
rentabilitas ekonomi dirumuskan sebagai
laba operasi
Rentabilitas ekonomi= - - - - - - - -
(rata - rata) aktiva
Penjualan
Perputaran aktiva = - - - - - - -
(rata- rata) aktiva
Perputaran Aktiva = 2.200/[(919 + 878)/2]
= 2,45x
e EKMA421 3/MODUL 2 2.9
Ini berarti bahwa rata-rata barang berada di gudang selama 360 hari/13,1
= 27,5 hari
Rasio-rasio nilai pasar. Rasio-rasio ini menggunakan angka yang
diperoleh dari laporan keuangan dan pasar modal. Beberapa rasio tersebut
adalah:
Price Earnings Ratio. Rasio ini membandingkan antara harga saham
(yang diperoleh dari pasar modal) dan laba per lembar saham yang diperoleh
pemilik perusahaan (disajikan dalam laporan keuangan). Rasio ini dihitung
dengan
Harga saham
Price Earnings Ratio =----------
Laba per lembar saham
Harga saham
Market to Book Value Ratio=
Nilai buku per saham
Nilai buku modal sendiri dari PT TSR adalah Rp517 juta. Dengan jumlah
lembar saham sebanyak 1.000.000 lembar maka nilai buku per saham adalah
Rp517. Dengan demikian,
Rasia ini menunjukkan bahwa nilai perusahaan melebihi 93% dari apa
yang telah dan sedang ditanamkan oleh pemilik perusahaan. Semakin tinggi
rasio ini, semakin besar tambahan wealth yang dinikmati oleh pemilik
perusahaan.
Cara kedua relatif lebih baik karena bisa mengetahui kedudukan relatif
perusahaan kita dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan lain. Apakah
kita berada di atas rata-rata, di bawah rata-rata atau termasuk rata-rata.
Sayangnya ada kecenderungan untuk menjadi makin sulit mengelompokkan
perusahaan ke dalam satu industri yang sama karena banyak perusahaan yang
tidak hanya menjalankan satu jenis bisnis saja.
Cara lain yang mungkin ditempuh adalah dengan membandingkan rasio-
rasio keuangan dengan kebijakan yang diambil perusahaan. Beberapa rasio
keuangan bisa dibandingkan dengan kebijakan-kebijakan seperti dalam hal,
penjualan kredit dan persediaan. Misalkan perusahaan mengambil kebijakan
kredit menjual secara kredit dengan jangka waktu 3 bulan. Dengan demikian,
periode rata-rata pengumpulan piutang seharusnya juga akan sekitar 90 hari
atau perputaran piutang sebanyak 4x dalam satu tahun. Perusahaan mungkin
juga merumuskan kebijakan persediaan barang jadi sebesar 1 bulan
penjualan. Apabila kebijakan dirumuskan seperti itu maka perputaran
persediaan barang jadi akan berkisar 12x dalam satu tahun. Sayangnya tidak
semua jenis rasio bisa dibandingkan dengan kebijakan keuangan sehingga
penggunaan perbandingan dengan rasio tahun lalu dan/atau industri lebih
sering dipergunakan.
2.12 MANA.JEMEN KEUANGAN e
Dalam hal ini Net Profit Margin adalah (Laba Setelah Pajak/Penjualan).
Perputaran Aktiva adalah (Penjualan/Total Aktiva), sedangkan
Dalam hal ini, Profit Margin adalah (Laba Sebelum Bunga dan
Paj ak/Penjualan).
Perhatikan di sini bahwa sekali lagi, ROI memusatkan pada laba setelah
paj ak, sedangkan rentabilitas ekonomi pad a lab a operasi (yaitu lab a sebelum
bunga dan pajak). Kalau kita gunakan data PT. TSR, kita akan memperoleh
bahwa,
ROI = 7,5% x 2,45
= 18,5%
e EKMA421 3/MODUL 2 2.13
sedangkan
Rentabilitas Ekonomi = 13,6% x 2,45
= 33,4%
ROI
ROE=
1 - Rasio Utang
Dengan melihat pada persamaan tersebut maka bisa dimengerti bahwa
apabila ROI konstan maka ROE akan meningkat apabila rasio utangnya
meningkat. Dalam contoh ini berarti bahwa,
ROE = 18,5%/(1 - 0,47)
= 34,8%
LATIHAN
-·- --~ - .
3) a) Laba bersih setelah pajak adalah Rp500 juta. Dengan jumlah lembar
saham sebanyak 1 juta lembar maka laba per lembar saham
(Earnings Per Share, EPS) adalah Rp500. Apabila harga saham saat
e EKMA421 3/MODUL 2 2.17
RANGKUMAN- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
TES FDRMATIF 1
1) Suatu perusahaan mempunyai aktiva lancar sebesar Rp300 juta dan total
kewajiban sebesar 800 juta. Lima puluh persen kewajiban tersebut
merupakan kewajiban jangka pendek. Berapa current ratio perusahaan?
A. 75%.
B. 133%.
C. 37,5%.
D. 50%.
KEGIATAN BELAL.JAR 2
a1an
. •
Penjualan • '
~
I'
Pembayar:an Pembelian'
Penjualap kredit Aktiva Tetap
Gaji dan Biaya Aktiv.a
Tetap
Piutang Hutang
Dagang Dagang
.
Penj ualan p engump
I W. an
•
,lr
rul}at . . ... .. . . . .. - .. - .
... ---- Kas-- ·---- - - - .. -- ·- .
i ~
Dividen *
, lr Pinjarn , lr
Modal Hutang * rerrnasuk perribelian
Sendiri ketnbali saham
. .
- -- -- - -
Gambar 2.1.
Arus kas perusahaan industri
Tabel 2.3.
Analisis sumber dan penggunaan dana PT "TSR"
(dalam j utaan rupiah)
Sumber dana:
(1) Laba setelah pajak Rp 166,00
(2) Penyusutan 50,00
Dana dari basil operasi Rp 216,00
(3) Berkurangnya persediaan Rp 5,00
(4) Bertambahnya utang pajak Rp 2,00
Jumlah sumber dana Rp 223,00
Penggunaan dana:
(1) Pembayaran dividen Rp 87,00
(2) Penambahan sekuritas 5,00
(3) Penambahan piutang 6,00
(4) Pengurangan utang dagang 2,00
(5) Pengurangan utang wesel 20,00
(6) Pengurangan utang j. panj ang 100,00
Jumlah penggunaan dana Rp 220,00
Penambahan dana Rp 3,00
kerja (aktiva lancar- utang lancar), yakni Rp319 juta- Rp 281 juta =
Rp 38 juta pada 19X1, sedangkan pada tabun 19X2 adalab Rp67 juta. Berarti
terjadi kenaikan sebesar Rp29 juta. Dari mana sumber modal kerja tersebut,
dan digunakan untuk apa saja modal kerja tersebut? Untuk itu, kita bisa
melakukan analisis sebagai berikut.
Tabel 2.4.
Analisis sumber dan penggunaan modal kerja PT "TSR" 19x2
(dalam j utaan rupiah)
C. PERENCANAAN KEUANGAN
Tabel 2.5.
Neraca PT TSR 31 Desember 19x2
yang Dinyatakan sebagai Persentase Penjualan
na = not aplicable
Kalau kita jumlahkan sisi aktiva tersebut maka kita akan mendapatkan
angka 14,9, sedangkan sisi pasiva menghasilkan angka 6,4. Ini berarti bahwa
kalau terjadi peningkatan penjualan sebesar Rp100 maka diperlukan
tambahan dana sebesar Rp14,9 dikurangi dengan Rp6,4 (berarti sebesar
Rp8,5). Di samping itu juga akan ada tambahan kebutuhan dana untuk
2.26 MANA.JEMEN KEUANGAN e
tambahan akti va tetap. Kekurangan dana ini diambilkan dari basil operasi,
tetapi kalau masih kurang terpaksa harus dicarikan pendanaan ekstern.
Tahun 19X3 diperkirakan penjualan mencapai (1,25 x Rp.2.200 juta) =
Rp2.750 juta, sedangkan profit margin = (300/2.200) = 13,64%. Untuk
menaksir berapa dana dari basil operasi kita perlu menempuh cara sebagai
berikut.
Tabel 2.6.
Model untuk Menaksir Laba setelah Pajak 19X3
Dalam hal ini D adalah tambahan utang yang dipergunakan pada tahun
19X3.
Karena dividen yang dibagi sebesar 50%nya maka
Laba Yang Ditahan = 0,34[375-{0,175(220+D)}]
Penyusutan keseluruhan = Penyusutan lama + penyusutan baru
= Rp50 + Rp20
= Rp70 juta
Sumber dana berasal dari (1) laba yang ditahan, (2) penyusutan, dan
(3) penambahan utang (kalau ada). Dituliskan dalam bentuk persamaan
menjadi
e EKMA421 3/MODUL 2 2.27
Tabel 2. 7.
Laporan Rugi Lab a Proforma PT TSR 19X3 (dalam j utaan)
Neraca proforma pada akhir tahun 19X3 akan nampak sebagai berikut.
Nilai aktiva tetap (net) diperoleh dari,
Nilai buku aktiva tetap lama Rp550,00
Penyusutan aktiva tetap lama Rp 50,00 (-)
Rp500,00
Tabel 2.8.
Neraca Proforma PT TSR Akhir 19X3 (dalam jutaan)
Tabel 2. 9.
Anggaran kas PT ANNA bulan Oktober s/ d Desember 1993
Untuk menyusun laporan rugi laba proforma, kita bisa lihat pada
Tabel 2.9. Kita lihat bahwa selama tiga bulan tersebut, diperkirakan
perusahaan akan memperoleh laba, meskipun dipandang dari arus kas
perusahaan tidak pernah mengalami surplus.
Untuk menyusun neraca proforma, kita perlu mengetahui terlebih dulu
neraca pada awal Oktober (atau akhir September) 1996. Misalkan neraca
tersebut adalah sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 2.1 0.
e EKMA421 3/MODUL 2 2.31
Tabel 2.10.
Laporan Rugi Laba Proforma PT ANNA, Oktober s/d Desember 1996
(dalam jutaan)
Penjualan Rp 550,00
Harga pokok (80%) Rp 440,00
Laba bruto Rp 110,00
Gaji Rp 45,00
Penyusutan Rp 30,00
Laba operasi Rp 35,00
Bunga Rp 10,00
Laba sebelum pajak Rp 25,00
Tabel 2.11.
Neraca PT ANNA pada akhir September 1996 (dalam jutaan)
Saldo kas akhir Desember 1996 diketahui dari anggaran kas sebesar
Rp20 juta
Piutang bisa dihitung sebagai berikut.
Piutang awal Rp 84 juta
Tambahan piutang Rp 385 juta
------
Rp 469 juta
Pelunasan piutang Rp 315juta
Piutang akhir Rp 154 juta
Tabel 2.12.
Neraca proforma PT ANNA akhir Desember 1996 (dalam jutaan rupiah)
LATIHAN
---- ~
Sumber dana:
1. Laba sebelum pajak Rp 25 juta
2. Penyusutan Rp 30 juta
Dana dari hasil operasi Rp 55 juta
3. Penambahan Utang dagang Rp 8 juta
4. Bertambahnya utang bank Rp 15 juta
Jumlah Rp 78 juta
Penggunaan dana:
1. Penambahan piutang Rp 70 juta
2. Penambahan persediaan Rp 8 juta
Jumlah Rp 78 juta
2.34 MANA.JEMEN KEUANGAN e
Kita lihat bahwa sumber dana sama dengan penggunaan dana karena
saldo kas awal Oktober 1996 sama dengan saldo kas akhir Desember
1996. Penggunaan dana seluruhnya untuk keperluan jangka pendek dan
sumbemya sebagian besar berasal dari operasi. Dengan demikian, tidak
menyalahi matching principle.
2) Hal yang pertama perlu kita lihat adalah bahwa modal kerja (dalam arti
selisih antara aktiva lancar dengan kewajiban lancar) berubah dari -
Rp196 juta menjadi -Rp141 juta. Ini berarti modal kerja meningkat
sebesar Rp55 juta. Analisis sumber dan penggunaan modal kerja nampak
sebagai berikut.
Sumber dana:
1. Laba sebelum pajak Rp 25 juta
2. Penyusutan Rp 30 juta
3. Dana dari basil operasi Rp 55 juta
Penggunaan dana:
1. Penambahan modal kerja Rp 55 juta
Penjualan Rp4.000,00
Harga pokok barang yang dijual (70%) Rp2.800,00
Laba bruto Rp1.200,00
Biaya-biaya operasi Rp 200,00
Biaya penjualan (5%) Rp 500,00
Biaya administrasi Rp 300,00
Penyusutan Rp1.000,00
Laba operasi Rp 200,00
Bunga Rp 50,00
Laba sebelum pajak Rp 150,00
Pajak penghasilan (35%) Rp 52,50
Laba setelah pajak Rp 97,50
e EKMA421 3/MODUL 2 2.35
RANGKUMAN
Tes Formatif 1
1) Soal ini cukup mudah. Jawaban yang benar adalah A.
2) Aktiva lancar tinggal sebesar Rp200 juta, sedangkan kewajiban lancar
menjadi Rp300 juta. Karena itu, jawaban yang benar adalah B.
3) Laba operasi = 25% x Rp200 juta = Rp50,00 juta
Bunga = 22% x Rp120 juta = Rp26,40 juta
Laba sebelum pajak Rp23,60 juta
Pajak (25%) Rp 5,90 juta
Laba setelah pajak Rp17,70 juta
Tes Formatif2
1) B
2) D
3) A
4) A
5) A
PENDAHULUAN
KEGIATAN BELAL.JAR 1
mungkin telah) turun. Sebagai ilustrasi, pada awal1993, Indeks Harga Saham
Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Jakarta sekitar 275. Pada September 1993,
IHSG mencapai lebih dari 400. Salah satu penyebabnya adalah karena suku
bunga deposito pada awal 1993 masih sekitar 18-20% per tahun, sedangkan
pada bulan September hanya berkisar 11-14%. Keadaan yang sebaliknya
akan dilakukan, yaitu merubah sekuritas menjadi kas, apabila suku bunga
diperkirakan akan naik.
Martin, et. al. ( 1991) mengatakan bahwa motif spekulasi merupakan
komponen paling kecil dari preferensi perusahaan akan likuiditas. Motif-
motif transaksi dan berjaga-jaga merupakan alasan-alasan utama mengapa
perusahaan memiliki kas.
1. Model Persediaan
Baumol (1952) mengidentifikasikan bahwa kebutuhan akan kas dalam
suatu perusahaan mirip dengan pemakaian persediaan. Apabila perusahaan
memiliki saldo kas yang tinggi, perusahaan akan mengalami kerugian dalam
bentuk kehilangan kesempatan untuk menginvestasikan dana tersebut pada
kesempatan investasi lain yang lebih menguntungkan. Sebaliknya, apabila
saldo kas terlalu rendah, kemungkinan perusahaan mengalami kesulitan
likuiditas akan makin besar. Karena itu, seharusnya ada penyeimbangan.
Masalah yang sama juga terjadi untuk persediaan. Misalkan, suatu toko
buku menghadapi permintaan buku Manajemen Keuangan secara ajeg setiap
waktu. Misalkan, permintaan buku tersebut dalam satu tahun adalah 240
satuan, dan toko buku tersebut memesan Q satuan setiap kali pesan. Dengan
demikian, frekuensi pesanan dalam satu tahun adalah,
Frekuensi pesanan dalam satu tahun = Penjualan/Q = 240/Q
Persediaan yang dimiliki oleh perusahaan akan berkisar dari 0 sampai
dengan Q satuan. Dengan demikian, rata-rata persediaan buku tersebut adalah
Kalau biaya simpan per satuan per tahun dinyatakan sebagai i maka
biaya simpan per tahun yang akan ditanggung perusahaan adalah
Apabila jurnlah permintaan buku (yaitu 240 satuan) kita beri notasi D
dan setiap kali perusahaan memesan memerlukan biaya sebesar C maka biaya
pemesanan dalam satu tahun adalah
Dengan demikian total biaya persediaan dalam satu tahun (kita beri
notasi Y) adalah
Biaya ini yang harus diminimumkan. Untuk itu persamaan (1.1) tersebut
kita derivasikan terhadap Q, dan kita buat sama dengan nol.
2
(dY/dQ) = (i/2)- (CD/Q ) = 0
2
(CD/Q ) = (i/2)
2
iQ = 2 CD
112
Q = [(2 CD)/i]
2CD
yang juga bisa dinyatakan sebagai Q = •
(1.2)
l
di mana:
Q=EOQ
C = biaya pesan
D = jurnlah kebutuhan bahan dalam 1 perusahaan
i = biaya simpan
di mana:
Q = jumlah aktiva lain yang harus diubah menjadi kas
C = biaya transaksi setiap kali merubah sekuritas menjadi kas
D = jumlah kebutuhan kas setiap tahun dalam 1 perusahaan
i = tingkat bunga dalam tahunan
2(50.000)(1.200 juta) =
Q= 31 623
0 12 '
'
Ini berarti bahwa perusahaan perlu menjual sekuritas senilai Rp31 ,623
juta setiap kali saldo kasnya mencapai nol. Dengan cara tersebut perusahaan
akan meminimumkan biaya karena kehilangan kesempatan untuk
menanamkan dana pada sekuritas dan biaya transaksi. Biaya-biaya tersebut
adalah sebagai berikut.
a. Biaya kehilangan kesempatan = (Rp31,623 juta/2) x 0,12 = Rp1,897 juta
b. Biaya transaksi = (Rp1.200/31,623) x Rp50.000 = Rp1,897 juta
Total biaya menjadi 2(Rp1,897 juta) = Rp3,794 juta (perhatikan bahwa
pada saat biaya minimum, biaya simpan sama dengan biaya pesan).
Kas (rupiah).
I
t
.I
I
h+---------------------------
I
1.
.J.
I
"I
r
I
••
I
I
r
I
•
•
I
l
I
I
t
0 ------------------------ - - Waktu
Gambar 3.1.
Model dengan Batas-batas Pengawasan
Batas atas dalam gambar tersebut ditunjukkan oleh garis h, dan batas
bawah oleh titik 0. Ini berarti bahwa perusahaan menetapkan jumlah minimal
kas mencapai nol baru perusahaan akan merubah (menjual) sekuritas untuk
menambah jumlah kas menjadi z (yaitu jumlah kas yang diinginkan
perusahaan). Tentu saja perusahaan bisa menentukan batas bawah tidak harus
nol rupiah.
Rumus yang disajikan oleh Miller dan Orr adalah sebagai berikut:
113
2
( 300" )
Z=
4i
11 3
2
( 3 (50.000) ( 2.3 }uta) ) 20 I /3
Dengan demikian, z= = (6, 034)
40(0, 12 I 365)
Z = Rp8,45 juta
Nilai batas atas adalah 3(Rp8,45 juta) = Rp25,35 juta. Pada saat saldo
kas mencapai Rp25,35 juta, perusahaan harus merubah Rp16,90 juta menjadi
sekuritas agar saldo kas kembali ke Rp8,45 juta. Sebaliknya pada saat saldo
kas mencapai nol rupiah, perusahaan harus menjual sekuritas senilai
Rp8,45 juta agar saldo kas kembali ke Rp8,45 juta.
D. PORTOFOLIO INVESTASI
Misalkan, perusahaan saat ini memiliki saldo kas sebesar Rp600 juta.
Diperkirakan (dari anggaran kas yang disusun) Rp400 juta di antaranya baru
akan dipergunakan pada tiga bulan yang akan datang. Untuk itu manajer
keuangan bisa, misalnya, mendepositokan Rp400 juta tersebut untuk jangka
waktu 3 bulan dengan bunga (misal) 12% per tahun. Dengan demikian,
selama 3 bulan tersebut perusahaan akan memperoleh penghasilan dari
"investasi"nya sebesar, (0, 12/12) x 3 x Rp.400 juta = Rp 12,0 juta.
Misalkan manajer tersebut tidak yakin bahwa dana yang "bebas" selama
3 bulan mendatang akan mencapai sebesar Rp400 juta maka ia bisa
memutuskan mendepositokan jumlah yang kurang dari Rp400 juta. Kalau
cara ini ditempuh maka keuntungan yang diterima tentu akan lebih kecil dari
Rp 12 juta. Cara lain adalah melakukan diversifikasi. Ia bisa menginves-
tasikan dana sebesar Rp400 juta tersebut pada berbagai jenis saham.
Bisa juga dilakukan investasi, misalnya, Rp200 juta pada deposito
3 bulan dan Rp200 juta pada berbagai jenis saham. Diversifikasi investasi
pada berbagai saham dimaksudkan untuk mengurangi risiko (lihat kembali
Modul 1 Kegiatan Belajar 3). Kalau ditempuh cara tersebut maka kombinasi
investasi tersebut bisa digambarkan sebagai berikut.
200+--------~------+
.I I
I I
'I I
I I
I I
: Deposito jangka waktu, J b:t;tlan I
I
I I
'I I
I I
I I
0. + - - - - - - - - - . . . _ _ _ - - - - - W a ktu
1 2 3
Gambar 3.2.
Portofolio lnvestasi Jangka Pendek
3.10 MANA.JEMEN KEUANGAN e
E. PENGELOLAAN PERSEDIAAN
Apabila waktu yang diperlukan sejak saat bahan dipesan sampai dengan
bahan sampai di perusahaan adalah selama satu bulan (disebut sebagai lead
time) maka perusahaan harus memesan pada saat bahan baku mencapai D/12.
3.12 MANA.JEMEN KEUANGAN e
Modul 2) atau menggunakan data tahun lalu sebagai dasar perbandingan rasio
perputaran persediaan (lihat Modul2 Kegiatan Belajar 1).
Masalah menjadi lain kalau diterapkan model EOQ. Perhatikan bahwa
persamaan (1,3) tidak menunjukkan sifat hubungan yang linier. Masalah
akan makin kompleks kalau dimasukkan adanya faktor safety stock.
Penerapan model ini menyebabkan kita tidak bisa membandingkan efisiensi
pengaturan persediaan (yang diukur dengan perputaran persediaan) dari
waktu ke waktu.
LATIHAN
-·---~ -
3) Kebutuhan bahan baku dalam satu tahun sebesar 3.600 satuan, dengan
harga Rp50.000,00 per satuan. Perusahaan melakukan pembelian setiap
bulan sekali. Biaya simpan (termasuk biaya modal) berkisar 18% per
tahun, sedangkan biaya setiap kali memesan sebesar Rp200.000,00.
Hitunglah biaya persediaan yang ditanggung perusahaan!
4) Perusahaan pada soal nomor 3), kemudian ingin menerapkan model
EOQ untuk pengawasan persediaannya. Berapa Q dan total biaya
persediaan yang optimal?
1) a) 6
z -- (5,1136)1/3
-- Rp17,23 juta
Dengan demikian berarti bahwa batas atas saldo kas adalah
h = Rp5,0 juta + 3(Rp17,23 juta)
= Rp56,69 juta
(Perhatikan bahwa saldo kas maksimal harus ditambah dengan
jumlah minimal kas yang harus dipertahankan, yaitu Rp5,0 juta)
b) Jumlah obligasi yang harus dijual adalah sebesar z. Karena itu,
nilainya sebesar Rp 17,23 juta.
c) Rata-rata saldo kas perusahaan = Rp5 + (17,23+51,69)/3
= Rp27 ,97 juta
2) Apabila biaya dana sebesar 12% per tahun, biaya per hari kira-kira
sebesar (12%/365) = 0,0329%. Oleh karena penghematan dalam dua hari
biaya, berarti bisa menghemat biaya dana sebesar 0,0657%. Dengan
demikian, minimal omzet adalah
= Rp2,0 juta/0,0657%
= Rp3.040 juta (dibulatkan)
3) Jumlah yang dipesan setiap bulan= 3.600/12 = 300 satuan
Nilai rata-rata persediaan = (300 x Rp50.000,00)/2 = Rp7 ,50 juta
Biaya simpan dalam satu tahun = Rp7,50 juta x 0,18 = Rp1,35 juta
Biaya pesan dalam satu tahun = Rp200.000,00 x 12 = Rp2,40 juta
Total biaya persediaan = Rp1,35 + Rp2,40 = Rp3,75 juta
4) Q = [(2 x 3.600 x Rp200.000,00)/(0,18)(Rp50.000,00)] 1/2 = 400 satuan
Biaya pesan = (3.600/400) x Rp200.000,00 = Rp1,80 juta
Biaya simpan = [(400 x RpS0.000,00)/2] x 0,18 = Rp1,80 juta
Total biaya persediaan = Rp1,80 + Rp1,80 = Rp3,60 juta
e EKMA421 3/MODUL 3 3.15
RANGKUMAN
TES FDRMATIF 2
3) Kebutuhan bahan baku dalam satu tahun sebesar 3.600 satuan, dengan
harga Rp50.000 per satuan. Biaya simpan (termasuk biaya modal)
berkisar 18% per tahun, sedangkan biaya setiap kali memesan sebesar
Rp200.000,00. Perusahaan ditawari untuk membeli dalam jumlah besar,
yaitu minimal 800 satuan setiap kali pembelian agar bisa memperoleh
quantity discount sebesar 4%. Berapa biaya pesan dalam satu tahun
kalau perusahaan memanfaatkan discount, yaitu dengan membeli 800
satuan setiap kali pernbelian?
A. Rp1.200.000,00.
B. Rp 900.000,00.
C. Rp 600.000,00.
D. Rp 800.000,00.
3.16 MANA.JEMEN KEUANGAN e
KEGIATAN BELAL.JAR 2
Pengelolaan Piutang
Tabel 3.1.
Analisis Penjualan Kredit tanpa Diskon dengan Penjualan Tunai
Manfaat:
Tambahan keuntungan karena tambahan penjualan,
(Rp1.050 juta - Rp 800 juta) x 15 % = Rp37,50 juta
Pengorbanan:
Perputaran piutang = 360 hari/60 hari = 6 x dalam satu tahun
Rata-rata piutang = Rp1.050/6 = Rp175 juta
Dana yang diperlukan untuk membiayai piutang tersebut,
= Rp 175 juta x 85% = Rp 148,75 juta
Tabel 3.2.
Analisis Penjualan Kredit dengan Diskon Dibandingkan dengan Tanpa Diskon
Manfaat:
Rata-rata periode pembayaran piutang
= 0,5(20) + 0,5(60) = 40 hari
Perputaran piutang = 360/40 = 9 x
Rata-rata piutang = 1.050/9 = Rp 116,67 juta
Rata-rata dana yang diperlukan untuk membiayai piutang
= Rp116,67jutax85% =Rp99,17 juta
Penurunan biaya dana
= (Rp148,75 juta- Rp99,7 juta) x 16% = Rp 7,93 juta
Pengorbanan:
Diskon yang diberikan, = 2% x 50% x Rp1.050 juta = Rp10,50 juta
- - - (-)
Manfaat bersih (Rp 2,57 juta)
Tabel 3.3.
Analisis Penjualan Kredit Tanpa Diskon dengan Penjualan Tunai
(Memperhatikan Kemungkinan Piutang Tidak Tertagih)
Manfaat:
Tambahan keuntungan karena tambahan penjualan,
= (1.050 juta- 800 juta) x 15% = = Rp37,50 juta
Pengorbanan:
Perputaran piutang = 360 hari/60 hari = 6 x
Rata-rata piutang = Rp1.050 juta/6 = Rp175 juta
3.20 MANA.JEMEN KEUANGAN e
Tabel 3.4.
Rasio-rasio DER dan ROE dari Perusahaan yang Baik dan yang Buruk
DER
200
0
0
0
·~
0 ·0 · 0
- - -
0 Keterangan
0
0 0 • = Baik
0 0
0 = Buru
0
0
67 ROE
-15 21
Gambar 3.3.
Return on Equity dan DER dari Perusahaan yang Baik dan Tidak
LATIHAN
---- ~
RANGKUMAN
TES FORMATIF 2- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
3) Berapa laba yang akan diperoleh oleh perusahaan dari soal nomor 1) dan
2 tersebut, apabila profit margin (yaitu perbandingan antara laba dengan
penjualan) sebesar 15%?
A. Rp11,0 juta.
B. Rp 18,0 juta.
3.26 MANA.JEMEN KEUANGAN e
C. Rp20,0 juta.
D. Rp22,0 juta.
KEGIATAN BELAL.JAR 3
A. PENDANAAN SPONTAN
= 2 X 360 = 36 7%
98 20 '
e EKMA421 3/MODUL 3 3.29
Aktiva Zan car didefinisikan sebagai akti va yang secara normal berubah
menjadi kas dalam waktu satu tahun atau kurang. Manajemen modal kerja
biasanya menyangkut pengelolaan aktiva-aktiva ini dan pengelolaan
kewajiban lancar. Sedangkan pengelolaan aktiva tetap, yaitu aktiva yang
berubah menjadi kas memerlukan waktu lebih dari satu tahun, biasanya
disebut sebagai capital budgeting.
Penentuan tingkat yang layak dari aktiva lancar dan kewajiban lancar,
menyangkut keputusan-keputusan mendasar dalam likuiditas perusahaan dan
komposisi umur (maturity) utang-utangnya. Keputusan-keputusan tersebut
akan dipengaruhi oleh trade-off antara profitabilitas dan risiko. Keputusan
yang menyangkut likuiditas aktiva perusahaan menyangkut manajemen kas
dan investasi pada sekuritas, kebijakan dan prosedur penjualan kredit,
manajemen persediaan dan manajemen aktiva tetap. Dalam pembahasan ini,
diasumsikan bahwa kebijakan yang terbaik telah diambil dalam pengelolaan
piutang, persediaan, dan aktiva tetap. Juga diasumsikan bahwa aktiva likuid,
yaitu kas dan sekuritas yang dimiliki perusahaan, memberikan profitabilitas
yang lebih rendah dibandingkan dengan aktiva-aktiva lain.
Karena itu, untuk aktiva lancar (kita abaikan terlebih dulu aktiva tetap ),
semakin rendah proporsi akti va likuid, semakin besar profitabilitas
perusahaan. Apabila kita pertimbangkan bahwa biaya utang jangka pendek
lebih rendah dari biaya utang jangka panjang maka dipandang dari
pertimbangan profitabilitas, perusahaan akan lebih baik menggunakan utang
jangka pendek.
3.32 MANA.JEMEN KEUANGAN e
Rupiah
Kebutuhan dana
j angkC;t pendek .
Aktiva lancar
.. .
nermanen
~
Kebutuhan dana
pen:nanen * * Dibiayai oleh hutangjangka
panjahg~modal ,sendiri dan
'iva tetap pendanaan spontan
!---~--=---=------~----- Waktu
Gambar 3.4.
Pemenuhan Kebutuhan Dana - Strategi Hedging
Rupiah
Pendanaan
j angka pendek
Aktiva lancar
- oermanen
.._
Pendanaan j~,..t-J
•
pa)lJang
va 'tetap
~~--~------------~------------Wakru
Gambar 3.5.
Pendanaan konservatif
kebutuhan dana yang harus dicari pendanaannya secara aktif agar dapat
memenuhi kebutuhan tersebut. Dalam pengertian ini terdapat komponen
modal kerja yang telah dibiayai oleh sumber tertentu (biasanya adalah utang
dagang). Untuk lebih jelasnya perhatikan contoh berikut ini.
Rupiah
P.- endarraan-
. . ~ -
Aktiva
1 -:r ...C.""""
Aktiva lancar
- .l<U;ll . cu
permanen
~.-
---
---
- -----
. ----------------------~~. VVaiDm
Gambar 3.6.
Pendanaan Agresif
LATIHAN
-·--- ~ ~ .
