PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setelah kekuasaan daulat Bani Abbasiyah di Baghdad runtuh akibat serangan
tentara Mongol. kekuatan politik Islam mengalami kemunduran secara drastis.
Wilayah kekuasaannya terpecah belah menjadi beberapa kerajaan kecil, satu sama
lain saling berperang dan menjatuhkan. Kemajuan-kemajuan kebudayaan dan
peradaban Islam yang pernah dicapai di masa kejayaannya hilang tak berbekas dan
hancur akibat serangan tentara Mongol. Tentara Mongol di bawah pimpinan Timur
Lenk dengan kejamnya merusak dan memporak-porandakan pusat-pusat kekuasaan
Islam. Kemunduran umat Islam dalam dunia politik ini baru dapat kembali
mengalami kemajuan setelah muncul dan berkembangnya tiga kerajaan bsar yakni
kerajaan Usmani di Turki, Safawi di Persia, dan Mughol di India). Pada makalah ini
penulis akan membahas khusus kerajaan Utsmani di Turki.
B. Rumusan masalah
1. Bagaimana awal mula Turki Utsmani?
2. Bagaimana asal usul Turki Utsmani?
3. Siapa saja sultan dan khalifah dinasti Turki Utsmani?
4. Bagaimana masa kesultanan dan khilafahn dinasti Turki Utsmani?
5. Bagaimana sistem kebudayaan Turki Utsmani?
6. Apa saja kemajuan/kelebihan Turki Utsmani?
7. Apa penyebab kemunduran Turki Utsmani?
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
Abrari Syauqi dkk, Sejarah Peradaban Islam, (Yogyakarta: Aswaja Pressindo, 2016), hlm. 134.
3
Abrari Syauqi dkk, Sejarah Peradaban Islam, (Yogyakarta: Aswaja Pressindo, 2016), hlm. 135.
2
itulah berdiri Dinasti Turki Usmani. Usman memindahkan Ibu kota ke Yeniy. Pada
699 H (1300 M) Sultan Alauddin meninggal, maka Usman mengumumkan diri
sebagai Sultan yang berdaulat penuh. Ia mengkampanyekan dirinya dengan
mencetak mata uang dan pembacaan khutbah atas nama dirinya. Kekuatan Militer
yang dimiliki oleh Usman menjadi benteng pertahanan bagi kerajaan-kerajaan kecil
dari serangan Mongol. Dengan demikian, secara tidak langsung mereka mengakui
Usman sebagai penguasa tertinggi Eropa. 4
4
Abrari Syauqi dkk, Sejarah Peradaban Islam, (Yogyakarta: Aswaja Pressindo, 2016), hlm. 135.
5
Abrari Syauqi dkk, Sejarah Peradaban Islam, (Yogyakarta: Aswaja Pressindo, 2016), hlm. 136.
6
Abrari Syauqi dkk, Sejarah Peradaban Islam, (Yogyakarta: Aswaja Pressindo, 2016), hlm. 137.
7
Abrari Syauqi dkk, Sejarah Peradaban Islam, (Yogyakarta: Aswaja Pressindo, 2016), hlm. 138-140.
3
5. Sultan Al-Ghazi Muhammad I (816-824 H)
8
Ahmad Al-Usairy, Sejarah Islam, (Jakarta: Akbar Media Eka Sarana, 2003), hlm. 360.
5
3. Sultan Murad I
Dalam kepemimpinannya Sultan Murad I memantapkan keamanan dalam
negeri, selain itu ia juga. Ia dapat menaklukkan Andrianope yang kemudian
dijadikannya sebagai ibukota yang baru. Dengan itu bangsa Turki dapat
mengepung Kerajaan Byzantium dari segala penjuru. Pada saat itu pasukan
Turki Utsmani sedang menghadapi serangan dari bangsa-bangsa Slavia seperti
kerajaan Bulgaria dan Serbia. Dalam pertempuran di Kassawa, tentara Slavia
kalah dan raja Serbiia mati terbunuh. Maka tuduklah kerajaan Serbia dan
bulgariakepada Turki Utsmani.9
4. Sultan Bayezid I
Usahanya dalam negeri antara lain adalah senantiasa mendidik kader-kader
militan yang akan diserahi jabatan-jabatan tinggi. Selama pemerintahannya ia
dapat menaklukan Saloniki dan tanah Semenanjung Morea.
