Dampak Psikologis Dan Kualitas Hidup Anak Usia 13-15 Tahun y PDF
Dampak Psikologis Dan Kualitas Hidup Anak Usia 13-15 Tahun y PDF
PENDAHULUAN
1..1LATAR BELAKANG
Adanya penyakit atau kelainan pada gigi dan mulut akan mempengaruhi
kesehatan umum yang tentunya akan berdampak pada kualitas hidup secara
manusia.2
Penyakit gigi dan mulut pada kualitas hidup merupakan bidang penelitian
hilangnya gigi, kerusakan/cacat kraniofasial sejak lahir, nyeri pada wajah dan
tradisi.1
sehari-hari penting untuk kita pahami. Setiap penyakit yang dapat mengganggu
aktivitas kehidupan sehari-hari mungkin memiliki efek buruk pada kualitas umum
1
kehidupan. Oleh karena itu, gagasan yang berhubungan dengan kualitas hidup
dalam kaitannya dengan kesehatan gigi dan mulut mulut atau biasa disebut Oral
observasi dan penelitian tentang dampak penyakit mulut pada berbagai aspek
kehidupan.3
Pada usia sekolah (13-15 tahun) banyak dipengaruhi oleh kelainan dalam
kualitas hidupnya. Penyakit yang sering ditemukan pada usia ini yaitu karies gigi
fisik saja bahkan perkembangan psikologis dan sosial yang secara keseluruhannya
menganggu terhadap kualitas hidup remaja. Maloklusi adalah bentuk oklusi gigi
yang menyimpang dari normal. Oklusi adalah hubungan kontak antara gigi geligi
bawah dengan gigi atas waktu mulut ditutup. Oklusi dikatakan normal, jika
susunan gigi dalam lengkung geligi teratur baik serta terdapat hubungan yang
harmonis antara gigi atas dengan gigi bawah, hubungan seimbang antara gigi,
tulang rahang terhadap tulang tengkorak dan otot sekitarnya yang dapat
Jumlah gigi manusia yang normal adalah 20 gigi sulung dan 32 gigi tetap,
tetapi dapat dijumpai jumlah yang lebih atau kurang dari jumlah tersebut.
2
Kelainan jumlah gigi adalah dijumpainya gigi yang berlebih karena benih berlebih
atau penyebab lain. Kekurangan jumlah gigi disebabkan karena benih gigi yang
morfologi dan fase fisiologis. Jika pada prosesnya tidak berjalan dengan baik
maka dapat menyebabkan abnormalitas pertumbuhan pada gigi baik itu kelebihan
Supernumerary teeth dan agenesis gigi adalah kelainan gigi yang paling
sebagai keberadaan jumlah berlebihan gigi dalam kaitannya dengan rumus gigi
benih gigi.9
terakhir dari setiap kelas morfologi gigi, yakni insisivus lateral, premolar dua, dan
molar tiga. Besarnya efek agenesis satu atau beberapa gigi tergantung kepada
keadaan berjejalnya geligi setelah semua gigi erupsi. Hal ini dapat menimbulkan
3
supernumerary teeth akibatnya dapat menyebabkan malposisi yang menyebabkan
ketidak nyamanan anak dalam pengunyahan dan krowded bahkan biasa juga
hidup anak tersebut. Karena seperti yang di jelaskan oleh Anonim, 1980 sit, Chen
dan pekerjaan. Kualitas hidup mengacu pada kemampuan pasien untuk dapat
Olehnya itu untuk mengetahui lebih dalam mengenai sejauh mana kelainan
Supernumerary teeth dan Agenesis dapat mempengaruhi kualitas hidup pada anak,
peneliti melakukan kegiatan penelitian ini untuk menambah wawasan, data, serta
bahan acuan untuk dilakukan penelitian lebih lanjut tentang masalah ini.
yang ingin diteliti oleh peneliti adalah bagaimana dampak psikologis dan kualitas
4
1.3 TUJUAN
mengetahui dampak psikologis dan kualitas hidup antara anak yang menderita
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
jumlah gigi pada individu tertentu, yaitu melebihi jumlah gigi normal dari 20 gigi
dari lamina gigi yang disebabkan oleh tekanan dari gigi permanen.