1) Akternatif I Alternatif II
Penjualan
Rp60.000 juta Rp60.000 juta
Laba operasi
Rp 7.500 juta Rp 7.500 juta
Kas
Rp 250 juta Rp 500 juta
Piutang
Rp10.000 juta Rp10.000 juta
Persediaan
Rp 3.500 juta Rp 3.500 juta
Aktiva Tetap
Rp15.000 juta Rp15.000 juta
Total Aktiva
Rp28.750 juta Rp29.000 juta
3.38 MANA.JEMEN KEUANGAN e
Rentabilitas Ekonomi
26,09 25,86%
Perhitungan persediaan mungkin memerlukan sedikit penjelasan. Karena
profit margin sebesar 12,5% maka harga pokok persediaan = 0,875 x
Rp60.000 juta = Rp52.500 juta. Dengan perputaran sebesar 15 x dalam
satu tahun maka rata-rata persediaan = (R.52.500 juta/15) = Rp3.500
juta.
2) Kalau hanya diperhatikan aspek profitabilitas maka alternatif I jelas lebih
baik karena memberikan rentabilitas ekonomi yang lebih besar.
Meskipun demikian, pemilihan saldo kas yang lebih besar (yaitu
alternatif II) mempunyai manfaat dalam hal memperkecil kemungkinan
terjadinya technical insolvency. Masalah ini adalah masalah yang klasik,
yaitu trade-off antara likuiditas dan profitabilitas sehingga pemilihan
tidak akan sesederhana kalau hanya memperhatikan satu aspek saja.
Permasalahannya barangkali bisa dirumuskan sebagai berikut. Kalau kita
memilih alternatif I maka kita mengharapkan memperoleh profitabilitas
yang (sedikit) lebih tinggi. Sebagai konsekuensinya kita akan
mengorbankan likuiditas kita. Masalahnya adalah apakah pengorbanan
likuiditas tersebut cukup signifikan atau tidak. Kalau likuiditas akan
menurun cukup banyak, mungkin kita akan memilih alternatif II. Tetapi
kalau likuiditas tidak banyak berkurang, kita bisa memilih altematif I.
Soal ini menunjukkan bahwa dalam bidang manajemen keuangan pun,
judgment kadang-kadang diperlukan untuk pengambilan keputusan.
3) Kalau pertanyaannya adalah berapa tambahan dana yang harus dicari
dari luar, berarti kita tidak perlu memasukkan (a) adanya pendanaan
spontan (dalam bentuk penambahan utang dagang), dan (b) dana yang
berasal dari keuntungan (perlu dikeluarkan komponen profit margin dari
piutang). Karena tidak ada informasi lain untuk tahun 19x2 maka kita
asumsikan bahwa perputaran komponen-komponen aktiva lancar sama
seperti tahun 19x 1. Demikian juga kebij akan pembayaran pembelian
(yang menimbulkan hutang dagang) sama seperti tahun 19x1.
Perputaran komponen-komponen aktiva lancar tersebut dihitung dengan
cara sebagai berikut.
Kas = Penjualan/Rata-rata kas = Rp.2.000/50 = 40,00x
Piutang = Penjualan/Rata-rata piutang = Rp.2.000/300 = 6,67x
Persediaan = (0,9)Penjualan/Rata-rata persediaan
= Rp.1.800/150= 12,00x
e EKMA421 3/MODUL 3 3.39
Perhatikan bahwa tambahan dana untuk modal kerja tersebut adalah 25%
dari dana yang dipergunakan untuk membiayai modal kerja pada tahun
19x1, sama dengan perkiraan peningkatan penjualan. Hal ini disebabkan
karena kita menggunakan asumsi adanya linieritas (artinya rasio pada
tahun 19x2 sama dengan pada tahun 19x1). Asumsi ini sebenarnya sama
dengan sewaktu kita menggunakan model sales percentage method pada
metode peramalan keuangan.
3.40 MANA..JEMEN KEUANGAN e
RANGKUMAN
TES FDRMATIF 3- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
Tes Formatif 1
1) c
2) B
3) B. Frekuensi pesanan = 3.600/800
= 4,5 X
Biaya pesan dalam satu tahun = 4,5 x Rp200.000 = Rp900.000
4) C. Rata-rata persediaan = 800/2 = 400 satuan
Nilai rata-rata persediaan = 400 x 0,96 x Rp50.000 = Rp19,20 juta
Biaya simpan = Rp19,20 x 0,18 = Rp3.456.000
5) D. Penghematan biaya bahan baku dalam satu tahun,
= Rp.50.000 X 3.600 X 0,04
= Rp7 ,20 juta
Tes Formatif2
1) A. Rata-rata hari pengumpulan piutang = 0,4(15) + 0,6(45) = 33 hari
2) C. Rata-rata piutang = Rp120 juta/10,909 = Rp11 juta
3) B
4) A
5) B
Tes Formatif 3
1) C. Bunga efektif = (1/99) x (360/15) = 24,24%
2) B. Rata-rata utang upah = Rp700/2 = Rp350 juta
3) D
4) A
5) c
Kembali ke Daftar lsi
MDDUL 4
Keputusan I nvestasi
Dr. Suad Husnan, M.B.A.
PENDAHULUAN
KEGIATAN BELAL.JAR 1
Sering kali untuk menaksir arus kas dipergunakan taksiran rugi laba
sesuai dengan prinsip akuntansi, dan kemudian merubahnya menjadi taksiran
atas dasar arus kas. Tabel 4.1 menunjukkan ilustrasi tersebut.
Tabel 4.1.
Taksiran Arus Kas dengan Modifikasi Laporan Akuntansi
PV = 60/(1 + 0,15)
= Rp.52,17 juta
Tabel 4.2.
Taksiran Rugi LABA per Tahun Divisi Taksi (50 Unit)
Taksiran kas rnasuk bersih operasi (operational net cash inflow) per
tahun adalah Rp178,75 + Rp325 juta = Rp503,75 juta. Di sarnping itu, pada
tahun ke 4 diperkirakan akan terjadi kas rnasuk karena nilai sisa sebesar 50 x
Rp.4 juta = Rp200 juta. Karena itu, arus kas dari investasi tersebut
diharapkan sebagai berikut.
Tabel 4.3.
Arus Kas dari Rencana lnvestasi Divisi Taksi (50 Unit)
Misalkan, tingkat bunga yang relevan adalah 16% per tahun maka
perhitungan NPVnya bisa dinyatakan sebagai berikut.
~ 503.75 200
NPV = -1.500 + L.J t + 4
i=l (1+0.16) (1 + 0.16)
NPV =-1.500 + 1.409,58 + 110,45
= - 1.500 + 1.520,03
= +Rp 20,03 juta.
2. Metode-metode Lain
Tidak semua analis investasi menggunakan metode NPV untuk
menentukan menguntungkan tidaknya suatu usulan investasi. Berikut ini
berbagai metode yang sering dipergunakan untuk menilai profitabilitas
usulan investasi.
a. Average rate of return
b. Payback period
c. Internal rate of return
d. Profitability Index
Tabel 4.4.
Perhitungan Average Rate of Return lnvestasi Taksi
Tabel 4.5.
Perhitungan Average Rate of Return lnvestasi B
b. Payback period
Metode ini menghitung berapa cepat investasi yang dilakukan bisa
kembali. Karena itu, basil perhitungannya dinyatakan dalam satuan waktu
(yaitu tahun atau bulan). Kalau kita gunakan contoh usaha divisi taksi di atas
maka kita memperkirakan bahwa investasi yang dikeluarkan sebesar Rp1.500
juta pada tahun 0, diharapkan akan memberikan kas masuk bersih sebesar
Rp503,75 pada tahun 1 sampai dengan 4, ditambah Rp200 juta pada tahun ke
4. Dengan demikian, sebelum tahun ke-3, investasi sebesar Rp1.500 juta
diharapkan sudah bisa kembali. Perhitungan secara rincinya adalah sebagai
berikut.
Selama dua tahun dana diharapkan sudah kembali sebesar,
2 x Rp503,75 juta = Rp1.007,5 juta.
Tabel 4.6.
Perhitungan Discounted Payback Period
Dengan cara yang sama seperti sewaktu kita menghitung payback period
maka discounted paybacknya didapatkan 3 tahun 11,4 bulan.
1.500 = t 503, ~: + - - -
4
100
i= l ( 1+ l) (1 + i )
•
I PV kas masuk
16% 1.520,03
17o/o 1.487,63
Selisih 1% 32,40
Kita inginkan adalah agar sisi kanan persamaan = Rp 1.500. Kalau kita
selisihkan dengan i = 16% dengan PV = Rp1.520,03 maka perbedaan
Rp20,03 adalah ekuivalen dengan,
(20,03/32,40) X 1% = 0,62%
d. Profitability Index
Profitability Index menunjukkan perbandingan antara PV kas masuk
dengan PV kas keluar. Dinyatakan dalam rumus,
.-r-.· b .l. d PV kas masuk
P ro1 zta z zty 1n ex =
PV kas keluar
Untuk contoh investasi yang sama, Profitability Index (selanjutnya
disingkat PI) bisa dihitung sebagai berikut.
PI = 1.520,03/1.500
= 1,013
Dua metode yang pertama, yaitu average rate of return dan payback
period, mempunyai kelemahan yang sama, yaitu mengabaikan nilai waktu
uang. Padahal, kita mengetahui bahwa uang mempunyai nilai waktu. Dua
metode yang terakhir, yaitu IRR dan PI, mempunyai persamaan, yaitu
memperhatikan nilai waktu uang dan menggunakan dasar arus kas. Meskipun
demikian kita akan melihat adanya beberapa kelemahan metode-metode
tersebut.
Tahun 0 1 2
Arus kas -Rp1 ,6 juta +Rp1 0,0 juta -Rp1 0,00 juta
10 10
1,6 = - - - + - - -
2
(1+i) (1+i)
e EKMA421 3/MODUL 4 4.13
Kalau kita hitung, kita akan memperoleh dua nilai i yang membuat sisi
kiri persamaan sama dengan nilai sisi kanan persamaan. Nilai-nilai i adalah:
i 1 = 4,00 (artinya 400% ), dan
i2 = 0,25 (artinya 25% ).
+2 0. ~
+1 0
'
- 1 ,,6
Gambar tersebut menunjukkan justru kalau r < 25% maka NPV investasi
tersebut negatif (artinya investasi harus ditolak).
Kelemahan yang ketiga adalah pada saat perusahaan harus memilih
proyek yang bersifat mutually exclusive (artinya pilihan yang satu
meniadakan pilihan lainnya). Untuk itu perhatikan contoh berikut ini (arus
kas dalam rupiah).
NPV
Proyek Tahun 0 Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3 IRR
(r = 18°/o)
A -1.000 + 1.300 + 100 + 100 234,37 42°/o
B -1.000 + 300 + 300 + 1.300 60,91 30°/o
4.14 MANA.JEMEN KEUANGAN e
NPV
Proyek Tahun 0 Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3 IRR
(r = 18°/o)
A -1.000 + 1.300 + 100 + 100 234,37 42°/o
B -1.000 + 300 + 300 + 1.300 60,91 30°/o
B minus A 0 -1.000 + 200 + 1.200 26,53 20°/o
2. Kelemahan Metode PI
Metode PI akan selalu memberikan keputusan yang sama dengan NPV
kalau dipergunakan untuk menilai usulan investasi yang sama. Akan tetapi,
apabila dipergunakan untuk memilih proyek yang mutually exclusive, metode
PI bisa kontradiktif dengan NPV. Untuk itu perhatikan contoh berikut ini.
PV Kas Keluar
Proyek PV Kas Masuk NPV PI
lnvestasi
c - Rp 1.000 + Rp 1.100 + RJ 100 1,10
D - Rp 500 + Rp 560 + RJ 60 1,12
Tabel 4. 7.
Neraca Perusahaan setelah Membeli Hak Parkir (pad a Harga Perolehan)
Aktiva Pasiva
Hak parkir Rp1.200 'uta Modal sendiri Rp1.200 ·uta
Total Rp1.200 ·uta Total Rp 1.200 'uta
PV . - 00 30
t-l 1 + 0, 01
PVHak parkir = Rp 1.348 juta
Tabel 4.8.
Neraca Perusahaan (pada Nilai Pasar)
Aktiva Pasiva
Hak ::>arkir Rp 1.348 'uta Modal sendiri Rp 1.348 'uta
Total Rp 1.348 juta Total Rp 1.348 juta
'
.
- • _._ 7... -~
- ~
L AT I H A N
I '
• .
"'
>..-o<
....,.,
--------------------
• •
Provek 0 1 2
A -5.000 +3.600 +2.880
B -3.000 +2.400 +1.490
Dengan demikian,
NPVnya = -2.000 + 675,45 + 577,49 + 594,36 + 722,23
=- 2000 + 2.569,53
= + 569, 53 juta
2) IRR proyek tersebut dihitung dengan cara sebagai berikut.
2 .000
= 790 790 925,5 1.352,5
. + 2+ 3+ 4
(1+l) (1+i) (1+i) (1+i)
Dengan cara trial and error, kita dapatkan PV kas masuk (yaitu sisi
kanan persamaan) pada saat i = 17% dan i = 30% sebagai berikut.
i PV kas masuk
17% 2.569,53
30% 1.982
Selisih 13% 587,53
PV Kas Masuk
Tahun Kas Keluar Kas Masuk
r = 17°/o
0 2.000 - -
1 790,0 675 -
2 790,0 577
3 925,5 595
4 1.325,5 721
Selama tiga tahun proyek tersebut telah menghasilkan kas masuk sebesar
Rp1.847 juta. Dengan demikian, sisa sebesar Rp153 juta, diharapkan
akan masuk pada bulan ke 2,5 bulan. Dengan demikian discounted
payback periodnya = 3 tahun 2,5 bulan.
3) Hasil perhitungan IRR dan NPV masing-masing proyek dan
incrementalnya, disajikan berikut ini.
NPV
Proyek 0 1 2 IRR
r=15°/o
A -5.000 +3.600 +2.880 20°/o +308
B -3.000 +2.400 +1.490 22°/o +248
A-B -2.000 +1.160 +1.390 17,2°/o + 60
4.20 MANA..JEMEN KEUANGAN e
RANGKUMAN
TES FORMATIF 1
--------------------------------
Pilihlah satu j a waban yang paling tepat!
A 50 70 15
B 10 10 15
c 25 32 43
D 25 -5 5
E 75 15 10
F 20 16 50
G 10 9 30
4) Dari soal nomor 3) tersebut, profitability index yang tertinggi adalah ....
A. Proyek A
B. Proyek B
C. Proyek C
D. Proyek D
KEGIATAN BELAL.JAR 2
Tabel 4. 9.
Besarnya Penyusutan Setiap Tahun, Usaha Taksi, dengan Metode DDB
Dengan demikian, perhitungan rugi laba setiap tahun, mulai dari tahun 1
s/d tahun 4 ditunjukkan pada Tabel4.10. Dengan dernikian, kas masuk bersih
setiap tahunnya adalah:
Tahun 1 = 0 + 650,00 = Rp650,00 juta
Tahun 2 = 178,75 + 325,00 = Rp503,75 juta
Tahun 3 = 284,37 + 162,50 = Rp446,87 juta
Tahun 4 = 284,37 + 162,50 = Rp446,87 juta
Nilai residu = Rp200,00 juta
Nilai keseluruhan kas masuk bersih selama empat tahun juga sebesar
Rp2.247 juta, sama dengan sewaktu dipergunakan metode penyusutan garis
lurus. Meskipun dernikian kita lihat bahwa pada tahun awal perusahaan akan
menerima kas masuk yang lebih besar. Dengan dernikian, PV kas masuknya
akan lebih besar, dan NPVnya akan lebih besar pula (Dapatkah Anda
menghitung NPVnya?).
e EKMA421 3 / MODUL 4 4.25
Tabel 4.1 0.
Perhitungan Rugi Laba dengan Menggunakan Metode Penyusutan DDB
Proyek 3 1 2 4
PI 1'15 1'13 1'11 1,08
lnvestasi awal Rp200,00 Rp125,00 Rp175,00 Rp150,00
Apabila dana terbatas hanya sebesar Rp300 maka proyek yang sebaiknya
diambil adalah proyek 1 dan 2, bukan proyek 3. Mengapa? Hal ini
disebabkan karena meskipun PI proyek 3 yang tertinggi, tetapi dengan
mengambil proyek 1 dan 2, perusahaan diharapkan akan memperoleh NPV
yang lebih besar (yaitu Rp16,25 + Rp19,25 = Rp35,5), dibandingkan dengan
kalau mengambil proyek 3 (NPVnya hanya sebesar Rp30).
Batasan dana yang tetap untuk suatu periode biasanya jarang terjadi. Hal
ini disebabkan karena dengan berjalannya waktu, proyek yang sedang
dilaksanakan mungkin telah menghasilkan kas masuk bersih, dan arus kas
tersebut bisa dipergunakan untuk menambah anggaran yang ditetapkan.
Masalah yang timbul dalam keadaan keterbatasan dana adalah penentuan
opprtunity cost. Opportunity cost menunjukkan biaya yang ditanggung
perusahaan karena memilih suatu alternatif. Contoh di atas menunjukkan
bahwa perusahaan tidak bisa mengambil proyek 1 dan 4, dan memilih
altematif proyek 2 dan 3. Misalkan, semua proyek tersebut dihitung dengan
menggunakan r=18%. Apakah opportunity cost proyek-proyek tersebut
sebesar 18%? Jawabnya jelas tidak. Berapa "kerugian" yang ditanggung
4.26 MANA.JEMEN KEUANGAN e
perusahaan karena tidak bisa mengambil proyek 1 dan 4 hanya karena tidak
mempunyai dana yang cukup? Jelas lebih dari 18%. Inilah sebenarnya
opportunity cost karena perusahaan tidak memiliki dana yang cukup.
Tabel 4.11.
Taksiran Rugi Laba dan Kas Masuk Operasional
Untuk menaksir arus kas secara keseluruhan, baik kas keluar maupun kas
masuk, perlu diperhatikan masalah penambahan aktiva lancar (atau modal
kerja). Selama berjalannya usia investasi, jumlah aktiva lancar akan
meningkat dari tahun ke tahun (karena penjualan diharapkan meningkat).
Pada akhir usia proyek, modal kerja tersebut akan kembali sebagai terminal
cash flow. Masalah tersebut bisa disajikan sebagai berikut.
Tabel 4.12.
Perhitungan Arus Kas
Apabila tingkat bunga yang dipandang layak (=r) sebesar 18% maka
NPV proyek tersebut adalah
NPV = -500 + 790
= +290
D. PEMILIHAN AKTIVA
Kalau kita membandingkan begitu saja antara kedua mesin tersebut, kita
mungkin mengambil kesimpulan yang salah, yaitu memilih mesin B karena
memberikan PV kas keluar yang terkecil. Mengapa pilihan tersebut salah?
Oleh karena kita menggunakan dasar usia ekonomis yang tidak sama.
Dengan membeli mesin B pada akhir tahun ke 2 (atau awal tahun ke 3) kita
harus membeli mesin baru lagi, sedangkan mesin A belum perlu diganti.
Untuk itulah salah satu cara yang bisa dipergunakan adalah menggunakan
basis waktu yang sama, yang disebut sebagai common horizon approach.
Pendekatan ini mengatakan bahwa kalau kita ingin membandingkan dua
alternatif, gunakan dasar waktu yang sama. Kalau mesin A mempunyai usia
ekonomis 3 tahun, sedangkan B mempunyai usia ekonomis 2 tahun maka kita
bisa menggunakan common horizon 6 tahun. Dalam periode tersebut, mesin
A akan berganti 2 kali, sedangkan B akan berganti 3 kali. Dengan demikian,
bisa dilakukan analisis sebagai berikut.
e EKMA421 3/MODUL 4 4.29
PV
Mesin 0 1 2 3 4 5 6
r = 10°/o
A 15 4 4 4+15 4 4 4 43,69
B 6 6 6+10 6 6+10 6 6 51,22
X X X
24,95 = + 2 + 3
(1 + 0,10) (1 + 0,10) (1 + 0,10)
E. PENGGANTIAN AKTIVA
laku terjual dengan harga Rp80 juta. Anggaplah bahwa usia ekonomis mesin
3
baru juga empat tahun .
Kalau kita in gin menggunakan penaksiran kas secara incremental (selisih
atau perbedaan) maka kita bisa melakukan sebagai berikut. Kalau mesin lama
diganti dengan mesin baru maka akan terdapat tambahan pengeluaran sebesar
Rp120-Rp.80 juta = Rp40 juta. Taksiran arus kas operasional per tahun
adalah sebagai berikut.
Apabila tingkat bunga yang relevan (r) = 20% maka perhitungan NPV
adalah sebagai berikut.
~ 20,5
NPV = -40 + L.J
t=l ( 1+ 0, 20))
= -40 + 53,07
= +Rp13,07 juta
Karena NPV positif maka penggantian mesin dinilai menguntungkan.
F. PENGARUH INFLASI
dihitung berdasar atas nilai historis, dan (2) intensitas inflasi terhadap faktor-
faktor yang mempengaruhi arus kas.
Misalkan, suatu rencana investasi memerlukan dana sebagai berikut.
1. Untuk aktiva tetap sebesar Rp300 juta, usia ekonomis 3 tahun tanpa nilai
sisa. Penyusutan menggunakan metode garis lurus.
2. Modal kerja, sebesar 20% dari taksiran penjualan tahun yang akan
datang.
3. Penjualan (dalam unit) untuk masing-masing tahun ditaksir sebagai
berikut.
Tahun 1 100.000 unit
Tahun 2 120.000 unit
Tahun 3 200.000 unit
4. Harga jual pada tahun 1 diperkirakan sebesar Rp 10.000. Harga jual ini
diperkirakan akan naik sebesar 10% setiap tahun (mencerminkan adanya
inflasi 10% ).
5. Biaya tunai diperkirakan sebesar 70% dari penjualan. Ini berarti bahwa
biaya-biaya tunai juga akan naik sebesar 10% per unitnya.
6. Dengan tingkat inflasi sebesar 10%, tingkat keuntungan yang dipandang
layak ditentukan sebesar 20%.
7. Tarif pajak penghasilan sebesar 35%.
Untuk menghitung NPV proyek tersebut, kita perlu menaksir kas masuk
operasional terlebih dulu. Sedangkan taksiran arus kas karena investasi
disajikan dalam Tabel 2.6 berikut ini. Dengan demikian, perhitungan NPV
investasi tersebut bisa dinyatakan sebagai berikut.
NPV = - 500 + 762
= + 262
Tabel 4.13.
Taksiran Kas Masuk Operasional dengan Memperhatikan lnflasi
Dalam keadaan terdapat inflasi (yang mungkin cukup serius), kita perlu
menggunakan dasar penaksiran yang sama. Maksudnya adalah bahwa tingkat
inflasi umumnya segera dicerminkan pada penentuan r. Semakin tinggi
expected inflation, semakin tinggi r. Kalau kita menggunakan r yang telah
memasukkan faktor inflasi maka dalam menaksir arus kas kita juga harus
telah memasukkan faktor inflasi.
Tabel 4.14.
Taksiran Arus Kas karena lnvestasi, dengan Memperhatikan Faktor lnflasi
Hal yang sering terjadi adalah bahwa r telah memasukkan faktor inflasi,
sedangkan arus kas tidak memasukkan faktor inflasi. Arus kas mungkin
ditaksir pada real value, dan bukan pada nominal value. Perhatikan contoh
berikut ini untuk menggambarkan perbedaan antara real dan nominal value.
Misalkan, tahun depan kita mengharapkan akan menerima Rp100 real
value. Apabila tingkat inflasi diperkirakan sebesar 10% maka nominal
valuenya akan Rp100(1+0,1) = Rp110. Misalkan, real interest rate= 6%.
Dengan inflasi sebesar 10% maka nominal interest rate= (1+0,06)(1+0,1) =
1,166. Dengan demikian, apabila dihitung PV penerimaan tersebut maka
dengan menggunakan nominal value akan diperoleh,
e EKMA421 3/MODUL 4 4.33
PV = 110/(1 +0,166)
= 94,34
.-· .- -~
--- -- -....;:
-.
,·- :-;
-~
LATI HAN
-----------------------------------------
dengan his baru) menjadi Rp90 juta. Apakah his baru lebih menarik
dibandingkan dengan his lama?
3) Misalkan dari soal nomor 1) dan 2), his baru bukan hanya diharapkan
memberikan penghasilan lebih besar, tetapi juga mempunyai usia
ekonomis lebih lama, yaitu 7 tahun. Bagaimana perbandingan antara
NPV his lama dengan NPV his baru?
Dengan demikian,
5
22,65 5
= 23 0
t -1 1+0,18 (1+0,18) '
Oleh karena NPV bus lama > NPV bus baru maka seharusnya
perusahaan tidak perlu mengganti his lama.
e EKMA421 3/MODUL 4 4.35
Tamhahan kas masuk hersih per tahun = Rp5,0 juta, dan tamhahan
terminal cash flow pada tahun ke-5 (yaitu selisih nilai residu) adalah
Rp5,0 juta. Dengan demikian, perhitungan NPV incrementalnya adalah
sehagai herikut.
5
5 5
NPVincremental = -30 + L---- + 5 = -12,2
t=l (1+0,18f (1+0,18)
Biaya-biaya
Penyusutan Rp 9,00 juta Rp 14,00 juta
Yang bersifat tunai Rp 50,00 juta Rp 45,99 juta
Total Rp 59,00 'uta Rp 59,00 juta
4.36 MANA.JEMEN KEUANGAN e
Dengan demikian,
22 65 5
NPVsuslama = -50+ I. ' 1
+ 5 = 23,0
t=l (1+0,18) (1+0,18)
Oleh karena NPV bus lama < NPV bus baru maka sekarang penggantian
bis lama menjadi lebih menarik.
NPV incrementalnya bisa dihitung sebagai berikut. Kalau perusahaan
mengganti bis lama dengan bis baru, perusahaan harus mengeluarkan
tambahan investasi senilai Rp30 juta. Di samping itu, taksiran tambahan
kas masuk bersih setiap tahunnya adalah sebagai berikut.
Tambahan kas masuk bersih per tahun = Rp 11,5 juta, dan tambahan
terminal cash flow pada tahun ke-5 (yaitu selisih nilai residu) adalah
Rp5,0 juta. Dengan demikian, perhitungan NPV incrementalnya adalah
sebagai berikut.
e EKMA421 3/MODUL 4 4.37
Dengan demikian, penggantian his lama dengan his haru akan memheri-
kan NPV yang positif.
Biaya-biaya
Penyusutan Rp 9,00 juta Rp 10,00 juta
Yang bersifat tunai R(d 50 100 •iuta Rp 45 100 juta
Total Rp 59,00 juta Rp 55,00 juta
Laba sebelum pajak Rp 21 ,00 juta Rp 35.00 juta
Pajak penghasilan Rp 7135 juta R(d 12 125 juta
Laba setelah Ja·ak Rp 13,65 ·uta Rp 22,75 juta
Arus kas masuk bersih Rp 22,65 'uta Rp 32,75 juta
Dengan demikian,
NpvBuslama -
-
-50+~
L...J
22,65 +
5
5 = 23,0
t =l ( 1+ o, 18 r (1+0,18)
Tamhahan kas masuk hersih per tahun, dari tahun 1 s/d 5 adalah
Rp10,1 juta. Di samping itu, pada tahun ke-5, apahila his lama diganti
dengan his haru, akan menimhulkan arus kas -Rp.5,0 juta dari
kehilangan penjualan nilai residu his lama, sedangkan pada tahun ke-6
diharapkan akan memperoleh Rp32,75 juta, dan pada tahun ke-7 juga
sehesar Rp32,75 juta plus Rp.10 juta nilai residu his haru. Dengan
demikian perhitungan NPV incrementalnya adalah sehagai herikut.
NPVIncremental = -30+54,9
RANGKUMAN- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
TES FDRMATIF 2
-------------------------------
Pilihlah satu j a waban yang paling tepat!
3) Estimasi nilai buku aktiva tetap dan modal kerja untuk suatu proyek
adalah sebagai berikut.
0 1 2 3 4
Aktiva tetap 400 300 200 100 0
Modal kerja 200 300 400 500 0
Apabila operational cash flow setiap tahun selama empat tahun adalah
sebesar Rp300,00 berapakah keseluruhan kas masuk pada tahun ke-4?
A. Rp500,00.
B. Rp800,00.
C. Rp900,00.
D. Tidak his a dihitung.
4) Berapa terminal cash flow dari proyek pada soal nomor 3)?
A. Rp500,00.
B. Rp800,00.
C. Rp900,00.
D. Rpl.OOO,OO.
Tes Formatif 1
1) B. Ingat bahwa penggunaan IRR memungkinkan diperolehnya IRR
lebih dari satu (multiple IRR)
2) C. Pernyataan ini adalah merupakan pernyataan tentang perlunya
menaksir arus kas atas dasar incremental.
3) D. Seharusnya kita memilih kombinasi proyek-proyek yang
memaksimumkan NPV. Alternatif-alternatif yang disediakan tidak
ada satu pun yang memenuhi persyaratan tersebut.
4) A. Kita bisa menghitung PI masing-masing proyek. Sebagai misal, PIA
= 120/50 = 2,40. Kita lakukan satu-satu dan akan kita dapatkan
bahwa A mempunyai PI yang tertinggi.
5) A. Cara yang sama seperti pada pertanyaan danjawaban nomor 5).
Tes Formatif2
1) A. Penyusutan setiap tahunnya adalah sebagai berikut.
3) B. Kas masuk pada tahun ke 4 berasal dari kas masuk operasi dan
terminal cash inflow. Dalam soal ini = 300 + 500 = 800.
4) A. Terminal cash flow berasal dari modal kerja yang kembali, yaitu
500.
5) Perhitungan arus kas secara keseluruhan adalah sebagai berikut.
0 1 2 3 4
Aktiva teta :) -400
Modal kerja -200 -100 -100 -100
Kembalinya MK +500
Kas masuk operasional -600 +200 +200 +200 +800
Dengan arus kas semacam itu dan r = 18% maka NPV = +247,5.
PENDAHULUAN
Tabel 5.1.
Tingkat Keuntungan dan Distribusi Probabilitasnya
L~[Ri-E(R)]
2
a= (1.2)
t=l
sedangkan contoh biaya variabel misalnya biaya bahan baku, biaya bahan
penolong, komisi penjualan. Pemikiran yang digunakan adalah bahwa biaya-
biaya yang ditanggung oleh perusahaan bisa dibagi menjadi biaya tetap dan
biaya variabell.
Dengan menggunakan asumsi bahwa (1) biaya variabel per unit konstan,
(2) harga jual per unit konstan, dan (3) biaya tetap total konstan sepanjang
kapasitas produksi maka keadaan tersebut bisa digambarkan sebagai berikut.
Hiaya dan
Penghasllan (Rp.)
/
Penghasilan
/ .
· .· total
variabel
- - - - - - - Biaya tetap
Kita lihat bahwa pada suatu titik tertentu akan terdapat situasi di mana
penghasilan sama dengan total biaya (di sini biaya-biaya adalah biaya
operasi, tidak termasuk biaya karena menggunakan utang). Pada jumlah
produksi dan penjualan itulah dikatakan bahwa perusahaan berada dalam
keadaan impas (break-event). Bagaimana memperoleh titik impas (break
event point) tersebut?
Apabila
V = Biaya variabel per unit
FC = Biaya tetap total (artinya bukan per unit)
P = Harga jual per unit
Q = Unit yang dihasilkan dan dijual
R = Penghasilan yang diterima dari penjualan
TC = Biaya total, yaitu biaya tetap total plus biaya variabel total maka titik
impas tercapai pada saat
e EKMA421 3/MODUL 5 5.5
R = TC
Ini berarti bahwa,
PQ = FC+ VQ
FC = PQ- VQ
FC = Q(P-V)
Q = FC/(P-V) (1.3)
Tabel 5.2.
