Anda di halaman 1dari 13

Bab II

SISTIM PANASBUMI

Bab ini membahas jenis-jenis manifestasi panasbumi di permukaan serta masing-


masing karakteristiknya, sistim panasbumi ditinjau dari kejadiannya, temperatur
jenis dan karakteristik batuan dan reservoirnya. Juga dibahas dalam bab ini adalah
jenis-jenis sistim panasbumi serta beberapa model sistim panasbumi yang ada di
Indonesia.

2.1 MANIFESTASI PANASBUMI DI PERMUKAAN


Berbeda dengan sistim minyak-gas, adanya suatu sumber daya panasbumi di bawah
permukaan sering kali ditunjukkan oleh adanya manifestasi panasbumi di permukaan
(geothermal surface manifestation), seperti mata air panas, kubangan lumpur panas
(mud pools), geyser dan manifestasi panasbumi lainnya, dimana beberapa
diantaranya, yaitu mata air panas, kolam air panas sering dimanfaatkan oleh
masyarakat setempat untuk mandi, berendam, mencuci, masak dll. Manifestasi
panasbumi di permukaan diperkirakan terjadi karena adanya perambatan panas dari
bawah permukaan atau karena adanya rekahan-rekahan yang memungkinkan fluida
panasbumi (uap dan air panas) mengalir ke permukaan.

Gambar 2-1
Jenis-jenis Manifestasi Permukaan

Bab II Sistim Panasbumi II-1


Gambar 2-1 memperlihatkan jenis-jenis manifestasi panasbumi di permukaan.
Daerah dimana terdapat manifestasi panasbumi di permukaan biasanya merupakan
daerah yang pertama kali dicari dan dikunjungi pada tahap eksplorasi. Dari
karakterisasi manifestasi panasbumi di permukaan serta kandungan kimia air kita
dapat membuat berbagai perkiraan mengenai sistim panasbumi di bawah permukaan,
misalnya mengenai jenis dan temperatur reservoir. Sebagai ilustrasi pada Gambar 2-
2 diperlihatkan manifestasi panasbumi di lapangan Kamojang.

Gambar 2-2
Manifestasi Permukaan di Lapangan Panasbumi Kamojang
(Photo: Sutopo, 1995)

2.1.1 Tanah Hangat (Warm Ground)


Adanya sumber daya panasbumi di bawah permukaan dapat ditunjukkan antara lain
dari adanya tanah yang mempunyai temperatur lebih tinggi dari temperatur tanah
disekitarnya. Hal ini terjadi karena adanya perpindahan panas secara konduksi dari
batuan bawah permukaan ke batuan permukaan.

Bab II Sistim Panasbumi II-2


Berdasarkan pada besarnya gradien temperatur, Armstead (1983) mengklasifikasikan
area di bumi sebagai berikut:
 Area tidak panas (non-thermal area)
Suatu area diklasifikasikan sebagai area tidak panas apabila gradien temperatur
di area tersebut sekitar 10-40oC/km.
 Area panas (thermal area)
Area panas dibedakan menjadi dua, yaitu:
 Area semi thermal, yaitu area yang mempunyai gradien temperatur
sekitar 70-8OoC/km.
 Area hyperthermal, yaitu area yang mempunyai gradien temperatur
sangat tinggi. Contohnya adalah di Lanzarote (Canary Island)
besarnya gradien temperatur sangat tingigi sekali hingga besarnya
tidak lagi dinyatakan dalam 0C/km tetapi dalam oC/cm.

Besarnya laju aliran panas (Q) dapat ditentukan dari data konduktivitas panas batuan
pada lapisan paling atas (K) dan dari data gradien temperatur di dekat permukaan
(dT/dz). Secara matematis besarnya laju aliran panas secara konduksi tersebut dapat
dinyatakan sebagai berikut:

Q = - K (dT/dz) (2.1)

Tanah hangat umumnya terjadi di atas tempat terdapatnya sumber daya panasbumi
atau di daerah sekitarnya di mana terdapat manifestasi panasbumi lainnya yang
memancarkan panas lebih kuat, misalnya di sekitar daerah dimana ada uap panas
keluar dari tanah atau steaming ground, atau di daerah sekitar kolam air panas.
Pertumbuhan tumbuh-tumbuhan umumnya tidak terganggu, kecuali bila besarnya
gradien temperatur lebih besar dari 25-30oC/km.

