Anda di halaman 1dari 93

BAB IV

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

A. Analisis Data
Pada bab ini akan diuraikan analisis terhadap data percakapan penolakan
tidak langsung dalam bahasa Jepang dan bahasa Indonesia yang penulis catat dari
dialog-dialog di dalam film berbahasa Jepang dan film berbahasa Indonesia.
Seperti dijelaskan pada bab sebelumnya, pemilihan data melalui film berdasarkan
pertimbangan bahwa dialog-dialog dalam film menunjukkan ciri yang alamiah
sesuai dengan situasi yang terjadi pada kehidupan yang sebenarnya.
Data akan disajikan berdasarkan tindak tutur penolakan terhadap tindak
ilokusi yang dilakukan oleh mitra tutur. Tindak ilokusi yang akan penulis
kemukakan disini adalah tindak tutur yang dapat mengancam wajah negatif dari
seseorang berupa ajakan (invitation), permintaan (request), tawaran (offer), dan
saran (advice) dari mitra tutur. Setelah mengklasifikasikan data berdasarkan pada
tindak ilokusi mitra tutur, analisis akan dilakukan dengan melihat realisasi
penolakan dari penutur terhadap tindak ilokusi mitra tutur tersebut. Realisasi
penolakan tersebut akan penulis fokuskan pada tindak tutur penolakan tidak
langsung saja. Kemudian, data yang telah berhasil dikumpulkan akan penulis
analisis berdasarkan formula semantik seperti yang telah dibuat oleh Beebe,
Takahashi, dan Ullis-Weltz (1987) pada penelitian terdahulu. Analisis dilakukan
agar dapat mengetahui berapa jenis formula semantik yang digunakan sebagai
strategi penolakan yang dipakai oleh penutur di masing-masing situasi tertentu
dengan mempertimbangkan tingkat keakraban di antara keduanya (distance).
Perbedaan tingkat keakraban tersebut akan dibedakan melalui dua istilah yang
berbeda, yaitu akrab (-D), dan tidak akrab (+D).
Setelah analisis data dilakukan, tahap selanjutnya adalah membahas
persamaan serta perbedaan yang muncul di antara kedua bahasa yaitu Bahasa
Jepang dan Bahasa Indonesia tentang strategi penolakan tidak langsung yang
digunakan oleh penutur bahasa masing-masing. Hasil penelitian ini bertujuan

54
55

untuk mengetahui hal tersebut, adakah persamaan dan perbedaan strategi


penolakan tidak langsung di dalam Bahasa Jepang dan Bahasa Indonesia.
Jumlah data Bahasa Jepang dan Bahasa Indonesia yang akan dianalisis
secara detail akan disajikan dalam tabel berikut ini.

Tabel 4.1.
Data Bahasa Jepang berdasarkan Perbedaan Jarak Sosial
Jarak Sosial
Akrab Tidak Akrab
(-D)* (+D)**
Ajakan (invitation) 3 2
Permintaan (request) 3 3
Tawaran (offer) 4 4
Saran/Anjuran (advice) 2 2
Total 12 11
Total data yang dianalisis 23
*-D = tanpa jarak (-distance)
**+D = ada jarak (+distance)

Tabel 4.2.
Data Bahasa Indonesia berdasarkan Perbedaan Jarak Sosial
Jarak Sosial
Akrab Tidak Akrab
(-D)* (+D)**
Ajakan (invitation) 6 2
Permintaan (request) 2 4
Tawaran (offer) 2 1
Saran/Anjuran (advice) 3 1
Total 13 8
Total data yang dianalisis 21
*-D = tanpa jarak (-distance)
**+D = ada jarak (+distance)
56

Untuk selanjutnya, masing-masing data tersebut akan dianalisis secara


mendetail berdasarkan analisis situasi, jarak sosial, tindak tutur penolakan tidak
langsung yang muncul, dan strategi penolakannya.

B. Pembahasan
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, masing-masing data yang telah
diperoleh dan diklasifikasikan berdasarkan tindak ilokusi dari mitra tutur akan
dianalisis dengan menggunakan formula semantik. Formula semantik adalah
rumusan hasil penelitian realisasi tindak tutur penolakan yang dilakukan oleh
Beebe, Takahashi, dan Ullis-Weltz (1987) terhadap penutur Bahasa Jepang yang
sedang belajar Bahasa Inggris dengan pembanding orang Amerika. Analisis data
yang akan penulis lakukan adalah dengan membagi-bagi suatu kalimat tuturan
penolakan berdasarkan fungsinya, kemudian menganalisis formula semantik yang
muncul, sehingga dapat diketahui berapa jumlah formula semantik yang muncul
dalam satu tuturan penolakan.
Beberapa contoh data akan dianalisis secara mendetail dengan melihat jarak
sosial penutur dan mitra tutur, situasi yang melatarbelakangi terjadinya tindak
tutur penolakan tidak langsung, hingga menemukan strategi penolakan tidak
langsung dan formula semantik yang muncul dalam satu ujaran penolakan.
Pembahasan akan dilakukan dengan menyajikan seluruh data penelitian di
dalam Bahasa Jepang terlebih dahulu, kemudian menyajikan data dalam Bahasa
Indonesia, kemudian membandingkan hasil analisis strategi penolakan di dalam
kedua bahasa tersebut.

1. Strategi Penolakan Tidak Langsung terhadap Ajakan (Invitation)


Kalimat ajakan merupakan sebuah ungkapan dari seseorang kepada orang
lain untuk melakukan sesuatu secara bersama-sama. Dalam hal ini berarti
seseorang bertanya kepada lawan bicaranya untuk melakukan sesuatu yang
mereka inginkan bersama. Di dalam bahasa Jepang, ungkapan ajakan ini disebut
dengan istilah kanyuu hyougen (勧誘表現). Ketika seseorang ingin melakukan
sesuatu dengan orang lain, ia akan melakukannya dengan menyampaikan atau
bertanya tentang apa yang diinginkannya kepada lawan bicaranya. Melakukan
57

penolakan terhadap ajakan seseorang tentunya akan menyinggung perasaan orang


yang mengajak. Oleh karena itu, di dalam melakukan sebuah penolakan terhadap
ajakan, penutur akan menggunakan beberapa strategi penolakan yang bertujuan
agar tidak menyinggung perasaan lawan bicaranya. Penulis menemukan beberapa
contoh data penolakan terhadap ajakan yang diperoleh dari sumber data yang akan
dibahas lebih lanjut di bawah ini.

1) Strategi Penolakan Tidak Langsung terhadap Ajakan (Invitation) dalam


Bahasa Jepang

Hubungan dengan mitra tutur:


a. Akrab (-D)
Data kalimat yang akan penulis sajikan di bawah ini diperoleh dari
percakapan antara penutur dan mitra tutur yang memiliki hubungan akrab. Strategi
penolakan yang muncul terhadap ajakan dari mitra tutur akan penulis analisis
lebih lanjut dalam pembahasan di bawah ini.

[1]

Situasi: setelah pernikahan yang ke dua kedua orang tua Miki, orangtuanya ingin
mengajak seluruh keluarga untuk makan bersama. Namun karena Miki masih
belum bisa menerima pernikahan itu, maka ia merasa enggan untuk makan
bersama keluarga barunya.

[1] ママ :それじゃ、行こうか。予約の時間にはまだちょっと
早いけど。
光希 :あ、あの。ごめん、あたしちょっと用事が…
Mama : Sore ja, ikouka. Yakusoku no jikan ni wa mada chotto
hayai kedo.
Miki : A, ano. Gomen, atashi chotto youji ga...
Mama : “Kalau begitu, mari kita pergi. Kita masih agak cepat dari
waktu janjian.
58

Miki : “A, anu. Maaf, aku ada sedikit keperluan...”


(Marmalade Boy Vol.2, 2004 : 113)

あ、あの。ごめん、あたしちょっと用事が…
(1) (2) (3)

(1) あ、あの
(間を待たせる表現/aida o mataseru hyougen)
(2) ごめん
(謝罪/shazai)
(3) あたしちょっと用事が…
(理由/riyuu)

Formula semantik tuturan penolakan pada kalimat di atas ditandai dengan


tiga ungkapan strategi penolakan, yaitu (1) pengisi jeda, (2), permintaan maaf, dan
(3) alasan.

Kalimat ajakan pada kalimat di atas ditandai dengan ungkapan “Sore ja,
ikouka”. Pada awalnya penutur mengungkapkan penanda pengisi jeda berupa “A,
ano” yang bertujuan untuk membuka kalimat yang diikuti dengan ungkapan
permintaan maaf atau shazai yang ditandai dengan kata “gomen”. Ungkapan
penolakan tersebut diakhiri dengan ungkapan alasan yang menyatakan bahwa ia
memiliki urusan yang lain berupa kalimat “atashi chotto youji ga..”. yang
bertujuan untuk menguatkan penolakan yang ia lakukan terhadap lawan tutur.

Tindakan yang dilakukan oleh penutur adalah menginformasikan bahwa ia


tidak ingin ikut dengan keluarganya untuk makan malam bersama. Ia menolak
ajakan lawan tutur dengan mengatakan bahwa penutur ada keperluan, padahal
sebenarnya ia hanya ingin menyendiri dengan pergi ke taman untuk menenangkan
pikirannya. ‘Keperluan’ yang dimaksud pada kalimat di atas hanya berupa dalih
penolakan ajakan dan tidak berkaitan dengan keperluannya.

Hubungan antara mitra tutur dan penutur pada percakapan di atas adalah
ikatan kekeluargaan. Pada dasarnya, semakin dekat tingkat kedekatan antara
59

penutur dan mitra tutur, tuturan penolakan yang digunakan adalah penolakan
langsung, karena penutur merasa tidak ada batas yang mengharuskannya merasa
segan untuk menolak secara langsung. Namun, alih-alih menggunakan penolakan
langsung, tokoh di atas yaitu Miki menggunakan penolakan tidak langsung
dikarenakan pada situasi berlangsung ia sedang memiliki konflik dengan ibu
kandungnya yang pada saat itu telah menikah lagi, sehingga konflik tersebut
menyebabkan jarak antara hubungan orangtua dan anak tersebut, sehingga Miki
melontarkan ungkapan penolakan tidak langsung. Karena terdapat konflik, hal
tersebut ia lakukan karena ia ingin menjaga jarak dengan ibunya meskipun mereka
memiliki hubungan kekerabatan yang dekat.

b. Tidak Akrab (+D)

Berikutnya adalah contoh penolakan tidak langsung terhadap seseorang yang


tidak begitu akrab dengan penutur. Terdapat 2 (dua) buah data yang akan
dibandingkan berdasarkan pada situasi tutur yang melatarbelakanginya.

[2]

Situasi: Yamada adalah seorang gadis yang menjadi pengagum rahasia Mayama.
Suatu saat Yamada berpapasan dengan Mayama, dan memberanikan diri untuk
menyapa Mayama terlebih dahulu, untuk mengajak Mayama makan siang
bersama.

[2] 山田 :このあと空いてるの?
真山 :ごめん、ちょっとバイト。年するにはバイト増やさ
ないと。
Yamada : Kono ato aiteruno?
Mayama : Gomen, chotto baito. Ryuunen suru ni wa baito fuyasanaito.
Yamada : “Setelah ini kamu tidak sibuk?”
60

Mayama : “Maaf, saya mau kerja part time, untuk mengulang kuliah,
kerja part time harus ditambah lagi.”
(Honey And Clover, 2008)

ごめん、ちょっとバイト、留年するにはバイト増やさないと。
(1) (2) (3)

(1) ごめん
(謝罪/shazai)
(2) ちょっとバイト
(言い訳/iiwake)
(3) 留年するにはバイト増やさないと
(理由/riyuu)

Ungkapan penolakan tersebut terdiri dari tiga formula semantik, yaitu (1)
ungkapan permintaan maaf (謝罪/shazai), (2) pemberian dalih (言い訳/iiwake),
dan pemberian alasan (理由/riyuu).
Bentuk kalimat penolakan tidak langsung pada data [2] diawali dengan
permintaan maaf. Ia tidak langsung mengatakan bahwa ia tidak ingin makan siang
bersama karena takut menyakiti perasaan lawan bicaranya, karena mereka tidak
begitu akrab. Oleh karena itu, untuk menyelamatkan muka dari lawan tutur yang
mungkin akan merasa malu mendengar kalimat penolakan dari penutur, maka ia
menggunakan penolakan tidak langsung dengan berdalih bahwa ia memiliki
keperluan untuk bekerja sambilan. Pernyataan tersebut ia perkuat dengan
pernyataan alasan dengan mengatakan bahwa ia harus menambah kerja sambilan
untuk membiayai pengulangan kuliahnya.
Hubungan kedekatan keduanya tidak begitu akrab. Yamada sebagai seorang
gadis yang menyukai Mayama merasa ingin lebih dekat dengan Mayama sehingga
memberanikan diri untuk mengungkapkan ajakan kepada Mayama. Namun,
Mayama menolak ajakan tersebut karena ia tidak ingin memberikan harapan
kepada Yamada yang menyukainya. Ungkapan penolakan tidak langsung kepada
orang yang tidak begitu akrab dilakukan dengan formula semantik yang telah
61

dipaparkan di atas yaitu berupa permintaan maaf, dan pemberian dalih serta alasan,
agar lawan bicara tidak merasa tersinggung dan dapat memaklumi alasan
penolakan tidak langsung yang diungkapkan oleh penutur.
Data berikutnya merupakan tuturan penolakan dari seorang lawan bicara
yang benar-benar asing dan tidak memiliki hubungan apapun dengan penutur.

[8]
Situasi: Yukichi yang baru membuka sebuah tempat kursus bahasa Inggris,
mempromosikan tempat kursusnya dengan mengetuk setiap rumah di kota Kobe.
Suatu saat, iat bertemu tanpa sengaja dengan seorang laki-laki di depan rumah
laki-laki tersebut.
[8] 諭吉 :どうだ一緒に英語の勉強しないか?
男の人 :またいちから外国語の学びなおしはごめんだ。
Yukichi : Douda isshoni eigo no benkyou shinaika?
Otoko no Hito : Mata ichi kara gaikokugo no manabi naoshi wa gomen da.
Yukichi : “Bagaimana maukah belajar bahasa Inggris bersama-
sama?’
Laki-laki : “Maaf, kalau memulai kembali belajar bahasa asing...”
(学問の進めマンガ、Eastpress 2008)

またいちから外国語の学びなおしはごめんだ。
(1) (2)

(1) またいちから外国語の学びなおしは
(理由/riyuu)
(2) ごめんだ
(謝罪/shazai)

Hubungan penutur dan mitra tutur dalam situasi percakapan di atas adalah
orang asing, atau orang yang sama sekali tidak memiliki hubungan apapun.
62

Penutur mengajak mitra tutur untuk bergabung bersamanya untuk belajar bahasa
Inggris. Namun, tindak tutur yang dilakukan oleh mitra tutur mengimplikasikan
bahwa ia menolak untuk belajar lagi bahasa Inggris. Bentuk enkyoku dari kalimat
tersebut mengimplikasikan bahwa menurut mitra tutur, tidak ada gunanya untuk
belajar bahasa Inggris. Untuk memperhalus ujarannya, ia melontarkan kalimat
penolakan menggunakan alasan, dan diakhiri dengan permintaan maaf.
Pengungkapan alasan dan permintaan maaf yang dilakukan oleh penutur di
data [8] dilakukan karena alasan kesopanan dan demi menjaga etika dalam
pergaulan saja. Berbeda dengan data sebelumnya yaitu data [2], penutur dan mitra
tutur memiliki hubungan pertemanan yang tidak akrab, sehingga pengungkapan
alasan dan permintaan maaf memiliki tujuan untuk menjaga perasaan dari lawan
tutur. Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa strategi penolakan tidak
langsung kepada orang asing dilakukan untuk menjaga etika pergaulan di dalam
kehidupan sosial (negative politeness strategy), sedangkan strategi penolakan
tidak langsung kepada kenalan yang tidak begitu akrab dilakukan untuk menjaga
perasaan dari lawan tutur agar tidak merasa tersakiti atau tersinggung (positive
politeness strategy).

2) Strategi Penolakan Tidak Langsung terhadap Ajakan (Invitation) dalam


Bahasa Indonesia

Hubungan dengan mitra tutur:


a. Akrab (-D)
Data kalimat di bawah ini diperoleh dari percakapan Bahasa Indonesia
antara penutur dan mitra tutur yang memiliki hubungan akrab. Strategi penolakan
yang muncul terhadap ajakan dari mitra tutur akan penulis analisis lebih lanjut
dalam pembahasan di bawah ini.

[26]

Situasi: Keenan dan Kugy sudah lama tidak bertemu. Kugy sengaja menghindari
Keenan dikarenakan ia tidak suka Keenan dekat dengan seorang perempuan
bernama Wanda. Pada saat mereka bertemu, Keenan mengajak Kugy untuk
63

menonton bioskop seperti biasa bersama kedua sahabat mereka yang lain. Namun
Kugy menolak saat mendengar bahwa Wanda akan ikut bersama mereka.

[26] Keenan : Malam minggu ini kita mau nonton midnight kayak biasa.
Ikut, yuk. Kamu selalu ditanyain sama Mas Itok, tuh.
Kugy : Kita—berempat?
Keenan : Mungkin berlima. Katanya weekend ini Wanda mau datang lagi
ke Bandung.
Kugy : Lihat nanti, ya. Aku usahain.
(Perahu Kertas, 2009)

Lihat nanti, ya. Aku usahain.


(1) (2)

(1) Lihat nanti, ya


[janji di masa depan]
(2) Aku usahain.
[harapan]

Kugy, Keenan, dan dua orang sahabat lain adalah teman dekat yang
memiliki kebiasaan menonton film bioskop setiap Sabtu malam. Kebiasaan
tersebut tiba-tiba berubah dikarenakan Noni—salah seorang sahabat mereka
mengajak seorang gadis lain bernama Wanda dengan tujuan akan dijodohkan
dengan Keenan. Kugy sebagai gadis terdekat dengan Keenan merasa tak suka
dengan kehadiran Wanda di antara mereka berempat, terutama karena Wanda
akan dijodohkan dengan Keenan. Meskipun Kugy dan Keenan bukanlah sepasang
kekasih, Kugy merasa agak cemburu melihat kedekatan Keenan dengan Wanda.
Oleh karena itu, pada waktu Keenan mengajak Kugy untuk melakukan kebiasaan
mereka dan mengetahui ternyata Wanda akan ikut serta, Kugy mengurungkan
keinginannya.

Penolakan yang ia ungkapkan kepada Keenan tidak langsung menggunakan


kata ‘tidak’ atau ‘enggak’, melainkan langsung menyiratkan keengganannya
64

dengan ungkapan janji berupa kata-kata ‘lihat nanti, ya’. Kemudian agar terlihat
bahwa ia berusaha untuk memenuhi ajakan Keenan tersebut, ia menambahkannya
dengan ungkapan ‘aku usahain’, yang berarti bahwa ia berjanji akan berusaha
untuk memenuhi ajakan Keenan untuk bergabung dengan kedua temannya yang
lain untuk menonton film seperti kebiasaan mereka.

Selain strategi dengan pemberian janji yang telah penulis paparkan di atas,
terdapat strategi penolakan tidak langsung lainnya yang diungkapkan oleh penutur
ketika menolak ajakan dari seseorang yang hubungannya akrab dengannya seperti
contoh di bawah ini.

[27]

Situasi: karena suatu masalah, Kugy masih berusaha menghindari Keenan.


Sehingga setiap kali Keenan mengajak Kugy untuk pergi bersama, Kugy selalu
menolak.

[27] Keenan : Makan bareng, yuk. Saya traktir. Pemadam Kelaparan?