Pengaruh Penurunan Penjualan terhadap Laba Operasi
Satu hal yang perlu disadari adalah bahwa risiko tersebut mempunyai
dua sisi. Artinya, kalau terjadi kenaikan penjualan maka penambahan laba
operasi PT P ARAMITA juga lebih besar. Kita tidak mengatakan bahwa
perusahaan yang berisiko lebih besar adalah perusahaan yang lebih j elek.
Perusahaan yang berisiko lebih besar berarti bahwa arus kasnya lebih tidak
pasti. Kemungkinan menyimpang dari yang diharapkan adalah lebih besar.
Meskipun demikian perlu diingat bahwa penyimpangan tersebut bisa menjadi
lebih kecil ataupun lebih besar.
lnvestasi A lnvestasi B
Probabilitas Tinl kat Keuntun an Probabilitas Tin kat Keuntun an
0,30 0,15 0,20 0,15
0,40 0,20 0,60 0,20
0,30 0,25 0,20 0,25
2)
Kesempatan lnvestasi E(R) Deviasi standar
A 0,20 0,387
B 0,20 0,316
RANGKUMAN- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
TES FORMATIF 1- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
0,10 -0 10
'
0,20 0,00
0,40 +0,20
0,20 +0,40
0,10 +0,50
5) Pada penjualan sebesar 60.000 unit tersebut (soal nomor 4), berapa laba
yang diperoleh perusahaan?
A. Rp15 juta.
B. Rp30 juta.
C. Rp45 juta.
D. Rp60 juta.
KEGIATAN BELAL.JAR 2
Tabel 5.3.
Penggunaan Coefficient of Variation sebagai Pengukur Risiko
Proyek C Proyek D
Ev 1.000 1.500
(j 400 500
/ \ / \
Coeff.of var.
0 40 == 400 0 33 == 500
' 1000 ' 1500
' I
' I
2. Risiko Proyek
Apabila dipergunakan ketidakpastian arus kas sebagai pengukur risiko
maka pemikiran ini berarti bahwa semakin tidak pasti arus kasnya atau
semakin besar nilai deviasi standar arus kas tersebut, semakin berisiko
proyek tersebut. Masalah yang timbul adalah bahwa proyek investasi
mempunyai jangka waktu cukup lama. Sementara kita menaksir arus kas
setiap tahun (termasuk ketidakpastiannya), proyek tersebut mungkin
diharapkan akan menghasilkan arus kas selama beberapa tahun. Dengan kata
lain, kita perlu menaksir arus kas yang diharapkan (expected cash flow) dan
deviasi standarnya pada tahun 1, tahun 2, sampai dengan tahun ke n. Untuk
proyek secara keseluruhan, penghitungan deviasi standar NPV perlu
memperhatikan keterkaitan arus kas pada tahun 1 dengan tahun ke-2, tahun
ke-2 dengan tahun ke-3, dan tahun ke n-1 dengan tahun ke-n.
Pada ekstremnya, pola arus kas bisa dikelompokkan menjadi 2 tipe, yaitu
(1) tidak mempunyai korelasi sama sekali (independen), dan (2) berkorelasi
e EKMA421 3/MODUL 5 5.13
Dalam hal ini, Ct adalah arus kas pada waktu ke-t, dan t = O, ... n.
Perhatikan bahwa karena t dimulai dari waktu ke-0 maka tanda untuk Ct bisa
positif (kas masuk) maupun negatif (kas keluar), sedangkan tingkat bunga
yang dipergunakan adalah Rf, yaitu tingkat bunga bebas risiko.
Misalkan, Rf = 9%. Dengan demikian, NPV yang diharapkan adalah
E(NPV) =
3.cm 4.cm 4.cm 5.cm 6.cm 7.cm
-11.(XX)+ 1 + 2+ 2+ 3 + 4 + 5
(1+0,9) (1+0,9) (1+0,9) . (1+0,9) (1+0,9) (1+0,9)
Dengan demikian,
E(NPV) = -11.000 + 12.656
= +1.656
n O(J"2
(]"=
L( t+ Rf t
t =O
2 2 2
(1-1.095) (1-1.095) (1-1.095)
a= 0+ 2 + 4 + 6
(1+ 0' 09) (1+ 0' 09) ( 1+ 0, 09)
15, 77 % 15, 77 %
S = [NPVi-E(NPV)]/cr (2.3)
Dalam hal ini, S adalah jumlah deviasi standar yang distandardisir, NPVi
adalah NPV yang ingin dicari berapa probabilitasnya untuk mencapai NPV
tersebut atau lebih kecil (bisa juga lebih besar). Di sini NPVi = 0. Dengan
menggunakan persamaan (2.3) tersebut maka
s = (0 - 1.656)/1.604
= 1 03
'
Tabel 5.4.
Probabilitas Arus Kas beserta Nilainya (dalam Jutaan), untuk Setiap Tahun
Tahun 1 Tahun 2
Probabilitas Arus kas Probabilitas Arus kas Joint
Semula P 1 Bersih Kondisional P 2/1 bersih probabilit,1
0,40 -Rp60,00 0,12
0,30 -Rp20,00 0,40 -Rp20,00 0,12
0,20 Rp10,00 0,06
0,30 Rp20,00 0,12
0,40 RP40,00 0,40 Rp40,00 0,16
0,30 RP60,00 0,12
0,20 Rp40,00 0,06
0,30 Rp80,00 0,40 Rp80,00 0,12
0,40 RP100,00 0,12
lnvestasi Jada awal tahun Rp 40 'uta
Hasil perhitungan tersebut kita sajikan pada Tabel 5.5 berikut ini.
Tabel 5.6.
Probabilitas Kumulatif untuk Memperoleh Nilai NPV Tertentu
Cara lain adalah memperkirakan koefisien korelasi antar arus kas pada
masing-masing periode. Apabila proyek tersebut mempunyai usia ekonomis
2 tahun maka variance NPV bisa dirumuskan sebagai berikut.
2
cr NPV = 2 2
cr cr 1 + cr 2
cr
2 2 3k
2 + cr b 2 cr 1cr2 (2.4)
LATIHAN
'
-----~ . .
Tahun 1 Tahun 2
Probabilitas Kas masuk Probabilitas Kas masuk
0,30 Rp 600 0,30 Rp 700
0,40 Rp 800 0,40 Rp 900
0,30 Rp1.000 0,30 Rp1.100
= Rp155 juta
cr2 = Rp155 juta
2 2
155 155
crNPV = ----
2
+ 4
= Rp204ocr
(1+0,05) (1+0,05)
3) s= [(0- 378)/204]
= 1,85
e EKMA421 3/MODUL 5 5.21
Dengan melihat pada Tabel Luas Area Di bawah Kurva Normal, kita
mengetahui bahwa probabilitasnya adalah 3,22%.
4) a) Deviasi standar proyek dihitung dengan cara sebagai berikut.
a~v = [1552/(1 +0,05)2] + [1552/(1 +0,05)4] + [ {2(0,3) (155)
(155) }/(1 +0,05)3]
= 54.009
a~v = Rp232 juta (dibulatkan)
b) Probabilitas NPV < 0 dihitung sebagai berikut.
s = [(0 - 378)/232]
= 1,63
Dengan melihat pada Tabel Luas Area Di bawah Kurva Normal, kita
mengetahui bahwa probabilitasnya kira-kira sekitar 5,0%.
Dengan demikian berarti bahwa pada saat arus kas berkorelasi positif,
akan diperoleh deviasi standar yang lebih besar demikian juga
probabilitas memperoleh NPV < 0.
RANG K U M A N : . . . . . . . - - - - - - - - - - - - - - - - - -
TES FDRMATIF 2
4) Apabila arus kas pada tahun ke t berkorelasi dengan arus kas pada tahun
ke t-1 maka semakin besar koefisien korelasi tersebut akan membuat ....
A. deviasi standar NPV akan makin besar, sedangkan E(NPV) sama
•
saJa
B. deviasi standar NPV akan makin kecil, sedangkan E(NPV) sama
•
saJa
C. deviasi standar NPV sama saja, tetapi E(NPV) makin besar
D. deviasi standar NPV sama saja, tetapi E(NPV) makin kecil
KEGIATAN BELAL.JAR 3
Model ini mendasarkan diri pada pemikiran bahwa semakin besar risiko
suatu investasi, semakin besar tingkat keuntungan yang diminta oleh
pemodal. Kalau konsep ini diterapkan pada NPV maka tingkat bunga yang
dipergunakan untuk menghitung NPV akan menjadi makin besar untuk
proyek dengan risiko yang makin tinggi. Dengan demikian, konsep CAPM
yang semula dikembangkan untuk investasi pada sekuritas sekarang
diterapkan pada investasi pada real assets.
CAPM berargumentasi bahwa memang benar arus kas tidaklah pasti.
Ketidakpastian arus kas tersebut disebabkan oleh banyak faktor. Salah satu di
antaranya operating leverage. Faktor lainnya adalah erat tidaknya hubungan
kondisi bisnis tersebut dengan kondisi perekonomian. Keadaan ini disebut
sebagai siklikalitas. Ada jenis-jenis industri tertentu yang sangat dipengaruhi
oleh kondisi faktor-faktor makro ekonomi, seperti bisnis real estate dan
bisnis otomotifl meskipun ada juga yang tidak terlalu dipengaruhi.
Perusahaan-perusahaan yang sangat dipengaruhi oleh faktor siklikalitas
dikatakan mempunyai beta yang tinggi.
Dalam CAPM risiko didefinisikan sebagai beta (B). Dengan demikian,
perusahaan yang mempunyai operating leverage dan siklikalitas yang tinggi,
diartikan sebagai perusahaan yang mempunyai risiko atau beta yang tinggi.
Dengan demikian nampaklah bahwa perusahaan yang mempunyai
ketidakpastian arus kas yang tinggi juga akan cenderung mempunyai beta
yang tinggi pula.
e EKMA421 3/MODUL 5 5.25
(3.1)
Dalam hal ini, E(Ri) adalah tingkat keuntungan yang layak (diharapkan)
untuk sekuritas i, Rf adalah tingkat keuntungan dari investasi bebas risiko, Bi
adalah beta (yaitu ukuran risiko) sekuritas i, dan E(Rm) adalah tingkat
keuntungan portofolio pasar yang diharapkan. Apabila CAPM akan
diterapkan untuk menilai profitabilitas investasi pada aktiva riil (proyek)
maka i di sini menunjukkan proyek tersebut. Dengan demikian semakin
tinggi risiko (atau B) proyek tersebut, semakin tinggi tingkat keuntungan
yang dianggap layak untuk investasi tersebut. Ri ini yang kemudian
dipergunakan sebagai tingkat bunga (= r) dalam menghitung NPV.
Apabila dipergunakan CAPM dalam menentukan tingkat bunga (= r)
yang layak dalam perhitungan NPV maka arus kas yang dipergunakan adalah
arus kas yang diharapkan (expected cash flow). Kita tahu bahwa arus kas
tersebut tidak pasti, tetapi ketidakpastian tersebut diakomodir oleh tingkat
bunga yang dipergunakan untuk menghitung NPV.
Karena itu, kalau kita ingin menerapkan CAPM dalam capital budgeting
maka yang diperlukan adalah sebagai berikut.
1. Menaksir beta dari proyek (rencana investasi) yang sedang dianalisis.
2. Menaksir tingkat keuntungan portofolio pasar. Sebagai proxy sering
dipergunakan tingkat keuntungan rata-rata dari seluruh kesempatan
investasi yang tersedia di pasar modal atau indeks pasar.
3. Menentukan tingkat keuntungan dari investasi yang bebas risiko.
Sebagai proxy sering dipergunakan tingkat keuntungan dari sekuritas
yang dijamin oleh pemerintah (misalnya Sertifikat Bank Indonesia).
4. Menaksir arus kas yang diharapkan.
Kegiatan 1 s/d 3 dimaksudkan untuk menaksir tingkat keuntungan yang
dipandang layak untuk menilai investasi tersebut. Setelah kita berhasil
menaksir r maka penghitungan NPV dilakukan dengan menggunakan
informasi yang diperoleh dari kegiatan 4.
sebagai taksiran beta industri tekstil3. Sayangnya beta yang kita taksir
merupakan beta dari saham, dan beta ini sudah dipengaruhi oleh faktor utang
yang dipergunakan oleh perusahaan. Untuk mengeluarkan pengaruh utang
yang dipergunakan (ingat bahwa kita masih mengasumsikan bahwa investasi
dibiayai dengan 100% modal sendiri), dipergunakan rumus sebagai berikut.
Dalam hal ini, Bi adalah beta dari saham (equity), Biu adalah beta
perusahaan tersebut seandainya menggunakan 100% modal sendiri (disebut
juga sebagai beta aktiva), t adalah tarif pajak penghasilan, S adalah nilai
modal sendiri, dan B adalah nilai utang.
Misalkan, beta equity industri tekstil ditaksir sebesar 1 ,32. Rata-rata
perbandingan antara utang dengan modal sendiri yang dipergunakan oleh
perusahaan-perusahaan dalam industri tersebut adalah 0,50 : 0,50. Tarif pajak
penghasilan sebesar 35%. Berdasarkan atas informasi tersebut, bisa dihitung
beta aktiva industri tekstil, yaitu:
Biu = [1 ,32/ {1+(0,5/0,5)(1-0,35)}]
= 1,32/1,65
= 0,80
Misalkan, tingkat keuntungan rata-rata investasi di sekuritas diharapkan
untuk tahun-tahun yang akan datang akan sebesar 20%. Tingkat keuntungan
dari investasi bebas risiko sebesar 8%. Apabila perusahaan akan membangun
pabrik tekstil maka tingkat keuntungan yang layak untuk menghitung NPV
proyek tersebut adalah (untuk 100% equity financing)
Ri = 0,08 + 0,80(0,20-0,08)
= 0,176 atau sebesar 17,6% (untuk menyederhanakan bisa
dibulatkan ke atas menjadi 18%)
mungkin terpaksa harus menggunakan metode lain (seperti cara di atas) atau
menggunakan judgment sepenuhnya dalam memperkirakan r yang layak.
Kalau kita masih ingin melakukan penyesuaian terhadap r nya maka
judgment bisa dibantu kembali dengan menggunakan CAPM.
Karena itu, cara yang kedua adalah, memperkirakan beta dari industri
yang "dekat" dengan proyek yang kita analisis. Kemudian, bandingkan
apakah kira-kira operating leverage dan siklikalitas proyek kita, lebih besar
ataukah lebih kecil apabila dibandingkan dengan industri yang kita
pergunakan sebagai proxy. Apabila "ya" maka beta proyek kita akan lebih
tinggi dari beta industri proxy tersebut. Berapa besar lebih tingginya memang
kita tidak tahu persis. Akan tetapi, paling tidak kita tahu bahwa seharusnya
beta proyek kita lebih tinggi dari beta industri proxy tersebut. Di sinilah
judgment tetap diperlukan untuk memperkirakan berapa perbedaan beta
tersebut.
B. DIVERSIFIKASI BISNIS
Hal yang menarik dari pendekatan CAPM ini adalah bahwa setiap
proyek diperlakukan sebagai "perusahaan mini". Artinya, kalau suatu
perusahaan (misalkan bisnis utamanya adalah industri farmasi) akan
mendirikan perusahaan pembangunan perumahan (real estate) maka rencana
investasi tersebut akan diperlakukan sebagai suatu proyek yang terpisah dari
bisnis saat ini. Dengan kata lain, menguntungkan tidaknya proyek tersebut
tidak dipengaruhi oleh bisnis perusahaan saat ini. Kecuali kalau rencana
investasi tersebut ternyata diharapkan memberikan synergistic effect pada
bisnis saat ini, barulah perlu dipertimbangkan efek sinergi tersebut pada
analisis4. Efek sinergi biasanya diharapkan muncul kalau perusahaan
melakukan diversifikasi ke bisnis yang berkaitan.
Sebagai misal, perusahaan manufaktur melakukan ekspansi dengan
membentuk perusahaan distributor. Dengan cara ini diharapkan bisa
menghemat biaya distribusi. Penghematan ini merupakan efek sinergi.
Apabila present value penghematan biaya mencapai Rp X maka dalam
perhitungan NPV, Rp X ini perlu ditambahkan.
Dengan demikian, pendekatan CAPM menolak investasi yang semata-
mata dilakukan untuk diversifikasi. Setiap investasi hendaknya dinilai dari
NPVnya, bukan karena investasi tersebut merupakan diversifikasi ataukah
tidak. Hal ini disebabkan karena CAPM mengukur risiko dengan risiko
5.28 MANA.JEMEN KEUANGAN e
sistematis (beta). Per definisi risiko sistematis adalah risiko yang tidak bisa
dihilangkan dengan diversifikasi. Karena itu, diversifikasi tidaklah
memberikan manfaat.
Memang ada beberapa penulis yang berpendapat bahwa diversifikasi ke
berbagai jenis industri memberikan manfaat bagi perusahaan yang
melakukannya5. Dengan melakukan diversifikasi arus kas diharapkan akan
menj adi lebih stabil sehingga mengurangi risiko (yang diukur dari risiko
total). Untuk itu perhatikan contoh berikut ini.
Manfaat diversifikasi dalam menstabilkan arus kas (atau tingkat
keuntungan) ditentukan terutama oleh koefisien korelasi antar arus kas (atau
tingkat keuntungan). Kalau kita kembali ke Modul 3 maka penggabungan
beberapa investasi (membentuk portofolio) akan menghasilkan deviasi
standar portofolio ((p) yang dirumuskan sebagai
Dalam hal ini, sij adalah covariance antara proyek (investasi) i dengan j,
yang bisa juga dirumuskan sebagai crij = Pijcricrj. Dalam hal ini, pij adalah
koefisien korelasi antara i dengan j. (cri dalah variance keuntungan investasi i
(yaitu bentuk kuadrat dari cri)· Perhatikan bahwa apabila koefisien korelasi6
antartingkat keuntungan investasi makin kecil maka diversifikasi akan makin
efektif menurunkan risiko portofolio.
Pada dasarnya pemikiran ini adalah mendasarkan diri pada teori
portofolio, yang diterapkan pada portofolio proyek real assets. Misalkan,
terdapat dua proyek, proyek 1 dan 2, yang mempunyai informasi sebagai
berikut.
Lport = Rp 22.538,00
·~ .
~- . ---~ _; L AT I H A N
, ·,
- a- ~
.
--------------------
Dengan demikian,
~iv = 158
60
1+(1-0 35) O,
' 0 40
'
Dengan menggunakan persamaan CAPM bisa dihitung tingkat
keuntungan yang layak untuk proyek itu, yaitu
E(Ri) = 0,10 + 0,80(0,18-0,10)
= 0,164 atau 16,4%
b) Dengan menggunakan r = 16,4% maka bisa dihitung NPV proyek
tersebut, yaitu
e EKMA421 3/MODUL 5 5.33
NPV proyek menjadi lebih besar karena diperoleh manfaat dalam bentuk
• • •
s1nerg1 operas1.
RANGKUMAN
TES FORMATIF 3
1) Beta equity industri farmasi ditaksir sebesar 1,29. Rata-rata rasio utang
yang dipergunakan dalam industri tersebut adalah 40% dari kekayaan
perusahaan. Berapa beta aktiva untuk industri tersebut, apabila tarif
pajak penghasilan 35%?
A. 0,80.
B. 0,90.
C. 1,00.
D. 1,10.
5.34 MANA.JEMEN KEUANGAN e
PENDAHULUAN
KEGIATAN BELAL.JAR 1
industri tertentu. Apabila tingkat bunga pinjaman yang umum berlaku adalah
18% per tahun, kredit yang diterima perusahaan sebesar Rp1.000 juta dengan
jangka waktu 3 tahun dan pengembalian menggunakan sistem anuitas maka
perhitungan NPV pinjaman tersebut dapat dilakukan sebagai berikut.
Besamya pembayaran setiap tahun, mulai akhir tahun ke 1 dihitung
dengan cara sebagai berikut.
X X X
1.000 = 1 + 2 + 3
(1+ 0,11) (1+ 0,11) (1+ 0,11)
X = Rp409 juta
Apabila perusahaan hanya membayar Rp409 juta per tahun selama tiga
tahun maka PV pembayaran tersebut apabila dipergunakan r = 18% adalah
3
409
PV --
PV = Rp.889 juta
Secara formal pasar modal yang efisien didefinisikan sebagai pasar yang
harga sekuritas-sekuritasnya telah mencerminkan semua informasi yang
relevan. Semakin cepat informasi baru tercermin pada harga sekuritas,
semakin efisien pasar modal tersebut. Dengan demikian, akan sangat sulit
(atau bahkan hampir tidak mungkin) bagi para pemodal untuk memperoleh
tingkat keuntungan di atas normal secara konsisten dengan melakukan
e EKMA421 3/MODUL 6 6.5
transaksi perdagangan di bursa efek. Efisiensi dalam artian ini sering juga
disebut sebagai efisiensi informasional.
Dalam pasar modal yang efisien, perubahan harga saham mengikuti pola
random walk. Ini berarti bahwa perubahan harga di waktu yang lalu tidak
bisa dipergunakan untuk memperkirakan perubahan harga di masa yang akan
datang. Taksiran terbaik harga besok pagi adalah harga hari ini. Dengan kata
lain, E(Pt + 1) = Pt. Konsep pasar modal yang efisien umumnya dipercaya
oleh kalangan akademisi, tetapi tidak untuk kalangan keuangan. Hal ini
ditunjukkan dari banyaknya saran-saran untuk melakukan investasi yang
didasarkan atas pengamatan atas perilaku perubahan harga saham. Juga
mereka yang menganut analisis teknikal berpendapat bahwa gerakan harga
saham mempunyai trend (kecenderungan) dan bersifat berulang (repetitive).
Pasar modal yang efisien didefinisikan sebagai pasar modal yang harga
sekuritas-sekuritasnya mencerminkan semua informasi yang relevan. Akan
tetapi, apa yang dimaksud dengan informasi yang relevan? Untuk itu,
informasi-informasi tersebut diklasifikasikan menjadi tiga tipe. Pertama,
adalah informasi dalam bentuk perubahan harga di waktu yang lalu. Kedua,
informasi yang tersedia kepada publik (public information). Akhirnya,
informasi yang tersedia baik kepada publik maupun tidak (public and private
information).
Ada 3 bentuk/tingkatan untuk menyatakan efisiensi pasar modal.
Pertama, keadaan di mana harga-harga mencerminkan semua informasi yang
ada pada catatan harga di waktu yang lalu. Dalam keadaan seperti ini
pemodal tidak bisa memperoleh tingkat keuntungan di atas normal dengan
menggunakan trading rules yang berdasarkan atas informasi harga di waktu
yang lalu. Keadaan ini disebut sebagai bentuk efisiensi yang lemah (weak
form efficiency). Penelitian tentang random walk menunjukkan bahwa
sebagian besar pasar modal paling tidak efisien dalam bentuk ini.
Tingkat efisiensi kedua, keadaan di mana harga-harga bukan hanya
mencerminkan harga-harga di waktu yang lalu, tetapi juga mencerminkan
e EKMA421 3/MODUL 6 6.7
LATIHAN
- - - "-o,i: - .
RANGKUMAN- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
TES FORMATIF 1- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
KEGIATAN BELAL.JAR 2
A. BALANCING THEORY
1. Struktur Modal pada Pasar Modal Sempurna dan Tidak Ada Pajak
Pasar modal yang sempurna adalah pasar modal yang sangat kompetitif.
Dalam pasar tersebut, antara lain tidak dikenal biaya kebangkrutan, tidak ada
biaya transaksi, bunga simpanan dan pinjaman sama yang berlaku untuk
semua pihak. Sebagai tambahan, diasumsikan tidak ada pajak penghasilan
(income tax).
Dengan menggunakan asumsi-asumsi bahwa:
a. Laba operasi yang diperoleh setiap tahunnya konstan (ini berarti bahwa
perusahaan tidak merubah keputusan investasinya).
b. Semua laba dibagikan sebagai dividen (asumsi ini dipergunakan untuk
menghindari dampak pengaruh kebijakan dividen).
c. Utang yang dipergunakan bersifat permanen (asumsi ini dipergunakan
untuk membuat sumber dana dalam bentuk utang dan modal sendiri
lebih komparabel).
d. Pergantian struktur utang dilakukan secara langsung. Asumsi ini berarti
bahwa apabila utang ditambah maka dana yang diperoleh dari tambahan
utang tersebut dipergunakan untuk memperkecil modal sendiri, dan
sebaliknya.
membuat harga saham (atau nilai perusahaan) yang tidak menggunakan utang
maupun yang menggunakan utang, akhimya sama. Proses arbitrase muncul
karena investor selalu lebih menyukai investasi yang memerlukan dana yang
lebih sedikit, tetapi memberikan penghasilan bersih yang sama dengan risiko
yang sama pula. Untuk itu perhatikan ilustrasi berikut ini.
Misalkan, PT A adalah perusahaan yang menggunakan 100% modal
sendiri (istilahnya adalah unlevered firm), yang diharapkan akan mengha-
silkan lab a operasi setiap tahun sebesar Rp 10 juta. Oleh karena perusahaan
tidak menggunakan utang maka bunga yang dibayar juga tidak ada. Dengan
menggunakan asumsi bahwa tidak ada pajak penghasilan dan seluruh laba
dibagikan sebagai dividen maka taksiran dividen yang diterima pemodal
adalah sebagai berikut.
PTA
0 Laba Operasi Rp10,0 juta
F Bunga - (-)
Laba sebelum pajak Rp10,0 juta
Pajak (-)
E Laba setelah pajak Rp10,0 juta
D Deviden Rp10,0 juta
= D
PV of equity = L t
t=l (1+Ke)
Dalam hal ini, ke adalah biaya modal sendiri (yang tidak lain merupakan
tingkat keuntungan yang disyaratkan oleh pemegang saham), dan PV of
equity kita beri notasi S.
Oleh karena D = E, dan arus kas tersebut bersifat selamanya maka
persamaan tersebut bisa disederhanakan menjadi
S = E/ke (2.1)
6.14 MANA.JEMEN KEUANGAN e
Oleh karena nilai utang = 0, berarti nilai perusahaan (yang kita beri
notasi V) juga sama dengan Rp50 juta. Sekarang misalkan PT A tersebut
mengganti sebagian modal sendirinya dengan utang sebesar Rp25 juta. Utang
tersebut mengharuskan perusahaan membayar biaya utang (bunga), yang kita
beri notasi kd, sebesar 0, 16. Dengan demikian, dividen yang dapat dibagikan
setiap tahunnya adalah sebagai berikut.
PTA
(setelah menggunakan utang)
0 Laba Operasi Rp10,0 juta
F Bunga Rp 4,0 juta (-)
Laba sebelum pajak Rp 6,0 juta
Pajak - (-)
E Laba setelah pajak Rp 6,0 juta
D Dividen Rp 6,0 juta
Oleh karena nilai utang (kita beri notasi B) = Rp25 juta maka nilai
perusa-haan
V = Rp27,27 + Rp25,0
= Rp52,27 juta
Dengan demikian, PT A setelah menggunakan utang lebih baik dari
sebelum dan menggunakan utang karena nilainya meningkat. Keadaan ini
yang oleh Modigliani Miller dikatakan tidak mungkin terjadi karena akan
memicu proses arbitrase sebagai berikut. Misalkan, Arief memiliki 20%
saham PT A yang menggunakan utang. Dengan demikian, nilai kekayaannya
adalah sebesar 0,20 x Rp27,27 juta = Rp5,45 juta. Sekarang misalkan
e EKMA421 3/MODUL 6 6.15
Ini berarti bahwa biaya modal perusahaan (atau nilai perusahaan) tidak
berubah, baik perusahaan menggunakan utang atau tidak. Dengan kata lain,
penggunaan utang ataupun tidak, tidak membuat nilai perusahaan meningkat
(atau biaya modal perusahaan menurun).
Dalam keadaan pasar modal sempurna dan tidak ada pajak, MM
merumuskan bahwa biaya modal sendiri akan berperilaku sebagai berikut.
(2.3)
Dalam hal ini, keu adalah biaya modal sendiri pada saat perusahaan tidak
menggunakan utang. Dalam contoh PT A, ini berarti bahwa
ke (setelah menggunakan utang) = 20% + (20%- 16%) (25/25)
= 24%.
Kita memperoleh angka yang sama dengan cara perhitungan di atas.
Perhatikan bahwa biaya utang (~) selalu lebih kecil dari biaya modal
sendiri (keu). Hal tersebut disebabkan karena pemilik modal sendiri
menanggung risiko yang lebih besar dari pemberi kredit dan kita berada
dalam pasar modal yang sangat kompetitif3. Hal tersebut disebabkan oleh
( 1) penghasilan yang diterima oleh pemilik modal sendiri bersifat lebih tidak
pasti dibandingkan dengan pemberi kredit, dan (2) dalam peristi wa likuidasi
pemilik modal sendiri akan menerima bagian paling akhir setelah kredit-
kredit dilunasi. Dalam keadaan perusahaan memperoleh utang dari pasar
e EKMA421 3/MODUL 6 6.17
modal yang kompetitif, kt < ke. J adi, tidaklah benar apabila perusahaan
menghimpun dana dalam bentuk equity, perusahaan kemudian berhasil
menghimpun dana murah.
Dengan demikian, MM menunjukkan bahwa dalam keadaan pasar modal
sempuma dan tidak ada pajak maka keputusan pendanaan (financing
decisions) menjadi tidak relevan. Artinya penggunaan utang ataukah modal
sendiri akan memberi dampak yang sama bagi kemakmuran pemilik
perusahaan.
Pv Penghematan pajak =
f Rpljuta (2.4)
t=I (1 + f r
Dalam hal ini, PV adalah present value dan r adalah tingkat bunga yang
dianggap relevan. Oleh karena penghematan tersebut diperoleh karena meng-
gunakan utang maka tingkat bunga (= r) yang diangggap relevan bisa diganti
dengan biaya utang (= ki). Karena n = - maka persamaan (2.4 tersebut bisa
dituliskan menjadi Pv Penghematan pajak = Rp.1 juta!kd.
Karena itu, MM berpendapat bahwa nilai perusahaan yang menggunakan
utang akan lebih besar daripada nilai perusahaan yang tidak menggunakan
utang. Selisihnya adalah sebesar present value penghematan pajak. Secara
formal bisa dinyatakan sebagai
Dalam hal ini, V L adalah nilai perusahaan yang menggunakan utang, dan
Vu adalah nilai perusahaan yang tidak menggunakan utang.
Karena itu, kalau misalkan keu (yaitu PT D yang tidak menggunakan
utang) adalah 20%, dan ki = 16% maka nilai PT E bisa dihitung sebagai
berikut.
Vu = Rp7,50 juta/0,20
= Rp37 ,50 juta
Penghematan pajak = Rp1 juta/0,16
= Rp6,25 juta
Dengan demikian maka,
VL = Rp37,5 juta + Rp6,25 juta
= Rp43,75 juta
Perhatikan bahwa laba yang tersedia untuk pemilik modal sendiri bagi
PT D adalah Rp7,50 juta. Dengan demikian nilai modal sendiri (=S) PT D
adalah Rp37,50 juta, dan karena PT D tidak menggunakan utang (disebut
e EKMA421 3/MODUL 6 6.19
sebagai unlevered) maka berarti nilai perusahaan (= V) adalah juga Rp37 ,50
juta. Keadaan tersebut dapat disajikan sebagai berikut.
