Anda di halaman 1dari 7

ANALISTS STABILITAS STRUKTUR PELAT

DENGAN SOLUSI DERET FOURIER


DAN FINITE DIFFERENCE

Salomal, Anwar l)ciu2

'Jurusan Teknik Sipil Universitas Siiwijaya


Jalan Raya Prabumulih Km. 32 Inderalaya Ogai: Iiir Sumatera Selatan
E-mail : ylom, *57 I @yahoo.co.id or saloma5T I (@telkom.net
'Juru*tn Teknik Sipil Univer:iias indulako
Palu, Sulawesi Tengah

Differential Equation of Slab is manifestation frr:m mathematic madel that refers


physics f,enomens ftom slab flexible, which is decreas*i by asumstions that have related
with material charaeteristics sueh as elastic linear, hc,::+gen, isotropic and others physics
atti.ude. This differential equation solution with fii:ite <iifierence and Fourier Series is
changed determines Differential Equation of Slab ta trigonometric functions (sinus and
cosinus), addition all trigonometric funcfion produce analytic solution from Differential
Equation of Siab.

Key Words : Differential equation, Fourier Series, Finile Difference

1. PENDAHULUA}T panjang Ly. o 6 Yo. Dalam rnemikul pembebanan,


struktur pelat menerima gaya vertikal (p,), gaya
Secara umum penggunaan pelat dijumpai pada lateral (-l',1,, Ny), gaya geser (N*y), momen (M*, Mr)
berbagai macam struktur, seperti lantai bangunan atau kombinasi dari gaya- gaya tersebut.
dan jembatan, pelat pondasi, dan landasan pesawat
terbang. Selain itu, pelatjuga digunakan pada sistem
persenjataan, struktur kapal laut dan ruang angkasa. 2. S?UBT PUSTAKA
Geometri pelat dibatasi oleh garis lurus atau
lengkung. Pelat merupakan struktur bidang datar (1) Persarnaan Diferensial Pelat
dengan tebal jauh lebih kecil dibanding dimensi Asumsi dasar yang digunakan dalam studi ini
lainya. Ditinjau daxi segi statika, kondisi tepi berdasarkan teori pelat dengan lendutan kecil yang
(boundary condition) pelat berupa tumpuan bebas juga disebut dengan Teori KIRCHHOOF dan LOVE
(fre"), sederhana (simply support), jepit (fxed) (R. Szilard;1989 ), yaitu:
termasuk elastis (restraint), atau berupa tumpuan . Bahan pelat bersifat elastis, homogen dan
titik. Pelat juga dibedakan menurut aksi isotropis.
strukturalnya yaitu aksi satu arah (one way slab), r Peiat pada rnulanya datar.
dan aksi dua arah (two way s/ab), batasan untuk r Tebal pelat (h) relatif kecil dibanding dengan
aksi-aksi tersebut masing-mas ing LrlL* >2 dan Lrfi.* dimensi lainnya. Dimensi lateralterkecil > l0h.
< 2. Kriteria besaran ini didasarkan atas perilaku . Lendutan sangat kecil dibanding dengan tebal
pelat yang memikul beban yang terbesar pada arah pelat. Lendutan maksimum adalah < (l/10-l/5)h
bentang pendek (L.). Apabila pada bentang atau { l/50L,.
paqian$ya (Ir) meningkat hingga rasio Ir/L* > 2 r Kemiringan bidang pusat yang melendut jauh
maka pelat berperilaku seperti balok. Untuk kasus lebih kecil dari satu satuan.
ltL,: 2 maka prosentase pemikulan beban pada
bentang pendek L* x 94 %o dan pada bentang

ISSN: 19074247 cantilever (Jurnal Penelitian & K-alian Bidang Teknik sipil), vol2, No.l, Aprit 2N7
24
f(x) =
*r,*iu, rorf *to, sinff (4)
dimana:

