Anda di halaman 1dari 4

MASALAH NUSYUZ

I. Pengertian Nusyuz

A. Menurut terminologis, nusyuz mempunyai beberapa pengertian di antaranya:


1. Menurut fuqaha Hanafiyah seperti yang dikemukakan Saleh Ganim
mendefinisikanya dengan ketidaksenangan yang terjadi diantara suami-isteri.
2. Ulama mazhab Maliki berpendapat bahwa nusyuz adalah saling menganiaya
suami isteri.
3. ulama Syafi’iyah nusyuz adalah perselisihan diantara suami-isteri,
4. 4. ulama Hambaliyah mendefinisikanya dengan ketidak-senangan dari pihak isteri
atau suami yang disertai dengan pergaulan yang tidak harmonis.
B. Menurut etimologi berasal dari bahasa Arab yang diambil dari kata nasyaza-
yansyuzu-nusyuuzan yang berarti tinggi atau timbul ke permukaan.

Nusyuz juga berarti yaituperempuan yang durhaka kepada suaminya.

Sedangkan menurut istilah (syara’) adalah meninggalkan kewajiban suami isteri


atau sikap acuh tak acuh yang ditampilkan oleh sang suami atau isteri. Dalam bahasa arab
ditegaskan bahwa nusyuz dalam rumah tangga adalah sikap yang menunjukan kebencian seorang
suami kepada isterinya atau sebaliknya. Namun lazimnya nusyuz diartikan sebagai durhaka atau
kedurhakaan.

Bagi sebagian ulama berpendapat bahwa nusyuz tidak sama dengan syiqaq, karena nusyuz
dilakukan oleh salah satu pasangan dari suami-isteri. Nusyuz berawal dari salah satu pihak, baik
dari isteri maupun suami bukan kedua-duanya secara bersama-sama, karena hal tersebut bukan
lagi merupakan nusyuz melainkan dikategorikan sebagai syiqaq. Begitu pula mereka
membedakan antara nusyuz dan i’radh.

Menurut mereka, dengan memperbandingkan antara surat an-Nisa’ ayat 34 dengan ayat

128 dapat ditarik sebuah pemahaman bahwa pengertian kata nusyuz lebih menyeluruh dari pada
kata i’radh. Hal ini tentu saja dikarenakan kandungan arti kata nusyuz melingkupi seluruh jenis
perlakuan buruk dari suami dan isteri dalam hidup rumah tangga. Sedangkan i’radh hanya
sebatas beralihnya perhatian suami dari isterinya kepada sesuatu yang lain.

Nusyuz suami mengandung arti pendurhakaan suami kepada Allah karena meninggalkan
kewajibannya terhadap isterinya. Nusyuz suami terjadi apa bila ia tidak melaksanakan
kewajibannya terhadap isterinya baik meninggalkan secara materil maupun non materil.
Sedangkan nusyuz yang mengandung arti luas yaitu segala sesuatu yang dapat disebut
menggauli isterinya dengan cara buruk seperti berlaku kasar, menyakiti fisik dan mental
isteri, tidak melakukan hubungan badaniyah dalam jangka waktu tertentu yang sangat lama dan
tindakan lain yang bertentangan dengan asas pergaulan baik antara suami dan isteri.

Dari pengertian di atas, ternyata para ulama memiliki pandangan yang tidak jauh berbeda
antara satu dengan yang lainya. Dan sebagai kesimpulannya, disamping perbuatan nusyuz selain
dilakukan oleh seorang isteri, juga dilakukan oleh seorang suami sebagaimana yang digariskan
oleh ajaran agama.

