Anda di halaman 1dari 32

ILEUS OBSTRUKSI

A. DEFINISI
Ileus atau obstruksi usus adalah suatu gangguan (apapun penyebabnya)
aliran normal isi usus sepanjang saluran isi usus. Obstruksi usus dapat akut
dengan kronik, partial atau total.Intestinal obstruction terjadi ketika isi usus tidak
dapat melewati saluran gastrointestinal(Nurarif& Kusuma, 2015).
Ileus adalah gangguan/hambatan pasase isi usus yang merupakan tanda
adanya obstruksi usus akut yang segera membutuhkan pertolongan atau tindakan
(Indrayani, 2013).
Obstruksi usus mekanis adalah Suatu penyebab fisik menyumbat usus dan
tidak dapat diatasi oleh peristaltik. Ileus obstruktif ini dapat akut seperti pada
hernia stragulata atau kronis akibat karsinoma yang melingkari. Misalnya
intususepsi, tumor polipoid dan neoplasma stenosis, obstruksi batu empedu,
striktura, perlengketan, hernia dan abses (Nurarif& Kusuma, 2015).

B. KLASIFIKASI
1. Menurut sifat sumbatannya
Menurut sifat sumbatannya, ileus obstruktif dibagi atas 2 tingkatan :
a) Obstruksi biasa (simple obstruction) yaitu penyumbatan mekanis di
dalam lumen usus tanpa gangguan pembuluh darah, antara lain karena
atresia usus dan neoplasma
b) Obstruksi strangulasi yaitu penyumbatan di dalam lumen usus disertai
oklusi pembuluh darah seperti hernia strangulasi, intususepsi, adhesi,
dan volvulus (Pasaribu, 2012).
2. Menurut letak sumbatannya
Menurut letak sumbatannya, maka ileus obstruktif dibagi menjadi 2 :
a) Obstruksi tinggi, bila mengenai usus halus
b) Obstruksi rendah, bila mengenai usus besar (Pasaribu, 2012).
3. Menurut etiologinya
Menurut etiologinya, maka ileus obstruktif dibagi menjadi 3:
a) Lesi ekstrinsik (ekstraluminal) yaitu yang disebabkan oleh adhesi
(postoperative), hernia (inguinal, femoral, umbilical), neoplasma
(karsinoma), dan abses intraabdominal.
b) Lesi intrinsik yaitu di dalam dinding usus, biasanya terjadi karena
kelainan kongenital (malrotasi), inflamasi (Chron’s disease,
diverticulitis), neoplasma, traumatik, dan intususepsi.
c) Obstruksi menutup (intaluminal) yaitu penyebabnya dapat berada di
dalam usus, misalnya benda asing, batu empedu (Pasaribu, 2012).
4. Menurut stadiumnya
Ileus obstruktif dapat dibedakan menjadi 3 berdasarkan stadiumnya,
antaralain :
a) Obstruksi sebagian (partial obstruction) : obstruksi terjadi sebagian
sehingga makanan masih bisa sedikit lewat, dapat flatus dan defekasi
sedikit.
b) Obstruksi sederhana (simple obstruction) : obstruksi / sumbatan yang
tidak disertai terjepitnya pembuluh darah (tidak disertai gangguan
aliran darah).
c) Obstruksi strangulasi (strangulated obstruction) : obstruksi disertai
dengan terjepitnya pembuluh darah sehingga terjadi iskemia yang
akan berakhir dengan nekrosis atau gangren (Indrayani, 2013).

C. ETIOLOGI
Penyebab terjadinya ileus obstruksi pada usus halus antara lain:
- Hernia inkarserata :
Hernia inkarserata timbul karena usus yang masuk ke dalam
kantung hernia terjepit oleh cincin hernia sehingga timbul gejala obstruksi
(penyempitan)dan strangulasi usus (sumbatan usus menyebabkan
terhentinya aliran darah ke usus). Pada anak dapatdikelola secara
konservatif dengan posisi tidur Trendelenburg. Namun, jikapercobaan
reduksi gaya berat ini tidak berhasil dalam waktu 8 jam, harus
diadakanherniotomi segera (Indrayani, 2013).
- Non hernia inkarserata, antara lain :
1. Adhesi atau perlekatan usus
Adhesi bisa disebabkan oleh riwayat operasi intraabdominal
sebelumnya atau proses inflamasi intraabdominal. Dapat berupa
perlengketanmungkin dalam bentuk tunggal maupun multiple, bisa
setempat atau luas. Umunya berasal dari rangsangan peritoneum
akibat peritonitis setempat atau umum.Ileus karena adhesi biasanya
tidak disertai strangulasi. Obstruksi yang disebabkan oleh adhesi
berkembang sekitar 5% dari pasien yang mengalami operasi
abdomen dalam hidupnya. Perlengketan kongenital juga dapat
menimbulkan ileus obstruktif di dalam masa anak-anak (Indrayani,
2013).
2. Invaginasi (intususepsi)
Disebut juga intususepsi, sering ditemukan pada anak dan agak
jarang pada orang muda dan dewasa. Invaginasi pada anak sering
bersifat idiopatikkarena tidak diketahui penyebabnya. Invaginasi
umumnya berupa intususepsi ileosekal yang masuk naik kekolon
ascendens dan mungkin terus sampai keluar dari rektum. Hal ini
dapat mengakibatkan nekrosis iskemik pada bagian usus yang masuk
dengankomplikasi perforasi dan peritonitis. Diagnosis invaginasi
dapat diduga atas pemeriksaan fisik, dandipastikan dengan
pemeriksaan Rontgen dengan pemberian enema barium
(Indrayani,2013).
3. Askariasis
Cacing askaris hidup di usus halus bagian yeyunum, biasanya
jumlahnya puluhan hingga ratusan ekor. Obstruksi bisa terjadi di
mana-mana di usus halus, tetapi biasanya di ileum terminal yang
merupakan tempat lumen paling sempit. Obstruksi umumnya
disebabkan oleh suatu gumpalan padat terdiri atas sisa makanan dan
puluhan ekor cacing yang mati atau hampir mati akibat pemberian
obat cacing. Segmen usus yang penuh dengan cacing berisiko tinggi
untuk mengalami volvulus, strangulasi, dan perforasi
(Indrayani,2013).
4. Volvulus
Merupakan suatu keadaan di mana terjadi pemuntiran usus
yang abnormal dari segmen usus sepanjang aksis usus sendiri,
maupun pemuntiran terhadap aksis sehingga pasase (gangguan
perjalanan makanan) terganggu. Pada usus halus agak jarang
ditemukan kasusnya. Kebanyakan volvulus didapat di bagian ileum
dan mudah mengalami strangulasi (Indrayani,2013)
5. Tumor
Tumor usus halus agak jarang menyebabkan obstruksi Usus,
kecuali jika ia menimbulkan invaginasi . Hal ini terutama disebabkan
oleh kumpulan metastasis (penyebaran kanker) di peritoneum atau di
mesenterium yang menekan usus (Indrayani,2013).
6. Batu empedu yang masuk ke ileus.
Inflamasi yang berat dari kantong empedu menyebabkan
fistul (koneksi abnormal antara pembuluh darah, usus, organ, atau
struktur lainnya) dari saluran empedu keduodenum atau usus halus
yang menyebabkan batu empedu masuk ke raktus gastrointestinal.
Batu empedu yang besar dapat terjepit di usus halus, umumnya pada
bagian ileum terminal atau katup ileocaecal yang menyebabkan
obstruksi. Penyebab obstruksi kolon yang paling sering ialah
karsinoma (anker yang dimulai di kulit atau jaringan yang melapisi
atau menutupi organ-organ tubuh) , terutama pada daerah
rektosigmoid dan kolon kiri distal (Indrayani,2013).

