HIPEREMESIS GRAVIDARUM
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Mual dan muntah merupakan salah satu gejala paling awal, paling umum dan paling
menyebabkan stres yang dikaitkan dengan kehamilan. Akan tetapi, dokter obstetri dan dokter
umum menganggap mual dan muntah hanya semata-mata merupakan sebuah gejala fisiolo-
gis, dan sebuah masalah yang sering kali membuat mereka merasa tidak berdaya untuk mem-
bantu mengatasinya. Mual dan muntah sering kali diabaikan karena dianggap sebagai sebuah
konsekuensi normal di awal kehamilan tanpa mengakui dampak hebat yang ditimbulkannya
pada wanita dan keluarga mereka (Denise Tiran, 2008).
Mual dan muntah merupakan gangguan yang paling sering kita jumpai pada kehami-
lan muda dan dikemukakan oleh 50-70% wanita hamil dalam 16 minggu pertama. Kurang
lebih 66% wanita hamil trimester pertama mengalami mual-mual dan 44% mengalami
muntah-muntah.
Bila wanita hamil memuntahkan segala apa yang dimakan dan diminum hingga berat
badannya sangat turun, turgor kulit berkurang, diuresis berkurang dan timbul asetonuri,
keadaan ini disebut hiperemesis gravidarum dan memerlukan perawatan di rumah sakit.
Perbandingan insiden hiperemesis gravidarum 4:1000 kehamilan. Sindrom ini ditandai
dengan adanya muntah yang sering, penurunan berat badan, dehidrasi, asidosis karena ke-
laparan, alkalosis, yang disebabkan menurunnya asam HCl lambung dan hipokalemia.
Dampak yang ditimbulkan pada ibu yaitu kekurangan nutrisi dan cairan sehingga
keadaan fisik ibu menjadi lemah dan lelah dapat pula mengakibatkan gangguan asam basa,
pneumini aspirasi, robekan mukosa pada hubungan gastroesofagi yang menyebabakn
peredaran ruptur esofagus, kerusakan hepar dan kerusakan ginjal, ini akan memberikan
pengaruh pada pertumbuhan dan perkembangan janin karena nutrisi yang tidak terpenuhi atau
tidak sesuai dengan kehamilan, yang mengakibatkan peredaran darah janin berkurang (se-
tiawan, 2007). Pada janin/bayi, jika hiperemesis ini terjadi hanya di awal kehamilan tidak
berdampak terlalu serius, tapi jika sepanjang kehamilan si ibu menderita hiperemesis gravi-
darum, maka kemungkinan bayinya mengalami BBLR, IUGR, Premtur hingga menjadi abor-
tus (Wiknjosastro, 2005).
1.3 Tujuan
1. Mengetahui definisi hiperemesis gravidarum
2. Mengetahui etiologi hiperemesis gravidarum
3. Mengetahui patologi hiperemesis gravidarum
4. Mengetahui patofisiologi hiperemesis gravidarum
5. Mengetahui tanda dan gejala hiperemesis gravidarum
6. Mengetahui pemeriksaan hiperemesis gravidarum
7. Mengetahui penatalaksanaan hiperemesis gravidarum
8. Mengetahui asuhan keperawatan pada klien hiperemesis gravidarum
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1 Definisi Hiperemesis Gravidarum
Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah berlebihan pada wanita hamil sampai
mengganggu pekerjaan sehari-hari karena keadaan umumnya menjadi buruk, karena terjadi
dehidrasi (Rustam Mochtar, 1998).
Mual dan muntah yang menetap selama kehamilan yang mengganggu asupan cairan dan
nutrisi; awitan biasanya terjadi sebelum 20 minggu kehamilan; cukup berat hingga mengaki-
batkan penurunan berat badan, dan ketidakseimbangan cairan dan elektrolit (Geri Morgan
and Carole Hamilton, 2009).
Mual biasanya terjadi pada pagi hari, tetapi dapat pula timbul setiap saat dan malam hari.
Gejala-gejala ini kurang lebih terjadi 6 minggu setelah hari pertama haid terakhir dan ber-
langsung selama kurang lebih 10 minggu (Sarwono Prawirohardjo, 2002).
Hiperemesis Gravidarum (Vomitus yang merusak dalam kehamilan) adalah nausea dan
vomitus dalam kehamilan yang berkembang sedemikian luas sehingga terjadi efek sistemik,
dehidrasi dan penurunan berat badan (Ben-Zion Taber,M.D, 1994).
