Anda di halaman 1dari 25

1

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Batuan adalah singkapan dasar benua yang berasal dari hasil pelapukan
bahan organik melalui proses biologis maupun kimiawi. Kompleks batuan dasar di
Kalimantan Selatan (termasuk pegunungan Schwaner) mewakili singkapan dasar
benua terbesar di Indonesia. Batuan dasar adalah batuan di dasar lapisan stratigrafi
yang umumnya lebih tua dari batuan di atasnya. Batuan ini biasanya mengalami
metamorfosis bila terkena panas. Hasil metamorfosis batuan ini yang khas adalah
batuan pualam yang berasal dari batu kapur; batu sekis hijau yang berasal dari
batuan vulkanik, batu geneis yang berasal dari batu pasir atau granit.
Wilayah propinsi Kalimantan Selatan luasnya kurang lebih 3.753.051 ha,
dan memiliki garis pantai yang mempunyai karakteristik yang berbeda-beda di
setiap daerah. Adapun luas wilayah Kalimantan Selatan menurut kelas ketinggian
yang dibagi menjadi 6 kelas ketinggian menunjukkan wilayah Kalimantan Selatan
sebagian besar berada pada kelas ketinggian 25-100 m di atas permukaan laut yakni
31,29% Wilayah kalimantan Selatan keberadaanya dibelah oleh pegunungan
Meratus yang membujur arah utara-selatan, bentuk Geologi wilayah Kalimantan
Selatan sebagian besar berupa Aluvium Muda dan Formasi Berai.
Bunati adalah suatu daerah dibagian selatan Kalimantan Selatan yang
berdekatan dengan pantai angsana. Sebagian tanah singkapan Pantai Bunati terdiri
dari jenis batuan dan terdapat karakterstik pantai yang sangat berubah-ubah sesuai
dengan perubahan musim yang terjadi. Kondisi pantai Bunati terdiri dari hamparan
pasir, muara sungai, tanjung yang terdapat singkapan batuan batubara serta aktivitas
pelabuhan khusus sehingga wilayah perairan pantai Bunati merupakan arus
pelayaran kapal pengangkut batubara (atau yang disebut dengan Tongkang) yang
tidak menutup kemungkinan mempengaruhi geomorfologi pantai Desa Bunati.
Berdasarkan uraian di atas, maka perlu diadakan kajian mengenai struktur
geologi yang berkaitan dengan mata kuliah geologi laut, untuk menjelaskan jenis
dan singkapan batuan yang berada di pesisir pantai tersebut dan mengetahui proses
geomorfologi pantai tersebut.
2
 

1.2 Tujuan dan Kegunaan

Adapun tujuan dan kegunaan praktek lapang yang dilaksanakan di Pantai


Bunati Kecamatan Angsana :
1. Mengidentifikasi secara visual jenis batuan yang terdapat di lokasi praktek.
2. Mengetahui struktur batuan yang tersingkap di sepanjang pantai lokasi praktek.
3. Mengetahui proses geomorfologi pantai di lokasi tersebut.

1.3 Ruang Lingkup

Ruang lingkup praktek lapang di perairan Pantai Bunati adalah sebagai


berikut :

1.3.1. Ruang Lingkup Wilayah

Wilayah pengambilan data ini meliputi area pesisir Bunati Kab. Tanah
Bumbu Kalimantan Selatan, yang mencakup pantai dan laut.

1.3.2. Ruang Lingkup Materi

a. Mengamati dan mengidentifikasi jenis batuan tersingkap yang berada di


lokasi pengambilan data geologi laut
b. Mengambil data kelandaian pantai dan menentukan geomorfologinya
c. Menggunakan metode Strike dan Dip
3
 

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Geologi

Secara estimologi geologi berasal dari bahasa Yunani yaitu Geo yang
artinya Bumi dan Logos yang artinya ilmu, jadi Geologi adalah ilmu yang
mempelajari bumi (Anonim,2012). Menurut Holmes dalam Saragih (2012)
menyatakan bahwa geologi merupakan ilmu ppengetahuan yang menguraikan
tentang evolusi bumi secara menyeluruh beserta penghuninnya. Secara menyeluruh
beserta penghuninya, sejak awal pembentukannya hingga sekarang, yang dapat
dikenali dapat batuan. Secara umum Geologi adalah ilmu yang mempelajari planet
bumu termasuk komposisi keterbentukannya dan sejarahnya.
Geologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang masa sekarang
atau masa yang lampau dari bentuk-bentuk morfologi, struktur bumi, lingkuungan
dan kehidupan fosil yang terdapat pada batuan. Bidang utama yang dipelajari
adalah semua jenis batuan, tanah dan air dalam tanah batuan yang bermanfaat untuk
pencarian bahan-bahan tambang minyak dan gas, endapan mineral maupun dapat
sebagai konsultan bidang geologi teknik. Ahli geologi dapat mengungkapkan
fenomena alam tentang bencana gempa bumi dan tsunami, gunung meletus, banjir,
gerakan tanah dll (Sukartono, 2010).
Menurut Hadiwidoyo (1976) bahwa ilmu geologi adalah pengetahuan alam
yang mempelajari litosfer (Lithos : batu, phere : lapisan) dan gejala-gejalanya,
semula ilmu geologi ditempatan sebagai ilmu murni bagian dari lmu pengetahuan
alam yang bersifat deskriptif klasik yaitu pengetahuan yang mempelajari atau
menyelidiki lapisan-lapisan batuan yang ada dalam kerak bumi dan menuliskan
sejarah perkembangannya. Menjelang akhir abad ke-20 bidang geologi mengalami
perkembangan yang pesat, geologi dari ilmu murni lambat laun berubah menjadi
salah satu disiplin yang digunakan manusia masa kini secara intensif dalam upaya
mengubah lingkungan alam demi untuk kehidupannya yang layak.
4
 

