Anda di halaman 1dari 21

PENGARUH PENGUNGKAPAN OTHER COMPREHENSIVE INCOME (OCI), ARUS

KAS BEBAS DAN KOMITE AUDIT TERHADAP MANAJEMEN LABA


(Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun
2012 - 2016)

Reni Basyirun
Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Padang
Jl. Prof. Dr. Hamka Kampus Air Tawar Padang
E-mail : renibasyirun@gmail.com

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk memberikan bukti empiris mengenai pengaruh
pengungkapan other comprehensive income (OCI), arus kas bebas dan komite audit terhadap
manajemen laba. Manajemen laba diukur dengan menggunakan conditional revenue model.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia selama periode 2012- 2016. Sampel dalam penelitian ini ditentukan dengan
menggunakan metode purposive sampling. Total sampel dalam penelitian ini adalah 36
perusahaan sampel. Teknik analisis dalam penelitian ini menggunakan regresi berganda
melalui progaram SPSS 20. Hasil dari penelitian secara statistik menunjukkan bahwa
pengunkapan other comprehensive income (OCI) berpengaruh negatif signifikan terhadap
manajemen laba, Arus kas bebas berpengaruh negatif signifikan terhadap manajemen laba, dan
komite audit tidak berpengaruh terhadap manajemen laba.

Kata Kunci : Pengungkapan Comprehensive Income (OCI), Arus Kas Bebas, Komite Audit,
Manajemen Laba, Conditional Revenue Model,.

ABSTRACT
The aim of this research is to provide empirical evidence on the impact of effect of other
comprehensive income (OCI) disclosure, free cash flow and audit committee on earnings
management. Earnings management measures using conditional revenue model.The
population of this research is all of the manufacturing companies listed on the Indonesia stock
exchange year period 2012 to 2016. This sample selected by by purposive sampling method.
There are 36 sample companies. The analysis technique in this research uses a multiple linear
regressions analysis, by SPSS 20 program. The results showed other comprehensive income
(OCI) disclosure has negative significantly effect on earnings management, the free cash flow
has negative significantly effect on earnings management statistically, and audit committee
has no effect on negative effect on earnings management.