5
Gardner’s dapat menimbulkan supernumerary teeth. Menurut yusof
gigi supernumerary yang lebih umum ditemukan pada keluarga dari individu yang
mengusulkan hyperproductivity dari lamina gigi dan dikotomi benih gigi sebagai
posterior, rahang atas dan bawah gigi supernumerary yang terdeteksi dalam 12
6
dengan sindrom Gardner, sindrom Fabry-Ander-son, sindrom Ehlers-Danlos,
Kasus yang melibatkan satu atau dua gigi supernumerary paling sering
melibatkan anterior rahang atas, diikuti oleh premolar mandibula region. Apabila
jumlah supernumerary teeth berjumlah lebih dari 5 gigi, maka paling sering
terjadi pada region premolar rahang bawah. supernumerary tunggal terjadi pada 76
kasus.10
mungkin saja tidak ada pengaruh yang terlihat pada gambaran radiografi gigi
ataupun setelah gigi erupsi. Gigi berjejal mungkin jelas karena jumlah gigi yang
termasuk retensi gigi primer dan erupsi tertunda gigi permanen, letusan ektopik,
perpindahan gigi dan kista folikel, antara perubahan lain yang membutuhkan
berupa; malposisi, krowded, tidak erupsinya gigi tetangga, persistensi gigi sulung,
terlambatnya erupsi gigi insisivus sentralis tetap, rotasi, diastema, impaksi, resobsi
akar dan hilangnya vitalitas. Pembentukan kista dan masalah estetis juga dapat
dijumpai. Diagnosa awal dari anomali ini sangat perlu untuk menghindari
kerusakan yang lebih parah, gigi berlebih ini dapat didiagnosa dengan
7
pemeriksaan radiografi, juga dengan tanda-tanda klinis yang dapat menimbulkan
keadaan patologis. Tanda-tanda klinis gigi berlebih ini antara lain terhambatnya
a. Mesiodens
terutama pada gigi tetap rahang atas. Jika gigi ini erupsi biasanya
sentralis. Gigi ini dapat juga tidak erupsi sehingga menyebabkan erupsi
gigi insisivus satu tetap terlambat, malposisi atau resobsi akar gigi-gigi
insisivus didekatnya
Gambar 2.1 dan 2.2 : Mesiodens-Gambaran klinis terlihat erupsi gigi di antara gigi Incisivus
Centralis
b. Laterodens
8
Gambar 2.3 Gambar 2.4
Gambar 2.3 dan 2.4 : Laterodens-Gambaran klinis terlihat gigi erupsi di daerah interproksimal
gigi di daerah posterior sekitar molar satu dan anterior sekitar insisivus lateral.
c. Distomolar
Gambar 2.5 dan 2.6 : Distomolar-Gambaran klinis terlihat gigi erupsi di sebelah distal molar tiga.
2.2 AGENESIS
Agenesis dapat mengenai satu atau beberapa gigi, bahkan dapat mengenai seluruh
gigi dan dapat terjadi pada gigi sulung maupun gigi tetap. Hipodonsia adalah tidak
terdapatnya satu atau beberapa gigi, oligodonsia adalah tidak adanya sejumlah
gigi, biasanya lebih dari enam gigi dan umumnya dihubungkan dengan sindroma
spesifik dan atau kelainan abnormal yang berat, sedangkan anodonsia merupakan
bentuk ekstrim dari oligodonsia yang menunjukkan tidak adanya seluruh gigi.
9
Gambar 2.7 : Hipodonsia-Pada gambaran klinis terlihat
kehilangan satu gigi.
Gambar 2.9 :
Anodontia-Pada
gambaran klinis terlihat kehilangan seluruh gigi
10
Gigi yang biasa mengalami agenesis adalah gigi yang berkembang terakhir
dari setiap kelas morfologi gigi, yakni insisivus lateral, premolar dua dan molar
sebanyak 3,5%.
resesif, atau pewarisan pola x-link. Apabila salah satu orang tua memiliki satu
atau lebih agenesis gigi, maka kemungkinan anaknya memiliki kelainan yang
sama meningkat. Pada anggota keluarga yang dikenai sering menunjukkan variasi
11
estetis dan diastema. Besarnya efek agenesis satu atau beberapa gigi tergantung
menurut konsep ini didasarkan pada penyimpangan dari kondisi sehat, jadi yang
sosial, yaitu illness suatu fenomena subjektif seperti rasa sakit, lemah, pusing, dan
dipengaruhi budaya lokal, sedangkan disease adalah konsep yang digunakan oleh
petugas kesehatan.