2.2.Manfaat Mempelajari Geologi Laut

Cakupan dari ilmu geologi sangat luas seperti yang tersebut dalam
definisinya, yaitu mempelajari bumi seutuhnya. Sehingga untuk memudahkan
dalam mempelajari bumi, maka ilmu geologi dapat dipecah menjadi beberapa
cabang ilmu geologi semakin bertambah seiring dengan kemajuan ilmu dan
teknologi.
Dari apa yang telah diuraikan diatas, dapat diketahui beberapa kepentingan
dalam mempelajari ilmu geologi. Di bawah ini beberapa kepentingan tersebut :
1. Ilmu geologi dapat membantu untuk mengetahui dan memahami awal terjadi
dan struktur dari bumi sebagai planet khususnya daratan dan lautan yang
menyusun kerak bumi.
2. Ilmu geologi dapat membantu menjelaskan karakteritik dan babbling alam
yang sangat bervariasi dan bagaimana bentang dan yang sangat berbeda ini
dapat terbentuk dan dimanfaatkan oleh manusia.
3. Pengetahuan geologi sangat membantu untuk mengetahui dimana mineral dan
batuan berharga dapat dijumpai.
4. Keberadaan material bangunan sangat tergantung pada kondisi geologi suatu
daerah. Pengetahuan geologi sangat membantu para ahli bangunan untuk
mendapatkan material bahan bangunan.
5. Ilmu geologi sangat penting dalam hubungannya dengan sumber daya air,
karena keberadaan air sangat tergantung juga pada jenis atau macam
batuannya.
6. Pengetahuan geologi sangat membantu untuk memprediksikan atau
meramalkan kemungkinan-kemungkinan terjadinya bencana alam seperti
longsoran, aktivitas gunung api dan sebagainya (Anonim, 2009).

2.3. Jenis Batuan

Berdasarkan kejadiannya atau cara terbentuknya atau genesanya menjadi 3


kelompok utama:
a) Batuan beku
Batuan beku (Gambar 1) merupakan batuan yang terbentuk dari hasil
pendinginan dan kristalisasi magma di dalam maupun di permukaan bumi. Secara
5
 

umum, mineral-mineral penyusun batuan beku dapat digambarkan oleh bowen


reaction series (Nurdin 2009).

Gambar 1. Batuan Beku

Berdasarkan tempat terbentuknya, batuan beku dapat dibagi menjadi 2,


yaitu batuan plutonis dan batuan vulkanis :
 Batuan beku plutonis
Batuan beku plutonis adalah batuan yang proses terbentuknya jauh di dalam
bumi (15–50km). Batuan ini terbentuk dari pendinginan yangberjalan sangat
lambat. Oleh karena itu, batuan ini mempunyai kristalyang sempurna
(holokristalin).
Ciri-ciri batuan plutonis:
- Pada umumnya berbutir kasar
- Jarang memperlihatkan struktur vesikuler (lubang gas)
 Batuan beku vulkanis
Batuan beku vulkanis merupakan batuan yang terbentuk di permukaan
bumi. Ciri-ciri batuan vulkanis:
- Berbutir halus dan sering terdapat kaca
- Memperlihatkan struktur vesikuler (Nurdin 2009).
b) Batuan sedimen
Batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk dari hasil pengendapan
(sedimentasi) (Gambar 2), hasil erosi atau batuan yang terjadi dari akumulasi
mineral dari hasil perombakan batuan yang sudah ada sebelumnya atau hasil
aktifitas kimia maupun organisme yang diendapkan lapis demi lapis pada
permukaan bumiyang kemudian mengalami pembatuan (litifikasi) dan diagenesa
(Nurdin 2009).
6
 

Gambar 2. Batuan Sedimen

Proses pembentukan sedimen menjadi batuan sedimen disebut diagenesis.