PTD PTE
Cara menghitung nilai utang (=B), ke, nilai modal sendiri (=S), nilai
perusahaan (=V) dan ko untuk PT E mungkin memerlukan sedikit penje-
lasan. Apabila kct sebesar 0, 16 dan bung a yang dibayar per tahun adalah
Rp4,00 juta maka nilai B = Rp4,00/0,16 = Rp25,00 juta. Dari perhitungan di
atas diketahui bahwa VL (yaitu nilai perusahaan E) adalah Rp43,75 juta.
Dengan demikian maka nilai S = Rp43,75 - Rp25,00 = Rp18,75 juta. Karena
laba yang tersedia bagi pemilik perusahaan adalah Rp4,50 juta setiap
tahunnya maka ke= 4,5/18,75 = 0,24.
Untuk ko dapat dihitung dengan dua cara. Pertama, ko = Laba operasi
(1-t)N. Dengan demikian, ko =[10(1-0,25)]/43,75 = 0,1714. Cara yang kedua
adalah menghitung biaya modal rata-rata tertimbang atas dasar setelah pajak.
Biaya modal rata-rata tertimbang (ko) dirumuskan sebagai
ko = ke(S/V) + kci(1-t)(B/V)
Dengan nilai utang sebesar Rp25 juta maka biaya utang setelah pajak (cost of
debt after tax) adalah 3/25 = 0,12. Angka yang sama dapat diperoleh kalau
kita nyatakan biaya utang setelah pajak = kct* = kd(1-t). Dalam contoh kita
kct* = 0,16(1-0,25) = 0,12.
Biaya modal rata-rata tertimbang untuk contoh kita adalah
ko = 0,24(18,75/43,75) + 0,16(1-0,25)(25/43,75)
= 0,1714
&~
• • K-e
- - • - - -~
116. - K.e -
- K 0· j
'l:l - K. d(.) ;il
- • )I
•
•••
.
'' .
~
_-..•
Gambar 6.1.
Perilaku Biaya Modal sesuai dengan Pendapat MM
e EKMA421 3/MODUL 6 6.21
Dalam keadaan tidak ada pajak maka biaya modal perusahaan (= ko)
akan konstan, berapa pun komposisi utang yang dipergunakan. Dalam
keadaan ada pajak, ko akan makin menurun dengan makin besarnya
komposisi utang yang dipergunakan, turun mendekati biaya utang setelah
pajak. Biaya modal sendiri meningkat secara linear, meskipun slopenya
berbeda antara keadaan tidak ada pajak dengan keadaan ada pajak. Biaya
utang (=keD diasumsikan konstan, berapa pun proporsi utang yang diper-
gunakan.
Ini berarti bahwa biaya modal rata-rata sudah lebih besar apabila
dibandingkan dengan sewaktu B/S = 1,33. Artinya, struktur modal yang
menggunakan utang sampai dua kali lipat modal sendiri (yaitu B/S=2) dinilai
lebihjelek dari pada apabila B/S hanya sebesar 1,33.
Keberatan juga mungkin diajukan oleh pemberi kredit. Apabila
perusahaan berbentuk perseroan terbatas (pemilik bertanggung jawab terbatas
pada modal yang disetorkan) dan pemilik melakukan diversifikasi usaha
maka ada kecenderungan untuk menggunakan utang sebesar-besamya. Hal
tersebut dikarenakan penggunaan utang yang tinggi akan menggeser risiko ke
kreditor. Untuk lebih jelasnya perhatikan contoh berikut ini. Misalkan, ada
seorang pemodal yang memiliki dana (modal sendiri) sebesar Rp1.000 juta.
Ia bisa membentuk perusahaan yang berbentuk PT, dan perusahaan tersebut
memerlukan dana Rp1.000 juta untuk investasinya. Seandainya ia menanam-
kan seluruh dananya pada perusahaannya maka PT tersebut akan terdiri dari
100% modal sendiri. Misalkan, ia juga bisa membentuk PT tersebut dengan
hanya menyetorkan dana sebesar Rp100 juta, sedangkan sisanya yang Rp900
juta dibiayai oleh kreditor. Dengan kata lain rasio utang terhadap modal
sendiri adalah 900%.
Sekarang misalkan investasi yang ia lakukan ternyata salah. Sebagai
akibatnya nilai perusahaannya merosot menjadi hanya Rp600 juta (yaitu nilai
yang terbentuk seandainya perusahaan tersebut dijual). Seandainya
perusahaan tadi mempunyai 100% modal sendiri maka kerugian yang
e EKMA421 3/MODUL 6 6.23
PTA PTB
True value, dapat lebih tinggi, misalnya Rp12.000,00 Rp12.000,00
Taksiran terbaik saat ini RplO.OOO,OO RplO.OOO,OO
True value, dapat lebih rendah, misalnya Rp 8.000,00 Rp 8.000,00
Kalau harga saham di bursa saat ini adalah RplO.OOO,OO maka kalau saya
menerbitkan saham baru maka saham tersebut harus saya tawarkan dengan
harga RplO.OOO,OO juga. Padahal perusahaan ini merupakan perusahaan yang
sangat baik, prospek perusahaan sangat cerah sehingga harga saham di bursa
saat ini sebenarnya terlalu rendah. Harga yang wajar mestinya Rpl2.000,00
karena saya tidak mungkin menerbitkan saham baru dengan harga
Rp12.000,00 maka lebih baik saya menerbitkan utang saja (menerbitkan
obligasi) daripada harus menjual saham baru dengan harga terlalu rendah.
Direktur Keuangan perusahaan lainnya mungkin mempunyai
pertimbangan yang berbeda karena kondisi perusahaannya berbeda.
Perusahaan ini memang mencatat hasil operasi yang cukup baik dalam
beberapa tahun terakhir ini. Dengan demikian maka harga saham saat
ini tercatat di bursa sebesar Rp1 0.000,00. Sayangnya saya tidak melihat
kondisi akan berlanjut terus di masa yang akan datang. Persaingan akan
makin ketat sehingga hasil operasi perusahaan akan menurun. Saat ini
nampaknya para pemodal memang belum menyadari situasi ini sehingga
harga saham masih bertahan pad a harga Rp1 0.000,00. Dengan demikian
apakah tidak sebaiknya saya terbitkan saja saham baru dengan harga
Rp1 0.000,00?
Sesuai dengan teori ini, tidak ada target rasio utang karena ada dua jenis
modal sendiri yang preferensinya berbeda, yaitu lab a ditahan (dipilih lebih
dulu) dan penerbitan saham baru (dipilih paling akhir). Rasio utang setiap
perusahaan akan dipengaruhi oleh kebutuhan dana untuk investasi.
sampai dengan titik di mana rasio utang dan modal sendiri akan memberikan
biaya yang minimal. Pada titik ini dikatakan perusahaan berada pada struktur
modal yang optimal. Secara grafis, situasi tersebut ditunjukkan pada
Gambar 2.2.
Biaya
Modal (5)
- -0 B/S
Gambar 6.2.
Struktur Modal yang Optimal
Sesuai dengan teori ini maka struktur modal yang optimal ini dapat
berbeda antara perusahaan yang satu dengan perusahaan yang lain.
Umumnya untuk perusahaan yang mempunyai operating leverage yang
tinggi akan cenderung menggunakan utang yang rendah untuk menghindari
risiko yang terlalu tinggi, dan sebaliknya.
Kesulitan penerapan teori ini adalah dalam hal penaksiran perilaku biaya
modal yang digunakan perusahaan. Bagaimana memperkirakan perilaku ke
apabila biaya modal tersebut sudah tidak mengikuti persamaan yang
dirumuskan oleh MM? Penaksiran ini akan menjadi makin sulit kalau
perusahaan tersebut tidak terdaftar di Bursa Efek.
Untuk mengatasi kesulitan tersebut kemudian dipergunakan pedoman
praktis, seperti penggunaan utang dapat dibenarkan sej auh diharapkan dapat
memberikan keuntungan yang lebih besar dari biaya bunganya. Diterjemah-
kan ke dalam rasio keuangan, pedoman ini kemudian dirumuskan sebagai
"penggunaan utang dapat dibenarkan sejauh penggunaan utang tersebut
diharapkan memberikan rentabilitas ekonomi yang lebih besar dari bunga
pinjaman". Pedoman tersebut, sayangnya hanya akan melihat dampaknya
pada rasio rentabilitas modal sendiri dan bukan pada biaya modal
perusahaan.
6.28 MANA..JEMEN KEUANGAN e
- LATIHAN
- ...
I'
.-
__ _ ......
,
~
~
~
.
..,..,
PTD PTE
0 Laba operasi Rp1 0,00 juta Rp1 0,00 juta
F Bung a - (-) Rp 4,00 juta (-)
Laba sebelum pajak Rp1 0,00 juta Rp 6,00 juta
t Pajak (=25°/o) Rp 2,50 juta (-) Rp 1,50 juta (-)
E Laba tersedia untuk modal sendiri Rp 7,50 juta Rp 4,50 juta
kd Biaya utang - 0,16
B Nilai utang - Rp25,00 juta
v Nilai perusahaan Rp37 ,50 juta Rp43, 75 juta
B/S kd ke
0 \0,00 0,20
1,33 0,16 0,24
2,00 0,16 0,28
2,50 0,16 0,32
Dengan tarif pajak penghasilan sebesar 25%, struktur modal mana yang
terbaik? Mengapa hal tersebut terj adi?
UntukPT E,
ko = [Rp.10juta(1-0,25)]/43,75juta
= 17,14%
(cost of debt after tax), dan kita beri notasi ki*. Biaya utang setelah pajak
ini juga bisa dihitung dengan cara sebagai berikut.
ki* = ~ (1- t)
Dalam contoh ini,
ki = 16% (1 - 0,25) = 12%
Biaya modal perusahaan (= ko) bisa dihitung dengan,
ko = ke (S/V) + ke (1-t) (BN)
Dalam contoh ini berarti bahwa,
ko = 24%(18,75/43,75) + 15%(1-0,25)(25/43,75)
= 17,14%
2) Berapa jumlah lembar saham yang harus dibeli untuk diganti dengan
utang senilai Rp25 juta tersebut? Dengan menggunakan utang PT E
sekarang menikmati PV penghematan pajak senilai Rp6,25 juta. Jumlah
ini akan dibagi kepada semua pemilik saham. Dengan demikian harga
saham akan naik sebesar Rp6.250,00 per lembarnya (yaitu Rp6,25 jutal
1.000). Karena itu, harga saham akan menjadi Rp37.500,00 +
Rp6.250,00 = Rp43.750,00. Karena itu, jumlah lembar saham yang
dibeli adalah Rp25 juta/Rp43.750,00 = 571 lembar. Jumlah yang tinggal
menjadi 1.000 - 571 = 429 lembar. Dengan harga per lembar
Rp43.750,00 maka nilai modal sendiri setelah dilakukan penggantian
dengan utang = 429 x Rp43.750,00 = Rp18,75 juta (dibulatkan).
3) Untuk itu perlu dihitung biaya modal perusahaan pada berbagai struktur
modal.
B/S ki ke ko
0 0,00 0,20 0,2000
1,33 0,16 0,24 0,1714 <- terkecil
2,00 0,16 0,28 0,1733
2,50 0,16 0,32 0,2228
Dengan demikian, struktur modal yang terbaik adalah pada saat B/S
= 1,33. Hal ini (yaitu struktur modal yang memberikan biaya modal
perusahaan yang terkecil) terj adi karena perilaku biaya modal sendiri
tidak lagi mengikuti rumus sebagaimana dikemukakan oleh MM.
Dengan kata lain, mulai dimasukkan adanya kemungkinan dan biaya
kebangkrutan.
e EKMA421 3/MODUL 6 6.31
RANGKUMAN
TES FORMATIF 2
5) Sesuai dengan pecking order theory, sumber dana berikut ini yang
merupakan pili han pertama adalah ....
A. laba ditahan
B. obligasi
C. obligasi konversi
D. saham baru
KEGIATAN BELAL.JAR 3
Kebijakan Dividen
A. KONTROVERSI DIVIDEN
Po= f D, (3.1)
t= I (1 + f r
Sekarang misalkan perusahaan tidak membagikan dividen pada tahun 1,
dan menginvestasikan dividen tersebut selama satu tahun untuk kemudian
membagikannya bersama-sama dividen pada tahun ke-2 (02). Apabila
e EKMA421 3/MODUL 6 6.35
Po= 0 + (3.2)
(1 +r)
2
+ t~l 1+r)'
(
Apabila P0 ' - P 0 kita beri notasi ~p maka persamaan (3.3) bisa dise-
derhanakan menjadi
(1+R)
~p = ---- 2
1
(1 +r) (1+ r )
Dl (1+R-1-r)
~p = ------1
(1 +r) (1+r)
~p = D, 2
-[R-r] (3.4)
(1 + r )
Tabel 6.2.
Neraca PT Astuti, setelah Mengambillnvestasi dengan NPV Rp200 juta
Saldo kas turun menjadi Rp50 juta karena sejumlah Rp1.000 juta
diinvestasikan. Karena NPV investasi tersebut sebesar Rp200 juta maka PV
investasi adalah Rp1.200 juta. Dengan demikian harga saham per lembar naik
menjadi Rp8.250,00.
Sekarang misalkan para pemegang saham menginginkan membagi
dividen per lembar Rp 1.000,00, tetapi tetap ingin mengambil investasi
dengan NPV Rp200 juta tersebut. Karena besarnya dividen yang dibagikan
adalah Rp1.000 juta maka perusahaan perlu menerbitkan saham baru sebesar
Rp1.000 juta. Keadaan perusahaan setelah membagi dividen dan mener-
bitkan saham baru adalah sebagai berikut.
Tabel 6.3.
Neraca PT Astuti, setelah Mengambillnvestasi dengan NPV Rp200 juta dan
Menerbitkan Saham Baru
Dari jumlah ini sebesar Rp31 juta akan dikeluarkan sebagai biaya
sehingga jumlah bersih yang diterima adalah Rp 1.000 juta.
Kalau kita kembali menggunakan contoh yang sama seperti di atas, yaitu
membagikan dividen dan menerbitkan saham baru, apa akibatnya? Neraca
yang baru akan nampak sebagai berikut.
Tabel 6.4.
Neraca PT Astuti, setelah Mengambillnvestasi dengan NPV Rp200 juta dan
Menerbitkan Saham Baru dengan Menanggung Floatation Costs 3%.
maka pada waktu informasi tersebut diketahui oleh publik, harga saham akan
segera menyesuaikan diri, dan naik sesuai dengan pengharapan para
pemodal. Dengan kata lain, harga saham sudah naik. Dengan demikian,
pemodal bisa menjual saham tersebut dan merealisir capital gains, bukan lagi
mengharapkan capital gains.
Menjadi masalah sebenarnya adalah dengan menjual saham untuk
merealisir capital gains, pemodal harus membayar biaya transaksi tertentu
dan (seharusnya) juga membayar pajak, sedangkan dengan menerima
dividen, pemodal tidak perlu membayar biaya transaksi, tetapi hanya
membayar pajak.
6.42 MANA.JEMEN KEUANGAN e
Apa arti keadaan tersebut? Kalau semula seorang pemodal memiliki 100
lembar saham dengan harga Rp30.000,00 maka kekayaannya adalah
Rp3.000.000,00. Setelah menerirna stock dividend sebanyak 20% maka
jumlah lembar sahamnya menjadi 120, tetapi dengan harga hanya
Rp.25.000,00. Kekayaannya tetap sebesar Rp3.000.000,00.
Perhatikan bahwa faktor kunci di sini apakah para pemodal berpendapat
bahwa prospek (profitabilitas) dan risiko perusahaan berubah ataukah tidak
setelah membagikan stock dividend. Kalau misalkan para pemodal
berpendapat bahwa profitabilitas perusahaan akan membaik (karena dana
e EKMA421 3/MODUL 6 6.43
EPS naik menjadi Rp1.550,00 karena laba setelah pajak adalah sebesar
Rp3.000 juta. Dengan jumlah lembar saham sekarang hanya sebesar
1.935.484 maka EPS menjadi Rp1.550,00. oleh karena PER tetap sebesar 12x
maka harga saham menjadi Rp18.600,00. Ini berarti bahwa pembagian dana
tersebut sebagai dividen akan membuat kekayaan pemegang saham
meningkat sebesar Rp600,00, demikian juga kalau dilakukan pembelian
sesuai dengan harga pasar. Sejauh pembelian kembali saham tersebut
dilakukan sesuai dengan harga pasar maka bagi pemilik saham yang dibeli
(mereka menerima harga Rp18.600) dan yang tidak dibeli (harga sahamnya
naik menjadi Rp18.600,00) akan memperoleh manfaat yang sama.
LATIHAN
c
---- ~ - .
RANGKUMAN
TES FDRMATIF 3- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
Jumlah lembar saham yang saat ini beredar adalah 5.000.000 lembar.
Misalkan, perusahaan merencanakan tidak akan membagikan dividen
karena terdapat suatu kesempatan investasi yang memerlukan dana
sebesar Rp 1. 900 juta. Investasi tersebut diperkirakan akan bisa
menghasilkan kas masuk bersih sebesar Rp240 juta pada tahun yang
6.46 MANA.JEMEN KEUANGAN e
5) Dari soal nomor 4) tersebut, berapa harga saham setelah stock dividend
apabila para pemodal berpendapat bahwa prospek dan risiko perusahaan
tidak berubah?
A. Rp8.000,00.
B. Rp7.500,00.
C. Rp7 .270,00.
D. Rp7 .000,00.
e EKMA421 3/MODUL 6 6.47
Tes Formatif 1
1) A
2) B
3) c
4) A
5) c
Tes Formatif2
1) A. Laba setelah pajak = 0,80(125) = Rp100 miliar.
Dengan nilai modal sendiri sebesar Rp500 miliar maka ke = 100/500
= 0,20.
2) B. PV penghematan pajak = B(t) = 200(0,20) = Rp40 miliar.
3) B. VL = VU + PV penghematan pajak
= 500 + 40
= 540 miliar.
4) C. V = B + S
540 = 200 + s s
= 340 miliar.
5) A Laba ditahan merupakan internal financing.
Karena itu merupakan pilihan pertama.
Tes Formatif 3
1) A
2) B
3) B
4) c
5) c
PENDAHULUAN
KEGIATAN BELAL.JAR 1
~iu =
fJ (1.2)
1+ (1-t)
Misalkan bahwa B/S = 1,00 (ini berarti bahwa utang yang dipergunakan
sama besarnya dengan nilai modal sendiri), dan t = 0,35 maka
Piu = 1,20/[1+(1-0,35)(1,0)]
= 0,73
Apabila proyek akan dibiayai dengan 40% utang dan 60% modal sendiri
maka beta untuk proyek tersebut akan,
0, 73 = pi![ 1+( 1-0,35)(0,4/0,6)]
pi = 1,04
Perhatikan bahwa beta untuk saham tersebut menjadi lebih kecil apabila
perusahaan akan mempergunakan utang dengan proporsi yang lebih kecil.
Dengan demikian, biaya modal sendiri yang relevan adalah
ke= 9%+(17%-9%)1,04
= 17,34%
Apabila harga saham saat ini adalah Rp10.000,00 dividen tahun depan
diharapkan akan sebesar Rp800,00, sedangkan pertumbuhan laba (dan juga
dividen) diharapkan sebesar 14% maka
-
P o- Dl
ke- g
e EKMA421 3/MODUL 7 7.5
800
10.000 =
(ke-0,14)
10.000 ke - 1400 = 800
10.000 ke = 800 + 1400
ke = 2.200
ke = 22%
(1.4)
Apabila proyek direncanakan akan dibiayai dengan 40% utang dan 60%
modal sendiri maka biaya modal sendiri yang relevan adalah
ke = 19,24% + (19,24o/o-15o/o)(0,4/0,6)(1-0,35)
= 21,07%
7.6 MANA.JEMEN KEUANGAN e
(1- b) E1 (1- b) E1
Po= - - - = - - - = - - - - (1.5)
k e -bR (ke -b)ke
Jadi dengan menggunakan asumsi bahwa R=ke maka harga saham akan
sama dengan nilai kapitalisasi keuntungan pada tahun depan. Cost of equity
akan sama dengan earnings yieldnya, yaitu:
ke= E (1.6)
p
e EKMA421 3/MODUL 7 7.7
Karena itu, biaya modal sendiri yang berasal dari penerbitan saham baru
akan selalu lebih besar dari biaya modal sendiri yang berasal dari laba yang
ditahan, apabila dijumpai adanya biaya emisi. Semakin besar biaya emisi,
semakin besar selisih antara biaya saham baru dengan biaya laba yang
ditahan.
B. BIAYAVTANG(COSTOFDEBT)
~ 140.000t
980.000 = L.J
t= l ( 1+ kd)
Untuk contoh di atas, apabila tarif pajak adalah 35% maka biaya utang
setelah pajak adalah,
k*d = 14,4%(1-0,35)
= 9,36%
1000.000
960.000 = +---
(1+kd)10
Kita akan memperoleh kd yang sedikit lebih besar dari 14,4% (sewaktu
tidak ada floatation cost).
e EKMA421 3/MODUL 7 7.9
D
kp= (1.7)
p
~'::..3
..· __· -. . ~
·- · ~
LATIHAN
--------------------
____ -.......;
Ke = (D1/PO) + g
Dengan demikian maka,
Ke = [560(1 + 0,12)/8.250] + 0,12
= 0,1913 atau 19,13%
...
RANGKUMAN
-----------------------------------
Kegiatan Belajar 1 membahas tentang:
1. pengertian biaya modal dari masing-masing sumber pendanaan;
2. bagaimana menaksir biaya modal dari masing-masing sumber
pendanaan.
TES FORMATIF 1- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
1) Suatu perusahaan menaksir bahwa biaya modal sendiri yang berasal dari
hasil operasi adalah sebesar 20o/o. Apabila untuk menghimpun modal
sendiri dari luar (external financing) diperlukan biaya emisi sebesar 5%
maka biaya modal sendiri dana eksternal tersebut adalah (angka yang
paling mendekati) ....
A. 21,05%
B. 22,05%
C. 23,45%
D. 25,00%
e EKMA421 3/MODUL 7 7.11
3) Apabila tarif pajak sebesar 30%, berapakah biaya utang setelah pajak
dari perusahaan pada soal nomor 2)?
A. 11,20%.
B. 12,85%.
C. 13,33%.
D. 14,18%.
5) Berapa biaya saham preferen atas dasar setelah pajak pada soal nomor 4
di atas?
A. 18,00%.
B. 19,00%.
C. 20,00%.
D. 21,00%.
KEGIATAN BELAL.JAR 2
A. PENGGUNAANBIAYAMODALRATA-RATA TERTIMBANG
Cara ini mendasarkan diri pada pemikiran bahwa kalau suatu investasi
akan dibiayai dengan berbagai sumber dana, sedangkan masing-masing
sumber dana mempunyai biaya yang berbeda-beda maka perlu dihitung rata-
rata tertimbang dari biaya-biaya modal tersebut. Biaya modal rata-rata
tertimbang inilah yang kemudian dipergunakan sebagai tingkat keuntungan
yang layak dalam perhitungan NPV (atau sebagai cut-off rate dalam
perhitungan IRR). Apabila dengan menggunakan tingkat bunga tersebut
diperoleh NPV yang positif (atau IRR > biaya modal rata-rata tertimbang)
maka investasi tersebut dinilai menguntungkan, dan sebaliknya.
Karena itu, untuk menggunakan metode ini perlu ditaksir terlebih dulu
biaya modal dari masing-masing sumber dana. Penaksiran biaya modal
individual telah dibicarakan pada Kegiatan Belajar 1.
Biaya laba yang ditahan (yaitu modal sendiri) ditaksir sebesar 19,0%,
dan emisi saham baru diperlukan biaya emisi 3%. Biaya utang ditaksir
sebesar 15% sebelum pajak. Pajak penghasilan sebesar 35%.
7.14 MANA.JEMEN KEUANGAN e
dengan modal sendiri (disebut sebagai Base Case NPV). Setelah itu,
kemudian ditaksir dampak dari kebijakan pendanaan bagi proyek tersebut.
Secara formal dirumuskan,
Ini berarti bahwa apabila proyek tersebut dibiayai dengan 100% modal
sendiri akan dinilai tidak menguntungkan.
Sekarang misalkan bahwa proyek tadi memungkinkan dibiayai
dengan utang (yang juga bersifat permanen) sebesar Rp 16 miliar dengan kd =
15%. Dengan demikian,
PV penggunaan utang = t(B)
= 0,25(16)
= Rp4 miliar
Karenanya,
APV = -2,5 + 4,0
= +Rp1,5 miliar
Tabel 7.1.
Penghitungan PV Penghematan Pajak karena Penggunaan Utang
(dalam jutaan)
Keterangan:
1. Penghematan pajak = 0,35 x bunga
2. PV penghematan pajak tahun 1 = (18,90)/(1 +0,18)
= 16,01
Seandainya kredit yang dipergunakan untuk membiayai proyek tersebut
merupakan kredit dengan suku bunga murah (atau disubsidi) maka
perhitungan dampak sampingan dari keputusan pendanaan akan berbeda.
Misalkan bahwa perusahaan memperoleh fasilitas kredit murah, dengan suku
bunga hanya 12% per tahun. Apabila pola pengembalian kreditnya adalah
seperti pada Tabel 7.1 maka pembayaran bunga dan pokok pinjaman adalah
sebagai berikut.
Dengan angsuran sebesar Rp136 juta pada tahun 1, Rp124 juta pada
tahun ke-2, dan Rp112 juta pada tahun ke-3, perusahaan memperoleh kredit
Rp300 juta. Apabila tingkat bunga kredit yang umum adalah 18% maka PV
pembayaran kredit tersebut adalah
PV kredit = 136/(1 +0,18) + 124/(1 +0,18)2 + 112/(1 +0,18)3
= Rp.272,5 juta
Tabel 7.2.
Penghitungan PV Penghematan Pajak karena Penggunaan Utang yang
Disubsidi (dalam j uta an)
Dengan demikian,
APV = Rp20 + Rp27,5 + Rp19,26
= Rp66,76 juta
'
.
- • _._ 7... -~
- ~
L AT I H A N
I ' "' ....,.,
• . >..-o< --------------------
• •
1) Beta pada saat rasio utang dengan modal sendiri sebesar 1,50 adalah
1,20. Untuk menyesuaikan dengan rasio utang yang baru (yaitu sebesar
1,00), Anda dapat menghitung beta pada saat tidak menggunakan utang
terlebih dulu, yaitu dengan cara sebagai berikut.
~iu = [1,20/{1+(1-0,3)(1,5)}]
= 1,20/2,05
= 0,59
Biaya modal sendiri pada saat tidak menggunakan utang adalah
keu = 9% + (19%- 9%) 0,59
= 14,9%
Kalan kita menaksir biaya modal sendiri pada saat rasio utang sebesar
1,00 dengan menggunakan rumus Modigliani dan Miller (lihat Modul 6,
Teori Struktur Modal) maka biaya modal sendiri adalah
ke = 14,9% + (14,9%-12,0% )(1)(1-0,3)
= 16,93%
Biaya modal rata-rata tertimbangnya adalah
7.20 MANA..JEMEN KEUANGAN e
ko = 16,93%(0,5) + 12%(1-0,3)(0,5)
= 12,665%
Dengan demikian, perhitungan NPV akan nampak sebagai berikut.
PV kas masuk bersih = 4,0/(0,12665) = Rp31,58 miliar
PV investasi = Rp30,00 miliar
NPV investasi = Rp 1,58 miliar
TES FORMATIF 2
1) Mana di antara faktor berikut ini yang memberikan dampak negatif pada
keputusan pendanaan?
A. Adanya utang yang disubsidi pemerintah.
B. Makin tingginya tarif income tax.
e EKMA421 3/MODUL 7 7.21
KEGIATAN BELAL.JAR 3
Kesalahan lain yang sering dijumpai adalah sewaktu menaksir arus kas
operasi pada saat akan dipergunakan biaya modal rata-rata tertimbang
sebagai cut-off rate dalam perhitungan IRR atau NPV. Kesalahan tersebut
terjadi sewaktu dipergunakan cara menaksir arus kas operasi (proceed)
dengan cara
20% ). Tarif pajak sebesar 25%. Misalkan, bahwa taksiran hasil operasi
adalah sebagai berikut
Kas keluar
Biaya tunai Rp16,50
Pajak Rp 0,50 Rp 17,00 j uta (-)
Sisa kas masuk Rp18,00 juta
Dipergunakan untuk:
Membayar bunga plus pokok pinjaman Rp11,50 juta
Kembalinya modal sendiri plus
keuntungan yang disyaratkan3 Rp 6,00 juta Rp 17,50 juta (-)
Masih berlebih Rp 0,50 juta
dalam penaksiran arus kas maka kita akan memperoleh hasil bahwa arus kas
operasional tersebut jumlahnya sama, baik proyek tersebut akan dibiayai
dengan modal sendiri seluruhnya ataupun dengan sebagian utang.
Rumus (3.3) juga bisa dinyatakan sebagai berikut.
Proceed= Laba Sebelum Bunga dan Pajak (1-t) + Penyusutan ..... (3.4)
Kalan kita tidak hati-hati dalam menaksir arus kas operasional maka kita
akan melakukan perhitungan ganda sewaktu dipergunakan metode biaya
modal rata-rata tertimbang. Perhitungan ganda tersebut terjadi karena arus
kas sudah dikurangkan dengan pembayaran bunga, dan setelah itu masih
dipresentvaluekan dengan tingkat bunga tersebut. Dengan demikian, terjadi
perhitungan ganda. Penggunaan rumus (3.3) atau (3.4) menghilangkan
kemungkinan tersebut.
Penggunaan metode APV mempunyai keuntungan dalam hal tidak akan
menimbulkan kebingungan dalam menaksir proceed. Hal ini disebabkan
karena pertama kali diasumsikan dipergunakan 100% modal sendiri, baru
setelah itu ditaksir dampak keputusan pendanaan.
LATIHAN
---- ~ - .
income tax sebesar 25%. Berapa taksiran arus kas operasional yang
relevan setiap tahunnya?
2) Usaha tersebut akan dibiayai dengan modal sendiri 50% dan utang 50%.
Biaya utang sebesar 16% dan biaya modal sendiri sebesar 20%. Dengan
menggunakan metode biaya modal rata-rata tertimbang, berapakah NPV
usaha tersebut?
RANG KUMA
TES FORMATIF 3
-------------------------------
Pilihlah satu j awaban yang paling tepat!
1) Mana di antara arus kas berikut ini yang tidak relevan dalam penaksiran
arus kas operasional?
A. Pembayaran gaji karyawan.
B. Biaya bahan baku.
C. Biaya administrasi dan umum.
D. Biaya bunga.
Arus kas operasional yang relevan untuk perhitungan NPV adalah ....
A. Rp525,0 juta
B. Rp412,5 juta
C. Rp312,5 juta
D. Rp450 juta
PENDAHULUAN
KEGIATAN BELAL.JAR 1
Ada beberapa bentuk sewa guna. Tiga bentuk utama adalah sebagai
berikut.
1. Sale and lease back. Dalam bentuk ini perusahaan seolah-olah menjual
aktiva yang telah dimilikinya kepada perusahaan sewa guna (karena itu
memperoleh cash inflow) dan kemudian menyewanya kembali dari
perusahaan tersebut. Perusahaan melakukan cara ini biasanya karena
memerlukan kas dalam jumlah yang cukup banyak, tetapi juga masih
memerlukan aktiva yang di-sale and lease back tersebut.
2. Direct leasing. Dalam bentuk ini perusahaan menyewa aktiva yang
sebelumnya tidak menjadi miliknya.