4o=
iho'*
zLr^, . ffrx
un =tJt(x)cos-dx -

fubar l. Pelat penegi panjang dengan beban vertikal

. Perubahan bentuk pelat bersifat sedemikian rupa b^ =?'Jtr*lrirff u*


sehingga garis lurus yang semula tegak lurus
bidang pusat pelal tetap berupa garis lurus dan Dari bentuk persam,um (4), deret ini dapat
tetap tegak lurus bidang (perubahan bentuk ekspansikan menjadi tiga cara yaitu Ekspansi
akibat gaya geser lateral diabaikan). jangkauan penuh, setengah jangkauan sinus dan
r Lendutan pelat diabaikan oleh perpindahan titik- setengah jangkauan cosinus. Unfuk keperluan
titik bidang pusat yang tegak lurus bidang analisis dalam tiga dimensi, suatu fungsi f (x,y)
awalnya. diekspansikan menjadi deret sinus dengan dua
r Besarnya tegangan yang tegak lurus bidang pusat variabel x dan y sebagai berikut ' r,tf,
sanget kecil sehingga bisa diabaikan.

Bentuk umum Persamaan Diferensial Pelat dari J.L.


Lagrange (181 l) :
F,o = *abd6, a Y
iitf., y)sin.llx sin
b
(5)

Oaw ^ Oow Onw Pz Untuk keperluan analisis dipilih dari ketiga


'-
_Tr__ '. =_
ax4 ax2ayz ay4 D \r,,
.jenis ekspansi deret Fourier tersebut, hal yang
prinsip sebagai dasar pemilihan ekspansi tersebut
adalah kesesuaian kondisi fisik dari permasalahan
yang ditulis dalam Operator Laplace :
dengan modei ekspansi, yang meliputi kondisi batas
(boundary condition) dari statika dan geometri dari
D(V2V2w) = P, (2) permasalahan analisa struktur yang ditinjau .

Persamaan (1) menyatakan hubungan Lendutan (w) (3) Ivtetode Selisih I{ingga {Finite Difference
dengan b€ban vertikal P,. Untuk kasus pelat yang Method)
menerima beban vertikal P, dan mengalami gaya Metode ini awalnya berkembang untuk keperluan
lateral Pers (2) berbentuk : solusi problem fisika matematika, hingga saat ini
telah meluas digunakan pada berbagai disiplin ilmu.
Konsep dasar rnetode ini adalah pendekatan turunan
D1v2v2w) = p, + N.
S+N, #.2N, #(3) pada suatu fungsi tertentu, kemudian persamaan
differensial penentu dari suatu fungsi itu dinyatakan
(2) Ileret Fourier dalam pendekatan selisih hingga atau dapat disebut
suatu pendekatan aljabar untuk suatu fungsi tertentu.
Deret Fourier (J.B.J. Fourier, l76t -1S30)
Pengertian yang sederhana adalah suatu turunan
digunakan untuk mendapatkan penyelesaian analitis
dari banyak masalah dalam berbagai bidang eksak dimana limit suatu fungsi menuju titik nol,
khususnya bidang Mekanika Terapan, seperti sedang turunan pendekatan dimana limit suatu
penyelesaian persamaan diferensial pada Teori fungsi tidak menuju ke titik nol tapi mempunyai
Elastisitas dan Getaran. Dalil Fourier menyatakan besaran tertentu yang kecil. Pemakaian pertama
bahwa suatu fungsi sembarang f-(x), dapat persailnaan diferensial berhingga (Timoshenko,
dinyatakan dengan deret tak terhingga yang terdiri 1994) pada elastisitas oleh C. Runge untuk
dari suku-suku sinus dan cosinus, dimana fungsi menyelesaikan masalah-masalah puntiran,
semula dapat diganti dengan superposisi gelombang penyelesaian ini dengan menyederhanakan masalah
sinus dan cosinus. Bentuk Umum Deret Fornier : menjadi suatu sistem persamaan aljabar linier

ISSN: 1907-4247 Cantilever (Jurnal Penelitian & Kajian Bidang Teknik sipit), vol2, No.l, Aprit 2(NZ