Adapun proses-proses yang terjadi dalam diaganesis, antara lain:
 Kompaksi, yaitu pembentukan akibat beban akumulasi sedimen atau material
lain yang menyebabkan hubungan antar butir lebih lekat, air dalam pori-pori
antar butir keluar menjadi kompak atau padat, volumenya berubah, dan
porositasnya menjadi berkurang.
 Sementasi, yaitu proses keluarnya air pori-pori yang mengendapkanmaterial
terlarut (CaCO3, SiO2, Fe2O3, oxida atau mineral Batu Bara)menyemen
butiran-butiran sedimen mengakibatkan porositas sedimenmenjadi lebih kecil
dari material semula.
 Rekristalisasi, dimana mineral-mineral kurang stabil (aragonit) saatsedimen
terakumulasi mengkristal kembali menjadi stabil (kalsit).
 Pelarutan, terjadi karena ada tekanan yang berasal dari sedimen yang adadi
atasnya sehingga menimbulkan panas dan akhirnya terjadi pelarutan.
 Autijenesis, pembentukan mineral baru.
 Penggantian (replacement).
 Bioturbasi, yaitu penghancuran lapisan sedimen, bisa menjadi Batu Baradan
mempunyai porositas yang tinggi.
c) Batuan metamorf
Batuan metamorf (Gambar 3) merupakan batuan yang telah mengalami
perubahan akibat tekanan dan atau suhu yang tinggi (T>2000°C dan P>300Mpa)
yang terjadisecara isokimia yang menghasilkan batuan dengan mineralogi yang
berbeda.
7
 

Gambar 3. Batuan Metamorf

Proses pembentukkan batuan metamorf disebut metamorfisme.


Metamorfisme sendiri dapat dibagi menjadi 4, diantaranya:
 Metamorfisme kataklastik (jarang terjadi), deformasi mekanik pada
metamofisme thd. batuan regas menghasilkan hancuran tidak terjadi rekstalisasi
bila berlanjut fragmen menjadi lonjong biasanya terjadi akibat sesar yang akan
menghasilkan breksiasi atau milonitisasi.
 Metamorfisme Kontak, akibat kenaikan suhu (intrusi magma),
terjadirekristalisasi kimia disekitar intrusi, metamorfisme aureol
 Metamorfisme beban (burial), akibat tertimbun sangat dalam, suhu 3000°C,
kelompok mineral zeolit.
 Metamorfisme regional, pada kerak benua, sangat luas yang merupakan
rangkaian seri fasies dynamo-termal. (Nurdin 2009).
Batuan umumnya diklasifikasikan berdasarkan komposisi mineral dan
kimia, dengan tekstur partikel unsur dan oleh proses yang mereka. Ciri – ciri ini
mengklasifikasikan batuan menjadi beku, sedimen, dan metamorf, mereka lebih
diklasifikasikanberdasarkanukuran partikelyang membentuk mereka, transformasi
dari satu jenis batuan yang lain digambarkan oleh model geologi (Pettijohn 1987).
 Pengkelasan ini dibuat dengan berdasarkan:
a) Kandungan mineral yaitu jenis-jenis mineral yang terdapat di dalam batu.
b) Tekstur batu, yaitu ukuran dan bentuk hablur-hablur mineral di dalam batu
c) Struktur batu, yaitu susunan hablur mineral di dalam batu.
d) Proses pembentukan (Anonim 2012).
8
 

2.4. Geomorfologi Pantai

Pada hakekatnya geomorfologi dapat didefinisikan sebagai ilmu tentang


roman muka bumi beserta aspek-aspek yang mempengaruhinya. Kata
Geomorfologi (Geomorphology) berasal bahasa Yunani, yang terdiri dari tiga
kata yaitu: Geos (erath/bumi), morphos (shape/bentuk), logos (knowledge atau
ilmu pengetahuan). Berdasarkan dari kata-kata tersebut, maka pengertian
geomorfologi merupakan pengetahuan tentang bentuk-bentuk permukaan bumi.
Worcester (1939) mendefinisikan geomorfologi sebagai diskripsi dan
tafsiran dari bentuk roman muka bumi. Definisi Worcester ini lebih luas dari
sekedar ilmu pengetahuan tentang bentang alam (the science of landforms), sebab
termasuk pembahasan tentang kejadian bumi secara umum, seperti pembentukan
cekungan lautan (ocean basin) dan paparan benua (continental platform), serta
bentuk-bentuk struktur yang lebih kecil dari yang disebut diatas, seperti plain,
plateau, mountain dan sebagainya. Ada tiga faktor dalam mempelajari
geomorfologi, yaitu: struktur, proses dan stadia.
Relief bumi yang dimaksudkan disini adalah mencakup pengertian yang
sangat luas, baik yang terdapat pada benua-benua ataupun yang terdapat didasar
lautan. Berdasarkan atas pengertian yang luas tersebut, maka relief bumi dapat
dikelompokkan atas 3 golongan besar, yaitu :
a) Relief Orde I (Relief of the first order)
Yang terdiri atas Paparan Benua (Continental Platforms) dan Cekungan Lautan
(Ocean Basin). Bentuk-bentuk dari orde pertama ini mencakup dimensi yang
sangat luas dimuka bumi.
b) Relief Orde II (Relief of the second order)
Relief orde Kedua biasa disebut juga sebagai bentuk bentuk yang membangun
(Constructional forms), hal ini disebabkan relief orde kedua dibentuk oleh gaya
endogen sebagai gaya yang bersifat membangun. Kawasan benua-benua dan
Cekungan-cekungan laut merupakan tempat keberadaan atau terbentuknya
satuan-satuan dari relief dari orde kedua, seperti Dataran, Plateau, dan
Pegunungan.
9
 

c) Relief Orde III (Relief of the third order)


