Anda di halaman 1dari 3

Characteristics of IGP and EGP Routing Protocols

IGP digunakan untuk routing pada routing domain, beberapa jaringan ini berada dibawah
pengontrolan sebuah organisasi atau administrator. Autonomous System biasanya terdiri dari
berbagai jaringan individu milik perusahaan, sekolah dan organisasi lainnya. IGP digunakan
untuk merutekan jaringan autonomus system, dan juga digunakan untuk merutekan jaringan
single itu sendiri. Contohnya, CENIC mengoperasikan autonomous system yang terdiri atas
sekolah-sekolah, colleges dan universitas yang ada di California. CENIC menggunakan IGR
untuk merutekan autonomous system untuk interkoneksi semua institusi tersebut. Setiap
institusi pendidikan tersebut juga menggunakan IGP yang mereka pilih untuk merutekan
jaringan mereka sendiri. IGP yang digunakan oleh masing-masing institusi tersebut
menyediakan jakur terbaik untuk masing-masing routing domains, seperti halnya IGP yang
digunakan CENIC menyediakan jalur terbaik untuk autonomous system itu sendiri. Yang
termasuk kedalam IGP untuk IP antara lain: RIP, IGRP, EIGRP, OSPF, dan IS-IS.

Protokol routing, lebih spesifik algoritma yang dipakai oleh protokol tersebut, menggunakan
matrik untuk menentukan jalur terbaik dari sebuah jaringan tujuan. Matrik yang digunakan oleh
protokol routing RIP adalah menghitung hop, yang merupakan sejumalah router yang harus
dilalui pakwet untuk sampai ke jaringan lain. Sedangkan OSPF menggunakan bandwidth untuk
menentukan jalur tersingkat untuk sampai ke jaringan tujuan.

Disisi lain EGP, dirancang untuk pemakain antar autonomous system yang berbeda yang
berada dalam pengontrolan administrator jaringan yang berbeda pula. BGP merupakan satu-
satunya protokol routing yang diimplementasikan oleh EGP dan digunakan pada jaringan
internet. BGP mengginalan protokol path vector yang menggunakan berbagai atribut yang beda
untuk mengukur rute. Pada level ISP, ada yang lebih penting dari pada sekedar memilih jalur
tercepat. BGP biasa digunakan antar ISP dan terkadang antara perusahaan dengan ISP.

3.2.3 Distance Vector and Link State


Interior Gateway Protocols (IGPs) bisa diklasifikasikan atas dua tipe:
a. Protokol routing distance vector
b. Protokol routing Link-state

Distance Vector Routing Protocol Operation


Distance vector berarti bahwa rute diberitahukan berdasarkan vector jarak dan arah.
Jarak adalah metric seperti jumlah hop dan arah merupakan next-hop sebuah router
atau interface keluaran dari paket pada sebuah router. Protokol distance vector
biasanya menggunakan algoritma Bellman-Ford untuk menentukan jalur terbaiknya.

Beberapa protokol distance vector mengirim secara periodic dan lengkap informasi
routing pada sebuah router yang terhubung padanya. Pada jaringan yang lebih luas hal
ini mengakibatkan beban trafik yang cukup besar terhadap link yang ada.

Meskipun algoritma Bellman-Ford menangani database untuk jaringan lain, algoritma ini
tidak memungkinkan router untuk mengetahui topologi yang sebenarnya dari sebuah
internetwork. Router hanya mengetahui informasi routing yang diterima dari router lain
yang terhubung padanya.

Protokol distance vector menggunakan router sebagai post penanda disepanjang jalur
yang dilewati paket sampai ke titik tujuan. Informasi satu-satunya yang diketahui router
tentang jaringan remote adalah arah atau metric untuk mencapai jaringan tujuan dan
jalur mana atau interface mana untuk sampai kesana. Protokol routing distance vector
tidak mengetahui peta sebenarnya dari topologi jaringan.