Kugy : Hmm … sori. Aku harus cabut, ada janji dengan Ami dari Klub
Kakak Asuh. Kapan-kapan, ya?
(Perahu Kertas, 2009)

Hmm … sori. Aku harus cabut, ada janji dengan Ami dari Klub Kakak Asuh.
(1) (2) (3)
Kapan-kapan, ya?
(4)

(1) Hmm
[pengisi jeda]
(2) Sori
[permintaan maaf]
(3) Aku harus cabut, ada janji dengan Ami dari Klub Kakak Asuh.
[alasan]
65

(4) Kapan-kapan, ya?


[janji di masa depan]

Kalimat penolakan yang dituturkan oleh penutur diawali dengan kata pengisi
jeda berupa ‘hmm’, yang bertujuan untuk memberi ruang berpikir sejenak untuk
apa yang akan disampaikan kepada mitra tutur sebagai respon dari ajakan mitra
tutur. Dengan memberikan kata pengisi jeda, penutur berharap bahwa mitra
tuturnya beranggapan bahwa ia sedang mempertimbangkan apa maksud dari
ajakan mitra tutur. Setelah itu, kalimat dilanjutkan dengan permintaan maaf yang
diserap dari bahasa asing yaitu Bahasa Inggris, berupa kata ‘sori’. Ini berarti
bahwa penutur sudah memutuskan untuk tidak mengikuti ajakan dari mitra tutur
dengan mengungkapkan kata maaf terlebih dahulu, agar ia dapat mengutarakan
alasan kenapa ia tidak bisa mengikuti ajakan lawan tutur dengan mengurangi
sedikit rasa bersalahnya.
Hubungan sosial penutur dan mitra tutur cukup dekat, namun dikarenakan
hubungan antara penutur dan mitra tutur pada saat itu sedang kurang baik, maka
penutur merasa muncul jarak di antara keduanya. Oleh karena itu, penutur
menggunakan kalimat permintaan maaf untuk menolak ajakan dari lawan tuturnya.
Setelah menuturkan permintaan maaf, penutur menjelaskan alasannya mengapa ia
tidak bisa ikut ajakan dari lawan tutur untuk makan bersama di sebuah tempat
makan, kemudian untuk memberi harapan kepada lawan tutur, penutur
mengusulkan alternatif waktu yang lain untuk mereka bisa makan bersama dengan
menggunakan kalimat, ‘kapan-kapan, ya?’. Meskipun ungkapan ‘kapan-kapan,
ya?’ tersebut tidak menjelaskan secara kongkrit kapan pertemuan mereka
selanjutnya, namun setidaknya penutur sudah memberikan harapan atau janji
kalau ia akan memenuhi ajakan dari mitra tutur di lain waktu. Penutur
memberikan jawaban janji untuk di masa depan dengan tujuan agar ia tidak begitu
merasa bersalah karena telah menolak permintaan dari lawan tutur.
Perbedaan penolakan tidak langsung dari data [26] dan [27] terletak pada
strategi penolakannya. Pada data [26], strategi penolakan dilakukan dengan
langsung mengungkapkan janji di masa depan, hal ini dikarenakan ia merasa tidak
nyaman dengan situasi yang sedang berlangsung, sehingga langsung memberikan
66

alternatif jawaban ketika menanggapi ajakan dari mitra tutur. Pada data [27]
penutur kembali mengungkapkan janji kepada mitra tutur di akhir kalimat. Namun
sebelumnya penutur mengucapkan permintaan maaf dan pemberian alasan kepada
lawan tutur di dalam melakukan penolakannya. Meskipun hubungan penutur dan
mitra tutur akrab, namun tuturan tidak langsung bisa muncul apabila terdapat
jarak di antara keduanya yang dipicu oleh sebuah konflik pribadi. Dengan adanya
konflik di antara penutur dan mitra tutur, jarak kedekatan keduanya bisa menjadi
semakin menjauh.

b. Tidak akrab (+D)

[29]

Situasi: Tiwi dan Dani adalah siswa Indonesia yang sedang bersekolah di
Australia. Meskipun orang Indonesia, Tiwi selalu menolak untuk berbicara dalam
bahasa Indonesia. Ia selalu menggunakan bahasa Inggris. Tiwi sedang
mengadakan pesta di kamar asramanya hingga mengganggu teman sekamarnya
Lola yang sedang beribadah. Teman sekamarnya itu akhirnya terpaksa keluar dari
kamar dan bertemu dengan Dani yang pada saat itu diundang ke acara pesta Tiwi.
Dani yang bertemu dengan Lola, teman sekamar Tiwi, menjadi enggan mengikuti
pesta karena iba melihat Lola.

[29] Tiwi : Oh, hi Dani, thanks God!


You don’t want to miss my party. Come on. Let’s go in!
Dani : Gue balik aja.
Tiwi : What? Dani, please. Come on.
Dani : Kepala gue pusing. So, enjoy.
Tiwi : what? Oh, whatever!
(Love in Perth, 2010)

Gue balik aja. Kepala gue pusing.


(1) (2)
67

(1) Gue balik aja


[pernyataan alternatif]
(2) Kepala gue pusing
[dalih]

Formula semantik yang muncul dari ungkapan penolakan di atas terdiri dari
(1) pernyataan alternatif dan (2) dalih. Penolak mungkin saja tidak benar-benar
merasa sakit kepala pada situasi berlangsung, namun untuk menghindari ajakan
dari lawan tuturnya, ia berdalih dengan menggunakan alasan bahwa ia sedang
sakit kepala.
Hubungan keakraban di antara penutur dan mitra tutur tidak begitu dekat,
sehingga ia menggunakan strategi penolakan tidak langsung kepada lawan
tuturnya. Namun ungkapan penolakan tidak langsung yang penutur utarakan
tersebut bukanlah dikarenakan ia ingin menjaga perasaan Tiwi lawan bicaranya
melainkan untuk menjaga pergaulan agar hubungan pertemanan mereka tidak
rusak, karena pada situasi tersebut Tiwi merupakan sahabat dari teman-temannya
juga. Karena adanya ketidakakraban, ungkapan penolakan tidak langsung yang
diungkapkan tidak banyak berbasa-basi, melainkan langsung mengutarakan alasan
lain agar penutur tidak perlu menuruti ajakan dari mitra tutur.

[48]
Situasi: Jessy dan Joe bertemu pada hari sebelumnya di halte bus dekat sekolah.
Tanpa Jessy sadari, ia meninggalkan dompetnya di halte tersebut pada waktu ia
menaiki bus yang ditunggunya. Joe yang menemukan dompet Jessy
mengembalikan dompet tersebut kepada Jessy keesokan harinya. Jessy yang
merasa berterimakasih karena Joe telah menemukan dompetnya yang hilang
bermaksud untuk mengajak Joe untuk makan bersama sebagai balas budi.

[48] Jessy : Apa kamu ada kegiatan lain setelah pulang sekolah? Aku ingin
mentraktirmu makan. Terima kasihku karena sudah menemukan
dompetku.
Joe : Wah, kamu tidak perlu repot-repot kok, Jessy.
(Wonderwall, 2015)
68

Wah, kamu tidak perlu repot-repot kok, Jessy.


(1)

(1) Wah,
[pengisi jeda]
(2) kamu tidak perlu repot-repot kok, Jessy.
[melepaskan mitra tutur dari tanggung jawab]

Penutur dan mitra tutur dalam percakapan di atas memiliki hubungan yang
tidak begitu akrab. Penutur atau Joe yang mengembalikan dompet kepada mitra
tutur merasa mitra tuturnya tidak perlu membalas budi kepadanya, sehingga ia
menggunakan strategi penolakan dengan menggunakan pernyataan, “Wah, kamu
tidak perlu repot-repot kok, Jessy”, dengan maksud untuk melepaskan mitra tutur
dari kewajiban atau tanggung jawab untuk membalas budi.

3) Analisis Strategi Penolakan Tidak Langsung terhadap Ajakan


(Invitation) dalam Bahasa Jepang dan Bahasa Indonesia
Strategi penolakan tidak langsung biasanya terjadi pada situasi dimana
penutur dan mitra tutur berada pada tingkat keakraban yang tidak begitu dekat.
Hal ini dikarenakan adanya kekhawatiran akan menyinggung lawan bicara yang
tidak begitu dikenal oleh penutur. Namun, pada situasi tertentu, ungkapan
penolakan tidak langsung akan muncul pada hubungan keakraban yang cukup
dekat apabila pada situasi berlangsung terdapat konflik internal yang mengganggu
hubungan kedekatan antara penutur dan mitra tutur sehingga menimbulkan jarak.
Ungkapan strategi penolakan tidak langsung terhadap ajakan yang muncul
yang diungkapkan oleh mitra tutur di dalam Bahasa Jepang dan Bahasa Indonesia,
dapat dilihat dengan lebih jelas pada tabel di bawah ini.
69

Tabel 4.3.
Strategi Penolakan Tidak Langsung terhadap Ajakan
Dalam Bahasa Jepang
Keakraban Nomor Ajakan
(D) Data 1 2 3 4
あ、あの。 ごめん、 あたしちょ -
[1] っと用事が

ちょっ、ちょ - - -
[13] っと待ちなさ
Akrab
いよ!
(-D)
だけど、 お姉ちゃんと - -
ナッちゃんは
[22] サンドイッ
チ、私のおむ
すびで

ごめん、 ちょっと 留年するに -


バイト、 はバイト増
[2]
Tidak やさない

Akrab と。
(+D) またいちから ごめんだ。 - -
[8] 外国語の学び
なおしは、

Tabel tersebut menunjukkan ungkapan-ungkapan yang muncul dari seorang


penutur yang mengungkapkan penolakan terhadap ajakan dari lawan tutur. Pada
data [13], penutur berusaha untuk menghentikan ajakan dari mitra tutur dengan
meminta penutur untuk mempertimbangkan ajakannya dengan kata-kata “chotto
machinasaiyo,” yang berarti penutur menolak untuk ikut serta dalam ajakan dari
mitra tutur. Pada data [22], penutur menunjukkan kurangnya antusiasme dalam
70

menanggapi ajakan dari mitra tutur dengan ungkapan yang menunjukkan bentuk
protes terhadap jenis bekal makanan yang berbeda antara miliknya dengan milik
kakaknya dan temannya, sehingga ia merasa enggan untuk ikut makan bersama
dengan mereka berdua. Data [13] dan data [22] selengkapnya dapat dilihat pada
lembar lampiran.
Strategi penolakan yang banyak muncul sebagai realisasi penolakan
terhadap ajakan adalah mengungkapkan permintaan maaf di awal, kemudian
dilanjutkan dengan memberikan alasan atau dalih. Strategi penolakan tidak
langsung menggunakan permintaan maaf dan dalih atau alasan dilakukan baik
kepada lawan tutur yang akrab maupun yang tidak akrab. Ungkapan penyesalan
karena tidak dapat memenuhi ajakan mitra tutur ditandai dengan kata “gomen”
atau permintaan maaf. Sedangkan alasan diutarakan agar mitra tutur mengetahui
apa yang menjadi penyebab penutur tidak dapat memenuhi ajakan tersebut. Untuk
melihat lebih jelas formula semantik apa saja yang digunakan oleh penutur dalam
penolakan terhadap ajakan, dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 4.4.
Formula Semantik Strategi Penolakan Tidak Langsung terhadap Ajakan
Dalam Bahasa Jepang

Keakraban Nomor Ajakan


(D) Data 1 2 3 4
間を待たせ 謝罪
理由
[1] る表現 permintaan -
alasan
pengisi jeda maaf
依頼者への
Akrab
批判
(-D) [13] - - -
mengkritik
ajakan
間を待たせ 熱意の欠如
[22] - -
る表現 kurangnya
71

pengisi jeda antusiasme


謝罪
言い訳 理由
[2] permintaan -
Tidak dalih alasan
maaf
Akrab
謝罪
(+D) 言い訳
[8] permintaan - -
dalih
maaf

Dari contoh data yang diperoleh, penutur mengungkapkan penolakannya


dalam 2 atau 3 formula semantik saja. Hubungan kedekatan (distance/D) tidak
terlalu berpengaruh terhadap strategi yang dilakukan terhadap penolakan yang
diungkapkan. Karena baik kepada orang yang berada di hubungan dekat atau
akrab maupun dengan orang yang hubungannya tidak akrab, ungkapan penolakan
yang muncul kurang lebih sama, yaitu menggunakan permintaan maaf dan
pemberian alasan. Namun, ada hal yang sedikit berbeda apabila kita melihat dari
segi keseganan ketika melakukan penolakan. Pada orang-orang dengan hubungan
akrab, penolakan yang dilakukan lebih sulit untuk dilakukan apabila dibandingkan
dengan penolakan terhadap orang yang tidak akrab atau orang asing. Hal ini
dikarenakan, apabila menolak ajakan dari seseorang yang dekat, adanya
kekhawatiran akan merusak hubungan dari kedua belah pihak sehingga penolakan
yang dilakukan lebih sulit untuk dilakukan.
Berbeda dengan penolakan terhadap orang asing. Meskipun menggunakan
penolakan tidak langsung, namun penolakan yang dilakukan adalah untuk
melakukan penghindaran dari ajakan, dan dilakukan dengan tanpa segan, dengan
sedikit kekhawatiran akan menyinggung perasaan lawan bicara. Penolakan tidak
langsung dilakukan hanya untuk menyelamatkan wajah negatif dengan tujuan
ungun menjaga jarak sosial dengan mitra tutur.
Ungkapan penolakan terhadap ajakan di dalam Bahasa Indonesia
menunjukkan hasil yang cukup berbeda. Ungkapan penolakan tersebut penulis
rangkum dalam tabel yang dapat dilihat di bawah ini.
72

Tabel 4.5.
Strategi Penolakan Tidak Langsung terhadap Ajakan
Dalam Bahasa Indonesia
Keakraban Nomor Ajakan
(D) Data 1 2 3 4
Lihat nanti, Aku usahain. - -
[26]
ya.
Hmm … sori. Aku harus Kapan-
cabut, ada kapan, ya?
janji dengan
[27]
Ami dari
Klub Kakak
Asuh.
Akrab
Ternyata lo
(-D)
[32] gak berubah,
ya.
Aku sudah Kamu cari
[44] janji sama pasangan lain
istriku. aja.
[39] Gak laper.
Lima puluh? Gua pokoknya
[28]
tunggu di mobil!
Gue balik Kepala gue - -
[29]
Tidak aja. pusing.
Akrab Wah, kamu tidak perlu
(+D) [48] repot-repot kok,
Jessy

Terhadap ajakan dari mitra tutur yang memiliki hubungan kedekatan dengan
penutur, penutur Bahasa Indonesia lebih sering memberikan pemberian janji
seperti pada data [26] dan [27] bahwa penutur akan memenuhi ajakan tersebut di
waktu yang akan datang. Penutur pada data [39] tanpa berbasa-basi langsung
73

memberikan penjelasan kepada mitra tutur untuk menolak ajakannya, karena pada
saat situasi berlangsung, penutur sedang ingin menjaga jarak dari semua orang
yang dekat dengannya dikarenakan adanya konflik pribadi.
Strategi dengan mengkritik ajakan dari lawan tutur dapat dilihat pada data
[32] dan [28] dimana penutur alih-alih menolak secara langsung ajakan dari mitra
tutur, menggunakan pernyataan bernada negatif yang berarti penutur mengkritik
ajakan dari mitra tuturnya. Data [32], [44], [39], dan [28] secara lengkap dapat
dilihat pada lembar lampiran.
Kepada mitra tutur yang tidak akrab, penutur menolak dengan strategi yang
dapat menjauhkannya dari mitra tutur atau untuk menjaga jarak untuk menghindar,
seperti dengan cara beralasan seperti pada data [29] atau dengan cara melepaskan
mitra tutur dari tanggung jawab untuk melakukan kebaikan kepadanya pada data
[48].
Secara lebih jelas, formula semantik yang muncul dapat dilihat pada tabel
berikut ini.

Tabel 4.6.
Formula Semantik Strategi Penolakan Tidak Langsung terhadap Ajakan
Dalam Bahasa Indonesia

Keakraban Nomor Ajakan


(D) Data 1 2 3 4
janji di masa
[26] harapan - -
depan
permintaan janji di masa
[27] pengisi jeda alasan
maaf depan
Akrab mengkritisi
[32]
(-D) ajakan
pernyataan
[44] alasan
alternatif
[39] penjelasan
[28] pengulangan mengkritisi
74

sebagian dari ajakan


permohonan
pernyataan
[29] dalih - -
alternatif
Tidak
melepaskan
Akrab
mitra tutur
(+D) [48] pengisi jeda
dari tanggung
jawab

Seperti yang telah disinggung sebelumnya, penutur Indonesia cenderung


lebih suka untuk mengungkapkan pemberian janji ketika menolak ajakan dari
seseorang, terutama pada seseorang yang hubungannya akrab. Pemberian janji
tersebut tidak lain bertujuan untuk memberikan harapan kepada lawan bicara dan
memberikan janji bahwa ia akan melakukannya di masa depan agar penutur tidak
merasa bersalah karena sudah menolak ajakan dari lawan bicaranya. Strategi
dengan mengkritik ajakan dari lawan bicara dilakukan kepada orang yang
memiliki hubungan akrab dilakukan karena adanya perbedaan pendapat di antara
penutur dan mitra tutur, namun penutur enggan untuk mengatakan “tidak” secara
langsung dikarenakan alasan tertentu. Misalnya pada data [32], penutur tidak
langsung menjawab menggunakan “tidak” karena ia ingin mitra tuturnya
menyadari apa kesalahannya sehingga ia memberikan kritik terhadap ajakannya.
Kepada mitra tutur yang tidak akrab, penutur melakukan penolakan hanya
dengan memberikan alasan yang secara lugas menyiratkan bahwa ia menolak
ajakan dari mitra tuturnya, atau dengan cara melepaskan mitra tutur dari tanggung
jawab. Kedua strategi tersebut dilakukan karena adanya keinginan untuk menjaga
jarak dari mitra tutur.
Dengan melihat tabel 4.4. dan tabel 4.6. yaitu tabel formula semantik dalam
Bahasa Jepang dan Bahasa Indonesia, kita dapat mengetahui bahwa rata-rata
penutur penolakan atau penolak menggunakan satu hingga dua strategi di dalam
melakukan sebuah penolakan. Namun, terdapat satu hasil yang berbeda yaitu pada
data [27] dimana penutur menggunakan lebih dari dua strategi di dalam tuturan
penolakannya. Hal tersebut berarti bahwa penolakan yang ia lakukan memerlukan
75

negosiasi yang cukup panjang sehingga menggunakan empat strategi di dalam


penolakannya. Penolakan tersebut terjadi ketika ia menolak ajakan dari seseorang
yang akrab dengan penutur, namun karena adanya konflik yang terjadi di antara
merka timbullah jarak sosial di antara keduanya. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa, penolakan yang dilakukan oleh penutur terhadap mitra tutur akrab yang
sedang berkonflik dengannya cukup sulit untuk dilakukan penutur, dan
membutuhkan negosiasi yang cukup panjang.
Selain itu, di dalam kedua tabel tersebut pun kita dapat melihat bahwa
terdapat strategi yang sama yang digunakan di dalam kedua bahasa tersebut,
misalnya strategi penolakan dengan menggunakan alasan, dengan meminta maaf,
ataupun dengan dalih. Untuk melihat seberapa seringnya atau seberapa intensnya
sebuah strategi penolakan digunakan ketika menolak sebuah ajakan di dalam
Bahasa Jepang dan Bahasa Indonesia, penulis menyajikannya ke dalam tabel di
bawah ini.