Relief order ketiga dikenal juga sebagai bentuk bentuk yang bersifat
menghancurkan (Destructional forms), hal ini disebabkan karena relief ini
dibentuk oleh proses proses eksogen. Bentuk bentangalam yang berasal dari
proses-proses eksogenik banyak dijumpai pada relief orde ketiga dan jumlahnya
tak terhitung banyaknya dimana bentuk bentuk bentangalam ini memperindah
dan menghiasi bentuk-bentuk bentangalam konstruksional dari relief orde
kedua.

2.5. Struktur Geologi

Geologi struktur adalah bagian dari ilmu geologi yang mempelajari tentang
bentuk (arsitektur) batuan sebagai hasil dari proses deformasi. Adapun deformasi
batuan adalah perubahan bentuk dan ukuran pada batuan sebagai akibat dari gaya
yang bekerja di dalam bumi. Secara umum pengertian geologi struktur adalah ilmu
yang mempelajari tentang bentuk arsitektur batuan sebagai bagian dari kerak bumi
serta menjelaskan proses pembentukannya. Beberapa kalangan berpendapat bahwa
geologi struktur lebih ditekankan pada studi mengenai unsur-unsur struktur geologi,
seperti perlipatan (fold), rekahan (fracture), patahan (fault), dan sebagainya yang
merupakan bagian dari satuan tektonik (tectonic unit), sedangkan tektonik dan
geotektonik dianggap sebagai suatu studi dengan skala yang lebih besar, yang
mempelajari obyek-obyek geologi seperti cekungan sedimentasi, rangkaian
pegunungan, lantai samudera dan sebagainya.

2.6.Jenis-jenis Struktur Geologi

Dalam geologi dikenal 3 jenis struktur yang dijumpai pada batuan sebagai
produk dari gaya gaya yang bekerja pada batuan, yaitu: (a). Kekar (fractures) dan
Rekahan (cracks); (b). Perlipatan (folding); dan (c). Patahan/Sesar (faulting).
Ketiga jenis struktur tersebut dapat dikelompokkan menjadi beberapa jenis unsur
struktur, yaitu:
a) Kekar adalah struktur retakan/rekahan terbentuk pada batuan akibat suatu gaya
yang bekerja pada batuan tersebut dan belum mengalami pergeseran. Secara
umum dicirikan oleh: a). Pemotongan bidang perlapisan batuan; b). Biasanya
terisi mineral lain (mineralisasi) seperti kalsit, kuarsa dsb; c) kenampakan
10
 

breksiasi. Struktur kekar dapat dikelompokkan berdasarkan sifat dan karakter


retakan/rekahan serta arah gaya yang bekerja pada batuan tersebut.
Kekar yang umumnya dijumpai pada batuan adalah sebagai berikut:
 Shear Joint (Kekar Gerus) adalah retakan/rekahan yang membentuk pola
saling berpotongan membentuk sudut lancip dengan arah gaya utama
(Gambar 4). Kekar jenis shear joint umumnya bersifat tertutup.

Gambar 4. Kekar Genus


 Tensional Joint adalah retakan/rekahan yang berpola sejajar dengan arah gaya
utama, Umumnya bentuk rekahan bersifat terbuka (Gambar 5).

Gambar5 Kekar Tensional


 Extension Joint (Release Joint) adalah retakan/rekahan yang berpola
tegak lurus dengan arah gaya utama dan bentuk rekahan umumnya terbuka.
b) Lipatan (Folds)
Lipatan adalah deformasi lapisan batuan yang terjadi akibat dari gaya
tegasan sehingga batuan bergerak dari kedudukan semula membentuk lengkungan.
Berdasarkan bentuk lengkungannya lipatan dapat dibagi dua, yaitu Lipatan Sinklin
11
 

adalah bentuk lipatan yang cekung ke arah atas dan lipatan antiklin adalah lipatan
yang cembung ke arah atas.

Lipatan Antiklin (Anticline folds) Lipatan Sinklin (Syncline folds)