D. PATOFISIOLOGI
Menurut Ester (2001 : 49) pathofisiologi dari obstruksi usus atau illeus
adalah:
Secara normal 7-8 cairan kaya elektrolit disekresi oleh usus dan
kebanyakan direabsorbsi, bila usus tersumbat, cairan ini sebagian tertahan
dalam usus dan sebagian dieliminasi melalui muntah, yang menyebabkan
pengurangan besar volume darah sirkulasi. Mengakibatkan hipotensi, syok
hipovolemik dan penurunan aliran darah ginjal dan serebral.
Pada awal obstruksi, cairan dan udara terkumpul pada bagian proksimal
sisi yang bermasalah, menyebabkan distensi. Manifestasi terjadinya lebih
cepat dan lebih tegas pada blok usus halus karena usus halus lebih sempit dan
secara normal lebih aktif, volume besar sekresi dari usus halus menambah
distensi, sekresi satu-satunya yang yang bermakna dari usus besar adalah
mukus.
Distensi menyebabkan peningkatan sementara pada peristaltik saat usus
berusaha untuk mendorong material melalui area yang tersumbat. Dalam
beberapa jam peningkatan peristaltik dan usus memperlambat proses yang
disebabkan oleh obstruksi. Peningkatan tekanan dalam usus mengurangi
absorbsinya, peningkatan retensi cairan masih tetap berlanjut segera, tekanan
intralumen aliran balik vena, yang meninkatkan permeabilitas kapiler dan
memungkinkan plasma ekstra arteri yang menyebabkan nekrosis dan
peritonitis.

E. MANIFESTASI KLINIK
1. Mekanik sederhana – usus halus atas
Kolik (kram) pada abdomen pertengahan sampai ke atas, distensi, muntah,
peningkatan bising usus, nyeri tekan abdomen.
2. Mekanik sederhana – usus halus bawah
Kolik (kram) signifikan midabdomen, distensi berat, bising usus
meningkat, nyeri tekan abdomen.
3. Mekanik sederhana – kolon
Kram (abdomen tengah sampai bawah), distensi yang muncul terakhir,
kemudian terjadi muntah (fekulen), peningkatan bising usus, nyeri tekan
abdomen.
4. Obstruksi mekanik parsial
Dapat terjadi bersama granulomatosa usus pada penyakit Crohn. Gejalanya
kram nyeri abdomen, distensi ringan.
5. Strangulasi
Gejala berkembang dengan cepat: nyeri hebat, terus menerus dan
terlokalisir, distensi sedang, muntah persisten, biasanya bising usus
menurun dan nyeri tekan terlokalisir hebat. Feses atau vomitus menjadi
berwarna gelap atau berdarah atau mengandung darah samar. (Price
&Wilson, 2007).