WHO menyarankan agar status kesehatan penduduk diukur dalam tiga hal,
yaitu :
b. Mengukur fungsi.
12
(pengunyahan), fungsi psikis (rasa malu), fungsi sosial (peranan sosial
persepsi seseorang dalam konteks budaya dan norma yang sesuai dengan tempat
hidup orang tersebut serta berkaitan dengan tujuan, harapan, standar dan
yang merujuk pada keadaan fisik pasien, psikologis, dan kesejahteraan sosial.14
berhubungan dengan status fisik saja dan hanya menggambarkan penilaian klinik
tentang kesehatan mulut secara obyektif. Kedokteran gigi secara tradisional hanya
menggunakan indeks klinik yang spesifik (mis. jumlah gigi yang ada, hilangnya
mulutnya dalam arti dampak personal, sosial dan psikologis yang merupakan
dimensi dari kualitas hidup. Dampak kesehatan mulut, penyakit gigi dan mulut
pada kualitas hidup merupakan bidang penelitian yang relatif baru yang menilai
13
kerusakan/ cacat kraniofasial sejak lahir, oral-facial pain dan kanker mulut.
dampak psikologis dalam kaitannya dengan kesehatan gigi dan mulut (Oral
Health Related Quality of Life). Salah satu instrumen yang paling sering
digunakan adalah Oral Health Impact Profile (OHIP). Oral Health Impact Profile
1. Keterbatasan fungsi,
3. ketidaknyamanan psikis,
4. ketidakmampuan fisik,
5. ketidakmampuan psikis,
7. handikap
1. Tidak pernah = 0;
14
2. Jarang = 1,
3. Kadang-kadang = 2;
4. Berulang = 3;
5. Selalu = 4.
Dampak atas kualitas hidup dapat diukur melalui jumlah nilai ordinal dari 14
item dan / atau diambil dari dua item dalam masing-masing tujuh dimensi. Skor
yang lebih tinggi menunjukkan kualitas yang merupakan dampak akibat kelainan
pada gigi dan mulut yang nantinya akan mempengaruhi kualitas hidup dan
psikologis.14
Berdasarkan teori Blum, status kesehatan gigi dan mulut seseorang atau
(fisik maupun sosial budaya), perilaku, dan pelayanan kesehatan. Dari keempat
status kesehatan gigi dan mulut. Di samping mempengaruhi status kesehatan gigi
dan mulut secara langsung, perilaku dapat juga mempengaruhi faktor lingkungan
15
BAB III
KERANGKA KONSEP
16
KETERANGAN :
BAB IV
METODE PENELITIAN
di :
17
1. SMP Muhammadiyah 2 Makassar Kec. Ujung tanah
18
4.5 POPULASI PENELITIAN
ditetapkan.
ditetapkan.
19
bersedia dan berpartisipasi untuk diwawancarai serta ingin
mengisi kuisioner.
Jumlah sampel pada penelitian ini berjumlah dua agenesis dan dua puluh dua
Supernumerary teeth.
20
Variable yang berkaitan pada penelitian ini yaitu
Agenesis
Supernumerary teeth
Usia
1..5DEFINISI OPERASIONAL
21
dan sosial serta kecacatan dan keterbatasan fungsional, yang
SPSS 16.0
MULUT
Profile-14) yang mengukur dimensi kualitas hidup dan dampak psikologis yang
1. Kesulitan berbicara.
22
3. Rasa sakit hebat.
9. Kesulitan beristirahat.
0 = Tidak pernah
2 = Kadang-kadang
23
3 = Hampir sering
4 = Sangat sering
Maka, kualitas hidup dan dampak psikologis dapat dinilai berdasarkan range
Baik : 0-18
Sedang : 19-37
Buruk : 38-56
bentuk tabel.