3. Leveraged leasing. Bagi perusahaan yang menyewa, bentuk ini tidak
berbeda dengan direct leasing. Hanya saja perusahaan sewa guna tidak
lagi membiayai seluruh kebutuhan dana yang diperlukan untuk
memperoleh aktiva tersebut tetapi menggunakan (sebagian) pinjaman.
Dengan demikian terdapat tiga pihak yang terlibat; yaitu (a) lessor,
(b) lessee, dan (c) pemberi pinjaman. Bagi lessee, bentuk sewa guna ini
tidak ada bedanya dengan direct leasing.
8.4 MANA.JEMEN KEUANGAN e
X X X X
100 Juta =X+ 1+ 2
+ 3+ 4
(1+0,15) (1+0,15) (1+0,15) (1+0,15)
X X X X
100juta= X+ X 1+ 2+ 3+ 4
(1+0,15) (1+0,15) (1+0,15) (1+0,15)
. X X X X X
100 JUta = 1
+ 2
+ 3
+ 4
+ 5
(1+0,16) (1+0,16) (1+0,16) (1+0,16) (1+0,16)
100j.uta= X X X X X X
]+ 2+ 3+ 4+ 5
(1 +0,16) (1 +0,16) (1 +0,16)- (1 +0,16) (1 +0,16)
100 juta =X (0,862 + 0,743 + 0,641 + 0,552 + 0,476)
100 juta =X+ X (3,274)
100 juta
X= = Rp30,54 juta
3,274
Tabel 8.1 .
Skedul Arus Kas Keluar setelah Pajak - Alternatif Sewa Guna
(dalam j utaan rupiah)
Untuk alternatif utang, PV arus kas keluar setelah pajak dihitung setelah
kita menghitung berapa bunga yang dibayar setiap tahunnya. Perhitungan
bunga ini perlu dilakukan karena pembayaran bunga plus penyusutan dapat
dipergunakan untuk mengurangi beban pajak. Perhitungan beban bunga
adalah sebagai berikut.
Tabel 8.2.
Pembayaran Bunga Setiap Tahun Selama Lima Tahun
(dalam j utaan rupiah)
Angsuran Pokok
Tahun Sisa Pokok Bunga (4)
Angsuran (3) Pinjaman
ke (1) Pinjaman (2) 10°/o X (2)
5 = 4-3
1 100,00 30,54 16,00 14,54
2 85,16 30,54 13,67 16,87
3 68,59 30,54 10,97 19,57
4 49,02 30,54 7,84 22,70
5 25,94 30,54 4.22 26,32
e EKMA421 3/MODUL B 8.7
Tabel 8.3.
Skedul Arus Kas Keluar - Alternatif Utang
(dalam j utaan rupiah)
(1)
(4) (5) (5)
Akhir
Pembayaran
(2) (3) Perlindung Kas PVKas
Tahun Bunga Penyusutan an Pajak Keluar keluar
(a)
0,5[(2) + (3) (1)- (4) (r = 8%)
1 30,54 16,00 20,00 18.00 12,54 11,61
2 30,54 13,67 20,00 16,84 13,70 11,75
3 30,54 10,97 20,00 15,49 15,05 11,95
4 30,54 7,84 20,00 13,92 16,02 12,22
5 30,54 4.22 20,00 21 '11 18,43 12,54
Total 60.07
Dengan cara trial and error akan didapatkan angka i yang mendekati
1,77% per bulan. Dengan demikian tingkat bunga per tahunnya adalah
I = (1+0,0177)12-1
= 23,43%
e EKMA421 3/MODUL B 8.9
Artinya, tingkat bunga yang ditanggung hampir dua kali lipat dari tingkat
bunga yang disebutkan.
Hasil perhitungan akan berbeda kalau peminjam boleh mengangsur
tahunan. Dengan angsuran tahunan maka besamya angsuran adalah Rp 136
juta/3 = Rp45,333 juta per tahun. Perhitungan tingkat bunga tahunannya
sama seperti di atas, dan kita akan memperoleh angka sekitar 17,09%.
Mengapa angkanya lebih rendah dari pada kalau angsuran dilakukan
bulanan? Oleh karena selama bulan 1 s/d 11 kita belum mengangsur. Dengan
demikian, kita membayar bunga efektif lebih rendah (meskipun tetap lebih
tinggi dari yang disebutkan).
'·~
~ ·..· - ' '
' ' '
~- . ---~_"t. ,:""E LA T I H A N
d
. =
- -
.. ~ -----------------------------------------
100 = f: 5,667
t=l (1 +i r
Dengan menggunakan trial and error akan diperoleh i = 2,62% per
bulan. Dengan demikian meskipun bank menyatakan tingkat bunganya
adalah 1,5%, tetapi sebenarnya Arief membayar bunga 2,62% per bulan.
2) Taksiran per bulan tentang hasil operasi dan kewajiban membayar adalah
sebagai berikut.
Laba operasi = 0,12 x Rp50 juta = Rp6,00 juta
Bunga (Rp36 juta: 24) Rp1,50 juta
Laba sebelum pajak Rp4,50 juta
Pajak Rp1,58 juta
Laba setelah pajak Rp2,92 juta
Angsuran pokok pinjaman (Rp100 juta: 24) = Rp4,17 juta
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa taksiran yang dilakukan
Arief tidak tepat. Memang benar bahwa laba operasi sebesar Rp6,00 juta
lebih besar daripada angsuran pokok pinjaman dan bunga (yaitu 4,17 +
1,50), tetapi perusahaan masih harus membayar pajak sebesar
Rp1,58 juta. Dengan demikian masih defisit Rp1,25 juta.
3) Oleh karena angsuran pokok pinjaman setiap bulan adalah sebesar
Rp4,17 juta maka laba setelah pajak minimal haruslah sebesar angka
tersebut. Dengan tarif pajak sebesar 35% maka laba sebelum pajak harus
sebesar 4,17 juta/0,65 = 6,42 juta. Dengan demikian maka laba operasi =
6,42 juta + 1,50 juta = Rp7 ,92 juta. Karena itu, profit marginnya adalah
= (7,92/50) X 100%
= 15,84%
e EKMA421 3/MODUL B 8.11
RANG KUMA - - - - - - - - - - - - - - - - - -
TES FDRMATIF 1
2) Dari soal nornor 1) tersebut, beban biaya (bunga dan penyusutan) yang
dapat dipergunakan untuk mengurangi pajak pada tahun 1 adalah ....
A. Rp36 juta
B. Rp26 juta
C. Rp16 juta
D. Rp10 juta
3) Berapa PV kas keluar setelah paj ak (dari soal nomor 1) apabila tarif
pajak adalah 50%?
A. Rp61 ,36 juta.
B. Rp60,07 juta.
C. Rp50,60 juta.
D. Rp45,00 juta.
8.12 MANA.JEMEN KEUANGAN e
KEGIATAN BELAL.JAR 2
Ada 2 tipe opsi, yaitu call dan put. Di samping itu juga terdapat tipe
Eropa dan tipe Amerika. Tipe Eropa menunjukkan bahwa opsi tersebut hanya
bisa dilaksanakan (istilahnya di-exercise-kan) pada tanggal tertentu saja,
sedangkan untuk tipe Amerika bisa dilaksanakan pada tanggal tertentu atau
sebelumnya.
Opsi call menunjukkan hak untuk membeli suatu saham dengan harga
tertentu (harga ini disebut sebagai exercise price) pada tang gal tertentu
(untuk tipe Eropa) atau sebelumnya (untuk tipe Amerika). Tanggal "jatuh
tempo" tersebut disebut sebagai exercise date. Analisis yang kita pergunakan,
untuk memudahkan, akan diterapkan untuk opsi tipe Eropa meskipun konsep-
konsep tersebut bisa diterapkan untuk tipe Amerika juga.
8.14 MANA..JEMEN KEUANGAN e
Gambar 8.1.
Nilai Opsi Call dengan Exercise Price Rp10.000,00
Apabila pada saat opsi call jatuh tempo harga saham A di bawah
Rp 10.000,00 maka nilai call tersebut sama dengan nol rupiah. Apabila harga
saham di atas RplO.OOO,OO maka kita akan memperoleh keuntungan kalau
meng-exercise-kan opsi tersebut. Dalam keadaan seperti ini nilai call akan
sebesar harga pasar dikurangi dengan exercise price.
Sekarang misalkan harga saham A saat ini adalah Rp9.000,00. Kita
bersedia membayar opsi call yang ditawarkan tersebut dengan harga
(istilahnya adalah premi), misalkan Rp500,00. Apabila pada tahun depan
(yaitu saat exercise date) harga saham menjadi sebesar Rpll.OOO,OO maka
kita akan memperoleh keuntungan Rp500,00. Keuntungan ini diperoleh dari,
Nilai opsi pada saat di-exercise-kan Rpll.OOO,OO-RplO.OOO,OO = Rpl.OOO,OO
Premi yang kita bayar = Rp 500,00
Laba (rugi) = Rp 500,00
Apabila harga saham tahun depan menjadi Rpl2.000,00 maka kita akan
memperoleh laba Rpl.500,00. Pada saat harga saham hanya RplO.OOO,OO,
kita rugi Rp500,00. Berapa laba (rugi) kita seandainya harga saham hanya
Rp9.500,00? Kita tetap rugi sebesar Rp500,00. Maksimum kerugian kita
e EKMA421 3/MODUL B 8.15
adalah jumlah uang yang kita bayarkan untuk membeli opsi tersebut. Kalau
disajikan dalam bentuk tabel maka akan nampak sebagaimana pada
Tabel 8.4.
Tabel 8.4.
Laba (Rugi) karena Membeli Opsi Call dengan Harga Rp500,00 pada Berbagai
Tingkat Harga, untuk Excercise Price Sebesar Rp10.000,00
Kolom terakhir pada Tabel 8.4 tersebut kalau digambarkan dalam grafik
dengan sumbu datar harga saham dan sumbu tegak laba (rugi), akan nampak
seperti pada Gambar 8.2. Gambar tersebut menunjukkan bahwa kerugian
maksimum yang diderita adalah Rp500,00, yaitu sebesar harga (atau premi)
Gambar 8.2.
Laba (Rugi) Membeli Opsi Call dengan Harga Rp500,00 dengan Excercise
Price Rp10.000,00 pada Berbagai Harga Saham
Opsi put menunjukkan hak untuk menjual suatu saham dengan harga
tertentu pada waktu tertentu (atau sebelumnya). Misalkan, seseorang
8.16 MANA..JEMEN KEUANGAN e
menawarkan opsi put sebagai berikut. Dengan membeli opsi put tersebut
anda bisa menjual saham A kepada orang tersebut dengan harga RplO.OOO,OO
satu tahun yang akan datang. Kapan opsi put tersebut mempunyai nilai
(artinya Anda akan meng-exercise-kan opsi tersebut)? Jawabnya sederhana
sekali, yaitu apabila harga saham A pada saat jatuh tempo di bawah
RplO.OOO,OO. Pada saat harga saham A, misalnya Rp8.000,00 akan datang ke
pihak yang menerbitkan opsi put tadi dan memintanya untuk membeli saham
A yang Anda miliki seharga RplO.OOO,OO. oleh karena di bursa harga saham
A sebesar Rp8.000,00 maka sesaat sebelum opsi put di-exercise-kan, nilai
opsi put tersebut adalah Rp2.000 (yaitu selisih antara RplO.OOO,OO dengan
Rp8.000,00). Sebaliknya, pada saat harga saham di atas exercise price maka
nilai opsi put akan sama dengan nol. Keadaan tersebut bisa digambarkan
sebagai berikut (lihat Gambar 8.3). Nilai tertinggi opsi put adalah pada saat
harga saham sebesar nol rupiah. Pada saat itu, nilai put akan sebesar
RplO.OOO,OO sama dengan exercise price nya.
1t) \1u0
.. .. 0. . . TO.tJOO
Gambar 8.3.
Nilai Opsi Put dengan Exercise Price Rp1 0.000,00
Hal yang sama dapat dilakukan apabila misalkan harga opsi put adalah
sebesar Rp500,00. Pada berbagai tingkat harga saham maka laba (rugi)
dengan membeli opsi put dengan harga (premi) Rp500,00 adalah sebagai
berikut.
e EKMA421 3/MODUL B 8.17
Tabel 8.5.
Laba (Rugi) karena Membeli Opsi Call dengan Harga Rp500,00 pada Berbagai
Tingkat Harga, untuk Excercise Price Sebesar Rp10.000,00
Dengan cara yang sama maka Tabel 8.5 tersebut dapat digambarkan
seperti pada Gambar 8. 4.
0
t-----..,. ._
~Wi
__ r{-o::t\0
.
~~ f1·S~
Gambar 8.4.
Laba (Rugi) Membeli Opsi Put dengan Harga Rp500,00 Exercise Price
Rp1 0.000,00 pad a Berbagai Tingkat Harga Saham
dan satu saham. Nilai investasinya pada saat opsi put tersebut jatuh tempo
pada berbagai harga saham, disajikan pada Tabel 8.6.
Tabel 8.6.
Nilai lnvestasi Satu Saham dan Satu Opsi Put, pada Berbagai Tingkat Harga
Gambar 8.5.
Nilai Opsi Put dan Saham pada Berbagai Harga Saham
Perhatikan bahwa apa pun yang terjadi dengan harga saham maka nilai
investasinya sama dengan nilai opsi call ditambah dengan RplO.OOO,OO
(exercise price). Dengan demikian,
Nilai call +present value dari exercise price = nilai put+ harga saham
Sejauh ini kita hanya membicarakan tentang berapa harga opsi pada
waktu jatuh tempo. Misalnya, harga opsi call dengan exercise price
RplO.OOO,OO. Apabila harga saham pada waktu jatuh tempo di bawah
RplO.OOO,OO pada saat jatuh tempo, call tersebut tidak punya nilai. Apabila
harga saham di atas Rp 10.000,00 maka nilai call tersebut akan sebesar
RplO.OOO,OO dikurangi harga saham tersebut. Hubungan ini ditunjukkan oleh
garis tebal pada Gambar 8.6 .
..,fl.
........__ _ _ - - - - - - - l~arg.GP.s.a'harn
'
- .. .-a·
' - .. . 1O.OC.iC
Gambar 8.6.
Nilai Opsi Call Sebelum Jatuh Tempo
Pada saat sebelum jatuh tempo nilai call tersebut tidak bisa di bawah
garis tebal pada Gambar 8. 6 tersebut. Sebagai misal, kalau harga saham
adalah sebesar Rp20.000,00 dan harga opsi call tersebut (yaitu opsi dengan
exercise price sebesar RplO.OOO,OO) hanya Rp5.000,00 maka (untuk opsi tipe
Amerika) para pemodal akan membeli opsi tersebut, meng-exercise-kannya
dengan tambahan uang RplO.OOO,OO, dan kemudian menjual saham yang
mereka peroleh (yang bisa dijual dengan harga Rp20.000,00). Apabila hal
tersebut terjadi, permintaan akan opsi tersebut akan meningkat yang akan
memaksa nilai opsi minimal naik menjadi sebesar nilai yang ada pada garis
tebal pada Gambar 8.6 tersebut. Karena itu, untuk opsi call yang masih
8.20 MANA.JEMEN KEUANGAN e
mempunyai waktu (belum jatuh tempo), garis tebal pada gambar tersebut
merupakan lower limit dari harga pasar opsi call.
Upper limit dari nilai opsi call adalah garis diagonal yang ada pada
Gambar 8.6. Mengapa garis diagonal ini merupakan batas atas harga opsi
call? Sederhana sekali. Nilai maksimum suatu opsi call adalah nilai saham
tersebut. Tidak mungkin pemodal mau membeli opsi call dengan harga yang
justru lebih besar dari harga sahamnya. Karena itu, harga opsi call atas saham
yang belum j atuh tempo akan berada di antara garis tebal dan garis diagonal.
Harga opsi call akan berada pada garis lengkung dengan kurva ke atas
(curved upward-sloping line), sebagaimana ditunjukkan oleh garis putus-
putus pada Gambar 8.6. Garis ini akan bermula dari titik di mana batas atas
dan batas bawah bertemu (yaitu titik nol). Garis tersebut kemudian
meningkat dan akhirnya menjadi sejajar dengan garis batas bawah. Garis ini
menunjukkan bahwa nilai opsi call meningkat kalau harga saham meningkat,
apabila exercise price dipegang konstan.
Dengan demikian, harga opsi call dipengaruhi oleh beberapa faktor.
Faktor-faktor tersebut adalah berikut ini.
1. Harga saham.
2. Harga exercise.
3. Tingkat bunga.
4. Jangka waktu akan jatuh tempo.
5. Volatility harga saham.
Apabila faktor (1), (3), (4), dan (5) meningkat maka nilai opsi call akan
meningkat, sedangkan apabila faktor (2) meningkat nilai opsi call akan
menurun.
Lebih lanjut,
J
log [ P/PV {EX)
crJt
-----=--- + - -
crJt 2
d2 = d1- cr~t
N(d) = cumulative normal probability density function
EX = harga exercise dari opsi; PV(EX) dihitung dengan menggunakan
tingkat bunga bebas risiko rf.
PV(EX) = EXe-rft
t = jumlah periode sampai dengan exercise date
p = harga saham
cr = deviasi standar tingkat keuntungan saham per periode
(continuously compounded)
= 8.900 : 9.308
= 0,96
Langkah 3. Sekarang lihat Tabel A-4. Sumbu tegak menunjukkan
"deviasi standar perubahan harga saham kali akar periode jatuh tempo".
Untuk sumbu tegak ini perhatikan nilai 0,30. Sumbu datar menunjukkan
"ratio harga saham dengan PV harga exercise". Untuk sumbu ini perhatikan
nilai 0,96. Kita bergerak dari nilai 0,30 ke samping dan dari nilai 0,96 ke
bawah. Kita akan menemukan angka 10,2. Dengan demikian, harga opsi call
tersebut adalah 10,2% dari harga saham saat ini atau Rp908,00.
Kalau kita ingin menghitung nilai opsi put maka kita kembali pada
persamaan dasar di subbab 2.2, yang bisa dimodifikasi menjadi
Nilai put = nilai call + PV harga exercise - harga saham
= 908 + 9.308- 8.900
= 1.316
. _>'i
••
LATIHAN
I'
~·
---- ~
'
.- -
t ·
.
~
--~ - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
1) Oleh karena nilai opsi sebelum jatuh tempo (exercise date) selalu lebih
besar daripada pada saat jatuh tempo. Misalkan, exercise price adalah
Rp10.000,00 untuk tiga bulan lagi. Harga saham saat ini sebesar
Rp12.000,00. Apabila kita memiliki opsi call atas saham tersebut maka
kalau kita jual saat ini harganya tentu akan lebih tinggi dari Rp2.000,00.
Mengapa? Oleh karena kalau kita jual di bawah Rp2.000,00 pembeli
opsi tersebut akan memperoleh keuntungan dengan segera meng-
exercise-kannya. Hal ini terjadi karena sebelum jatuh tempo selalu
terbuka kemungkinan bahwa harga saham akan naik. Kalau kita
exercise-kan, kita hanya akan memperoleh Rp2.000,00.
2) Ya karena setiap kali harga berubah, berubah pula risiko yang
ditanggung pemilik opsi tersebut. Suatu opsi yang in the money (harga
8.24 MANA..JEMEN KEUANGAN e
saham saat ini lebih tinggi dari harga exercise) lebih aman daripada yang
out of the money (harga saham saat ini lebih rendah dari harga exercise).
3) Deviasi standar x ~waktu = 0,18 x ~1
= 0,18
Harga saham/PV ex. Price= 10.000:[12.000/(1 +0,13)]
= 0,94
Karena tidak terdapat angka 0,18 untuk sumbu tegak maka Anda dapat
menggunakan angka 0,20 (yang paling mendekati). Dengan melihat pada
Tabel Nilai Opsi Call, Persentase Harga Saham maka Anda akan
memperoleh,
Nilai Opsi Call = 5,4% x Rp10.000,00
= Rp540,00
TES FDRMATIF 2
1) Arief membeli kombinasi dua opsi put dan satu opsi call. Misalkan opsi
put tersebut harganya Rp1.200,00 per lembar dan can harganya
Rp1.000,00. Harga exercise kedua opsi tersebut adalah Rp10.000,00.
Keuntungan yang diperoleh Arief pada saat harga saham Rp 5.000,00
adalah ....
A. Rp10.000,00
B. Rp6.600,00
C. Rp3.400,00
D. Rp2.600,00
C. Rp3.400,00.
D. Rp2.600,00.
KEGIATAN BELAL.JAR 3
1. Kredit Investasi
Jenis pendanaan ini disediakan oleh perbankan, dan masih banyak
dimanfaatkan oleh kalangan pengusaha. Hal yang menarik adalah bahwa
suku bunga kredit investasi di Indonesia dinyatakan lebih rendah dari suku
bunga kredit modal kerja. Meskipun demikian, sering kali suatu klausul yang
menyatakan bahwa debitur tidak dapat melunasi kredit investasi yang
diambilnya lebih cepat dari jangka waktu yang disepakati, membuat tingkat
bunga efektif yang ditanggungnya tidak selalu lebih kecil dari tingkat bunga
kredit jangka pendek (modal kerja). Untuk itu, perhatikan contoh berikut ini.
Pada awal tahun 1990, suatu perusahaan menandatangani perjanjian
kredit investasi selama lima tahun dari Bank A. Jumlah kredit sebesar
Rp 1.000 j uta, telah diambil semua. B unga sebesar 15% per tahun dari saldo
kreditnya, dan perusahaan selalu membayar bunga tepat pada waktunya
meskipun pokok pinjamannya belum diangsur satu rupiah pun. Pada awal
tahun 1993, perusahaan mendapatkan tawaran kredit dari bank asing dengan
bunga hanya 13,5% per tahun. Sewaktu perusahaan menyampaikan niatnya
untuk melunasi kredit investasi tersebut, Bank A menyatakan bahwa
pelunasan sebelum jangka waktu lima tahun akan dikenakan denda dalam
bentuk bunga sebesar 2% per tahun. Oleh karena masih terdapat dua tahun
sebelum maturity, perusahaan harus membayar bunga sebesar
2 x 2% x Rp1.000 juta = Rp40 juta.
Apabila kredit tersebut masih akan diperlukan selama dua tahun lagi,
apakah sebaiknya perusahaan beralih ke bank asing dengan membayar denda
8.28 MANA.JEMEN KEUANGAN e
Oleb karena biaya kalau beralib ke bank asing lebib murab, alternatif
tersebut sebaiknya dipilib. Dengan demikian, nampak babwa adanya penalty
dari bank A membuat babwa biaya bunga bank A lebib besar dari pada yang
dicantumkan. Bagi bank A, pencantuman penalty dilakukan karena dengan
pelunasan kredit, bank A barus berupaya untuk menjual kembali dana
tersebut agar dapat mengbasilkan pengbasilan.
2. Hipotek (Mortgage)
Hipotek merupakan bentuk utang jangka panjang dengan agunan aktiva
tidak bergerak (tanab, bangunan). Dalam perjanjian kreditnya disebutkan
secara jelas aktiva apa yang dipergunakan sebagai agunan. Dalam peristiwa
likuidasi, kreditur akan dibayar terlebib dulu dari basil penjualan aktiva tetap
yang dipergunakan sebagai agunan. Apabila basil penjualan aktiva yang
diagunkan tersebut belum cukup maka sisanya menjadi kreditur umum, sama
seperti pemilik obligasi.
3. Obligasi
Obligasi merupakan surat tanda utang, dan umumnya tidak dijamin
dengan aktiva tertentu. Karena itu, kalau perusabaan bangkrut, pemegang
obligasi akan diperlakukan sebagai kreditor umum. Obligasi akan mencan-
tumkan:
a. nilai pelunasan atauface value;
b. jangka waktu akan dilunasi;
c. bunga yang dibayarkan (disebut sebagai coupon rate);
d. berapa kali dalam satu tabun bunga tersebut dibayarkan.
e EKMA421 3/MODUL B 8.29
Pada Modul 1 telah ditunjukkan bahwa nilai pasar obligasi akan sangat
dipengaruhi oleh perubahan tingkat bunga yang umum berlaku. Apabila
tingkat bunga naik maka harga obligasi akan turun, dan sebaliknya. Karena
risiko obligasi terletak sebagian besar (atau bahkan seluruhnya kalau kita
mengabaikan kemungkinan perusahaan penerbit obligasi tidak dapat
membayar kewajiban keuangannya atau default) maka beberapa perusahaan
memilih untuk menerbitkan obligasi dengan suku bunga mengambang
(floating rate). Dengan demikian, pada saat suku bung a naik, coupon rate
ikut naik, demikian juga pada waktu tingkat bunga turun.
Kadang-kadang obligasi mencantumkan klausul yang menyatakan
bahwa obligasi tersebut bisa dilunasi oleh perusahaan dengan harga tertentu
(disebut call price). Call price ini selalu lebih tinggi dari face valuenya.
Sebagai misal, obligasi dengan face value Rp 1.000.000,00 dinyatakan
mempunyai call price Rp1.100.000,00. Ini berarti bahwa perusahaan bisa
melunasi obligasi tersebut dengan harga Rp 1.1 00.000,00. Persyaratan ini
dilakukan oleh perusahaan kalau perusahaan khawatir akan terjadi penurunan
suku bunga. Bagi pemegang obligasi, apabila suku bunga turun maka harga
obligasi akan naik. Kalau naiknya sampai lebih dari Rp1.100.000,00 maka
perusahaan mungkin akan "memanggil" obligasi tersebut untuk dilunasi.
Tentu saja ini akan merugikan pemilik obligasi. Karena itu, persyaratan ini
harus sudah diberitahukan pada penerbitan obligasi, dan kadang-kadang
dicantumkan periode perlindungan terhadap pemanggilan obligasi. Dalam
periode itu perusahaan tidak boleh memanggil obligasi.
Obligasi juga bisa mempunyai "senioritas". Artinya, obligasi yang lebih
senior akan dilunasi terlebih dulu dari pada obligasi yang lebih "yunior".
Obligasi yang lebih yunior ini disebut sebagai subordinated debenture
(subordinate berarti di bawahnya).
Bagi penerbit dan pembeli obligasi risiko yang sering dihadapi adalah
risiko karena perubahan suku bunga. Kita tahu bahwa apabila suku bunga
naik harga obligasi akan turun (pembeli obligasi rugi), dan apabila suku
bunga turun harga obligasi akan naik (penerbit obligasi yang rugi). Karena
itu, kemudian muncul obligasi yang ditawarkan dengan suku bunga
mengambang (floating rate). Misalnya, ditentukan bahwa suku bunga
obligasi sama dengan suku bunga rata-rata deposito jangka waktu enam bulan
pada bank-bank pemerintah ditambah dengan 1,00%.
Cara lain untuk mengurangi risiko bagi penerbit obligasi (perusahaan)
adalah mencantumkan call price. Call price menunjukkan harga yang akan
8.30 MANA.JEMEN KEUANGAN e
dibayar oleh penerbit obligasi, pada saat hak untuk membeli kembali obligasi
tersebut dilaksanakan oleh penerbit obligasi. Misalkan, disebutkan call price
sebesar 110. Ini berarti bahwa perusahaan yang menerbitkan obligasi dapat
meminta obligasi yang telah dibeli oleh para pemodal dengan membayar
Rp1.100.000,00 (apabila nilai nominalnya adalah Rp1.000.000,00), dan
pemilik obligasi harus menyerahkan obligasi tersebut. Hak bagi perusahaan
untuk "memanggil" obligasi tersebut akan dilaksanakan apabila harga
obligasi di pasar modal telah mencapai di atas Rp1.100.000,00.
Pada saat suatu obligasi dipanggil untuk dilunasi sesuai dengan call
pricenya, biasanya perusahaan akan menggantinya dengan obligasi baru
dengan coupon rate yang lebih rendah. Kalau tidak perusahaan akan
memerlukan dana yang sangat besar untuk melunasi obligasi lama tersebut,
padahal dana tersebut mungkin masih diperlukan. Dalam peristiwa
penggantian obligasi lama dengan obligasi baru, umumnya terdapat jangka
waktu yang overlap. Misalnya, obligasi baru diterbitkan bulan Januari 1993
dan obligasi lama baru dapat ditarik bulan Maret 1993. Dengan demikian,
terdapat dua bulan periode overlapnya.
Misalkan, PT ANNA telah menerbitkan obligasi dengan coupon rate
17% per tahun. Saat ini obligasi tersebut masih mempunyai usia 9 tahun lagi.
Oleh karena menurunnya suku bunga, obligasi yang ekuivalen dapat dijual
sesuai dengan nilai nominal dengan coupon rate hanya 14% per tahun.
Karena itu, perusahaan ingin memanggil obligasi lama. Call price sebesar
105. Diperlukan periode 3 bulan overlap sebelum obligasi baru dipergunakan
untuk melunasi obligasi lama. Berapa keuntungan karena penggantian
obligasi lama dengan baru tersebut?
Kalau dipergunakan nilai nominal Rp1.000.000,00 maka perhitungan akan
nampak sebagai berikut.
Pelunasan obligasi lama 105% x Rp1.000.000,00 = Rp 1.050.000,00
Kas masuk obligasi baru = Rp1.000.000,00
Selisih = Rp 50.000,00
Bunga selama periode overlap
0,25 X 17% X Rp1.000.000,00 Rp 42.500,00
Kas keluar pada awal periode Rp 92.500,00
1. Saham Preferen
Saham preferen adalah saham yang memberikan dividen yang tetap
besarnya. Apabila dikatakan dividen ratenya sebesar 16%, dan nilai nominal
saham tersebut adalah Rp1000,00 maka setiap lembar saham preferen akan
memperoleh dividen sebesar Rp160,00 per tahun. Besamya dividen tidak
dipengaruhi oleh laba yang diperoleh oleh perusahaan. Sayangnya pemba-
yaran dividen saham preferen tidak dapat dipakai sebagai pengurang pajak.
8.32 MANA.JEMEN KEUANGAN e
Sewaktu saham tersebut dijual pertama kali ke pasar modal pada tahun
1991, yaitu sebanyak 40 juta lembar saham, harga yang dibayar oleh para
pemodal adalah Rp7 .000,00 per lembar. Sebelumnya jumlah saham yang
telah diterbitkan adalah 108.288.000 lembar dan dimiliki oleh pemerintah.
Dengan nilai nominal Rp1.000,00 per lembar, selisihnya dicatat sebagai agio
(yaitu Rp6.000,00 per lembar). Karena itu, dalam neraca dicatat 40 juta x
Rp6.000,00 = Rp240.000 juta nilai saham (disebut juga sebagai capital
surplus atau paid in capital).
Laba yang tersedia bagi pemegang saham, mungkin sekali tidak
seluruhnya dibagikan sebagai dividen. Dengan demikian, akan terdapat
rekening laba yang ditahan. Dalam contoh kita adalah sebesar Rp293.284
juta. Dengan demikian, jumlah keseluruhan nilai buku modal sendiri adalah
Rp681.572 juta, yang berarti per lembar sahamnya adalah sekitar
Rp4.600,00. Nilai ini disebut juga sebagai net asset value per lembar saham
(Levy and Sarnat, 1990: 627).