F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Diagnosis ileus obstruktif tidak sulit; salah satu yang hampir selaluh harus
ditegakkan atas dasar klinik dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik,
kepercayaan atas pemeriksaan radiologi dan pemeriksaan laboraorium harus
dilihat sebagai konfirmasi dan bukan menunda mulainya terapi yang segera.
Diagnosa ileus obstruktif diperoleh dari :
1 Anamnesis
Pada anamnesis ileus obstruktif usus halus biasanya sering dapat
ditemukan penyebabnya, misalnya berupa adhesi dalam perut karena pernah
dioperasi sebelumnya atau terdapat hernia (Sjamsuhudajat & Jong, 2004). Pada
ileus obstruktif usus halus kolik dirasakan di sekitar umbilkus, sedangkan pada
ileus obstruktif usus besar kolik dirasakan di sekitar suprapubik. Muntah pada
ileus obstruktif usus halus berwarna kehijaun dan pada ileus obstruktif usus
besar onset muntah lama.
2 Pemeriksaan Fisik
- Inspeksi
Dapat ditemukan tanda-tanda generalisata
dehidrasi, yang mencakup kehilangan turgor kulit
maupun mulut dan lidah kering. Pada abdomen harus
dilihat adanya distensi, parut abdomen, hernia dan
massa abdomen. Inspeksi pada penderita yang
kurus/sedang juga dapat ditemukan “darm contour ”
(gambaran kontur usus) maupun “darm steifung”
(gambaran gerakan usus), biasanya nampak jelas pada saat penderita
mendapat serangan kolik yang disertai mual dan muntah dan juga pada
ileus obstruksi yang berat. Penderita tampak gelisah dan menggeliat
sewaktu serangan kolik.
- Palpasi dan perkusi
Pada palpasi didapatkan distensi abdomen dan perkusi tympani yang
menandakan adanya obstruksi. Palpasi bertujuan mencari adanya
tandairitasi peritoneum apapun atau nyeri tekan, yang mencakup defance
musculair’ involunter atau rebound dan pembengkakan atau massa yang
abnormal
- Auskultasi
Pada ileus obstruktif pada auskultasi terdengar kehadiran
episodik gemerincing logam bernada tinggi dan gelora (rush) diantara
masa tenang. Tetapi setelah beberapa hari dalam perjalanan penyakit dan
usus diatas telah berdilatasi, maka aktivitas peristaltik (sehingga juga
bising usus) bisa tidak ada atau menurun parah. Tidak adanya nyeri usus
bisa juga ditemukan dalam ileus paralitikus atau ileus obstruktif
strangulata.
Bagian akhir yang diharuskan dari pemeriksaan adalah pemeriksaan
rectum dan pelvis. Pada pemeriksaan colok dubur akan didapatkan tonus
sfingter ani biasanya cukup namun ampula recti sering ditemukan kolaps
terutama apabila telah terjadi perforasi akibat obstruksi. Mukosa rectum
dapat ditemukan licin dan apabila penyebab obstruksi merupakan massa
atau tumor pada bagian anorectum maka akan teraba benjolan yang harus
kita nilai ukuran, jumlah, permukaan, konsistensi, serta jaraknya dari anus
dan perkiraan diameter lumen yang dapat dilewati oleh jari. Nyeri tekan
dapat ditemukan pada lokal maupun general misalnya pada keadaan
peritonitis. Kita juga menilai ada tidaknya feses di dalam kubah rektum.
Pada ileus obstruktif usus feses tidak teraba pada colok dubur dan tidak
dapat ditemukan padasarung tangan. Pada sarung tangan dapat ditemukan
darah apabila penyebab ileus obstruktif adalah lesi intrinsik di dalam usus
(Sjamsuhidajat & Jong,2005).
Diagnosis harus terfokus pada membedakan antara obtruksi
mekanik dengan ileus; menentukan etiologi dari obstruksi; membedakan
antaraobstruksi parsial atau komplit dan membedakan obstruksi sederhana
denganstrangulasi. Hal penting yang harus diketahui saat anamnesis
adalah riwayat operasi abdomen (curiga akan adanya adhesi) dan adanya
kelainan abdomen lainnya (karsinoma intraabdomen atau sindroma iritasi
usus) yang dapat membantu kita menentukan etiologi terjadinya
obstruksi. Pemeriksaan yang teliti untuk hernia harus dilakukan. Feses
juga harus diperiksa untuk melihat adanya darah atau tidak, kehadiran
darah menuntun kita ke arah strangulasi.
3 Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium pada pasien yang diduga mengalami obstruksi
intestinal terutama ialah darah lengkap dan elektrolit, Blood Urea Nitrogen,
kreatinin dan serum amylase. Obstruksi intestinal yang sederhana tidak akan
menyebabkan perubahan pada hasil laboratorium jadi pemeriksaan ini tak
akan banyak membantu untuk diagnosis obsruksi intestinal yang sederhana.
Pemeriksaan elektrolit dan tes fungsi ginjal dapat mendeteksiadanya
hipokalemia, hipokhloremia dan azotemia pada 50% pasien.
4 Pemeriksaan Radiologi
- Foto polos abdomen (foto posisi supine, posisi tegak abdomen atau posisi
dekubitus) dan posisi tegak thoraks. Temuan spesifik untuk obstruksi usus
halus ialah dilatasi usushalus ( diameter > 3 cm ), adanya air-fluid level
pada posisi foto abdomen tegak, dan kurangnya gambaran udara di kolon.
Sensitifitas foto abdomen untuk mendeteksi adanya obstruksi usus halus
mencapai 70-80% namun spesifisitasnya rendah. Pada foto abdomen
dapat ditemukan beberapa gambaran, antara lain:
a) Distensi usus bagian proksimal obstruksi
b) Kolaps pada usus bagian distal obstruksi
c) Posisi tegak atau dekubitus: Air-fluid levels
d) Posisi supine dapat ditemukan : distensi usus dan step-ladder sign
e) String of pearls sign, gambaran beberapa kantung gas kecil
yang berderet
f) Coffee-bean sign, gambaran gelung usus yang distensi dan
terisiudara dan gelung usus yang berbentuk U yang dibedakan dari
dindingusus yang oedem
g) Pseudotumor Sign, gelung usus terisi oleh cairan.(Moses, 2008)
Ileus paralitik dan obstruksi kolon dapat memberikan gambaran
serupa dengan obstruksi usus halus. Temuan negatif palsu dapat
ditemukan pada pemeriksaan radiologis ketika letak obstruksi berada
di proksimal usus halus dan ketika lumen usus dipenuhi oleh cairan saja
dengan tidak ada udara. Dengan demikian menghalangi tampaknya air-
fluid level atau distensi usus. Keadaan selanjutnya berhubungan dengan
obstruksi gelung tertutup. Meskipun terdapat kekurangan tersebut, foto
abdomen tetap merupakan pemeriksaan yang penting pada pasien dengan
obstruksi usus halus karena kegunaannya yang luas namun
memakan biaya yang sedikit.
- Enteroclysis
Enteroclysis berfungsi untuk mendeteksi adanya obstruksi dan juga
untuk membedakan obstruksi parsial dan total. Cara ini berguna jika pada
foto polos abdomen memperlihatkan gambaran normal namun dengan
klinis menunjukkan adanya obstruksi atau jika penemuan foto polos
abdomen tidak spesifik. Pada pemeriksaan ini juga dapat membedakan
adhesi oleh karena metastase, tumor rekuren dan kerusakan akibat radiasi.
Enteroclysis memberikan nilai prediksi negative yangtinggi dan dapat
dilakukan dengan dua kontras. Barium merupakan kontras yang sering
digunakan. Barium sangat berguna dan aman untuk mendiagnosa obstruksi
dimana tidak terjadi iskemia usus maupun perforasi. Namun, penggunaan
barium berhubungan dengan terjadinya peritonitis dan penggunaannya
harus dihindari bila dicurigai terjadi perforasi. (Nobie, 2009)
- CT Scan
CT-Scan berfungsi untuk menentukan diagnosa dini atau obstruksi
strangulate dan menyingkirkan penyebab akut abdomen lain terutama
jikaklinis dan temuan radiologis lain tidak jelas. CT-scan juga dapat
membedakan penyebab obstruksi intestinal, seperti adhesi, hernia
karena penyebab ekstrinsik dari neoplasma dan penyakit Chron karena
penyebab intrinsik. Obstruksi ditandai dengan diametes usus halus sekitar
2,5 cm pada bagian proksimal menjadi bagian yang kolaps dengan
diameter sekitar 1 cm. Keterbatasan CT scan ini terletak pada tingkat
sensitivitasnya yangrendah (<50%) untuk mendeteksi grade ringan atau
obstruksi usus halus parsial. Zona transisi yang tipis akan sulit untuk
diidentifikasi. (Nobie,2009)
- CT enterography (CT enteroclysis)
Pemeriksaan ini menggantikan enteroclysis pada penggunaan
klinis. Pemeriksaan ini merupakan pilihan pada ileus obstruksi intermiten
atau pada pasien dengan riwayat komplikasi pembedahan (seperti tumor,
operasi besar). Pada pemeriksaan ini memperlihatkan seluruh penebalan
dinding usus dan dapat dilakukan evaluasi pada mesenterium dan
lemak perinerfon. Pemeriksaan ini menggunakan teknologi CT-scan dan
disertaidengan penggunaan kontras dalam jumlah besar. CT enteroclysis
lebihakurat disbanding dengan pemeriksaan CT biasa dalam
menentukan penyebab obstruksi (89% vs 50%), dan juga lokasi obstruksi
(100% vs94%) (Nobie, 2009).
- MRI
Keakuratan MRI hampir sama dengan CT-scan dalam mendeteksi
adanya obstruksi. MRI juga efektif untuk menentukan lokasi dan etiologi
dari obstruksi. Namun, MRI memiliki keterbatasan antara lain kurang
terjangkau dalam hal transport pasien dan kurang dapat menggambarkan
massa dan inflamasi (Nobie, 2009)
- USG
Ultrasonografi dapat menberikan gambaran dan penyebab dariobstruksi
dengan melihat pergerakan dari usus halus. Pada pasien denganilues
obtruksi, USG dapat dengan jelas memperlihatkan usus yangdistensi. USG
dapat dengan akurat menunjukkan lokasi dari usus yangdistensi. Tidak
seperti teknik radiologi yang lain, USG dapatmemperlihatkan peristaltic,
hal ini dapat membantu membedakanobstruksi mekanik dari ileus
paralitik. Pemeriksaan USG lebih murah danmudah jika dibandingkan
dengan CT-scan, dan spesifitasnya dilaporkanmencapai 100%. (Nobie,
2009).