Tabel 4.7.
Intensitas Kemunculan Strategi Penolakan Tidak Langsung terhadap
Ajakan
Bahasa Jepang Bahasa Indonesia
No. Formula Semantik
(-D) (+D) (-D) (+D)
1 Pengisi jeda 1 1 1
2 Permintaan maaf 1 2 1
3 Dalih 0 2 1
4 Alasan 2 2 2
5 Mengkritik ajakan 1 2
6 Kurangnya antusiasme 1
7 Janji di masa depan 2
8 Harapan 1
9 Penjelasan 1
10 Pernyataan alternatif 1 1
11 Pengulangan sebagian dari 1
permohonan/ajakan
76

12 Melepaskan mitra tutur 1


dari tanggung jawab
6 6 12 4
Total
12 16

Dari total 12 jenis strategi penolakan yang dilakukan oleh penutur Bahasa
Jepang, strategi penolakan yang digunakan kepada mitra tutur akrab ataupun tidak
akrab kurang lebih menunjukkan hasil yang sama. Terhadap ajakan, mereka
menggunakan permintaan maaf dan alasan ataupun dalih di dalam melakukan
penolakan. Sedangkan di dalam Bahasa Indonesia, strategi penolakan yang
dilakukan terhadap ajakann menunjukkan hasil yang lebih tinggi daripada Bahasa
Jepang, terutama angka yang ditunjukkan oleh penolakan terhadap mitra tutur
yang memiliki hubungan akrab. Hal ini menunjukkan bahwa orang Indonesia
memerlukan negosiasi yang cukup panjang ketika melakukan sebuah penolakan
terhadap mitra tutur yang akrab. Selain itu, banyaknya jenis strategi yang
digunakan menunjukkan bahwa orang Indonesia melakukan berbagai cara ketika
menolak sesuatu agar penolakan tersebut tidak menyinggung mitra tuturnya dan
dapat dipahami oleh mitra tuturnya. Sementara terhadap mitra tutur yang
hubungannya tidak begitu akrab, penutur Indonesia menggunakan strategi
kesantunan positif (positive politeness strategy), yang menurut Brown dan
Levinson (1987) merupakan strategi yang dilakukan untuk menyelamatkan muka
positif dari mitra tutur. Dalam hal ini berarti untuk menjaga nilai-nilai sosial atau
nilai persahabatan antara penutur dan mitra tutur.

2. Strategi Penolakan Tidak Langsung terhadap Permintaan/Permohonan


(Request)
Kalimat permohonan merupakan sebuah ungkapan yang memberikan
pengaruh kepada lawan tutur untuk melakukan sesuatu untuk penutur. Di dalam
bahasa Jepang, ungkapan permohonan disebut dengan irai hyougen (依頼表現).
Melakukan penolakan terhadap sebuah permohonan akan menimbulkan perasaan
kurang mengenakkan bagi lawan tutur, karena untuk melakukan sebuah
permintaan, lawan bicara pun membutuhkan strategi tertentu agar permintaannya
77

dapat diterima oleh lawan bicaranya. Oleh karena itu, melakukan penolakan
terhadap permintaan dapat menimbulkan konflik di antara penutur dan mitra tutur
apabila tidak menggunakan strategi penolakan yang tepat. Berikut merupakan
pembahasan mengenai strategi penolakan terhadap tuturan permohonan.

1) Strategi Penolakan Tidak Langsung terhadap Permintaan/Permohonan


(Request) dalam Bahasa Jepang

Hubungan dengan mitra tutur:


a. Akrab (-D)

[4]
Situasi: Kouji meminta izin untuk datang melihat Kaoru melakukan konser
jalanan. Namun Kaoru menolak kedatangan Kouji ke acara konsernya.
[4] 孝治 :ねえ、今度行けたら行こうかな。。。ストリートライブ。
薫 :行けたら行くとか言う人に限って来ないんだよ。
Kouji : Nee, kondo iketara ikoukana... sutoriito raibu.
Kaoru : Iketara iku toka iu hito ni kagitte konaindayo.
Kouji : “Hey, kalau bisa saya akan datang ke live konser jalanan kamu.”
Kaoru : “Kalau orang yang berkata sebatas jika bisa pergi akan pergi,
biasanya tidak akan datang.”
(Taiyou no Uta, 2008)

行けたら行くとか言う人に限って来ないんだよ
(1)

(1) 行けたら行くとか言う人に限って来ないんだよ
(人生観・決めたり文句/jinseikan・kimetari monku)
Formula semantik yang muncul pada data [4] di atas hanya terdiri dari satu
ungkapan saja yaitu menggunakan pernyataan filosofi.
Ungkapan penolakan yang diutarakan oleh Kaoru mengandung makna
sindiran yang bersifat negatif, berupa kalimat berisi pandangan umum bahwa
78

orang yang biasanya hanya sekedar berjanji, tidak pernah menepati janjinya.
Kemungkinannya, Kaoru sudah pernah mengalami kejadian yang sama, seseorang
pernah berjanji kepadanya akan datang untuk mengunjunginya, namun ternyata
tidak dapat memenuhi janji tersebut karena alasan yang tidak diketahui. Maka
ketika Kouji mengungkapkan permintaan izin untuk datang ke konser jalanan
yang Kaoru anggap sebagai ungkapan janji, Kaoru menolak permintaan tersebut.
Kalimat ‘iketara iku toka iu hito ni kagitte konaindayo’ memiliki makna tersirat
bahwa jika hanya sekedar berkata dan berjanji untuk datang tetapi pada akhirnya
tidak datang, sebaiknya tidak usah datang saja.

[3]

Situasi: Kouji merasa bersalah terhadap Kaoru, yang karena kesalahan dirinya
Kaoru jadi murung berdiam diri tidak melakukan aktivitasnya lagi bernyanyi di
live konser jalanan. Pada suatu malam Kouji datang mengunjungi rumah Kaoru
untuk memintanya melakukan aktivitasnya seperti biasa.

[3] 孝治 : 元気?どうしたの?もう歌わないの?
だってあんなに歌うまいじゃん。
歌わないなんてもったいないよ。
もう一度聴きたいんだ。
薫 : 私は... 私は普通に生きていければよかった。
それだけでよかったのに。
Kouji : Genki? Doushitano? Mou utawanaino?
Datte anna ni uta umai jan.
Utawanainante mottainai yo. Mou ichido kikitainda.
Kaoru : Watashi wa... watashi wa futsuu ni ikite ikereba yokatta.
Sore dake de yokatta no ni.
Kouji : “Kau sehat? Kenapa? Sudah tidak mau menyanyi lagi?
Padahal kamu sangat jago menyanyi.
Sayang sekali kalau kau tidak bernyanyi lagi. Aku ingin
mendengarnya sekali lagi.”
79

Kaoru : “Aku.. Aku bersyukur jika aku dapat hidup dengan normal.
Meskipun hanya itu aku sudah bersyukur.”
(Taiyou no Uta, 2008)

私は...私は普通に生きていければよかった。それだけでよかったのに。
(1) (2) (3)

(1) 私は...
(間を待たせる表現/aida o mataseru hyougen)
(2) 私は普通に生きていければよかった
(話しての負担を軽減する/hanashite no futan o keigen suru)
(3) それだけでよかったのに
(話しての負担を軽減する/hanashite no futan o keigen suru)

Formula semantik yang muncul dari kalimat penolakan di atas adalah (1)
pengisi jeda, (2) melepaskan mitra tutur dari tanggung jawab, dan diperkuat
kembali dengan pernyataan yang sama dalam formula semantik yang ketiga (3).
Kaoru adalah seorang gadis remaja yang memiliki penyakit XP, penyakit
langka yang menyebabkannya tidak bisa terkena sinar matahari langsung. Ia
begitu putus asa karena penyakitnya karena dokter mengatakan belum ada
pengobatan yang dapat menyembuhkan penyakitnya itu. Ia sangat menyukai
bernyanyi sehingga setiap malam ia melakukan konser live jalanan untuk
menyalurkan bakat menyanyinya. Namun saat mengetahui kalau ia tidak bisa
bertahan hidup lebih lama lagi karena penyakitnya, ia merasa putus asa dan tidak
ingin lagi bernyanyi. Oleh karena itu, ketika Kouji menyatakan permintaan untuk
menyanyi lagi, Kaoru tidak secara langsung mengungkapkan penolakan dari
permintaan Kouji tersebut. Alih-alih, ia mengungkapkan pernyataan bahwa ia
sudah bersyukur jika dapat hidup dengan normal, dan tidak ingin meminta lebih,
oleh karenanya ia menyerah untuk kembali bernyanyi. Dalam pernyataan tersebut
juga tersirat ungkapan bahwa Kaoru menyampaikan kalau ia baik-baik saja dan
tidak ingin membuat lawan tuturnya merasa khawatir. Pernyataan itu ia
80

ungkapkan dalam kalimat, ‘watashi wa futsuu ni ikete ikereba yokatta. Sore dake
de yokatta noni.’
Hubungan antara penutur dan mitra tutur dalam kalimat tersebut cukup
dekat, namun penutur mengungkapkan penolakan tidak langsung dengan tujuan
untuk menghindar dari topik pembicaraan yang sedang mereka bicarakan. Kaoru
yang sangat menyukai bernyanyi terpaksa harus menyerah pada mimpinya
menjadi penyanyi terkenal karena kondisi kesehatannya yang tidak mendukung.
Oleh karena itu, jarak yang menyebabkannya harus mengungkapkan ungkapan
tidak langsung adalah berasal dari dirinya sendiri yang merasa minder atau merasa
rendah diri dan putus asa karena penyakitnya. Konflik yang menimbulkan jarak
antara dirinya dan mitra tutur berasal dari ketidakpercayadirian penutur terhadap
dirinya sendiri.

b. Tidak Akrab (+D)

[11]

Situasi: Hagumi meminta izin kepada Hanamoto gurunya apakah ia boleh


mengikuti pameran lukisan di Oslo. Namun gurunya tersebut menolak permintaan
Hagumi.

[11] はぐみ :今日は幸田先生にオスロー国際何とかに応募して


みないかって言われたんだ。でも、いつもみたいな
絵じゃないんですって、だめですか。

花本 :傾向として、不利ってだけでだめじゃないさ。は
ぐははぐが描きたい絵を描きたいように描けばいい。
Hagumi : Kyou wa Kouda sensei ni Osuroo Kokusai nantokani
ouboshite mitai katte iwaretanda. Demo, itsumo mitaina e
janain desutte, dame desuka.
Hanamoto : Keikou toshite, furitte dake de dame janaisa. Hagu wa
Hagu ga kakitai e wo kakitai youni kakeba ii.
Hagumi : Hari ini Ibu Kouda bertanya apakah aku akan mengikuti
pameran di Oslo. Tetapi bukan lukisan yang seperti biasa
81

aku lukis. Tidak bolehkah?


Hanamoto : Bukannya tidak boleh, hanya saja akan cenderung merugi.
Lebih baik Hagu melukis apa yang ingin Hagu lukis.
(Honey And Clover, 2008)

傾向として、不利ってだけでだめじゃないさ。
(1)

はぐははぐが描きたい絵を描きたいように描けばいい。
(2)

(1) 傾向として、不利ってだけでだめじゃないさ。
(自己防衛/jiko bouei)
(2) はぐははぐが描きたい絵を描きたいように描けばいい。
(提案提示/daian teiji)

Permintaan mitra tutur dalam percakapan di atas adalah untuk dapat


diizinkan mengikuti pameran lukisan yang akan diselenggarakan di Oslo. Strategi
penolakan terhadap permintaan tersebut ditandai dengan pernyataan pembelaan
dari penutur bahwa sebenarnya ia bukannya melarangnya untuk mengikuti
pameran tersebut. Penutur lalu memberikan pernyataan alternatif berupa saran
bahwa sebaiknya Hagumi melukis sesuai dengan keinginannya sendiri dan tidak
memaksakan diri untuk mengikut pameran yang tidak sesuai dengan
kepribadiannya. Penutur menolak untuk memenuhi permintaan lawan tutur
dengan alasan ia khawatir muridnya tersebut tidak dapat melukis seperti
keinginannya sendiri.

[10]

Situasi: Yuichi dan Yamada sedang mengerjakan projek universitas dengan


membuat sebuah film pendek. Yuichi yang berperan sebagai sutradara, meminta
Kichida untuk menjadi tokoh laki-laki dalam film tersebut.
82

[10] 勇一 :この男の役、君にやってもらうから。
岸田 :勝手に決めないでよ。
Yuuichi : Kono otoko no yaku, kimi ni yatte morau kara.
Kishida : Katte ni kimenaideyo.
Yuuichi : Pemeran laki-lakinya, kamu yang akan memerankan...
Kishida : Jangan memutuskan seenaknya.
(Niji no Megami, 2006)

勝手に決めないでよ

(1)

(1) 勝手に決めないでよ

(依頼者への批判/iraisha e no hihan)

Yukichi sebagai lawan tutur dari penutur memintanya untuk menjadi


pemeran laki-laki dalam proyek film yang sedang mereka kerjakan. Penutur dan
lawan tuturnya sering berselisih paham, sehingga alih-alih menggunakan kata
“aku tidak mau” atau “aku tidak bisa melakukannya”, penutur menggunakan
strategi penolakan dengan mengkritik permintaan dari lawan tuturnya tersebut
dengan pernyataan “katteni kimenaindayo”, yang berarti ia menolak untuk
memenuhi permintaan dari lawan tuturnya tersebut.

2) Strategi Penolakan Tidak Langsung terhadap Permintaan (Request)


dalam Bahasa Indonesia

Hubungan dengan mitra tutur:


a. Akrab (-D)

[30]

Situasi: Dani merasa bersalah pada Lola karena muncul gosip bahwa Dani mau
berteman dengan Lola hanya karena ia bertaruh dengan teman-temannya. Lola
merasa dimanfaatkan sehingga ia menghindar untuk bertemu dengan Dani.
83

[30] Dani : Gue pengen ngajak lo jalan sekali lagi.


Lola : Makasih.
(Love in Perth, 2010)
Makasih.
(1)

(1) Makasih.
[ucapan terima kasih/apresiasi]

Antara penutur dan mitra tutur tengah terjadi konflik pribadi yang
menyebabkan jarak antara keduanya yang semula baik menjadi sedikit rengang.
Ungkapan penolakan yang diucapkan oleh penutur adalah dengan mengucapkan
apresiasi positif berupa kata terima kasih atas permintaan yang dilakukan oleh
lawan tuturnya. Namun ucapan terima kasih tersebut menyiratkan bahwa penutur
tidak ingin memenuhi permintaan mitra tutur yang berarti adalah sebuah
penolakan. Berterimakasih adalah cara untuk menghargai permintaan dari lawan
bicara, namun penutur mengucapkan kata terima kasih tersebut dengan tujuan
untuk menghindar dari lawan bicaranya.
Intonasi bicara dari penutur ketika mengucapkan terima kasih penuh dengan
nada sindiran dan nada kekesalan sehingga ucapan terima kasih tersebut bukan
berarti bahwa ia menghargai permintaan dari lawan tuturnya. Sebaliknya, justru
penutur sama sekali tidak ingin memenuhi permintaan dari lawan tuturnya.
Selanjutnya penutur meninggalkan tempat dan segera menghindar dari mitra tutur.
Untuk itu, memperhatikan intonasi atau nada bicara, ekspresi wajah, serta gestur
tubuh dari penutur juga dapat dijadikan sebagai salah satu indikator apakah
sebuah permintaan itu diterima atau ditolak.

[43]

Situasi: Maria membutuhkan bantuan Rangga untuk konsultasi tentang tesisnya.


Namun karena pada saat itu bertepatan dengan waktu shalat Rangga, Rangga
menolak untuk mengikuti permintaan Maria.
84

[43] Maria : Aku cari-cari kamu dimana-mana, ternyata kamu di sini.


Aku butuh bantuan kamu, Rangga.
Rangga : Aku shalat dulu ya.
(99 Cahaya di Langit Eropa 2, 2014)

Aku shalat dulu ya.


(1)

(1) Aku shalat dulu ya.


[penundaan]

Pada situasi di atas, pada waktu lawan tutur menyampaikan permohonannya,


ia menyampaikannya pada waktu yang kurang tepat. Pada saat itu, Rangga hendak
melaksanakan ibadah, sedangkan Maria tanpa mempedulikan hal tersebut
langsung menyampaikan permintaannya tanpa basa basi. Penutur melakukan
penolakan dengan menggunakan alasan kalau ia harus melaksanakan ibadah
terlebih dahulu. Hal tersebut dia lakukan untuk memprioritaskan urusannya di atas
permintaan dari lawan tuturnya, sehingga ia menunda untuk memenuhi
permintaan lawan tuturnya. Kalimat tersebut menyiratkan bahwa setelah ia
menyelesaikan urusannya, ia akan memenuhi permintaan dari lawan tuturnya
tersebut.

b. Tidak Akrab (+D)

[37]

Situasi: Zein adalah seorang pelukis jalanan. Ia melukis dan menjual lukisannya
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Zein ingin mengganti uang Emak yang
dipinjam oleh mantan istrinya untuk keperluan pengobatan anaknya karena uang
tersebut adalah tabungan Emak untuk naik haji. Karena lukisannya tidak kunjung
laku, Zein mengambil cara lain yaitu dengan mendatangi rentenir untuk meminta
pinjaman uang.
85

[3]Rentenir : Mau pinjem berapa?


Zein : 5 juta.
Rentenir : Jaminannya?
Zein : Semua lukisan saya.
Rentenir : Semua lukisan kamu bahkan sama sepedanya pun gak cukup buat
jadi jaminannya.
(Emak Ingin Naik Haji, 2009)

Semua lukisan kamu bahkan sama sepedanya pun gak cukup buat jadi
jaminannya.
(1)

(1) Semua lukisan kamu bahkan sama sepedanya pun gak cukup buat jadi
jaminannya.
[mengkritisi permintaan]

Ungkapan penolakan yang diutarakan oleh rentenir kepada Zein adalah


berupa ungkapan merendahkan kepada Zein yang mengajukan permohonan untuk
meminjamkan uang kepadanya. Karena kedudukan penutur lebih tinggi dari mitra
tutur, ungkapan penolakan yang dituturkannya sedikit lebih keras dan kasar
karena ia dengan kekuasaan dan status sosialnya yang lebih tinggi ia merasa tidak
perlu untuk menjaga perasaan dari lawan bicaranya. Ungkapan penolakannya
tidak diutarakan tidak secara langsung menggunakan kata “tidak” melainkan
dengan kalimat ironi yang menjatuhkan lawan bicara. Dengan pernyataan ironinya
tersebut, lawan tutur dapat langsung menangkap pesan bahwa permintaannya
tidak disetujui.
Berbeda dengan ungkapan penolakan di atas, data di bawah ini
menunjukkan kalimat penolakan yang lebih halus, yang diungkapkan oleh
seseorang yang status sosialnya lebih tinggi dan tidak memiliki keakraban dengan
lawan tuturnya. Ungkapan penolakannya diutarakan secara samar dengan
menggunakan bahasa yang sopan.
86

[38]

Situasi: Mika adalah seorang pengidap AIDS. Kondisinya sudah mulai parah
sehingga ia sering sariawan dan beberapa giginya tanggal. Ia mendatangi dokter
gigi bagi anak-anak untuk mengobati sakit giginya. Dokter gigi tersebut sudah
bersedia memeriksa Mika namun saat mengetahui kondisi Mika, ia menolak untuk
memeriksa Mika.

[38]Mika : Dok, tapi saya minta maaf sebelumnya.


Dokter Gigi : Ya?
Mika : Saya ODHA, Dok.
Dokter Gigi : Orang Dengan HIV AIDS?
Mika : Betul, Dok. Saya AIDS.
Dokter Gigi : Oh, oke... kalau begitu mungkin, harus di tempat lain, ya.
Karena kita belum pernah menangani pasien dengan
ODHA.
(Mika, 2013)

Oh, oke... kalau begitu mungkin, harus di tempat lain, ya. Karena kita belum
(1) (2) (3)
pernah menangani pasien dengan ODHA.

(1) Oh, oke...


