Anda di halaman 1dari 32

MAKALAH

MEKANIKA TANAH I

“ALAT-ALAT PENGUJIAN TANAH: SPT, SONDIR, CBR, DAN


SANDCONE”

Disusun Untuk Memenuhi


Tugas Mata Kulaih Mekanika Tanah I

Oleh:
EGA ARDIANSYAH 177011055
HABIB ANSHORI 177011032
IMAM ZAINIL ARIF 17701107
M. ILHAM NURDIANSYAH 177011034
M. RIDWAN FIRDAUS 177011040
MAUZAN OMARI 177011054

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SILIWANGI
2018

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan
rahmat, taufik, dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
Makalah tentang “Alat-alat Pengujian Tanah: SPT, Sondir, CBR, dan Sandcone“
sebagai salah satu tugas Mata Kuliah Mekanika Tanah I. Shalawat beserta
salam kita panjatkan kepada Nabi Muhammad SAW, yang telah memberikan
pedoman hidup yakni Al-Qur’an dan Sunnah untuk keselamatan umat di dunia.
Semoga laporan ini dapat digunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk,
maupun pedoman juga dapat bermanfaat dan menambah pengetahuan bagi kita
semua.
Selanjutnya penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada :
1. Bapak Iman Handiman,. S.T., M.T. selaku dosen Mata kuliah Mekanika
Tanah I.
2. Semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan Laporan ini.
Laporan ini telah penulis susun dengan semaksimal mungkin, tetapi
penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari sempurna. Untuk
itu diharapkan bagi pembaca untuk memberi kritik dan saran yang sifatnya
membangun demi kesempurnaan laporan yang baik dan benar.

Tasikmalaya, 22 Oktober 2018

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman Judul ................................................................................................. i


Kata Pengantar ................................................................................................ ii
Daftar Isi .......................................................................................................... iii
Bab I Pendahuluan
A. Latar Belakang .................................................................................... 1
B. Tujuan Kunjungan ............................................................................... 2
C. Manfaat Kunjungan ............................................................................. 2
Bab II Pembahasan
A. SPT ..................................................................................................... 3
B. Sondir .................................................................................................. 10
C. CBR ..................................................................................................... 15
D. Sandcone ............................................................................................. 22
Bab III Penutup
Sesimpulan ............................................................................................... 28
Referensi ......................................................................................................... 29

iii
BAB I
PENDAHULUAAN

A. Latar Belakang
Tanah adalah himpunan mineral, bahan organik, dan endapan-endapan
yang relatif lepas dan terletak di atas batuan dasar. Istilah pasir, lempung,
lanau, atau lumpur digunakan untuk menggambarkan ukuran partikel pada
batas yang telah di tentukan. Kebanyakan jenis tanah terdiri dari banyak
campuran lebih dari satu macam ukuran partikel.
Penentuan sifat-sifat tanah banyak dijumpai dalam masalah teknis yang
berhubungan dengan tanah. Pemilihan tanah-tanah ke dalam kelompok ataupun
subkelompok yang menunjukan sifat atau kelakuan yang sama. Pemilihan ini
disebut klasifikasi tanah yang sangat membantu perancangan dalam
memberikan pengarahan melalui cara empiris yang tersedia dari hasil
pengalaman yang telah lalu. Dalam mencari hasil untuk mengklasifikasikan
tanah maka diperlukan data-data. Data tersebut di dapat dari pengujian tanah.
Pengujian tanah adalah kegiatan untuk mengetahui daya dukung dan
karakteristik tanah serta kondisi geologi, seperti mengetahui susunan lapisan
tanah/sifat tanah, mengetahui kekuatan lapisan tanah dalam rangka
penyelidikan tanah dasar untuk keperluan pondasi bangunan, jalan, kepadatan,
dan daya dukung tanah serta mengetahui sifat korosivitas tanah. Pengujian
tanah dilakukan untuk mengetahui jenis pondasi yang akan digunakan untuk
konstruksi bangunan, selain itu dari hasil pengujian tanah dapat ditentukan
perlakuan terhadap tanah agar daya dukung dapat mendukung konstruksi yang
akan dibangun. Pengujian tersebut menggunakan alat-alat yang berbeda jenis
dan juga cara penggunaannya serta data-data yang diperoleh.
Diperlukan pemahaman tentang alat-alat pengujian dari bagian-
bagiannya sampai cara penggunaan alat, agar dapat memperoleh data-data
tanah untuk keperluan konstruksi bangunan. Oleh karena itu, penulis membuat
suatu makalah tentang alat-alat pengujian tanah seperti SPT, Sondir, CBR, dan
Sandcone.