Apakah ini berarti bahwa harga pasar saham tersebut juga Rp4.600,00
per lembarnya? Jawabnyajelas tidak. Penentuan harga pasar saham telah kita
bicarakan pada Modul 1. Pada dasarnya harga pasar saham dipengaruhi oleh
profitabilitas di masa yang akan datang dan risiko yang ditanggung oleh
pemodal. Apa yang kita lihat pada neraca tersebut adalah profitabilitas yang
telah terjadi. Harga saham Semen Gresik pada akhir 1992 mencapai sekitar
Rp8.000,00. Dengan demikian, perbandingan antara harga pasar dan nilai
buku saham adalah Rp5.500,00/Rp4.600,00 = 1,20. Rasio ini disebut sebagai
8.34 MANA.JEMEN KEUANGAN e
Saham
Nominal@ Rp1.000,00, 20 juta lembar Rp20 miliar
Agio @ Rp3.000,00 Rp60 miliar
Jumlah Rp80 miliar
1. Warrant
Dalam penerbitan obligasi, kadang-kadang disertai dengan warrant.
Warrant merupakan hak untuk membeli saham dengan harga tertentu. Karena
itu warrant merupakan sekuritas yang berkarakteristik opsi. Warrant sering
dipergunakan sebagai "pemanis" agar obligasi yang diterbitkan oleh
e EKMA421 3/MODUL B 8.39
1.000 = :t 130 +
1.000 1.000
+---6
t=l r
( 1 +i (1+i)5 (1+i)
2. Obligasi Konversi
Obligasi konversi merupakan obligasi yang dapat dikonversikan
(dirubah) menjadi saham bias a. Pemilik obligasi konversi (convertible bonds,
selanjutnya disingkat CB), sebenarnya memiliki obligasi dan opsi call atas
saham perusahaan. Berikut ini diberikan contoh tentang obligasi konversi.
Misalkan, PT SH menerbitkan obligasi konversi, yang dapat dikon-
versikan menjadi saham biasa pada lima tahun yang akan datang. Setiap
lembar obligasi konversi dapat dikonversikan menjadi 100 lembar saham
biasa. Obligasi konversi dengan nilai nominal Rp 1.000.000,00 per lembar
membayarkan coupon rate 14% per tahun.
Contoh tersebut menunjukkan bahwa apabila pada akhir tahun ke lima
harga per lembar saham biasa mencapai lebih dari Rp10.000,00 maka para
pemegang obligasi akan mengonversikannya menjadi saham biasa. Kalau
harga saham di bawah Rp10.000,00 mereka akan memilih untuk
menguangkan obligasi tersebut.
e EKMA421 3/MODUL B 8.41
Dalam contoh di atas, rasio konversi adalah sebanyak 100, dan harga
konversi adalah Rp10.000,00. Apabila saat ini harga saham sebesar
Rp8.000,00 per lembar maka nilai konversi adalah 100 x Rp8.000,00 =
Rp800.000,00.
Apabila jangka waktu pelunasan obligasi tersebut adalah 5 tahun,
sedangkan obligasi yang ekuivalen dengan obligasi tersebut memberikan
coupon rate sebesar 15% maka nilai obligasi tersebut adalah
Nilai obligasi
= i 140.000 + 1.000.000
t=l ( 1+ o, 15 r (1+ o, 15r
= Rp966.480,00
selama dua tahun terakhir telah menghasilkan laba), dan besar (jumlah saham
yang diterbitkan minimal satu juta lembar dengan nilai nominal Rp 1.000,00).
Sebelum perusahaan yang berbentuk PT dapat menawarkan sahamnya ke
pasar modal (ditawarkan di pasar perdana), perusahaan harus mendapat
persetujuan dari Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM). Berbagai
persyaratan akan ditanyakan oleh BAPEPAM dan harus dipenuhi oleh
perusahaan.
Perusahaan harus menyampaikan laporan keuangan yang telah diaudit
oleh akuntan publik dan dinyatakan wajar tanpa syarat. Konsultan hukum
harus menyatakan bahwa perusahaan sedang tidak berada dalam sengketa
hukum. Notaris harus melaporkan bahwa Rapat Umum Pemegang Saham
(RUPS) memang telah memutuskan perusahaan untuk go public. Perusahaan
penilai (appraisal) menjelaskan nilai yang wajar dari berbagai aktiva tetap
yang dimiliki perusahaan. U ntuk penerbitan obligasi juga diperlukan wali
amanat yang akan mewakili para calon pemodal. Kadang-kadang juga
disertai dengan pihak guarantor (penanggung) yang akan menanggung kalau
obligasi sampai tidak terbayar (default).
Sewaktu akan go public perusahaan perlu perusahaan yang akan
menjamin bahwa saham yang ditawarkan nantinya akan laku terjual.
Penjamin ini disebut sebagai underwriter. Sewaktu perusahaan menghadap
BAPEPAM masalah underwriter ini juga akan ditanyakan. Underwriter
mungkin memberikanjaminan penuh (full commitment) atau sebaik yang bisa
(best effort). Jaminan penuh berarti bahwa apabila ada saham yang tidak laku
terjual di pasar perdana, underwriter akan membelinya. Dengan demikian,
perusahaan dijamin akan memperoleh sejumlah dana yang diperlukan. Untuk
best effort penjamin hanya memberikan upaya yang terbaik, tidak perlu
membeli saham yang tidak laku terjual.
Setelah BAPEPAM menyetujui maka perusahaan dapat menawarkan
saham tersebut ke pasar perdana. Pihak underwriter yang akan mengurusi
dan mengatur masalah-masalah, seperti pendaftaran calon pembeli,
penjatahan, pendistribusian saham, dan pengembalian uang pesanan yang
berlebih. Setelah itu perusahaan juga harus melakukan listing (pendaftaran)
di bursa, agar saham tersebut dapat diperdagangkan di bursa. Secara skematis
untuk pendaftaran sekuritas di Bursa Efek Jakarta prosedurnya disajikan pada
Gambar 8.7.
Setelah saham dijual di pasar perdana, apabila jumlah pemesan lebih
banyak dari jumlah lembar saham yang ditawarkan (disebut oversubscribed),
e EKMA421 3/MODUL B 8.43
ktn1dlt pM!i:idh~;.~ft..or,
·~Q~R~J
.
. '
- •
-
. . tn:J .millo.ln.J k~·n
I
t~'lt~;;,j'JJr j!J..J " ·
Usl na
-- ..;c '
~D·Arr.Arr
~ P:A ~I'\ f.<
-
.
Sf 141.1 "40El>.
:----- r.<.te p,~r.$9
• ,o: •
·
t !i.l lu r:n 1
r>l1lcl pti •lu~
Kililm~ Gl peru
stt'h~r.·
- b ~uloH~
a~l<W11tt;l·'·
. . . .
Gambar 8.7.
Prosedur Pendaftaran Sekuritas di BEJ
d
-. ..,.,.,.,.
LATIHAN
• - j-. ;;j<
= •
- -- ~
5
120 1.000 100
1.000 = + +---5
(1+i)5 (1+i)
5
120 1.000
Nilai obligasi = +---5
(1 + i )
= Rp899.400
Apabila pemodal membayar sebesar Rpl.OOO.OOO,OO maka berarti bahwa
pemodal membayar Rp100.600,00 lebih mahal karena nilai warrant
hanyalah Rp12.555,00, berarti tawaran tersebut tidak menarik.
TES FDRMATIF 3
3) Suatu obligasi tanpa kupon (zero coupon bonds) dengan nilai nominal
(atau face value) sebesar Rp1.000.000,00 dengan jangka waktu lima
tahun, saat ini terjual dengan discount 50,30%. Ini berarti bahwa obligasi
tersebut saat ini dibayar oleh para pemodal dengan harga Rp497 .000,00.
Tingkat keuntungan yang diminta oleh para pemodal (dibulatkan)
adalah ....
A. 14%
B. 15%
C. 16%
D. 17%
PENDAHULUAN
KEGIATAN BELAL.JAR 1
PTA PTB
1. EPS Rp 2.000,00 Rp2.000,00
2. Harga per lembar sah Rp20.000,00 Rp8.000,00
3. PER 10x 4x
4. Jumlah lembar sa ham 10 juta 10 juta
5. Laba setelah pajak Rp20 miliar Rp20 miliar
6. Nilai pasar equity Rp200 miliar Rp80 miliar
9.4 MANA.JEMEN KEUANGAN e
Apabila kita bandingkan dengan cara akuisisi secara tunai maka nampak
bahwa kalau NPV akuisisi tersebut positif, dengan cara pertukaran saham
akan membuat manfaat yang dinikmati oleh bekas pemegang saham PT S
lebih besar. Hal yang sebaliknya akan terjadi kalau ternyata NPV negatif.
Dalam peristiwa akuisisi, pihak yang sering kali tidak setuju adalah
manajemen dari perusahaan yang akan dibeli (acquired company). Mengapa?
Oleh karena mereka takut kalau jabatan mereka akan dicopot. Mungkin
jabatan mereka akan diganti dengan orang lain atau mungkin jabatan-jabatan
tersebut akan dihilangkan. Kalau dua perusahaan dijadikan satu, tidak
mungkin jurnlah direksinya akan sama dengan penjumlahan dari dua direksi
perusahaan sebelum digabungkan. Direksi perusahaan yang dibeli mungkin
dihilangkan (ini juga dilakukan untuk menghemat ongkos operasi) atau
mereka diturunkan tingkatannya.
Apabila merger dapat dilakukan secara bersahabat (friendly merger)
maka hal ini akan dilakukan dengan cara manajemen ke dua belah pihak
berunding bersama, dan basil perundingan tersebut (menyangkut harga yang
wajar, pembayaran akuisisi) akan diusulkan ke pemilik perusahaan. Apabila
dirasa bahwa manajemen perusahaan yang akan diakuisisi tidak akan bekerja
sama maka manajemen perusahaan yang akan mengakuisisi mungkin
memilih hostile takeover. Dengan cara ini, manajemen perusahaan yang
e EKMA421 3/MODUL 9 9.9
LATIHAN
-·--- ~ ~ .
Manfaat bersih yang diterima oleh pemegang saham lama (PT A) adalah
= 20 juta x (Rp18.750- Rp18.000)
= Rp 15 miliar
RANG KUMA
TES FDRMATIF 1- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
C. Rp7.255.
D. Rp7.575.
KEGIATAN BELAL.JAR 2
A. RESTRUKTURISASI
yang pertama maka kegiatan merger dan akuisisi juga merupakan upaya
untuk melakukan restrukturisasi. Perusahaan yang melakukan integrasi
vertikal, jelas melakukan restrukturisasi bisnisnya. Dengan cara tersebut
perusahaan dapat mengamankan sumber bahan baku, dan/atau distribusi basil
produksinya.
Hanya saja dalam bab ini kita akan memusatkan pembicaraan kita untuk
restrukturisasi yang lebih bersifat untuk perampingan korporasi.
Restrukturisasi dalam artian ini dapat dilakukan dengan melakukan penjualan
unit-unit kegiatan (sell off) atau pemisahan unit-unit kegiatan tersebut dari
kegiatan korporasi (spin-off).
Sell-off. Korporasi yang mempunyai unit kegiatan yang sangat beraneka
ragam, mungkin suatu ketika merasa bahwa di antara unit-unit tersebut ada
yang tidak bekerja secara ekonomis. Penyebabnya dapat beraneka ragam.
Salah satunya adalah barangkali tingkat kegiatannya terlalu rendah sehingga
sulit mencapai economies of scalenya. Penyebab lainnya mungkin karena
bukan berada pada bisnis utama, korporasi kemudian kurang memperhatikan
unit tersebut.
Apabila unit kegiatan ini dirasa membebani korporasi maka unit tersebut
dapat dijual, baik secara tunai maupun dengan pembayaran dengan saham.
Misalkan, PT DEF berpendapat bahwa unit produksi pengalengan nenasnya
temyata tidak menguntungkan. Suatu perusahaan yang mempunyai bisnis
dalam perkebunan nenas temyata berminat membeli unit produksi tersebut.
Apabila disepakati maka unit kegiatan tersebut dapat dijual ke perusahaan
perkebunan nenas tersebut. Pembayaran dapat dilakukan secara tunai atau
ditukar dengan saham. Apabila cara terakhir ini yang dipergunakan maka
PT DEF akan memiliki saham PT perkebunan tersebut.
Spin-off Cara spin-off dilakukan apabila unit kegiatan tersebut kemudian
dipisahkan dari korporasi dan berdiri sebagai suatu perusahaan yang terpisah.
Dengan demikian, perusahaan tersebut akan mempunyai direksi sendiri, dan
independen dalam mengambil keputusan. Kepemilikan perusahaan baru
tersebut berada di tangan para pemilik (pemegang saham) korporasi, dan
proporsi kepemilikan dilakukan secara pro-rata.
Misalkan, unit kegiatan dari PT DEF tersebut akan di spin-off. Sebagai
perusahaan baru yang terpisah dari PT DEF, bekas unit kegiatan tersebut,
misalkan menerbitkan saham sebanyak 10 juta lembar. Apabila seorang
pemegang saham PT DEF memiliki 10% saham PT DEF maka sekarang ia
juga memiliki 10% saham perusahaan baru tersebut (atau sebanyak 1 juta
9.16 MANA.JEMEN KEUANGAN e
lembar). Pemisahan ini lebih dimaksudkan agar unit kegiatan tersebut akan
dapat mengambil keputusan yang lebih cepat, lebih efisien, dan ada yang
secara khusus bertanggung jawab.
Going Private. Beberapa perusahaan berpendapat bahwa go public
dinilai membebani perusahaan dan direksi. Mereka berpendapat bahwa biaya
untuk listing di suatu bursa dirasa terlalu berat. Keharusan memenuhi
berbagai ketentuan dan peraturan Badan Pengawas Pasar Modal dirasa
merepotkan dan memberatkan. Direksi kemudian cenderung sangat
memperhatikan kinerja keuangan triwulan depan, semester depan atau paling
tahun depan, agar harga saham tidak turun. Dengan demikian, perhatian akan
laba jangka panjang (sebagai basil riset dan pengembangan produk)
terabaikan1. Direksi tidak mempunyai kebebasan terhadap penggunaan laba
yang diperoleh karena badan pengawas pasar modal akan mengingatkan
pembayaran dividen sesuai dengan janji dalam prospektus. Sebagai
akibatnya, beberapa perusahaan memutuskan untuk going private. Perusa-
haan yang semula telah terdaftar di bursa, kemudian saham-sahamnya dibeli
(biasanya oleh direksi dan teman-temannya), dan perusahaan kemudian tidak
lagi terdaftar di bursa. Salah satu contoh perusahaan yang going private
adalah Levi Strauss.
Leverage buy-out. Untuk membeli kembali saham-saham yang semula
dimiliki oleh para anggota masyarakat, para direksi yang memutuskan akan
go private mungkin terpaksa menggunakan bantuan dana pihak ketiga.
Apabila cara ini ditempuh maka dilakukan apa yang disebut dengan leverage
buy-out. Ini berarti bahwa saham-saham tersebut dibeli dengan uang
pinjaman. Pinjaman tersebut dijamin oleh aktiva dan arus kas perusahaan
sehingga setelah leverage buy-out, perusahaan akan mempunyai utang yang
sangat besar.
Misalkan, PT DEF mempunyai 10 juta lembar saham. Harga saham saat
ini adalah Rp5.000,00 per lembar. Dengan demikian, apabila seluruh saham
akan dibeli maka (calon) pembeli harus menyediakan dana sebesar Rp50
miliar. Misalkan, para direksi PT DEF telah memiliki dana sebesar Rp10
miliar. Berarti untuk membeli seluruh saham perusahaan, mereka harus
mencari tambahan dana sebesar Rp40 miliar. Suatu bank bersedia memberi
pinjaman sebesar Rp40 miliar, dengan bunga 18% per tahun. Jaminannya
adalah PT DEF tersebut. Ini berarti bahwa apabila PT DEF tidak mampu
membayar kewajiban finansialnya maka PT DEF akan beralih kepemilikan,
menj adi dimiliki oleh bank tersebut. Setelah deal tersebut, tentu saj a utang
e EKMA421 3/MODUL 9 9.17
B. REORGANISASI
C. LIKUIDASI
.. ..... . . .
-
- --.... ~ ~- - -~-
. . -. . . , . • ..s;.__c •
-~ ~-~~ ..
.
-If_ .. , 1 ·'4: .
Gambar 9.1.
Rasia Keuangan dari Perusahaan yang Bangkrut dan yang Survive
LATIHAN
•
----~ - .
J adi, selama tiga tahun saj a, PV penghematan defisit sudah lebih besar
dari kerugian karena penjualan aktiva. Dengan demikian, apabila diperki-
rakan selama tiga tahun rentabilitas ekonomi selalu di bawah tingkat bunga
pinj aman maka lebih baik rene ana investasi dibatalkan.
T E S F 0 R MAT I F 2= - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
Kewajiban lancar terdiri dari utang bank jangka pendek dengan bunga
20% per tahun, sebesar Rp2,5 miliar. Kewajiban jangka panjang
seluruhnya merupakan kredit investasi juga dengan bunga 20% per
tahun. Untuk dua tahun mendatang diperkirakan rentabilitas ekonomi
akan sebesar 16% per tahun. Anggaplah kita dapat mengabaikan pajak.
9.24 MANA.JEMEN KEUANGAN e
4) Rasio antara kewajiban dengan modal sendiri pada perusahaan nomor 3),
ditentukan maksimum 100%. Berapa nilai ekuitas perusahaan tersebut?
A. Rp3.000 juta.
B. Rp3 .500 juta.
C. Rp3.830 juta.
D. Rp4.385 juta.
KEGIATAN BELAL.JAR 3
Keuangan lnternasional
Tabel 9.1.
Kurs beberapa Valuta Asing pada 29 April 1994
Beli Jual
Val uta
Bl Sl JMJ Bl Sl MJM
US$ 2.136 2.139 2.147 2.162 2.171 2.169
DM 1.284 1.280 1.285 1.305 1.303 1.295
HK$ 274 276 278 281 284 282
Sin$ 1.372 1.381 1.384 1.397 1.396 1.394
Yen (100) 2.088 2.085 2.095 2.164 2.135 2.125
Can$ 1.544 1.540 1.545 1.568 1.580 1.566
Pound 3.234 3.210 3.230 3.290 3.295 3.275
Aus$ 1.513 10250 1.538 1.546 1.550 1.550
NF 1.142 1.137 1.143 1.165 1.160 1.1153
Ml$
Kita lihat bahwa terdapat perbedaan kurs antar lembaga yang membeli
atau menjual valuta asing tersebut. Sinar Iriawan, misalnya cenderung
mempunyai perbedaan antara kurs jual dan beli yang lebih besar apabila
dibandingkan dengan Metro Jala Masino. Kurs yang dicantumkan tersebut
adalah kurs untuk uang kertas (bank notes), yaitu transaksi yang sering terjadi
dalamjumlah relatif kecil. Apabila transaksi terjadi dalamjumlah besar, bank
biasanya mempunyai kurs tersendiri. Di BI, selain kurs untuk uang kertas,
juga disebutkan kurs konversi. Misalkan, di Jakarta kurs US$ dan? adalah
sebagai berikut.
US$ 1 = Rp2.150,00
£1 = Rp3.280,00
Sedangkan di New York,
£1 = US$1.500
Apabila keadaan ini terjadi kita dapat memperoleh laba arbitrase karena
perbedaan kurs valas di Jakarta dan New York. Di Jakarta kurs yang berlaku
antara £ dan US$ adalah £1=US$1.525 (yaitu Rp3.280,00/Rp2.150,00 =
1,525). Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa lebih murah di New
York dari pada di Jakarta. Karena itu, kita dapat melakukan kegiatan sebagai
berikut untuk memperoleh laba arbitrase.
1. Beli US$1,500,000 di Jakarta seharga Rp3,225 miliar.
2. Transfer ke New York, dan gunakan untuk membeli £ sebanyak
£1,000,000.
3. Transfer uang senilai ? 1,000,000 ke Jakarta, dan ditukar dengan rupiah.
Kita akan memperoleh Rp3,280 miliar.
4. Dengan demikian, kita memperoleh laba arbitrase sebesar Rp55 juta.
Dalam hal ini, rRp adalah tingkat bunga simpanan dalam rupiah, dan rS
adalah tingkat bunga simpanan dalam dolar. Dengan demikian, apabila
rupiah diharapkan akan depresiasi sebesar 6% dalam satu tahun, dan rs = 6%
maka rRP = 12%.
9.30 MANA.JEMEN KEUANGAN e
Tabel 9.2.
Tingkat Bunga Deposito dalam Rupiah/dan US Dolar (per tahun)
di Beberapa bank, April 1994
Selain interest rate parity theory, juga dikenal purchasing power parity
theory (teori paritas daya beli). Teori ini menyatakan bahwa,
Ini berarti kurs US$1 akan sebesar Rp2.540,00 pada tahun depan.
Perhatikan bahwa rupiah menurun nilainya terhadap dolar, hampir sebesar
6%, yaitu selisih tingkat inflasi di Indonesia dengan di Amerika Serikat.
Masalah pelik dalam hal ini adalah penentuan tingkat risiko yang
relevan. Apakah akan dipergunakan beta Indonesia ataukah beta AS?
Kesulitan timbul karena mungkin saja suatu industri termasuk mempunyai
beta tinggi di Indonesia, tetapi tidak terlalu tinggi di AS (misalnya industri
otomotif).
Sebenamya secara teoretis apabila tidak ada hambatan untuk melakukan
investasi, perdagangan, dan arus modal antamegara maka kita dapat
memandang dunia ini sebagai suatu negara tanpa batas (borderless world).
e EKMA421 3/MODUL 9 9.33
<
-- - - -.._.,;:
..
,_,-#'
-
'(
.
- - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
RANG KUMA
TES FORMATIF 3- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
3) Masih dari soal nomor 2), berapakah kurs forward dolar apabila saat ini
$1=Rp2.400 (angka yang paling mendekati)?
A. Rp2.556,00.
B. Rp2.550,00.
C. Rp2.549 ,00.
D. Rp2.500,00.
4) Masih dari soal nomor 2), berapa tingkat bunga deposito rupiah
minimum harus ditawarkan untuk menghindari pengalihan deposito,
apabila bunga deposito rupiah dikenakan pajak 15% (angka yang paling
mendekati)?
A. 14,00%.
B. 13,65%.
C. 12,75%.
D. 12,05%.
Daftar Pustaka
Haley and Schall. (1979). The Theory of Financial Decisions. Mac Graw
Hill.
Modigliani, F., and Miller, M.H. (1958). "The Cost of Capital, Corporation
Finance and the Theory of Investment". American Economic Review.
June.
e EKMA421 3/MODUL 9 9.41
Ross, S., and Westerfield, R.W. (1988). Corporate Finance. Times Mirror/
Mosby College Publishing.
Lampi ran
Tabel A-1
·1 0.9~(l 0:980 Q.,971 0.96.2 0..952 0.94'3 .Q.93! 0.926 G.9t7 O.QQ9
2 (}!980 0.951
- -·- - 0.943- 0.~ 0.907·
-. - OJJS.O
. :0+873 ·o.asr 0.842
. 0:826 • •
o:m
~
3. tl:971 •
0,,151
4 0.961 0,924 o.aee
. ·Q..A"C'I:
. ~ . Q .82~ o. rsl 0.768 Gr735 0~708'
•
0.683
.
1
5 0.951
A ' o
0.906 :0:.883 0~2 0..784· 0.747 .flf13-. O.At' 0..650 0;621
8
•
O.lt2' t. .8..88 ~.837 0. 790. o~·7~e -01705 Of688
.-
·0~§30 Q_.$!8 o.s&4
·- _...,
·o.388
- -o.aco.
0.2~ Ct263
15 u.... 1 0.7~ ~0*6,42 0.$55 :0.48!' Q.A17 o:362 o.ats. ll215 0~~39
f& ll8aB· 0.7CC) ·o.sa/ 0.494 0.416 o~aso .OJ96 0.250. 0.21'~· 0.180
•
19 0.828' 0.686 .6570 (l~75. 0.39& 0.33t iQ.217 0~232 Q.194· ,o: t64
20. 0.820, 0.613 ~0:'554 0.456 0·.377 Q.3·1'2 0:258 0.215 .o.rra G:1A9
21 0.&11 o:660 . u.#~ 0.294 ,0.242 . 0.199
h ,1!1ilt.
-o.439 Q.3S9 QttU-
~
•( 0.135
.22' -asoa· 0,00 :G~522 0422 0.342· 0.278 :o.-22$ o..1BA 0.1!0 tl123
2S 0.195- 0.634 .n:507
-- 0.- 406. 0.~328
. - 0.262 f).211 0:110 .
0~ 138 :0, t f2,
. •
SA 0.18& 0"622 0.492 0.39.0 0._ 910 0.241 ·0.1.97 0.158 0.1'26 0~102
t;S 0. ""80
..
'·. 0.610 ~0.478 0~~7~ 0.295'.1 Q.~33 ().1 &4 0.lA6
~~f : ... . . ~
oJ
•
·1t6· '0.D92
26 a. rn. 0.598 :o.-4&4 ~:.361:
0.220 ~1..1:7i
0281 1
'
0.:135 O.lQ6 .~()8.1
a~oga. 0:016.
•-o~4·50
'tl 0\7;64 0.• '0,347 Cll.-2&8• ft207 '0.161
• •
0.125.
..
!~ ·o. 751 D.5T4 :0;,{37 0.~ 015:5 OJ96~ e:1so Ov1 16 Q.090 :0.06J
29 0,_149 0.563 'O.A2-4: '0-.3'21; OA2~~ "0.:185• 0..141 "0.101
•
O.Q82 Ol»63'
.
30 .0.742
·- .
0.552 ·O.A-12· 0.308 0.231
• . 0.174 0~ 131.
•
0~09'9
•
O.D-15 0.057'
•
e EKMA421 3/MODUL 9 9.43
.
~ 0:9611 0.893' o:S ~ o~e5$ a~a4·1 C.~Q: 0 ,~
• .
2 O~Stl {)}97 0.783
- ~.769 o~?ts '0.7~3 0;7-.3) OJlB .
0.'106.. .... _. ~694
l - -· ·o.sss
OJ.~1. Qt?-12. 0.699. 0.675 ---· ·a.&et o~~~ G.~9 ,QS93 o·!.5J9.
.-- -
0.~62:
•
..
. 1, ·o~3·1·7 0.2S t.. (t2;37 Q12l5
• 1\ •
o.t.95- o~1.1e a~ 1&2 tt1Ae· O.J35·
'
17 . . 0~ nan 0; 061
~.
_ 0£060. 01)52, 0.045-
• J
•
~
18 OJ53
-- 011·30 ()Jtl '(-tQ95
-. ~ . . 0~009 o;ost o{os1
- - OJJ&t
•
o.ou. o,osa
• •• •
tto:n
• L • - •
21· 0.1l2 10,Qt3 ·0~011 0.06& 0.053 0.044 (tOO~ .Q.,Q31 c04026 ' . tt022'
.
~2 OJ;tf1 0..083 o~osa ~QJ)S& CJ.o4i D.Ol8 0~032 6~02.6 :0.022 0.018',
• .
llfiJ Orf1~ 0;D6t} O:.Q49.; 0~0410 ' o:b33. ·a~:-027 ·eJJ2i ;Q.~018
'
:23 0:9l~
:24~ 0.082 OJJ66 o:ooo ·o.04.3. Q.Qa$- e.02&. a~02a· 0:01.-t 0.0:15 0.013~
O.li.14 0.059 0,1}41. QJ)3S OJJSO 01rCJ2• Oi~2G ~01!&. 0114
"
25 0.010{
a&- 0.066 '0,;053 ~012 0.033' tl.026 0.02·1 O.Ol7' O~O:t.-4 o:m1 OJlQ9~
'
o.cos
• - ;II •• ~
" I
2ft .- . 0:042
(t05' .- Ot-03l-- 0~026
- - 0.000
-
o~o1s
- -. .. . - o.oto·
0~012 . . . - •0~006·
._ .. .
--·
29; !i.O.B' 0'J)37• I
Q;Q29 ;o~oza t} 0~17 •
O.G·l~ . '
3(), ·QJ)~ O~Oa3: 0~02.0 ,Q~<120 0.0Jl5 0,012: cr•.009 ORJJ1 '0~005 0.004'
4o· ·o.o1 s· o·.en 0:008 ~o.011S oJ~M· o,ooe~ 0~002. &JJ0·1 \a~QQJ o.cxu
50 :oJilS OJXi3: 0.:00! 0.001 .Ct001 OJXl1 Ot~otl) .0;000 ·o.~. 0.000,
9.44 MANA..JEMEN KEUANGAN e
.11' OJ~ It f12 OJ~3 ~0$4 .0.086 :o.m. cton ~-006 e.0$1 :e.•
:12. 0~102 0~092·
. o~~083 Q.~i6
. .. ~ ... 0~069
-. 0.002·
... f
o1ost o~1l&2
- ..
0~04·7 o~04a
1$ o~os4
.- . o:075 .tt068 o~ott~ .•o. oss: n.ow ,o.:04s o.Jt40 :a:.G37 ·omG
~·· Ot059 0.062 0!055 0.049 0.04~ 0~039~· e. ~s 0~2 u.028 o;~gzs
•
0.~57 l)i(f51 O.o45• O~OAO 0.'035' ;o.oa1 o.OM oms c.B2:2· e.mo
•
15 ' •
~1' ' .
- '.... o~~.026 ~.02S'
. 0,~ 1 ·OieJ7 · ~t· s ·ar.~13 '0,01·!
. -' ~-
:
18 10i032 0.02&·. 0~021 O~ot1 0.01'8
-- ..
0,0.1'6
'
:0~01' Oll12 0.010· OJ»J
Ot0l'1 0.~1· O~Ot2 io:o1r o.ooi . o.OOI' .o.oo?
"
2():
•
0.022 O.OlS· .ll.n18 o~ot• '0.012· O,D.~O~ ·oJJO& 0.007 OwOOO :0.~00$
21 ·o:o~a
.' O.;.Ott 0~1~ Ot011 0{109: o.ooa· .o.,oo7 ·• •
o.oos ~~~
~ o.ots o·~~·a o,o, 11 ;O,• :0.007 o.006.
•
·o~oo5
•
2'4·
-
:o~o·10 ·0,007 . .... .~
25 ..0~~:
W-;1.: o.oo.~ ·Q.oQ6· o;~ O,t)()4 (t003-
- ~~-0- 03
.. .'*>~002
. 0.002 .0 001
. ""'
26 ;(t007 o~ooe (laos~ -b ~®4: .OJJ03· 0~002 ~:• ·Q~002. .. 0:001. ·o.oo.t
'
f!, •
s·o D.003' o~tm o.oo2· ·0.•110"2· b.001 0':_001 tl!X)t 11~00. 1 •1).000 ~ 000
e EKMA421 3/MODUL 9 9.45
31 o/o
•
32 o/o· 33 ~/o. 34 %
. .' 35'o/o :a6 o/o-
1.5. DJU7 O.Gtl 'O.Ot.4 O..Ot2· 8i0l1 UtO 0.081· 0.008 0.007 6~001
... - 0 -- lo H N - ••••' O ._..
0
• 0 - •.
24 .a:oo2 ·0:001
•
0.00, I Z
BCJ1 &OQt tJ)CJ1 0,.000 o~-ooo- •
ltooo
2·5 IJXU O.OOl 0Jl01 (UlOl
•
1 I.QOD t.aoo· 0. 000 :o~ooo o.ooo •
.
.8 0,~12·1
.
0.122 ·0.1.! 11
·
Q .j 1:
2 · 0- J08' 0:-103 0;099 0.09. 5 ' : O~Q91 0088
.
l P.09Q 0.086 ·Qi~· o01.s o~.074 0.0~1· ·Oi061 0.064· -
''O.fJ6l o. OS9
8 0.064 ·01060 .0.057 a~ .