Berdasarkan kedudukan garis sumbu dan bentuknya, lipatan dapat


dikelompokkan menjadi :
 Lipatan Paralel adalah lipatan dengan ketebalan lapisan yang tetap.
 Lipatan Similar adalah lipatan dengan jarak lapisan sejajar dengan sumbu
utama.
 Lipatan Harmonik atau Disharmonik adalah lipatan berdasarkan menerus
atau tidaknya sumbu utama.
 Lipatan Ptigmatik adalah lipatan terbalik terhadap sumbunya.
 Lipatan Chevron adalah lipatan bersudut dengan bidang planar.
 Lipatan Isoklin adalah lipatan dengan sayap sejajar.
 Lipatan Klin Bands adalah lipatan bersudut tajam yang dibatasi oleh
permukaan planar.
c) Patahan/Sesar (Faults)
Patahan / sesar adalah struktur rekahan yang telah mengalami pergeseran.
Umumnya disertai oleh struktur yang lain seperti lipatan, rekahan. Adapun di
lapangan indikasi suatu sesar / patahan dapat dikenal melalui : a) Gawir sesar atau
bidang sesar; b). Breksiasi, gouge, milonit, ; c). Deretan mata air; d). Sumber air
panas; e). Penyimpangan / pergeseran kedudukan lapisan; f) Gejala-gejala struktur
minor seperti: cermin sesar, gores garis, lipatan.
Sesar dapat dibagi kedalam beberapa jenis/tipe tergantung pada arah relatif
pergeserannya. Selama patahan/sesar dianggap sebagai suatu bidang datar, maka
12
 

konsep jurus dan kemiringan juga dapat dipakai, dengan demikian jurus (Strike
dan dip) dan kemiringan dari suatu bidang sesar dapat diukur dan ditentukan.
Strike atau jurus adalah arah garis yang dibentuk dari perpotongan bidang
planar dengan bidang horizontal ditinjau dari arah utara, sedangkan Dip
adalah derajat yang dibentuk antara bidang planar dan bidang horizontal yang
arahnya tegak lurus dari garis strike. Apa itu bidang planar? Bidang planar ialah
bidang yang relatif lurus, contohnya ialah bidang perlapisan, bidang kekar, bidang
sesar, dll.

Reverse Fault (Bidang Sesar < 45°) Thrust Fault (Bidang Sesar < 15°)

Normal Fault (Dip Slip Fault) Normal Fault (Oblique Normal Fault)

Gambar 6. Struktur rekahan yang mengalami penggeseran


13
 

BAB III
METODE PRAKTEK

3.1. Waktu dan Tempat


Praktik lapang dilaksanakan pada hari Rabu Tanggal 28 April s.d 1 Mei
2016. Tempat Praktek Geologi Laut ini adalah di Desa Bunati, Kabupaten Tanah
Bumbu, Propinsi Kalimantan Selatan.

3.2. Alat dan Bahan


No Nama Fungsi
1. Palu Geologi Membantu mengambil sampel batuan
2. Kantong sampel Memasuukkan sampel batuan
3. Alat tulis Mencatat hasil pengamatan
4. Kamera Mendominasikan
5. Theodolit Membantu pengukuran kontur tanah
6. Waterpass Mengukur kemiringan suatu lokasi
7. Rambu ukur Alat pendukung pengambilan data
menggunalan theodolite dan waterpass
8. GPS Menentukan titik koordinat
9. Kompas Geologi Mengukur Strike dan Dip

3.3. Prosedur Kerja

Lokasi pengambilan data batuan yang berada di Desa Bunati adalah di setiap
garis pantai di daerah tersebut. Adapun prosedur yang dilakukan pada saat
pengambilan data di lapangan yaitu:
1. Pengambilan data batuan
a. Mengamati dan mendokumentasikan jenis batuan yang terdapat disepanjang
pantai lokasi praktek.
b. Mengidentifikasi sampel batuan yang diperoleh di lapangan
c. Mengklasifikasikan berdasarkan jenis batuannya
d. Kelandaian pantai dan pembuatan peta
2. Pengambilan data kelandaian pantai
a. Menentukan titik lokasi yang akan di ambil datanya
b. Melakukan pengambilan data menggunakan theodolit dan waterpass
c. Mencatat hasil pengukuran tersebut.
14
 

3. Strike dan Dip

Dalam penelitian lapisan dan struktur geologi kita harus mengetahui


kedudukan batuan di permukaan bumi dengan mengukur arah penyebarannya dan
juga kemiringan batuan. Dalam ilmu Geologi, kedua elemen tersebut
dinamakan Strike dan Dip. Strike atau jurus adalah arah garis yang dibentuk dari
perpotongan bidang planar dengan bidang horizontal ditinjau dari arah utara,
sedangkan Dip adalah derajat yang dibentuk antara bidang planar dan bidang
horizontal yang arahnya tegak lurus dari garis strike. Apa itu bidang planar? Bidang
planar ialah bidang yang relatif lurus, contohnya ialah bidang perlapisan, bidang
kekar, bidang sesar, dll.

Strike Dip pada bidang


http://web.arc.losrios.edu/~borougt/StrikeAndDip.jpg

Strike Dip pada batuan umumnya muncul pada batuan hasil pengendapan
(sedimen). Tapi juga ditemukan pada batuan metamorf yang berstruktur foliasi.
Penulisan strike dan dip hasil pengamatan ialah :
N (Derajat Strike) E/ (Derajat Dip) dan dibaca North to East (Nilai Strike) and
(Nilai Dip). Contoh: N 70o E/30o
Strike dip pada perlapisan batuan dapat diukur dengan menggunakan
kompas Geologi. Kompas Geologi mumpuni untuk mengukur strike dip karena
memiliki klinometer juga bulls eye. Klinometer adalah rangkaian alat yang
berguna untuk mengukur kemiringan dan Bulls eye adalah tabung isi gelembung
udara berguna untuk memposisikan kompas geologi agar menjadi horizontal.
15
 