25
llarr (iambar 3 dapat diperoleh turunan pertama
suatu fr:ngsi yaitu rasio antara panjang vertikal (l"y)
Selisih Jengah
dan panjang horisontal (Ir),dengan menggunakan
seli."ih tengah yaitu :

Turunan padaj - ," ' [9'l = Yr - Yir (8)


tox/_j /"x

Tuninan pada j + ," , [+.] - Yi.l - Yi (9)


( dx i,.l )"x

Ti:mnan pertama pada titik j :


Ganrbar 2. Ekspresi garis singgung kurva dengan selisih
hing6;a
TI
r1)
r.dx i, =Irg)
2l[dxJ,.L
.rE)
(Ox],_' l=L#a
| 2.]'x
go,
*),", L ')-2 'r-;l

I.lnruk turunan kedua titik j yaitu laju perubahan


ken-riringan secara pendekatan sama dengan selisih
serisih Ma3u (7a)
antara kemiringan di j + 112 dan di ) - ll2 dibagi
r (x) = (*X), = (*), = [*")- dengan Lr.

r'(x)=(*), =(t), =("#";+serisih Mun6ur (7b) l'd'v') I


- (v'.'-2Yi+Yi') (11)
[*?J,=
(7c)
^;
t to=(*) =(*), =[+*t)=r Serisih rengah
Untuk tltrunan selanjutnya dalam satu arah dapat
dicari dengan cara yang sama yaitu :
Aplikasi yang sering digunakan adalah selisih
tengah. id'v)
i *-+ i I
y:_, (12)
Turunan dalam bentuk selisih hingga dapat dx'1, =
2?"x' " -2y n, +2y:_, -
\
diperoleh dari Interprestasi Geometrik suatu Fungsi -(v;*,
atau dengan Ekspansi Deret Taylor.
id'u) I
(13)
i;il =17{v,., -4Yi-,*6Yr 4Y:-,+Y.,)
(- - Garis Singgung
Y
K Tali Busur
(Selisih Fusat)
3" ANALISIS DAN PEMBAHASAN
(1) Analisis Pelat Dua Arah dengan Deret
+
'x Fourier
'F H
I
I-endutan dinyatakan dengan ekspansi deret sinus
T ganda:
E

o Fl#x,&lx+r,x{
w(x,y)=:Ew*,sinTr*T (r4)

Gamber 3. Garis singgung dan tali busur


Beban vertikal dalam ekspansi deret sinus ganda :

*' sinlllrir,lry
p,(x,y) =
iip*
,=r o=l' a b
(ls)

ISSN : i90?-4247 Camgiiever (Jurnal Penelitian & Kajian Bidang Teknik sipil), vol2, No.I, Apfl 2007

26
Subtitusi persamaan (15) ke persan'raan (li : Lendutan (w) :

IO
,.4ru *d1" __Lyi'p .1pnlri.1,,rnly
l*., '-a*r,12 (16) sin(mlrx/a).sin(nn"y/b) 122;
=---:T T\'
16.qo
,rya D f*; I "" a b
w(x,Y,1 LL.
Dn' m=ln=1
^y4 *'l[*',, )*["0,)]'
Persamaan (14) drdiferensialparsialkan hingga
turunan keempat dan subtitusi ke persamaan 16 :
lendutan maksimurn pada x = y : aI2

--;-- + 2mtn]n'
[mon' ,r*n'I mrrx Slll
,- -,J= isln -: . rfiy 4t:
Vr,,,,,
""'l a"
i ., .
a-b' b" J - a - b l6'qo'aa
(17) --
rv(r.r:;
Dro
i
,8r,fi
isin(rnn.l2)'sin(nTl2) ,23;
I^ nurx n?Ty *n(n-,, *nri
dengan subtitusi :

P* m: I , n:1,3,5,...m:3;n: 1, 3,5, ...


sehingga:'W*r= o
Dffi(18) m= 5;
sin 1.r 12
r: 1,
:1
: -1
3.5, ...
sin 3.n 12 : -l sin 5.n 12 : I
sin 7"n 12
liui:titusi ke persamaan (15) :

| ."-.r- F mrx ,r,ry ( 19) w,,,".