[pengisi jeda]
(2) kalau begitu mungkin, harus di tempat lain, ya
[pernyataan alternatif]
(3) Karena kita belum pernah menangani pasien dengan ODHA.
[alasan]

Formula semantik yang muncul dari kalimat penolakan di atas adalah (1)
pengisi jeda, (2) pernyataan alternatif (kenapa anda tidak melakukan Y bukannya
X), dan (3) alasan.
87

ODHA adalah singkatan dari Orang Dengan HIV AIDS. Pemeran Mika
dalam tokoh di atas adalah seseorang yang mengidap penyakit mematikan yaitu
AIDS. Pada situasi yang berlangsung, kondisi kesehatan Mika semakin menurun,
salah satunya ditandai dengan tanggalnya beberapa giginya sehingga
menyebabkan ia menderita sariawan yang cukup parah. Indi, temannya,
menyarankannya untuk berobat ke dokter gigi umum. Pada awalnya dokter gigi
tersebut dengan sangat ramah menyambut Mika untuk berobat di tempat
prakteknya. Namun sebelum dokter tersebut memeriksa kondisi gigi dan mulut
Mika, terlebih dahulu Mika memberitahukan keadaannya yang sebenarnya kepada
dokter tersebut dengan mengatakan bahwa ia mengidap HIV AIDS. Respon yang
diberikan oleh dokter ketika mengetahui bahwa Mika mengidap AIDS adalah
penolakan untuk melakukan tindakan pengobatan kepada Mika.

Ungkapan penolakan yang dilontarkan oleh dokter tersebut adalah berupa


kalimat pengisi jeda berupa kalimat ‘Oh, oke..’ untuk memberikan kesan bahwa ia
bersimpati terhadap penyakit yang diderita Mika. Kemudian memberikan
pernyataan saran berupa kalimat ‘kalau begitu mungkin, harus di tempat lain, ya,’
yang secara tersirat menyatakan bahwa ia menolak untuk memeriksa kondisi Mika
di tempat prakteknya karena ada kekhawatiran akan tertular oleh penyakit tersebut,
sehingga menyarankannya untuk berobat di tempat lain. Kemudian kalimat dokter
tersebut ditutup dengan pemberian alasan bahwa kliniknya belum pernah
menangangi pasien dengan kasus AIDS. Secara keseluruhan, kalimat penolakan
yang diutarakan oleh dokter itu disampaikan dengan bahasa yang sopan dan halus,
namun dapat ditangkap dengan jelas maksud dari ungkapan kesopanan tersebut
bahwa dokter tersebut menolak untuk memenuhi permohonan pasien untuk
memeriksa kondisinya. Adanya unsur kesopanan yang berlebihan di dalam sebuah
percakapan dapat menjadi indikasi bahwa penutur sedang berusaha menjaga jarak
dengan lawan bicaranya.

Setelah itu, meskipun Indi memaksa dokter tersebut untuk melakukan


tindakan terhadap Mika, dokter itu melakukukan pengalihan pembicaraan dengan
berpura-pura menyibukkan diri sehingga semakin menguatkan bahwa ia benar-
benar menolak pasien dengan penyakit AIDS untuk berobat di tempat prakteknya.
88

Di dalam dua data di bawah ini, menunjukkan strategi penolakan tidak


langsung yang cenderung sama yang diungkapkan oleh penutur. Penutur terlebih
dahulu memberikan ungkapan apresiasi positif yang menunjukkan seolah-olah
penutur akan memenuhi permintaan dari lawan bicaranya, namun pada akhirnya
hanya sekedar memberikan janji di masa depan yang belum tentu akan
dipenuhinya atau tidak. Secara samar, ungkapan tersebut mengindikasikan adanya
penolakan untuk memenuhi permintaan lawan bicara.

[40]

Situasi: Dara adalah Ketua OSIS di SMA tempat Dika bersekolah. Anggota klub
basket sekolah mereka mendatangi ruangan OSIS untuk meminta tambahan
ruangan untuk menyimpan piala-piala mereka karena ruangan mereka sudah tidak
mampu lagi menampung seluruh piala dari pertandingan basket.

[40]Siswa Laki-laki : Hei sori, kayaknya kita butuh ruangan lagi, deh.
Dara : Lah, buat apa?
Siswa Laki-laki : Ya buat piala. Lo sendiri kan tau klub basket kita udah
full.
Dara : Oh, ruangan sih ada. Tapi kayaknya gue harus tanya
kepala sekolah dulu deh.

(Marmut Merah Jambu, 2014)

Oh, ruangan sih ada. Tapi kayaknya gue harus tanya kepala sekolah dulu deh.
(1) (2) (3)

(1) Oh
[pengisi jeda]
(2) ruangan sih ada
[memberi harapan]
(3) Tapi kayaknya gue harus tanya kepala sekolah dulu deh
[keragu-raguan]
89

[41]

Situasi: Dika dan kedua temannya membuat sebuah klub detektif di sekolah
mereka. Mereka berhasil memecahkan kasus di sekolah sehingga membuat
mereka semakin dikenal di sekolah. Ina yang seorang penyiar remaja di radio
Prambors bermaksud untuk mengundang klub detektif Dika untuk mengisi acara
di siaran radio High School in Love.

[41]Ina : Dika, gue boleh minta tolong nggak?


Dika : Boleh.
Ina : Lo tau acara High School in Love di Prambors gak?
Acara anak SMA gitu. Gue penyiarnya.
Dika : Nggak, gue gak tau. Gue baru tau pas lo bilang ke gue barusan.
Ina : Mm, gue mau ngajak lo sama grup detektif lo buat ikut acara gue.
Gimana Dik?

Dika : Gue sih mau-mau aja. Nanti gue tanya temen-temen gue dulu, ya.
(Marmut Merah Jambu, 2014)
Gue sih mau-mau aja. Nanti gue tanya temen-temen gue dulu, ya.
(1) (3)

(1) Gue sih mau-mau aja


[memberi harapan]
(2) Nanti gue tanya temen-temen gue dulu, ya
[penundaan]

Pada data [40] dan [41] ungkapan penolakan ditandai dengan kalimat
‘ruangan sih ada’ dan ‘gue sih mau-mau aja’ yang menunjukkan bahwa penutur
memberikan harapan terhadap permintaan pembicara dan seolah-olah
mengindikasikan bahwa penutur akan memenuhi permintaan dari lawan bicaranya.
Namun ungkapan tersebut dilanjutkan dengan pemberian janji untuk
mempertimbangkan permintaan tersebut dengan cara melibatkan orang ketiga,
yaitu berkata bahwa penutur harus mempertimbangkan permintaan tersebut
90

dengan orang lain yang terkait. Namun sebenarnya, ungkapan tersebut adalah
penolakan dengan menggunakan pemberian janji untuk menjaga wajah positif
penutur di depan lawan tuturnya.

3) Analisis Strategi Penolakan Tidak Langsung terhadap Permintaan


(Request) dalam Bahasa Jepang dan Bahasa Indonesia
Sama halnya dengan menolak sebuah ajakan, menolak sebuah permintaan
pun sama sulitnya dengan menolak sebuah ajakan. Apabila kita tidak memahami
situasi yang sedang terjadi, atau tidak memahami latar belakang budaya dari
bahasa sasaran, akan menimbulkan kesalahpahaman. Untuk melakukan sebuah
permintaan, seorang mitra tutur juga perlu melakukan strategi agar permintaan
tersebut tidak terkesan memaksa, dan sesuai dengan teori kesantunan yang berlaku.
Oleh karena itu, menolak sebuah permintaan berarti akan membuat lawan tutur
kehilangan wajah positif dan merasa terancam. Untuk itu, diperlukan strategi
penolakan yang tepat lawan tutur tidak merasa tersinggung.
Berdasarkan analisis data yang telah penulis kemukakan di atas, strategi
penolakan tidak langsung terhadap tuturan permintaan, muncul beberapa jenis
strategi penolakan tidak langsung yang berbeda-beda. Secara lebih jelas, akan
penulis jelaskan melalui tabel di bawah ini.

Tabel 4.8.
Strategi Penolakan Tidak Langsung terhadap Permintaan
Dalam Bahasa Jepang
Keakraban Nomor Permintaan/Permohonan
(D) Data 1 2 3 4
行けたら行 - - -

くとか言う
Akrab
[4] 人に限って
(-D)
来ないんだ
よ。
91

私は... 私は普通に生 それだけで -

[3] きていければ よかったの


よかった。 に。

[15] アンド! - - -

傾向とし はぐははぐが - -

て、不利っ 描きたい絵を
[11] てだけでだ 描きたいよう
めじゃない に描けばい
Tidak
さ。 い。
Akrab
勝手に決め
(+D) [10]
ないでよ。

ありがとう でも俺、付き
[14] ございま 合っている人
す。 がいた。

Melihat data tuturan penolakan tidak langsung dalam tabel di atas,


berdasarkan pada data yang penulis temukan, tidak ada strategi penolakan dengan
menggunakan permintaan maaf ketika menolak sebuah permintaan dari mitra tutur.
Strategi penolakan yang dilakukan adalah dengan ungkapan-ungkapan yang
memiliki arti filosofis, ungkapan yang bermakna penutur tidak ingin membebani
orang lain dengan cara melepaskan mitra tutur dari tanggung jawab, dan berupa
ungkapan pembelaan diri yang bertujuan agar alasan penutur menolak permintaan
dari mitra tutur dapat diterima.
Ungkapan bermakna filosofis dapat dilihat pada data [4], yang bermakna
penutur menolak permintaan dari mitra tutur karena ia memiliki pandangan umum
bahwa orang yang sekedar berjanji biasanya tidak pernah memenuhi janji tersebut.
Ungkapan yang bermakna bahwa penutur tidak ingin membebani mitra tutur
dengan kesulitannya diungkapkan dalam data [3]. Mitra tutur memintanya untuk
tetap melakukan apa yang disukainya sehingga ia tidak putus asa dalam menjalani
hidupnya yang sudah tidak lama lagi. Ungkapan permintaan tersebut juga
92

memiliki makna bahwa mitra tutur mengkhawatirkan kondisi dari penutur. Namun
permintaan tersebut ditolak oleh penutur dengan mengatakan bahwa ia baik-baik
saja dan mensyukuri dirinya yang masih bisa hidup hingga sekarang. Hal tersebut
menyiratkan bahwa penutur tidak ingin mitra tuturnya merasa khawatir, karena ia
baik-baik saja.
Ungkapan penolakan dengan menggunakan pembelaan diri dapat dilihat
pada data [11] dimana strategi penolakannya dilakukan pada seseorang yang tidak
begitu akrab dengannya. Mitra tutur meminta mitra untuk mempertimbangkan
keputusannya, namun ia menolak dengan melakukan pembelaan diri bahwa ia
sebenarnya bukan menolak untuk menyetujui permintaannya, melainkan karena ia
tidak ingin mitra tuturnya mengambil keputusan yang salah.
Pada data [15], penutur hanya memanggil nama mitra tuturnya dengan
intonasi yang cukup keras sebagai usaha untuk menghalangi mitra tutur agar
menghentikan permintaannya. Data selengkapnya dapat dilihat pada lembar
lampiran.
Formula semantik dari ungkapan-ungkapan penolakan di atas akan disajikan
pada tabel 4.9. di bawah ini.
Tabel 4.9.
Formula Semantik Strategi Penolakan Tidak Langsung terhadap
Permintaan Dalam Bahasa Jepang
Keakraban Nomor Permintaan
(D) Data 1 2 3 4
人生観・決
めたり文句
[4]
pernyataan
filosofi
Akrab
間を待たせ 話しての負担 話しての負担 -
(-D)
る表現 を軽減する を軽減する
[3] pengisi jeda melepaskan melepaskan
mitra tutur dari mitra tutur dari
tanggung tanggung jawab
93

jawab
依頼者への
批判
[15]
mengkritisi
permintaan
自己防衛 提案提示 - -
[11] pembelaan pernyataan
diri alternatif
依頼者への - - -
Tidak
批判
Akrab [10]
mengkritisi
(+D)
permintaan
感謝 理由
[14] rasa terima alasan
kasih

Formula semantik strategi penolakan tidak langsung terhadap permintaan


dalam Bahasa Jepang terdiri atas satu hingga tiga formula semantik saja. Seperti
yang dapat dilihat pada tabel di atas, tidak terdapat strategi penolakan berupa
shazai (謝罪) permintaan maaf dalam rumusan formula semantik di atas.
Terdapat strategi penolakan tidak langsung dengan mengkritik permintaan
yang digunakan kepada mitra tutur dengan hubungan akrab dan mitra tutur dengan
hubungan tidak akrab. Strategi tersebut dilakukan dengan tujuan yang sama yaitu,
ingin menentang atau menolak permintaan yang dilakukan oleh mitra tutur namun
enggan untuk mengatakan “tidak” secara langsung sehingga penutur lebih
memilih untuk mengkritisi permintaan dari mitra tutur.
Data [14] terjadi ketika mitra tutur menyatakan perasaan kepada penutur
yang menyiratkan bahwa mitra tutur melakukan permintaan agar penutur
menerima pernyataannya. Strategi penolakannya dilakukan dengan cara memberi
apresiasi terhadap permintaan tersebut, namun kemudian menolaknya dengan
mengemukakan alasannya. Data selengkapnya dapat dilihat pada lembar lampiran.
94

Berikutnya mari kita bandingkan dengan strategi penolakan tidak langsung


terhadap permintaan dalam Bahasa Indonesia. Ungkapan-ungkapan penolakannya
penulis rangkum ke dalam tabel 4.10. di bawah ini.

Tabel 4.10.
Strategi Penolakan Tidak Langsung terhadap Permintaan
Dalam Bahasa Indonesia
Keakraban Nomor Permintaan/Permohonan
(D) Data 1 2 3 4
[30] Makasih. - - -
Akrab
Aku shalat - - -
(-D) [43]
dulu ya
Semua - -
lukisan kamu
bahkan sama
sepedanya
[37]
pun gak
cukup buat
jadi
jaminannya.
Oh, oke... kalau begitu Karena kita -
Tidak
mungkin, harus belum pernah
Akrab
[38] di tempat lain, menangani
(+D)
ya. pasien dengan
ODHA.
Oh, ruangan sih ada. Tapi kayaknya -
gue harus tanya
[40]
kepala sekolah
dulu deh.
Gue sih mau- Nanti gue tanya - -
[41] mau aja. temen-temen
gue dulu, ya.
95

Ungkapan penolakan berupa kata “makasih” di atas, bukan berarti bahwa


penutur mengapresiasi permintaan dari mitra tuturnya, melainkan ucapan terima
kasih yang bermakna sindiran. Intonasi suara, serta ekspresi wajah dari penutur
bertentangan dengan ungkapan apresiasi yang disampaikan pada mitra tutur.
Penutur menunjukkan ekspresi kesal, dan tak suka terhadap permintaan dari mitra
tutur, kemudian segera menghindar dengan meninggalkan tempat. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa untuk mengetahui apakah pernyataan penutur sebagai realisasi
dari permintaan mitra tutur diterima atau tidak, perlu diperhatikan pula intonasi
atau nada bicara, ekspresi wajah, serta gestur tubuh dari pembicara. Apabila kata
“makasih” itu merupakan sebuah penerimaan, tentu penutur akan menunjukkan
ekspresi bahagia, tersenyum, dan dengan senang hati menerima permintaan lawan
tutur, bukan justru menunjukkan yang sebaliknya.
Ungkapan lain yang muncul sebagai strategi penolakan tidak langsung
terhadap permintaan adalah mengisi jeda sebelum memulai pembicaraan, agar
dapat memberi ruang bagi penutur untuk mempertimbangkan permintaan.
Ungkapan seperti “oh,” oh, oke,” seringkali muncul dalam mengawali sebuah
percakapan, yang penutur gunakan untuk mengisi jeda sehingga ia memiliki
waktu sejenak untuk berpikir sebelum akhirnya melanjutkan kalimatnya.
Penutur Indonesia cenderung memberikan jawaban yang tidak pasti, yang
sarat dengan keragu-raguan seperti pada data [38] dan [40]. Penutur seperti
memberikan harapan bahwa ia akan memenuhi permintaan mitra tutur, namun di
sisi lain juga mengandung keraguan apakah ia akan memenuhi permintaan
tersebut. Misalnya menggunakan kata-kata seperti, “mungkin...” “ruangan sih ada”
“gue sih mau-mau aja,”. Kata sih diberikan penekanan intonasi secara khusus,
sehingga menunjukkan bahwa penutur ingin memenuhi permintaan mitra tutur,
namun juga sebenarnya ada keengganan untuk memenuhinya. Sehingga agar tidak
menyinggung permintaan tersebut, penutur berdalih akan mempertimbangkan
permintaan tersebut setelah berdiskusi dengan pihak yang lain.
Formula semantik yang muncul dari strategi penolaan yang telah dipaparkan
di atas disajikan secara lebih rinci pada tabel berikut ini.
96

Tabel 4.11.
Formula Semantik Strategi Penolakan Tidak Langsung terhadap
Permintaan Dalam Bahasa Indonesia
Keakraban Nomor Permintaan/Permohonan
(D) Data 1 2 3 4
ucapan terima - - -
Akrab [30]
kasih/apresiasi
(-D)
[43] penundaan - - -
mengkritisi - - -
[37]
permintaan
pengisi jeda pernyataan alasan -
Tidak [38]
alternatif
Akrab
memberi keragu- - -
(+D) [40]
harapan raguan
memberi penundaan - -
[41]
harapan

Formula semantik yang muncul dari ungkapan penolakan tidak langsung


permintaan dari mitra tutur akrab adalah berupa ucapan terima kasih/apresiasi,dan
penundaan. Penundaan yang dimaksud di sini adalah penutur menunda untuk
memenuhi permintaan dari mitra tutur karena bersinggungan dengan kepentingan
pribadinya.
Sedangkan formula semantik yang muncul dari ungkapan penolakan tidak
langsung kepada mitra tutur yang tidak akrab menunjukkan bahwa strategi dengan
memberi harapan cukup sering dilakukan kepada orang yang tidak akrab. Selain
itu, terdapat pula penundaan dan keraguan yang dilakukan oleh penutur dalam
mempertimbangkan permintaan dari mitra tutur. Hal ini menunjukkan bahwa
penolakan terhadap orang yang tidak akrab membutuhkan pertimbangan agar
tidak mengancam wajah negatif dari mitra tutur.
Namun demikian, terdapat perbedaan pada data [37] dimana penolakan
dilakukan dengan cara mengkritisis permintaan dari mitra tutur. Hal tersebut
dilakukan karena penutur memiliki kekuasaan yang lebih dibandingkan dengan
97

mitra tutur sehingga tidak memiliki perasaan sungkan untuk menolak


permintaannya. Pembahasan mengenai power tidak akan penulis bahas secara
lebih lanjut dalam penelitian ini, dikarenakan penulis hanya memfokuskan pada
distance atau hubungan kedekatan antara penutur dan mitra tutur.
Dari keempat tabel yang telah penulis sajikan di atas dan juga telah
dijelaskan mengenai konten dari tabel tersebut, terdapat 11 jenis formula semantik
yang muncul baik dalam Bahasa Jepang maupun Bahasa Indonesia yang
digunakan sebagai strategi untuk melakukan penolakan. Dari 11 jenis formula
semantik tersebut, penulis bandingkan intensitas kemunculannya seperti yang
dapat dilihat lebih jelas pada tabel di bawah ini.

Tabel 4.12.
Intensitas Kemunculan Strategi Penolakan Tidak Langsung terhadap
Permintaan
Bahasa Jepang Bahasa Indonesia
No. Formula Semantik
(-D) (+D) (-D) (+D)
1 Pernyataan filosofi 1
2 Pengisi jeda 1 1
3 Melepaskan mitra tutur 2
dari tanggung jawab
4 Mengkritisi permintaan 1 1 1
5 Pembelaan diri 1
6 Pernyataan alternatif 1 1
7 Rasa terima kasih 1 1
8 Alasan 1 1
9 Penundaan 1 1
10 Harapan 2
11 Keragu-raguan 1
5 5 2 8
Total
10 10
98

Di dalam Bahasa Jepang, strategi penolakan yang digunakan menunjukkan


angka yang sama yang dilakukan terhadap mitra tutur akrab dan tidak akrab
dengan varian jenis strategi yang berbeda. Sementara di dalam Bahasa Indonesia,
strategi yang digunakan untuk melakukan penolakan terhadap mitra tutur tidak
akrab menggunakan lebih banyak varian strategi. Seperti yang telah disebutkan di
awal pembahasan mengenai tuturan permintaan, melakukan penolakan terhadap
tuturan permintaan membutuhkan banyak pertimbangan karena di dalam
melakukan tuturan permintaannya, mitra tutur pun mempersiapkan strategi-
strategi tersendiri agar permintaannya tersebut dapat diterima. Sehingga
banyaknya varian bentuk strategi penolakan terhadap permintaan tersebut
berkaitan karena penutur mencari berbagai cara agar penolakannya terhadap
permintaan penutur tidak menimbulkan friksi di antara keduanya.