Keywords : other comprehensive income (OCI) disclosure, free cash flow, audit committee,
earnings management, conditional revenue model
I. Pendahuluan (Worthy, 1984). Meskipun prinsip praktik
Manajemen laba (earnings manajemen laba ini tidak menyalahi prinsip-
management) menurut Palestin (2008) prinsip akuntansi yang diterima umum, namun
merupakan masalah agensi yang sering terjadi hal ini dapat mengikis kepercayaan
di lingkungan bisnis. Perilaku manajemen laba masyarakat terhadap laporan keuangan
bermula dengan adanya pemisahan antara eksternal dan menghalangi kompetensi aliran
kepemilikan dan pengelolaan dalam suatu modal. Agustia (2013) mengungkapkan bahwa
perusahaan yang menimbulkan masalah praktik manajemen laba dapat mengurangi
keagenan (agency problems. Jensen dan kredibilitas laporan keuangan karena angka
Meckling (1976) memandang baik principal yang dilaporkan tidak mencerminkan keadaan
dan agent merupakan pemaksimum perusahaan yang sebenarnya. Tindakan
kesejahteraan, sehingga ada kemungkinan manajemen laba telah memunculkan kasus
besar bahwa agent tidak selalu bertindak demi skandal pelaporan akuntansi yang secara luas,
kepentingan terbaik dari principal. antara lain pada Kasus PT Waskita Karya
Pemilik (principal) mempunyai terkait kasus kelebihan dalam pencatatan di
kepentingan untuk meningkatkan laporan keuangan tahun 2004-2008. Pada
kesejahteraannya melalui peningkatan kinerja kasus tersebut direksi melakukan rekayasa
perusahaan yang tergambar dari dividen yang keuangan mulai tahun buku 2004-2008
diberikan perusahaan. Sedangkan sebagai dengan memasukkan proyeksi multitahun
agent, manajer secara normal kedepan sebagai pendapatan tertentu.
bertanggungjawab untuk mengoptimalkan Berdasarkan hal tersebut tim dari Departemen
keuntungan para pemilik (principal), namun Keuangan memberikan sanksi kepada kantor
disisi lain manajer juga memiliki kepentingan akuntan publik yang terlibat dalam
memaksimalkan kesejahteraan mereka. pengauditan atas laporan keuangan PT.
Sehingga masing-masing pihak berusaha Waskita Karya (Wiryadi dan Sebrina , 2013).
untuk mencapai atau mempertahankan tingkat Kasus tersebut dapat digunakan sebagai
kesejahteraan yang dikehendaki. Menurut pertimbangan bagi calon investor untuk
Schipper (1989) manajemen laba merupakan menilai bahwa kandungan informasi yang ada
suatu tindakan dimana manajemen melakukan dalam laporan keuangan tersebut
intervensi dalam proses penyusunan laporan menunjukkan fakta dan nilai yang sebenarnya
keuangan bagi pihak eksternal sehingga dapat ataukah hanya hasil dari mempercantik
meratakan, menaikkan dan menurunkan laba. tampilan laporan keuangan oleh pihak
Informasi laba merupakan komponen laporan manajemen.
keuangan perusahaan yang bertujuan untuk Beberapa penelitian sebelumnya
menilai kinerja manajemen, membantu menunjukkan bahwa manajemen laba
mengestimasi kemampuan laba yang dipengaruhi oleh arus kas bebas (Jensen dan
representatif dalam jangka panjang, Meckling, 1976; Bukit dan Iskandar, 2009;
meramalkan laba, dan menaksir resiko dalam Bukit dan Nasution; 2015), Leverage
berinvestasi. (Agustia, 2013), external monitoring (Chung
Adanya dasar akrual dalam penyusuna et al, 2005), debt monitoring (Gul, 2001);
laporan keuang dapat memberikan peluang komite audit (Lin et al, 2006; Yang &
bagi manajemen untuk mencatat suatu fakta Krishnan ,2005; Lin dan Hwang, 2010),
tertentu dengan cara yang berbeda dan kinerja keuangan (Dewi dan Priyadi, 2016)
peluang bagi manajemen untuk melibatkan dan other comprehensive income (OCI) (Lin
subyektifitas dalam menyusun estimasi dan Rong, 2011; Tetuko, 2012; Akbar, 2015;
Rahmadeni, 2016), spesialisasi industry (Kono dengan adanya pengungkapan OCI dapat
dan Yuyetta, 2013). Penelitian ini kembali mengurangi praktik manajemen laba.
menguji pengaruh pengungkapan other Masalah keagenan muncul pada saat
comprehensive income (OCI), arus kas bebas, penggunaan arus kas bebas (free cash flow)
dan komite audit terhadap manajemen laba. yang dimiliki perusahaan. Arus kas bebas
Dari perspektif pelaporan keuangan merupakan arus kas yang benar-benar tersedia
dapat dijelaskan bahwa manajemen terdorong untuk dibayarkan kepada investor setelah
untuk menyajikan biaya yang tidak biasa, perusahaan melakukan investasi dalam aset
berlebihan, dan tidak berulang untuk tetap, produk baru, dan modal kerja yang
menempatkan laba masa depan di bank , dibutuhkan untuk mempertahankan operasi
selain itu perspektif pelaporan keuangan yang sedang berjalan (Brigham dan Houston,
menjelaskan bahwa pengungkapan penuh (full 2013).. Penelitian yang dilakukan Chung
disclosure) dapat membantu perusahaan untuk (2005) membuktikan bahwa perusahaan yang
mengontrol terjadinya praktik manajemen laba memiliki surplus arus kas bebas menghadapi
(Rahmadeni, 2016). Penelitian yang dilakukan masalah keagenan yang lebih besar. Adanya
oleh Lobo dan Zhou (2001) menunjukkan perbedaan kepentingan diantara kedua belah
hasil bahwa pengungkapan yang dilakukan pihak yaitu pemilik (principal) menginginkan
perusahaan (corporate disclosure) memiliki arus kas bebas dibagikan memaksimalkan atau
hubungan negatif dengan manajemen laba. menyeimbangkan pendapatan saham dalam
Hal ini menunjukkan bahwa semakin luas bentuk investasi yang menguntungkan
pengungkapan yang dilakukan oleh (Jensen, 1986). Namun manajemen
perusahaan maka akan semakin sedikit menginginkan arus kas bebas digunakan untuk
kemungkinan terjadinya praktik manajemen memperbesar ukuran optimal perusahaan
laba. dengan tetap melakukan investasi meskipun
Prinsip full disclosure juga tercantum memberikan nilai negatif pada perusahaan
dalam standar akuntansi yang digunakan atau yang disebut dengan investasi berlebih
secara global yaitu IFRS (Internasional (overinvestment) (Jensen dan Meckling,
Financial Reporting Standard). 1976). Manajer perusahaan cenderung
Otoritas Jasa Keuangan mengeluarkan bertindak oportunis untuk mendapatkan
peraturan nomor VIII.G.7 tahun 2012 tentang pendapatan pribadi, dan cenderung melibatkan
penyajian dan pengungkapan laporan diri dalam proyek-proyek yang kurang
keuangan emiten atau perusahaan publik yang menguntungkan, investasi dan pendanaan
mewajibkan setiap perusahaan untuk yang cenderung kurang berguna (Bukit dan
menyajikan dan mengungkapkan other Iskandar, 2009).
comprehensive income secara konsisten dan Penelitian yang terkait arus kas bebas
jelas. Untuk itu, praktik manajemen laba telah dilakukan oleh Bukit dan Nasution
diharapkan dapat dibatasi oleh adanya (2015) pada perusahaan manufaktur yang
pengungkapan informasi keuangan secara terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Hasil dari
lengkap dan banyak melalui pengungkapan penelitian ini membuktikan bahwa arus kas
other comprehensive income. bebas berpengaruh positif terhadap
Penelitian terkait other comprehensive manajemen laba. Semakin tinggi arus kas
income telah dilakukan oleh Lin dan Rong yang dimiliki perusahaan maka akan
(2011). Hasil dari penelitiannya membuktikan mendorong manajer untuk melakukan
bahwa pengungkapan OCI memiliki hubungan manajemen laba.
negatif dengan manajemen laba, berarti Dalam rangka untuk mengurangi
terjadinya konflik kepentingan dan
memastikan tercapainya tujuan perusahaan, Hal ini dibuktikan dengan masih sedikitnya
maka perlu adanya peraturan dan mekanisme penggunaan model tersebut, khususnya di
pengendalian yang secara efektif. Bursa Efek Indonesia. Oleh sebab itu penulis tertarik
Indonesia melalui Kep. Direksi BEJ No.Kep- untuk kembali mengangkat tema penelitian
315/BEJ/06/2000 menyatakan bahwa komite yang sama tentang manajemen laba akan
audit dibentuk untuk memeriksa tetapi menggunakan model pengukuran yang
pertanggungjawaban keuangan direksi berbeda yaitu Revenue Discretionary Model
perusahaan kepada para pemegang saham. dengan salah satu dari dua formula
Dengan pelaksanaan dibentuknya komite audit pengukurannya conditional revenue model.
ini, dapat mengurangi terjadinya manajemen Penelitian ini dilakukan pada perusahaan
laba. manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Penelitian mengenai komite audit Indonesia (BEI) karena industri manufaktur
dilakukan oleh Lin dan hwang (2010) merupakan penopang utama dalam
membuktikan ukuran komite audit perkembangan industri sebuah negara dalam
berpengaruh negatif secara signifikan terhadap usaha pemerintah untuk mencapai target
manajemen laba. Hasil tersebut pertumbuhan ekonomi dan perusahaan
mengindikasikan bahwa semakin besar ukuran industri manufaktur juga lebih dominan
komite audit maka kualitas pelaporan dibandingkan industri lain. Periode dalam
keuangan semakin terjamin. penelitian ini selama lima tahun yang dimulai
Berdasarkan fenomena atas kasus dari tahun 2012 sampai 2016, karena