Adanya tanah hangat dapat diketahui dengan mengukur gradien temperatur hingga
kedalaman 1-2 meter. Pengukuran temperatur umumnya dilakukan dengan membuat
lubang hingga kedalaman 1-2 meter. Temperatur di permukaan dan pada kedalaman
1 meter biasanya diukur dengan menggunakan thermometer atau thermocouple. Dari
data tersebut dapat dihitung besarnya gradien temperatur pada suatu titik
pengamatan.

Untuk mendapatkan gambaran mengenai temperatur di suatu daerah secara


menyeluruh perlu dilakukan pengukuran di beberapa tempat. Dari data yang
diperoleh kemudian dibuat peta temperatur (T-map). Apabila tanah permukaan yang
hangat tersebut terletak di daerah di mana tejadi perubahan musim, variasi
temperatur perlu dikoreksi. Survey seperti dijelaskan diatas sebaiknya dilakukan
diseluruh daerah di mana terdapat manifestasi panasbumi di permukaan. Contoh:

Bab II Sistim Panasbumi II-3


 Pengukuran di El Tatio (Chili).
Pengukuran temperatur di daerah ini dilakukan pada kedalaman 2 meter dan
mencakup daerah seluas 20 km2. Survey ini dilakukan dalam jangka waktu 1
tahun.

 Pengukuran di lapangan Kamojang (Jawa Barat).


Pengukuran temperatur dilakukan pada kedalaman 0.7 meter dengan jarak tidak
tetap di sepanjang jalan utama dan jalan setapak. Hal ini dilakukan agar seluruh
daerah di mana terdapat uap panas keluar ke permukaan (steaming ground)
dapat tercakup. Dengan mempertimbangkan hal tersebut survey dilakukan di
daerah seluas 1.5 km2. Survey ini dilakukan dalam waktu sekitar 3 minggu.

Survey yang dilakukan di El Tatio mungkin terlalu lama, sedangkan survey yang
dilakukan di Kamojang dapat dikatakan terlalu singkat.

2.1.2 Permukaan Tanah Beruap (Steaming Ground)

Di beberapa daerah terdapat tempat-tempat di mana uap panas (steam) nampak


keluar dari permukaan tanah. Jenis manifestasi panasbumi ini disebut steaming
ground. Diperkirakan uap panas tersebut berasal dari suatu lapisan tipis dekat
permukaan yang mengandung air panas yang mempunyai temperatur sama atau lebih
besar dari titik didihnya (boiling point).

Besarnya temperatur di permukaan sangat tergantung dari laju aliran uap (steam
flux). Elder (1966) mengelompokkan steaming ground berdasarkan pada besarnya
laju aliran panas seperti diperlihatkan pada Tabel 2-1.

Tabel 2.1
Steaming Ground
(Elder, 1966)

Tingkat Laju Aliran Panas


Kekuatan (J/s.m2)
Sangat Kuat 500-5000
Kuat 50-500
Lemah <50

Umumnya intensitas panas di daerah steaming ground diperkirakan dari besarnya


gradien temperatur. Pemetaan temperatur dilakukan dengan cara membagi daerah
tersebut menjadi sejumlah blok berukuran sama, di mana jarak antara satu tempat
pengukuran ke tempat pengukuran lainnya (titik pusat blok) berjarak sekitar 20
meter. Untuk mengukur temperatur dapat digunakan bimetallic strip type
thermometer. Apabila pengukuran temperatur dilakukan di seluruh daerah tersebut,

Bab II Sistim Panasbumi II-4


peta temperatur dapat dibuat dengan skala yang umum digunakan yaitu 1:200 atau
1:100 dan kemudian besarnya kehilangan panas (heat loss) dapat dihitung.

