Anda di halaman 1dari 15

Ringkasan penelitian tidak lebih dari 500 kata yang berisi latar belakang penelitian, tujuan dan

tahapan metode penelitian, luaran yang ditargetkan, serta uraian TKT penelitian yang diusulkan.

RINGKASAN
Salah satu komplikasi pada mulut dari terapi kanker adalah mukositis, yang mengacu
pada lesi erosi atau ulserasi yang meradang pada mukosa mulut. Mukositis oral merupakan
masalah kesehatan efek samping dari kemoterapi dan radioterapi kanker yang cukup tinggi dan
paling sering dikeluhkan oleh pasien yang dapat mempengaruhi kualitas hidup pasien, rasa
nyaman pada rongga mulut pada saat makan, lama rawat dirumah sakit, ekonomi, dan timbulnya
gejala lain seperti infeksi. Penatalaksanaan non farmakologi merupakan salah satu terapi
komplementer alternatif yang dapat diterapkan pada pasien. Peran perawat 24 jam berada di sisi
pasien dapat membantu menurunkan mukosistis oral. Cryotherapy oral merupakan tindakan
perawat yang dapat menurunkan atau meminimalkan terjadinya mukositis pada pasien yang
menjalani kemoterapi dan radioterapi. Penurunan derajat mukositis dapat dilihat berdasarkan
skala dan hasil pemeriksaan seluler pada lesi mukosa oral. Tujuan penelitian adalah (1) untuk
mengetahui efek cryotherapy terhadap mukosistis oral dan hasil sitologi eksfoliatif pada pasien
kanker yang menjalani kemoterapi dan radioterapi dan (2) untuk membedakan derajat mukositis
dan hasil sitologi eksfoliatif pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol.
Metode penelitian yang di gunakan adalah quasi ekperimen dengan subyek adalah pasien
yang menjalani kemoterapi dan radioterapi non oral cancer di RSWS Dr.Wahidin Sudirohusodo
dan RS Unhas. Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 40 orang terdiri 20 orang kelompok
intervensi dan 20 orang kelompok kontrol menggunakan consecutive sampling. Penilaian derajat
mukositis oral dilakukan sebelum intervensi (pre test) hari ke-1 (H1) dan pengukuran hari ke-2
(H2) sampai dengan hari ke-14 (H14), sedangkan dan pengambilan apusan untuk menilai sitologi
eksfoliatif dilakukan pada pre test hari ke-1 (H1) dan post test hari ke-7 (H7), dan ke-14 (H14).
Pemberian cryotherapy pada kelompok intervensi dengan chip es berbentuk kubus dengan sudut
tidak tajam berukuran 3,2 x 3,3 x 1 cm diberikan pada hari ke- 1 (H1) sampai dengan hari ke-14
(H14) sebanyak dua kali sehari (pagi dan siang) selama 20 menit. Sedangkan kelompok kontrol
dilakukan perawatan standar dari RS. Instrumen yang digunakan adalah skala stadium mukositis
oral dan pemeriksaan sitologi menggunakan pewarnaan Papanicolaou.
Analisis data disajikan dengan grafik perubahan derajat mukosa oral dan hasil sitologi
sebelum dan sesudah intervensi pada kedua kelompok dan data karakteristik responden dengan
tabel. Perbedaan skor derajat mukositis pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol
menggunakan uji komparatif numerik berpasangan 2 kelompok, yaitu uji paired t-test untuk
data berdistribusi normal, dan uji Wilcoxon untuk data tidak berdistribusi normal. Intervensi
cryotherapy pada tahun pertama diberikan pada pasien non oral cancer yang menjalani
kemoterapi dan radioterapi dan tahun kedua diberikan pada pasien oral cancer.
Target luaran wajib tahun pertama adalah publikasi jurnal internasional bereputasi,
luaran tambahan berupa prosiding internasional, buku saku ber-ISBN “Perawatan Mulut:
Cryotherapy pada Pasien Kanker”, dan HaKI buku saku “Perawatan Mulut: Cryotherapy pada
Pasien Kanker”. Luaran wajib tahun kedua adalah publikasi jurnal internasional bereputasi dan
luaran tambahan berupa book chapter “Perawatan Mukositis Oral pada Pasien Kanker”, dan
HaKI video protokol “Perawatan Mukositis Oral: Cryotherapy pada Pasien Kanker”.
Tingkat kesiapterapan teknologi (TKT) pada penelitian ini merupakan penelitian dasar dalam
mengembangkan salah satu intervensi keperawatan untuk menurunkan mukositis oral akibat efek
pemberian kemoterapi pada pasien kanker.
Kata kunci maksimal 5 kata
Cryotherapy; cancer, mukositis oral; sitologi eksfoliatif; kemoterapi

Latar belakang penelitian tidak lebih dari 500 kata yang berisi latar belakang dan permasalahan
yang akan diteliti, tujuan khusus, dan urgensi penelitian. Pada bagian ini perlu dijelaskan uraian
tentang spesifikasi khusus terkait dengan skema.
LATAR BELAKANG
Kemoterapi merupakan salah satu cara pengobatan kanker dengan menggunakan obat
antikanker yang disebut sitostatika [1]. Diperkirakan 1.6 juta orang setiap tahunnya menerima
kemoterapi. Meskipun terapi kanker semakin berkembang namun terapi tersebut memiliki
beberapa efek samping, termasuk masalah pada rongga mulut[2]. Salah satu komplikasi pada
mulut dari terapi kanker adalah mucositis, yang mengacu pada lesi erosi atau ulserasi yang
meradang pada mukosa mulut [3]. Mukositis oral saat ini dianggap sebagai komplikasi paling
parah dari terapi antikanker, yang mempengaruhi 40-80% pasien yang menjalani kemoterapi dan
hampir semua pasien yang menjalani radioterapi kepala dan leher [4].
Efek sitotoksik dari agen kemoterapi pada mukosa mulut terjadi selama hari-hari pertama
pengobatan, secara bertahap menjadi lebih parah dari akhir minggu pertama dan seterusnya
(biasanya 7-10 hari), dua minggu setelah akhir perawatan, lesi oral membaik [5]. Intervensi
perawat dalam menurunkan mukositis oral melalui Cryotherapy oral yang menggunakan chip es
di mulut sebelum menjalani kemoterapi dan berlanjut selama 30 menit. Keuntungan
menggunakan cryotherapy dibandingkan intervensi lain adalah ketersediaan bahan, efektivitas
biaya, kemudahan administrasi, dan keamanan yang ditoleransi dengan baik oleh pasien.
Penggunaan chip es dalam mulut mendinginkan jaringan mulut dan menyebabkan pembuluh
darah menyempit (vasokonstriksi), sehingga mengurangi aliran darah ke daerah tersebut dan oleh
karena itu juga membatasi jumlah obat kemoterapi yang dikirimkan ke jaringan [1]. Pemeriksaan
penunjang yang dapat mendukung derajat mukositis pasien adalah sitopatologi eksfoliatif yang
bertujuan untuk melihat keadaan sel terdeskuamasi yang normal maupun perubahan patologis
dan sangat membantu mendiagnosis lesi-lesi di rongga mulut yang tidak terdiagnosis dengan
pemeriksaan klinik saja [6]
Berdasarkan survei diruang bedah tumor bulan Oktober 2018 terdapat 161 pasien yang
menjalani kemoterapi, dengan observasi harian pasien yang menjalani kemoterapi 8-11 orang per
hari, dimana pasien yang menjalani kemoterapi akan datang untuk siklus berikutnya pada 21 hari
kemudian setelah kemoterapi sebelumnya. Di dapatkan data yaitu dari 27 pasien yang akan
melakukan kemoterapi terdapat 18 pasien terjadi mukositis dan sebagian besar menceritakan
bahwa masalah rongga mulut selalu terjadi 7-14 hari setelah kemoterapi, dan apabila keadaan
berat maka mereka datang ke rumah sakit untuk dilakukan pengobatan. Sedangkan dari hasil
wawancara pada perawat diketahui bahwa terdapat efek samping kemoterapi yang sering dialami
pasien yaitu mukositis, namun sebelum dan sesudah kemoterapi hanya diberikan edukasi ke
pasien dan perawatan mulut namun belum ada tindakan perawatan khusus untuk meminimalkan
mukositis tersebut.
Penatalaksanaan non farmakologi merupakan salah satu terapi komplementer alternatif
yang dapat diterapkan pada pasien. Peran perawat 24 jam berada di sisi pasien sangat penting
dalam membantu menurunkan mukosistis oral. Cryotherapy oral merupakan perawatan yang
berbasis bukti yang dapat menurunkan atau meminimalkan terjadinya mukositis pada pasien
yang menjalani kemoterapi dan radioterapi. Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui efek
cryotherapy terhadap mukosistis oral dan hasil sitologi eksfoliatif pada pasien kanker yang
menjalani kemoterapi dan radioterapi dan (2) membedakan derajat mukositis dan hasil sitologi
eksfoliatif pada kelompok intervensi dan kelompok control.

Tinjauan pustaka tidak lebih dari 1000 kata dengan mengemukakan state of the art dan peta
jalan (road map) dalam bidang yang diteliti. Bagan dan road map dibuat dalam bentuk
JPG/PNG yang kemudian disisipkan dalam isian ini. Sumber pustaka/referensi primer yang
relevan dan dengan mengutamakan hasil penelitian pada jurnal ilmiah dan/atau paten yang
terkini. Disarankan penggunaan sumber pustaka 10 tahun terakhir.
TINJAUAN PUSTAKA
Mukositis oral merupakan suatu kondisi yang ditandai oleh lesi ulseratif pada mukosa
pasien yang menjalani radioterapi atau kemoterapi[3]. Perawatan mulut adalah faktor yang
paling penting dalam pencegahan dan pengurangan gejala komplikasi oral. Perubahan kondisi
mulut dapat dikaitkan dengan hasil perawatan yang menjadi indikator utama dari timbulnya efek
samping dari kemoterapi. Hal ini diperlukan untuk menekan proses perkembangan mukositis [7].
Oleh sebab itu harus diberikan perawatan mulut yang efektif untuk mencegah mukositis [8].
Terapi es di rekomendasikan dalam menurunkan derajat mukositis [9].

Beberapa penelitian terdahulu yang mendasari penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut :
Sabirin (2015) : Pengambilan sel-sel dilakukan Sitopatologi eksfoliatif mukosa oral
Sitopatologi Eksfoliatif dengan cara mengerok/scraping membantu mendiagnosis lesi-lesi di
Mukosa Oral sebagai atau menyikat/brushing mukosa rongga mulut yang tidak terdiagnosis
Pemeriksaan Penunjang oral untuk mengambil sel-sel yang dengan pemeriksaan klinis saja dan
di Kedokteran Gigi [6] masih kontak dengan jaringan atau membutuhkan hasil yang cepat dan non-
yang sudah terdeskuamasi. Alat dan invasif dibanding biopsi bedah.
bahan yang diperlukan adalah Keuntungan dari pemeriksaan ini dapat
spatel kayu atau sikat, kaca objek, menghasilkan pemeriksaan penunjang
alkohol 70-95% untuk fiksasi, dan yang mudah, cepat, dan tidak
pewarnaan Papanicolaou. menimbulkan luka yang luas.
Turkeli et.al (2016) A Pasien dengan keganasan Penelitian ini menemukan penurunan
morphometric study of gastrointestinal dibagi menjadi volume sitoplasma secara signifikan
the protective effect of empat kelompok; kontrol pasien dalam terapi 5-FU setelah pasien
cryotherapy on oral sebelum terapi 5-FU, pasien cryotherapy dibandingkan dengan terapi
mukositis in cancer setelah terapi 5-FU tanpa 5-FU sebelum pasien cryotherapy. Hasil
patients treated with 5- cryotherapy, pasien dengan sitomorfometrik mengungkapkan bahwa
fluorouracil [10] cryotherapy sebelum terapi 5-FU cryotherapy dapat digunakan untuk
mencegah kerusakan jaringan mulut dan
dan pasien dengan cryotherapy
dapat menurunkan frekuensi dan durasi
setelah terapi 5-FU. Sampel
mukositis oral yang disebabkan oleh 5-
mukosa oral dari semua pasien FU.
dinilai pada awal dan pada hari ke
14 kemoterapi. Penelitian ini
menggunakan sitologi eksfoliatif
untuk mengevaluasi perubahan
seluler pada mukosa mulut yang
disebabkan oleh 5-FU. Apusan dari
setiap pasien diwarnai
menggunakan metode
Papanicolaou dan dianalisis
menggunakan stereologi. Apusan
diambil dari masing-masing
kelompok sebelum dan sesudah
infus 5-FU.
Heydari et. Al (2012) Metode uji coba terkontrol secara Menurut Skala Mukositis Oral yang
Effect of Oral acak yang melibatkan 80 pasien berbasis WHO, mukositis oral pada
Cryotherapy on kanker. Pasien dibagi menjadi dua kelompok intervensi (45%) secara
Combination kelompok, eksperimental dan signifikan lebih rendah daripada
Chemotherapy-induced kontrol. Kelompok eksperimen kelompok kontrol. Insiden mukositis
Oral Mukositis: A diberi es 5 menit sebelum dan 5 oral pada kelompok intervensi
Randomized Clinical menit setelah kemoterapi. berdasarkan Skala Mukositis Oral yang
Trial [11]
Kelompok kontrol tidak menerima diakui pasien lebih rendah daripada
intervensi. WHO dan skala kelompok kontrol. Perawat onkologi
mukositis oral pada pasien sangat penting untuk penerapan bukti
digunakan untuk mengevaluasi. penelitian ini. Perawat yang merawat
pasien yang diobati dengan kemoterapi
harus menempatkan prioritas tinggi
untuk mencegah mucositis oral dengan
implikasi cryotherapy oral.
Kakoei S et.al (2013) Percobaan terkontrol secara acak Rata-rata intensitas nyeri pada kelompok
Effect of cryotherapy on dilakukan pada 40 pasien kanker kontrol meningkat secara signifikan,
oral mukositis in patients kepala dan leher yang menjalani sedangkan kelompok eksperimen tidak
with head and neck radioterapi. Pasien secara acak menunjukkan perbedaan yang signifikan
cancers receiving dibagi menjadi dua kelompok selama masa penelitian. Penilaian pada
radiotherapy [12] eksperimen dan kontrol masing- kelompok kontrol menunjukkan
masing 20 orang. Pada kelompok ketidaknyamanan mulut yang lebih
eksperimen diberikan es batu tinggi secara signifikan selama periode
sebelum dan setelah setiap sesi penelitian. Sebaliknya, penilaian
radioterapi selama lima menit kelompok eksperimen tidak
selama periode penelitian. menunjukkan perubahan yang
Pemeriksaan oral dilakukan pada signifikan. Meskipun tidak ada
hari ke 1, 7, dan 14 studi. perbedaan yang signifikan yang diamati
Keparahan nyeri dan mukositis pada mukosa kelompok eksperimen dan
dievaluasi dengan checklist dan kontrol, orang yang menggunakan es
penilaian yang dilaporkan sendiri batu selama sesi radioterapi merasa lebih
oleh pasien. nyaman di rongga mulut mereka.
Reis et.al (2016) Studi percontohan acak dengan dua Terjadinya mukositis oral lebih rendah
Chamomile infusion kelompok: cryotherapy dibuat pada pasien kelompok chamomile
cryotherapy to prevent hanya dengan air (kelompok daripada pada kelompok kontrol. Ketika
oral mukositis induced by kontrol, n = 18) dan cryotherapy dibandingkan dengan kontrol, kelompok
chemotherapy: a pilot dibuat dengan infus chamomile chamomile menunjukkan lebih sedikit
study [13] (kelompok chamomile, n = 20). nyeri mulut dan tidak memiliki ulserasi.
Kedua kelompok diberikan es Cryotherapy ditoleransi dengan baik
selama 30 menit pada saat oleh kedua kelompok, dan tidak ada
kemoterapi. Penilaian mukosa toksisitas terkait dengan chamentile
mulut terjadi pada hari ke 8, 15, dan diidentifikasi.
22 setelah hari pertama kemoterapi
Nawi et.al (2018) Menggunakan desain penelitian Pada kelompok perawatan biasa,
Prevention of oral eksperimental, penulis secara acak sebagian besar peserta melaporkan
mukositis and pain menugaskan 80 pasien untuk tingkat 2 (sedang hingga mengancam
among patients with intervensi (n = 40) atau kelompok jiwa) atau mukositis yang lebih besar.
colorectal cancer perawatan biasa (n = 40). Peserta Nyeri yang terkait dengan mukositis
undergoing kelompok intervensi menerima lebih rendah menggunakan cryotherapy
chemotherapy [14] cryotherapy oral dalam bentuk es oral, dengan sebagian besar peserta
selama infus kemoterapi. dalam kelompok intervensi melaporkan
tidak ada rasa sakit
Lu et.al (2019) Oral Sebuah studi prospektif acak Sebanyak 160 kasus secara berturut-
cryotherapy for oral dilakukan untuk pada pasien HSCT ( turut terdaftar dalam penelitian ini, dan
mukositis management in Hematopoietic Stem Cell 145 kasus memenuhi syarat untuk
patients receiving Transplantation ) alogenik. penilaian mukositis oral. Kedua
allogeneic hematopoietic Pemberian chip es berbentuk kubus kelompok A (Cryotherapy) dan
stem cell transplantation : dengan sudut tidak tajam berukuran kelompok B dikaitkan dengan insiden
a prospective randomized 3.2 cm × 3.3 cm × 1 cm yang lebih rendah dan durasi singkat
study [15]
mukositis parah (≥ tingkat 3), meskipun
tidak ada perbedaan statistik yang
ditemukan antara kedua kelompok.
Insiden tertinggi mukositis beberapa
diamati pada kelompok C.
Shin & Kang (2019) The Peserta secara acak pada kelompok Ada perbedaan yang signifikan dalam
Effects of Oral eksperimental (n = 25, menerima skor mukositis oral, skor seri oksigen
Cryotherapy on Oral cryotherapy oral selama reaktif, level TNF-α, dan skor
Mukositis, Reactive kemoterapi) dan kelompok kontrol kenyamanan oral antara kedua
Oxygen Series, (n = 25, menerima perawatan biasa kelompok, dan ada perubahan yang
Inflammatory Cytokines, yang terdiri dari 0,9% saline normal signifikan dari waktu ke waktu. Ada
and Oral Comfort in berkumur tiga kali sebelum perbedaan yang signifikan dalam skor
Gynecologic Cancer
makan). Mukositis oral dinilai IL-6 antara kedua kelompok, tetapi
Patients Undergoing
menggunakan panduan penilaian tidak ada perubahan signifikan dari
Chemotherapy: A
Randomized Controlled oral, sedangkan kenyamanan oral waktu ke waktu atau dalam interaksi
Trial [16] dinilai dengan menggunakan kelompok-oleh-waktu.
panduan persepsi oral. Seri oksigen
reaktif diukur sebagai total stres
oksidan, dan tingkat dua penanda
inflamasi, interleukin-6 (IL-6) dan
tumor necrosis factor-alpha (TNF-
α), diperiksa.
A. Konsep pengembangan teori dapat dilihat pada skema berikut :
B. Roadmap Penelitian
Penelitian ini sesuai dengan rencana strategi (Renstra) Universitas Hasanuddin yaitu
mengembangkan IPTEKS berbasis Benua Maritim Indonesia (BMI) yang berfokus pada rumpun
ilmu kesehatan yaitu manajemen penyakit kanker. Hasil penelitian ini dapat meningkatkan
jumlah publikasi secara internasional dan dapat meningkatkan penerapan hasil riset unggulan
untuk peningkatan kualitas hidup pasien kanker. Penelitian ini juga sesuai Renstra Fakultas
Keperawatan Unhas yaitu menghasilkan penelitian keperawatan dan kesehatan berkualitas,
berkesinambungan dan bereputasi internasional. Roadmap penelitian Fakultas Keperawatan yaitu
peningkatan kualitas hidup pasien kanker (onkologi) terkait manajemen gejala dan perawatan
palliative yaitu pemberian intervensi keperawatan Cryotherapy terhadap penurunan derajat
mukosa oral dan hasil sitologi eksfoliatif pasen kanker yang menjalani kemoterapi dan
radioterapi.
Fishbone Roadmap Penelitian

Metode atau cara untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan ditulis tidak melebihi 600 kata.
Bagian ini dilengkapi dengan diagram alir penelitian yang menggambarkan apa yang sudah
dilaksanakan dan yang akan dikerjakan selama waktu yang diusulkan. Format diagram alir
dapat berupa file JPG/PNG. Bagan penelitian harus dibuat secara utuh dengan penahapan yang
jelas, mulai dari awal bagaimana proses dan luarannya, dan indikator capaian yang ditargetkan.
Di bagian ini harus juga mengisi tugas masing-masing anggota pengusul sesuai tahapan
penelitian yang diusulkan.
METODE
Metode penelitian yang di gunakan adalah quasi ekperimen dengan subyek adalah pasien
yang menjalani kemoterapi dan radioterapi non oral cancer di RSWS Dr.Wahidin Sudirohusodo
dan RS Unhas. Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 40 orang terdiri 20 orang kelompok
intervensi dan 20 orang kelompok kontrol menggunakan consecutive sampling. Penilaian derajat
mukositis oral dilakukan sebelum intervensi (pre test) hari ke-1 (H1) dan post test hari ke-2 (H2)
sampai dengan hari ke-14 (H14), sedangkan dan pengambilan apusan untuk menilai sitologi
eksfoliatif dikalukan pada pre test hari ke-1 (H1) dan post test hari ke-7 (H7), dan ke-14 (H14).
Pemberian cryotherapy pada kelompok intervensi dengan chip es berbentuk kubus dengan sudut
tidak tajam berukuran 3,2 x 3,3 x 1 cm diberikan pada hari ke- 1 (H1) s/d ke-14 (H14) sebanyak
dua kali sehari (pagi dan siang) selama 20 menit. Sedangkan kelompok kontrol dilakukan
perawatan standar dari RS. Instrumen yang digunakan adalah skala stadium mukositis oral dan
pemeriksaan sitologi menggunakan pewarnaan Papanicolaou.
Perhitungan besar sampel minimal berdasarkan hasil perhitungan menggunakan uji
hipotesis beda rata-rata berpasangan dengan derajat kemaknaan 5%, kekuatan uji 90% dan uji
hipotesis 2 sisi.
22 Z1-/2 + Z1-2
n=
(1 - 2)2
Keterangan:
n = Besar Sampel
 = Standar deviasi dari beda dua rata-rata berpasangan penelitian sebelumnya
1 = rata-rata keadaan sebelum intervensi
2 = rata-rata keadaan setelah intervensi
Z1-/2 = nilai Z pada derajat kemaknaan 5% : 1.96
Z1- = nilai Z pada kekuatan uji 90 % : 1,28

Berdasarkan rumus di atas, dan merujuk pada hasil penelitian yang dilakukan oleh Kakoei et.al
[12] yang melakukan penelitian tentang efek cryotheraphy pada mukositis oral pasien kanker
yang menjalani radioterapi pada kelompok yang diberi cryoterapi dan tidak diiberi cryotherapy ,
ditemukan nilai rata-rata kelompok intervensi 0.95 dan kelompok kontrol 1.2, perkiraan standar
deviasi 0.23 maka besar sampel sebagai berikut:
n = 2 (0.23)2 1.96 + 1.282 = 17.76 = 18
(1.2 – 0.95)2
Untuk mengantisipasi kejadian drop out maka perhitungan besar sampel ditambah 10% sehingga
besar sampel minimal 20 orang baik kelompok intervensi maupun kelompok kontrol. Total
jumlah sampel minimal adalah 40 orang. Kriteria inklusi dan eksklusi dapan dilihat pada tabel 2
berikut.
Analisis data disajikan dengan grafik perubahan derajat mukosa oral dan hasil sitologi
sebelum dan sesudah intervensi pada kedua kelompok dan data karakteristik responden dengen
tabel. Perbedaan skor derajat mukositis pada kelompok intervensi dan kelompok control
menggunakan uji komparatif numerik berpasangan 2 kelompok, yaitu uji paired t-test untuk
data berdistribusi normal, dan uji Wilcoxon untuk data tidak berdidtribusi normal. Intervensi
cryotherapy pada tahun pertama diberikan pada pasien non oral cancer yang menjalani
kemoterapi dan radioterapi dan tahun kedua diberikan pada pasien oral cancer. Penelitian
dilaksanakan setelah mendapat persetujuan rekomendasi etik oleh Komisi Etik Penelitian
Kesehatan (KEPK).
Adapun hipotesis penelitian sebagai berikut :
1. Ada pengaruh perawatan mulut menggunakan cryotherapy terhadap perubahan mukositis
oral dan hasil sitologi eksfoliatif pada pasien kanker yang menjalani kemoterapi dan
radioterapi
2. Ada perbedaan derajat mukositis oral pada hari ke-1 (H1), hari ke-7 (H7), dan hari ke-14
(H14) pada kelompok kontrol dan kelompok intervensi
Diagram Alir Penelitian

Tugas Anggota
Anggota 1:
- Menilai derajat mukositis pre dan post selama hari ke– 1 sampai dengan 14 pada
kelompok intervensi cryotherapy dan kelompok kontrol
- Memberikan intervensi cryotherapy
Anggota 2:
- Mengambil apusan mukosa oral dan menilai hasil sitologi eksfoliatif
- Mengajukan rekomendasi etik

Jadwal penelitian disusun dengan mengisi langsung tabel berikut dengan memperbolehkan
penambahan baris sesuai banyaknya kegiatan.
JADWAL

Tahun ke-1
Bulan
No Nama Kegiatan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1. Pengurusan ethical clearance
2. Survei lokasi
Persiapan alat dan bahan, penggandaan
3. kuesioner, Tanda tangan kontrak dengan
Lab RS Unhas
4. Pengambilan data
5. Pengolahan data
6. Penyusunan laporan
Penyusunan buku saku ber ISBN dan
7.
penerbitan HaKi
8. Presentasi hasil penelitian
Mengikuti Oral Presentasi pada seminar
9.
Internasional
10. Publikasi jurnal internasional

Tahun ke-2
Bulan
No Nama Kegiatan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1. Pengurusan ethical clearance
2. Survei lokasi
Persiapan alat dan bahan, penggandaan
3. kuesioner, Tanda tangan kontrak dengan
Lab RS Unhas
4. Pengambilan data
5. Pengolahan data
6. Penyusunan laporan
7. Penyusunan book chapter
8. Presentasi hasil penelitian
9. Pembuatan video dan penerbitan HaKI
Bulan
No Nama Kegiatan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
10. Publikasi jurnal internasional

Tahun ke-3
Bulan
No Nama Kegiatan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Daftar pustaka disusun dan ditulis berdasarkan sistem nomor sesuai dengan urutan pengutipan.
Hanya pustaka yang disitasi pada usulan penelitian yang dicantumkan dalam Daftar Pustaka.

DAFTAR PUSTAKA
1. M. He, “Interventions for Preventing Oral Mucositis in Patients With Cancer Receiving
Treatment,” Clin. Nurse Spec., vol. 25, no. 6, pp. 284–285, 2011.
2. [2] D. E. Peterson et al., “Systematic review of oral cryotherapy for management of
oral mucositis caused by cancer therapy,” Support. Care Cancer, vol. 21, no. 1, pp. 327–
332, 2013.
3. [3] R. V. Lalla et al., “MASCC/ISOO clinical practice guidelines for the management
of mucositis secondary to cancer therapy,” Cancer, vol. 120, no. 10, pp. 1453–1461,
2014.
4. [4] M. I. Campos, C. N. Campos, F. M. Aarestrup, and beatriz J. Aastrup, “Oral
mucositis in cancer treatment: Natural history, prevention and treatment,” Mol. Clin.
Oncol., vol. 2, no. 3, pp. 337–340, 2014.
5. [5] S. B. Jensen et al., “Systematic review of miscellaneous agents for the
management of oral mucositis in cancer patients,” Support. Care Cancer, vol. 21, no. 11,
pp. 3223–3232, 2013.
6. [6] R. I. P. Sabirin, “Sitopatologi Eksfoliatif Mukosa Oral sebagai Pemeriksaan
Penunjang di Kedokteran Gigi,” J. Kedokt. dan Kesehat., vol. 2, no. 1, pp. 157–161,
2015.
7. [7] J. Eilers, D. Harris, K. Henry, and L. A. Johnson, “Evidence-Based Interventions
for Cancer Treatment–Related Mucositis: Putting Evidence Into Practice,” vol. 18, no. 6,
2014.
8. [8] C. Je and G. Bryan, “Cryotherapy and keratinocyte growth factor may be
beneficial in preventing oral mucositis in patients with cancer , and sucralfate is effective
in reducing its severity,” J. Am. Dent. Assoc., vol. 144, no. 8, pp. 928–929, 2013.
9. [9] D. Novrianda and Y. Arif, “Mukositis Oral dan Kualitas Hidup Spesifik –
Mukositis Oral pada Anak Kanker yang Menjalani Kemoterapi,” vol. 13, no. 1, pp. 50–
59, 2017.
10. [10] M. Turkeli, M. N. Aldemir, F. Bingol, C. Dogan, and A. Kara, “A morphometric
study of the protective effect of cryotherapy on oral mucositis in cancer patients treated
with 5-fluorouracil,” Biotech. Histochem., vol. 91, no. 7, pp. 465–471, 2016.
11. [11] A. Heydari, H. Sharifi, and R. Salek, “Effect of Oral Cryotherapy on Combination
Chemotherapy-induced Oral Mucositis: A Randomized Clinical Trial,” Middle East J.
Cancer, vol. 3, no. 2 & 3, pp. 55–64, 2012.
12. [12] S. Kakoei, A. Ghassemi, and N. Nakhaee, “Effect of cryotherapy on oral
mucositis in patients with head and neck cancers receiving radiotherapy,” Int. J. Radiat.
Res., vol. 11, no. 2, pp. 117–120, 2013.
13. [13] P. E. D. dos Reis, M. A. Ciol, N. S. de Melo, P. T. de S. Figueiredo, A. F. Leite,
and N. de M. Manzi, “Chamomile infusion cryotherapy to prevent oral mucositis induced
by chemotherapy: a pilot study,” Support. Care Cancer, vol. 24, no. 10, pp. 4393–4398,
2016.
14. [14] R. I. M. Nawi, P. L. Chui, and I. W. Zamaniah, “Prevention of oral mucositis and
pain among patients with colorectal cancer undergoing chemotherapy,” Clin. J. Onkol.
Nurs., vol. 22, no. 5, pp. 2014–2019, 2018.
15. [15] Y. Lu, X. Zhu, Q. Ma, J. Wang, P. Jiang, and S. Teng, “Oral cryotherapy for oral
mucositis management in patients receiving allogeneic hematopoietic stem cell
transplantation : a prospective randomized study,” Springer, pp. 5–8, 2019.
16. [16] N. Shin and Y. Kang, “The Effects of Oral Cryotherapy on Oral Mucositis,
Reactive Oxygen Series, Inflammatory Cytokines, and Oral Comfort in Gynecologic
Cancer Patients Undergoing Chemotherapy: A Randomized Controlled Trial,” J. Korean
Acad. Nurs., vol. 49, no. 2, pp. 149–160, 2019.
1. ……………………………………………………………………………………………… Formatted: Font: Times New Roman, 12 pt
… Formatted: Normal, Left, Space Before: 0 pt, No
bullets or numbering
2. ………………………………………………………………………………………………… Formatted: Normal, Left, No bullets or numbering

3. …………………………………………………… dst.

Anda mungkin juga menyukai