3. Faktor alergi.
Terjadi invasi jaringan vili Chorialis yang masuk ke dalam peredaran darah ibu.
2.3 Patologi Hiperemesis Gravidarum
a. Hepar : pada tingkat ringan hanya ditemukan degenerasi lemak sentrilobuler tanpa
nekrosis
b. Jantung : jantung atrofi, kecil dari biasa. Kadang kala dijumpai perdarahan sub-
endokardial
c. Otak : terdapat bercak perdarahan otak.
d. Ginjal : tampak pucat dan degenerasi lemak pada tubuli kontorti.
(Rustam Mochtar, 1998).
2. Pemeriksaan fisik
a) Berat badan ( dan hubungannya dengan berat badan sebelumnya)
b) Suhu badan , denyut nadi, dan frekuensi pernafasan
c) Turgor kulit
d) Kelembapan membrane mukosa
e) Kondisi lidah ( bengkak, kering, pecah-pecah)
f) Palpasi abdomen untuk melihat pembesaran organ , nyeri tekan dan distensi
g) Bising usus
h) Bau buah ketika bernapas
i) Pengkajian pertumbuhan janin.
3. Laboratorium
a) Pemeriksaan keton dalam urine
b) Urinalis
c) BUN dan elektrolit
d) Tes fungsi ginjal (singkirkan kemungkinan hepatitis, pankreatitis, dan kolestasis)
e) TSH dan T4 (singkirkan kemungkinan penyakit gondok)
4. Pengkajian
Kondisi yang mengindikasikan bahwa wanita mengalami dehidrasi meliputi turgor kulit
buruk, peningkatan frekuensi nadi dan pernapasan, penurunan haluaran urine, dan pening-
katan berat jenis urine.
2.7 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada ibu dengan hiperemesis gravidarum menurut (Ai Yeyeh Rukiyah dan
Lia Yulianti, 2010) dimulai dengan :
1. Pencegahan
Pencegahan terhadap Hiperemesis gravidarum perlu dilaksanakan dengan jalan memberikan
penerangan tentang kehamilan dan persalinan sebagai suatu proses yang fisiologik. Hal itu
dapat dilakukan dengan cara :
a) Memberikan keyakinan bahwa mual dan kadang-kadang muntah merupakan gejala yang
fisiologik pada kehamilan muda dan akan hilang setelah kehamilan berumur 4 bulan.
b) Menganjurkan mengubah makanan sehari-hari dengan makanan dalam jumlah kecil, tetapi
lebih sering.
c) Waktu bangun pagi jangan segera turun dari tempat tidur, tetapi dianjurkan untuk makan roti
kering atau biskuit dengan teh hangat.
d) Hindari makanan yang berminyak dan berbau lemak.
e) Makan makanan dan minuman yang disajikan jangan terlalu panas atau terlalu dingin.
f) Menjamin defekasi teratur.
g) Menganjurkan makan makanan yang banyak mengandung gula untuk menghindarkan keku-
rangan karbohidrat.
2. Terapi obat-obatan
Apabila dengan cara diatas keluhan dan gejala tidak berkurang maka diperlukan pengobatan.
a) Sedativa yang sering diberikan adalah pohenobarbital.
b) Vitamin yang dianjurkan yaitu vitamin B1 dan B2 yang berfungsi untuk mempertahankan
kesehatan syaraf, jantung, otot, serta meningkatkan pertumbuhan dan perbaikan sel (Admin,
2007) dan B6 berfungsi menurunkan keluhan atau gangguan mual bagi ibu hamil dan juga
membantu dalam sintesa lemak untuk pembentukan sel darah merah (Admin, 2007).
c) Antihistaminika juga dianjurkan.
d) Pada keadaan lebih berat diberikan antiemetik seperti diklomin hidrokhloride, avomin
(Winkjosastro, 2005).
3. Isolasi
Isolasi dilakukan dalam kamar yang tenang tetapi cerah dan peredaran udara baik hanya
dokter dan perawat yang boleh keluar masuk sampai muntah berhenti dan pasien mau makan.
Catat cairan yang masuk dan keluar, tidak diberikan makan dan minum selama 24 jam. Ka-
dang-kadang dengan isolasi saja gejala-gejala akan berkurang atau hilang tanpa pengobatan.
4. Terapi psikologik
Perlu diyakinkan kepada penderita bahwa penyakit dapat disembuhkan, hilangkan rasa
takut oleh karena kehamilan, kurangi pekerjaan sertamenghilangkan masalah dan konflik,
yang kiranya dapat menjadi latar belakang penyakit ini (Wiknjosastro, 2005).