Kompas geologi
http://doctorgeologyindonesia.blogspot.com/2010/05/kompas-geologi.html

Langkah-langkah dalam mengukur strike dan dip adalah:


1. Mencari arah jurus pada bidang (strike)
‐ Kenali dulu arah utara pada kompas, agar kita tidak terbalik menentukan
arah.
‐ Tempelkan sisi kompas yang bertanda "E" (sisi kompas bagian timur) pada
bidang yang akan kita ukur.
‐ Posisikan kompas secara horizontal dengan memanfaatkan gelembung
udara pada bull eyes berada di tengah.
‐ Catat derajat yang di bentuk oleh jarum magnet yang mengarah ke utara.
Itulah angka Strike. Buat garis lurus searah strike untuk menentukan dip.
2. Mencari kemiringan bidang (dip)
‐ Pada garis lurus yang dibentuk strike, tempelkan sisi kompas yang bertanda
"W" (sisi kompas bagian barat) secara tegak lurus.
‐ Putar tuas klinometer agar gelembung udara di dalam nya berada di tengah.
‐ Catat angka yang tertera pada jarum klinometer. Itulah angka Dip.
Disamping menggunakan kompas Geologi, strike dip bidang dapat
ditentukan dengan metode 3 titik. Intinya adalah mengetahui pelamparan batuan
berikut kemiringannya di lapangan. Contoh ekonomis yang kita miliki dalam
menentukan strike dan dip ini dapat diaplikasikan dalam eksplorasi batubara, emas,
dan mineral-mineral lainnya.
BAB IV
16
 

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1.Gambaran Umum Lokasi

Desa Bunati merupakan desa nelayan yang memanjang dari timur ke barat,
sebelah utara berbatasan dengan Desa Karang Indah, sebelah barat berbatasan
dengan Desa Angsana, sebelah selatan berbatasan dengan Laut Jawa dan sebelah
timur dengan Muara Sebamban. Sebelah timur sungai desa merupakan
perkampungan nelayan. Mayoritas penduduk Desa Bunati berasal dari suku Bugis,
Banjar dan Jawa.
4.2. Jenis-Jenis Batuan Di Pantai Desa Bunati

Adapun data jenis batuan yang diperoleh dari praktek lapang Geologi Laut
di Pantai Bunati adalah sebagai berikut.
Tabel 4.1. Data – data jenis batuan
No Kelompok batuan Jenis batuan Keterangan

Wilayah garis pantai dan


1. Batuan sedimen Batu bara (Paleogen) pada daerah tanjung Teraban
di Pantai Bunati
Wilayah garis pantai di
2. Batuan sedimen Batu lempung
Pantai Bunati

Wilayah garis pantai di


3. Batuan sedimen Batu apung
Pantai Bunati

Berdasarkan tabel di atas jenis batuan yang ditemukan di Pantai Bunati


termasuk kedalam kelompok batuan sedimen dengan jensis batu lempung, dan batu
bara (palogen). Berikut deskripsi dan pembahasan ketiga batuan tersebut.
Batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk dari hasil pengendapan
(sedimentasi), hasil erosi atau batuan yang terjadi dari akumulasi mineral dari hasil
perombakan batuan yang sudah ada sebelumnya atau hasil aktifitas kimia maupun
organisme yang diendapkan lapis demi lapis pada permukaan bumi yang kemudian
mengalami pembatuan (litifikasi) dan diagenesa.
1. Batu Bara Paleogen
17
 

Merupakan batu bara yang terbentuk pada cekungan intranmontain,


contohnya yang terdapat di Ombilin, Bayah, Kalimantan Tenggara serta Sulawesi
Selatan.

Gambar 1. Batu Bara (Sumber foto : IKL Unlam 2016)


Batu bara termasuk dalam batuan sedimen non klastik, batuan sedimen non-
klastik adalah batuan sedimen yang terbentuk dari proses kimiawi dan proses
organik. Batu bara terbentuk dari proses organik sehingga termasuk batuan
sedimen organik berasal dari sisa tumbuhan yang terubah. Serpihan daun dan
batang tumbuhan yang tebal dalam suatu cekungan (biasanya dikaitkan dengan
lingkungan daratan), apabila mengalami tekanan yang tinggi akan termampatkan,
dan akhirnya berubah menjadi bahan hidrokarbon batubara.
Klasifikasi batu bara berdasarkan tingkat pembatubaraan biasanya
dimaksudkan untuk menentukan tujuan pemanfaatannya. Misalnya, batu bara
bintuminus banyak digunakan untuk bahan bakar pembangkit listrik, pada industri
baja atau genteng serta industri semen (batu bara termal atau steam coal). Adapun
batu bara antrasit digunakan untuk proses sintering bijih mineral, proses pembuatan
elektroda listrik, pembakaran batu gamping, dan untuk pembuatan briket tanpa asap
(Raharjo 2006).
Batu bara yang tebal, biasanya berwarna hitam mengkilat, terkadang cokelat
tua. Bituminous coal mengandung 86% karbon dari beratnya dengan kandungan
abu dan sulfur yang sedikit. Umumnya dipakai untuk PLTU, tapi dalam jumlah
besar juga dipakai untuk pemanas dan aplikasi sumber tenaga dalam industri
dengan membentuknya menjadi kokas-residu karbon berbentuk padat.
2. Batu Lempung
18
 