3. Strategi Penolakan Tidak Langsung terhadap Tawaran (Offer)


Menawarkan sesuatu kepada orang lain berarti mengunjukkan sesuatu
kepada orang lain supaya diambil, dipakai, atau diterima. Sama halnya dengan
melakukan permintaan, melakukan penawaran pun memerlukan strategi yang
khusus agar penawarannya dapat diterima oleh lawan tuturnya. Oleh karena itu,
apabila menolak sebuah penawaran dari lawan bicara, tentu akan mengancam
wajah dari lawan bicara.

1) Strategi Penolakan Tidak Langsung terhadap Tawaran (Offer) dalam


Bahasa Jepang

Hubungan dengan mitra tutur:


a. Akrab (-D)

[16]
Situasi: setiap musim panas, selalu ada pesta kembang api dan Ninako selalu ingin
datang. Ando yang mengetahui kalau Ninako akan datang ke pesta kembang api,
menanyakan tentang rencana Ninako untuk pergi ke pesta kembang api tersebut.
99

[16] アンド :蜷子ちゃんさあ、花火大会、どう?


蜷子 :さゆりちゃんは中学校の友達と行くみたいだから、
私はつかさと行く。
アンド :へえ。じゃ、俺もひまだって。
蜷子 :いいけど、つかさにも聞いてみないと。
Ando : Ninako chan saa, hanabi taikai, dou?
Ninako : Sayuri chan wa chuugakkou no tomodachi to iku mitai dakara,
watashi wa Tsukasa to iku.
Ando : Hee. Ja, ore mo hima datte.
Ninako : Ii kedo, Tsukasa ni mo kiite minaito.
Ando : Bagaimana rencana untuk nonton pesta kembang api, Ninako?
Ninako : Sepertinya Sayuri akan pergi dengan teman-teman SMPnya, jadi
aku akan pergi dengan Tsukasa.
Ando : Ooh. Aku juga sedang luang.
Ninako : Boleh sih, tapi kau harus bertanya juga pada Tsukasa.
(Strobe Edge, 2015)

いいけど、つかさにも聞いてみないと。
(1) (2)

(1) いいけど
(願望/ganbou)
(2) つかさにも聞いてみないと
(理由/riyuu)

Lawan tutur pada dialog tersebut menawarkan diri untuk bergabung dengan
Ninako untuk menonton festival kembang api. Hal tersebut dia lakukan karena
ingin ikut bersama Ninako untuk menonton festival tersebut. Penutur, yaitu
Ninako merasa sedikit keberatan dengan pernyataan dari lawan tuturnya tersebut
karena ia sudah memiliki janji terlebih dahulu dengan Tsukasa untuk menonton
100

festival kembang api. Untuk menghargai tawaran dari lawan tuturnya, ia sedikit
memberikan harapan bahwa ia akan menyetujui tawarannya dengan ungkapan ‘ii
kedo’, kemudian menyatakan sedikit keberatannya dengan menyarankan pada
lawan tutur agar ia bertanya dahulu kepada orang yang telah mengajak Ninako
lebih dulu ke acara tersebut. Karena ia merasa tidak enak kepada Tsukasa yang
telah mengajaknya terlebih dahulu apabila mengikutsertakan Ando dalam rencana
mereka.

[18]
Situasi: Ando menyatakan perasaannya kepada Ninako dan berkata kalau ia akan
menghapuskan seluruh perasaan Ninako kepada Ren jika Ninako mau
menyukainya.
[18]アンド :レンを思う気持ちなんか俺が全部消してあげる。
蜷子 :そういう冗談言わないほうがいいよ。
アンド :本気で言ってる。
Ando : Ren wo omou kimochi nanka ore ga zenbu keshite ageru.
Ninako : Sou iu joudan iwanai houga ii yo.
Ando : Honki de itteru.
Ando : Aku akan menghapuskan seluruh perasaanmu pada Ren.
Ninako : Jangan mengatakan gurauan seperti itu.
Ando : Aku bicara jujur.
(Strobe Edge, 2015)
そういう冗談言わないほうがいいよ。
(1)

(1) そういう冗談言わないほうがいいよ。
(冗談/riyuu)

Hubungan penutur dan mitra tutur sangat dekat karena sejak mereka masuk
sekolah yang sama, mereka selalu menjadi teman baik. Penutur atau Ninako
dalam percakapan tersebut sudah sejak lama menyukai seorang laki-laki bernama
Ren. Ando sebagai teman baiknya pun mengetahui hal tersebut. Namun ternyata
101

diam-diam Ando pun menaruh perasaan pada Ninako. Ando tidak suka melihat
Ninako selalu bersedih karena cintanya pada Ren yang bertepuk sebelah tangan.
Oleh karena itu, ia menyatakan perasaannya pada Ninako dan menawarkan akan
membantu Ninako untuk menghilangkan seluruh perasaan Ninako pada Ren.
Ninako merasa terkejut pada pernyataan Ando tersebut karena ia tidak menyangka
bahwa Ando memiliki perasaan khusus padanya padahal mereka teman baik.
Untuk itu penutur melakukan penolakan secara halus dengan cara mengalihkan
pembicaraan dengan kalimat candaan, “sou iu joudan iwanai hou ga ii yo.”
Penutur tidak ingin hubungan pertemanan mereka menjadi rusak karena perasaan
yang tidak seharusnya ada di antara mereka sehingga untuk menghindar dari topik
tersebut, ia mengalihkan pembicaraan yang serius itu menjadi candaan.

b. Tidak Akrab (+D)

[9]
Situasi: suatu hari Takemoto tanpa sengaja berpapasan dengan Hagumi. Sudah
lama Takemoto menyukai Hagumi, seorang keponakan dari dosennya. Hagumi
yang merupakan seorang gadis yang pemalu merasa sungkan untuk menerima
ajakan Takemoto untuk makan siang bersama.
[9] 竹本 :もし、昼一緒に食べる相手いなかったら何だけど、
つまり花本先生が都合悪かったりしたらけど、
きょう一緒にお昼食べるっていうのはどうだろう?
はぐみ :今日はデートなのよ。
Takemoto : Moshi, hiru ishhoni taberu aite inakattara nandakedo,
tsumari Hanamoto sensei ga tsugou ga warukattari shitara
kedo. Kyou wa isshoni ohiru taberutte iu no wa dou darou?
Hagumi : Kyou wa deeto na no yo.
Takemoto : “Mungkin kamu tidak ada teman untuk makan siang,
kalau-kalau Pak Hanamoto sedang sibuk, bagaiana kalau
hari ini kita makan siang bersama?”
Hagumi : “Hari ini saya mau kencan.”
(Honey and Clover, 2008)
102

今日はデートなのよ。
(1)

(1) 今日はデートなのよ。
(弁明/benmei)

Penutur yang tidak begitu akrab dengan lawan tuturnya merasa enggan
untuk menerima tawaran untuk makan siang bersama dengan Takemoto. Ketika
lawan tuturnya berbasa-basi untuk memberikan tawaran makan bersama, Hagumi
sudah mulai merasa kurang berminat. Sehingga tanpa diawali dengan permintaan
maaf, ia secara tegas langsung menjelaskan bahwa ia memiliki janji kencan
dengan pacarnya. Hal tersebut ia lakukan untuk dapat segera menghindar dari
lawan tuturnya.

[24]
Situasi: Takane Hoshikawa adalah seorang biksu yang menyukai seorang wanita
bernama Junko Sakuraba. Ia mengundang Sakuraba ke kuilnya dan langsung
memintanya menikah dengannya. Hoshikawa terus berkata tentang kesukaan
Sakuraba, namun Sakuraba menolak untuk membicarakan tentang pernikahan.
[24] 星川 :趣味はお音楽でしょうか。
桜庭 :とにかく私は結婚するつもりがまだないので、ほんとうに
すみませんでした。失礼します。
Hoshikawa : Shumi wa oongaku deshouka.
Sakuraba : Tonikaku watashi wa kekkon suru tsumori ga mada nai node,
hontou ni sumimasendeshita. Shitsureishimasu.
Hoshikawa : Hobimu adalah musik kan?
Sakuraba : Aku belum memikirkan tentang pernikahan, jadi mohon maaf.
Permisi.
(9時から5時まで, 2015)

とにかく私は結婚するつもりがまだないので、
(1)
103

ほんとうにすみませんでした。失礼します。
(2) (3)

(1) とにかく私は結婚するつもりがまだないので
(理由/riyuu)
(2) ほんとうにすみませんでした
(謝罪/shazai)
(3) 失礼します
(その場を離れる/sono ba wo hanareru)

Hubungan penutur dengan mitra tutur dalam situasi di atas tidak begitu
dekat. Keduanya baru saling mengenal pada yang hari yang sama dimana mitra
tutur memintanya untuk menjadi istrinya. Namun, karena sama sekali tidak
mengenal mitra tuturnya atau orang yang melamarnya tersebut, penutur
menolaknya. Mitra tutur berusaha untuk mengakrabkan diri dengan cara
membicarakan hobi dan kesukaan dari penutur untuk menarik perhatian. Namun,
untuk menjaga jarak dari mitra tuturnya, penutur segera memotong pembicaraan
dari mitra tutur.
Untuk mengutarakan keengganannya, penutur menggunakan alasan sebagai
bentuk penolakannya. Kemudian untuk menghormati mitra tutur, ia mengucapkan
permintaan maaf. Penutur lalu berusaha untuk segera menghindar dengan
mengucapkan ‘shitsureishimasu” atau permisi, untuk meninggalkan dari ruangan
tersebut.

[25]
Situasi: karena ingin menikahi Sakuraba, Hoshikawa selalu mengikuti kemanapun
Sakuraba pergi. Pada suatu pesta penyambutan atasan Sakuraba yang baru di
tempat kerjanya, Hoshikawa ikut mendatangi pesta tersebut. Ia ingin mengantar
Sakuraba pulang dari pesta tersebut saat melihat Sakuraba akan pulang.
[25] 星川 :送ります。
桜庭 :けっこうです。では。
104

星川 :夜道はあぶないですので、送ります。
桜庭 :一人でで帰りますから、また。
Hoshikawa : Okurimasu.
Sakuraba : Kekkou desu. Dewa.
Hoshikawa : Yomichi wa abunaidesunode, okurimasu.
Sakuraba : Hitori de kaerimasukara, mata.
Hoshikawa: Aku akan mengantarmu.
Sakuraba : Cukup. Permisi.
Hoshikawa: Jalanan malam berbahaya jadi aku akan mengantarmu.
Sakuraba : Aku akan pulang sendiri, sampai jumpa.
(9時から5時まで, 2015)

けっこうです。では。一人でで帰りますから、また。
(1) (2) (3) (4)

(1) けっこうです。では。
(話しての負担を軽減する/hanashite no futan wo keigensuru)
(2) 一人でで帰りますから、また。
(理由/riyuu)
Strategi penolakan yang dilakukan penutur dalam percakapan di atas adalah
menggunakan kata ‘kekkou desu’ yang berarti cukup. Penutur merasa tidak
memerlukan tawaran bantuan dari lawan bicaranya sehingga mengatakan ‘cukup’,
dan juga bermaksud melepaskan mitra tutur dari tanggung jawab untuk
mengantarnya ke rumah. Penutur tidak ingin merasa repot, karena denga
merepotkan mitra tutur, berarti penutur harus berbalas budi kepada lawan tutur.
Kemudian agar dapat cepat menghindar dari lawan bicaranya, ia segera
berpamitan dengan mengucapkan kata ‘dewa’. Penutur kembali menyatakan
penolakannya ketika lawan tuturnya mengutarakan alasan mengapa ia
menawarkan diri untuk mengantarnya. Alasan lawan tuturnya tersebut kembali
ditolak oleh penutur dengan beralasan bahwa ia bisa pulang sendiri, kemudian
kembali berpamitan.
105

Strategi penolakan tidak langsung yang dilakukan oleh penutur diucapkan


dengan kalimat-kalimat yang padat karena penolakan tersebut dilakukan kepada
orang yang tidak cukup akrab dengan penutur, dan merupakan orang yang ingin
dihindari oleh penutur sehingga penutur merasa tidak perlu banyak berbasa-basi
ketika melakukan penolakan.

2) Strategi Penolakan Tidak Langsung terhadap Tawaran (Offer) dalam


Bahasa Indonesia

Hubungan dengan mitra tutur:


a. Akrab (-D)

[31]

Situasi: setelah berjalan-jalan, Dani dan Lola kembali ke asrama. Mereka


kelelahan sehingga beristirahat di lobi asrama. Dani menawarkan minuman
kepada Lola, namun karena minuman yang ditawarkan adalah bir, Lola
menolaknya.

[31] Dani : Haus?


Lola : Ya, lumayan sih.
Dani : Ya udah, kamu tunggu bentar ya.
(Menyodorkan bir)
Lola : Gak ada air putih aja ya?
Dani : Ini tuh alkoholnya Cuma 5% aja, Lola.
Lola : (menggeleng)

(Love in Perth, 2010)

Gak ada air putih aja ya?


(1)

(1) Gak ada air putih aja ya?


[pernyataan alternatif]
106

Strategi penolakan yang muncul pada percakapan di atas adalah penutur


menolak dengan cara mengajukan permohonan alternatif lain kepada lawan
tuturnya. Penutur yang tidak pernah minum alkohol, tidak terbiasa dengan
kebiasaan minum bir pada waktu haus seperti yang dilakukan oleh lawan tuturnya.
Untuk itu, ia langsung mengajukan permohonan lain ketika lawan tuturnya
menyodorkan bir kepadanya dengan kalimat, “gak ada air putih aja, ya?”

[42]

Situasi: Rangga adalah seorang mahasiswa S3 yang sedang menyelesaikan


studinya di Wina. Sebagai seorang muslim, ia selalu kesulitan untuk mencari
makanan yang halal di kota yang mayoritas tidak beragama Islam. Seorang teman
Rangga yang melihat Rangga sedang makan makanan vegetarian, mendatangi
Rangga dan berkomentar kalau agama yang dianut oleh Rangga itu menyusahkan.

[42] Steven : Agama kamu ribet banget. Kamu tau nggak, daging babi itu
enak. Dan di Eropa ini, daging babi itu murah. Udah pernah
nyoba?
Rangga : Itu anjing kamu?
Steven : Iya, ini Stello.
Rangga : Oh, Stello. Di negaraku ada beberapa orang yang makan anjing
seperti ini?
Steven : That’s crazy, man. Aku gak mungkin makan daging anjing aku
sendiri. I love him so much.
Rangga : Same thing. I love my God so much.
Ya, sama. Aku cinta Tuhanku.
Gak mungkin aku melanggar aturan Dia.
(99 Cahaya di Langit Eropa, 2013)

Ya, sama. Aku cinta Tuhanku. Gak mungkin aku melanggar aturan Dia.
(1) (2)
107

(1) Ya, sama. Aku cinta Tuhanku.


[alasan]
(2) Gak mungkin aku melanggar aturan Dia.
[prinsip]

Formula semantik yang digunakan dalam kalimat penolakan di atas yaitu


dengan menggunakan alasan (1) dan melanjutkannya dengan pernyataan yang
merupakan prinsip (2).
Tawaran yang ditawarkan oleh lawan tutur Rangga adalah untuk menjadikan
daging babi sebagai alternatif makanan Rangga karena ia melihat Rangga selalu
kesulitan untuk mencari makanan di Wina. Dengan memakan daging babi,
Rangga sama sekali tidak akan kesulitan untuk mencari makanan di dataran Eropa
karena mayoritas makanan di sana menggunakan daging babi sebagai bahan
dasarnya. Namun, sebagai seorang muslim, Rangga tetap berpegang teguh pada
prinsipnya untuk menaati aturan di dalam agamanya yang melarangnya untuk
mengkonsumsi daging babi.
Kalimat awal yang ia gunakan untuk melakukan penolakan adalah dengan
mengalihkan pembicaraan dengan memancing lawan tuturnya untuk berpendapat
tentang kebiasaan masyarakat daerah di salah satu daerah di Indonesia yang
mengkonsumsi daging anjing sebagai makanan kesehariannya. Steven sebagai
pecinta anjing merasa terkejut mendengar hal tersebut dan berpendapat dengan
keras kalau ia tidak mungkin melakukan hal tersebut terhadap sesuatu yang sangat
dicintainya. Pendapat dari lawan tuturnya tersebut Rangga gunakan sebagai alasan
untuk menolak tawaran untuk memakan daging babi dengan berkata bahwa ia
mencintai Tuhannya sehingga tidak mungkin melanggar aturan agamanya.
Kalimat penolakan yang dilakukan oleh Rangga itu adalah dengan
menyatakan prinsip yang tegas, sehingga meskipun tidak mengatakan secara
langsung penolakannya, prinsip tersebut secara tegas menolak tawaran dari lawan
tuturnya.
108

b. Tidak Akrab (+D)

[35]

Situasi: Zein adalah seorang pelukis jalanan. Ia melukis dan menjual lukisannya
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Zein ingin mengganti uang Emak yang
dipinjam oleh mantan istrinya untuk keperluan pengobatan anaknya karena uang
tersebut adalah tabungan Emak untuk naik haji. Sehingga ia berusaha mati-matian,
berkeliling hingga malam untuk menjual seluruh lukisannya.

[35] Zein : Gini Ci, waktu itu kan Koko sempet beli lukisan saya.
Saya lagi perlu uang banget nih, Ci. Makanya saya mau jual
lukisan saya yang baru.
Cici : Duh, gimana ya. Koko mah kalo udah tidur susah dibangunin.
Besok aja deh, ya.
Zein : Ya udah, Ci. Makasih ya. Maaf malem-malem ganggu.
(Emak Ingin Naik Haji, 2009)

Duh, gimana ya. Koko mah kalo udah tidur susah dibangunin. Besok aja deh, ya.
(1) (2) (3)

(1) Duh, gimana ya.


[keragu-raguan]
(2) Koko mah kalo udah tidur susah dibangunin.
[alasan]
(3) Besok aja deh, ya.
[janji di masa depan]

Penutur dalam situasi di atas memiliki hubungan yang tidak begitu dekat
dengan lawan tuturnya yaitu Zein yang menawarkan untuk menjual lukisan
kepadanya. Kalimat penolakan yang dilontarkan pertama kali adalah dengan
109

berpikir dan menimbang-nimbang tawaran tersebut dengan kebingungan dengan


kalimat pertanyaan, ‘duh gimanya, ya.’ Kemudian kalimat tersebut dilanjutkan
dengan mengungkapkan dalih dengan beralasan bahwa suaminya sudah tidur
sehingga tidak dapat memenuhi tawaran dari Zein. Kalimat tersebut pun ditutup
dengan sebuah janji di masa depan meskipun janji tersebut hanyalah sebuah basa-
basi untuk menolak tawaran dari lawan tuturnya.

Apabila melihat ekspresi wajah dari penutur pun, dapat dilihat dengan jelas
bahwa penutur betul-betul menunjukkan keengganan untuk menerima tawaran
mitra tutur. Gestur tubuhnya ketika mitra tutur bertamu ke rumahnya adalah
dengan cara membuka pintu rumahnya hanya setengah saja, seolah-olah
menyiratkan secara tidak langsung kalau penutur mengusir mitra tutur secara
halus.