manajemen laba diatas dan hasil penelitian perubahan standar IFRS terkait mengenai
terdahulu, masih terdapat research gap. pengungkapan dan penyajian other
Peneliti ingin kembali menguji penelitian comprehensive income yang tertera pada
sejenis sebagai dasar memberikan penguatan PSAK 1 (Revisi 2009) mulai berlaku aktif per
terhadap kesimpulan para peneliti. Pada tahun 1 Januari 2012.
2010, Stubben mulai mengembangkan model II. Kajian Teori dan Pengembangan
pendeteksian manajemen laba baru yang Hipotesis
dikenal dengan Revenue Discretionary Model. KAJIAN TEORI
Pendeteksian manajemen laba dengan model A. Manajemen Laba
ini diperkenalkan oleh Stubben untuk Scott (2003) mendefenisikan
jawaban atas ketidakpuasan terhadap model manajemen laba sebagai sebuah keputusan
akrual yang umumnya digunakan selama ini. manajer mengenai pemilihan metode
Sari dan Ahmar (2014) mengungkapkan akuntansi untuk mencapai tujuan tertentu.
kelemahan yang ditemukan adalah seperti Selanjutnya Sulistyanto (2008)
estimasi cross-sectional yang secara tidak mendefinisikan manajemen laba adalah
langsung mengasumsikan bahwa perusahaan perilaku manajer untuk bermain-main dengan
dalam industri yang sama menghasilkan komponen akrual yang discretionary untuk
proses akrual yang sama. Selain itu, model menentukan besar kecilnya laba, sebab standar
akrual juga tidak menyediakan informasi akuntansi menyediakan berbagai alternatif
untuk komponen mengelola laba perusahaan metode dan prosedur yang bisa dimanfaatkan.
dimana model akrual tidak membedakan Berdasarkan definisi diatas dapat dijelaskan
peningkatan diskresioner pada laba melalui bahwa manajemen laba merupakan sebuah
pendapatan atau komponen beban. intervensi manajer dalam memilih metode
Model yang dikembangkan oleh akuntansi sehingga manajer dapat menentukan
Stubben (2010) merupakan pengukuran besar kecilnya laba dengan tujuan agar kinerja
manajemen laba yang tergolong masih baru. manajer terlihat baik dan untuk memperoleh
keuntungan pribadi. Hal ini menyebabkan Keterangan :
laporan keuangan yang dihasilkan perusahaan AR : piutang akhir tahun
tidak berkualitas dan menyesatkan para R1_3 : pendapatan pada tiga kuartal pertama
pengguna laporan keuangan karena R4 : pendapatan pada kuartal keempat
menghasilkan laba yang tidak mencerminkan SIZE : natural log dari total aset saat akhir
realitas ekonomi yang ada. tahun
Manajemen laba dapat diukur dengan AGE : natural log umur perusahaan (tahun)
menggunakan Conditional Revenue Model. GRM : margin kotor
Stubben (2010) memperkenalkan conditional _SQ : kuadrat variable
revenue model sebagai proksi untuk Δ : annual change
manajemen laba atas dasar ketidakpuasan e : error
terhadap model akrual yang umum digunakan Menurut Sari dan Ahmar (2014) dari hasil
saat ini. Pertama, keterbatasan model akrual perhitungan manajemen laba yang didapatkan
adalah bahwa estimasi cross-sectional secara maka dapat diklasifikasikan batasan -0,075
tidak langsung mengasumsikan bahwa sampai dengan 0,075 dinyatakan tidak
perusahaan dalam industri yang sama terindikasi melakukan manajemen laba akrual.
menghasilkan proses akrual yang sama. Batasan tersebut disesuaikan dengan
Kedua, model akrual juga tidak menyediakan penelitian yang dilakukan oleh Roychowdurry
informasi untuk komponen mengelola laba (2006) karena dianggap mendekati angka 0
perusahaan dimana model akrual tidak dan juga ada kesamaan konsep perhitungan
membedakan peningkatan diskresionari pada nilai manajemen laba dengan penelitian yang
laba melalui pendapatan atau komponen di lakukan Stubben (2010).
beban.
Menurut Stubben (2010), pengakuan B. Pengungkapan Other Comprehensive
pendapatan lebih awal (premature revenue Incomet (OCI)
recognition) adalah bentuk paling umum dari Laporan keuangan harus disusun dan
manajemen pendapatan. Dengan adanya disajikan sesuai standar akuntansi keuangan
pengakuan pendapatan secara prematur yang yang tepat dan benar dengan disertai
dilakukan oleh perusahaan akan berdampak pengungkapan dalam catatan atas laporan
pada pendapatan itu sendiri dan piutang. keuangan. Informasi tambahan lain dapat
Dengan mengakui dan mencatat pendapatan diungkapkan untuk menghasilkan fair
periode yang akan datang atau belum presentation dan relevan dengan kebutuhan
terealisasi mengakibatkan pendapatan periode pemakai.
berjalan lebih besar daripada pendapatan Adapun Tujuan pengungkapan
sesungguhnya (Nuraini, 2012 dalam Asward menurut Kartika (2009) adalah:
dan Lina, 2015). a. Untuk menjelaskan item-item yang diakui
Adapun model Revenue Discretionary dan untuk menyediakan ukuran yang
Model adalah sebagai berikut : relevan bagi item-item tersebut, selain
1. Revenue Model ukuran dalam laporan keuangan.
ΔARit = α + β1 ΔR1_3it + β2 ΔR4it + e b. Untuk menjelaskan item-item yang belum
2. Conditional Revenue Model diakui dan untuk menyediakan ukuran
ΔARit = α + β1 ΔRit + β2 ΔRit × SIZEit + β3 yang bermanfaat bagi item-item tersebut.
ΔRit × AGEit + β4 ΔRit × AGE_SQit + c. Untuk menyediakan informasi yang
β5 ΔRit × GRMit + β6 ΔRit × membantu investor dan kreditur dalam
GRM_SQit + e menentukan risiko dan item-item yang
potensial untuk diakui dan yang belum
diakui. mempersempit ruang gerak bagi manajemen
d. Untuk menyediakan informasi penting untuk melakukan praktik manajemen laba.
yang dapat digunakan oleh users laporan
keuangan untuk membandingkan antar C. Arus Kas Bebas
perusahaan dan antar tahun. Jensen (1986) mendefinisikan free cash
e. Untuk menyediakan informasi mengenai flow adalah aliran kas yang merupakan sisa
aliran kas masuk dan keluar di masa dari pendanaan seluruh proyek yang
mendatang. menghasilkan net present value (NPV) positif
f. Untuk membantu investor dalam yang didiskontokan pada tingkat biaya modal
menetapkan return dan investasinya. yang relevan. Free cash flow inilah yang
Menurut keputusan Bapepam No. sering menjadi pemicu timbulnya perbedaan
Kep-06 / PM / 2000, dalam terdapat dua kepentingan antara pemegang saham dan
jenis pengungkapan, antara lain: manajer. Sedangkan Brigham dan Houston
a. Pengungkapan Wajib (mandatory (2013:109) mendefinisikan arus kas bebas
disclosure) merupakan arus kas yang benar-benar tersedia
Pengungkapan Wajib merupakan untuk dibayarkan kepada investor setelah
pengungkapan minimum yang harus perusahaan melakukan investasi dalam aset
diungkapkan atau disyaratkan oleh standar tetap, produk baru, dan modal kerja yang
akuntansi yang berlaku (kewajiban dibutuhkan untuk mempertahankan operasi
perusahaan). Perusahaan memperoleh manfaat yang sedang berjalan. Ketika free cash flow
dari menyembunyikan, sementara yang lain tersedia, manajer disinyalir akan
dengan mengungkapkan informasi. Jika menghamburkan free cash flow tersebut
perusahaan tidak bersedia untuk sehingga terjadi inefisiensi dalam perusahaan
mengungkapkan secara sukarela maka atau akan menginvestasikan free cash flow
pengungkapan wajib akan memaksa dengan return yang kecil (Smith dan Kim,
perusahaan untuk mengungkapkannya. 1994 dalam Cinthya dan Indriani, 2015).
b. Pengungkapan Sukarela (voluntary White et al (2003) mendefinisikan free
disclosure) cash flow sebagai aliran kas diskresioner yang
Pengungkapan Sukarela merupakan tersedia bagi perusahaan. Free cash flow
pengungkapan yang tidak diwajibkan adalah kas dari aktivitas operasi dikurangi
peraturan, dimana perusahaan bebas memilih capital expenditures yang dibelanjakan
jenis informasi yang akan diungkapkan yang perusahaan untuk memenuhi kapasitas
sekiranya dapat mendukung dalam produksi saat ini. Free cash flow dapat
pengambilan keputusan. digunakan untuk penggunaan diskresioner
Menurut Kartikahadi, dkk (2012) Other seperti akuisisi dan pembelanjaan modal
Comprehensive Income adalah pos-pos dengan orientasi pertumbuhan
pendapatan dan beban (termasuk penyesuaian (growthoriented), pembayaran hutang, dan
reklasifikasi) yang tidak diakui dalam laporan pembayaran kepada pemegang saham dalam
laba rugi komprehendif sebagaimana bentuk dividen. Chung et al, 2005 menyatakan
dinyatakan dalam SAK. Dengan adanya bahwa manajer tidak menyediakan
pengungkapan OCI diharapkan akan pengungkapan yang cukup untuk investor atas
menurunkan tingkat asimetri informasi yang investasi arus kas bebas atau asumsi yang
terjadi. Dengan semakin menurunnya tingkat mendasari proyek tesebut. Berdasarkan
asimetri informasi antara manajemen dan kuranganyan informasi, investor tidak tahu
pemilik perusahaan, maka juga akan prospek dan keuntungan maupun kerugian
atas atas projek kekayaan mereka. Hal ini
disebabkan akses informasi dari dalam pelaporan keuangan yang berkualitas, bulan
perusahaan. Desember 2008, Ikatan Akuntan Indonesia
(IAI) melalui Dewan Standar Akuntansi
D. Komite Audit Keuangan (DSAK-IAI) telah mencanangkan