Batuan Lempung atau tanah liat adalah kata umum untuk partikel mineral
berkerangka dasar silikat yang berdiameter kurang dari 4 mikrometer. Lempung
mengandung leburan silika dan/atau aluminium yang halus. Unsur – unsur ini,
silikon, oksigen, dan aluminum adalah unsur yang paling banyak menyusun kerak
bumi. Lempung terbentuk dari proses pelapukan batuan silika oleh asam karbonat
dan sebagian dihasilkan dari aktivitas panas bumi.

Gambar 2. Batu Lempung (Sumber foto : IKL Unlam 2016)

Batu lempung termasuk dalam batuan sedimen klastik, batuan sedimen


klastik terbentuk atas dasar jenis batuan atas dasar ukuran butirnya. Batu lempung
adalah batuan sedimen klastik yang ukuran butirnya ukuran lempung.
Lempung membentuk gumpalan keras saat kering dan lengket apabila basah
terkena air. Sifat ini ditentukan oleh jenis mineral lempung yang mendominasinya.
Mineral lempung digolongkan berdasarkan susunan lapisan oksida silikon dan
oksida aluminium yang membentuk kristalnya. Golongan 1:1 memiliki lapisan satu
oksida silikon dan satu oksida aluminium, sementara golongan 2:1 memiliki dua
lapis golongan oksida silikon dan satu lapis oksida aluminium. Mineral lempung
golongan 2:1 memiliki sifat elastis yang kuat, menyusut saat kering dan membesar
saat basah. Karena perilaku inilah beberapa jenis tanah dapat membentuk kerutan-
kerutan atau "pecah-pecah" bila kering.
5. Batu Apung
19
 

Batu apung (pumice) adalah jenis batuan yang berwarna terang,


mengandung buih yang terbuat dari gelembung berdinding gelas, dan biasanya
disebut juga sebagai batuan gelas vulkanik silikat.

Batuan ini terbentuk dari magma asam oleh aksi letusan gunung api yang
mengeluarkan materialnya ke udara, kemudian mengalami transportasi secara
horizontal dan terakumulasi sebagai batuan piroklastik. Batu apung mempunyai
sifat vesicular yang tinggi, mengandung jumlah sel yang banyak (berstruktur
selular) akibat ekspansi buih gas alam yang terkandung di dalamnya, dan pada
umumnya terdapat sebagai bahan lepas atau fragmen-fragmen dalam breksi
gunungapi. Sedangkan mineral-mineral yang terdapat dalam batu apung adalah :
feldspar, kuarsa, obsidian, kristobalit, tridimit

5.1. Geomorfologi Pantai di Desa Bunati


Bentangalam yang terbentuk di Desa Bunati merupakan hasil proses hasil
perubahan gelombang air laut. Singkapan-singkapan batuan yang berada
disepanjang pantai dikenal sebagai muka daratan (headlands) ter-erosi,
menghasilkan pasir yang kemudian diangkut di sepanjang garis pantai dan
diendapkan di wilayah pantai membentuk bentuk-bentuk bentangalam tertentu.
Daerah singkapan batuan terdapat pada daerah barat desa Bunati yaitu tanjung
Teraban.
Morfologi pantai di daerah Desa Bunati berbentuk pantai landai (datar).
Pembentukan pantai merupakan hasil erosi gelombang air laut dan berada pada
zona muka air laut, sedangkan garis pantai mundur ke arah darat sebagai akibat
erosi gelombang laut.
20
 

Bentuk pantai Desa Bunati berdasarkan materi penyusunnya termasuk


Pantai berpasir. Pantai tipe ini terbentuk oleh proses di laut akibat erosi gelombang,
pengendapan sedimen, dan material organik. Material penyusun terdiri atas pasir
bercampur batu yang berasal dari daratan yang terbawa aliran sungai dan berasal
dari daratan di belakang pantai tersebut. Di samping berasal dari daratan, material
penyusun pantai ini juga dapat berasal dari berbagai jenis biota laut yang ada di
daerah pantai itu sendiri.