Metoda lain yang dapat digunakan untuk memetakan daerah steaming ground adalah
dengan menggunakan airborne infra-red. Metoda pengukuran cara ini merupakan
metoda pengukuran yang tercepat tetapi sangat mahal.

Steaming ground sangat berbahaya bagi mahluk hidup karena temperatur di daerah
tersebut umumnya cukup tinggi (Gradien temperatur umumnya lebih besar dari
300C/m). Di daerah di mana terdapat steaming ground umumnya tumbuh-tumbuhan
tidak tumbuh karena temperatur yang terlampau tinggi.

2.1.3 Mata Air Panas Atau Hangat (Hot or Warm Spring)

Mata air panas/hangat juga merupakan salah satu petunjuk adanya sumber daya
panasbumi di bawah permukaan. Mata air panas/hangat ini terbentuk karena adanya
aliran air panas/hangat dari bawah permukaan melalui rekahan-rekahan batuan.
Istilah “hangat” digunakan bila temperatur air lebih kecil dari 50oC dan istilah
“panas” digunakan bila temperatur air lebih besar dari 50oC.

Sifat air permukaan seringkali digunakan untuk memperkirakan jenis reservoir di


bawah permukaan.

 Mata air panas yang bersifat asam biasanya merupakan manifestasi permukaan
dari suatu sistim panasbumi yang didominasi uap.

 Sedangkan mata air panas yang bersifat netral biasanya merupakan manifestasi
permukaan dari suatu sistim panasbumi yang didominasi air. Mata air panas yang
bersifat netral, yang merupakan manifestasi permukaan dari sistim dominasi air,
umumnya jenuh dengan silika.

 Apabila laju aliran air panas tidak terlalu besar umumnya di sekitar mata air
panas tersebut terbenntuk teras-teras silika yang berwarna keperakan (silica
sinter terraces atau sinter platforms). Bila air panas banyak mengandung
Carbonate maka akan terbentuk teras-teras travertine (travertine terrace).

 Namun di beberapa daerah, yaitu di kaki gunung, terdapat mata air panas yang
bersifat netral yang merupakan manifestasi permukaan dari suatu sistim
panasbumi dominasi uap.

2.1.4 Kolam Air Panas (Hot Pools)


Adanya kolam air panas di alam juga merupakan salah satu petunjuk adanya sumber
daya panasbumi di bawah permukaan. Kolam air panas ini terbentuk karena adanya
aliran air panas dari bawah permukaan melalui rekahan-rekahan batuan. Pada
permukaan air terjadi penguapan yang disebabkan karena adanya perpindahan panas

Bab II Sistim Panasbumi II-5


dari permukaan air ke atmosfir. Panas yang hilang ke atmosfir sebanding dengan
luas area kolam, temperatur pada permukaan dan kecepatan angin.

Kolam air panas dibedakan menjadi tiga, yaitu:


 kolam air panas yang tenang (calm pools)
 kolam air panas yang mendidih (boiling pools)
 kolam air panas yang bergolak (ebulient pools).

Temperatur pada calm pools umumnya di bawah temperatur titik didih (boiling
point). Disini laju aliran air umumnya kecil sekali. Pada boiling pools temperatur
adalah temperatur titik didihnya boiling pools seringkali disertai dengan semburan
air panas, oleh karena itu boiling pools seringkali diklasifikasikan sebagai hot
springs atau mata air panas. Pada ebulient pools yaitu kolam air panas yang
bergolak, adanya letupan-letupan kuat yang muncul secara tidak beraturan
disebabkan karena terlepasnya uap panas pada suatu kedalaman di bawah permukaan
air. Letupan-letupan kecil dapat juga disebabkan karena adanya non-condensible gas
seperti C02.

Gambar 2-3
Kolam Air Panas di Lapangan Orakei Korako,
New Zealand (Photo: Yanfidra, 1995)

Air panas dapat berasal dari suatu reservoar air panas yang terdapat jauh di bawah
permukaan atau mungkin juga berasal dari air tanah yang menjadi panas karena
pemanasan oleh uap panas.

 Bila air tersebut berasal dari reservoar panasbumi maka air tersebut hampir selalu
bersifat netral. Disamping itu air tersebut umumnya jemih dan berwarna
kebiruan.

