OLEH :
ISABELLA CAROLINE
1141620018
KELOMPOK 8
TEKNIK KIMIA
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA
2018
PENGARUH FAKTOR LINGKUNGAN TERHADAP
PERTUMBUHAN MIKROORGANISME
I. TUJUAN
Adapun tujuan dilakukannya percobaan ini adalah untuk :
A. Pengaruh pH
Subtilis + +++ ++
Control + + +
Keterangan :
+ tidak ada perubahan
++ sedikit keruh
+++ sangat keruh
Gambar Pengamatan :
VI. PEMBAHASAN
Pertumbuhan Mikroba pada umumnya sangat tergantung dan dipengaruhi
oleh faktor lingkungan. Perubahan faktor lingkungan dapat mengakibatkan
perubahan sifat morfologi dan fisiologi. Faktor yang dapat mempengaruhi aktivitas
kehidupan mikroba antara lain faktor abiotik ,yang salah satunya adalah pengaruh
pH. Adapun pengaruh pH pada pertumbuhan mikroorganisme yaitu suatu
mikroorganisme dapat tumbuh dengan baik pada pH yang tidak terlalu asam dan
tidak terlalu basa. Hanya beberapa jenis bakteri tertentu yang dapat bertahan dalam
suasana asam ataupun basa. Suatu mikroorganisme memerlukan kondisi
lingkungan yang cocok untuk melakukan metabolisme.
Percobaan kali ini memiliki tujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh
pH terhadap pertumbuhan mikroba. Mikroba yang digunakan pada percobaan kali
ini adalah e-coli dan subtilis, yang diinokulasikan ke dalam tabung medium cair
Glukose broth dengan masing masing pH 5, 7, dan 9. Dari data pengamatan dapat
dilihat :
a. E-coli
E-coli dibandingkan dengan kontrol pada pH 5 tetap sama tidak terjadi
perubahan. Ini berarti pH 5 (asam lemah) bukanlah pH optimal untuk
pertumbuhan dan perkembangan mikroba.
E-coli dibandingkan dengan kontrol pada pH 7 berubah menjadi
sangat keruh dan terdapat endapan. Ini berarti di pH 7 (netral) ada aktivitas
pertumbuhan mikroba.
E-coli dibandingkan dengan kontrol pada pH 9 berubah menjadi
sedikit keruh. Ini berarti di pH 9 (basa lemah) juga ada aktivitas pertumbuhan
mikroba.
Jika dilihat data pada pH 7 (netral) dan pH 9 (basa lemah) sama-sama terdapat
aktivitas pertumbuhan mikroba. Namun setelah dibandingkan terlihat lebih keruh
pada pH 7 dan terdapat endapan. Ini berarti pH 7 atau pH netral adalah pH optimal
untuk pertumbuhan mikroba.
b. Subtilis
Subtilis dibandingkan dengan kontrol pada pH 5 tetap sama tidak
terjadi perubahan. Ini berarti pH 5 (asam lemah) bukanlah pH optimal untuk
pertumbuhan dan perkembangan mikroba.
Subtilis dibandingkan dengan kontrol pada pH 7 berubah menjadi
sangat keruh dan terdapat endapan. Ini berarti di pH 7 (netral) ada aktivitas
pertumbuhan mikroba.
Subtilis dibandingkan dengan kontrol pada pH 9 berubah menjadi
sedikit keruh. Ini berarti di pH 9 (basa lemah) juga ada aktivitas pertumbuhan
mikroba.
Begitu juga dengan subtilis, jika dilihat data pada pH 7 (netral) dan pH 9 (basa
lemah) sama-sama terdapat aktivitas pertumbuhan mikroba. Namun setelah
dibandingkan terlihat lebih keruh pada pH 7 dan terdapat endapan. Ini berarti pH 7
atau pH netral adalah pH optimal untuk pertumbuhan mikroba.
Dari data yang diperoleh, e-coli dan subtilis dapat tumbuh dengan baik pada
pH 7 atau pH netral. Jika dibandingkan dengan literatur hasilnya pun tepat, e-coli
dan subtilis dapat tumbuh optimum pada pH 7 – 7,5 . Mikroorganisme yang dapat
tumbuh dengan baik pada pH 6,5 – 7,5 adalah bakteri, berarti e-coli dan subtilis
termasuk dalam golongan bakteri. Berdasarkan pH dan tempat tumbuhnya, e-coli
dan subtilis termasuk mikroba neutrophil karena cocok akan pH netral.