24
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Menengah Pertama (SMP) di Makassar yakni SMP Islam Athira Bukit Baruga,
25
SMP Muhammadiyah 2, SMP Cokroaminoto, SMP Perguruan Islam, SMP Baji
SMP PGRI 3 Makassar, SMP Neg. 10 Makassar, SMP Neg. 4 Makassar, SMP
Neg. 13 Makassar, SMP Neg. 5 Makassar dan SMP Neg. 31 Makassar. Pada bulan
Maret – Juli 2013. Berjumlah 5850 anak yang di screening dan didapatkan sampel
dan Agenesis
Agenesis 2 0,03
Supernumerary teeth dan Agenesis pada anak pada anak usia 13-15 tahun di
sampel (0,03%) dan tidak terdapat anomali sebanyak 5826 sampel (99,59%)
26
dan Agenesis
Supernumerary
2. Kesulitan 17 (77.3) 5 (22.7) 0 (0) 0 (0) 0 (0)
teeth
mengecap
makanan Agenesis 2 (100) 0 (0) 0 (0) 0 (0) 0 (0)
Supernumerary
14 (63.6) 1 (4.5) 6 (27.3) 1 (4.5) 0 (0)
3. Rasa sakit teeth
hebat
Agenesis 2 (100) 0 (0) 0 (0) 0 (0) 0 (0)
Supernumerary
14 (63.6) 2 (9.1) 2 (9.1) 2 (9.1) 2 (9.1)
4. Tdk nyaman teeth
saat makan
Agenesis 2 (100) 0 (0) 0 (0) 0 (0) 0 (0)
Ketidaknyamanan Psikologis
Supernumerary
19 (86.4) 2 (9.1) 1 (4.5) 0 (0) 0 (0)
5. Merasa teeth
cemas
Agenesis 2 (100) 0 (0) 0 (0) 0 (0) 0 (0)
Supernumerary
18 (81.8) 0 (0) 4 (18.2) 0 (0) 0 (0)
6. Merasa teeth
tegang
Agenesis 2 (100) 0 (0) 0 (0) 0 (0) 0 (0)
Ketidakmampuan Fisik
27
Supernumerary
19 (86.4) 0 (0) 3 (13.6) 0 (0) 0 (0)
8. Terganggu teeth
saat makan
Agenesis 2 (100) 0 (0) 0 (0) 0 (0) 0 (0)
Ketidakmampuan Psikologis
Supernumerary
16 (72.7) 0 (0) 2 (9.1) 2 (9.1) 2 (9.1)
9. Kesulitan teeth
beristirahat
Agenesis 1 (50) 1 (50) 0 (0) 0 (0) 0 (0)
Supernumerary
20 (90.9) 0 (0) 1 (4.5) 1 (4.5) 0 (0)
10. Merasa teeth
malu
Agenesis 2 (100) 0 (0) 0 (0) 0 (0) 0 (0)
Keterbatasan social
Supernumerary
11. Terganggu 20 (90.9) 0 (0) 1 (4.5) 1 (4.5) 0 (0)
teeth
oleh orang
lain Agenesis 2 (100) 0 (0) 0 (0) 0 (0) 0 (0)
Supernumerary
12. Kesulitan 20 (90.9) 0 (0) 1 (4.5) 1 (4.5) 0 (0)
teeth
melakukan
pekerjaan Agenesis 2 (100) 0 (0) 0 (0) 0 (0) 0 (0)
Hambatan
responden. Dimana terdiri dari tujuh dimensi dan dibagi menjadi 14 pertanyaan.
28
Pada pertanyaan tiap dimensi sangat terlihat perbedaan yang signifikan
paling banyak menjawab ‘tidak pernah’ dan paling sedikit menjawab ‘sangat
jarang’. Dimensi kedua yaitu rasa sakit pada fisik, untuk ‘rasa sakit sakit hebat’
dan ‘tidak nyaman saat makan’ paling banyak menjawab ‘tidak pernah’ dan paling
‘merasa cemas’ dan ‘merasa tegang’. paling banyak menjawab ‘tidak pernah’ dan
puas saat makan makanan tertentu’ dan ‘terganggu saat makan’ paling banyak
paling banyak menjawab ‘tidak pernah’ dan paling sedikit menjawab ‘sering’.
Pada dimensi ‘keterbatasan sosial’ dan ‘hambatan’, untuk keduanya dimana untuk
kedua pertanyaan paling banyak menjawab ‘tidak pernah’ dan paling sedikit
menjawab ‘kadang-kadang’.