Bantuan yang positif dalam mengatasi permasalahan psikologis dan sosial dinilai cukup
signifikan memberikan kemajuan keadaan umum (Admin, 2008).
5. Diet
1) Diet hiperemesis I diberikan pada hiperemesis tingkat III. Makanan hanya berupa roti kering
dan buah-buahan. Cairan tidak diberikan bersama makanan tetapi 1-2 jam sesudahnya. Ma-
kanan ini kurang dalam semua zat–zat gizi, kecuali vitamin C, karena itu hanya diberikan
selama beberapa hari
2) Diet hiperemesis II diberikan bila rasa mual dan muntah berkurang. Secara berangsur mulai
diberikan makanan yang bernilai gizi tinggi. Minuman tidak diberikan bersama makanan .
Makanan ini rendah dalam semua zat-zat gizi kecuali vitamin A dan D.
3) Diet hiperemesis III diberikan kepada penderita dengan hiperemesis ringan. Menurut
kesanggupan penderita minuman boleh diberikan bersama makanan. Makanan ini cukup da-
lam semua zat gizi kecuali Kalsium. (Taufan Nugroho, 2010).
6. Terapi parenteral
Berikan cairan parenteral yang cukup elektrolit, karbohidrat dan protein dengan glukosa 5
% dalam cairan fisiologis sebanya 2-3 liter sehari. Bila perlu dapat ditambah kalium dan vit-
amin khususnya vitamin B kompleks dn vitamin C dan bila ada kekurangan protein, dapat
diberikan pula asam amino secara intravena. dibuat dalam daftar kontrol cairan yang masuk
dan dikeluarkan. Air kencing perlu diperiksakan sehari-hari terhadap protein, aseton, klorida,
dan bilirubin. Suhu dan nadi diperiksa setiap 4 jam dan tekanan darah 3 kali sehari. Dil-
akukan pemeriksaan hematokrit pada permulaan dan seterusnya menurut keperluan. Bila
selama 24 jam penderita tidak muntah dan keadaan umum bertambah baik dapat dicoba untuk
diberikan minuman, dan lambat laun minuman dapat ditambah dengan makanan yang tidak
cair. Dengan penanganan diatas, pada umumnya gejala-gejala akan berkurang dan keadaaan
akan bertambah baik (Ai Yeyeh Rukiyah dan Lia Yulianti, 2010).
7. Penghentian kehamilan
Pada sebagian kecil kasus keadaan tidak menjadi baik, bahkan mundur. Usahakan menga-
dakan pemeriksaan medik dan psikiatrik jika memburuk. Delirium, kebutaan, takikardia,
ikterus, anuria, dan perdarahan merupakan manifestasi komplikasi organik. Dalam keadaan
demikian perlu dipertimbangkan untuk mengakhiri kehamilan. Keputusan untuk melakukan
abortus terapeutik sering sulit diambil, oleh karena disatu pihak tidak boleh dilakukan terlalu
capat dan dipihak lain tidak boleh menunggu sampai terjadi irreversible pada organ vital
(Wiknjosastro, 2005).
8. Komplikasi
Dampak yang ditimbulkan dapat terjadi pada ibu dan janin, seperti ibu akan kekurangan
nutrisi dan cairan sehingga keadaan fisik ibu menjadi lemah dan lelah dapat pula mengaki-
batkan gangguan asam basa, pneumini aspirasi, robekan mukosa pada hubungan gastroesofa-
gi yang menyebabakn peredaran ruptur esofagus, kerusakan hepar dan kerusakan ginjal, ini
akan memberikan pengaruh pada pertumbuhan dan perkembangan janin karena nutrisi yang
tidak terpenuhi atau tidak sesuai dengan kehamilan, yang mengakibatkan peredaran darah
janin berkurang (setiawan, 2007). Pada bayi, jika hiperemesis ini terjadi hanya di awal ke-
hamilan tidak berdampak terlalu serius, tapi jika sepanjang kehamilan si ibu menderita
hiperemesis gravidarum, maka kemungkinan bayinya mengalami BBLR, IUGR, Premtur
hingga menjadi abortus (Wiknjosastro, 2005).
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
1. Data Subjektif
Nausea dan vomitus merupakan gejala-gejala utama. Pasien tidak dapat menahan ma-
kanan dan kehilangan berat badan. Beberapa pasien mengeluh air liurnya berlebi-
han/hipersalivasi.