G. PENATALAKSANAAN
Tujuan utama penatalaksanaan adalah dekompresi bagian yang
mengalami obstruksiuntuk mencegah perforasi. Tindakan operasi biasanya
selalu diperlukan. Menghilangkan penyebab obstruksi adalah tujuan kedua.
Kadang-kadang suatupenyumbatan sembuh dengansendirinya tanpa
pengobatan, terutama jika disebabkan oleh perlengketan. Penderita
penyumbatan usus harus di rawat dirumah sakit(Nurarif& Kusuma, 2015).
- Persiapan
Pipa lambung harus dipasang untuk mengurangi muntah,
mencegah aspirasi dan mengurangi distensi abdomen (dekompresi).
Pasien dipuasakan, kemudian dilakukan juga resusitasi cairan dan
elektrolit untuk perbaikan keadaan umum.Setelah keadaanoptimum
tercapai barulah dilakukan laparatomi. Pada obstruksiparsial atau
karsinomatosis abdomen dengan pemantauan dan konservatif (Nurarif&
Kusuma, 2015).
- Operasi
Operasi dapat dilakukan bila sudah tercapai rehidrasi dan organ-
organvital berfungsi secara memuaskan. Tetapi yang paling sering
dilakukan adalahpembedahan sesegera mungkin. Tindakan bedah
dilakukan bila :-Strangulasi-Obstruksi lengkap-Hernia inkarserata-Tidak
ada perbaikan dengan pengobatankonservatif (dengan pemasangan NGT,
infus,oksigen dan kateter) (Nurarif& Kusuma, 2015)
- Pasca Bedah
Pengobatan pasca bedah sangat penting terutama dalam hal cairan
danelektrolit.Kita harus mencegah terjadinya gagal ginjal dan harus
memberikankalori yang cukup.Perlu diingat bahwa pasca bedah usus
pasien masih dalamkeadaan paralitik (Nurarif& Kusuma, 2015).

H. KOMPLIKASI
1. Peritonitis septicemia adalah suatu keadaan dimana terjadi peradangan pada
selaput rongga perut (peritonium) yang disebabkan oleh terdapatnya bakteri
dalam dalah (bakteremia).
2. Syok hypovolemia terjadi abikat terjadi dehidrasi dan kekurangan volume
cairan.
3. Perforasiusus adalah suatu kondisi yang ditandai dengan terbentuknya suatu
lubang usus yang menyebabkan kebocoran isi usus ke dalam rongga perut.
Kebocoran ini dapat menyebabkan peritonitis
4. Nekrosisusus adalah adanya kematian jaringan pada usus
5. Sepsis adalah infeksi berat di dalam darah karena adanya bakteri.
6. Abses adalah kondisi medis dimana terkumpulnya nanah didaerah anus oleh
bakteri atau kelenjar yang tersumbat pada anus.
7. Sindrom usus pendek dengan malabsorpsi dan malnutrisi adalah suatu
keadaan dimana tubuh sudah tidak bisa mengabsorpsi nutrisi karena
pembedahan.
8. Gangguan elektrolit, terjadi karena hipovolemik