29
menjawab ‘tidak pernah’ dan sebagian menjawab ‘sangat jarang’. Juga pada
Kualitas hidup
Kelainan
Baik Sedang Buruk
Gigi
Supernume
21 (95.5) 2 (4.5) 0 (0)
rary teeth
supernumerary teeth dan agenesis paling banyak memiliki kualitas hidup baik
30
Tabel 4. Rerata OHIP-14 berdasarkan kelainan gigi dan mulut (Supernumerary
Pekerjaan OHI-P P
Uji Mann-Whitney
hidupnya baik
Nilai rerata P menunjukkan > 0,05 sehingga tidak ada dampak dan
psikologis dan kualitas hidup anak usia 13-15 tahun di Kota Makassar.
31
BAB V
PEMBAHASAN
gigi yang menyimpang dari rumus jumlah gigi normal. Kelainan tersebut sangat
sering dijumpai pada anak usia sekolah (13-15 tahun). Kondisi demikian sangat
dimensi yang merujuk pada keadaan fisik pasien, psikologis, dan kesejahteraan
social.
ialah pertumbuhan gigi yang berlebih ataupun kurang bahkan tidak tumbuh dan
keterlambatan erupsi gigi yang dapat menyebabkan kondisi tidak normal sehingga
Makassar pada bulan Maret-Juli 2013. Subjek penelitian adalah anak usia 13-15
tahun yang menderita Supernumerary teeth dan Agenesis. Penelitian ini bertujuan
32
untuk melihat perbedaan kualitas hidup antara anak yang mengalami
Supernumerary teeth dan Agenesis. Sampel dalam penelitian ini terdiri dari 24
Pada penelitian ini, kualitas hidup yang terdiri dari 7 dimensi dengan 14
pertanyaan yang diajukan. Secara umum, dari setiap pertanyaan dalam tiap
terganggu dengan penyakit gigi yang mereka derita. Hanya dua orang saja yang
Tetapi dilihat dari faktor responden yang masih usia SMP dan adanya
budaya malu yang tinggi pada masyarakat di daerah tersebut sehingga dalam
33
menggunakan instrumen oral health impact profile (OHIP) untuk meneliti kualitas
supernumerary teeth dan agenesis terhadap kualitas hidup anak usia 13-15 tahun.
tidak pernah merasa malu dan merasa sulit untuk melakukan pekerjaan. Hal ini
34
BAB VI
PENUTUP
6.1. SIMPULAN
supernumerary teeth dan agenesis yaitu 6,23±5,511 dan 1,50±0,707 dengan status
kualitas hidup baik. Nilai rerata P yaitu > 0,05, disimpulkan bahwa tidak
teeth dan agenesis dengan psikologis dan kualitas hidup anak usia 13-15 tahun.
6.2. SARAN
dengan jujur karena malu atau ingin mendapatkan hasil yang terbaik.
35
2. Diharapkan adanya kegiatan penyuluhan rutin upaya pemberian
DAFTAR PUSTAKA
2. Kwan Y.L Stella, Peterson Erik Poul, Pine M Cynthia, Borutta Annerson.
36
5. Dewi Oktavia. Analisis hubungan maloklusi dengan kualitas hidup pada
from :
http://www.scribd.com/doc/74333664/Kgm-427-Slide-Kelainan-Gigi-Akibat-Gan
Associated pathologies and proposed treatment. Med oral patol oral cir
37
10. Simoes, F.X.P.C., Crusoe-Rebello I, Neves F.S, Oliveira-santos C,
2011; 5(2):199-202.
11. Polder BJ, Van’t Hof MA, Van der Linden FPGM, Kuijpers-Jagtman AM.
terhadap kualitas hidup. Pidato pengukuhan jabatan guru besar tetap dalam
13. Division of mental health and prevention of substance abuse Worlf Health
38
profile (OHIP-14) for use among adults. Health and quality of life
dengan tingkat kebersihan gigi dan mulut siswa sekolah dasar negeri di
Maj. Ked. Gigi. (Dent. J.), April-Juni 2005; Vol.38, No.2: 88-90.
kesehatan mulut dan kualitas hidup pada lanjut usia. Universa Medicina.
17. Biazevic MGH, Michel Crosato E, Iagher F, Pooter CE, Correa SL, Grasel
CE. Impact of oral health on quality of life among the elderly population of
39