!rrr\=]!g''- x2,44169.r0 , - o.ooo96g,,tr 1z+)
r.(r.il=--.- ) ) - - r)nt D
Dn'fff ir*,:
--_s--:Sll!
,, a h

[, j-',;' Perlritungrn nromen lentur, [r]^: ffiy

.- - llr'l v r- itil ).ltlr.rry!:)s("s1,)


dari p.r, ffO
adalah koefisien pembebanan rlr\---, (zs)
F,,,,,
dalam deret fourier, hal ini dapat diperoleh sebagai +,?---ffiI1.1r
berikut : untuk kasus beban merata dimana
F.(x,y):q, dengan subtrtusi Fn,, : Pn,, dan f(x,y) : q"
nr.,,.. =.ryt+ x2.93650.10-r = 0,0482 q,a' 1261
fi
p,,,,, 5 f stn
nnr= ah J) Ilfu, .t,I rin I1I 6, (20)
Momen prlntir (m*r)
a b :

aI
4.ao mnxl^ bl- nnulb m _ loq a:(l-fr)it cos(mlx/a)c.os(llTyla) (27)
f',,,,,- --.-:---l - cos--- I .--l - cos ------1
abmnl a_16nlrl
|

b_lo
I I 6.oo Momen puntir maksimum terjadi pada x = 0, dan
l#-
= { r-mn
untuk m. n ganjil
y:0, maka :

l0 -+ rrntuk nr.n genap


l6o a:(1-u)__;_ ii__,1.L_
konstanta m dan n ganjii diperoleh :
nr.. =_
k*m{rjf (28)

D 16q" subtitusi nilai rn dan n


'ntn - (2t) ;

7I-mn
1
m: 1 ; u : ,3,5, ... nt: 3 ; n: 1, 3, 5, ...
'1

rn:5 ; r: 1,3, 5, ...


,/qo,. 1oq,,a'?(1 - o,3o)
1111y112r: o,zTgrg : o,o32q"a2 (29)

Hasil tersebut dibandingkan dengan penyelesaian


dari S. Timoshenko (Teori Pelat dan Cangkang).

Gambar 4. Peiar sederhana

lSShi : 1907-4247 Cantilever (Juual Penelititut & Ka-iittn Bidang Teknik Sipil), Vol.2, No.1, April 2007
Tabet l. Besar gaya dalam dari Tinroshenl<o Llan perhitungan Turunan keempat :

Deret Fourier
---'-fqlameter
ld'w\\ TI d^ lc"w\l
/ -" \:
t lla;'w1 _(a'*\
Metode----- W.1L, (Mo)*"u (My)-ur.. R i l=l i ^ ll ^" l
Timosheko 0,00406 0,0479 0,0479 0.065
\a'l. le\N--ll=))" ,1xL\N )", t\ cx
^"
), ],,,
t

Deret Fourier 0,00406 0,0482 0,0482 0.064


% Kesalahan 0 -0,5263 -0.6263 1,5385 (a'*\
t_t: wk - 4wc +6wa-4we+wm
(3s)
P;erhitungan dengan Deret Fourier tersebut hanya Ia*tJ"- /,x
^L

shmpai pada suku kelima, untuk mencapai hasrl


XEng lebih teliti dapat dihitung h:ngga suku
/^s \
l.lwl
t_t.- wl-4wd+6wa-4wb+wj
selanjutnya. a4
IavtJ,- t'.y
(2) Analisis Pelat Dua Arah e5engan Metode
Finite Difference Turunan parsial (turunan kedua) :

