Anda di halaman 1dari 7

Mata Kuliah : Psikososial dan Budaya dalam Keperawatan

Dosen : Ns. A. Saputri Mulyana, S.kep.,M.Kep.

Artikel Konsep dan Prilaku Sehat Sakit Suku Toraja

Oleh :

1. Jerry Briyan (183010011)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

FAKULTAS KESEHATAN

UNIVERSITAS PATRIA ARTHA


2019
Konsep dan Prilaku Sehat Sakit Suku Toraja

Indonesia merupakan Negara kepulauan yang memiliki beragam suku dan budaya tentunya
bukan hal asing lagi di telinga. Indonesia memiliki 1.340 suku bangsa menurut sensus BPS tahun
2010. Dengan keberagaman suku dan budaya tersebut maka tentu memiliki pandangan sehat dan
sakit yang berbeda-beda pada setiap suku dan budaya bagi para pemiliknya. Namun, kali ini akan
membahas mengenai Konsep dan Prilaku sehat sakit suku Toraja.

A. Konsep Sehat-Sakit
(Soejoeti, 2008) Konsep sehat dan sakit sesungguhnya tidak memiliki tolok ukur yang
benar karena ada faktor -faktor lain di luar pandangan klinis yang mempengaruhinya
terutama faktor sosial budaya. Kedua pengertian saling mempengaruhi dan pengertian yang
satu hanya dapat dipahami dalam konteks pengertian yang lain.

UU No.23,1992 tentang Kesehatan menyatakan bahwa:


Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan
hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Dalam pengertian ini maka kesehatan harus
dilihat sebagai satu kesatuan yang utuh terdiri dari unsur bio-psiko-sosial dan Spriritual.
Kesehatan jiwa merupakan bagian yang terutama dan paling dasar dari kesehatan.
Definisi sakit: seseorang dikatakan sakit apabila ia menderita penyakit menahun
(kronis), atau gangguan kesehatan lain yang menyebabkan aktivitas kerja/kegiatannya
terganggu. Walaupun seseorang sakit (istilah sehari -hari) seperti masuk angin, pilek, tetapi
bila ia tidak terganggu untuk melaksanakan kegiatannya, maka ia di anggap tidak sakit(2).

Definisi WHO (1981): Health is a state of complete physical, mental and social well -
being, and not merely the absence of disease or infirmity.
WHO mendefinisikan pengertian sehat sebagai suatu keadaan sempurna baik jasmani,
rohani, maupun kesejahteraan sosial seseorang.

1. Konsep Sehat Sakit Moderen (konsep dualisme)


(Haines et al, 2013) Dualisme adalah konsep filsafat yang menyatakan ada dua
substansi, yaitu jiwa dan raga. Dalam pandangan tentang hubungan antara jiwa dan
raga, dualisme mengklaim bahwa fenomena mental adalah entitas non- fisik. Gagasan
tentang dualisme jiwa dan raga mulai muncul sejak jaman Plato dan Aristoteles dan
berhubungan dengan spekulasi tentang eksistensi jiwa yang terkait dengan kecerdasan
dan kebijakan (dalam Wozniak, 1995). Plato dan Aristoteles (dalam Wozniak, 1995)
berpendapat, dengan alasan berbeda, bahwa "kecerdasan" seseorang (bagian dari pikiran
atau jiwa) tidak bisa diidentifikasi atau dijelaskan dengan fisik.

