Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
(ENVIRONMENTAL ETHICS)
Pendidikan Bahasa Inggris, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Jember
Abstrak
Etika dalam konsep lingkungan hidup sangat penting karena berkaitan dengan perilaku
manusia agar dengan etika orang dapat mengenal dan memahami nilai dan norma-norma
yang membimbing perilaku proses individual san sosial terhadap alam dan lingkungan
hidupnya.
Manusia merupakan salah satu bagian yang terintegrasi dengan lingkungan. Sebagai makhluk
hidup yang membutuhkan lingkungan, manusia memiliki kewajibn untuk menghormati,
menghargai dan menjaga nilai-nilai yang terkandung di dalam lingkungan. Perilaku positif
manusia dapat menyebabkan lingkungan tetap berseri sedangkan perilaku negatifnyadapat
menyebabkan kerusakan lingkungan.
Etika dapat dipandang sebagai kebiasaan hidup yang baik yang diwariskan dari satu generasi
ke generasi lain. Etika berisikan aturan tentang bagaimana manusia harus hidup yang baik
sebagau manusia, perintah dan larangan tentang baik buruknya perilaku manusia untuk
mengungkapkan, menjaga dan melestarikan nilai tertentu, yaitu apa yang dianggap baik dan
penting. Dengan demikian etika berisi perinsip-perinsip moral yang harus dijadikan pegangan
dalam menuntun perilaku.
1
A. Pendahuluan
1. Latar belakang
Isu – isu kerusakan lingkungan disebabkan karena etika manusia terhadap linkungan
yang salah serta tidak mengetahui teori – teori etika terhadap lingkungan yang benar. Maka
dari itu, etika lingkungan hidup hadir sebagai respon atas etika moral yang selama ini
berlaku, yang dirasa lebih mementingkan hubungan antar manusia dan mengabaikan
hubungan antar manusia dan makhluk hidup bukan manusia. Dalam perkembangan
selanjutnya, etika lingkungan hidup menuntut adanya perluasan cara pandang dan perilaku
moral manusia yaitu dengan memasukkan teori – teori terhadap etika manusia terhadap
lingkungan.
Etika lingkungan hidup menawarkan cara pandang atau paradigma baru sekaligus
perilaku baru terhadap lingkungan hidup atau alam, yang bisa dianggap sebagai solusi
terhadap krisis ekologis. Berbagai teori etika lingkungan dapat menjelaskan pola perilaku
manusia dalam kaitan dengan lingkungan.
Penulisan artikel ini bertujuan agar sebagai makhluk yang juga hidup di bumi kita
hendaknya harus menjaga kelestarian bumi, agar bumi tetap terawatt. Melihat dari kurang
sadarnya masyarakat akan kelestarian alam semoga artikel ini dapat membantu semua
masyarakat agar lebih peduli dengan lingkungan.
B. Landasan teori
Etika lingkungan berasal dari dua kata yaitu etika dan lingkungan. Etika sendiri
berasal dari bahasa yunani ”ethos” yang berarti adat istiadat atau kebiasaan. Dalam konteks
yang lebih luas, Etika diartikan sebagai kebijaksanaan moral yang ada pada diri setiap
manusia. Ada tiga teori mengenai pengertian etika, yaitu: etika Deontologi, etika Teologi, dan
etika Keutamaan. Etika Deontologi adalah suatu tindakan di nilai baik atau buruk
berdasarkan apakah tindakan itu sesuai atau tidak dengan kewajiban. Etika Teologi adalah
baik buruknya suatu tindakan berdasarkan tujuan atau akibat suatu tindakan. Sedangkan Etika
keutamaan adalah mengutamakan pengembangan karakter moral pada diri setiap orang.
2
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar manusia yang mempengaruhi
kelangsungan kehidupan kesejahteraan manusia dan makhluk hidup lain baik secara langsung
maupun secara tidak langsung.
Etika Lingkungan dikenal juga dengan istilah lain yakni Etika Ekologi. Etika
lingkungan/ekologi ini mempunyai prinsip bawa semua bentuk kehidupan, apapun itu,
mempunyai nilai bawaan yang menjadi dasar hak untuk dihormati harga dirinya, hak untuk
hidupnya serta haknya untuk berkembang.
Etika lingkungan atau ekologi ini tak sekedar mencakup prilaku manusia terhadap
lingkungan atau alam sekitarnya tetapi juga melingkupi relasi semua makhluk hidup yang ada
di alam semesta termasuk kebijakan politik dan ekonomi yang memiliki dampak baik itu
langsung atau pun tidak langsung dengan alam.
3
Etika ini bersifat intrumentalistik artinya pola hubungan manusia dengan alam yaitu
alam sebagai alat kepentingan manusia. Manusia peduli terhadap alam, demi
menjamin kebutuhan hidup manusia sehingga jika alam itu tidak berguna bagi
kepentingan hidup manusia maka akan diabaikan saja. Disebut sebagai etika teologis
karena mendasarkan pertimbangan moral pada akibat dari tindakan tersebut bagi
kepentingan manusia. Suatu kebijakan dan tindakan yang baik dalam kaitan dengan
lingkungan hidup akan dinilai baik kalau mempunyai dampak yang menguntungkan
bagi kepentingan manusia.