Bab II Sistim Panasbumi II-6


 Bila air tersebut berasal dari air tanah yang menjadi panas karena pemanasan
oleh uap panas maka air yang terdapat di dalam kolam air panas umumnya
bersifat asam. Sifat asam ini disebabkan karena tejadinya oksidasi H2 didalam
uap panas. Kolam air panas yang bersifat asam (acid pools) umumnya berlumpur
dan kehijau-hijauan. Kolam air panas yang bersifat asam mungkin saja terdapat
diatas suatu reservoar air panas.

Gambar 2-4
Kolam Air Panas di Lapangan Orakei Korako,
New Zealand (Photo:Nenny Saptadji, 1992)

Gambar 2-5
Kolam Air Panas di Lapangan Ohaki,
New Zealand (Photo: Yanfidra, 1995)

Bab II Sistim Panasbumi II-7


2.1.5 Telaga Air Panas (Hot Lakes)
Telaga air panas pada dasamya juga kolam air panas, tetapi lebih tepat dikatakan
telaga karena luasnya daerah permukaan air. Umumnya istilah telaga dipakai bila
luas permukaannya lebih dari 100 m2. Telaga air panas sangat jarang terdapat di
alam karena telaga air panas terjadi karena hydrothermal eruption yang sangat besar.
Contohnya adalah danau Waimangu di New Zealand.

Bila didalam telaga terjadi konveksi, temperatur pada umumnya tidak berubah
terhadap kedalaman. Telaga air panas dapat terjadi di daerah dimana terdapat
reservoar dominasi air ataupun didaerah dimana terdapat reservoar dominasi uap.
Semua telaga air panas yang mempunyai temperatur didasar danau mendekati titik
didih sangat berbahaya dan merupakan tempat yang sangat memungkinkan untuk
tejadinya hidrothermal eruption.

2.1.6 Fumarole
Fumarole adalah lubang kecil yang memancarkan nap panas kering (dry steam) atau
uap panas yang mengandung butiran-butiran air (wet steam).

 Apabila uap tersebut mengandung gas H2S maka manifestasi permukaan tersebut
disebut solfatar. Fumarole yang memancarkan uap dengan kecepatan tinggi
kadang-kadang juga dijumpai di daerah tempat terdapatnya sistim dominasi uap.
Uap tersebut mungkin mengandung S02 yang hanya stabil pada temperatur yang
sangat tinggi (>500oC).
 Fumarole yang memancarkan uap dengan kandungan asam boric tinggi
umumnya disebut soffioni.

Hampir semua fumarole yang merupakan manifestasi permukaan dari sistim


dominasi air memancarkan uap panas basah. Temperatur uap umumnya tidak lebih
dari 100oC. Fumarole jenis ini sering disebut fumarole basah (wet fumarole).

Di daerah dimana terdapat sistim dominasi uap dapat dijumpai wet fumarole juga
dry fumarole, yaitu fumarole yang memancarkan uap bertemperatur tinggi, yaitu
sekitar 100-150oC. Fumarole jenis ini sangat jarang dijumpai di alam, salah satu
contohnya adalah fumarole di Ketetahi (NZ). Kecepatan fumarole jenis ini umumnya
sangat tinggi (>100 mis).

2.1.7 Geyser

Geyser (Gambar 2-7 dan 2-8) didefinisikan sebagai mata air panas yang menyembur
ke udara secara intermitent (pada selang waktu tak tentu) dengan ketinggian air
sangat beraneka ragam, yaitu dari kurang dari satu meter hingga ratusan meter.
Selang waktu penyemburan air (erupsi) juga beraneka ragam, yaitu dari beberapa

Bab II Sistim Panasbumi II-8


detik hingga beberapa hari. Lamanya air menyembur ke pemukaan juga sangat
beraneka ragam, yaitu dari beberapa detik hingga beberapa jam. Geyser merupakan
manifestasi permukaan dari sistim dominasi air.