B. Prilaku Sehat-sakit
(Sarasati, 2016) Salah satu pendekatan dalam ilmu sosiologi adalah teori Evolusi,
dimana manusia berkembang membutuhkan waktu yang sangat lama.Tetapi perkembangan
suatu bidang tidak serta merta memberikan perkembangan kepada bidang yang lain pula.
Contoh perkembangan di bidang ilmu kesehatan dan kedokteran belum tentu diimbangi
dengan perilaku sehat dan perilaku sakit masyarakat. Seseorang yang menderita sakit infeksi
saluran napas atas ( ISPA ) belum tentu mau berobat ke dokter dan meminum obat paten
yang diresepkan oleh dokter, karena ia tidak tau kegawatan penyakitnya dan seberapa besar
dia membutuhkan pertolongan medis. Pola pencarian pengobatan setiap orang bisa berbeda-
beda sesuai dengan tingkat pengetahuan yang dimilikinya tentang bidang kesehatan dan
pengobatan. Cara seseorang bereaksi terhadap gejala-gejala penyakit dinamakan sebagai
“perilaku sakit “ ( illness behavior ). Perilaku ini dipengaruhi oleh keyakinan masyarakat
terhadap gejala penyakit tersebut dan keyakinan terhadap cara pengobatan yang akan
ditempuh mereka. Perilaku ini merupakan implementasi dari sebuah konsep berpikir
manusia tentang arti sehat dan sakit. Setiap orang mempunyai konsep sendiri-sendiri tentang
apa yang disebut sebagai sakit. Konsep sehat dan sakit yang dimiliki oleh orang per orang
akan terlihat pada cara mereka mencari pengobatan ( health seeking ) untuk menyembuhkan
penyakit tersebut.
(Soejoeti, 2008) Perilaku sehat diaktualisasikan oleh individu yang merasa dirinya sehat
walaupun secara medis mereka belum tentu benar-benar sehat. Sesuai dengan persepsi
tentang sakit dan penyakit maka perilaku sakit dan perilaku sehat pun subyektif sifatnya.
Persepsi masyarakat tentang sehat - sakit ini sangatlah dipengaruhi oleh unsur budaya, sosial
dan pengalaman masa lalu.
(Sarasati, 2016) Perilaku sakit merupakan perilaku orang sakit yang meliputi: cara
seseorang memantau tubuhnya,mendefinisika dan menginterpretasikan gejala yang dialami,
melakukan upaya penyembuhan, dan penggunaan system pelayanan kesehatan.

C. Gambaran Suku Toraja


(Tribunnews.com, 2019) Nama Toraja berasal dari bahasa Bugis, yaitu “to riaja” yang
mempunyai arti orang yang berdiam di negeri atas. Pada saat Indonesia dikuasai oleh
Belanda yaitu di tahun 1909, Kolonial Belanda menyebut suku ini Suku Toraja. Suku ini
terkenal dengan ritual pemakamannya, selain itu suku ini juga terkenal dengan ukiran
kayunya dan rumah adatnya yaitu tongkonan. Sebelum abad ke 20, suku ini sama sekali
belum tersentuh oleh dunia luar dan masih menganut keyakinan animisme. Saat itu suku ini
masih tinggal di desa-desa otonom. Kedatangan Belanda di awal tahun 1900an memiliki
tujuan untuk menyebarkan agama Kristen.
(Lestari, Soleha, Ismail, Ruwaedah, & Roosihermiatie, 2012) Secara harfiah kata
tondok dalam Bahasa Toraja diartikan sebagai “negeri”, sedangkan lepongan berarti
“kebulatan” atau “kesatuan”, dan bulan berarti “bulan”. Sementara, kata tana juga diartikan
sebagai “ne? geri”, matarik berarti “bentuk”, dan allo berarti “matahari”. Jadi, Tondok
Lepongan Bulan Tana Matarik Allo dapat diartikan sebagai negeri dengan bentuk
pemerintahan dan kemasyarakatan yang merupakan sebuah kesatuan yang bulat, bak bentuk
bulan dan matahari.
D. Konsep Sehat Sakit Suku Toraja
(Lestari et al., 2012) Ada dua hal dalam bahasa Toraja dalam mendefinisikan rasa sakit,
yaitu massaki’ dan mappadi’. Istilah massaki’ menjelaskan tentang rasa sakit secara fisik
(biologis), seperti massaki’ limangkun (sakit tanganku), sedangkan mappadi’ menjelaskan
rasa sakit yang terkait dengan rasa nyeri, baik itu secara fisik (biologis) maupun secara
psikologis. Mappadi’ bisa menggabarkan ketika seseorang mengalami nyeri akibat tertusuk
benda tajam di kakinya. Rasa nyeri yang dirasakan merupakan manifestasi dari rasa sakit di
kakinya (biologis) juga berpengaruh ke rasa nyeri ketika berusaha menahan rasa sakit
tersebut (psikologis).
Jadi, konsep sakit dalam pandangan orang Toraja adalah yang terkait dengan apa yang
mereka rasakan (illness), bukan terkait dengan persepsi mereka tentang penyakit (disease).
Sementara, “sehat” dalam konsep bahasa Toraja disebut dengan kata malapu’, yang berarti
sehat secara jasmani dan rohani, dan juga mempunyai arti “cantik” dan “ganteng”.