Usaha ke luar negerinya yaitu membawa kemenangan dalam pertempuran di
Nivopolis tahun 1396 M yang berhadapan dengan paskan Kristen Magyar dan
Slavia di bawah pimpinan raja hongaria Sijisman. Pertempuran hebat terjadi di
Ankara tahun 1402 M, dimana tentara Turki Utsmani mengalami kekalahan dan
Bayazid bersama anaknya, Musa tertawan dan wafat dalam tawanan tahun 1403
M.
5. Sultan Muhammad
Kekacauan akibat kekalahan Bayazid I dapat diatasi oleh putera bungsunya,
Sultan Muhammad I pada tahun 1413 M. Ia berusaha menyatukan daulat-
daulatnya, menegmbalikan kekuatan dan kekuasaan seperti semula. Ia juga
mengadakan perjanjian damai dengan Byzantium dan Republik Venesia.
6. Sultan Murad II
Sultan Murad II membalas dendam terhadap Byzantium dengan
mengadakan pengepungan kota Konstantinopel. Namun,pengepungan harus
berhenti karena ada pemberontakan persaudaraan.
Bangsa-bangsa Serbia, Bulgaria, Bosnia, Albania, Rumania, dan Hongaria yang
bersatu di bawah pimpinan Raja Hunydoy dari Hongaria melawan pasukan
Turki Utsmani. Dalam pertempuran ini pasukan Turki Utsmani mengalami
kekalahan pada tahun 1422 M. Namun pada tahun 1443 M, pertempuran
dilanjutkan dengan tambahan pasukan Salib. Pasukan Turki terpaksa mundur
dan Sultan Murad II meminta berdamai. Dan terjadilah perjanjian di Zegedin
tahun 1444 M, yang isinya:
a) Serbia mendapat kemerdekaan kembali.
9
Muslih, Sejarah Peradaban Islam, (Semarang: CV. Karya Abadi Jaya, 2015), hlm. 220-221.
6
b) Rumania bergabung dengan Hongaria.
c) Diadakan gencatan senjata selama 10 tahun.
Tetapi pasukan Hunydoy melanggar perjanjian dsn mengadakan penyerbuan
mendadak ke wilayah Turki sampai Laut Hitam. Terpaksa Sultan Murad II
membawa 4000 pasukan untuk menyerbu Hongaria. Dan pasukan Turki
mengalami kemenangan sehingga, Serbia dan Bosnia kembali menjadi
kekuasaannya pada tahun 1450 M.10
7. Sultan Muhammad
Pada masa Sultan Muhammad II, Turki Utsmani mengalami puncak
kejayaan sehingga, beliau disebut Muhammad Al-Fatih. Ia dapat mengalahkan
Byzantium dan menaklukkan Konstantinopel pada tahun 1453 M. Kemenangan
ini yang dapat melepaskan umat Islam dari keadaan sebaliknya dan
mengembalikan semangatmya orang muslim
8. Khalifah Salim
Usahanya adalah mengalihkan perhatian ke Timur dengan menaklukkan
Persia, Syria, dan dinasti Mamalik di Mesir. Dia juga membuat ketetapan
menyatukan umat Islam di bawah kekuasaan Utsmaniyah, untuk menghadapi
kedatangan orang-orang salib. Dia mengalahkan pemerintahan As-Shafawiyah
(Safawid-Syiah) yang telah bersekutu dengan orang-orang Portugis menghadapi
kaum muslimin. Dia memasuki ibukota Tibriz pada tahun 920 H setelah Perang
Jaladiran.11
10
Muslih, Sejarah Peradaban Islam, (Semarang: CV. Karya Abadi Jaya, 2015), hlm 221-223.
11
Ahmad Al-Usairy, Sejarah Islam, (Jakarta: Akbar Media Eka Sarana, 2003), hlm. 363.