Menurut Elder, dkk (2011) “komite adopsi penuh International Financial
audit adalah komite di bawah dewan Reporting Standard (IFRS) ke dalam Standar
komisaris yang terdiri dari sekurangnya Akuntansi Keuangan (SAK) Indonesia pada
seorang komisaris independen dan para tahun 2012.
professional independen dari luar perusahaan, Peraturan oleh Otoritas Jasa Keuangan
yang tanggung jawabnya termasuk membantu Nomor VIII.G.7 tahun 2012 tentang penyajian
pada auditor tetap independen dari dan pengungkapan laporan keuangan emiten
manajemen”. Komite audit merupakan salah atau perusahaan publik yang mewajibkan
satu unsur kelembagaan dalam konsep Good setiap perusahaan untuk menyajikan dan
Corporate Governance yang diharapkan mengungkapkan other comprehensive income
mampu memberikan kontribusi tinggi dalam secara konsisten dan jelas. Adanya peraturan
level penerapannya. Keberadaannya tersebut merupakan salah satu wujud dari ciri
diharapkan mampu meningkatkan kualitas IFRS yaitu pengungkapan yang lebih banyak
pengawasan internal perusahaan, serta mampu dalam laporan keuangan. Lin dan Rong (2011)
mengoptimalkan mekanisme checks and meneliti mengenai pengaruh pengungkapan
balances, yang pada akhirnya ditujukan untuk other comprehensive income (OCI) terhadap
memberikan perlindungan yang optimum manajemen laba membuktikan bahwa
kepada para pemegang saham dan stakeholder pengungkapan other comprehensive income
lainnya (IKAI, 2010). (OCI) memiliki hubungan negatif dengan
Adanya komite audit dapat mendorong manajemen laba, berarti dengan adanya
penerapan prinsip-prinsip Good Corporate pengungkapan other comprehensive income
Governance (Independency, transparency, (OCI) dapat mengurangi praktik manajemen
accountability and resposibility, and fairness) laba.
pada perusahaan yang bersangkutan. Prinsip Adanya arus kas bebas pada perusahaan
independensi sangat difokuskan terutama merupakan penyebab yang menjadi latar
dalam hal menajaga kualitas pelaporan belakang terjadinya praktik manajemen laba
keuangan perusahaan. dalam sebuah perusahaan. Brigham dan
Selain itu, melalui keputusan tersebut Houston (2013) mendefinisikan arus kas bebas
BAPEPAM juga mensyaratkan bahwa sebagai arus kas yang benar-benar tersedia
sekurang-kurangnya komite audit terdiri dari 3 untuk dibayarkan kepada investor setelah
anggota, dimana minimal satu orang perusahaan melakukan investasi dalam aset
merupakan anggota yang memiliki keahlian di tetap, produk baru, dan modal kerja yang
bidang akuntansi dan keuangan. BAPEPAM dibutuhkan untuk mempertahankan operasi
juga menghimbau bahwa setidak-tidaknya yang sedang berjalan. Artinya semakin tinggi
komite audit melakukan rapat minimal 4 arus kas bebas perusahaan maka semakin
(empat) kali dalam setahun atau kuartalan. besar kas yang dimiliki perusahaan untuk
pembayaran dividen, pembayaran hutang
PENGEMBANGAN HIPOTESIS maupun untuk pertumbuhan perusahaan.
Adanya pengungkapan other Jensen (1986) mengemukakan bahwa saat arus
comprehensive income dapat menjadi faktor kas bebas yang dimiliki perusahaan tidak
dalam mengurangi praktik manajemen laba digunakan untuk memaksimalkan dan
dalam perusahaan. Dalam rangka mencapai menyeimbankan kepentingan pemegang
saham, disinilah muncul masalah keagenan H3 : Komite Audit berpengaruh negatif
antara principal dan manajer. Artinya, terhadap Manajemen Laba.
Principal sebagai pemilik tentunya
menginginkan arus kas bebas tersebut III. Metode Penelitian
dibagikan agar kesejateraannya meningkat, POPULASI DAN SAMPEL
sedangkan disisi lain manajer ingin Populasi yang digunakan dalam
memperbesar perusahaan dengan berinvestasi penelitian ini adalah seluruh Perusahaan
melebihi ukuran optimal. Penelitian yang Manufaktur yang ada di Indonesia yang
dilakukan oleh Zakaria, et al (2013) pada terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia pada
perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek periode 2012-2016.
Malaysia menemukan arus kas bebas yang Adapun metode yang digunakan dalam
dimiliki perusahaan dapat memicu terjadinya penentuan sampel dalam penelitian ini adalah
manajemen labaPengaruh Komite Audit dengan menggunakan metode purposive
terhadap Manajemen Laba. Adanya komite sampling. Purposive sampling dikenal juga
audit yang efektif, mampu meningkatkan dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono,
kualitas dan kredibilitas laporan keuangan 2010). Kriteria-kriteria untuk memilih sampel
tahunan yang telah diaudit dan membantu tersebut yaitu perusahaan manufaktur yang
dewan direksi dalam memajukan kepentingan listing di Bursa Efek Indonesia selama periode
pemegang saham. Dalton et al. (1999) penelitian (2012-2016), perusahaan yang
menemukan bahwa komite audit menjadi tidak mempunyai data lengkap, laporan keuangan
efektif jika ukurannya terlalu kecil atau terlalu yang disajikan dalam mata uang rupiah,
besar. Ketika ukuran komite bertambah maka Perusahaan memiliki periode laporan
efektivitas komite audit meningkat, keuangan yang telah di audit dan berakhir
disebabkan perusahaan memiliki sumber daya pada tanggal 31 Desember, dan perusahaan
lebih untuk ditujukan pada masalah yang manufaktur yang menyajikan informasi
dihadapi oleh perusahaan. Besarnya ukuran lengkap terkait variabel penelitian
komite audit ini juga akan meningkatkan Dari kriteria di atas, maka diperoleh
fungsi monitoring pada komite audit terhadap sampel sebagai berikut:
pihak manajemen. Penelitian yang dilakukan Tabel 1. Kriteria Pengambilan
oleh Yang & Krishnan (2005), Lin dan Hwang Sampel
(2010), menemukan hasil bahwa ukuran Perusahaan Manufaktur yang 151
komite audit berpengaruh negatif terhadap Terdaftar di BEI tahun 2012-2016
manajemen laba. Semakin besar ukuran Perusahaan manufaktur yang delisting (7)
komite audit maka kualitas pelaporan selama periode penelitian
keuangan semakin terjamin. Sehingga dengan Tidak mempunyai Laporan Keuangan (18)
besarnya ukuran komite audit dapat yang lengkap
meminimalisasi terjadinya manajemen laba. Laporan keuangan yang tidak (26)
Dari uraian di atas dapat dirumuskan hipotesis disajikan dalam mata uang Rupiah.
sebagai berikut : Perusahaan yang tidak memiliki (64)
Berdasarkan penjelasan tersebut dapat informasi terkait variabel penelitian
dirumuskan hipotesis sebagai berikut: Perusahaan yang dapat menjadi 36
H1 : Pengungkapan Other Comprehensive sampel
Income (OCI) berpengaruh negatif Sumber : www.sahamok.com dan
terhadap manajemen laba www.idx.co.id
H2 : Arus kas bebas berpengaruh positif
terhadap manajemen laba. JENIS DAN SUMBER DATA
Jenis data penelitian ini adalah data Pengukuran pengungkapan other
sekunder. Sumber data yang digunakan dalam comprehensive income (OCI) diukur dengan
penelitian ini adalah data yang berasal dari rasio OCI. OCI merupakan komponen dari
laporan keuangan masing-masing perusahaan laba rugi komprehensif yang wajib untuk
sampel setiap akhir tahun, selama masa dilaporkan oleh perusahaan (sesuai PSAK
penelitian dari tahun 2012 sampai 2016. Data No.1 revisi 2009). Berdasarkan penelitian
mengenai laporan keuangan tersebut berasal yang dilakukan Lin et al., (2012) rasio OCI
dari situs resmi BEI dan situs lain yang diukur dengan cara :
diperlukan. 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑜𝑡ℎ𝑒𝑟 𝑐𝑜𝑚𝑝𝑟𝑒ℎ𝑒𝑛𝑠𝑖𝑓 𝑖𝑛𝑐𝑜𝑚𝑒
𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜 𝑂𝐶𝐼 =
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑐𝑜𝑚𝑝𝑟𝑒ℎ𝑒𝑛𝑠𝑖𝑣𝑒 𝑖𝑛𝑐𝑜𝑚𝑒
Untuk memperoleh data yang 2) Arus kas bebas
dibutuhkan dalam penelitian ini penulis Menurut Chintya dan Indriani (2015)
menggunakan teknik observasi dokumentasi persamaan yang digunakan untuk menghitung
dengan melihat laporan keuangan atau laporan arus kas bebas adalah sebagai berikut :
tahunan perusahaan sampel. Dengan teknik ini Arus Kas Bebas =
penulis mengumpulkan data laporan keuangan (Arus Kas Operasi
perusahaan dari tahun 2012 sampai 2016 − 𝑁𝑒𝑡 𝐶𝑎𝑝𝑖𝑡𝑎𝑙 𝐸𝑥𝑝𝑒𝑛𝑑𝑖𝑡𝑢𝑟𝑒
mengenai variabel yang akan diteliti yaitu arus − 𝑁𝑒𝑡 𝐵𝑜𝑟𝑟𝑜𝑤𝑖𝑛𝑔)/(Total Aset)
kas bebas, pengungkapan other Rumus turunan dari persamaan tersebut
comprehensive income, dan komite audit. Data adalah sebagai berikut :
diperoleh melalui situs resmi Bursa Efek a) Perhitungan nilai net capital expenditure:
Indonesia (www.idx.co.id) dan web-web 𝑁𝑒𝑡 𝐶𝑎𝑝𝑖𝑡𝑎𝑙 𝐸𝑥𝑝𝑒𝑛𝑑𝑖𝑡𝑢𝑟𝑒
terkait lainnya serta mempelajari literatur yang = (AL𝑡 − HL𝑡 ) − (AL𝑡−1
berkaitan dengan permasalahaan penelitian − HL𝑡−1 )
baik media cetak maupun elektronik. b) Net Borrowing
𝑁𝑒𝑡 𝐵𝑜𝑟𝑟𝑜𝑤𝑖𝑛𝑔 = PPE𝑡 − PPP𝑡−1
VARIABEL PENELITIAN DAN
PENGUKURANNYA Keterangan:
a. Variabel dependen Net capital expenditure: Perubahan modal
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kerja
manajemen laba. Manajemen laba (earnings Net Borrowing : Perubahan aktiva teta