I. PENGKAJIAN FOKUS
I. Pengkajian
a. Biodata klien yang penting meliputi nama, umur, jenis kelamin,
agama, suku dan gaya hidup.
b. Riwayat kesehatan
 Keluhan utama .
Keluhan utama adalah keluhan yang dirasakan klien pada saat
dikaji. Pada umumnya akan ditemukan klien merasakan nyeri pada
abdomennya biasanya terus menerus, demam, nyeri tekan lepas,
abdomen tegang dan kaku.
 Riwayat kesehatan sekarang
Mengungkapkan hal-hal yang menyebabkan klien mencari
pertolongan, dikaji dengan menggunakan pendekatan PQRST :
P : Apa yang menyebabkan timbulnya keluhan.
Q :Bagaiman keluhan dirasakan oleh klien, apakah hilang, timbul
atau terus- menerus (menetap).
R : Di daerah mana gejala dirasakan
S : Seberapa keparahan yang dirasakan klien dengan memakai skala
numeric 1 s/d 10.
T :Kapan keluhan timbul, sekaligus factor yang memperberat dan
memperingan keluhan.
 Riwayat kesehatan masa lalu
Perlu dikaji apakah klien pernah menderita penyakit yang sama,
riwayat ketergantungan terhadap makanan/minuman, zat dan obat-
obatan.
 Riwayat kesehatan keluarga
Apakah ada anggota keluarga yang mempunyai penyakit yang sama
dengan klien.
II. Pemeriksaan
a. Aktivitas/istirahat
Gejala :Kelelahan dan ngantuk.
Tanda :Kesulitan ambulasi
b. Sirkulasi
Gejala :Takikardia, pucat, hipotensi ( tandasyok)
c. Eliminasi
Gejala :Distensi abdomen, ketidakmampuan defekasidan Flatus
Tanda :Perubahan warna urine dan feces
d. Makanan/cairan
Gejala :anoreksia,mual/muntah dan haus terus menerus.
Tanda :muntah berwarna hitam dan fekal. Membran mukosa pecah -
pecah.Kulit buruk.
e. Nyeri/Kenyamanan
Gejala :Nyeri abdomen terasa seperti gelombang dan bersifat kolik.
Tanda :Distensi abdomen dan nyeri tekan
f. Pernapasan
Gejala : Peningkatan frekuensi pernafasan,
Tanda : Napas pendek dan dangkal
III. Pemeriksaan Diagnostic
1. HB (hemoglobin), PCV (volume sel yang ditempati sel darah merah) :
meningkat akibat dehidrasi
2. Leukosit : normal atau sedikit meningkat ureum + elektrolit, ureum
meningkat, Na+ dan Cl- rendah.
3. Rontgen toraks : diafragma meninggi akibat distensi abdomen
a. Usus halus (lengkung sentral, distribusi nonanatomis, bayangan
valvula connives melintasi seluruh lebar usus) atau obstruksi besar
(distribusi perifer/bayangan haustra tidak terlihat di seluruh lebar
usus)
b. Mencari penyebab (pola khas dari volvulus, hernia, dll)
4. Enema kontras tunggal (pemeriksaan radiografi menggunakan
suspensi barium sulfat sebagai media kontras pada usus besar) :
untuk melihat tempat dan penyebab.
5. CT Scan pada usus halus : mencari tempat dan penyebab,
sigmoidoskopi untuk menunjukkan tempat obstruksi (Pasaribu,
2012).
Hernia inkarserata, adhesi, intususepsi, askariasis, volvulus, tumor, batu empedu

ILEUS OBSTRUKTIF
J. PATHWAYS
Akumulasi gas dan cairan intra lumen disebelah paroksimal dari letak obstruktif

Distensi abdomen Gelombang peristaltic berbalik arah, isi usus Kerja usus melemah Klien rawat
terdorong ke lambung kemudian mulut inap
Gangguan
Poliferasi bakteri Tekanan Reaksi
peristaltic usus
cepat intralumen ↑ Asam hospitalisasi
lambung ↑
Kimus sulit
pelepasan bakteri Tekanan vena & cemas
dicerna usus
dan toksin dari arteri ↓ Mual muntah mual
usus yang infark ansietas
Kehilangan cairan Sulit BAB
Iskemia menuju ruang dehidrasi
bakteri melepas
endotoksin, dinding usus peritonium
konstipasi
Intake cairan ↓
melepaskan Metabolism Pelepasan bakteri &
zat pirogen anaerob toksin dr usus yg Cairan intrasel ↓
nekrotik ke dlm
Merangsang peritonium
Impuls  Resiko syok
pengeluaran (hipovolemia)
hipotalamus Resiko infeksi
mediator kimia
bagian
termoregulator
melalui ductus Merangsang reseptor Merangsang susunan Saraf simpatis terangsang
nyeri saraf otonom, utk mengaktivasi RAS REM ↓ Pasien terjaga
thoracicus
mengaktivasi mengaktifkan kerja organ
Suhu tubuh ↑ Nyeri akut norepinephrine tubuh Gangguan
pola tidur
hipertermi
K. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Mual
2. Konstipasi
3. Resiko syok
4. Nyeri akut
5. Ansietas
6. Hipertermi
7. Ganguan pola tidur
L. FOKUS INTERVENSI DAN RASIONAL