Riwayat haid: Sebagian besar pasien sadar akan haid yang tidak datang dan mengetahui
bahwa mereka hamil. Tetapi kadang-kadang pasien tidak dapat memberikan informasi yang
penting ini, sehingga mengaburkan diagnosis (Ben-Zion Taber,M.D, 1994).
2. Data Objektif
a. Pemeriksaan fisik
1) Pemeriksaan umum
Kulit dan membrane mukosa sering tampak kering dan turgor menurun. Pasien dapat
menjadi kurus. Vomitus yang iritatif dapat membuat erosi pada bibir dan wajah bagian
bawah; lidah tampak merah, kering dan pecah-pecah. Faring kering dan merah, dan perna-
paan berbau busuk dengan bau seperti buah-buahan yang khas untuk ketoasidosis.
Takikardia dan hipotensi dapat menunjukkan dehidrasi hipovolemia. Pada penyakit yang
berat dan berkepanjangan, aberasi mental, delirium, sakit kepala, stupor dan koma dapat ter-
jadi.
2) Pemeriksaan abdomen
Pemeriksaan ini biasanya normal, meskipun rasa sakit dihepar dapat ditemukan.
3) Pemeriksaan pelvis
Uterus lunak dan membesarkan sesuai dengan umur gestasi.
(Ben-Zion Taber,M.D, 1994)
c. Tes Laboratorium
1) Pemeriksaan darah lengkap dengan apusan darah
Nilai hemoglobin dan hematokrit yang meningkat menunjukkan hemokosentrasi berkai-
tan dengan dehidrasi. Anemia mungkin merupakan konsekuensi dari malnutrisi.
2) Urinalisis
Urin biasanya hanya sedikit dan mempunyai kosentrasi tinggi sebagai akibat dehidrasi.
Aseton menunjukkan asidosis starvasi (Ben-Zion Taber,M.D, 1994).
Rasional : Aktifitas yang ditoleransi sebelumnya mungkin tidak dimodifikasi untuk wanita
beresiko.
3. Bantu klien beraktifitas secara bertahap
Rasional : Aktifitas bertahap meminimalkan terjadinya trauma serta meringankan dalam
memenuhi kebutuhannya.
3.4 Implementasi
Implementasi yang dilakukan yaitu sesuai dengan intervensi yang direncanakan.
3.5 Evaluasi
a. Pasien tidak lagi menunjukkan bukti penurunan berat badan
b. Pasien terhindar dari kerusakan kulit atau infeksi disekitar pemasangan slang
c. TTV tetap stabil
d. Volume cairan tetap adekuat
e. Pasien mempunyai turgor kulit normal dan membrane mukosa lembap
f. Berat jenis urin tetap di antara 1,005 dan 1,010
g. Pasien mempertahankan keseimbangan cairan ( asupan seimbang dengan haluaran)
h. Pasien menyatakan peningkatan rasa nyaman
i. Membrane mukosa mulut merah muda dan lembap
j. Pasien mempertahankan kekuatan otot dan ROM sendi
k. Pasien melakukan aktivitas perawatan diri pada tingkat yang dapat ditoleransi
BAB III
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut :
1. Hiperemesis gravidarum adalah mual muntah yang berlebihan pada wanita hamil sampai
mengganggu pekerjaan sehari-hari karena keadaan umum pasien memburuk.
3. Secara patologik menunjukkan adanya kelainan-kelainan dalam berbagai alat tubuh seperti
hati, jantung, otak dan ginjal
5. Hiperemesis gravidarum terbagi dalam 3 tingkatan yaitu ringan, sedang dan berat
6. Penanganan Hiperemesis gravidarum pada tahap awal adalah pencegahan yaitu dengan
memberikan konseling untuk menghadapi kehamilan dan komplikasinya
7. Terapi yang diberikan pada kasus Hiperemesis gravidarum adalah terapi obat-obatan, terapi
psikologik, terapi parenteral dan isolasi. Apabila keadaan tetap memburuk terminasi kehami-
lan perlu dipertimbangkan.
4.2 Saran
Sebagai perawat harus mengetahui asuhan keperawatan yang diberikan jika menghadapi
kondisi pasien atau klien dengan Hiperemesis Gravidarum. Sebaiknya perawat memberikan
penanganan terbaik kepada pasien hiperemesis gravidarum agar klien dapat menjalani proses
kehamilan dengan lancar sampai pada proses persalinan dengan selamat.