management) dapat diukur melalui 𝐴𝐿𝑡 : Aktiva lancar tahun berjalan
conditional revenue model yang dikemukakan 𝐻𝐿𝑡 :Hutang lancar tahun berjalan
oleh (Stubben, 2010) sebagai proksi 𝐴𝐿𝑡−1 : Aktiva lancar tahun sebelum
manajemen laba dengan mehitung nilai 𝐻𝐿𝑡−1 : Hutang lancar tahun sebelum
residual menggunakan Stubben. Model 𝑃𝑃𝐸𝑡 : Aktiva tetap tahun berjalan
perhitungannya sebagai berikut: 𝑃𝑃𝐸𝑡−1 : Aktiva tetap tahun sebelum
∆𝑨𝑹𝒊𝒕 = 𝜶 + 𝜷𝟏∆𝑹𝒊𝒕 + 𝜷𝟐∆𝑹𝒊𝒕 × 𝑺𝑰𝒁𝑬𝒊𝒕
+ 𝜷𝟑∆𝑹𝒊𝒕 × 𝑨𝑮𝑬𝒊𝒕 + 𝜷𝟒∆𝑹𝒊𝒕 3) Komite Audit
× 𝑨𝑮𝑬_𝑺𝑸𝒊𝒕 + 𝜷𝟓∆𝑹𝒊𝒕 Menurut Yang dan Krishnan (2005)
× 𝑮𝑹𝑴𝒊𝒕 + 𝜷𝟔∆𝑹𝒊𝒕 variabel komite audit diukur secara
× 𝑮𝑹𝑴_𝑺𝑸𝒊𝒕 + 𝜺 numeral, yaitu dilihat jumlah nominal dari
anggota komite audit pada perusahaan.
b. Variabel independen
1) Pengungkapan other comprehensive METODE ANALSIS
income (OCI)
Untuk menguji hipotesis dalam yang paling tinggi sebanyak 5 orang dan yang
penelitian ini dilakukan dengan menggunakan paling rendah adalah sebanyak 1 orang.
analisis regresi berganda. Persamaan analisis
regresi berganda dapat dirumuskan sebagai UJI ASUMSI KLASIK
berikut: 1. Uji Normalitas
ML = a + b1X1+ b2X2+ b3X3+ e Uji normalitas bertujuan untuk menguji
Dimana : apakah dalam model regresi, variabel
ML = Manajemen Laba dependen dan variabel independen
a = Konstanta berdistribusi normal atau berdistribusi tidak
b1b2b3 = Koefisien regresi dari variable normal. Berdasakan hasil olahan data, nilai
independen kolmogorov smirnov menunjukkan hasil uji
x1 = OCI normalitas pada level signifikasi lebih kecil
x2 = Arus kas bebas dari dari  (  =0,05) yaitu 0,002 < 0,05 yang
x3 = Komite audit berarti data tidak terdistribusi normal.
e = Error Menurut Gujarati (2007) menyatakan bahwa
Selanjutnya untuk pengujian hipotesis asumsi normalitas mungkin tidak terlalu
dilakukan sesudah uji asumsi klasik dan uji penting dalam set data yang besar, yaitu
model yang terdiri dari uji t untuk pengujian jumlah data lebih dari 30. Dalam penelitian ini
hipotesis, uji F dan koefisien determinasi R2. jumlah sampel lebih dari 30, sehingga asumsi
Pengolahan data dilakukan dengan normalitas dalam penelitian ini tidaklah terlalu
menggunakan statistik program SPSS 20 dipermasalahkan.
IV. Hasil Analisis Data dan Pembahasan
ANALISIS DESKRIPTIF 2. Uji Multikolinearitas
Berdasarkan hasil pengujian multikolinearitas,
Berdasarkan tabel di atas, menjelaskan nilai VIF untuk variabel pengungkapan other
secara deskriptif variabel-variabel dalam comprehensive income (OCI) (X1) 1,008
penelitian ini. Variabel Manajemen Laba (Y) dengan tolerance sebesar 0,992, arus kas
yang terjadi pada perusahaan manufaktur rata- bebas (X2) sebesar 1,082 dengan tolerance
ratanya 0,000 dengan standar deviasi 0,924, dan komite audit (X3) sebesar 1,074
0,4219609. Manajemen laba yang paling dengan tolerance 0,931. Masing-masing
tinggi (maksimun) adalah sebesar 0,9032. variabel bebas tersebut memiliki nilai VIF <
Variabel pengungkapan other comprehensive 10 dan nilai tolerance> 0,1, sehingga dapat
income (OCI) (X1) yang terjadi pada disimpulkan bahwa tidak terdapat gejala
perusahaan manufaktur rata-ratanya adalah - multikolinearitas antar variabel independen.
1,7337 dengan standar deviasi 25,3641.
Pengungkapan other comprehensive income 3. Uji Heterokesdastisitas
(OCI) yang paling tinggi sebesar 23,86 dan Berdasarkan hasil pengujian
yang paling rendah adalah sebesar -338,85. heterokedastisitas, masing-masing variabel
Variabel arus kas bebas (X2) yang terjadi pada menunjukkan level sig > 0,05 yaitu 0,559
perusahaan manufaktur rata-ratanya adalah untuk variabel pengungkapan other
0,0145 dengan standar deviasi 0,15787. Arus comprehensive income (OCI), 0,095 untuk
kas bebas yang tinggi sebesar 0,97 dan yang variabel arus kas bebas, dan 0,743 untuk
paling rendah sebesar -0,46. Pada variabel komite audit. Sehingga penelitian ini bebas
komite audit (X3) yang terjadi pada dari gejala heterokedastisitas dan layak untuk
perusahaan manufaktur rata-ratanya adalah 3 diteliti.
dengan standar deviasi 0,48. Komite audit
4. Uji Autokorelasi terhadap variabel dependen yaitu manajemen
Berdasarkan uji autokorelasi ditemukan laba.
bahwa nilai Durbin-Watson sebesar 1,748,
yang berarti bahwa variabel terbebas dari 2
UJI KOEFISIEN DETERMINASI ( R )
autokorelasi. Nilai Adjusted R Square (R2) adalah sebesar
0,103. Hal ini mengindikasikan bahwa
PERSAMAAN REGRESI kontribusi variabel independen terhadap
Analisis regresi berganda dilakukan dengan variabel dependen sebesar 10,3% dan sebesar
menggunakan SPSS 20 diperoleh hasil sebagai 89,7% ditentukan oleh variabel lain yang tidak
berikut Dari Tabel diatas, maka diperoleh diteliti dalam penelitian ini.
persamaan regresi sebagai berikut :
Y = -0,167 – 0,082 (X1) – 0,648 (X2) – PENGUJIAN HIPOTESIS
0,004 (X3) + e 1. Pengungkapan Other Comprehensive
Dari hasil uji analisis regresi panel Income (OCI) berpengaruh negetif
terlihat bahwa konstanta sebesar -0,167 signifikan terhadap manajemen laba
menunjukkan bahwa tanpa adanya pengaruh Berdasarkan Tabel. 12 diketahui bahwa
dari variabel bebas pengungkapan other koefisien β pengungkapan other
comprehensive income (OCI), arus kas bebas comprehensive income (OCI) bernilai negatif
dan komite audit maka manajemen laba akan sebesar -0,082, nilai thitung sebesar -3,252 dan
berkurang sebesar 0,167. Variabel nilai signifikansi sebesar 0,002 < 0,05. Hal ini
pengungkapan other comprehensive income berarti bahwa pengungkapan other
(OCI) (X1) memiliki nilai koefisien regresi comprehensive income (OCI) berpengaruh
sebesar -0,082 menunjukkan bahwa setiap negatif signifikan terhadap manajemen laba
kenaikan satu satuan dari rasio pengungkapan dan dapat disimpulkan bahwa hipotesis
other comprehensive income (OCI) maka pertama diterima.
akan menurunkan manajemen laba sebesar
0,082 dengan anggapan variabel bebas lainnya 2. Arus kas bebas berpengaruh negatif
tetap. Variabel arus kas bebas (X2) memiliki signifikan terhadap manajemen laba
nilai koefisien regresi sebesar -0,684 Berdasarkan Tabel 12 diketahui bahwa
menunjukkan bahwa setiap kenaikan satu koefisien β arus kas bebas bernilai negatif
satuan dari arus kas bebas maka manajemen sebesar -0,684, nilai thitung sebesar -2,124 dan
laba akan mengalami penurunan sebesar nilai signifikansi sebesar 0,036 < 0,05. Hal ini
0,684. Variabel komite audit (X3) memiliki berarti bahwa arus kas bebas berpengaruh
nilai koefisien regresi sebesar -0,004 negatif signifikan terhadap manajemen laba
menunjukkan bahwa setiap kenaikan satu dan dapat disimpulkan bahwa hipotesis kedua
satuan dari komite audit maka komite audit ditolak.
akan mengalami penurunan sebesar 0,004.
3. Komite audit berpengaruh negatif tidak
UJI F signifikan terhadap manajemen laba
Hasil pengolahan data menunjukkan hasil F Berdasarkan Tabel 12 diketahui bahwa
hitung sebesar 4,673 dengan signifikasi pada koefisien β komite audit bernilai negatif
0,004. Jadi F hitung > F tabel (sig sebesar -0,004, nilai thitung sebesar -0,038 dan
0,004<0,05). Maka dapat disimpulkan bahwa nilai signifikansi sebesar 0,970 > 0,05. Hal ini
variabel independen dalam model penelitian berarti bahwa komite audit berpengaruh
ini secara simultan dapat berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap manajemen
laba dan dapat disimpulkan bahwa hipotesis Perusahaan yang mengungkapkan OCI
ketiga ditolak juga mengungkapkan jumlah pajak terkait
dengan OCI, termasuk penyesuaian
PEMBAHASAN reklasifikasi, baik dalam laporan laba rugi
1. Pengaruh Pengungkapan Other komprehensif maupun Catatan Atas Laporan
Comprehensive Income (OCI) Terhadap Keuangan (CALK). Pengungkapan OCI yang
Manajemen Laba disertai adanya tambahan pajak penghasilan
Dian dan Titik (2012) menyatakan yang harus dibayarkan terkait komponen OCI
bahwa adanya penerapan penerapan IFRS dapat mengurangi tindakan oportinis manajer
sebagai standar global akan mengakibatkan yang ingin memaksimalkan kekayaannya.
semakin sedikitnya pilihan-pilihan metode Sehingga pengungkapan OCI ini dapat
akuntansi yang dapat diterapkan sehingga menghambat motivasi manajemen dalam
akan meminimalisir praktik-praktik melakukan manajemen laba yaitu motivasi
kecurangan akuntansi. Pengungkapan other bonus scheme. Sedikitnya perusahaan di
comprehensive income (OCI) merupakan salah Indonesia mengungkapkan OCI pada laba rugi
satu wujud IFRS yaitu adanya pengungkapan komprehensif menyebabkan masih sedikit
penuh (full disclosure) atas laporan keuangan. pendeteksian manajemen laba melalui
Adanya full disclosure ini, maka manajemen pengungkapan OCI. Hal ini disebabkan karena
akan lebih hati-hati dalam melakukan tindakan standar akuntansi di Indonesia PSAK 1 (revisi
manajemen laba sehingga informasi laporan 2009) yang mewajibkan perusahaan
keuangan yang dihasilkan lebih yang jujur dan mengungkapkan OCI baru berlaku efektif di