3) Analisis Strategi Penolakan Tidak Langsung terhadap Tawaran (Offer)


dalam Bahasa Jepang dan Bahasa Indonesia
Melakukan penawaran terhadap orang lain tentu membutuhkan strategi
tertentu agar tawaran tersebut tidak ditolak oleh mitra tutur. Oleh karena itu,
melakukan penolakan terhadap tawaran pun memerlukan strategi agar mitra tutur
merasa tawarannya dihargai oleh penutur. Penulis telah menganalisis beberapa
data seperti yang telah dipaparkan di atas, dan beberapa data strategi penolakan
lainnya yang tidak dibahas secara khusus di sini namun dapat dilihat datanya
secara lengkap di lembar lampiran. Strategi penolakan terhadap tawaran dalam
Bahasa Jepang dan Bahasa Indonesia penulis sajikan dalam tabel di bawah ini.

Tabel 4.13.
Strategi Penolakan Tidak Langsung terhadap Tawaran
Dalam Bahasa Jepang
Keakraban Nomor Tawaran
(D) Data 1 2 3 4
Akrab いいけど、 つかさにも聞い - -
[16]
(-D) てみないと。
110

そういう冗 - - -

談言わない
[18]
ほうがいい
よ。
そんな誰か - - -

[17] ってできな
いよ
今がちょっ 出かけるから。
[20]
と。。。
今日はデー - - -
[9]
トなのよ。

とにかく私 本当にすみませ 失礼しま -

は結婚する んでした。 す。
Tidak
[25] つもりがま
Akrab
だないの
(+D)
で、
けっこうで 一人でで帰りま - -
[23]
す。では。 すから、また。

[21] 私は。。。 別に。 - -

Strategi penolakan yang dilakukan penutur kepada mitra tutur akrab pada
data [16] dan [8] di atas menunjukkan bahwa penutur memiliki perasaan tak enak
atau penyesalan ( 遺憾な気 持ち /ikanna kimochi) karena penutur tidak dapat
memenuhi tawaran dari mitra tutur yang merupakan orang terdekatnya. Ungkapan
tersebut terlihat pada data [16] yang menunjukkan bahwa penutur ingin memenuhi
tawaran mitra tutur karena mitra tutur adalah teman dekatnya, namun perlu untuk
mempertimbangkan pendapat orang lain terlebih dahulu. Begitupun pada data (8),
penutur sengaja mengeluarkan kalimat yang berupa candaan agar penolakan yang
ia ungkapkan tidak dianggap sebagai usaha untuk menjatuhkan lawan bicaranya.
111

Data [17] penutur mengemukakan alasan berupa prinsip bahwa ia tidak


mungkin memenuhi tawaran yang mitra tutur ajukan sendiri karena berkaitan
dengan prinsip penutur yang tidak ingin merusak hubungan persahabatan antara
dirinya dengan mitra tutur. Untuk data selengkapnya dapat dilihat pada lembar
lampiran.
Kepada orang yang tidak akrab, penolakan dilakukan dengan lebih lugas
karena penutur ingin menghindar dari tawaran yang diajukan oleh mitra tutur. Hal
ini dapat dilihat pada data [9] dimana penutur langsung memberikan penjelasan
tanpa berbasa-basi terlebih dahulu. Kemudian pada data [24], penutur langsung
menghindar begitu ia selesai memberikan alasan penolakan. Begitupun pada data
[23] dimana penutur melepaskan mitra tutur dari tanggung jawab atas tawarannya,
agar penutur tidak memiliki hutang budi kepada mitra tutur.
Formula semantiknya dirumuskan di dalam tabel 4.14. di bawah ini.

Tabel 4.14.
Formula Semantik Strategi Penolakan Tidak Langsung terhadap Tawaran
Dalam Bahasa Jepang
Keakraban Nomor Tawaran
(D) Data 1 2 3 4
願望 理由 - -
[16]
harapan alasan
冗談 - - -
[18]
Akrab candaan
(-D) 信念の陳述 - - -
[17]
prinsip
言い訳 理由
[20]
dalih alasan
弁明 - - -
Tidak [9]
penjelasan
Akrab
理由 謝罪 その場を離れ -
(+D) [24]
alasan permintaan る
112

maaf meninggalkan
tempat
話しての負担 理由 - -

を軽減する alasan
melepaskan
[25]
mitra tutur
dari tanggung
jawab
間を待たせる 話題換転
表現 pengalihan
[21]
pengisi jeda topik
pembicaraan

Strategi dengan menggunakan alasan kembali muncul dalam melakukan


penolakan terhadap tawaran. Alasan tersebut adalah usaha dari penutur untuk
menjaga jarak dari mitra tutur yang memiliki hubungan yang tidak begitu akrab
dengan penutur.
Kepada mitra tutur yang akrab, terdapat satu strategi penolakan yang
menggunakan candaan atau gurauan. Di Jepang gurauan digunakan untuk
menunjukkan bahwa mereka dalam derajat yang sama, dan juga digunakan untuk
saling menjaga wajah positif. Hal ini relevan seperti penelitian yang dilakukan
oleh Tsuda (1993: 71) yang mengungkapkan bahwa terdapat beberapa perbedaan
terhadap orang Amerika dan Jepang dalam melontarkan gurauan. Orang Jepang
tidak biasa melontarkan gurauan kepada tetangga atau rekan kerja, karena terdapat
jarak sosial, sementara hal tersebut biasa terjadi pada penutur di Amerika dan
Kanada.
Hasil yang cukup berbeda diperoleh dari data penolakan dalam Bahasa
Indonesia seperti tercantum dalam tabel di bawah ini.
113

Tabel 4.15.
Strategi Penolakan Tidak Langsung terhadap Tawaran
Dalam Bahasa Indonesia
Keakraban Nomor Tawaran
(D) Data 1 2 3 4
Gak ada air - - -
[31]
putih aja ya?
Akrab Ya, sama. Gak - -
(-D) Aku cinta mungkin aku
[42]
Tuhanku. melanggar
aturan Dia.
Duh, gimana Koko mah Besok aja deh, -
Tidak
ya. kalo udah ya.
Akrab [35]
tidur susah
(+D)
dibangunin.

Terhadap tawaran yang dilakukan oleh mitra tutur kepada penutur, penutur
menggunakan penolakan tidak langsung agar bisa tetap menghargai mitra tutur
yang telah bersusah payah memberikan tawaran kepada mitra tutur. Pada data [31],
penutur menolak dengan menanyakan alternatif lain yang bisa ia ambil alih-alih
menolak langsung tawaran dari mitra tutur. Sedangkan pada data [42] penutur
lebih memilih menggunakan prinsip dengan tetap memberikan kesempatan
kepada penutur untuk mengutarakan pendapatnya, sehingga mitra tutur bisa lebih
mudah untuk menerima penolakan yang dilakukan oleh penutur.
Pada mitra tutur yang tidak akrab, penutur cenderung memberikan jawaban
yang samar-samar atau tidak pasti. Dapat dilihat pada data [35] ketika penutur
mulai berpikir dengan strategi pertama, kemudian dilanjutkan dengan beralasan,
dan ditutup dengan pemberian janji. Jawaban samar-samar atau tidak pasti itu
dilakukan karena adanya keengganan dari penutur untuk menerima tawaran dari
mitra tutur, dan pemberian janji pun hanya sekedar untuk berbasa-basi dan secara
tersirat mengusir mitra tuturnya untuk segera pergi.
Formula semantiknya dapat dilihat pada tabel berikut ini.
114

Tabel 4.16.
Formula Semantik Strategi Penolakan Tidak Langsung terhadap Tawaran
Dalam Bahasa Indonesia
Keakraban Nomor Tawaran
(D) Data 1 2 3 4
pernyataan - - -
[31]
Akrab alternatif
(-D) alasan pernyataan - -
[42]
prinsip
Tidak keragu- dalih/alasan janji di masa -
Akrab [35] raguan depan
(+D)

Ketika menolak sebuah tawaran, penutur Indonesia cenderung suka


mencari-cari alasan untuk menghindar dari tawaran. Seringkali pula alasan
tersebut diikuti dengan pemberian janji akan menerima tawaran dari mitra tutur
meskipun sebenarnya itu hanyalah strategi agar bisa segera menghindar dari mitra
tutur.
Formula semantik yang muncul di dalam penolakan terhadap tawaran dalam
Bahasa Jepang dan Bahasa Indonesia terlihat dari tabel-tabel hasil penelitian yang
telah penulis paparkan di atas. Untuk melihat seberapa sering intensitas
kemunculan strategi penolakan tersebut, penulis menyajikannya ke dalam tabel
4.17. di bawah ini.

Tabel 4.17.
Intensitas Kemunculan Strategi Penolakan Tidak Langsung terhadap
Tawaran
Bahasa Jepang Bahasa Indonesia
No. Formula Semantik
(-D) (+D) (-D) (+D)
1 Harapan 1
2 Alasan 2 1 1 1
3 Candaan 1
115

4 Prinsip 1 1
5 Dalih 1
6 Penjelasan 1
7 Permintaan maaf 1
8 Meninggalkan tempat, 1
menghindar
9 Melepaskan mitra tutur 1
dari tanggung jawab
10 Pengisi jeda 1
11 Pengalihan topik 1
pembicaraan
12 Pernyataan alternatif 1
13 Keragu-raguan 1
14 Janji di masa depan 1
6 7 3 3
Total
13 6

Ketika penutur ditawari sesuatu, baik itu oleh penutur yang akrab maupun
tidak akrab, strategi penolakan dengan beralasan adalah strategi yang paling
sering digunakan. Dengan beralasan, hal-hal yang melatarbelakangi penolakan
terhadap tawaran tersebut dapat diterima oleh mitra tuturnya. Strategi penolakan
terhadap tawaran di dalam Bahasa Jepang menunjukkan hasil yang lebih variatif
karena menggunakan 13 jenis strategi, sementara dalam Bahasa Indonesia hanya
digunakan 6 jenis strategi penolakan saja.

4. Strategi Penolakan Tidak Langsung terhadap Saran (Advice)


Saran adalah anjuran yang dikemukakan untuk dipertimbangkan.
Memberikan saran kepada orang lain berarti memberikan masukan akan hal yang
kurang baik ataupun sudah baik tetapi masih perlu perbaikan. Menerima saran
dari orang lain terkadang menjadi hal yang kurang menyenangkan. Ketika penutur
merasa tidak ingin menerima saran dari lawan tuturnya, maka muncullah tindak
tutur penolakan terhadap saran tersebut.
116

1) Strategi Penolakan Tidak Langsung terhadap Saran (Advice) dalam


Bahasa Jepang

Hubungan dengan mitra tutur:


a. Akrab (-D)

[7]

Situasi: Gotoda adalah seorang asisten dari Nonaka seorang pengacara yang
mengurusi masalah perdata. Gotoda sangat ingin sekali membantu seorang kakek
yang mempunyai kedai sushi, dia berusaha membujuk Nonaka untuk mau
menangani masalah tersebut.

[7] ゴトダ :先日のお寿司屋さんの提案、ノナカ先生だったら


きっと…
ノナカ :ゴトダ君、マイクルグループの書類揃っていい、まだ外
れてある。
Gotoda : Senjitsu no osushi san no teian, Nonaka sensei dattara kitto...
Nonaka : Gotodakun, Maikuru guruupu no shorui sorotte ii, mada
izurete aru.
Gotoda : “Proposal yang diajukan pemilik restaurant sushi, jika itu pak
guru Nonaka, pasti...”
Nonaka : “Gotoda, lebih baik segera selesaikan file Grup Michael, masih
berantakan.”
(Deru Toko Demashou, 2007)

ゴトダ君、マイクルグループの書類揃っていい、まだ外れてある。
(1) (2)

(1) ゴトダ君、マイクルグループの書類揃っていい

(話題観点/wadai kanten)
117

(2) まだ外れてある

(理由/riyuu)

Pada kasus perdata seorang kakek pemilik kedai sushi, Gotoda berpendapat
bahwa kasus itu akan lebih mudah diselesaikan apabila Nonaka yang
menanganinya. Namun, tanpa mendengar secara keseluruhan saran yang ingin
disampaikan oleh Gotoda, Nonaka langsung memotong pembicaraan. Strategi
penolakan yang dilakukan oleh penutur dalam situasi di atas adalah dengan cara
mengalihkan topik pembicaraan dan memberi perintah kepada Gotoda untuk
menyelesaikan pekerjaan lain yang masih belum selesai.

Hubungan penutur dan mitra tutur dalam situasi di atas cukup dekat
meskipun kedudukan mereka berdua adalah sebagai atasan dan bawahan. Namun
karena adanya perbedaan pendapat dan prinsip di antara keduanya, penutur
mengabaikan kedekatan sosial di antara mereka dan menempatkan dirinya sebagai
orang yang lebih berkuasa daripada Nonaka, yang berarti ia telah menempatkan
mitra tutur di luar teritori dirinya (soto), sehingga strategi penolakan yang muncul
menjadi tidak langsung atau menggunakan alternatif kalimat lain alih-alih
menggunakan kata penegasian seperti “いいえ/iie”.

[12]

Situasi: Ojun memiliki anak bernama Yukichi. Suatu saat mereka melewati kuil
Buddha. Yukichi melihat seorang nenek, yang merupakan tetanggnya sedang
berhenti sejenak untuk menyembah di depan patung Buddha. Saat Yukichi dan
ibunya melewati patung Buddha tersebut, ibunya cuek saja tanpa menoleh ke
patung Buddha tersebut.

[12] 諭吉 :近所の年寄りはみんな仏教を拝んでいるのに。
お順 :それはできないよ。
心に信じられることをするのが一番だよ。
118

Yukichi : Kinjo no toshiyori wa minna Bukkyou wo ogandeiru noni.


Ojun : Sore wa dekinai yo.
Kokoro ni shinjirareru koto wo suru no ga ichiban da yo.
Yukichi : Nenek tetangga kita semua menyembah Buddha.
Ojun : Ibu tidak bisa.
Melakukan hal yang dipercaya oleh hati nurani itu paling penting.
(学問の進めマンガ、Eastpress 2008)

それはできないよ。心に信じられることをするのが一番だよ。
(1) (2)

(1) それはできないよ。
(信念の陳述/shinnen no chinjutsu)
(2) 心に信じられることをするのが一番だよ。
(弁明/benmei)

Hubungan Yukichi dan Ojun adalah hubungan orangtua dan anak. Yukichi
selalu memperhatikan para lansia tetangga rumahnya bersembahyang dengan
menyembah patung Buddha. Melihat ibunya sendiri tidak pernah melakukan hal
yang sama, secara tersirat ia menyarankan ibunya untuk melakukan hal yang sama
seperti tetangganya. Penutur atau Ojun yang merupakan ibu dari lawan tutur,
melakukan penolakan berupa kalimat “sore wa dekinai yo,’ yang merupakan
pernyataan prinsip bahwa ia tidak dapat melakukan hal yang sama karena
perbedaan keyakinan. Kemudian untuk menyelamatkan wajah positif penutur,
karena berkaitan dengan prinsip yang mungkin tidak dapat diterima oleh semua
orang, ia memberikan penjelasan bahwa melakukan hal yang diyakini oleh hati
nurani adalah hal yang terpenting daripada melakukan suatu hal yang sama
dengan orang lain namun bertentangan dengan hati nurani sendiri.
119

b. Tidak Akrab (+D)

[6]
Situasi: suatu saat Shizuka dipanggil oleh kepala sekolah karena suatu hal yang
membuat nama sekolahnya tercemar. Pihak sekolah berencana mengeluarkan dia
dari sekolah, namun Shizuka menolaknya.
[6] 校長先生 :転向してもらうしかないでしょうね。
静香 :あのう、あたしその、だから、ちゃんと歌います。
Kouchou Sensei : Tenkoushite morau shika nai deshou ne.
Shizuka : Anou, atashi sono, dakara, chanto utaimasu.
Kepala Sekolah : “Tidak ada cara lain, harus dimutasikan dari sekolah.”
Shizuka : “Mmh, kalau begitu saya akan bernyanyi dengan baik.”
(Deru Toko Demashou, 2007)

あのう、あたしその、だから、ちゃんと歌います。
(1) (2) (3)

(1) あのう
(間を待たせる表現/aida wo mataseru hyougen)

(2) あたしその
(理由/riyuu)
(3) だから、ちゃんと歌います
(約束/yakusoku)

Kepala sekolah dari penutur dalam percakapan di atas menyarankan Shizuka,


salah satu muridnya untuk pindah sekolah karena ia khawatir masalah yang telah
ditimbulkan Shizuka akan mencemari nama baik sekolah. Namun penutur
langsung menyela pembicaraan kepala sekolah untuk menolak putusan tersebut. Ia
bermaksud mengutarakan alasan pribadinya mengapa sampai terjadi masalah,
namun mengurungkannya kembali dengan cara menggantung kalimatnya. Di
120

akhir, ia mengungkapkan janji berupa kalimat “chanto utaimasu!”. Ia berjanji


akan berprestasi dengan bernyanyi untuk sekolahnya sehingga dengan begitu
pihak sekolah akan mengurungkan niatnya untuk memindahkannya ke sekolah
lain.

[5]

Situasi: Shizuka adalah seorang siswa SMA yang sedang bekerja paruh waktu di
sebuah kantor pengacara. Ia sering sekali melakukan kesalahan setiap kali
mengerjakan sesuatu. Gotoda, salah satu asisten pengacara yang sudah lama
bekerja di perusahaan tersebut, sudah kesal pada Shizuka, sehingga ia menyuruh
Shizuka untuk mengundurkan diri dari pekerjaannya.

[5] ゴトダ先輩 :いやなら、止めることね。。。出口はあっち!


静香 :ああ、素敵な先輩だと思ってます。
Gotoda Senpai : Iyanara, tomeru koto ne... Deguchi wa acchi!
Shizuka : Aa, sutekina senpai da to omottemasu.
Senior Gotoda : “Kalau tidak mau silakan berhenti saja, pintu keluarnya
sebelah sana!”
Shizuka : “Oh, saya pikir Anda senior yang baik sekali...”
(Deru Toko Demashou, 2007)

ああ、素敵な先輩だと思ってます
(1) (2)

(1) ああ
(間を待たせる表現/aida wo mataseru hyougen)
(2) 素敵な先輩だと思ってます
(依頼者への批判/iraisha e no hihan)

Sebagai junior yang belum lama bekerja sebagai asisten di perusahaan


tempat Gotoda bekerja, Shizuka tidak begitu akrab dengan atasannya tersebut.
121

Gotoda yang mulai merasa kesal dengan Shizuka yang sering melakukan
kesalahan dalam pekerjaan, memberi saran berupa kritik tajam kepada Shizuka
utuk berhenti bekerja saja daripada melakukan kesalahan yang sama secara terus-
menerus.
Tetapi Shizuka menolak saran tersebut dengan cara memberikan pernyataan
yang mengandung ironi atau sindiran. Hal tersebut ia lakukan karena ia terancam
akan kehilangan pekerjaannya.

2) Strategi Penolakan Tidak Langsung terhadap Saran (Advice) dalam


Bahasa Indonesia

Hubungan dengan mitra tutur:


a. Akrab (-D)

[34]

Situasi: Ibu Zein, atau Emak sudah lama ingin sekali pergi ke Mekkah untuk
beribadah haji. Uang Emak yang Emak tabung dari usaha kecil-kecilan akhirnya
cukup untuk membuka rekening haji di bank sebesar lima juta rupiah. Namun
suatu hari, mantan istri Zein yang sudah lama bercerai dari Zein mendatangi
rumah mereka dan berkata kalau ia butuh uang untuk operasi anaknya. Biaya
operasi yang dibutuhkan adalah lima juta rupiah. Emak tidak dapat menolak
permintaan tersebut karena demi pengobatan cucunya sendiri, namun Zein tidak
menyetujuinya.

[24]Emak : Besok emak ke bank. Ngambil duit tabungan.


Zein : Itu uang untuk emak naik haji!
Emak : Gak apa-apa.
(Emak Ingin Naik Haji, 2009)

Itu uang untuk emak naik haji!


(1)
122

(1) Itu uang untuk emak naik haji!