B. Pengaruh Suhu
Subtilis + ++ +++
Control + + +
Keterangan :
+ tidak ada perubahan
++ sedikit keruh
+++ sangat keruh
Gambar Pengamatan :
Perbandingan suhu (5,30,50)°C pada E.coli Perbandingan suhu (5,30,50)°C pada
Subtilis
VI. PEMBAHASAN
Pengaruh temperatur pada petumbuhan mikroorganisme dapat dibedakan
atas tiga golongan yaitu: Mikroorganisme Psikofilik, adalah bakteri yang dapat
bertahanhidup antara temperatur 0°C sampai 30°C. Sedangkan temperatur
optimumnya antara10°C sampai 20°C. Mikroorganisme mesofilik adalah bakteri
yang dapat bertahanhidup antara temperatur 5°C sampai 60°C. Sedangkan
temperatur optimumnya antara25°C sampai 40°C. Mikroorganisme Termofilik
adalah bakteri yang dapat bertahanhidup antara temperatur 55°C sampai 65°C.
Pada percobaan kali ini, bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh
suhu terhadap pertumbuhan mikroba. Mikroba yang digunakan pada percobaan ini
adalah e-coli dan subtilis, yang diinokulasikan ke dalam tabung medium cair
Glukose broth dengan perbedaan suhu 5°C, 30°C, dan 50°C. Dari data pengamatan
yang diperoleh ,dapat dilihat :
a. E.coli
E-coli jika dibandingkan dengan kontrol pada suhu 5°C tetap sama,
tidak terjadi perubahan warna maupun endapan. Ini berarti suhu 5°C
bukanlah suhu optimal untuk pertumbuhan dan perkembangan mikroba.
E-coli jika dibandingkan dengan kontrol pada suhu 30°C mengalami
perubahan menjadi sangat keruh. Ini berarti pada suhu 30°C atau pada suhu
ruangan, ada aktivitas pertumbuhan mikroba.
E-coli dibandingkan dengan kontrol pada suhu 50°C mengalami
perubahan menjadi sedikit keruh. Ini berarti pada suhu 50°C juga terdapat
aktivitas pertumbuhan mikroba.
Jika dibandingkan antara suhu 30°C dan suhu 50°C yang sama-sama memiliki
aktivitas pertumbuhan mikroba, dapat dilihat perbedaan pada suhu 30°C yang
memiliki warna lebih keruh. Ini berarti, suhu 30°C atau suhu ruangan adalah suhu
optimal untuk pertumbuhan dan perkembangan e-coli. Dan hal inilah yang
menyebabkan seseorang lebih mudah terkontaminasi bakteri e-coli, karena e-coli
tumbuh optimal pada suhu ruangan.
b. Subtilis
Subtilis jika dibandingkan dengan kontrol pada suhu 5°C tetap sama,
tidak terjadi perubahan warna maupun endapan. Ini berarti suhu 5°C
bukanlah suhu optimal untuk pertumbuhan dan perkembangan mikroba.
Subtilis jika dibandingkan dengan kontrol pada suhu 30°C mengalami
perubahan menjadi keruh. Ini berarti pada suhu 30°C atau pada suhu
ruangan, ada aktivitas pertumbuhan mikroba.
Subtilis dibandingkan dengan kontrol pada suhu 50°C mengalami
perubahan menjadi sangat keruh. Ini berarti pada suhu 50°C juga terdapat
aktivitas pertumbuhan mikroba.
Jika dibandingkan suhu 30°C dengan suhu 50°C terlihat lebih keruh pada suhu
50°C. Ini berarti, suhu 50°C pada percobaan ini adalah suhu optimal untuk
pertumbuhan dan perkembangan subtilis. Namun jika dibandingkan dengan
literature, suhu tumbuh optimum bakteri subtilis adalah pada suhu 25-35°C bukan
suhu 50°C. Sehingga pada percobaan kali ini mengalami kesalahan. Kesalahan yang
terjadi mungkin disebabkan oleh beberapa hal seperti tabung reaksi dan pipet yang
kurang steril, suhu inkubator yang kurang stabil, penutupan tabung reaksi yang
kurang rapat sehingga menyebabkan kontaminasi.