dapat dipercaya. Indonesia pada tanggal 1 Januari 2012.
Setelah dilakukan pengujian hipotesis Sedangkan pengungkapkan OCI berdasarkan
dengan menggunakan uji statistik t, standar akuntansi internasional (IAS 1) wajib
didapatkan hasil bahwa pengunkapan OCI diberlakukan pada tahun 2007. Apabila
yang merupakan variabel bebas dalam dibandingkan dengan tahun penelitian ini,
penelitian ini berpengaruh negatif terhadap jaraknya hanya satu tahun dari tanggal
manajemen laba. Hal ini menunjukkan bahwa pemberlakuan pengungkapan OCI. sedikitnya
pengungkapan komponen other perusahaan yang mengungkapkan OCI pada
comprehensive income pada perusahaan laporan keuangannya disesbabkan oleh
manufaktur yang terdaftar di bursa efek kurangnya pengawasan pemerintah terhadap
Indonesia sanggup mengurangi praktik penyajian laporan keuangan.
manajemen laba. Dengan kata lain, suatu
perusahaan lebih baik mengungkapkan other 2. Pengaruh Arus Kas Bebas Terhadap
comprehensive income pada laporan laba rugi Manajemen Laba
komprehensifnya agar dapat mengurangi Dari hasil penelitian menunjukkan
terjadinya praktik manajemen laba. Hasil bahwa nilai signifikasi 0,036 lebih kecil dari α
penelitian ini sejalan dengan penelitian yang 0,05 dengan β -0,684 (negatif). Hal ini tidak
dilakukan oleh Lin dan Rong (2011) dan sesuai dengan arah hipotesis. Hasil penelitian
Rahmadeni (2016) yang menyatakan bahwa ini sejalan dengan hasil penelitian yang
pengungkapan OCI mempunyai pengaruh dilakukan Agustia (2013) dan Chintya dan
negatif terhadap manajemen laba atau adanya Indriani (2015) bahwa perusahaan dengan arus
pengungkapan OCI ini dapat mengurangi kas bebas tinggi lebih cenderung membatasi
terjadinya praktik manajemen laba pada praktik manajemen laba. Penelitian Mohd
perusahaan. Noor et al (2015) juga membuktikan bahwa
ada hubungan negatif yang signifikan antara fungsi komite audit dalam melakukan
arus kas bebas dengan manajemen laba. pengawasan terhadap manajemen dalam
Adanya pengaruh negatif arus kas penyusunan laporan keuangan belum berjalan
bebas terhadap manajemen laba ini diartikan dengan efektif. Effendi (2009) menyatakan
bahwa semakin tinggi arus kas bebas pada bahwa keberadaan komite audit di perusahaan
perusahaan maka semakin rendah manajemen publik sampai saat ini masih sekedar untuk
laba. White et al (2003) mengungkapkan memenuhi ketentuan pihak regulator
bahwa semakin besar arus kas bebas yang (pemerintah) saja. Selanjutnya Agustia (2013)
tersedia dalam suatu perusahaan, maka menyatakan bahwa penunjukkan anggota
semakin sehat perusahaan tersebut karena komite audit di perusahaan publik bukan
memiliki kas yang tersedia untuk berdasarkan kompetensi dan kapabilitas yang
pertumbuhan, pembayaran utang dan dividen. memadai dari komite audit tapi sebagian besar
Arus kas bebas yang tinggi menunjukkan masih berdasarkan pada adanya hubungan
perusahaan memiliki kinerja yang lebih baik kedekatan antara komite audit dengan dewan
dibandingkan perusahaan lainnya karena komisaris perusahaan. Oleh karena itu dalam
perusahaan tersebut dapat memperoleh pembentukan komite audit, besar kecilnya
keuntungan atas berbagai kesempatan yang jumlah komite audit di perusahaan tidak akan
mungkin tidak dapat diperoleh perusahaan mampu membatasi terjadinya praktik
lain. manajemen laba. Hasil penelitian ini sejalan
Perusahaan dengan nilai arus kas bebas dengan penelitian yang dilakukan oleh
yang tinggi cenderung tidak akan melakukan Agustia (2013) dan Asward dan Lina (2015)
manipulasi laba, karena dalam hal ini sebagian bahwa komite audit tidak berpengaruh
besar investor merupakan transient investors terhadap manajemen laba. Asward dan Lina
(pemilik sementara perusahaan) yang lebih (2015) mengungkapkan hal yang berkaitan
terfokus pada informasi arus kas bebas dengan pengetahun dan kemampuan dari
perusahaan yang menunjukkan bagaimana komite audit. Bahwasannya komite audit yang
kemampuan perusahaan dalam membagikan dipilih harus benar-benar menguasai masalah
deviden. Selain itu arus kas bebas perusahaan akuntansi dan keuangan terkini. Hal ini lah
yang tinggi juga dapat menjadi gambaran bagi menyebabkan jumlah audit yang lebih banyak
investor bahwa dividen dapat dibagikan justru tidak dapat mengurangi terjadinya
kepada investor dan tidak digunakan hanya manajemen laba pada perusahaan, karena
untuk menyiasati pasar dengan maksud kemampuan dan kompetensi anggota komite
meningkatkan nilai perusahaan. audit ini akan mempengaruhi efektifitas
3. Pengaruh Komite Audit Terhadap komite audit dalam menjalankan
Manajemen Laba pekerjaannya. Seharusnya efektivitas komite
Setelah dilakukan pengujian hipotesis audit akan meningkat bila ukuran komite audit
dengan uji t statistik, hasilnya menunjukkan meningkat karena memiliki sumber daya lebih
bahwa komite audit tidak berpengaruh untuk menangani masalah-masalah yang
terhadap manajemen laba. Ini berarti adanya dihadapi oleh perusahaan.
manajemen laba tidak dapat di deteksi melalui V. KESIMPULAN DAN SARAN
dibentuknya komite audit pada perusahaan Berdasarkan hasil temuan dan
manufaktur yang menjadi sampel dalam pengujian hipotesis yang telah dilakukan dapat
penelitian ini. Hal ini berakibat di tolaknya disimpulkan bahwa :
hipotesis dalam penelitian ini. Komite audit 1. Pengungkapan other comprehensive
yang tidak mempunyai pengaruh terhadap income (OCI) berpengaruh negatif
manajemen laba ini mengindikasikan bahwa signifikan terhadap manajemen laba pada
perusahaan yang terdaftar di BEI pada 2012 masih banyaknya perusahaan
tahun 2012-2016. manufakur yang terdaftar di Bursa Efek
2. Arus kas bebas berpengaruh negatif Indonesia yang belum mengungkapkan
signifikan terhadap manajemen laba pada other comprehensive income dalam laporan
perusahaan yang terdaftar di BEI pada laba rugi komprehensif sehingga
tahun 2012-2016. mengakibatkan kurangnya jumlah sampel
3. Komite audit berpengaruh negatif tidak dalam penelitian ini.
signifikan terhadap manajemen laba yang 4. Pada variabel independen yaitu komite
terdaftar di BEI pada tahun 2012-2016. audit dalam penelitian ini, proksi yang
digunakan dalam mengukur efektvitas
Beberapa keterbatasan yang ditemui komite audit hanya di lihat dari ukuran
dan berpengaruh terhadap penelitian ini adalah komite audit.
: 5. Kemampuan dari variabel-variabel
1. Ruang lingkup penelitian hanya pada independen penelitian ini dalam
perusahaan manufaktur sehingga hasil menjelaskan manajemen laba hanya
penelitian belum bisa dijadikan pedoman sebesar 10,3%, hal ini menandakan adanya
bagi industri lain. variabel-variabel lain yang lebih
2. Penelitian ini menggunakan data keuangan berpengaruh terhadap timbulnya
selama 5 tahun (2012-2016), dimana pada manajemen laba.
tahun 2012 masih banyak perusahaan yang Dari kesimpulan dan keterbatasan
terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang yang telah diuraikan diatas, maka dalam
masih belum mengungkapkan other kesempatan ini penulis mencoba untuk
comprehensive income (OCI) di laporan memberikan saran-saran sebagai berikut:
laba rugi komprehensif. 1. Bagi peneliti selanjutnya, sebaiknya
3. Periode penelitian ini yaitu selama 5 tahun memperbanyak jumlah sampel dalam
mulai tahun 2012-2016, dimana sample penelitian.
yang diperoleh hanya sebanyak 36 2. Bagi peneliti selanjutnya, agar menambah
perusahaan. Hal ini disebabkan pada tahun variabel independen yang lainnya.
DAFTAR PUSTAKA Bukit, R. B., Iskandar, T. M. 2009. “Surplus
Agustia, Dian. 2013. “Pengaruh Corporate Free Cash Flow, Earnings Management
Governance, Free Cash Flow, dan and Audit Committee”. International
Leverage Terhadap Manajemen Laba”. Journal of Economics and Management,
Jurnal Akuntansi dan Keuangan, 15 (1), 3(1), 204–223.
27-42.
Bukit, R. Br., Nasution, F.N. 2015. “Employee
Akbar, Geys Fahmi. 2015. “Pengungkapan Diff, Free Cash Flow, Corporate
Other Comprehensive Income (OCI), Governance and Earnings Management”.
Asimetri Informasi, dan Praktik Procedia-Social and Behavioral Sciences,
Manajemen Laba”. Skripsi: Fakultas 211, 585-594.
Ekonomi dan Bisnis Universitas
Diponegoro. Chung, R., Firth, M., & Kim, J. B. 2005.
“Earnings Management, Surplus Free
Abbadi, et al. 2016. Corporate Governance Cash Flow, and External Monitoring”.
Quality and Earnings Management: Journal of Business Research, 58(6),766-
Evidence from Jordan. Australasian 776.
Accounting, Business and Finance
Journal,10(2), 54-75. Cinthya, Cut Nessa dan Mirna Indriani. 2015.
“Arus Kas, Komite Audit dan Manajemen
Alhalik. 2015. PSAK Terkini Berbasis IFRS Laba Studi Kausalitas pada Perusahaan
Terkait OCI VS SAK ETAP, Cetakan Manufaktur Indonesia”. Jurnal Dinamika
Kedua. Ikatan Akuntan Indonesia Akuntansi dan Bisnis, JDAB Vol. 2 (2),
Wilayah Jakarta. pp. 167-183