Gambar 3. Geomorfologi Pantai Bunati


Bentukan lahan yang terbentuk di desa Bunati berasal bentukan lahan asal
fluvial dan bentukan asal marine. Bentuklahan asal proses fluvial terbentuk akibat
aktivitas aliran sungai yang berupa pengikisan, pengangkutan dan pengendapan
(sedimentasi) membentuk bentukan-bentukan deposisional yang berupa bentangan
dataran aluvial dan bentukan lain dengan struktur horisontal, tersusun oleh material
sedimen berbutir halus.
Bentukan lahan yang berasal dari proses fluvial pada daerah Bunati yang
ditemukan adalah delta. Delta yang terbentuk dipengaruhi oleh debit air sungai dan
arus laut yang yang sama-sama kuat sehinga endapan sedimen berada di muara
sungai. Tofografi delta pada desa Bunati berbentuk datar.
Bentukan asal marine adalah bentuk lahan yang terbentuk dari proses laut
oleh tenaga gelombang, arus dan pasang surut. Bentukan lahan marine yang
21
 

terdapat di lokasi praktek yaitu gisik (beach) dan lidah pasir (sand spit). Gisik yang
terbentuk pada lokasi praktik disebabkan oleh arus dan gelombang. Arus di desa
Bunati merupakan arus sepanjang pantai. Angkutan sedimen pada desa Bunati
dipengaruhi oleh arus dan gelombang pecah. Transport sedimen bergerak sejajar
garis pantai dan mengendap pada daerah pecahnya gelombang (surf zone). Material
gisik pada pantai bunati berupa pasir halus. Sebagaimana terlihat pada gambar 4.

Gambar 4. Gisik (beach) di Pantai Bunati

Lidah pasir yang terbentuk di lokasi praktik disebabkan oleh gelombang


yang datang sejajar membentuk sudut sehingga arus sejajar pantai mengarah ke
muara sungai. Debit sungai lebih kecil dari arus sejajar pantai lebih besar sehingga
sedimen tertumpuk pada daerah muara sungai yang menjorok kearah laut. Pada
bagian ujung lidah pasir suplai sedimen lebih sedikit, yang berada di dekat sungai
lebih banyak. Sebagaimana terlihat pada gambar 4.5.
22
 

Gambar 5. Lidah Pasir di Pantai Bunati


5.2. Struktur Geologi Desa Bunati
Bentuk profil kedalaman (batimetri) di wilayah Tanah Bumbu terdiri dari
dua bentuk yakni di bagian barat (perairan Selat Laut) dan bagian selatan yang
berhadapan dengan Laut Jawa. Pada perairan Selat Laut, menunjukkan di daerah
pesisir Kabupaten Tanah Bumbu lebih curam terutama dari Pulau Suwangi sampai
ke muara Selat Laut, jika dibandingkan dengan kedalaman di pesisir Pulau Laut
(Kabupaten Kotabaru), akan tetapi di perairan ini banyak terbentuk delta sebagai
akibat sedimentasi. Kedalaman di perairan Selat Laut maksimal 11 m.
Profil kedalaman di bagian selatan lebih beragam, dimana pada kedalaman
5 m berkisar pada jarak 1 – 5 km dan kedalaman 10 m pada jarak 6 – 16 km.
Pengaruh gelombang sangat berpengaruh di daerah ini terutama pada musim timur
(angin dominan dari arah tenggara).
Berdasarkan hasil analisis kedalaman pantai Bunati yang berhadapan
dengan laut jawa, desa Bunati memiliki bentuk pantai yang landai (datar). Nilai
kedalaman minimum berkisar < 1,5 m (nilai 0 di anggap sebagai
daratan).kedalaman maksimal mencapai 7,5 m. Kedalaman di perairan Bunati
dipengaruhi oleh hidrooseanografi baik dari darat melalui aliran sungai maupun
dari laut. Akibat proses ini, sehingga profil kedalaman di perairan ini tidak
23
 

beraturan, di mana banyak terdapat sand dune (gumuk pasir) yang tidak beraturan
sebagai akibat pengaruh gelombang dan arus pasut baik dari sungai maupun laut.
Bentuk relief desa Bunati menunjukkan bahwa adanya sedimentasi di
daerah muara sungai sehingga daerah tersebut lebih dangkal. Sedimentasi adalah
masuknya muatan sedimen ke dalam suatu lingkungan perairan tertentu melalui
media air dan diendapkan di dalam lingkungan tersebut.

Gambar 6. Bentuk Relief Dasar Perairan Bunati Kabupaten Tanah Bumbu


Berdasarkan bentuk relief dasar perairan Bunati menunjukkan bahwa
adanya sedimentasi di daerah muara sungai sehingga daerah tersebut lebih dangkal.
Sedimentasi adalah masuknya muatan sedimen ke dalam suatu lingkungan perairan
tertentu melalui media air dan diendapkan di dalam lingkungan tersebut.

(a)
24
 

(b)

(c)
Gambar 7. Bentuk Profil Dasar Perairan Bunati (a) Profil pertama yang berada di
sebelah barat sungai, (b) Profil kedua yang berada di ujung muara sungai dan (c)
Profil ketiga yang berada di sebelah timur sungai

Gambar 8. Peta Pola Kedalaman Perairan Bunati Kabupaten Tanah Bumbu


25
 

Strike dan Dip


Adapun hasil pengamatan strike dan dip yang diperoleh dari praktek lapang
Geologi Laut di Pantai Bunati adalah arahnya 255o dan N 83o E/3o, pengambilan
data pukul 15:30, diukur dengan menggunakan kompas geologi,

Gambar 9. strike dan dip di Pantai Bunati

Anda mungkin juga menyukai