E. Prilaku Sehat Sakit Suku Toraja


(Lestari et al., 2012) Pada tradisi Toraja zaman dulu, anak bayi yang lahir mati
dimasukkan ke dalam pohon yang getahnya putih dianggap sebagai air susu, dengan harapan
supaya anak berikutnya lahir selamat dan bertumbuh bagaikan pohon tersebut.
(Lestari et al., 2012) menjelaskan beberapa prilaku sehat sakit suku toraja, antara lain :
1. Billa (sembilu) adalah alat untuk menyunat dan memotong tali pusar bayi, yang terbuat
dari bambu tajam yang baru dipotong.
2. Ma’bekke (setagen), berupa kain panjang yang digunakan untuk membebat perut ibu
yang baru melahirkan agar kencang kembali. Kain tersebut bukan kain khusus, bisa
berupa kain apa saja asalkan panjang. Ibu yang baru saja melahirkan biasa menggunakan
setagen selama satu minggu.
3. Lampin/duc (tampon/popok kain untuk nifas), yaitu kain atau han-duk yang digunakan
untuk ibu nifas.
4. Gurita, digunakan untuk mengikat perut bayi baru lahir, sampai tali pusarnya mengering
dan lepas.
5. Perre’ (ayunan bayi), terbuat dari kain panjang yang digantungkan pada balok di atap
rumah. Alat ini digunakan untuk mengayun-ayun bayi ketika hendak tidur.
6. Tawwani serre, adalah ari-ari kucing yang melahirkan pada malam Jumat, yang
dikeringkan. Tawwani serre digunakan oleh to mappakianak (bidan kampung) untuk
membantu melancarkan proses kelahiran. Fungsinya untuk membantu kelancaran proses
melahirkan dengan cara dicelupkan pada air dan kemudian air diminumkan ke ibu dan
sebagian diusapkan ke perut ibu.
DAFTAR PUSTAKA

Haines et al, 2019. (2013). 済無No Title No Title. Journal of Chemical Information and
Modeling, 53(9), 1689–1699. https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004

Lestari, W., Soleha, M., Ismail, I., Ruwaedah, & Roosihermiatie, B. (2012). Etnik Toraja
Sa’dan, Desa Sa’dan Malimbong Kecamatan Sa’dan Kabupaten Toraja, Provinsi Sulawesi
Utara.

Sarasati, B. (2016). Pandangan Konsep Sehat & Sakit Pada Masyarakat. Buletin KPIN. Retrieved
from http://buletin.k-pin.org/index.php/arsip-artikel/60-pandangan-konsep-sehat-sakit-pada-
masyarakat

Soejoeti, S. Z. (2008). Healthy, pain and disease concepts in socio-cultural context. Cermin
Dunia Kedokteran, 3(149), 49–53.

Tribunnews.com. (2019). Suku Baduy : Sejarah, Kebudayaan dan Adat Istiadat [Lengkap] |
RomaDecade. Retrieved from https://www.romadecade.org/suku-baduy/#!

Anda mungkin juga menyukai