Anthony dan Govindarajan. 2005. Management Dalton, D., Daily, C., Johnson, J. and Ellstrand,
Control System, Edisi 11, penerjemah: A. 1999. Number of directors and
F.X. Kurniawan Tjakrawala, dan Krista. financial performance: A meta-analysis,
Penerbit Salemba Empat, Buku 2, Jakarta. Academy of Management Journal, 42,
674-686.
Asward, Ismalia dan Lina. 2015. “Pengaruh
Mekanisme Good Corporate terhadap Dechow, P. M., Sloan, R. G., & Sweeney, A. P.
Manajemen Laba dengan Pendekatan 1995. Detecting Earnings Managenent.
Conditional Revenue Model”. Jurnal The Accounting Review, 70 (2), 193-223.
Manajemen Teknologi. Vol.14 No.1.
Dewi, Rina Puspita dan Maswar Patuh Priyadi.
Belkaoui, Ahmed Riahi. 2007. Teori Akuntansi 2016. “Pengaruh Free Cash Flow, Kinerja
Buku 2, Edisi 5. Jakarta: Salemba Empat. Keuangan terhadap Earnings
Management Dimoderasi Corporate
Brigham, E. F., Houston, J. F. 2013. Dasar- Governance”. Jurnal Ilmu dan Riset
dasar Manajemen Keuangan (Essential of Akuntansi.Vol. 5, No.1.
Financial Management). Edisi ke sebelas
buku 1. Terjemahan coleh Ali Akbar Dian, Rohaeni dan Aryati Titik . 2012.
Yulianto. Jakarta: Salemba Empat. Pengaruh Konvergensi IFRS Terhadap
Income Smoothing dengan Kualitas Audit
Sebagai Variabel Moderasi.Universitas Ikatan Akuntan Indonesia. 2012. Pernyataan
Trisakti. Jakarta. Standar Akuntansi No. 2. Penerbit
Salemba Empat. Jakarta.
Effendi, Arief. 2009. The power of Good
Corporate Governance Teori dan Jensen, M.C. 1986. “Agency Cost of Free Cash
Implementasi. Jakarta: Salemba Empat Flow, Corporate Finance and Takeovers”.
American Economic Review. Vol 76 :
Elder, dkk. 2011. Jasa Audit dan Assurance. 323-329.
Jakarta. Salemba Empat.
Jensen, M.C. dan Meckling, W.H., 1976. “The
Fischer, Marilyn dan Kenneth Rosenzweig Teory of The Firm: Managerial Behavior,
.1995. Attitudes of Students and Agency Cost and Ownership Structures”.
Accounting Practitioners Concerning the Journal of Financial Economics,
Ethical Acceptibility of Earnings Vol.3,p.305-36.
Management. Journal of Business Ethics
14. Hal 433-444. Kartika, Andi. 2009. “Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Kelengkapan
Ghozali, Imam. 2006. Aplikasi Analisis Pengungkapan Laporan Keuangan Pada
Multivariate dengan Program SPSS. Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di
Semarang. Badan Penerbit Universitas Bursa Efek Indonesia”. Kajian Akuntansi.
Diponegoro Vol.1 No.1