7
Mamluk di Syam dalam Perang Marj Dabik di Halb pada tahun 922 H. Dia
berhasil membunuh Sultan Mamluk Qanshawah Al-Ghawri. Kemudian
menyerang Mamluk di Mesir dalam Perang Ridaniyah dekat dengan Kairo pada
tahun 923 H dan membunuh penguasanya Thuman Bey. Dengan demikian,
berakhirlah pemerintahan Mamluk.12
a. Kebudayaan Persia
Bangsa Turki Utsmani banyak mengambil ajaran-ajaran etika, meniru politik
dari kebudayaan Persia.
b. Kondisi Alam Asia Tengah
Dari kondisi alam Asia Tengah ini membentuk kepribadian dan karakteristik
bangsa Turki Utsmani.
c. Hasil Perpaduan dengan Kebudayaan Byzantium
Turki Utsmani meniru organisasi kemiliteran dan susunan pemerintahan dari
kebudayaan Byzantium.
d. Bangsa Arab, Guru pertama Turki Utsmani
Bangsa Turki Utsmani menyerap ilmu bangsa Arab dan memeluk agamanya
(islam) yang memuat ajaran prinsip-prinsip ekonomi, sosial dan
kemasyarakatan dan hukum.
2. Bentuk Kekuasaan
a. Sultan dan Kekuasaan mutlak
12
Ahmad Al-Usairy, Sejarah Islam, (Jakarta: Akbar Media Eka Sarana, 2003), hlm. 364.
13
Muslih, Sejarah Peradaban Islam, (Semarang: CV. Karya Abadi Jaya, 2015), hlm 224-225.
8
Sultan Utsmani berkuasa secara mutlak dan diktator atau sewenang-
wenang. Seperti pada awal masa pemerintahan seorang sultan, yang
seringkali diwarnai dengan pembunuhan dengan saudaranya sendiri.
b. Gelar sultan
Seseorang Sultan Utsmani mempunyai beberapa gelar, seperti yang ada di
dalam isi dari pembukaan surat Sultan Sulaiman Al Qanuni.14
c. Putra Mahkota
Putra mahkota dalam sistem pemerintahan Turki Utsmani adalah putra
sulung Sultan.
d. Para Pembantu Sultan
Dalam menjalanjan pemerintahan, sultan dibantu oleh :
(1) Al Shadr Al Adham (perdana menteri).
(2) Gubernur (pasya) sebagai kepala daerah tingkat I.
(3) Bupati (Al Sanazing atau Al Alawiyyah).
e. Para Pejabat Tinggi Negara Non-Turki
Jumlah bangsa Turki yang menduduki wilayah Imperium Turki sangat
minoritas, sehingga bangsa Turki membutuhkan bangsa lain seperti orang-
orang Eropa untuk menduduki jabatan tersebut.
f. Hak Guna Tanah
Pola kebijaksanaan pemerintahan Turki Utsmani di bidang agraria
mengikuti pola kebijaksanaan pemerintahan Byzantium, yang tetap
memberlakukan undang-undang agraria warisan Byzantium.
3. Dinas Ketentaraan
Asal Usul Tentara Utsmani dan Perkumpulan Inkisyariyyah. Tentara
Utsmani dari segi susunan organisasinya kurang rapi, maka dibentuk tentara
yang lebih ketat lagi. Tetapi mereka lali dengan tugasnya, kemudian Urkhan
membentuk tentara baru dari orang-orang non-Turki.
Penguasa Turki cenderung mengambil orang-orang Kristen yang telah
berpengalaman, lalu ata pertimbangan agama mereka mengambil anak orang
Nasrani untuk dididik dan diarahkan agar masuk islam. Dari sinilah terbentuk
pasukan Jenissaries Inkisyariyyah (tentara baru).
Berkat ketangguhan tentara Inkisyariyyah ini Turki Utsmani selalu
mendapat kemenangan dalam pertempuran. Akan tetapi, kemudian
Inkisyariyyah sering menjadi sumber petaka di dalam negeri. Mereka sering
memebrontak dan akhirnya ditumpas dan berakhirlah pasukan Inkisyariyyah.