No Dx keperawatan NOC NIC Rasional


1. Mual NOC : NIC Observasi
Batasan karakteristik: - Selera makan Observasi - Untuk mengetahui gejala mual
- Menghindari makanan - Status gizi  Pantau gejala subjektif mual pada yang dirasakan oleh pasien
- Sensasi ingin muntah - Tingkat pasien - Untuk mengetahui apakah mual
- Peningkatan produksi kenyamanan  Kaji penyebab mual dirasakan akibat efek penyakit
saliva - Pengendalian atau efek samping obat
- Melaporkan “mual” atau mual dan muntah Mandiri Mandiri
“eneg”  Manajemen cairan/elektrolit - Mengatur dan mencegah
- Rasa asam di dalam mulut Kriteria hasil :  Manajemen mual komplikasi akibat perubahan
Setelah dilakukan  Manajemen muntah kadar cairan dan elektrolit
Faktor yang berhubungan: tindakan Keperawatan - Mencegah dan meredakan mual
- Iritasi lambung (mis. ... X 24 jam Berat badan HE - Mencergah dan meredakan
Akibat agen farmakologis stabil dan nutrisi teratasi  Jelaskan penyebab mual muntah
(seperti aspirin, obat anti dengan  Beritahu pasien seberapa lama
inflamasi nonsteroid, - Tidak ada tanda- kemungkinan mual akan terjadi HE
steroid, antibiotic), tanda mal nutrisi. - Menginformasikan penyebab-
 Ajarkan pasien menelan untuk
alcohol, zat besi, dan - Berat badan stabil secara sadar atau nafas dalam
penyebab yang dapat
darah. - Pasien tidak menimbulkan mual
Kolaborasi
- Distensi lambung (mis. mengalami mual - Agar klien dapat menangani
 Berikan obat antiemetic sesuai
Akibat pengosongan muntah. mual saat mual itu dirasakan.
anjuran
lambung yang lambat; - Melaporkan terbebas - Untuk mengurangi stress dan
 Manajemen cairan: berikan terapi
obstruksi pylorus usus; dari mual mengalihkan perhatian dari mual,
IV, sesuai anjuran
distensi genitourinarius - Mengidentifikasi sehingga dapat membantu pasien
dan biliaris; stasis usus dan melakukan untuk makan dan minum. Selain
bagian atas; kompresi tindakan yang dapat itu untuk mekenan reflex muntah
eksternal pada lambung, menurunkan mual Kolaborasi
hati limpa atau organ lain; - Untuk mengurangi mual dan
pembesaran yang memungkinkan pasien untuk
memperlambat fungsi makan
lambung; kelebihan - Untuk memenuhi cairan yang
asupan makanan) hilang akibat mual dan muntah
- Agen farmakologis (mis.
Analgesic, anti virus
untuk HIV, aspirin,
opioid) dan agen
kemoterapeutik
- Toksin
2. Konstipasi NOC : NIC : Observasi
Batasan Karakteristik :  Defekasi Observasi - untuk mengetahui tanda dan
 Nyeri abdomen Kriteria Hasil :  Monitor tanda dan gejala gejala sulit BAB
 Nyeri tekan pada Setelah dilakukan konstipasi - sebagai acuan rencana
abdomen dengan atau tindakan keperawatan  Kaji dan dokumentasikan: (warna penanganan yang efektif
tanpa resistensi otot yang selama …x24 jam, dan konsisensi feses pertama - melihat apakah konstipasi dapat
dapat dipalpasi. masalah konstipasi pascaoperasi; frekuensi, warna menyebabkan komplikasi
 Anoreksia pasien teratasi dengan dan konsistensi feses; keluarnya peritonitis
 Perasaan penu atau  Konstipasi menurun flatus; adanya impaksi; ada atau - melihat faktor yang berkontribusi
tekanan pada rektum dibuktikan oleh tidak ada bisisng usus dan pada konstipasi
 Peningkatan tekanan indikator defekasi distensi abdomen pada keempat Mandiri
abdomen sebagai berikut: kuadran abdomen - membentuk dan
 Indigesti - Tidak mengalami  Pantau tanda dan gejala ruptur mempertahankan pola eliminasi
 Mual gangguan pola usus atau peritonitis defekasi yang teratur
 Nyeri saat defekasi eliminasi (dalam  Identifikasi faktor (misalnya - mencegah dan mengatasi
 Tampilan atipikal pada rentang yang pengobatan, tirah baring, dan konstipasi
lansia diharapkan) diet) yang dapat menyebabkan HE
(misalnya,perubahan - Tidak ada gangguan atau berkontribusi terhadap - untuk memfasilitasi pengeluaran
status feses lunak dan konstipasi feses tanpa nyeri
mental,inkontinensia membentuk - agar pasien dapat menghindari
urine, jatu tanpa sebab - Tidak mengalami Mandiri obat yang dapat mengakibatkan
jelas,dan peningkatan gangguan - manajemen defekasi konstipasi
suhu tubuh. mengeluarkan feses - manajemen konstipasi - untuk menghindari pasien
 Darah merah segar tanpa bantuan mengonsumsi makanan yang
menyertai pengeluaran - Tidak ada darah HE tidak diperbolehkan/ rendah serat
feses dalam feses  Anjurkan pasien untuk meminta - untuk mencegah perubahan pada
 Perubahan pada suara - Tidak nyeri saat obat nyeri sebelum defekasi tanda vital, perdarahan
abdomen (borborigmi) defekasi  Informasikan kepada pasien kolaborasi
 Perubahan pada pola kemungkinan konstipasi akibat - meningkatkan makanan yang
obat berserat agar mempermudah
defekasi
 Ajarkan kepada pasien tentang dalam BAB
 Penurunan frekuensi
 Penurunan volume feses efek diet (misalnya, cairan dan - untuk mengetahui tercapainya
serat) pada eliminasi intervensi yang diberikan dengan
 Distensi abdomen
 Tekankan pentingnya menghindari mendengar apakah bising usus
 Feses yang
mengejan selama defekasi normal atau tidak
kering,keras,dan padat
 Bising usus hipoaktif atau Kolaborasi
hiperaktif  Konsultasi dengan ahli gizi
 Pengeluaran feses cair untuk meningkatkan serat dan
 Massa abdomen dapat ciran dalam diet
dipalpasi  Konsultasi dengan dokter
 Massa rectal dapat tentang penurunan atau
dipalpasi peningkatan frekuensi bising
 Bunyi pekak pada perkusi usus
abdomen
 Adanya feses seperti pasta
direktum
 Flatus berat
 Mengejan saat defekasi
 Tidak mampu
mengeluarkan feses
 Muntah.
Faktor yang Berhubungan :
 Fungsional
Kelemahan otot abdomen
Kebiasan defekasi yang
tidak teratur
Perubahan lingkungan
saat ini
 Psikologis
Depresi
Stress emosi
Konfusi mental
 Farmakologi
Antasida yang
mengandung aluminium
Kalsium karbonat
 Mekanis
Ketidakseimbangan
elektrolit
Obesitas
Hemoroid
 Fisiologis
Dehidrasi
Pola makan yang buruk.
3. Resiko syok NOC NIC Observasi
- pencegahan syok Observasi: - melihat jumlah cairan yang
Faktor resiko: - manajemen syok - monitor input dan output masuk dan keluar dari dalam
- Hipovolemia - monitor tanda awal syok tubuh
- Hipoksemia Criteria hasil: - monitor status cairan - untuk mengetahui tanda-tanda
- Hipoksia Setelah dilakukan Mandiri: syok yang terjadi pada klien
- Infeksi tindakan keperawatan - tempatkan pasien pada posisi - mengetahui ketidakseimbangan
- sepsis selama … x24 jam, supinasi, kaki elevasi cairan pada klien
masalah pasien teratasi - berikan cairan intravena dan oral Mandiri
dengan dengan tepat - untuk peningkatan preload
- nadi dalam batas HE: dengan tepat
yang diharapkan - ajarkan keluarga dan pasien - untuk mengganti cairan yang
- irama pernafasan tentang tanda dan gejala hilang
dalam batas yang datangnya syok -
diharapkan - ajarkan keluarga dan pasien HE
- serum-serum tentang langkah untuk mengatasi - Menambah informasi pada klien
elektrolit dalam gejala syok dan keluarga mengenai syok
batas normal Kolaborasi: - - Agar klien dan keluarga dapat
mengatasi syok secara mandiri
Kolaborasi : -
4. Nyeri akut NOC : NIC : Observasi
 Pengendalian nyeri Observasi - Untuk mengetahui nyeri
Batasan Karakteristik :  Tingkat nyeri  Lakukan pengkajian nyeri secara secara keseluruhan meliputi
 Mengucapkan secara komprehensif termasuk lokasi, lokasi nyeri, karakteristik
verbal atau melaporkan Kriteria Hasil : karakteristik, durasi, frekuensi, nyer, durasi nyeri, frekuensi
nyeri dengan isyarat Setelah dilakukan kualitas dan faktor presipitasi nyeri, kualitas dan faktor
 Posisi untuk mengindari tindakan keperawatan  Observasi reaksi nonverbal dari presipitasi nyeri yang
nyeri selama … x24 jam, ketidaknyamanan dirasakan
 Perubahan tonus otot masalah nyeri akut  Evaluasi pengalaman nyeri masa - Untuk mengetahui reaksi
(dengan rentang dari pasien teratasi dengan lampau nonverbal dari
lemas tidak bertenaga ketidaknyamanan yang
rentang dari lemas tidak  Memperlihatkan Mandiri dirasakan klien
bertenaga sampai kaku) pengendalian nyeri  Ajarkan tentang teknik non - Untuk mengetahui
 Respon autonomic yang dibuktikan oleh farmakologi (distraksi, tehnik pengalaman nyeri klien
(misalnya,diaphoresis,per indikator sebagai relaksasi, imajinasi terbimbing, dimasa lampau
ubahan tekanan berikut: dll)
dara,pernapasan atau nadi - Sering Mandiri
; dilatasi pupil). mengalami awitan HE - Untuk mengurangi nyeri yang
 Perubahan selera makan nyeri  Informasikan kepada pasien dirasakan
 Perilaku distraksi - Sering tenang prosedur yang dapat
(misalnya,mondar- menggunakan meningkatkan nyeri dan tawarkan HE
mandir,mencari orang tindakan strategi koping yang disarankan - Agar klien dapat mencegah
dan/atau aktivitas pencegahan  Intstruksikan pasien untuk meningkatnya nyeri dengan
lain,aktivitas berulang). - Sering menginformasikan kepada menggunakan strategi koping
 Perilaku ekspresif melaporkan nyeri perawat jika peredaan nyeri tida - Untuk mengetahui
(misalnya dapat dapat dicapai tercapainya terapi tindakan
gelisah,merintih,menangi dikendalikan keperawatan
s, kewaspadaan  Menunjukkan tingkat Kolaborasi
berlebian,peka terhadap nyeri yang  Tentukan pilihan analgesik Kolaborasi
rangsang,dan menghela dibuktikan dengan tergantung tipe dan beratnya nyeri - Agar analgesik (obat penahan
napas panjang). indikator sebagai  Tentukan analgesik pilihan, rute sakit) dapat diberikan sesuai
 Wajah topeng (nyeri) berikut: pemberian, dan dosis optimal tipe dan beratnya nyeri
 Bukti nyeri yang dapat - Tidak ada ekspresi  Berikan analgesik tepat waktu sehingga nyeri dapat teratasi.
diamati nyeri pada wajah terutama saat nyeri hebat - Agar analgesik (obat penahan
 Gangguan tidur (mata - Tidak ada gelisah sakit) dapat diberikan sesuai
terlihat kuyu,gerakan atau ketegangan otot rute pemberian dan dosis
tidak teratur atau tidk - Tidak ada durasi sehingga nyeri dapat teratasi.
menentu,dan episode nyeri - Agar analgesik (obat penahan
menyeringai). - Tidak merintih dan sakit) dapat diberikan sesuai
menangis rute pemberian dan dosis
Faktor yang Berhubungan : - Tidak gelisah sehingga nyeri dapat teratasi.
Agens-agens penyebab cedera - Agar analgesik (obat penahan
(misalnya, biologis, kimia, fisik, sakit) dapat diberikan saat
dan psikologis) nyeri hebat sehingga nyeri
dapat berkurang
5. Ansietas NOC NIC Observasi
Batasan karakteristik: - Tingkat ansietas Observasi: - Untuk mengetahui
- Gelisah - Pengendalian diri - Kaji dan dokumentasi tingkat kecemasan yang diukur
- resah terhadap ansietas kecemasan pasien termasuk dengan HARS (Hamilton
- Peningkatan ketegangan - Konsentrasi reaksi fisik Anxiety Rating Scale)
- Kesedihan yang mendalam - Koping - Gali bersama pasien tentang - Agar perawat dapat
- Nyeri mendalam tehnik yang berhasil dan tidak melanjutkan tindakan
Criteria hasil: berhasil menurunkan ansietas keperawatan selanjutnya
Faktor yang berhubungan: Setelah dilakukan
- Stress tindakan keperawatan Mandiri:
- Kebutuhan yang tidak selama … x24 jam, - Bimbingan antisipasi Mandiri
terpenuhi masalah nyeri akut - Penurunan ansietas - Agar klien dapat
- Terpajan toksin pasien teratasi dengan - Tehnik menenangkan diri mempersiapkan diri sebelum
- Ansietas berkurang - Peningkatan koping terjadi sesuatu
- Menunjukkan - Dukungan emosi - Untuk mengurangi ansietas
pengendalian diri klien
terhadap ansietas HE: - Untuk menenangkan diri
- Informasikan tentang gejala terdahap ansietas
ansietas - Untuk mengurangi rasa
- Ajarkan anggota keluarga ansietas pada klien
bagaimana membedakan antara - Untuk mendukung klien
serangan panic dan gejala mengurangi ansietas yang
penyakit fisik dirasakan