[mengkritisi saran]

Penutur dalam percakapan di atas menggunakan strategi penolakan dengan


cara mengkritik saran atau usulan dari ibunya. Ia menolak menyetujui
saran/usulan untuk menggunakan uang tabungan ibunya karena ia mengetahui
dengan sangat baik bagaimana sulitnya ibunya mengumpulkan uang sedikit demi
sedikit selama bertahun-tahun untuk membuka tabungan haji. Meskipun hal
tersebut demi kepentingan anaknya sendiri, penutur lebih tidak ingin
mengecewakan ibunya yang sudah bersusah payah hingga saat itu.

[46]

Situasi: Steven dan Khan sedang berselisih karena perbedaan kultur yang sering
menimbulkan konflik di antara mereka berdua. Rangga berusaha menengahi
pertikaian mereka, namun Khan menolak untuk bekerjasama.

[46]Rangga : Khan, saya mau bicara soal Steven.


Khan : Steven, Steven. Ada masalah apa lagi dia?
Rangga : Bukan masalah. Kalian harus menyelesaikan pertikaian kecil
kalian.
Khan : Percuma. Kalau kamu mau bicara soal ini, kamu ngomong sama
dia.
Rangga : Dia temen kita.
Khan : Percuma.
(99 Cahaya di Langit Eropa 2, 2014)

Percuma. Kalau kamu mau bicara soal ini, kamu ngomong sama dia.
(1) (2)

(1) Percuma.
[mengkritik saran]
123

(2) Kalau kamu mau bicara soal ini, kamu ngomong sama dia.
[pernyataan alternatif]

Rangga berusaha ingin mendamaikan kedua temannya yang sedang


berkonflik yaitu Steven dan Khan. Ia mendatangi Khan untuk memberikan saran
agar mereka berdua menyelesaikan permasalahan mereka. Namun Khan yang
menerima saran tersebut menolak untuk melakukannya karena menurutnya hal
tersebut akan sia-sia saja untuk dilakukan. Sama seperti pada contoh sebelumnya,
penutur menyatakan keengganan atas saran mitra tuturnya dengan cara mengkritik
saran dari mitra tutur. Kalimat penolakannya ia lanjutkan dengan memberikan
alternatif lain kepada lawan tuturnya yaitu untuk memberikan sarannya bukan
kepada dirinya melainkan pada Steven.

[47]

Situasi: cuaca di Wina sedang sangat dingin, Steven menawarkan bir kepada
Rangga untuk menghangatkan badan. Namun, Rangga menolaknya karena ia
seorang muslim, dan ia tidak minum alkohol.

[47] Steven : Begini Rangga, di kebanyakan kota di Eropa, air lebih mahal
dibandingkan bir.
Rangga : Ya.
Steven : Jadi semua gelandangan di Eropa, mereka minum bir supaya
mereka tidak mati kedinginan.
Rangga : Itu masalah pilihan.
Steven : Daripada kamu mati kedinginan, mendingan kamu berdosa.
Rangga : Daripada aku kedinginan dan mati berdosa, aku tidak minum.
(99 Cahaya di Langit Eropa 2, 2014)

Daripada aku kedinginan dan mati berdosa, aku tidak minum.


(1)
124

(1) Daripada aku kedinginan dan mati berdosa, aku tidak minum.
[pernyataan prinsip]

Cuaca di Wina pada saat situasi berlangsung sedang sangat dingin karena
memasuki puncak musim dingin di Wina. Untuk menghangatkan badan, Steven
minum alkohol sembari menunggu waktu perkuliahan dimulai. Pada waktu itu ia
melihat Rangga kelihatannya sangat tersiksa dengan dinginnya udara, sehingga ia
menyodorkan botol minumannya kepada Rangga yang dibalas oleh Rangga
dengan gelengan kepala. Kemudian Steven memberikan pernyataan fakta bahwa
di dataran Eropa harga air lebih mahal daripada bir, sehingga para gelandangan
sekalipun minum bir untuk menghangatkan badan mereka. Pernyataan itu ia
sampaikan untuk meyakinkan Rangga agar mau untuk mengkonsumsi bir. Ia
menyarankan agar Rangga minum bir agar tidak mati kedinginan. Namun Rangga
tetap menolak.
Strategi penolakan terhadap saran pada percakapan di atas adalah dengan
menggunakan pernyataan prinsip. Meskipun saran yang disampaikan oleh mitra
tuturnya bertujuan baik demi pertahanan tubuhnya, namun karena bertentangan
dengan prinsip yang ia pegang teguh bahwa ia tidak akan minum alkohol, ia tetap
menolaknya karena hal tersebut berkaitan dengan komitmen terhadap dirinya dan
terhadap agamanya.

b. Tidak Akrab (+D)

[36]

Situasi: pada saat berkeliling untuk menjual lukisannya, Zein bertemu dengan
kawan lamanya yang menawarkan Zein untuk berjualan yang lain selain lukisan.
Karena hal yang ditawarkan oleh temannya itu adalah sesuatu yang haram, Zein
menolak ajakan kawannya tersebut.

[36]Laki-laki : Eh, Zein. Masih jual lukisan? Hari gini masih jual lukisan?
Jual yang lain dong!
125

Zein : Gua pergi dulu.

(Emak Ingin Naik Haji, 2009)

Gua pergi dulu.


(1)

(1) Gua pergi dulu.


[menghindar]

Kepada orang yang tidak akrab, kalimat penolakan dilakukan dengan lebih
lugas karena tidak ada kekhawatiran untuk menyinggung lawan tuturnya. Hal
tersebut pun dilakukan oleh penutur dalam kalimat di atas terhadap lawan tuturnya
yang menyarankannya untuk berjualan hal yang lain. Hal yang lain dalam situasi
tersebut merujuk pada berjualan hal lain yang negatif. Penutur mengutarakan
kalimat ‘gua pergi dulu’ adalah untuk menghindar dari topik dan dari orang yang
menyatakan saran tadi.

3) Analisis Strategi Penolakan Tidak Langsung terhadap Saran (Advice)


dalam Bahasa Jepang dan Bahasa Indonesia
Seringkali seseorang merasa kurang suka apabila ada orang lain
memberinya saran atau masukan, sehingga sering muncul penolakan ketika hal
tersebut terjadi. Meskipun banyak pula yang dapat menerima saran dengan baik
dan menjadikannya saran yang membangun demi kemajuan dirinya. Dalam
pembahasan di bawah ini, akan dipaparkan bagaimana cara penutur Bahasa
Jepang dan Bahasa Indonesia dari data temuan melakukan penolakan terhadap
saran yang diberikan kepadanya. Pertama, ungkapan penolakan dalam Bahasa
Jepang dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
126

Tabel 4.18.
Strategi Penolakan Tidak Langsung terhadap Saran/Anjuran
Dalam Bahasa Jepang
Keakraban Nomor Saran/Anjuran
(D) Data 1 2 3 4
ゴトダ君、マ まだ外れてあ - -

イクルグルー る
[7]
プの書類揃っ

Akrab ていい
(-D) それはできな 心に信じられ - -

いよ。 ることをする
[12]
のが一番だよ

ああ 素敵な先輩だ - -
[5]
Tidak と思ってます
Akrab あのう、 あたしその、 だから、ち -
(+D) [6] ゃんと歌い
ます

Pada data [7], penutur tidak dapat menerima saran dari mitra tuturnya
sehingga ia mengalihkan topik pembicaraan dengan strategi yang sama, yaitu
memberikan saran balik kepada mitra tuturnya. Sedangkan pada data [12], penutur
tidak dapat menerima saran dari mitra tutur disebabkan karena adanya hal yang
berkaitan dengan prinsip.
Terhadap mitra tutur yang tidak akrab, penutur dengan berani menyerang
mitra tuturnya dengan kata-kata tajam seperti pada data [5]. Hal tersebut
dikarenakan penutur betul-betul tidak dapat menerima saran mitra tuturnya yang
juga memberikan saran bernada negatif seperti ingin mengusirnya. Sedangkan
pada data (6) penutur mengucapkan janji akan melakukan yang lebih baik di masa
127

datang dengan harapan mitra tuturnya akan mempertimbangkan saran yang


bertentangan dengan keinginan penutur.

Tabel 4.19.
Formula Semantik Strategi Penolakan Tidak Langsung terhadap
Saran/Anjuran Dalam Bahasa Jepang
Keakraban Nomor Saran/Anjuran
(D) Data 1 2 3 4
話題観点 理由 - -
pengalihan alasan
[7]
topik
Akrab
pembicaraan
(-D)
信念の陳述 弁明 - -
[12] pernyataan penjelasan
prinsip
間を待たせ 依頼者への批 - -

る表現 判
[5]
Tidak pengisi jeda mengkritik
Akrab saran
(+D) 間を待たせ 理由 約束 -
[6] る表現 alasan janji
pengisi jeda

Orang Jepang jarang memberikan janji pada waktu menolak ajakan,


permintaan, dan tawaran, karena mereka tidak mau memberikan janji yang tidak
dapat ditepati. Namun, strategi tersebut muncul pada waktu menolak saran yang
ditujukan kepada penutur. Janji tersebut digunakan karena penutur merasa
terancam atas saran yang akan merugikan dirinya, sehingga agar hal itu tidak
terjadi, ia berusaha untuk meyakinkan mitra tutur dengan pemberian janji.
128

Tabel 4.20.
Strategi Penolakan Tidak Langsung terhadap Saran/Anjuran
Dalam Bahasa Indonesia
Keakraban Nomor Saran/Anjuran
(D) Data 1 2 3 4
Itu uang - - -
[34] untuk emak
naik haji!
Percuma. Kalau kamu - -
mau bicara
soal ini,
[46]
Akrab kamu
(-D) ngomong
sama dia.
Daripada aku - - -
kedinginan
[47] dan mati
berdosa, aku
tidak minum.
Tidak Gua pergi - - -
Akrab [36] dulu.
(+D)

Realisasi penolakan terhadap saran di dalam Bahasa Indonesia menunjukkan


hasil yang hampir sama baik kepada mitra tutur yang akrab, maupun tidak akrab.
Penutur menggunakan strategi dengan mengkritisi saran dari mitra tutur,
kemudian menghindar. Pernyataan prinsip yang berkaitan dengan agama seperti
pada data [47] pun dilakukan sebagai salah satu strategi sebab dengan
menggunakan prinsip saran yang ditolak oleh penutur tidak akan didebat lebih
lanjut oleh mitra tutur.
129

Tabel 4.21.
Formula Semantik Strategi Penolakan Tidak Langsung terhadap
Saran/Anjuran Dalam Bahasa Indonesia
Keakraban Nomor Saran/Anjuran
(D) Data 1 2 3 4
mengkritisi - - -
[34]
saran
Akrab mengkritisi pernyataan - -
[46]
(-D) saran alternatif
pernyataan - - -
[47]
prinsip
Tidak menghindar - - -
Akrab [36]
(+D)

Sama halnya dengan Bahasa Jepang, menolak saran atau anjuran dengan
menggunakan prinsip dan mengemukakan alasan di balik penolakan akan lebih
mudah diterima oleh mitra tutur sehingga penutur tidak merasa tertolak.
Karena sedikitnya data tuturan tentang penolakan terhadap saran, maka
varian jenis strategi penolakan terhadap saran ini cukup terbatas. Namun hasil ini
cukup dapat mewakili strategi apa saja yang digunakan untuk melakukan
penolakan terhadap saran. Intensitas penggunaan strategi penolakannya dapat
dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.22.
Intensitas Kemunculan Strategi Penolakan Tidak Langsung terhadap Saran
Bahasa Jepang Bahasa Indonesia
No. Formula Semantik
(-D) (+D) (-D) (+D)
1 Pengalihan topik 1
pembicaraan
2 Alasan 1 1
3 Pernyataan prinsip 1 1
4 Penjelasan 1
130

5 Pengisi jeda 2
6 Mengkritik saran 1 2
7 Janji 1
8 Pernyataan alternatif 1
9 Meninggalkan tempat, 1
menghindar
4 5 4 1
Total
9 5

Mendapatkan saran dari mitra tutur seringkali menjadi hal yang kurang
menyenangkan bagi penutur. Untuk itu, untuk menyangkalnya atau sebagai
bentuk pembelaan diri terhadap saran-saran yang diajukan kepada penutur,
penutur melakukan strategi-strategi penolakan seperti yang dapat dilihat pada
tabel 4.22. Strategi yang cukup sering digunakan adalah strategi kesantunan
negatif (negative politeness strategy) misalnya dengan mengalihkan topik
pembicaraan, dengan menyatakan prinsip, ataupun dengan strategi menghindar.
Hal tersebut dilakukan dengan tujuan untuk menjaga jarak dengan mitra tuturnya.
Seperti yang diungkapkan tadi, hal ini dikarenakan ada kecenderungan penutur
tidak menyukai saran dari mitra tuturnya, sehingga menggunakan strategi
kesantunan negatif agar dapat menghindar dari saran mitra tuturnya.

C. Persamaan dan Perbedaan Strategi Penolakan Tidak Langsung dalam


Bahasa Jepang dan Bahasa Indonesia
Setelah menganalisis seluruh data yang ada, penulis merangkum
keseluruhan data strategi penolakan tidak langsung yang muncul sebagai realisasi
penolakan dari ajakan, permintaan, tawaran, dan saran. Strategi-strategi dalam
Bahasa Jepang dan Bahasa Indonesia tersebut kemudian dibandingkan untuk
dicari persamaan dan perbedaannya.

Intensitas kemunculan formula semantik dalam satu kali tindak tutur


penolakan telah penulis sajikan pada masing-masing sub bab yang membahas
mengenai hal tersebut. Agar keseluruhan hasil tersebut dapat terlihat dengan jelas,
131

penulis sajikan dalam tabel data yang merangkum hasil penelitian tersebut di
dalam tabel berikut ini.

Tabel 4.23.

Intensitas Kemunculan Strategi Penolakan Tidak Langsung


Dalam Bahasa Jepang
Ajakan Permintaan Tawaran Saran
No Strategi Penolakan (Invitation) (Request) (Offer) (Advice)
-D +D -D +D -D +D -D +D
1 Alasan (理由/riyuu) 1 1 1 2 1 1 1
Dalih (言い訳
2 1 2 1
/iiwake)
Pengisi jeda (間を
待たせる表現/aida
3 2 1 1 2
wo mataseru
hyougen)
Permintaan maaf
4 1 2 1
(謝罪/shazai)
Pernyataan alternatif
5 (代案提示/daian 1
teiji)
Mengkritisi tindak
ilokusi mitra tutur
6 1 1 1 1
(依頼者への批判
/iraisha e no hihan)
Rasa terima kasih,
7 apresiasi (感謝 1
/kansha)
Melepaskan mitra
8 tutur dari tanggung 2 1
jawab (話し手の負
132

担を軽減する
/hanashite no futan
wo keigen suru)
Pengalihan topik
9 pembicaraan (話題 1 1
観点/wadai kanten)
Penjelasan (弁明
10 1 1
/benmei)
Pernyataan prinsip
(信念の陳述
11 1 1
/shinnen no
chinjutsu)
Kurangnya
antusiasme (熱意の
12 1
欠如/netsui no
ketsujo)
Pernyataan filosofi
(人生観・決めたり
13 1
文句/jinseikan・
kimetari monku)
Harapan (願望
14 1
/ganbou)
Janji di masa depan
15 1
(約束/yakusoku)
Pembelaan diri (自
16 1
己防衛/jiko bouei)
Meninggalkan
tempat, menghindar
17 1
(場を離れる/ba wo
hanareru)
133

Candaan (冗談
18 1
/joudan)
7 5 5 5 6 7 4 5
Total
12 10 13 9

Secara keseluruhan, terdapat 18 jenis strategi penolakan tidak langsung


dalam Bahasa Jepang yang penulis temukan dari hasil penelitian. Alasan strategi
yang digunakan kepada keseluruhan tindak ilokusi yang ada, dengan intensitas
yang cukup tinggi. Penggunaan pengisi jeda (filler) terjadi hampir di seluruh
tindak ilokusi, selain itu permintaan maaf juga cukup sering digunakan sebagai
alternatif strategi penolakan di dalam Bahasa Jepang.

Secara general, dengan mengindahkan tindak ilokusi dari mitra tutur, maka
strategi penolakan tidak langsung terhadap penutur akrab dan tidak akrab dalam
Bahasa Jepang diperoleh hasil sebagai berikut.

Akrab Tidak Akrab


1) Alasan (理由/riyuu) 1) Alasan (理由/riyuu)
2) Dalih (言い訳/iiwake) 2) Dalih (言い訳/iiwake)
3) Pengisi jeda (間を待たせる表現 3) Pengisi jeda (間を待たせる表現/aida
/aida wo mataseru hyougen) wo mataseru hyougen)
4) Permintaan maaf (謝罪/shazai) 4) Permintaan maaf (謝罪/shazai)
5) Pernyataan alternatif (代案提示 5) Pernyataan alternatif (代案提示/daian
/daian teiji) teiji)
6) Mengkritisi tindak ilokusi mitra tutur 6) Mengkritisi tindak ilokusi mitra tutur
(依頼者への批判/iraisha e no hihan) (依頼者への批判/iraisha e no hihan)
7) Rasa terima kasih, apresiasi (感謝 7) Rasa terima kasih, apresiasi (感謝
/kansha) /kansha)
8) Melepaskan mitra tutur dari tanggung 8) Melepaskan mitra tutur dari tanggung
jawab (話し手の負担を軽減する jawab (話し手の負担を軽減する
/hanashite no futan wo keigen suru) /hanashite no futan wo keigen suru)
134

9) Pengalihan topik pembicaraan (話題 9) Pengalihan topik pembicaraan (話題


観点/wadai kanten) 観点/wadai kanten)
10) Penjelasan (弁明/benmei) 10) Penjelasan (弁明/benmei)
11) Pernyataan prinsip (信念の陳述 11) Janji di masa depan (約束/yakusoku)
/shinnen no chinjutsu) 12) Pembelaan diri (自己防衛/jiko bouei)
12) Kurangnya antusiasme (熱意の欠如 13) Meninggalkan tempat, menghindar
/netsui no ketsujo) (場を離れる/ba wo hanareru)
13) Pernyataan filosofi (人生観・決めた
り文句/jinseikan・kimetari monku)
14) Harapan (願望/ganbou)
15) Candaan (冗談/joudan)

Poin nomor 1) hingga nomor 10) menunjukkan hasil yang sama. Artinya
terhadap mitra tutur akrab maupun tidak akrab, kesepuluh strategi penolakan
tersebut digunakan oleh penutur Bahasa Jepang. Sementara pernyataan prinsip,
kurangnya antusiasme, pernyataan filosofi, harapan, dan candaan hanya
digunakan pada penutur akrab saja. Sementara janji di masa depan, pembelaan diri,
dan meninggalkan tempat (menghindar) hanya dilakukan terhadap orang yang
tidak akrab.

Berikutnya adalah intensitas kemunculan strategi penolakan tidak langsung


dalam Bahasa Indonesia. Sama halnya dengan tabel sebelumnya, tabel di bawah
ini pun merangkum keseluruhan hasil penelitian tentang seberapa seringnya suatu
strategi penolakan digunakan oleh penutur di dalam melakukan penolakan
terhadap tindak ilokusi dari mitra tuturnya.
135

Tabel 4.24.
Intensitas Kemunculan Strategi Penolakan Tidak Langsung
dalam Bahasa Indonesia

Ajakan Permintaan Tawaran Saran


No Strategi Penolakan (Invitation) (Request) (Offer) (Advice)
-D +D -D +D -D +D -D +D
1 Alasan 2 1 1 1
2 Dalih 1
3 Pengisi jeda 1 1
4 Permintaan maaf 1 1
5 Pernyataan alternatif 1 1 1 1 1
Mengkritisi tindak
6 2 1 2
ilokusi mitra tutur
Rasa terima kasih,
7 1
apresiasi
Melepaskan mitra
8 tutur dari tanggung 1
jawab
9 Penjelasan 1
10 Pernyataan prinsip 1 1
11 Harapan 1 2
12 Janji di masa depan 2 1
Meninggalkan
13 1
tempat, menghindar
14 Keragu-raguan 1 1
Pengulangan sebagian
15 1
dari permohonan
16 Penundaan 1 1
12 4 2 8 3 3 4 1
Total
16 10 6 5
136

Dengan mengindahkan tindak ilokusi dari mitra tutur, maka strategi


penolakan tidak langsung terhadap penutur akrab dan tidak akrab dalam Bahasa
Indonesia diperoleh hasil sebagai berikut.