Etika ini juga bersifat egoistis karena hanya mengutamakan kepentingan
manusia, karena kepentingan mahkluk hidup lain mendapat pertimbangan moral tetap
saja demi kepentingan manusia, maka dianggap sebagai etika lingkunan yang dangkal
dan sempit (shallow environmental ethics).
Krisis lingkungan dianggap terjadi karena perilaku manusia yang dipengaruhi
cara pandang antroposentris. Cara pandang ini menyebabkan pola perilaku manusia
yang eksploitatif, dekstruktif dan tidak perduli terhadap alam. Apa saja boleh
dilakukan manusia terhadap alam sejauh tidak erugikan kepentingan manusia.
Kepentingan manusia dalam hal bersifat jangka pendek.
2) BIOSENTRISME (Intermediate Environmental Ethics)
Bagi biosentrisme, tidak benar bahwa hanya manusia yang mempunyai nilai.
Alam juga mempunyai nilai pada dirinya sendiri lepas dari kepentingan manusia. Ciri
utama etika ini adalah Biocentric, menganggap setiap kehidupan dan mahkluk hidup
mempunyai nilai dan berharga pada dirinya sendiri. Mendasarkan moralitas keluhuran
kehidupan, baik pada manusia ataupun makhluk hidup lainnya. Karena bernilai pada
dirinya sendiri, kehidupan harus dilindungi. Untuk itu, dibutuhkan etika sebagai
penuntun manusia dalam bertindak melindungi dan menjaga kehidupan.
3) EKOSENTRISME (Deep Eernvirontmental Ethics)
Ekosentrisme merupakan kelanjutan dari teori etika lingkungan biosentrisme.
Oleh karenanya teori ini sering disamakan begitu saja karena terdapat banyak
kesamaan. Yaitu pada penekanannya atas pendobrakan cara pandang antroposentrisme
yang membatasi pemberlakuan etika hanya pada komunitas manusia. Keduanya
memperluas pemberlakuan etika untuk komunitas yang lebih luas. Pada biosentrisme,
konsep etika dibatasi pada komunitas yang hidup (biotis), seperti tumbuhan dan
4
hewan. Sedang pada ekosentrisme, pemakaian etika diperluas untuk komunitas
ekosistem seluruhnya (biotis dan a-biotis).
Biosentrisme dan ekosentrisme, memandang manusia tidak hanya sebagai
makhluk sosial (zoon politikon). Manusia pertama-tama harus dipahami sebagai
makhluk biologis, makhluk ekologis. Dunia bukan sebagai kumpulan objek-objek
yang terpisah, tetapi sebagai suatu jaringan fenomena yang saling berhubungan dan
saling tergantung satu sama lain secara fundamental. Etika ini mengakui nilai intrinsik
semua makhluk dan memandang manusia tak lebih dari salah satu bagian dalam
jaringan kehidupan.
Bagaimanapun keseluruhan organisme kehidupan di alam ini layak dan harus
dijaga. Holocaust ekologis telah membawa dampak pada setiap dimensi kehidupan
ini. Ekosentrisme tidak menempatkan seluruh unsur di alam ini dalam kedudukan
yang hierarkis dan atau sub-ordinasi. Melainkan sebuah kesatuan organis yang saling
bergantung satu sama lain.
C. Penutup
1. Kesimpulan
Pada dasarnya hubungan yang kurang baik antara manusia dengan alam terjadi karena
ada faktor keinginan manusia untuk memenuhi kebutuhannya. Namun, karena sifat dasar
manusia yang tidak pernah merasa puas maka terjadi eksploitasi-eksploitasi yang berlebihan
yang nantinya berdampak pada kerusakan alam. Adapun dampak dari pada kegiatan manusia
yang merusak lingkungan utamanya hutan banyak sekali, seperti banjir, longsor, adanya
hewan-hewan liar yang menyerang pemukiman yaitu areal pertanian karena sudah tidak ada
lagi makanan yang tersisa di hutan akibat pembalakan liar, dan masih banyak lagi lainnya.
Dari situ manusia nantinya juga akan merasa dirugikan oleh perbuatannya sendiri. Sesuatu
yang dilakukan oleh manusia akan kembali kepada manusia itu sendiri.
Etika lingkungan sebagai dasar moralitas yang memberikan pedoman bagi individu
atau masyarakat dalam berperilaku atau memilih tindakan yang baik dalam menghadapi dan
menyikapi segala sesuatu sekaitan dengan lingkungan sebagai kesatuan pendukung
kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan umat manusia serta mahluk hidup lainnya.
2. Saran
5
Etika lingkungan memberikan pelajaran kepada kita bagaimana cara kita menghargai,
menghornati, menggunakan, dan melestarikan lingkungan terutama alam. apa bila manusia
berprilaku baik terhadap alam maka alam akan memberikan respon yang baik pula, begitu
juga sebaliknya jika manusia memberikan dampak buruk kepada alam maka alam akan
memberikan respon yang buruk. oleh karena itu sebeluum bertindak setidaknya berfikirlah
akan apa dan dampak yang akan kita peroleh sebelum kita menyesal.
6
D. Daftar Pustaka