Kolaborasi: HE
- Berikan obat untuk menurunkan - Agar klien / keluarga klien
ansietas jika perlu. dapat mengetahui gejala nyeri
- Beri dorongan kepada pasien - Agar keluarga klien dapat
untuk mengungkapkan secara membedakan serangan panik
verbal pikiran dan perasaan dan gejala penyakit fisik

Kolaborasi
- untuk mengurangi ansietas
yang dirasakan klien
- agar perawat dapat
mengetahui tercapainya
tindakan keperawatan yang
dilakukan agar dapat
melakukan tindakan
keperawatan selanjutnya
6. Hipertermi NOC NIC Observasi
Batasan karakteristik: - Termoregulasi Observasi: - untuk mengetahui
- Suhu tubuh meningkat diatas - Tanda-tanda vital - Pantau hidrasi pengeluaran cairan saat
rentang normal - Pantau tekanan darah, denyut terjadi hipertermi
- Teraba hangat Kriteria Hasil: nadi, dan frekuensi pernafasan - untuk mengetahui
Setelah dilakukan ketidaknormalan tekanan
Faktor yang berhubungan: tindakan keperawatan Mandiri: darah, denyut nadi dan
- Dehidrasi selama … x24 jam, - Terapi demam : Kompres dengan frekuensi pernapasan saat
- Penyakit atau trauma masalah nyeri akut air hangat terjadi hipertermi
- Peningkatan laju metabolisme pasien teratasi dengan - Regulasi suhu
- Gunakan mandi air hangat Mandiri
- Suhu tetap normal - untuk mengurangi hipertermi
- Keseimbangan HE: klien
cairan tetap stabil - Ajarkan pasien atau keluarga - agar klien dapat
- Komplikasi seperti dalam mengukur suhu untuk mempertahankan suhu klien
kejang dapat mencegah dan mengenali secara pada batas normal
dihindari dini hipertermia - untuk mengurangi gangguan
- Ajarkan indikasi keletihan akibat suhu tubuh klien
panas dan tindak kedaruratan HE
yang diperlukan - agar klien dapat mencegah
dan mengenali hipertermia
Kolaborasi: secara komprehensif
- Berikan obat antipiretik jika - agar tidak terjadi keletihan
perlu akibat panas dan tindakan
kedaruratan saat terjadi
hipertermia