Protokol distance vector bekerja baik pada keadaan:


a. Jaringan tunggal dan datar dan tidak membutuhkan perancangan hirarki.
b. Administrator tidak membutuhkan pengetahuan lebih untuk konfigurasi dan
troubleshoot protokol link-state.
c. Jenis jaringan yang khusus, seperti hub dan jaringan spoke yang diimplementasikan
secara bersama-sama.
d. Tidak mempertimbangkan kepadatan data pada jaringan convergen

Link-state Protocol Operation


Kebalikan dari operasi protokol routing distance vector, router yang dikonfigurasi dengan
protokol routing link-state bisa membuat gambaran lengkap tentang topologi jaringan
dengan mengumpulkan informasi dari semua router lain yang terhubung. Untuk
melanjutkan analogi tentang post penanda, menggunakan protokol routing link-state
seperti memiliki peta yang lengkap dari topologi jaringan. Post penanda tidak dibutuhkan
disini, karena semua router link-state menggunakan peta jaringan yang sama. Router
link-state menggunakan informasi link-state untuk menciptakan peta topologi dan untuk
memilih jalur terbaik untuk semua jaringan tujuan pada topologi tersebut.

Dengan beberapa protokol routing distance vector, router mengirimkan secara periodic
perubahan informasi routing yang terjadi pada router yang terhubung dengannya.
Protokol routing link-state tidak menggunakan system ini. Setelah jaringan terpusat, link-
state akan mengirimkan informasi perubahan ketika terjadi perubahan topologi.

Protokol link-state bekerja baik pada keadaan:


a. Jaringan yang dirancang bersifat hirarki, biasanya pada jaringan yang luas
b. Administrator memiliki pengetahuan yang cukup untuk mengimplementasikan
protokol routing link-state.
c. Kecepatan jaringan konvergen menjadi factor penting

3.2.4 Classful and Classless


Classful Routing Protocols

Protocol classful routing tidak mengirim informasi subnet mask pada update
routing. Protokol routing pertama seperti RIP adalah classful. Ini dikarenakan ketika
alamat jaringan dialokasikan berdasarkan kelas, yaitu class A, B atau C. Protokol routing
tidak perlu menyertakan subnetmask pada update routing karena network mask bisa
langsung dikenali berdasarkan octet pertama dari alamat jaringan tersebut.

Protokol routing classful masih bisa digunakan pada jaringan saat ini, namun karena
tidak mengikutsertakan subnet mask maka tidak bisad diimplementasikan pada semua
keadaan. Protokol routing classful tidak bisa digunakan ketika jaringan memakai jenis
subnet mask lebih dari satu, dengan kata lain protokol routing classful tidak mendukung
VLSM.

Ada kelemahan lain dari protokol routing classful ini termasuk ketidakmampuan untunk
mendukung jaringan discontiguous.

Classless Routing Protocols


Protokol routing classless mengikutsertakan subnetmask dengan alamat jaringan pada
update routing.

Yang termasuk kedalam protokol routing classless adalah: RIPv2, EIGRP, OSPF, IS-IS,
BGP.

3.2.5 Convergence
What is Convergence?
Convergence situasi dimana semua routing table router-router berada dalam keadaan
yang mantap. Jaringan berada dalam keadaan convergence ketika semua router telah
selesai dan memiliki informasi yang akurat tentang jaringan yang ada. Waktu
convergence merupakan waktu yang dibutuhkan untuk router-router berbagi informasi,
menghitung jalur terbaik dan mengupdate routing tablenya. Jaringan tidak ada
beroperasi sampai keadaan jaringan convergence, biasanya kebanyakan jaringan
membutuhkan waktu convergence yang lumayan singkat.

Keadaan convergence bersifat kolabolarasi maupun individu. Router berbagi informasi


satu sama lain, namun masing-masing secara individu menghitung pengaruh perubahan
topologi pada jaringannya.

Property convergence adalah kecepatan propagasi dari informasi routing dan


penghitungan jalur yang optimal. Protokol routing dalam diurutkan berdasarkan
kecepatan convergencenya; semakin cepat, berarti semakin baik protokol tersebut. RIP
dan IGRP

Anda mungkin juga menyukai