Berdasarkan Gambar 5 dapat ditumr.kan bentuk-


bentuk turunan parsial hingga perakitan persamaan ,-$ r[fa*) fqry.1l-ws-uh-y.f +wi 1371
diferensial pelat : .*t , ,,,|t;,1,-la*l,] 4Lr2
Turunan pertama :
Turunan parsial ketiga :

(av) -l- l:
wc-we[a"r) uc]-'rb -l
l__l=
( ax i, 2)"x \ 4 ,. 2n:
(30) /| irw )1:-ll-l-l-lr [ra'*) (a'*) I

[ .rt,.y )"= [(' a*' ). I a'* J,]


zxy
T'urunan kedua :
_ wg-2wd+wh-wf +2wb-wi (JE).--.
2)rx')"v -
(a'*) ^tafa*)-l lvc-2wa+we (3 1)
[*,J,=La[ a,.,],= ( a'* )
a)

/tx- *g -}wc+wf -wh+2we-wi ,ro,


^.
lar'ay]" -
I . | = \J')
2),x),y2
/^t \
Id'w1 wcl -2tva + vtb
l-r-
tr2 ^) (32)
\oJ' /oIt- l,"y' Turunan parsial keempat :

Turunan ketiga : ( o'* .I ==_l_l[r'*)


r,
_r1,o'*)
'[ -fga) I
[an^f J. it'Ll, a*' J, a,' J, I a'* ,/,.]
1A'*)
r I :l^
[a(a'*)l wk-_2wc+2u,e-wm (32) _ 4wa - 2(wb + wc + wd + we)+ l(wf + wg+ wh + wi) (40)
I - I r ll ^ -- }.x'l,y'
dx'
\ -l:l-l l, Ldx \ -lldx" /.j,
2Xx3

Persamaan lendutan pelat


a'*) *l-
:
( 2wd + 2wb - uj (3 3)
( av' J" 2)-y' wk - 4wc + 6wa
r-'
- 4we + wm * wl - 4wd + 6wa
).y'
- 4wb + wj

Su'a 4(wb+wc+wd+we)+2(wf +wg+wh+wr) _ pa (41)


)"x21"Y2
', .,
^ 2

)fI
-" J---
dengan mengalikan Lro dan mengambil
-- i -" b.-- f-..- " = [#j
-
...---+
I

n
m-- e -- a--' c '-- k )
-l-/
<l ( 6+6 cr2+ 8 cx.)w"-4cr( 1 +cr) w 6- 4 (1 + u)w, - 4 a(l + a)w a
-- h -- d "- g'-- --+
a] 4(1+a)w"+(2a)wf (2u)wr+(2c-)wft (2u)w;+(o2)w1
-- t---
Pa')aa
+ (1)w1+(cr2)rv7+(1)w- -
^D g2)
|,, I^,L, I^-I
t--+--1-_1-t
Gambar 5. Model selisih hingga dalan.r ciua arah

ISSN: 1907-4247 Cantilever (Jurnal Penelitian & Kajian Bidang Teknik Sipil), Vol.2, No.1, April 2007
kalau Lr- :7,y : X Gambar 7. Kondisi tumpuan sederhana
ELE --i'
20wa-8(wb+,'vc +wd + we ) +2( wf + wg +wh + wi) I

iK H
(43)
Pa'tr* il
+l(wj + rvk + wl + wm ; = ir ir ,F
D H
rl
ir lu
Kondisi batas selisih hingga :
ii.
Pada tumpuan jepit, lendutan dan putaran sudut
sama dengan nol, maka :
!l
--t-
t-., I

wu:O : /aw) wc-we ia u


- i = 2i-x
I ex . =0
\ i"
("1-+)
!l
.T
al.___J_t

WC=We
Gambar 8. Kondisi Tumpuan Bebas (Amin Ghali, 1990)
Pada tepi sederhana dengan kondisi tepi (Pers.3.6l)
berlaku lendutan dan momen (Pers. 3.93) sama Berdasarkan Amin Ghali (1990), kondisi tepi bebas
dengan 0 (nol) maka : dapat diperlihatkan seperti pada Gambar 8.