Akrab Tidak Akrab


1) Alasan 1) Alasan
2) Dalih 2) Dalih
3) Pengisi jeda 3) Pengisi jeda
4) Permintaan maaf 4) Permintaan maaf
5) Pernyataan alternatif 5) Pernyataan alternatif
6) Harapan 6) Harapan
7) Janji di masa depan 7) Janji di masa depan
8) Penundaan 8) Penundaan
9) Mengkritisi tindak ilokusi mitra 9) Mengkritisi tindak ilokusi mitra
tutur tutur
10) Penjelasan 10) Melepaskan mitra tutur dari
11) Pengulangan sebagian dari tanggung jawab
permohonan 11) Keragu-raguan
12) Rasa terima kasih, apresiasi 12) Meninggalkan tempat, menghindar
13) Pernyataan prinsip

Poin nomor 1) hingga nomor 9) menunjukkan hasil yang sama, hal ini
berarti sembilan jenis strategi tersebut digunakan oleh penutur untuk menolak
kepada penutur yang akrab maupun tidak akrab. Strategi penolakan menggunakan
penjelasan, pengulangan sebagian permohonan, rasa terima kasih, dan pernyataan
prinsip digunakan terhadap mitra tutur yang memiliki kedekatan dengan mitra
tutur. Sementara itu, strategi penolakan dengan melepaskan mitra tutur dari
tanggung jawab, keragu-raguan, dan meninggalkan tempat atau menghindar
digunakan kepada mitra tutur yang tidak akrab.
137

Setelah melihat secara general bentuk-bentuk penolakan tidak langsung


kepada mitra tutur akrab dan tidak akrab di dalam Bahasa Jepang dan Bahasa
Indonesia di atas, penulis akan lebih mengkerucutkan kembali hasil penelitian
yang dilakukan, yaitu dengan mengesampingkan perbedaan jarak sosial di antara
penutur dan mitra tutur (distance) untuk mengetahui apakah keseluruhan strategi
penolakan tersebut dapat digunakan di dalam Bahasa Jepang dan Bahasa
Indonesia, dan sebaliknya. Untuk itu, penulis menyajikannya ke dalam tabel di
bawah ini sehingga persamaan dan perbedaannya dapat dilihat secara lebih
signifikan.

Tabel 4.25.

Persamaan dan Perbedaan Strategi Penolakan dalam Bahasa Jepang dan


Bahasa Indonesia

No Strategi Penolakan Bahasa Jepang Bahasa Indonesia


1 Alasan O O
2 Dalih O O
3 Pengisi jeda O O
4 Permintaan maaf O O
5 Pernyataan alternatif O O
6 Mengkritisi tindak ilokusi mitra O O
tutur
7 Rasa terima kasih, apresiasi O O
8 Melepaskan mitra tutur dari O O
tanggung jawab
9 Pengalihan topik pembicaraan O X
10 Penjelasan O O
11 Pernyataan prinsip O O
12 Kurangnya antusiasme O X
13 Pernyataan filosofi O X
14 Harapan O O
15 Janji di masa depan O O
16 Pembelaan diri O X
138

17 Meninggalkan tempat, O O
menghindar
18 Candaan O X
19 Keragu-raguan X O
20 Pengulangan sebagian dari
X O
permohonan
21 Penundaan X O

Pada dasarnya, keseluruhan strategi penolakan yang penulis paparkan di atas


dapat muncul dalam kedua bahasa, dalam situasi yang berbeda, terhadap orang
yang berbeda, dan karena dilatarbelakangi oleh budaya yang berbeda. Meskipun
menggunakan strategi yang sama, akan terdapat perbedaan dalam mengungkapkan
strategi penolakannya. Tidak adanya strategi penolakan berupa pernyataan filosofi
dalam Bahasa Indonesia, misalnya, dikarenakan tidak ditemukannya data yang
relevan pada saat penelitian dilakukan. Pada kenyataannya, ada kemungkinan
strategi tersebut digunakan oleh penutur Indonesia. Begitupun pada jenis strategi
penolakan yang lain yang tidak muncul pada salah satu bahasa, strategi tersebut
dapat muncul sebagai realisasi dari tindak ilokusi yang berbeda, situasi yang
berbeda, waktu yang berbeda, dan kepada siapa strategi tersebut dilakukan.
Strategi penolakan yang sering muncul dalam Bahasa Jepang maupun
Bahasa Indonesia adalah strategi dengan menggunakan alasan. Namun terdapat
perbedaan penyampaian alasan di antara kedua bahasa tersebut. Untuk melihat
perbedaan tersebut, perhatikan contoh kalimat di bawah ini, yang penulis ambil
dari hasil data penelitian.

BJ あたし、ちょっと用事が。...
“Maaf, aku ada sedikit keperluan.”
BI Aku harus cabut. Ada janji dengan Ami dari klub Kakak Asuh.

Penutur Jepang tidak secara spesifik menyebutkan alasan. Urusan apa,


dengan siapa, dimana tempat dilakukannya urusan tersebut, tidak pernah
disampaikan secara mendetail. Mereka cenderung tidak menyelesaikan
139

kalimatnya dengan menggantung kalimatnya. Sementara penutur Indonesia


menjelaskan secara detail alasan ketika melakukan penolakan, karena sekedar
ungkapan “ada urusan” tidak cukup kuat untuk dijadikan sebagai alasan
penolakan. Penjelasan secara spesifik mengenai urusan yang akan dilakukan oleh
penutur adalah argumen untuk memperkuat alasan ketika ia melakukan penolakan.
Penulis akan memaparkan secara lebih terperinci bagaimana bentuk
persamaan dan perbedaan penggunaan strategi penolakan tidak langsung di dalam
Bahasa Jepang dan Bahasa Indonesia di dalam tabel di bawah ini.

Tabel 4.26.
Perbandingan Strategi Penolakan dalam Bahasa Jepang dan Bahasa
Indonesia
No Strategi Penolakan Bahasa Jepang Bahasa Indonesia
1 Alasan Tidak memberikan alasan Memberikan alasan yang
yang spesifik spesifik, misalnya seperti
janji dengan siapa, dimana
tempatnya, waktunya, dan
lain-lain
2 Dalih Dalih atau iiwake (言い Penggunaan dalih dalam

訳) dalam Bahasa Jepang Bahasa Indonesia digunakan

sering dikaitkan dengan sebagai cara untuk mencari-

alasan yang bersifat cari alasan agar dapat

negatif. Ungkapan berupa terhindar dari permintaan

alasan yang seharusnya atau permohonan dari mitra

tidak perlu diungkapkan tutur

karena bila dilakukan


hanya akan menunjukkan
bahwa penutur benar-
benar salah atau hanya
sekedar mencari-cari
alasan
140

3 Pengisi jeda Dilakukan untuk membuka Dilakukan untuk membuka


sebuah percakapan sebuah percakapan
4 Permintaan maaf Menggunakan kata-kata Menggunakan kata-kata
seperti “gomen”, seperti “maaf”, “sori”, dan
“sumimasen”, dan lain-lain lain lain
5 Pernyataan alternatif Memberikan pernyataan Memberikan pernyataan
alternatif biasanya berupa alternatif biasanya berupa
usulan, saran kepada mitra usulan, saran kepada mitra
tutur untuk melakukan hal tutur untuk melakukan hal Y
Y alih-alih melakukan hal alih-alih melakukan hal X
X
6 Mengkritisi tindak Digunakan sebagai bentuk Digunakan sebagai bentuk
ilokusi mitra tutur
strategi kesantunan negatif strategi kesantunan negatif
(negative politeness (negative politeness
strategi) yang bertujuan strategi) yang bertujuan
untuk menjaga jarak sosial untuk menjaga jarak sosial
dengan mitra tutur dengan mitra tutur
7 Rasa terima kasih, Menggunakan kata-kata Menggunakan kata-kata
apresiasi
seperti “arigatou”, seperti “terima kasih”,
“doumo”, dan lain-lain “makasih”, dan lain-lain
8 Melepaskan mitra Dilakukan dengan Dilakukan dengan
tutur dari tanggung
menggunakan strategi menggunakan strategi
jawab
kesantunan positif kesantunan positif (positive
(positive politeness politeness strategy) dengan
strategy) dengan tidak tidak ingin membebani
ingin membebani mitra mitra tutur
tutur
9 Pengalihan topik Penutur menggunakan Tidak ditemukan data dalam
pembicaraan
strategi kesantunan negatif Bahasa Indonesia
(negative politeness
strategy) untuk menjaga
jarak dari mitra tutur
141

dengan menghindari topik


permasalahan yang sedang
diminta oleh mitra tutur
10 Penjelasan Memberikan penjelasan Memberikan penjelasan
terhadap alasan penolakan terhadap alasan penolakan
11 Pernyataan prinsip Menyatakan prinsip atau Menyatakan prinsip atau
pandangan pribadi agar pandangan pribadi agar
penolakannya langsung penolakannya langsung
dapat diterima oleh mitra dapat diterima oleh mitra
tutur tutur
12 Kurangnya Dilakukan kepada mitra Tidak ditemukan data dalam
antusiasme
tutur yang akrab untuk Bahasa Indonesia
menunjukkan bahwa
penutur tidak antusias
terhadap ajakan dari mitra
tutur
13 Pernyataan filosofi Secara tidak langsung Tidak ditemukan data dalam
mengandung makna Bahasa Indonesia
sindiran dengan
menggunakan pernyataan
atau pandangan umum
yang sudah diketahui oleh
bersama sebagai bentuk
penolakan terhadap
permintaan dari mitra tutur
14 Harapan Memberi pernyataan yang Salah satu cirinya ditandai
berupa ungkapan positif dengan penggunaan kata
sehingga akan dianggap “sih” dengan penekanan
sebagai harapan intonasi secara khusus
penerimaan oleh mitra dengan tujuan untuk
tutur. Misalnya dengan meninggikan harapan
menggunakan ungkapan terhadap mitra tutur
142

“sore wa ii kedo...”
15 Janji di masa depan Tidak ditemukan bentuk Penutur Indonesia seringkali
strategi dengan kalimat mengucapkan janji dalam
harapan (願望) dalam melakukan penolakan yang
tindak ilokusi ajakan, berisi penerimaan di masa
permintaan, dan tawaran. yang akan datang dengan
Data strategi penolakan tujuan agar mitra tutur
ditemukan ketika penutur setidaknya mendapatkan
melakukan penolakan sedikit kepastian bahwa
terhadap saran dari mitra penutur akan memenuhi
tutur yang tidak akrab permintaannya di masa yang
akan datang. Namun
sebenarnya ungkapan janji
tersebut hanyalah sekedar
basa-basi agar penutur dapat
segera menghindar dari
mitra tuturnya
16 Pembelaan diri Dilakukan untuk Tidak ditemukan data dalam
mengurangi beban rasa Bahasa Indonesia
bersalah penutur kepada
mitra tutur ketika
melakukan penolakan
17 Meninggalkan Dilakukan kepada orang Dilakukan kepada orang
tempat, menghindar
yang tidak akrab dengan yang tidak akrab dengan
tujuan untuk menghindar tujuan untuk menghindar
atau menjaga jarak atau menjaga jarak
18 Candaan Penutur menggunakan Tidak ditemukan data dalam
strategi kesantunan positif Bahasa Indonesia
(positive politeness
strategy) untuk menjaga
keakraban di antara
penutur dan mitra tutur
143

dengan cara tidak


menanggapi secara serius
(atau dengan candaan)
ungkapan permintaan dari
lawan tuturnya
19 Keragu-raguan Tidak ditemukan data Digunakan penutur
dalam Bahasa Jepang Indonesia dengan
menggunakan kata-kata
yang menunjukkan
keraguan, tidak pasti, tidak
yakin, untuk meyakinkan
mitra tuturnya bahwa
penutur keberatan untuk
memenuhi permintaan dari
mitra tutur
20 Pengulangan Tidak ditemukan data Dilakukan sebagai bentuk
sebagian dari dalam Bahasa Jepang protes atau ketidaksetujuan
permohonan terhadap ajakan/permintaan
dengan mengulang sebagian
kata-kata dari mitra tutur.
21 Penundaan Tidak ditemukan data Menolak untuk sementara
dalam Bahasa Jepang waktu permintaan dari mitra
tutur untuk kemudian
melakukannya di masa yang
akan datang

Sebagai simpulan dari seluruh rangkaian penelitian yang telah penulis


lakukan, penulis merumuskan 3 (tiga) hasil penelitian seperti di bawah ini:

1. Hasil Penelitian dan Kaitannya dengan Jarak Sosial (Distance)

Penelitian ini dilakukan dengan hanya melihat perbedaan jarak sosial


(distance) ketika penutur melakukan strategi penolakan terhadap mitra tutur yang
144

akrab ataupun tidak akrab, tanpa melihat perbedaan kedudukan (power) atau strata
sosial di antara penutur dan mitra tutur. Mengenai perbedaan kedudukan (power)
belum bisa diangkat dalam penelitian ini karena kecenderungan strategi
penolakannya pasti akan cenderung sama hanya dengan melihat adanya kedekatan.
Sehingga dapat dikatakan power tidak terlalu berpengaruh apabila di antara
keduanya terdapat jarak sosial atau distance. Misalnya pada hubungan atasan-
bawahan yang memiliki keakraban, maka strategi penolakan yang dilakukan oleh
atasan kepada bawahan, ataupun sebaliknya, akan cenderung sama yaitu
menggunakan penolakan tidak langsung apabila dipicu oleh faktor internal yang
berpengaruh terhadap jarak sosial mereka. Sehingga, yang lebih penting adalah
melihat jarak sosial di antara penutur dan mitra tutur, untuk mengetahui apakah
terjadi faktor-faktor internal yang berpengaruh terhadap kedekatan sehingga
timbul jarak sosial yang menyebabkan terjadinya tindak tutur penolakan tidak
langsung.

Meninjau dari segi jarak sosial atau keakraban antara penutur dan mitra
tutur tersebut, strategi penolakan terhadap orang yang memiliki hubungan akrab
dengan penutur dilakukan dengan cara langsung, karena tidak adanya
kekhawatiran akan menyinggung norma-norma sosial, ataupun menyinggung
perasaan dari lawan bicara. Namun strategi penolakan tidak langsung kepada
orang yang memiliki hubungan akrab dapat terjadi dikarenakan beberapa faktor
yang melatarbelakanginya. Strategi penolakan tidak langsung dapat dilakukan
kepada orang yang memiliki hubungan akrab dengan penutur diantaranya
dikarenakan oleh faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kelangsungan atau
ketidaklangsungan penolakan berikut ini:
1) Terdapat konflik internal di antara penutur dan mitra tutur sehingga
menimbulkan jarak
2) Adanya keinginan dari mitra tutur untuk menjaga jarak dari mitra tutur
3) Tidak ingin membebani mitra tutur
4) Menghindari konflik
5) Membiarkan mitra tutur untuk mencari sendiri alasan di balik tuturan
penolakan yang dilakukan
6) Penutur mengharapkan terjaganya nilai-nilai keakraban
145

7) Tidak mau mengancam wajah positif mitra tutur. Mengancam wajah


berarti mengancam jati diri sebagai sahabat, teman, dll.

2. Hasil Penelitian dan Kaitannya dengan Strategi Kesantunan


Di dalam suatu lingkungan sosial, pengancaman wajah melalui tindak tutur
atau dikenal dengan istilah Face Threatening Act (FTA) dapat terjadi apabila
penutur dan mitra tutur sama-sama tidak berbahasa sesuai dengan jarak sosial.
Pengancaman wajah ini dapat menyebabkan kedua belah pihak kehilangan wajah
yang sama, artinya merasa malu atau terhina. Hal ini sesuai dengan apa yang
diungkapkan oleh Makihara (2002) di dalam tulisannya tentang hairyou hyougen
bahwa di dalam berkomunikasi antar individu terdapat kemungkinan besar
memberikan ancaman terhadap muka mitra tutur. Untuk itu, diperlukan adanya
pertimbangan rasa ketika mengungkapkan sesuatu kepada lawan tutur agar tuturan
tersebut tidak mengancam muka lawan tutur.
Masyarakat Jepang, adalah masyarakat yang menjunjung tinggi nilai-nilai
kesantunan di dalam berbagai aspek. Misalnya di dalam kehidupan sosial mereka.
Begitupun di dalam berbahasa. Seperti yang telah banyak dibahas di dalam
penelitian ini, orang Jepang tidak pernah menyelesaikan kalimatnya atau
menggantung kalimatnya ketika melakukan penolakan. Ketika memberikan alasan
pun, alasan yang diungkapkan hanya diungkapkan secara samar, atau tidak
spesifik. Hal ini dilakukan tidak lain karena adanya kaitan dengan kesantunan
orang Jepang di dalam hidup bermasyarakat. Dengan menerima alasan yang tidak
spesifik dari lawan tutur, itu berarti kita menghormati hak-hak mereka sebagai
individu yang ingin privasinya terjaga. Sehingga dengan menerima alasan yang
tidak spesifik ataupun tidak menanyakan lebih lanjut tentang alasan yang
dikemukakan agar menjadi lebih spesifik, berarti kita telah melakukan sopan
santun atau kesantunan terhadap orang Jepang.
Berbeda dengan masyarakat Indonesia, masyarakat Indonesia dikenal
sebagai masyarakat yang terlalu “ikut campur” di dalam kehidupan pribadi orang
lain. Misalnya dengan cara menanyakan secara spesifik alasan melakukan
penolakan, sehingga apabila melakukan penolakan dengan alasan yang kurang
jelas tidak dianggap sebagai alasan yang dapat diterima oleh lawan tutur. Oleh
146

karena itu, tidak sedikit orang Indonesia yang menjelaskan secara detail alasan
penolakan agar penolakan tersebut dapat diterima oleh lawan tuturnya. Hal ini pun
berkaitan dengan sistem kesantunan dalam masyarakat Indonesia. Dengan
menunjukkan kepekaan terhadap lawan tutur, mengetahui dengan jelas atau
spesifik alasan-alasan dari mitra tutur, dianggap sebagai cara melakukan sopan
santun di dalam kehidupan masyarakat Indonesia.

3. Hasil Penelitian dan Kaitannya dengan Pengajaran Bahasa Jepang


Mengetahui nilai-nilai pragmatik di dalam mempelajari sebuah bahasa asing
mutlak diperlukan bagi pembelajar bahasa asing. Untuk dapat memahami sebuah
bahasa, penting bagi kita untuk mengetahui apa saja yang melatarbelakangi
sehingga sebuah tuturan dapat terjadi di dalam sebuah bahasa tertentu. Tanpa
adanya pengetahuan mengenai hal tersebut, kesalahpahaman di dalam berbahasa
akan terjadi. Seperti di dalam penelitian yang telah penulis lakukan, kesalahan
persepsi di dalam memahami sebuah ujaran, dapat diartikan menjadi hal yang lain
yang dapat menimbulkan kesalahpahaman. Untuk itu, hasil penelitian ini penulis
harapkan dapat menjadi acuan referensi baik bagi pembelajar bahasa Jepang,
ataupun bagi pengajar Bahasa Jepang yang mengajar Bahasa Jepang kepada
siswa-siswa didikannya untuk dapat memasukkan nilai-nilai apa saja yang terjadi
di balik sebuah tuturan di dalam Bahasa Jepang, khususnya tuturan penolakan di
dalam Bahasa Jepang.

Anda mungkin juga menyukai