• '
o.os1
o:!04a .~aJ)4e 0.043. . fl.P41 ·0 ~03$
9 ll.0-45- o.CM3. o.~o: 0- .03& - o:o3s
. - a:.Q3a
- -
o--~03~- 0.029'
- --·-
0.0~6:
-- _...,
o.ooe -~
t.o •
0~032~ ;0:030 ~Q~028 0.026 Ma4 0.023
'
,Q~'021 0.020 ~ o~ott rtJ>f7
•
la\ 0~3• 0~02°1 ~).020
. . - . .18' ·o~01·7
0.0· O~Ot6
. . .o~Ot~· 0.013
. - (tOr~.
•
'Q..0~12-
12 o~o16
- . 01015 .O.tY14 u.o~~3. o~~n2· .0:~01it ll010 0.009' '0.008
- . -
o.ooel
, J • • •
,,~ 0;()08 0.001' 0;007' 0;006 0:.006 c.oos 01005· Q.()()(: ()J)()j o:OOJ
15 0.0061 0,005 0.005 0.004· ·0.004· O~.OOB· .01·003 ·oJK)3. 0.003 0002
t6 0.004 culo.t ·o.:®J O:C03: o.ooa · (t002 . o~oo2
. ~ o
- .002 oJ-02 ~0.0.02
tl · 0=003 0.~003 OJ~2 0.002 0~002 .0~001 .0:001 0.00.•1· 0~00\: 0.001'
•
118 0J)J2 0~002 0..002' D.OCU 0.:001 OJKll 0~001 ,QJX)~1 : 0.001: 0.0Q1
,, Ot001 o:oo1 o.oc)l· o~oo1 a:oo1 o:oot o1t~lt .o.£Xl1 o.oo;· .(JDfJO
20 (10().1 .0:001. tU):)t Q001 0.001 o~oo-1 0!000 O.OCl(Jl. 0,000 G~
2·1 .()'.001 OJJ01· .O.GtHi O'JlOO Oli!Rl 0~000 O~fXXY .Q.ooo· O'J)OO VOOQ
22 0·.001 o.~ o.GOO: o,O(X). o~ooo o~ooo o~ooo .o~oon: o~ooo ·Q.QOo
23
•
· o~o.oo o.ooo; o.ooo. o~ooo o:·oao ttooo o.e«r. OJJoo. o:ooc
. o ~ooc,.
:24... .o..clOO
- -
·olXlo. o.tco~ -a,ooo orOOO o.£® o·noo OJ:oo; o.O®· oooo
25 0:000.
--
...._,
~--
.._
Q.OJO • Q,QfXl' 0-c<Xl
--.. __ .O.'.OOb-
.. O·.OflO 0.000'
·-· _,____ .. , 0:000 6.QOO
.; ~··
26 0~000 o:O ' o.ooo· o.oOO: o~ooo o.~® ·0,000 .0.000 0:000 ~O.()QQ
27 0.000 ~o.ooa ~o.ooo·. 1>.000 ·o:ooo. OJ)(K) O~OCQ o.ooo~ ojl'.XJ· .o.oot
-
28'
•
o~ooo o.oco o.eoo· e~o:» a~ooo o~ooo O;oorJ. o~ooo o. ooo 10.~
29 O,OOQ .o!_wo fl~. t~QOO o.ooo o:. ooo 0~000 0J)00 0~000 ~g.Q®
.~ 0.000
. ~
o.CtlO o.ooo o.ooo· o~coo o:ooo
• • • • •
,·(LOOQ
. 0_(110· O~t(tO, :Q:OQO
40 ~.ooo ~
·n.ooo· o.ooo·. ..
.o~ooo-
•
o.ooo :o:ooo o,ooo o.·ooo o.ooo '0-'100Ill ..
.o·.:ooo o.ooo o.o.oo o~ooo· o-tx» o~ooo o~ooo ~o~ooo o.ooo :o.ooo
e EKMA421 3/MODUL 9 9.47
Tabel A-2
-Reriode
. .
4% 5. ~A',g
•
6· 5.795 S.601i 5~41.7 5.242 5.016 ·4~911 (;7$7 4.623 4.486' 4JS5 •
13 12;134 1\~. ·tEMi35 9:~ .9.3·94 ~~.~~ D~il 7..904 7.487 7Jlla:
14 t3.004 12.106 1t.t29.S 10.~ .g_ggg 9~$5 B.74S .6.2~·4 7.786 7~367'
.15 13~165 1'!.84t; 11:.938 11 ~118 10-~ 9..'7.-12 9.168. 8~5.S9 8.06l 't 6o6. "'
4Q. ~2.835 27.355. 23.1~~6 1·9.198 11.t59 15,tM& ·3-~ '1t925= 10:151 :9..779'
50 39.,196 3:1._42A: 25~7~ ~Jt.qe 'J&ZSS ,.5~762 13JJD1 12~239 ,_O:J62. 9.-915
9.48 MANA..JEMEN KEUANGAN e
~-------------------------------------------.
Pertode 11 °/o i 2' o/.cr '13 o/o 14· ~·% 15 o/o 16 o/.o 17 .b·Yo. 1.8..9~.o 19 o/o 20 ~o
o_ an
.
1 0.901 o.893· .o.~s..
.0.-8. 70 fl862 O.ISS 0.847 .e~84u tl.B33
;2 1.113· 1.690 t.668 1.6417· 1,626' t .605 . . . t5&6 i~s47. ' '1'.528
·3 2~44-f 2.• ~, a• •
3¥696' 3.60& 3.517 ,3.43a ;3~2 3.27~ !tlQQ " 3.127 ·3· .~ca . :f M\. _v~
•
•
. .~
J.. .
.._"' ' --..~ '
·'*9 5~4& 4:7"' ··~639 •..S7 A. 34t: •~m· 4l)q ~3:9$4· 3.83·1
SA1J s.a2a s.1~ .~~~~ ~~rn
~
1Q 5;889
... . s,.sso .s..a6·
. u~s
- '5.•019" 4.893 ~.659 4;~94 .4.399: ~ . 192
~-
•
\1.1 6207 s.:s.aa~ Sl87 ~·.453 ,•54234 s.ot9 4:.836 ~.556 4•¥ 4'.~1
.,, •
I
:s~•9.2 &.UU ~91·8 5.660!• ,s;t~2l. ·S.1:97 4.~$88.. 4.7t3 ~~611 ~·~39
' ' '
19 ·&:reo
. - - ·~~.2• 6.~22 S.$2: ;$.•583 S.342 5.1:t8. 4.-91'0 ..47· ' 1~5- 4533.
s.oot
"
"
•
.t . 6.981
.
·ttG~ ·6;302
-
1, 724 5.4,.&&. 5.22·9 '51Xl8 4;BQ~ ·~11
t.5 1..19,, ·&e,;1 ·6!..o2 ,s~ t4'2 ;5A&4J 5~5''' 5:~.. 4 5.()9.2. -4.876 ~· Y~75.
1.6 7,379
•
6.97• 6.604
. . ·6.215 5.95.4 5. ..668
-.-
5~400 5.
.
t62
- -
'4:9t&S
-
. .
I ' .]Jti
..
1'7 7MI· 7~.120 6:129 6~3V3 ·a047
-~.,
2l 8.015. 1;562 7JD2 &.~·l ·6.312 s~91a ·i. s.384 5Jt7. ~..~~l
•
22 •
l .f76 1-:645 .1.11Q
. - . 6:743 .&.359 6.0t1 5~696· S,A,tD
·- ~5~ t-4"9 4.!09·
33 8.266 7:.718! 1.a30 ~.79~,
6.lJ99 6.04~ ·s.r~ &,43~ ~.167 4·.P~
'
2-4 8~31:8 l 7M 1~~3 &.836, 6;434 6.013 :5~146. 5..451 SJ82 .' ~t937
. '
125· 8A!! t843'
. . 1i390 ti.&13~ 6.4$4 $,091 .$.161' 5.467 54'116 4:9~,
~
"'
8,951 8.244 7.634 7.105 8.64~ 5:.2-33 5;871 ' 5. ~8 S;·l-SB 4-991 •
e EKMA421 3 / MODUL 9 9.49
------------------------------------------------~ ·
Periode
-
1: 0.$26 o.,620 o:&t3 · ot&:~· ,o~aoo o~n• 0.11.5 0.~6-9
. ~
I
2 1..5(19
- .. t.492 1 .~14 ' i _i57. t4AtJ
- ~~42t .'1.-.407
. - 1.~91 1.371. ·f.3S1
·1:34:2 ,~ ~:, a:
•
5 2.926
- - . '2~ 1l~803 2t'l45· ~.'689
- -- - ... .._ • 4
2j....8
~
~: 1!1.1\i
.- .~
.. - 2.532
. - 2.483 :a.~e
~
5 3.2A5.
- .
3-.... 161
. 3.
- -
@2- .3~020- l--:95l
. - - ~
2·,885- 2i821
~- --
2.1.51
. •• •
2-.700
. aM3 '
7 :3.508 ·a.... t& -3.•.3.21 !.241 -3:111 3!~83 3~009 2.'9S1 Z~&S8 2.602'
8 3._12~6 ;_3.6.19 :~;518 $,4i1 1:329 3~!4't 6
~~- .156- 3~nrs ~;99J. :2- .925
-
~ 3.905
-- .-
~;786
. . J .:69'3 .3:556' 8.463 . .... _ ·- •1 . . . .
3~6
. --
3.273 3.-
- .1·-
84 ._ -
3.100 3.0'
- .
1 9
ro· 4;054 3923 .3.'19.1 '3. ('612 . . 3.5.:'1'
!t ,.1
~
.._ • :....: ~ •' ..._ ~j~S
,. ,~4
~...\J!t 326.9 3A178 '3.'09:2
•
8.286 3.190•
13 4.362 4,.203
- -
'4.0S3 3~912
'
3:18f)
. -
a656 3A18 . 3.j·v ' •
3.322 '3.223
)4 ~.A.32 4:25 ••
~.J08' 1.962 .3.824 3:.695, 3:.573. s~~59 3~851~ 3JA-9
·1.5 4.439
.. ~~t5 .4~·1$3 '4.0Q_ 1 3A59. 3.126 3,601 3.483 1373
- - '
3.268
• .
16~ 4.$36· 4.357:- ~ . 1'89'• ~-'039 3.881
"'
3~1Sf 3~623
• ... ~ •
3.sda a~a90 3.283
1•• 4·,~76 4.391' ~t2l9 4t.05"9· a~91·n 3.77.1 :tM·o 1
3~S16 $._403 3.2·95
'
'1.& ~60S ~v4l9 4.2t3' ·4.080 3.9!8- .
l l78S· 3.&54 3~529 3.~13 ·S.loJ
~. ~6l5· t~091 '3.942 3~7:99· a.664
'
'l 9' ·
4 '.442 ·4.2&9 3.539 3.421. 3~11
20
-
- -
4.. 6S7 .•f.460
'
. .to·· 3.9~
~~, ....m
- 3~~· 3.tm
'
(. ~
~~
•
3.427 ·3~316
3~448 ·.3.a33·
-. '
-- ""'
t )t" .~
9.50 MANA..JEMEN KEUANGAN e
Periode 31. 0/~ 32 o/.o ~3. % 34 o/o 35 % 36 °/o .37 ~/o 38 % 39 °i6 40. 0l<i
'
1 0:,7$3 r9.758·
.
o~752 ~0.146 0~741 0,725 0. 7tg. 0'.,'~" .•+·•~.·,,.,
·2
•
1"!?16 1.331 t.3t7 1 ~303 1.269 1.21~ \ .2~ 1,a&l .1..2$1 iii24
.__.
..~ <i
. '
• ••
3. 1,191 t~7~· l/1~ l-_. 719 t6.96 1.673 l.S52 ·1'! 630· 1,6()9 11589
- .
•~ ~..f3t) '2j)gl I.:Ge2 2~02t ~.997 1.966 1.935 1.:906 f.817 '&t9.
' 2~3'00
._ . .. ~.345 2~®2 uao 2,.~iO 2:181 2.143 2. to&, 2 fOO ·1, oss,
..
;.
..
t: 't.S8.8 • t~ 2~483 2.400 2.aas
'2,.294 ! .25·1 2:209 ~ f~~ 2~339
j• 2~?39
- . -- 2 en 2.562 t.sos
. 2.455
4
t .4Q4. e~s:1~s
2.355 ~·- ·2.2:63 '" •
;8 ~~~
. . ~
·to· 3~009· 2~30 .~.1,55 2~'114 :·2715 %.6.49 2.J81 2.527. 2_4~ 2_~41.:A
- -
t 1s2
~
,,_i
3J)40 ~2~965 1876 2;199. 2.727 ~2a 2.5!~ 2.~ 2 ,4~69 1
•
ls
~
3.1.70. 3.07~ .~.988 2.90$ ~~~s 2JS& ~.t61t 2.6fi t\546 2.484·
16 SJ83 .3.088 2.~$99 2.9l4' '2~
. - 1J.7'57
•
~-685.
- 2~6l& 2~J 2.489
l?
..
3)93 Sr097 4Jl07 2.921' ~2~$40 2.~~3· ·2s.QO z.u1: .2.555·
- . ~. 4:9
. ;2
.'~
1.8 3.201 3,lQ4~ ~;.Gl2 2;926 ·~tWA 2.~16t 2-6~ 2:..624. 2 ~551 l~P-
. .
rg ·3.20?
. . :3.109 3.0t1 2.930 ~~~a 2.170' ·2.696' 2:•.826 2.S59 2 ~'96
.3~21it ·s. 1u 3;02o .2. 933 e·:eso 2:772
•
.ZQ: •
·2.698 :aw. 2 561 2 4~97
.
a.&aa
•
·~, 4,2:'15 a~ 116 2~935: ·2.B·52
"
'2.699 2.52-9: 2.562 2 498
2~m• • •
22 ~3·~·1·7· 3.-118 3~025 t-f-36 2J'S3 tnf.· ~~.7fA1 2·,629 2l552 '2.~8·'
•
23 3:.1~1'9. 3;l20 Q;026 2;988 :2.854 .2.t/5.' 2...1()1 2i.$30 2.SOJ 2.4'99
• •
.
..3:22:
. .- 1-~. 3.121 3.,027 2~939, 21855· ·2~ns· 2.701 2.&30
' '
~~ 2.563 2,4·99
25
. 3:222.: 3.122 $..02·8 •~~9~9 ~~~ 2.171 2.702 2~Bl1 •
2.56.3 2499
-
26 '3t223; 3.:t:2~ a.Q!-s t .94o 2.ess 2~717- 2.102 2.63t 2~564 esoo.:
~
!8 3,224 3.124' 3~02'9 2,940 2~157 2.m ~.10Z 2~631 a564 "
29 3.22S ~.1~4 ~~030 2. 94·t .2~.851 2~m 2~7Q2 2!531 .~ .584
•
·so
•
3.225 3J~~ ,3JO)O ~.94.t Z~SS1 2,ns ,2~ 102 2~ 63·1 2.~
•
.~o· 3.221 3.12S ·3iQ40 2.941 ,2\6.57 ~.J7$ ~2~703 -~~~ t-~64 2soo
:50 -~.226 3.125 3}09.0 2~941 2f8&7 2~"8 'Z:700. 2.632: 2.564 2 500
e EKMA421 3 / MODUL 9 9.51
. bJ •
.4.1 '10 43 o/o. 44 ~/0: 45 9fri 46 o/.o 47 o/o 4.8' % .49, o/.o
0~109
.. At
6Jo4
-
(ti!M
U<:T~ ~~
0.680
-Ci~~
. o690 tJ:flas
-~ . ' "
0.671 0..6&7
1212 ·1.200 t.JS8 (.277 l.16S. t1t5:4 tJ43 ~.122
'
t ..r1 r- .
7 • • • •
:&I 2.2Sa
. --
e. tat
-
2.~93 !~ ~ 2.109
-
~J)69 2·.0.00 t993'
... - . l.iS'T t922 •
'13 ~11l 1.356 2.3G3 2.~33 2,204 2.158 ·2.113 2.01f 2-.039 1t990
1~ "2·.4l9- ~-~ t~3to U5:i 2_
~~~,
.2,.0 2.1·63 ~~~J11 -~~91$ 2.03:1
- . 1S9l
t~25 -~3.1.9 2,915 ~-2.~· klf~ a.t:.ee ·e-1a·1 ttr7e•
--
15 ·'
2,036
. " \.995
•
1.6: 2.~
"
~~372.
"
!:.3.18 ~~66 22Hj 2.161 2..123 1.997
J1. 2.43! a:31S 2~9 2.2.68 U18 t.'l·O ZJ26 t998
...... --- -
• "
~. -2-438 ~.380·
••
·t3ei 22n ·2. m
• ~ ~
"
~ ·a,.438 2.MO 2:32S ~272 ~ 2~222 .2~114 2_. 127 -2~083 2~941 2iOOO:
24 2~4·31 ~.~ ~>~s ~!1.2
'
! .222 2:17·
4 !. t27•
'
2~0&-3 2 t.\A~
!>~ 2~000
- -
• '
'2.38·1 zj2;s 2.212 212'2 tJ7.t tJ28 2r083 2.04J 2'.'0··:· 30 '
.25· 2. ~439
.
20 2.~39 2.~1 "2.'32& 227~ 2222 '2.17. 2~128 2.083 2. o•n ~~ooo
zz· 2:.41'39 2~38~• 2.a2s
!.t73 t.%2~
• . . ·2,174
...
1.121 -2~083 •
...
2.Q4j t:(K)O
· as 2~1
'
30 2:439 2~0(1 2~
..
~o -2~e.a t38:1 2.32' !.213- 2222 JJ74 2.1'28 ~oas 2JM·' '2·.QGO
.50 2.439 2.381 2J28 "1273 ·2~2!2 2.174 2-.1·2& 2.083 2JJ4l 2:~
.
9.52 MANA..JEMEN KEUANGAN e
Tabel A-3
Compound Interest
l',O
-.. t&O :~ . ..G·2. 00
. - 1,0250•
1.&3.00 l .-0.350
- .
1.. 0400
.
:1.Q450. 1~.osoo
·. ·-- . .., _ .. ~
1 .0506 1'.06o9
~
.l ;0.3'.0 2 l .0404
-
1,}61 12: 1.0816 1.0920· J . lO~
1.04S7 l-0611 1 .•0769 1·.0921- .
1.. 108'1· 1..1249 •·1•.1.4 t2 •'L 1S76
t ,.Q6,A l =~-~4 .l -.l038-' 1.1255
~ .. 1.1A1$'
~..- l.l699
- -- L 1·9 25 l .. 2.1S!
l .i0{t73 ~ ~ l 041 1
l.l.ll4 1 ~159.3 ·l .; 1877: 1.2167 } .2.462 1..2'763
6 l .OJOt: l .06·l S 1 ~o934 l. . 1262 1.1&97. i.l:94-l. l :2293 1.26.59· 1..302a· 1 ~340:l
I
•
7: 1 03S5- L072l l:t'098 ~- ~48'? l.1sS1 -..!1?J ~.2723· ' .3,159 ·~ ~$09 '1 .4<911
. .
s. • .0407 : ..asat t . !26:S - ~ . 't1i 7 ,ol • ?1J 'I:JI• .~ .266S ~........ 3· 1LO ·"f.• .•~u;
')~OL 1.4'221 1.4-7"15
lii..a~ ·~ '"- UQ
•'
9 l-.G459. ! ;Q93V 1.1434 • .
i . 1~51 .1~ 2489. 1.3048 L3629 ~ .4233. 1 4861 t.e51.S
. 10 1.051l . 1.104'6 1-.160S l .-2190 1.2S(ll l .3439 l.4l06 1.4802 l ..55JO. l .6'289
11~ . ,.~M
... "'~ 1.. 11't~ 1.2-434 l-3~21 1..~2 1.4600 l *.5395 1..6229 l .710$
·~ "., ·
~ -.o~-·,
v~ · - ~%6 ~ - 26S~ L3449·
.
· ,a~
1 .4.258
-
·l·.Sf U ;t,6010 ·; .6959 '1 ..,959
oov '~ . :.LAo
1 .4~ee:.
~
~c::. ~
.1,.41fAH1l
!,3. 1.0670 l ~i 136 : .2 9.36 l _-·J7 ~ ~
..1 ...
" , o-"'3
~. .J ... 1.1'495, LZ.llS ..l.3 !9-.S :1:.4130; 1.5)2-6 1t61S7 t7317
15 '1.0.77i •..&. • .' 61r:'i
v j .a$2. l ;S4$~ L4'4Sif - .& . I--
.SW
.
--
h 67·&3· 1,;8009 ...
.,. o-''" ~ . QS3J ~ .-2726 ~.2690 1-...3'7:28 1.4845 1.60.47:-' 1.7346- .1.8730 ~.0274 -2 ..1$29
. ,..
·•
"
.l::OS.
I S 5 .I
•.•~&;3
J . '• .
•
.. ....
~sao
. . t :4002 1.,5tl6 1.65-'2&.. 1 ~1941 l ~ M.79 "i.ll34 2 •.~920·
•
lS ·: .ooa9 1. ~961 7:3fl13- ! :4·28Z 1. .r:.i:.n:'t
~:;,- ,.
~- it'QJISA
a.<L'i .., • ~• • s~.,e,
~ "~·
2·- .-,,uu;g"
)I •I"''.LL2 #~~0
t"'~~f! . ? '?AC~
.. ... . ~
•
, ..
I -
i ~ l750
33 ;.,. !,7 89• 1~" ' 2 2589 : 2 . 6'~%3 3.1119 3.6484 · 4..tW 1 .0012
....)oot, ;..!·~8 i ._4e~ 2 ,31&3 %.7319' 3 ..zzo9 · 3 .79.4J · 4 .;~ s.~s
. lS 'i# >"90""
• •· I '.. .;·,~166 -Z.3732 2.8.13-9 1.3~ ~~9461 . 4 .66:13 :6.~1.&1
.
·~
.,:;> w 'l .l9'6i·
t -
3'i-
- ""637
·~- 1..4451
~ a.~
38 t~-20 ·. f 1..4:59.$
39 • 1 .~1':' \. ..A -t"t•·•.. ~
40 l .220S 1~9· .. .
4; L226§. :.OG36 £~8'41~ ~.75e ·.3-..ss~· 4..o97s ·4 :9931 6,o1&1 7.a9zo±.zsa .
~5: 1 ~2392 t~O · l.S969 2~.3432 Z~S91S '3.564:5: -4..3~97·· $:~S .6:6314' 8.111-! 7
.:.;. :l.2J; ~-
•
1.5493 l~92S3 z.~3oo~ 2-.9638 '3 ..6·'r161 4..~33: s ..6~l65 6.~936J s .s572
45 ~!.2516
~
1.56.46 1:95o4:
- 2·..4379
~ -
s.ta-79. ~3 ..7816.
... . s._,.sso4.. 7·a.z 4 a~84'l2 7.2482
~.
2.o 133 z ..s.i63 ·3. 19!1 ,4.0il9 s .:oa'13 6.31.7\\ 7,.91~ ? 9060
:- ~35 2 .':.871 3.27 15 ·4 .-l~ - S'.2l36 6;.,05'-:~!li k& lG.4Dl·
2 .0741 t . ({lSS 3.3533 4 .2S62 ~.3961 6.&133' "$.J43":' 10.92"1
1
- - . - . it ... •. .!1'6-
2.. 10SZ ~.c.i~lo 3.437i 4.3839 !;.~9 7_106-7 9 0321? 4 , . ..... •
e EKMA421 3 / MODUL 9 9.53
Tabel A-3
Compound Interest
-
6'.~«1) 1.0<11 s .s.~. ·9. a"·
- ..
. - 1~0800 1.0850 1.0900
'1 l ~OSSO 1,0600. 1.0650 1.0106' 1.076() ~ ..0950 l..JOOO
--
2 1,.1)30
•
1.1236 1.1342 L1449 1.1556 -l-. lt~64 l.l77Z 1.1881 l.l~l 1.2100,
3 1-l742 1.1910 1.2079 1.22.50 l .Z423 1.'259? 1~2773 1.2950 1.3129 1.3310'
• '
4 1.2388 1 .26~ J.286S 1.3108 L335S 1.3605 l-3859• 1.4116 1.4371 1 ..4641
5 1.3070 1.3382 1.3701 1.4026 1.4356 1.46.93 1._5037 1.5386 L5742 1.6105
6 1.3788 1AlB5. L4S.91 1.5001 1.5433 l.~ 1.6315 1.6771 1.72a8 1.7716
7 t.4547 1.5036 1.5540 1.60~ l.659Q 1.7l38 1.7-7Dl 1.8280 1.8876 1.9487
8 1.3347 L5938 1.6550 1.7182 1.7835 1.8509 1.9206 1.9926 '2. 0669 2 .1436
9 1.619:1 1.689,5 :1.7626 1.8385 1.9172 L9?9Q 2-0839 2.1719 .2.2632 2.357.9.
10 L70Sl 1:7908 .1.87.71 L9672 2.0610 2.lS89 2.2610 2 .3674 2.4782 2.5937
11 1.·8021' 1.89& 1.9992 2 .1049 2 ~21!>6
2.3316 Z.4S32 2 ,5804• 2.7137 2.SS31
12 l ,~ol2 2.o1n ,2 ,1291 ·2;2522 2.3818 2.5~$2 2.6'6'17 •
2.8~27 2.9715• 3 .. ~ 384
• •
13 2.0058 2.1329 2.267'5 2.4098 2.5604 2.7ol96 2.8879 3.0658 3.2!;37 3 .4523
l4 ~, t l'6l 2~.2609 2.4149
.. !2,57.85 2.7S24 2.~372 ~tll34 3..3417 '3.S629. 3.7'9·75·
1~ 2.2325
. - . 2.3966
.- .. 2.$718 2.7590 .2.~ 3.1722 a-..
3.997 3.64ZS ~ ,90l3 4 .1172
16 2.35~3 2 ~5404 ~. 1390 2.9522 .3 .1808 3·. 4259 3' .6887 3 .9703 4 .2119 4L~9S'O'
17 2.4848' 2.&928 2 .9170 3.1588 3 .4194 3.1000 4.0023 4.3276 4.67i6 S.OS4$
18 t .6'215' 2-.8543 3.1061 3~799 3.6758 3.99QO 4.342.5 4.7171 S.l222 S.SS99
19 2 .;76~ 3.0256 3.3086 3.6165 3.951'5 4.31$7 4. illo 5 .1417 5.6088 6 .1159
20 2.917-g 3.2071 3~S236 3.8697 4 .2479 4_6610 • s :1120 5.6044 6.1416 6 .7Z75~
•
2'1 3.0782- 3 .3996 3. 15~1 4.1406 4.5664 -5.0338' i.-5466 6.1088 6.72.51 7.4002
Z2 3.l47-5 3.6GJ5 3.9966. 4.4304 4,Sll8l.> ~.4365 6.0180 6.6S86 7.3639 8.1403
23 3.426~ 3.SJ97 .4 .25.64 4..7405 5.2771 5~&715. 6-.5296 72579 8.063.5 8.9543
24 3.6146 4.0489 4.5331 5 .0724 S .6729 6.3412 •
7.0846 7.911: 8.8296 9.8497
2S 3 ..8134 4.2919 4.8277 5.427~ 6.cm3 6..8485 7 ..6868 8.6231 9 .66$4 10.835
26 4 .023: 4.-5494 S.141S 5 .8074 6.5557 7...3964. •8.3401 9.3992 10,S8i ~
11.918
27 4.2~~ 4.8223 S,4tS7 6,2139 7. ,0 4·74 1..9881 9. ~~. 10~!4$ 11.!93 13. 11 o~
28 4:.. 4 718 ~.1.117. .s.8J1~ o.648s 1 ..s1s9 s.. o~l 9 ~8182
•
!1.167· 12.694 14.421
29 4~~2:4-1 s:4l84 6 .2107 7.1143 a-..144.;. 9 ,31':3. 10;6&1 12.172 l3 .900 15.803
30 4 .t~O S~7<435 6.6144 7.6123· 8.7~SO l!t063 ll .~58 13.26S t·5 ..220 11.449
3l 5 .2581 .6.0&81 7.0443 8. 145 1 9 .4116 10~868 12.544 14.462 16.666 l9..1<j4
·32 6.54'93· 6.4534 7.5022 8.7153 10~ 117 ll.7'~ ,13 •.607 1!>.763 ra.2SO 21.! 14
33 ~. S'S-24
- . 6.8406 7.9898 ·9.3253 l·O.B76 1-2.676 14.763• 17.182 19.983 23.22S
11.692 13.690 16.018 18_728' .21 .~ 882 ~~.~s
34 -6. 1742 ·7 .2&10 8.$092 9.9781
35 6..5 llS 7.6861 9.0623 10.677 12.569 1¢.785 11.380 20.414 23.960 26.102
36 6.Si2l S.l4'13 9.6513 l l .424 l3.512 1S .~68 18.!.57 22.251 26~23' 30.-913
•
37 7.2S!ll 8 .6361 10.279 · 12.224 14.52.5 17 .Z46 Z0.460 24 .2&4 28.7 2'9 ~.004·
38 7_'6488 9.~ 1!.43 10.94? 13~079 15.614 18.6~ 22.199 26.43'7 3l.458 3i .404
39 8 .06_9S 9-.703S 11.658 13.995 16. 785· 2Q..t ~ 2~.086 ~ --816 34 .447 41.14S.
40 &.5ll3 'lG.286 12.416 14.974 ·18 044 2·1.725 20 .133 31.409· 37.719 ·4$.2&9
!
. • -
41 8.-- 9 Sl5 10~903 tJ.W 16~023 19.398- ZJ.-462 zs·.~ 34.236 41.3o.g 49.785-
- ...
~
46 1 t 1•39: 14.s&o· 18.1}11 22.473 27.848 34.474 ~2 :635 52.6-7.7 :6~L02Q !0.180 ~" ~ ~
47 12~384 15.466 19.294 24 :~6 ~.93:6 37..232 46 .259 Si .4l8 1~~19 , :-88:.1'7
• I
48U L06.; 16.394 20.549 • Z5.729 32.182 40.2.11 SB. 191 62.585 71 .96'1 97 .017
49 13 .;;84 1j .378 21.884 27 .-530 34.595 43.421 S4.457 68.2:8 85.36"7 106.72
50 1< .542 18 420 23.307 ~9 . 457 37.190 46.902 &9 .086 74.3$6 93.47i • 117 .39
9.54 MANA..JEMEN KEUANGAN e
TabelA-3
Compound Interest
• 1 l ~ lOSO l t lJOO LllSO 1...1~00 1~1'250 t~13Pl l-1350 1 ~1400 1 .1450 LlSOO·
. \
2 1.~10 1..2321 1~_.24.32 1.2S44 12656 1.2169 1.2882 1.2996 1.3110 LJ'Z!S
.3 ·1 .34 92 .1.367.6 ~ .3862 ~ ;.4 049 1.A23S 1_.. 4429 1'.462·1 l.4Sl5 l.SO'll 1.5209
4 1.4~ ·L5181 ·1-5455 }~135 1 .601~ \.6305 1..6595 - - . 1.68·9""0 1. 7188 1.7490
~ ~
5' 1.64:7 4 1.6851. 1~7234 1.7633 1:8020 1.84·2.4 1.883& 1S2s:4 L9680 1.01.14J
6' 1:&204 1.'8 104· 1.9215 1.97·3 5. 2.a&/, 2:.0820 2.'1378 2•.}950 .2 .2$34 2.3,13i
i 2.0·i l16 2..ll762 2.. 14.2 5 .2 ..21.07 2.ZSQ1 :2.3&~j 2..4264 2.5023 .2 ..581>1 2,.66CJO
8J 2:.22'28 ~.3045 2.3889 2.4160 2..5658 2.6584 2~7540 2.'852-6 ~- 9S42 3.Q590
9· 2 .4562 2.S58o· 2.·6636
•
~2. 7731 2.8865 '3-0040• 3,. itss :3,2519 3'.382"6· J.s·t?-9
10: 2~?'141 2 :8394. 2.:9699 3 '.:1058. 3:.2473 3.394.6 3:.5478 Jw7072 3.&131 ·4•.04.5(;
-
11 2~9'991 ~-~1518· 3,.311!5 ·:i'AI'JSs
. . 3 ..6S.l2 3.8359
. - 4.0267- 4~2262
..4-434:
.. . 7- ~ ~- ~
·lL6S24
12 ~!3)4Q 3..:4~85 3;692;1 l.sgoo 4-lD99 4..334..$ 4.5704 4~8179 •
5"07,1 / ~·.3503
~~ 3.6619 ~.~~ · 4 , 1 i69 4~ 4 •.;6236 .t.898Q 5~ 18?4 5:~4924 5.:8 140 6 ,,1 ·5 2!