Nusyuz adalah durhaka. Jadi, nusyuz suami adalah sikap suami yang telah meninggalkan
kewajiban-kewajibannya, bertindak keras kepada isteri, tidak menggaulinya dengan baik, tidak
pula memberikan nafkah dan bersikap acuh tak acuh kepada isteri

B. Dasar Hukum Nusyuz Suami

1. Al-Qur’an

Nusyuz tidak hanya dilakukan oleh seorang isteri terhadap suaminya akan tetapi suami
juga bisa melakukan nusyuz terhadap isterinya. Nusyuz mempunyai beberapa ihwal (keadaan)
yang tidak di terangkan Allah SWT dalam Al-Quran
yaitu surat An-Nisa’ ayat 34 :
Artinya : “Perempuan-Perempuan yang kamu khawatirkan nusyuznya, Maka nasehatilah
mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka.
kemudian jika mereka mentaatimu, Maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk
menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha besar.” (QS. An-Nisa :
34)
Didalam Annisa ayat 128 :

Artinya : “Dan jika seorang Perempuan khawatir akan nusyuz atau sikap tidak acuh dari
suaminya, Maka tidak mengapa bagi keduanya Mengadakan perdamaian yang sebenar-benarnya,
dan perdamaian itu lebih baik (bagi mereka) walaupun manusia itu menurut tabiatnya kikir. dan
jika kamu bergaul dengan isterimu secara baik dan memelihara dirimu (dari nusyuz dan sikap
tak acuh), Maka Sesungguhnya Allah adalah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.

Kedua ayat tersebut di atas lazim disebut sebagai ayat-ayat nusyuz dalam beberapa kitab
fikih. Ayat-ayat nusyuz tersebut turun menurut sebagian pendapat para ahli fikih (fuqaha) adalah
dalam konteks masyarakat arab ketika itu yang terbiasa melakukan kekerasan terhadap
perempuan (istri). Pemukulan adalah bentuk kekerasan yang paling sering muncul pada masa itu.
Dengan demikian ayat-ayat tersebut turun dalam konteks melarang pemukulan terhadap istri dan
segala bentuk dalam kekerasan rumah tangga.

Ayat ini menerangkan bagaimana cara yang mesti dilakukan oleh suami istri. Apabila
istri merasa takut dan khawatir terhadap suaminya yang kurang mengindahkannya atau kurang
perhatian kepadanya atau mengacuhkannya.
Dalam sebuah hadist yang telah Diriwayatkan oleh Ahmad, Abu Daud, Nasa’i, Ibnu Majah
dan Bukhori sebagiannya dan dishohihkan oleh Ibnu Hibban dan Hakim).

Berkata dan berlaku kasar kepada isteri seperti menghardik, menghina dan memukul
tanpa sebab sedangkan isteri taat dan tidak durhaka kepada suaminya juga dianggap sebagai
nusyuz. Berdasarkan nash-nash Al-Qur’an dan sunnah diatas maka jelaslah menunjukkan nusyuz
tidak hanya berlaku kepada isteri saja tetapi suami juga dapat dikategorikan nusyuz.

Nusyuz merupakan tindakan yang tidak memenuhi hak dan kewajiban oleh suami atau
isteri dalam berumah tangga. Hubungan antara suami dan isteri dalam rumah tangga bahwa
seorang suami mempunyai hak dan begitu pula dengan seorang isteri. Di balik itu suami
mempunyai beberapa kewajiban begitu pula dengan isteri. Adanya hak dan kewajiban antara
suami isteri dalam rumah tangga dapat dilihat dalam fiman Allah :

Artinya :“Dan Para Perempuan mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut
cara yang ma'ruf. akan tetapi Para suami, mempunyai satu tingkatan kelebihan
daripada isterinya. dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” Q.S Al-Baqarrah : 228

Nusyuznya suami ialah acuh terhadap istrinya, tidak mencintainya Seorang istri diberi
hak oleh Islam untuk mengobati nusyuz suaminya, namun tentunya ia tidak bisa menempuh cara
hajr atau pukulan sebagaimana hak ini diberikan kepada suami, karena perbedaan tabiat wanita
dengan laki-laki dan lemahnya kemampuan serta kekuatannya. Seorang istri yang cerdas akan
mampu menyabarkan dirinya guna mengembalikan suaminya sebagai suami yang

Anda mungkin juga menyukai