15
4. Seni Arsitektur
14
Yusliani Noor, Sejarah Timur Tengah, (Yogyakarta: Penerbit Ombak, 2014), hlm 203-205.
15
Yusliani Noor, Sejarah Timur Tengah, (Yogyakarta: Penerbit Ombak, 2014), hlm 205-207.
9
Bangsa Turki Utsmani menonjol dalam bidang arsitektur, dibuktikan
dengan banyak peninggalan-peninggalan seperti masjid, sekolah agama,
asrama, dan surau, mushola. Contohnya seperti peninggalan seni arsitektur
Turki Utsmani yaitu Masjid Bayazid yang mempunyai keistimewaan bahan
materialnya dan meniru gaya Persia.16
17
Yatim Badri, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2012), hlm.133-134.
18
Yatim Badri, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2012), hlm.135-136.
10
Agama dalam tradisi masyarakat Turki mempunyai peranan besar dalam
lapangan sosial dan politik. Masyarakat di golong-golongkan berdasarkan
agama, dan kerajaan sendiri sangat terikat dengan syariat sehingga fatwa ulama
menjadi hukum yang berlaku. Karea itu, ulama memounyai tempat tersendiri
dan berperan besar dalam kerajaan dan masyarakat. Mufti sebagai pejabat urusan
agama tertinggi, berwenang memberi fatwa resmi terhadap problema keagamaan
yang di hadapi masyarakat.19
20
Muslih, Sejarah Peradaban Islam, (Semarang: CV. Karya Abadi Jaya, 2015), hlm 228-230.
11
5. Kebobrokan Konstantinopel
Kerajaan Utsmani hanya memeperoleh wabah penyakit dengan menguasai
Konstantinopel karena tindakan jahat dari Raja Byzantium dan para putera dan
aparat negaranya.
6. Budaya pungli
Kebudayaan pungli yang dilakukan kerajaan Turki Utsmani dapat mejadikan
kerusakan sendiri dalam pemerintahan mereka. Sebab, mereka bisa
mengorbankan kepentingan negara hanya untuk kepentingan pribadinya.
8. Dedikasi moral
Kemerosotan moral di kalangan para khalifah Utsmani yang lebih menyukai
kehidupan yang bertentangan dengan ajaran Islam dan logika yang benar,
sehingga istana selalu riuh dengan maksiat.
21
Yusliani Noor, Sejarah Timur Tengah, (Yogyakarta: Penerbit Ombak, 2014), hlm 208-211.
12
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Nama Turki Utsmani diambil dan dibangsakan kepada Sultan Utsmani raja
pertama Turki Utsmani. Kerajaan/dinasti turki utsmani tidak henti-hentinya
berperang dan berjihad melawan para musuh Islam selama lebih dari enam abad
yang dipimpin oleh 37 orang sultan dan khalifah silih berganti.
Pada masa kesultan dapat menguasai kota terpenting yaitu Brousse,mendirikan
pabrik mata uang, melakukan perluasan daerah ke Benua Eropa, melakukan
pengepungan kota Konstantinopel dan lainnya. Pada masa khalif Salim, khalifah
Abbasiyah di Kairo menyerahkan khilafah dan pada masa khalifah Sulaiman, ia
berhasil menundukkan Irak, Belgrado, Pulau Rodhes, Tunis, Budapest, dan Yaman.
Kelebihan Turki Utsmani diantaranya memiliki kekuatan militer yang besar dan
kuat, jaringan/susunan pemerintahan yang teratur, dan keahlian dalam bidang seni
arsitektur.
Kemunduran Turki Utsmani disebabkan beberapa faktor antara lain merosotnya
perekonomian negara, perluasan wilayah kekuasaan, stagnasi di bidang ilmu dan
teknologi, pemberontakan Jenissary dan Inkisyariyah, kebobrokan Konstantinopel
dan lain-lain.
13
DAFTAR PUSTAKA
Al-Usairy, Ahmad. 2003. Sejarah Islam, Jakarta: Akbar Media Eka Sarana.
Muslih. 2015. Sejarah Peradaban Islam, Semarang: CV. Karya Abadi Jaya.
Yatim, Badri. 1995. Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
14
lampiran
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25