14
•
4 ~0464 4.3i04 4 .:59(JA 4 ·881·
"'
1 ·i-.all6'
- - &..5348
.....
6iZ613 ·4. .6$1.0. s.ssn 7 ,01.57
15 4.4713 4.7846 5 .'1183 5-.-41:36 S.,t !l'l8 6~.2543 6..·6 825 7 .1~7·9 7 .6!22 ,8 ,1371·
•
lo, 4_94os ~-4109 o. 7069 .~ ·.l.3t)4 6.~
; .0673 7 .:5 846
8.13;t2
'
8~7275 9.3576
17 s "' 4.5 % s.$951 6..~63~ .qiol$ 660 7. -~Z 7 ;986.1 a.6P85·
9:2766 9. ~ ~~.?6-1
lS 6:.0;3~ ·6.5436 7~U~~ · "!~6~ 8 (33~9 :9 ,f.}24~ 9• / t701
l(l:-5'15 ull:A42 12.J7S
19.• ~.M6663 7.2633 t2.056 l3 ...l01
'7'.'9'10B 8 .-6128 9:3734 10.. ~97 lt.·0 90 14~2~2
·20· 7..3662
. SAJ623'
- 8.8206 9'. ~463 H):S.Qi·- ·11.523 1'2.~
'
13,7.43
. . lS-001 .
16.367 '
'·
.21 &. 1397 8.949'2· 9.8350 10·.804 11.W 13~021 14.286 15·6&11 17.1:76 .. 18.822 -
Z2' 8 .9944 9.....9336:
' - 10~966
- . 12 ....100'
. . 13.346
.. l4-i14
- l6.2·1S· 1 '2:.~ J. -19..666 2,.1 .64,S
2.3_. 9 .9388 11..026 -12 ..Z27 '13.5!2 1S·.Q;14 1'6.627 18·.40A 20~362' ~.516
1 '24..8;~H
24 10.9~82 .1·2.23.9 1'3~63.3 IS.179 l·6'. 89l 18~·~88 ~·.888 23~!'12 s~ '783 2s:.62.$
·25 12.1.-3 5 '13.585. lS. aOl l7J>00 19: - .003
. ,21.231
. 23_1Q! 26.46'2. 29.&21 32 ..919'
26 lj,4.l0 15.080 1~~ 949 19i04Q 21.3:78 ~~.991 26.~.~ 30.:167 33.802 :37".851
Z1 14.818
... - - 16..- 739.
- - 18·
- r89S-· :21
-
,325
....._
24~Q50
-. ' 27.109
.- 30.-5 4'1 34 ~39<), JS..70J 43.S3S
28 16,3/4 1S.590 Zl .072 23,.884 27.D56. 30._ 633 34.664 39~204. 4.4 ,3•15 50~066
'29 lS .€193 20 . 62~ 23.495 26 ~750 lot438 34.6lfi 39.:~~ " ·69;3· 50~74 i .Si 5~5
30 1.9. 993· .~-:89:2 ·26.;'1 97 29.96~ J;i; !.?.4 3 39.l~6 44.656 50..9SO SB.02S ·66.~12
·3~~ ~.09·2 5·.~10 29.209 33.5:&5 ·3 S.s24. 44.20·! so·.5~ ss ..os.s 66..,5:23 7€L~44
32 24.•~,Jl 2s.2U6 J2 .sBS l7 ..ss2 43;.339 49~94~ ~ .s·u 66.:2~$- 76_.!69 ·81~s~
33 26.97S 3i.308 36.314 42~092 48.?57 :56.440 6~ .2~93 75.:485 87 ..2:1 3 100.70
'34 %9.80, 34.752 ·40.4JJO 41.J43· 54.8.&;1 .6 3:777 '74,. 1'~ 86.~ 99.·859 l\S.SO
35 -33.9:37· .38.575 45,.'146 52.8t>o 6.1:708: 12·~009 84.lil 9'&.:1'00 .114.34. _lJ3 .,l,S
•
36 ~;395; 4~s1s sn_DS~ 59..1J6 ~6·9~.a1 a.t.4M' 95.467 1.1 t.sa .1,3Q.92 l_~.'is
.3 7 40.21'7 47..525 56.127 66.232 18.099 92:0~4 1Qt.3.$ 1Z7.49 ·~49 .90 ·1 76.1'2
'38 44.439 -5 2.766 62.581 14.1~80 87.$tH ~1.03.•99 ~.2t~C18 1145.34 11.; 1.~ 202.,!)4
39 49 .·..! 05- 58'.559-
. ·69·.778 83.081 9S:844 l'l1.Sl 139.58
.. ,165.69 1-96.52· 23~ .9-2
4D .54 .2'61. 65.001 n~.sa:r 93,.ost ~:11.20 132. ?8 158,.4 3 1ss.ss .2-2S.o,z .Z67 .86
41. "·5 9-.9.59
. 72.151. 86~"750 1G4.22t
. 1.25-.10
. 150:04 li9.82 215.33 is1.65 308.04
42 66.255 ea.oss· 96~ 1i:Z~ 1l6.12 140"14 169.5$ ~. 09 ·2~.47 ~6.0l 354.2S
:43 14~1i 88:_~7 ~Ipr_s~ 13(}.,-3 l?&_3a ..19~ .59 ~;3'L64 =279Jl4. . 33:7.?So; 4·dt~·39
~. :8Q.89.i· 98.6i6 120:~2$ _1.46.J l2 1'7$.12 216. .50 262~92 319.02 ,3$6. 76 4·68~50·
45. B9..J·9.3 102'. 53 1'~.08 163.99 2Q0..ls
•
244·.64 298..41 ~.68 ~-2 . 84 53S.'0'7•7
~ 9e.17.' ~2·I "~s-: ·149.50 t&3,67 '2Z&.4-3 2:16.M la8 ~7.Q 414.S9 507..05 6l9 •.SS~
3'1Z.J8 JM.42~ 41:.64
~0.57 7''12..51
- + .. • .. • ~
Tabel A-3
Compound Interest
X 15.5% 16_.0 % :1&.5% 17.0% 17.5 % 18.0 ·% 18·. 5% 1a.o ·% :f9.5o/.d 20.0 %
1 1.1500 l ..l600 ],. r65G· 1.) 700 1. 1.7~0 t . l ·BcX:f 1,1 HSO 1~ 1?00 ·l .l9.;,Q 1..2.000
2 LJ540' J.J4= Sb 1!~72 1.rl689 1 ..38:00 '1 ~39~4. 1.404~ i.~l6t 1·.4~ '1A4<Xl
3 1..5 408 t_.5(m l.$8}2 t.~Ot6 1.()222 1.64:l1 L6640 1.6852 1.7065- 1.7-~o·
4 1..7796 1,.8~()6 . i-.8421. 1..8739 L9<)61 1.9Jl{B L97lB 2.Q0fi3. 2 .0393 2.0736
S 2~0~· 2~1003 '2 ..J(61J, 2 ..~924' 2.2397 2 .2818 2.33'6 6 2.38()4 2-4369 '2·ec4883
. ... -·
~ a.J14r 2'.4364 2.socn 2:.s6S2 2-o3J6. 2.s·m 2 .7689 2.&198 2..9 12·1 2'.9860.
7 z. 7420 2:.8ZB2. 2.9.'126 3 .,0 0}2 _..3.09'22 J .lSSS l:2s·12 l .l793 3.4$>0· 3 .~z
~ 3·~ 1~7.1 3:.2784 .3.3932 3_.$ 116 3·.G333 3.7.589 a~ SSBi 4,0214· 4. 1586 4 . ms:
9 3-.6580 3t.8030 J.-9531 4~l·QS-4. 4 .2691 4.4.JS6 4.6075 4.78!>4 4.9a~b s~ 1s9s. - • • ~ II
"10 4 .2249 4All4 4..:6Q53 4,.8068 5 ..0t62 ·5-.23$ $JI5?9. 5.,6947 5.9385 6.1917
'! l 4·. 8798 ·5..1·1?3 t..3652 S.6240 5.8941 6 .1759 6.4700. 6.1767 7.096S 7 .4:301
1:2 & .6~3'6-2 ~.9360 6.2!>04. 6.5sox .6.92h6 1.28:16 ' "'6669. ·s.064z .8,4&>4 ·s .'91~1
13 6~ SQ98 •&.88S8. 7 •.2818 7 .6.9 87 ·8.1315 8 ..~994 9 .08Sa 9.5964 .10.134 10.899:
14 7·. 5lti8 1.9.81~ '8_,.48-3.1 9 .0075 ~.56:16 10.14:7 -10.766 11.420 12.110" '12-.139~
15 8'..6842 9.2655 ·9, ~ 10.53'9 ~ 1.23!. ·) 1.97:4 \~.158· 13.590 14 ~41•2 15.407 .
11J l-0 .030 ·l o.,;4a- if..5l4. i2~33Q Jj.~o~i 14.1-29 1S.11·a 16~ r12 17,.294 1H..4es&
17 u .&R&, ·t2.468 ll.ft13 14.42& lS.5l1 1~.67~ 17.91.~· 19.2.4.4 20..666 22 .-i :t '.6
)'8 l:f,jtH·. 14.463 1$.t,27 16.8"9 lM . 22G J9,673 211_.229 tsi.OCl 24 .6~ .26.623
29 15 ,-41M. lb,11.1 l·6 .2~ i9~ t•la 2_1 . 4~ ~~ 23.214 2J.l&6 27;·:i~2 zo.&l1 3.l .rwe,
20 l'? ,.,SO )·9.4'§J 2·1.200 23 1.06 25.J63 27.)93 29, 810. 32.129 J!J ,~·66 3i:A.~~~
21 20.617 22.~74. :24..7Cti. 27.0.M 29.566 32~324 as.azs 38.59.1 42J4·a 46.00fJ
'22 23..812 '26.186 28.?$ 31 .629, 34 .7.40 ~'l.860 45..'9 23 50..36·1
38, H12 ' '5 5..,206'
·2J 2J.5oJ 30.316; 3J..~ 37..006 40.~,t4·2o· 4~~008 4:9..6ll! ~.MlJ. ·oo.uH 66 .~·17 '
:t4 3.1.766 35.236 .a_, ~Q(JS •le3.2Af1 i7.963 .53.-100~ .18J 65;032 71.917 19.4')1
-25 36.690. 40.'674· 4~-SI4 sp.G$8· 66.357 .6~,~9 ·69 .6~ 77.~ ss.!J40 '9o .39e .
.26 42.3i77 47..414 53-024 -5 9.270 •66'.21'9 7..-3'Mt9 .82.542 92..092 ' l02~70 J 1:4.48.
v 48.'>~6 s·!l.ooo 61.7·7 3 69.345. 11.s08 s1.260 91.. s·13 too. ..s.-9 122. ?3 137 ..37
~ Eia.fl32 63,800 7t.:9 66 81.]34 9l..~4. 1.02.97 ll$.91 130 ..4 J 14'~ .'6.6 .164 .!4
·29 6S.295
• - • or
74-:00? S~t840 94.9i7 101.4~ J21_.50 .il7.3o ·1'55.19 -175.2.5 197-!U
30 15.415 ·ss;~o 97:6J4 tn *o6 12rh~2 l43.ai 162.·1~ 1& . ~ 209_,43- ~31.3f1
-31 8.7.105 99.5.86· U ·3 .79 1~~9:0 i4S_.ll l6?:Ui 192A37 219~ 7.6 . ~t27 ~84·.1)5
32 .l~Q0~6i 11~.52· 132.57· 152.04 ~74.17 .199,63 2Z8:.S:S 261 .5'2 ~.:·o7 341.82
33' J;l6.2tl 134..'00 154M 177.,,85 204.16 :235.36 270..~ 3~1 L2l "357.3'9 41-0..19··
jA ,] J4.•21 '155.44· 179.92 208'.l2 ~40:60 ~17~96 ~2Q.94 3~0\34 427 ..08 492.22
35 15S.Ol 180·.31 209.(>1 .243-SO _ 282.70 .l -28JJO 380..3'1 440.70 . 51.0~ 500..67
# • •
·36- ~19.04 209.-16 244 .19 ·1 84·.90 JaZ: l1 3&7 j04 450.67 ~24 .431 6Q9..,ss 108=8Q
37 206.:.79 242.63 284 .48 33a.33· .39o.30 4!6.7·0 534:05 624 .08 '728.8:1 850.56.
• • + ~ .. • .. - •
38 238,_ 84 28't .4S j j L42 a9Ct 00. 458~6 J 538··.91 632~84 742.45. 87·0 .9,2 ll020.~ 7·
J9 2.1~. ~7 326.4.8 386.11 456.3b S.:JS.S6 64&~91 . 149,92 883.75 .1040.8 1224.1
40 318-.&2 ~78,72 44·9'. ~ :5!3':87 633ri~ 750.38 __8~.66 105l.7 1243.'7 1469,tl
. -.. '
41 ~ 368 . 01 ·-:439.32
'
~ •
S24.04
.
r--
'6-24·..63... '74'1.97 tw!S .~S
. .
1053.1 l~l.:S '1486·
,.
:2. '
1763.7
42 A25.os· 509.61 610,50 ?actsr -87~.. 16 ·t04~~s. t.! 47:>c9 J489.J· ·tn~.o 21.J6.S.
43 . 4'90.94 S-9.L.l'4 7:11 ..24 8'55...05 .1027 .1 123·2;9 1~78.7 11?2.2 %1~ .4 2539.8
44 ~'? .03 685 ..73· 828.59 1006.4 1~ ~9 :1~~:, 8 l~S2.3 21·0 9;'0 2536.2 .3047.7
45 654-.92 795. ~ 96&,31 070.5. 14Ht;1 .) 716.._?· 2076_.~ ~ . 7, ..-:.)9'30 . 8 .
'
3651.3
46 756:,.43 922.~1 -~}~4_ -~ 13?9.~ J606.~3 ~Q~~i· 2A60 ..~ 298(7i5 ,~~}..~ 4as8:7
~1 873 ..68. 1·07.0~3 1310.1 160'2.3· 1957.9 2390,3 291'!>.-8 ~53 .9 4i;28. ~'266.5·
48 1009.. 1 1241 6 lsZ6.3 1~74.7 2300.-s 2s2o.6. 4229.2 ~-112.0 63t~:,. 34ss.3
ai9 ll66 .S :1440.3 117.8~ 2193.l Z7<l3~ 1 3.328~3 4094.$ 503.2.? 6180·.6 · 7~..-1 ..
W\ \'~f.! ' .1€:>70:7 2071.6 2666~'2 3116.1 3~27.~ 48'5 2.0 5-988;9 7~ . 8 :9 100,4 1
9.56 MANA..JEMEN KEUANGAN e
Lampiran A-3
Luas Area di Bawah Kurva Normal
O.zo·
• • .
0.0 01 02 03' 04. 0.5 ·oe•
or. os og
• ~ . .
0.6
- :l!!O·
' ..
~.$40.
. - .fr1&J
·- -
4'1'21 ;•£8.1
. .
464~
. .
.:JJtf5
. .:~9
•
~~ ~~,: :~2{' .3.483
O._• • • 331:2 ,3300
. '. ~m :31 ~' ;31;*
•
Jl.~\
• •
0.$- ~871 2M3 ~10
. 2116
0~6 ~~-$.46 ..25 t'4· :t~ll- .i 4S1:
0.7 .2236
.- .-- .22a6 ,
a•7: .~14
tl& .203:f .~ '.1949· 1922 189( U1p1
{):9.. 1 7~ .•t736· 1'685.
.. - f 66G. 1fi~$
• •
t6;1t
..
1 ~0 1~1 ..1562
" J539 .l!as; · ~92 .l-.f69 .~.+t6. -1.4~~ l4l, ra?g
tl J-3$1 1.335 , T31 ~ .1i9.2· 't271 J~1 .r:oo - 1~lo 1 r~ rtve
• •
'2.t .
;Ci179 ..tlf7... ~o 110· re:s . Ol 61 .o Qf50;P1~ :{)1-.( ~~~~
~-~ :0139 ,P\36. :.01 3.~ ..Ofat· ~tt1~S. .;O'H9' ..Q:Pf thlG· -~' io
2.3 i~ ;(X)9'1• 0089 •~"'·
.Ot07 ..Q104J ~0"102 .0099 ~(X)96. (W
.0071 ;0059· .not~. .C((,a'
~4 .~ {(QIO OO'li .0015 .~13 M6f
• ' •
·2 5 -~ J(~t ·~®$9 .00,57
• ••
.005,6.
•••
.
:OOSi
.•. i0052·
.-
OOS'l... • -
0(\Ur. Xi41
ooa:-: :0038
")
•
2.~- ;{Xit47 ;.tofS• ·t80'4 i(K)43· ~OOft tOO.&. i'009 ..oo~
. .. • •
•~· )0..029
• •
4.5 ooo~a,•a
~0 .tnl®0"281
- -
e EKMA421 3 / MODUL 9 9.57
Lampiran 4
Nilai Opsi Call, Persentase Harga Sa ham
us .o
o o· :o J
•
Q ~
a
·~
.f!l 80 .JJS· t~s n.s ·1 t1 tt.r t1.r ttJ zt\1 2).7 t•.s ts:3 a:o ae· f.t.J 28.3 a._o:·8~7 ao.• ~tt
't1
as ·t..t 11.2 J3l tr.e·1ti. il·.• 23.e·lS.r 26:5 tt:a·a.e· a.t a ;• 3).2 ~.t· Jt' ~.2 at.9
ft~s
f0.7 .1~0 ''J. 1.7.,• 1.IA
~
~· 90 I· ~1.7 ZI.J 25.~ 21;.7 • .• ~l 2ltl 30,6 3t3 3t(l 32';1 ..1lA 34.1 34,7 .
-(U,
..$$ •·2t5 14.,8 ''-t ''·~ 21 :e~ n .?· ·25~7 DJ ··a.~ ~-~ st 1::t·'·' 32~J 312· 33~9 "~' as.a 36.9 aGJ
( U, 1.00
·' .1.4.3 ••-~ ,,., ~' • a.e.· l$.t u .1 • ·' .s~ .J 3.!:3 3$~o ~31.7 34;~ as.t asj1 -•~• 31.Q a1.1 38.3
~
,_
ta:1 1•·• 21·.o ~·~ a.• 211 2.1.:1 a~,. au ~~ .~ ~t~., a&,3. ar..t $~'- 3a~ s.., .$~( 1,9Jq
. .
m 105
"0'
cftS, \.10 tlo ae ato ·a., tt&.· as at~ 33.5: a.A36,1 s1: ,lf., a..t ·•~7 •~ .an 40'-~ ''J •1.1
ltiil ~ 1$ ao:c ft.$ a.o'27J3· a;e·-J1·.&·-u~a -a.• ·37.a "'" a& " f2 at.D' .a.s 4t :1· •t7 42.3 ~• ~:$
fJ)
·-rra/1 ~ 26 21.t ~.s 'l'-:o 29.3 lf,s n .&: 35>'t 37.! 3i,1 39.7 .c., .4t .o. • tJ .c13 •tt ~1.5 ._..~o u.t •s. ~
1:25 23!9. (6_ ., 21:0 1l~l' a3J:'35,1 37~' 31J 4,ttt' •t l ~tJ ~2.1 ~3 4 ..-..o " ·6 ~.5'.2, (5.7 --~ .• .8'
-~ \,30
a 21~1.
21,5 ~t~O, llJ. 35'A: $ .~ ~J .• '-.:tl 4.2.7 ·•.3,3 OJ 4t! ~.1 15:7 4.3 A6:t ·47.~ •1..9 ..a.~
.1.al
140
i'1,9 ~. s -33.~ 352 ·37.1 • -.a
·~tLl •~• "-~ ·~5:1' •~1 ~.3
3 .9 :SZJ 319 ~1..1 31.2' •tJ GJ '1.l CU t,t.l 11,4 ~.l
41;1 ~"'' 47:9 -.~: 41.0 ~,91$ 59.o·
41.5 ft,O .(l6 5Q;.J BQj 5L1 Itt
tAS a•· ~• 3l£ J$~·~ : 30.\ '" ·\ .•,!:a J~A-.t • -•· li.a &a~s ~t:o ·its s2:t .st1 $1] sr..7 ;a.z
UJ "t~
1 ~50 33)1: j$4J8.8: ·• ,t AI.I-4Mi8 4 .5 4 .1 ~-~~ Sa,1 50i1 ·st2 5*~1·
.. £t3 52;8 53~3 53J 542 54.7 "
1. 5~
1.60
~35.8 38.t 4Cff ff.J q ,e *'·'
AU At.l St2 Itt $13 ~.1 513· ~
37.e· .C0.3 .o\1~ ·&& ~~ :a,3 4tJ 6[4 52:6. sa*• lit. ~u.c .sr.t~ u:•
$4.3 .S':I· 55.3 ~7
l!t ~.3 '66;8 672 &J.l
•.z
1.65 31.1' 0.2 " ·• •• 41~3 !0.0 •'~' 'U.t ~.A ~·· &5.c ·55.' ' 56.4· 56.1 ~.3 ·57~.1 61.2· • .& ~:1
l70 • 1~1· ·••~0 ~:2. 41;2 !0~. $tJ ~.J JC',l 56~0 A&.S $7~0 :$tS 57·.t $&4 !&(I 58,~ '9,7 10.1 &Ot5
1 ,1~ •3,~; •51 -4 ,0 SOP ! t:J b ;• ~J ·!a~ llcS Y,O fl.l t! a.t 61 4 ~;a 60.2 to.l 11.~ T 61..5 11.8
.52~~· ~.6 S6rl ~ $t7 ·~:.,· R.• t3,t $(tO ~.0 e~4 •65.1 tiJ. eJ..I ~~~ @7·.3 ~l7:.~ &tt f1.3
· eo.~ u, .J4,l ~.,~ aJ A.o: •~~ 70.0 ?O:J rt.~ 7t flJ.e ru n.s .n,e 73J 73-• ~J , ,,
"~'' 69 • JO.t n .o ~1 ,,,~,. ,., 7$.-J 16~• .,.1,
rr,o ·772 71.5 n -.7 78.o 1111 114 78~7 1e.a
1•.2- n~4 7&.1: rt:s 11~ 1t:2·11.t ·1)~5 t t t ll.c' ete 1& te· c ,o 1t2 a.• 12~1: &2.,7 12.1 ..,_,
11~ eO S e1} Ill 1279 13~5 .M 1 &416 tS.l 15.3. !SA :ea.& (S.J 15,9 J6,,,, 16.1. 66 4 fJ&,S 8.6.1
9.58 MANA.JEMEN KEUANGAN e
at •.s 1.0 1J t.1 10.1 12.3 111 15.3 t6.7 20.0 23.1 25.1 21.6 3' .o33.3 ~2.t so~o eo.o. .. os
5.0 6..1 7,3 8.. t0.0 ltJ 12.7 14J ,S~A tf.l 20,0 23J ~.t ~.6 ~1 .0 ~.3 42.9 $0.0 60.0 10
7\0 .8.0 9.~1 f.0.2 11.4- 12.6 13.1 1S,Q 1&.2 ~1.A· 20.4 23.~· 26:0 H.l lt .1 313 42!t 50 0 60:0 tS
8:9 t.9 t0.9 1'1J 13.0 f4.1 16.2 16.3 17.• 11.5 2t2 23.9 26.• 28.1 31.2 33.5 •2.9 IJ.O60,0 .20
fo. e 11.1 12.1 13.7 ,•.7 tl.7 ''·' 11.1 ta.7 1t.e 11.3 2~. 1 'll.t 29.A 3t7 33.8 4~9 so o flO.o . .2s
12.8 13.·1 't6 tS.& ,S.S H:4 tl.4 .19~3 20.3 21.2 23.5 25·.1 2&.1 ~-2 ·~.3 ,._3 U.1 SO. I &tO 30
1~.8 15.6 te.S 17.• 113 11.2 20.t 21.0 21.1 22.7 2~ .t 27.t 2tJ 31.2 332 35.1 ~l~ 50.2 60.0 .35
t6.7 t7.6 ,,,. t9.2 20 ' 20.t 21.8 22.6 23.5 2•.3 21.~ 28 ~ , _. 32.3 lC 2 36 0 0 so.s 60.-t .4 40
18. 1 1! 4 20.3 21.1 ~1.9· 22.7 ·23 S 24.3 .25.r 2~#t 27.9 29.8 31 7 .33.~ 3S.3 97 0 "6 50 8 80.2 ~$
2.Q.~ '21 .3 22.~ 22.t 23.7 24.& 2S.3 ~' 26.e 21.s a.&31._ 3 33.1 34.a 36.• aa ' 45,~ ~ L3· eo.• ·so
.55
M
·--
65
.70
.75
3ta ·3t4 33:' ·11.a ;._, 35.1 ·~.7 36.3 .3&.9 37.5 31.o co.4 4tl •3J 46.4 ~s.e 51J ss.a ~.o .ao
. l3.& 34.2 34J 35.5 35.2 3&.8 37.• ·38.0 ~.6 39.2 40.1 41.1 43J 44.5 t5.J .a.9 522 56.7 63.6 .85
35.• ~.0 36.537.3 37.1 311.5 39.1 39.6 .a.2 40.1 42.1 ~,! ~.7 4.~ 47,l te.3 S3.3 57i6 64.3 .90
37.2 ·37:8 »-• MA O 39.&~.t '().7 41'.3 ~1 .a ~.~ ~3.7 •~.o 4e.2 ~744 :41.s 41.& ~~5 se.e 6$.0 .~s
38..9 39.5 •tt.l ~.7 •t2 ttl 42..4 42.~ C3.• ~.o 45~ u~.5 ~7.& 48.1 49.9 so.9 ss.s 59.5 ·!$.7 1.00
40J6 41.2 u.e~2.~ 42.9 o.s «.o ~.! ~lo 4!·.5 4&.1 .a.o ,9.1 so.2 51.2 52.2 56.1 60.S !6:S t.OS
~2.3 42.9 (3.5 44.0 ~~5 4$.' 4S.6 ASJ 46.6 ~?.1 48.3 49.• !0 ~ 61.6 ~6 53.~ 57.9 6l5 612 > ' '~
~.0 .... ~5.1 ~~-1 41.2 116.7 47·.2 ·4'7.7 ~2 48.6 •1.1 .SO.t St.l 52_q '53.t $1.9 59.0 S2.5 Sl.(f 1.15
45.7 46.2 46.7 •1 J •te 48.l ..aJ '9J 49.7 so.1 51 .3 52.3 53.3 ~.3 ss..2 56 t eo.~ 63.6 68.e 1.20
47.3 47.8 46.4 ~'8.8 d ., •9.8 50.3 !0.~ St ~ 5tl 52,7 53.7 54.7 55.7 Slf 57:' 513 ~ : S 80.6 1.2S
• •
s1.e'52;~ 52,7 53.1 ~.t 55.t .51.1 sr:o stt sa.? 12.• ~.s 10.•
.48.t ~•-• .t!~t so.~ 50~9 St3 t:YJ
sa.s sto &ts S2.a 52., 52.9 SJ.3 $3J s. ' 54.1 ss.6 se.s.$7.~ se.3 59.1 59.9 63.s 66.5 11.1 t3S
sa1 ~& 53.o. 53J 53.9 5'.3 S4.e 55.2 55.6 !l.o sa.t 57.9 st7 sv.& so.• 11.2 64.5 &7.s 11.1 t40
~.l ~_,. ~-J 6-~.o_ u.~ ~.e ll2.l6.1ltta. R4. sa.a uJtto;o. eo.t ttt ·tt( ss.t u.! n.z. t~«
S5.1 55.& ·sa.o 51.4 56.8 57.2 57.6 58.0 58.~ 5&.1 59.7 fl0.6·11.3 12 t 82:9 63.6 'M.I 69 4 't3.5 1.!0
5&.1 11.0 $7.4 S7A 51.2 58.1 H.O 59.4 5&.7 eo.1 11.0 Bl._l 12.8 83.3 .84.\ &47 67 A 10.3 7t3 1.5~
54.0 58j M.l 51.2 59.6 00.0 80.4 80.7 11.1 .,.~ 12.3 S3.t.a:J.I 6-4.5 ISJ &5,9: ill 71'.3 75.1 1.60 •
59.5 ·sg:g to.2 10.6 1\.0· 11.4 11J &1.\. Q,l 12.7 U! 64.3 15.0 85.7 &$.4 67.0 &9.1 712 75.0 . 1.65
eo.e St.2 &1.& 62.0 &2.3 12.1 63.0 83.' 63.7 s...o &cJ &5.5 682 &&.t &7,~ sa.2 10.t 73.1 71.5 t,~
!2.2 &2.8 S2.9 W 13.& M.Q64.3 N.l 64J 85.3• E6.0 65.7 87.1
•
68.0 &8.7 59.2 71 .9 7-i.O T7.C 1.75
U.S U.t. 692 69.5 rJ.t 70.0 10.3 7'0.6 70.8 71.1 7t' 713 72.·1 13.4 13.9 1.t.• 76.5 78.3 ItO 2.(X)
t'2 74.~ 74.7 74J 75.2 7&., 15.&7i8 75.0 76.3 78.8 71.2 ·11.1 78.' 18.5 78.i SO.B 82 1 84.3 2.25
79.t 71.3 71.5 7l1 i'9.9 10.0 ll.2 a).4 ~-6 a\7 81 .1 11.5 •.,.• "2 &2.6 82.g 84.3 85.4 ·112 2.50
&t3 83.4 S3J tJ:] tt9 84'.0 Bi.~ a.-.3 M.4 ~.6 84,9 ~2 :a~.5 IS:I ~.Q 86.~ 87.•· ~-3 89.7 ·2.?6
es.a ett t7·0·81.' 11J &7.4 a7.5 a1.6 11..1 87.1 ae.188.3 ee.s A.a n.o89.2· 90.o 90 1 eta
•
3.oo
92.t 92.1 92.2 92.3 92.4 tt• t2.S t2.f 12.1 12.7 12.8 13.0 13. t 13.3 83.• .93.5 94.0 ~ 4 95.1 3.~
95.5 95.5 15.11SJ t5.7 ts.7 t5.7 95.,8 95.8 95.1 95.9 96.0 96.t 15,2 96.2- 98.3 96.6. 96.8 17.2 .4.00
91.& 11.6 f7.e &7 .a 91.1 97.7 t7.7 11.1 11.1 ·17.1 v1.a 17.9 ·t7.t 97.1 IB.ose.oM.2 91.3 MJ ~.so
i8.8 9U 9!.8 M.l 18.8 98J 98.! M.l 18.t 98.t 98.9 98.9 M.l 99.0 99..0 M.O99.1 19.1 99.2 5.00
• -. .
'
- - - - - -- - - -- - -