Kolaborasi
- untuk mengurangi suhu tubuh
klien
7. Ganguan pola tidur NOC NIC Observasi:
- reduksi ansietas Observasi: - Untuk mengoptimalkan kebutuhan
Batasan karakteristik: - tingkat kenyamanan - monitor waktu makan dan tidur pasien sesuai kebetuhan
- Perubahan pola tidur normal - tingkat nyeri minum dengan waktu tidur - Untuk mengetahui berapa lama
- Ketidak puasan tidur - istirahat: tingkat dan - monitor atau catat kebutuhan kebutuhan tidur pasien setiap harinya
- menyatakan tidak merasa pola tidur pasien setiap hari dan jam
cukup istirahat - tidur: tingkat dan Mandiri: Mandiri:
pola - determinasi efek-efek medikasi - Untuk mencegah terjadinya
faktor yang berhubungan: terhadap pola tidur gangguan pola tidur karena efek
- gangguan criteria hasil: - fasilitasi untuk mempertahankan medikasi.
- kurang control tidur Setelah dilakukan aktivitas sebelum tidur - Untuk merangsang timbulnya
tindakan keperawatan HE: keletihan sehingga pasien lebih
selama … x24 jam, - Jelaskan pentingnya tidur yang mudah dalam istirahat.
masalah nyeri akut adekuat HE:
pasien teratasi dengan - Instruksikan untuk monitor tidur - Agar pasien memahami
- jumlah jam tidur pasien pentingnya kebutuhan tidur.
dalam batas normal Kolaborasi: - Agar pola tidur pasien terjaga
6 sampai 8 jam - Kolaborasi pemberian obat tidur dan teratur.
perhari - Diskusikan dengan pasien dan
- pola tidur, kualitas keluarga tentang tehnik tidur Kolaborasi:
dalam batas normal pasien - Untuk membantu pasien
- perasaan segar mencapai kebutuhan tidurnya.
sesudah tidur atau - Untuk membantu pasien
istirahat menemukan cara mudah untuk
tidur.
-
8. Resiko infeksi (00004) NOC NIC Observasi
- Status imun Observasi: -Untuk mencegah terjadinya infeksi
Faktor resiko: - Keperahan infeksi - Pantau tanda dan gejala infeksi -Untuk mengetahui faktor yang
- Penekanan sistem imun criteria hasil: - Kaji faktor yang dapat dapat memicu terjadinya infeksi dan
- Penngkatan pemajanan Setelah dilakukan meningkatkan kerentanan mencegah terjadinya infeksi
lingkungan tehadap patogen tindakan keperawatan terhadap infeksi -Untuk mengetahui penyebab
- Kerusakan jaringan selama … x24 jam, - Pantau hasil laboratorium terjadinya infeksi
masalah nyeri akut Mandiri: Mandiri :
pasien teratasi dengan - Perawatan sirkulasi: insufisiensi -Untuk mengembalikan sirkulasi
- Faktor resiko infeksi arteri pembuluh darah arteri dapat menutup
akan hilang - Skrining kesehatan dan membuka dengan normal.
- Terbebas dari tanda - Pengendalian infeksi - Untuk mengetahui keadaan normal
dan gejala infeksi HE: atau abnormal organ tubuh maupun
- Mengindikasikan - instruksikan untuk menjaga fungsinya
status higiene personal untuk -Untuk menyembuhkan infeksi
gastrointestinal, melindungi tubuh terhadap
pernafasan, infeksi HE :
genitourinari, dan - bantu pasien/keluarga untuk - untuk melindungi tubuh terhadap
imun dalam batas mengidentifikasi faktor infeksi
normal. lingkungan gaya hidup atau - Agar pasien dan keluarga
praktek kesehatan yang mengetahui faktor-faktor yang
meingkatkan resiko infeksi dapat mempengaruhi resiko
- pengendalian infeksi: ajarkan infeksi.
pasien dengan keluarga mengenai - Agar pasien mengetahui tanda
tanda dan gejala infeksi serta dan gejala infeksi
kapan harus melakukannya
kepenyedia layanan kesehatan Kolaborasi:
- Untuk mengurangi dan
Kolaborasi: membunuh bakteri atau virus
- Berikan terapi antibiotik bila penyebab infeksi.
diperlukan - Untuk mencegah terjadinya
- Melakukan tindakan operasi penyebaran infeksi pada pasien.
apabila diperlukan
DAFTAR PUSTAKA

Chahayaningrum,Tenti. 2012. Asuhan Keperawatan Pada Tn. S Dengan


LaparatomiPada Ileus Obstruksi Di Instalasi Bedah SentralRsud Dr
Moewardi Surakarta.Universitas Muhammadiyah Surakarta: Surakarta
(jurnal).

Herdman, T. Heather. 2012. Diagnosis keperawatan: definisi dan klasifikasi


2012- 2014. EGC: Jakarta

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/34591/3/Chapter%20II.
pdf . diakses pada tanggal 7 November 2015

Indrayani, M Novi. 2013. Diagnosis Dan Tata Laksana Ileus Obstruktif.


Universitas Udayana : Denpasar (jurnal)

Nurarif, Amin Huda. Kusuma, Hardhi. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan


Berdasarkan Diagnose Medis Dan Nanda Nic – Noc Edisi Revisi Jilid
2. Media Action : Yogjakarta.

Pasaribu,Nelly. 2012. Karakteristik Penderita Ileus Obstruktif Yang Dirawat


Inap Di Rsud Dr. Pirngadi Medan Tahun 2007-2010.Universitas
Sumatera Utara : Sumatera Utara (jurnal)

Price &Wilson, (2007). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses


Penyakit. Edisi 6, Volume1. EGC: Jakarta.

Sjamsuhidajat. 2006. Manual Rekam Medis. Jakarta: Konsil Kedokteran


Indonesia

Wilkinson, J. M., & Ahern, N. R. (2011). Diagnosis Keperawatan Edisi 9.


EGC:Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai