BAB02 Sistim Panasbumi1 PDF
BAB02 Sistim Panasbumi1 PDF
SISTIM PANASBUMI
Gambar 2-1
Jenis-jenis Manifestasi Permukaan
Gambar 2-2
Manifestasi Permukaan di Lapangan Panasbumi Kamojang
(Photo: Sutopo, 1995)
Besarnya laju aliran panas (Q) dapat ditentukan dari data konduktivitas panas batuan
pada lapisan paling atas (K) dan dari data gradien temperatur di dekat permukaan
(dT/dz). Secara matematis besarnya laju aliran panas secara konduksi tersebut dapat
dinyatakan sebagai berikut:
Q = - K (dT/dz) (2.1)
Tanah hangat umumnya terjadi di atas tempat terdapatnya sumber daya panasbumi
atau di daerah sekitarnya di mana terdapat manifestasi panasbumi lainnya yang
memancarkan panas lebih kuat, misalnya di sekitar daerah dimana ada uap panas
keluar dari tanah atau steaming ground, atau di daerah sekitar kolam air panas.
Pertumbuhan tumbuh-tumbuhan umumnya tidak terganggu, kecuali bila besarnya
gradien temperatur lebih besar dari 25-30oC/km.
Adanya tanah hangat dapat diketahui dengan mengukur gradien temperatur hingga
kedalaman 1-2 meter. Pengukuran temperatur umumnya dilakukan dengan membuat
lubang hingga kedalaman 1-2 meter. Temperatur di permukaan dan pada kedalaman
1 meter biasanya diukur dengan menggunakan thermometer atau thermocouple. Dari
data tersebut dapat dihitung besarnya gradien temperatur pada suatu titik
pengamatan.
Survey yang dilakukan di El Tatio mungkin terlalu lama, sedangkan survey yang
dilakukan di Kamojang dapat dikatakan terlalu singkat.
Besarnya temperatur di permukaan sangat tergantung dari laju aliran uap (steam
flux). Elder (1966) mengelompokkan steaming ground berdasarkan pada besarnya
laju aliran panas seperti diperlihatkan pada Tabel 2-1.
Tabel 2.1
Steaming Ground
(Elder, 1966)
Metoda lain yang dapat digunakan untuk memetakan daerah steaming ground adalah
dengan menggunakan airborne infra-red. Metoda pengukuran cara ini merupakan
metoda pengukuran yang tercepat tetapi sangat mahal.
Steaming ground sangat berbahaya bagi mahluk hidup karena temperatur di daerah
tersebut umumnya cukup tinggi (Gradien temperatur umumnya lebih besar dari
300C/m). Di daerah di mana terdapat steaming ground umumnya tumbuh-tumbuhan
tidak tumbuh karena temperatur yang terlampau tinggi.
Mata air panas/hangat juga merupakan salah satu petunjuk adanya sumber daya
panasbumi di bawah permukaan. Mata air panas/hangat ini terbentuk karena adanya
aliran air panas/hangat dari bawah permukaan melalui rekahan-rekahan batuan.
Istilah “hangat” digunakan bila temperatur air lebih kecil dari 50oC dan istilah
“panas” digunakan bila temperatur air lebih besar dari 50oC.
Mata air panas yang bersifat asam biasanya merupakan manifestasi permukaan
dari suatu sistim panasbumi yang didominasi uap.
Sedangkan mata air panas yang bersifat netral biasanya merupakan manifestasi
permukaan dari suatu sistim panasbumi yang didominasi air. Mata air panas yang
bersifat netral, yang merupakan manifestasi permukaan dari sistim dominasi air,
umumnya jenuh dengan silika.
Apabila laju aliran air panas tidak terlalu besar umumnya di sekitar mata air
panas tersebut terbenntuk teras-teras silika yang berwarna keperakan (silica
sinter terraces atau sinter platforms). Bila air panas banyak mengandung
Carbonate maka akan terbentuk teras-teras travertine (travertine terrace).
Namun di beberapa daerah, yaitu di kaki gunung, terdapat mata air panas yang
bersifat netral yang merupakan manifestasi permukaan dari suatu sistim
panasbumi dominasi uap.
Temperatur pada calm pools umumnya di bawah temperatur titik didih (boiling
point). Disini laju aliran air umumnya kecil sekali. Pada boiling pools temperatur
adalah temperatur titik didihnya boiling pools seringkali disertai dengan semburan
air panas, oleh karena itu boiling pools seringkali diklasifikasikan sebagai hot
springs atau mata air panas. Pada ebulient pools yaitu kolam air panas yang
bergolak, adanya letupan-letupan kuat yang muncul secara tidak beraturan
disebabkan karena terlepasnya uap panas pada suatu kedalaman di bawah permukaan
air. Letupan-letupan kecil dapat juga disebabkan karena adanya non-condensible gas
seperti C02.
Gambar 2-3
Kolam Air Panas di Lapangan Orakei Korako,
New Zealand (Photo: Yanfidra, 1995)
Air panas dapat berasal dari suatu reservoar air panas yang terdapat jauh di bawah
permukaan atau mungkin juga berasal dari air tanah yang menjadi panas karena
pemanasan oleh uap panas.
Bila air tersebut berasal dari reservoar panasbumi maka air tersebut hampir selalu
bersifat netral. Disamping itu air tersebut umumnya jemih dan berwarna
kebiruan.
Gambar 2-4
Kolam Air Panas di Lapangan Orakei Korako,
New Zealand (Photo:Nenny Saptadji, 1992)
Gambar 2-5
Kolam Air Panas di Lapangan Ohaki,
New Zealand (Photo: Yanfidra, 1995)
Bila didalam telaga terjadi konveksi, temperatur pada umumnya tidak berubah
terhadap kedalaman. Telaga air panas dapat terjadi di daerah dimana terdapat
reservoar dominasi air ataupun didaerah dimana terdapat reservoar dominasi uap.
Semua telaga air panas yang mempunyai temperatur didasar danau mendekati titik
didih sangat berbahaya dan merupakan tempat yang sangat memungkinkan untuk
tejadinya hidrothermal eruption.
2.1.6 Fumarole
Fumarole adalah lubang kecil yang memancarkan nap panas kering (dry steam) atau
uap panas yang mengandung butiran-butiran air (wet steam).
Apabila uap tersebut mengandung gas H2S maka manifestasi permukaan tersebut
disebut solfatar. Fumarole yang memancarkan uap dengan kecepatan tinggi
kadang-kadang juga dijumpai di daerah tempat terdapatnya sistim dominasi uap.
Uap tersebut mungkin mengandung S02 yang hanya stabil pada temperatur yang
sangat tinggi (>500oC).
Fumarole yang memancarkan uap dengan kandungan asam boric tinggi
umumnya disebut soffioni.
Di daerah dimana terdapat sistim dominasi uap dapat dijumpai wet fumarole juga
dry fumarole, yaitu fumarole yang memancarkan uap bertemperatur tinggi, yaitu
sekitar 100-150oC. Fumarole jenis ini sangat jarang dijumpai di alam, salah satu
contohnya adalah fumarole di Ketetahi (NZ). Kecepatan fumarole jenis ini umumnya
sangat tinggi (>100 mis).
2.1.7 Geyser
Geyser (Gambar 2-7 dan 2-8) didefinisikan sebagai mata air panas yang menyembur
ke udara secara intermitent (pada selang waktu tak tentu) dengan ketinggian air
sangat beraneka ragam, yaitu dari kurang dari satu meter hingga ratusan meter.
Selang waktu penyemburan air (erupsi) juga beraneka ragam, yaitu dari beberapa
Gambar 2-6
Manifestasi Permukaan di Daerah Whakarewarewa-Rotorua, New Zealand
(Photo: Nenny Saptadji, 1993)
Gambar 2-7
Prince of Wales Feathers dan Pohutu Geyser di Daerah Whakarewarewa-Rotorua,
New Zealand, pada waktu erupsi
(Photo: Nenny Saptadji, 1993)
Kubangan lumpur panas (Gambar 2-9 s.d. 2-11) juga merupakan salah satu
manifestasi panasbumi di permukaan. Kubangan lumpur panas umumnya
mengandung non-condensible gas (CO2) dengan sejumlah kecil uap panas. Lumpur
terdapat dalam keadaan cair karena kondensasi nap panas. Sedangkan letupan-
letupan yang tejadi adalah karena pancaran C02
Gambar 2-9
Mud Pools di lapangan Rotorua, New Zealand
(Postcard dari Friend Wholesale, Rotorua)
Gambar 2-11
Mud Pool di Lapangan Kamojang
(Photo: Sutopo, 1996)
Silika sinter (Gambar 2-12 s.d 2.14) adalah endapan silika di permukaan yang
berwarna keperakan. Umumnya dijumpai disekitar mata air panas dan lubang geyser
yang menyemburkan air yang besifat netral. Apabila laju aliran air panas tidak
terlalu besar umumnya disekitar mata air panas tersebut terbentuk teras-teras silika
yang berwarna keperakan (silica sinter teraces atau sinter platforms). Silika sinter
merupakan manifestasi pernukaan dari sistim panasbumi yang didominasi air.
Gambar 2-13
Hochestetter Pool dengan Latar Belakang Terase Silika Sinter di Lapangan Orakei
Korako (New Zealand). Kolam Air Panas ini dulunya adalah geyser, tetapi sejak
tahun 1955 tidak lagi aktif dan berubah menjadi kolam air panas.
(Postcard dari Pictorial Publications Limited)