Gambar 2-6
Manifestasi Permukaan di Daerah Whakarewarewa-Rotorua, New Zealand
(Photo: Nenny Saptadji, 1993)

Gambar 2-7
Prince of Wales Feathers dan Pohutu Geyser di Daerah Whakarewarewa-Rotorua,
New Zealand, pada waktu erupsi
(Photo: Nenny Saptadji, 1993)

Bab II Sistim Panasbumi II-9


Gambar 2-8
Prince of Wales Feathers dan Pohutu Geyser di Daerah Whakarewarewa-Rotorua
setelah aktivitasnya menurun. (Photo: Nenny Saptadji, 1993)

2.1.8 Kubangan Lumpur Panas (Mud Pools)

Kubangan lumpur panas (Gambar 2-9 s.d. 2-11) juga merupakan salah satu
manifestasi panasbumi di permukaan. Kubangan lumpur panas umumnya
mengandung non-condensible gas (CO2) dengan sejumlah kecil uap panas. Lumpur
terdapat dalam keadaan cair karena kondensasi nap panas. Sedangkan letupan-
letupan yang tejadi adalah karena pancaran C02

Gambar 2-9
Mud Pools di lapangan Rotorua, New Zealand
(Postcard dari Friend Wholesale, Rotorua)

Bab II Sistim Panasbumi II-10


Gambar 2-10
Mud Pool di Lapangan Rotorua, New Zealand
(Postcard )

Gambar 2-11
Mud Pool di Lapangan Kamojang
(Photo: Sutopo, 1996)

2.1.9 Silika Sinter

Silika sinter (Gambar 2-12 s.d 2.14) adalah endapan silika di permukaan yang
berwarna keperakan. Umumnya dijumpai disekitar mata air panas dan lubang geyser
yang menyemburkan air yang besifat netral. Apabila laju aliran air panas tidak
terlalu besar umumnya disekitar mata air panas tersebut terbentuk teras-teras silika
yang berwarna keperakan (silica sinter teraces atau sinter platforms). Silika sinter
merupakan manifestasi pernukaan dari sistim panasbumi yang didominasi air.

Bab II Sistim Panasbumi II-11


Gambar 2-12
Silika Sinter yang Terbentuk di Sekitar Waikorohihi Geyser New Zealand
(Photo: Nenny Saptadji, 1992)

Gambar 2-13
Hochestetter Pool dengan Latar Belakang Terase Silika Sinter di Lapangan Orakei
Korako (New Zealand). Kolam Air Panas ini dulunya adalah geyser, tetapi sejak
tahun 1955 tidak lagi aktif dan berubah menjadi kolam air panas.
(Postcard dari Pictorial Publications Limited)

Bab II Sistim Panasbumi II-12


Gambar 2-14
Silika Sinter di Sekitar Kolam Air Panas
(Photo: Yanfidra, 1995)

2.1.10 Batuan Yang Mengalami Alterasi


Alterasi hidrothermal merupakan proses yang terjadi akibat adanya reaksi antara
batuan asal dengan fluida panasbumi. Batuan hasil alterasi hidrotermal tergantung
pada beberapa faktor, tetapi yang utama adalah temperatur, tekanan, jenis batuan
asal, komposisi fuida (hususnya pH) dan lamanya reaksi (Browne, 1984). Proses
alterasi hidrotermal yang tejadi akibat adanya reaksi antara batuan dengan air jenis
klorida yang berasal dari reservoir panasbumi yang terdapat jauh dibawah
permukaan (deep chloride water) dapat menyebabkan teriadinya pengendapan
(misalnya kwarsa) dan pertukaran elemen-elemen batuan dengan fluida,
menghasilkan mineral-mineral seperti Chlorite, adularia, epidote. Air yang bersifat
asam, yang terdapat pada kedalaman yang relatif dangkal dan elevasi yang relatif
tinggi mengubah batuan asal menjadi mineral clay dan mineral-mineral lainnya
terlepas. Mineral hidrothernal yang dihasilkan di zona permukaan biasanya adalah
kaolin, alutlite, sulphur, residue silika dan gypsum.

Bab II Sistim Panasbumi II-13

Anda mungkin juga menyukai