wa=() dimana:
^(*.-lwa+we
rnx,=-Dl . +F
wd- 2wa + urb
0 (4s) A=6+6cr2+ga H =u(2-$)
"tLx' J

Ly'
=
B=-4(t+a) I=-2(2u-Pcr+1)
C = -4.,(t+ u1 J = 1+ 4a(1- F) + 30'?(1- p'z)
wc - Zvva + h,e - -p a (wcl - Zwa + wb),
subtitusi wa, wd, wb = A. maka persamaan menjadi :
D=2u K=-2alt-p+cr(t-p')]
wc: - we E =a2 1=.;a2(l_1t2)
F=7
Pada tepi bebas dengan kondisi batasnya berlaku
momen dan gaya geser sama dengan nol. G= 5 +6.,2 + Scr {,::}jt,' iii",
*'c 2rva + we wd - 2wa + wb o = I +acr(l - p) + j0' (1 - p')
- ^(( "' - -":
mr.=-Dl +tt
' ..
).r' :=0(46)
ly' p
i
=-2u11-p+t(1-p')]
1uk-2rrc-2we-urrr Q= -Za(l -p) + j (1 + cr'?Xl - p')
Vr =-Dli ,^r' (47) : -2[cr(1 - p) + *(1 - t')]
l=U ,R
. wg-2wc - wl-wh + 2we- wi i

l. 2).xiy'] ; s = *(1-p')
f =2a(l-lt)
tepijepit
/^ 12
o=l&l
Ir,J
lxilx
Gambar 6. Kondisi tumpuan jepir
4. KESIMPULAN

we Prinsip dasar Solusi Persamaan Diferensial Pelat


dengan menggunakan Deret Fourier ialah
e; a ( menyatakan fungsi lendutan w : f(x,y), dengan
deret tak terhingga yang terdiri dari suku-suku sinus
dan cosinus, dimana fungsi semula w:f(x,y) dapat
diganti dengan superposisi suku-suku sinus dan
cosinus tersebut. Tingkat ketelitian dan konvergensi

ISSN: 1907-4247 Cantilever (Jurnal Penelitian & Kajian Bidang Teknik Sipil), VoL2, No.l, April 2007

29
dari Deret Fourier ini tergantung dari pemilihan DAFTAR PUSTAKA
model ekspansi yang tepat serta jurnlah suku l) A Ghali, Neville., 1990, Analisa Strukhr, Penerbit
Erlangga.
perhitungan.
2) Erwin Kreyszig., 1993, Advanced Engineering
Dalam contoh kasus yang dibahas dipilih model Mathematics, Jhon Willey and Sons.
ekspansi setengahjangkauan sinus hal ini berdasar 3) Frank Ayres Jr., 1992, Persamaan Differensial, Penerbit
kondisi geometri dari struktur yang ditinjau dimana Erlangga.
lendutan pada perletakan sama dengan ncl (w:0) 4) Murray R. Spiegel, 1986, Analisis Fourier (dengan
penerapan pada soal-soal nilai batas), Penerbit Erlangga
dan maksirnum pada daerah lapangan (w.u*) yang 5) Rudolph Szilard, 1989, Teori dan Analisis Pelat, Penerbit
identik dengan kurva sinus. Untuk nilai putaran Erlangga.
sudut, momen lentur dan gaya geser masing-masing 6) Stephen Timoshenko, S. Woinowsky Krieger, 1992, Teori
adalah fungsi turunan pertama, kedua dan ketiga Pelat dan Cangkang, Penerbit Erlangga.
dari lendutan. Dari contoh kasus menunjukan bahwa
hanya dengan 5 suku perhitungan hasil yang
diperoleh sudah sangat memuaskan.

ISSN: 1907-4247 Cantilever (Jurnal Penelitian & Kajian Bidang Teknik Sipil), VoL2, Nal, Aprit 2N7
30

Anda mungkin juga menyukai