Gujarati, Damodar N. 2007.Dasar-Dasar Kartikahadi, dkk. 2012. Akuntansi Keuangan


Ekonometrika Jilid 2. Jakarta: Erlangga. berdasarkan SAK berbasis IFRS. Jakarta:
Salemba Empat.
Gusnela, Nadia. 2015. Analisis Komponen
Other Comprehensive Income (studi Kamardin dan Mikoa. 2014. “Impact of Audit
empiris pada perusahaan manufaktur yang Committee and Audit Quality on
listing di Bursa Efek Indonesia 2012 – Preventing Earnings Management in the
2014). Skripsi. Pre- and Post- Nigerian Corporate”.
Social and Behavioral Sciences, 172 (
Handayani, Yuviska Pitri. 2014. Analisis 2015 ) 651 – 657.
Perbedaan Manajemen Laba Sebelum dan
Sesudah Penerapan Standar Akuntansi Keputusan Ketua BAPEPAM Nomor.: Kep-
Keuangan. Artikel Skripsi, Universitas 29/PM/2004 Tanggal 24 September 2004
Negeri Padang. Padang. Mengenai Pembentukan dan Pedoman
Pelaksanaan Kerja Komite Audit.
Healy, P. 1985. The Effect of Bonus Schemes
on Accounting Decisions. Journal of Komite Nasional Kebijakan Governance. 2002.
Accounting and Economics 7. “Pedoman Pembentukan Komite Audit
yang Efektif”. www.knkg-indonesia.org,
Healy, P., dan Wahlen J. 1999. A Review of diakses 3 Agustus 2017.
The Earnings Manajement Literature and
Its Implications for Standard Setting. Kono, Fransiska Dian Permatasari., dan Etna
Accounting Horizon 12(4). Nur Afri Yuyetta, 2013, “Pengaruh Arus
Kas bebas, Ukuran KAP, Spesialisasi
Industri KAP, Audit Tenur dan Effectiveness: The Case for GLCS in
Independensi Auditor terhadap Malaysia. Research paper.
Manajemen Laba”, Diponegoro Journal
of Accounting, Volume 2, Nomor 3, 2013, Palestin, HalimaShatila, 2008, “Analisis
Hlm 1-9. pengaruh Struktur Kepemilikan, Praktik
Corporate Governance dan Kompensasi
Lin, Jerry W and Mark I. Hwang. 2010. “Audit Bonus Terhadap Manajemen Laba (Studi
Quality, Corporate Governance, and Empiris pada PT. Bursa Efek Indonesia)”,
Earnings Management: A Meta- UNDIP Institutional Repository.
Analysis”. International Journal of
Auditing. 14: 57–77. Putra, INyoman Wijana Asmara, 2009,
“Manajemen Laba sebagai Perilaku
Lin, Wang dan Men Rong. 2011. “Impact of Manajemen Opportunistic atau Realistic
Other Comprehensive Income Disclosure ?”, E-jurnal Akuntansi Universitas
on Earnings Management”. Nankai Udayana, Vol.6, No.1.
Business Review International, Vol. 3 Iss
1 pp. 93-101. Rahmadeni, Shintya. 2016. “Analisis
Pengungkapan Other Comprehensive
Lobo, Gerald J. dan Jian Zhou. 2001. Income dalam Mendeteksi Manajemen
“Disclosure Quality And Earnings Laba”. Skripsi. Universtas Andalas.
Management”, Social Science Research
Network Electronic Paper Collection. Roychowdhury, S. 2006. Earnings Management
Through Real Activities Manipulation.
Martani, dkk. 2012. Akuntansi Keuangan Journal of Accounting and Economics.
Menengah Berbasis PSAK. Jakarta:
Salemba Empat. Schipper, K. 1989. Commentary: Earnings
Management. Accounting Horizons, 3,
Meiranto, Wahyu dan Anindyah Prastiti.2013. 91-102.
“Pengaruh Karakteristik Dewan
Komisaris dan Komite Audit terhadap Scott, William R., 2003. Financial Accounting
Manajemen Laba. Dipenogoro Jurnal of Theory, Third Edition, Prentice Hall,
Accounting. Volume 2, Nomor 4, Tahun USA.
2013, Halaman 1-12.
Mohd Noor, N.F., Heang, L.T., Iskandar, T.M Setiawati, L., dan Naim. 2000. Manajemen
and Isa, Y.M. 2015. Fraud Motives and Laba. Jurnal Ekonomi dan Bisnis
Opportunities Factors on Earnings Indonesia, Vol. 15, No. 4, hal. 424-441.
Manipulations. Procedia Economics and
Finance 28, 126 – 135. Sharma, V., Naider, V., & Lee, B. 2009.
Determinants of audit committee meeting
Murhadi, Werner R. 2009. Good Corporate frequency: Evidence from a voluntary
Governance and Earning Management, governance system. Accounting Horizons.
Practices: An Indonesian Cases. 23(3), 245-263.

Nelson, S. P., Jamil, N. N. 2012. “An Stubben, S. 2010. “Discretionary Revenues as a


Investigation on the Audit Committee’s Measure of Earnings Management”. The
Accounting Review, 85(2): 695-717.
White, G. I., Sondhi, A. C., and Dov, F. 2003.
Suaryana, Agung. 2005. “Pengaruh Komite The Analiysis and Use Of Financial
Audit terhadap Kualitas Laba”. Statements. New York: John Wiley and
Simposium Nasional Akuntansi VIII. Sons, Inc.

Subramanyam, K. R., Wild, J. J. 2013. Analisis Wiryadi, Ari dan Nurzi Sebrina. 2013.
laporan keuangan. Buku 1 edisi 10. Pengaruh Asimetri Informasi, Kualitas
Jakarta: Salemba Empat. Audit, Dan Struktur Kepemilikan
Terhadap Manajemen Laba. WRA, Vol. 1,
Sugiyono.2010. Metode Penelitian Bisnis. No. 2, Oktober 2013.
Bandung : CV. Alfabeta

Sulistyanto, Sri. 2008. Manajemen Laba: Teori Widyaningdyah, A. U. 2001. Analisiss Faktor-
dan Model Empiris. Jakarta: Grasindo. Faktor yang Berpengaruh terhadap
Earnings Management pada Perusahaan
Suwardjono, 2010. Teori Akuntansi Go Public di Indonesia. Jurnal Akuntansi
Perekayasaan Pelaporan Keuangan, & Keuangan 3(2).
Edisi ketiga BPFE. Yogyakarta
Worthy, Ford S .1984. Manipulating Profits:
Tetuko, Dwi. 2013. “Pengaruh Pengungkapan How It Done. Fortune, June 25, 50-54.
Other Comprehensive Income Terhadap Xie, Biao., Wallace N. Davidson and Peter J.
Praktik Manajemen Laba”. Skripsi. Dadalt. 2003. Earning Management and
Universitas Sebelas Maret. Corporate Governance: The Roles Of The
Board and The Audit Committee. Journal
Ujiyantho, Muh. Arief dan Bambang Agus of Corporate Finance, Vol.9. hal.295-
Pramuka. 2007. “Mekanisme Corporate 316.
Governance, Manajemen Laba dan
Kinerja Keuangan”. Simposium Nasional Yang, J. S. & Krishnan, J. 2005. “Audit
Akuntansi X Makassar 2007. committees and quarterly earnings
management”. International Journal of
UNP. 2014. “Buku Panduan Penulisan Tugas Auditing, Vol. 9, pp. 201–19.
Akhir/Skripsi Mahasiswa Univesitas
Negeri Padang”. Padang: UNP Zakaria, et al. 2013. “The effect of free cash
flow, dividend and leverage to earnings
Utama, Marta. 2004. “Komite audit, Good management: Evidence from Malaysia”.
Corporate Governance dan pengungkapan Accounting Research institute and
informasi”. Jurnal Akuntansi dan university teknologi Mara Johor
Keuangan Indonesia. Vol. 1. pp. 61 – 79 Malaysia.

Wardhani, Ratna dan Joseph Herunata. 2010.


Karakteristik Pribadi Komite Audit dan
Praktik Manajemen Laba. Simposium
Nasional Akuntansi XIII. Jakarta:
Universitas Indonesia.
Lampiran
1. Statistik deskriptif
Tabel 7. Statistik Deskriptif
N Minimum Maximum Mean Std.
Deviation
Y 180 -2.6626 .9032 .000000 .4219609
X1 180 -338.85 23.86 -1.7337 25.36410
X2 180 -.46 .97 .0145 .15787
X3 180 1 5 3.02 .484
Valid N
180
(listwise)
Sumber : Hasil olah data spss 20
2. Uji Normalitas
Tabel 8. Hasil Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 97
Mean 0E-7
Normal Parametersa,b Std.
.47375020
Deviation
Absolute .191
Most Extreme
Positive .162
Differences
Negative -.191
Kolmogorov-Smirnov Z 1.886
Asymp. Sig. (2-tailed) .002
Sumber: Hasil olahan SPSS 20
3. Uji Multikolinearitas

Tabel 9. Hasil Pengujian Multikolinearitas


Coefficientsa
Model Collinearity Statistics
Tolerance VIF
(Constant)
X1 .992 1.008
1
X2 .924 1.082
X3 .931 1.074
Sumber: Hasil olahan SPSS 20
4. Uji Heterokedastisitas

Tabel 10. Hasil Pengujian Heteroskedastisitas


Coefficientsa
Model Unstandardized Standardized t Sig.
Coefficients Coefficients
B Std. Error Beta
(Constant) .163 .215 .758 .450
X1 .001 .001 .060 .587 .559
1
X2 .463 .274 .174 1.689 .095
X3 .023 .070 .034 .329 .743
Sumber: Hasil olahan SPSS 20

5. Uji Autokorelasi

Tabel 11. Hasil Pengujian Autokorelasi


Model Summaryb
Model R Durbin-Watson

1 .362a 1.748
Sumber: Hasil olahan SPSS 20
6. Uji Regresi Berganda

Tabel 12. Hasil Regresi Linear Berganda


Coefficientsa
Model Unstandardized Standardized t Sig.
Coefficients Coefficients
B Std. Error Beta
(Constant) -.167 .306 -.547 .586
X1 -.082 .025 -.312 -3.252 .002
1
X2 -.648 .305 -.211 -2.124 .036
X3 -.004 .100 -.004 -.038 .970
Sumber: Hasil olahan SPSS 20
7. Uji F
Tabel 14. Hasil Uji F
ANOVAa
Model Sum of Df Mean F Sig.
Squares Square
Regression 2.798 3 .933 4.763 .004b
1 Residual 18.599 95 .196
Total 21.397 98
Sumber: Hasil olahan SPSS 20

8. Uji Determinan
2
Tabel 15. Hasil Pengujian Koefisien Determinasi ( R )
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Std. Error of
Square the Estimate
1 .362a .131 .103 .4424731
Sumber: Hasil olahan SPSS 20

Anda mungkin juga menyukai