Dari percobaan ini, bila dilihat dari hasilnya maka berdasarkan literatur yang
ada, bakteri e-coli dan subtilis digolongkan menjadi bakteri mesofil (mesotermik).
Karena dapat hidup pada kisaran suhu 20-50°C.
1. Pipet steril
2. Pinset
3. 4 cawan petri steril
4. Kertas saring steril berbentuk bulat dengan diameter 1 cm (cakram
kertas)
5. Larutan lisol
6. Betadine
7. Alkohol
8. Aquades
9. 4 tabung medium nutiren
10. Biakan murni ecoli dan subtilis
Diambil medium agar dalam incubator, kemudian ditunggu hingga suhu mencapai
sekitar 40-45°C.
↓
Diteteskan 0,2 ml suspensi biakan bakteri ecoli dan subtilis masing-masing 2
ke dalam cawan petri.
↓
Dituangkan agar secara aseptik ke dalam setiap cawan petri yang sudah
ditetesi dengan suspensi biakan, diratakan dan dibiarkan membeku.
↓
Dibakar pinset sebentar di atas nyala api, di ambil dua cakram kertas dengan
pinset atau satu persatu.
↓
Kemudian dicelupkan kertas saring pertama kedalam aquades steril dan
diletakkan di atas permukaan agar pada cawan 1 petri yang berisi biakan
e.coli dan 1 cawan petri yang berisi biakan subtilis.
↓
Dicelupkan kertas saring kedua dalam betadine dan diletakkan pada cawan
petri yang sama dengan jarak tertentu.
↓
Dilakukan hal yang sama, kedua kertas saring masing masing dicelupkan
kedalam larutan lisol dan alkohol dan diletakkan bersebelahan dengan jarak
tertentu pada permukaan agar pada cawan petri ke tiga dan ke empat.
↓
Diinkubasikan pada suhu kamar selama 24-48 jam.
↓
Diamati pertumbuhan yang terjadi dan diukur daerah bening yang timbul.
Keterangan :
++++ zona bening paling luas
+++ zona bening sedang
++ zona bening sedikit
+ tidak ada zona bening
Gambar Pengamatan :
E.coli
Perbandingan aquades dengan betadine Perbandingan lisol dengan alcohol
pada e-coli pada e-coli
Subtilis
VI. PEMBAHASAN
Dalam percobaan ini digunakan beberapa jenis zat yaitu aquades, betadine,
lisol, dan alkohol, untuk mengatur kemampuan semua bahan itu dapat dilihat
dari luasnya diameter zona bening yang dihasilkan olehnya terhadap bakteri e-
coli dan subtilis. Zona bening pada percobaan ini adalah daerah di sekitar zat
kimia yang tidak terdapat mikroba, karena bakteri menjauhi daerah tersebut.
Zona oligoolienamik adalah daerah disekeliling zat kimia karena pergerakan
bakteri.
Dari percobaan yag dilakukan, dapat dilihat desinfektan yang paling efektif
dan memiliki daya bunuh paling besar adalah betadine karena zona bening sekitar
betadine paling luas. Sedangkan yang memiliki daya bunuh paling kecil adalah
aquades, karena aquades adalah air netral yang tidak dapat membunuh mikroba .
VII. KESIMPULAN
Dari praktikum kali ini dapat disimpulkan :
Musdafarma.laporan-praktikum-biologi.2013
https://musdafarma.wordpress.com/2013/10/30/laporan-praktikum-
mikrobiologi/ : diakses 21 Februari 2018
L.Aditya.laporan-praktikum-mikrobiologi.2014
http://www.academia.edu/16007152/Laporan_Praktikum_Mikrobiologi_Faktor
_Lingkungan_Yang_Berpengaruh_Terhadap_Pertumbuhan_Mikroorganisme_ :
diakses tanggal 21 Februari 2018
Cibekcarlota.pengaruh-lingkungan.2015
http://cibekcarlota.blogspot.co.id/2015/07/pengaruh-lingkungan.html :
diakses tanggal 21 Februari 2018