1
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui beberapa alat yang digunakan dalam proses pengujian
tanah.
2. Untuk mengetahui bagian-bagian dari alat-alat yang digunakan.
3. Untuk mengetahui cara penggunaan dari alat-alat pengujian tanah.

C. Manfaat
1. Mengetahui beberapa alat yang digunakan dalam pengujian tanah.
2. Mengetahui bagian-bagian dari alat-alat tersebut.
3. Mengetahui cara penggunaannya.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. SPT (Standard Penetrasi Test)


1. Ruang Lingkup
Standar ini menetapkan cara uji penetrasi lapangan dengan SPT,
untuk memperoleh parameter perlawanan penetrasi lapisan tanah di
lapangan dengan SPT. Parameter tersebut diperoleh dari jumlah pukulan
terhadap penetrasi konus, yang dapat dipergunakan untuk mengidentifikasi
perlapisan tanah yang merupakan bagian dari desain fondasi. Standar ini
menguraikan tentang prinsip-prinsip cara uji penetrasi lapangan dengan SPT
meliputi: sistem peralatan uji penetrasi di lapangan yang terdiri atas
peralatan penetrasi konus dengan SPT dan perlengkapan lainnya;
persyaratan peralatan dan pengujian; cara uji; alaporan uji; dan contoh uji.
Cara uji ini berlaku untuk jenis tanah pada umumnya.
2. Acuan Normatif
SNI 03-2436, Metode pencatatan dan interpretasi hasil pemboran inti
3. Istilah dan Definisi
Istilah dan definisi yang berkaitan dengan standar ini adalah sebagai
berikut.
a. Jumlah tumbukan atau pukulan
Banyaknya pukulan palu setinggi 76 cm pada setiap penetrasi 15
cm.
b. Konus
Ujung alat penetrasi yang berbentuk kerucut (terbuka dan
tertutup) untuk menahan perlawanan tanah.
c. Palu
Besi atau baja masif berbentuk silinder dan di tengahnya
berlubang lebih besar sedikit daripada diameter pipa bor.
d. Split barrel sampler

3
Alat berupa tabung yang dibelah dua dan ke dua ujungnya
dipegang dengan mur dan dipasang pada ujung pipa bor pada waktu
pelaksanaan pengujian SPT (lihat Gambar 1).
e. Standard Penetration Test (SPT)
Suatu metode uji yang dilaksanakan bersamaan dengan
pengeboran untuk mengetahui, baik perlawanan dinamik tanah maupun
pengambilan contoh terganggu dengan teknik penumbukan. Uji SPT
terdiri atas uji pemukulan tabung belah dinding tebal ke dalam tanah,
disertai pengukuran jumlah pukulan untuk memasukkan tabung belah
sedalam 300 mm vertikal. Dalam sistem beban jatuh ini digunakan palu
dengan berat 63,5 kg, yang dijatuhkan secara berulang dengan tinggi
jatuh 0,76 m. Pelaksanaan pengujian dibagi dalam tiga tahap, yaitu
berturut-turut setebal 150 mm untuk masing-masing tahap. Tahap
pertama dicatat sebagai dudukan, sementara jumlah pukulan untuk
memasukkan tahap ke-dua dan ke-tiga.
f. Tinggi jatuh
Jarak yang dihitung dari penahan setinggi kira-kira 75 cm dari
tempat palu dijatuhkan. Dijumlahkan untuk memperoleh nilai pukulan N
atau perlawanan SPT (dinyatakan dalam pukulan/0,3 m).
4. Ketentuan dan persyaratan
a. Peralatan
Peralatan yang diperlukan dalam uji penetrasi dengan SPT adalah
sebagai berikut:
1) Mesin bor yang dilengkapi dengan peralatannya;
2) Mesin pompa yang dilengkapi dengan peralatannya;
3) Split barrel sampler yang dilengkapi dengan dimensi seperti
diperlihatkan pada Gambar 1 (ASTM D 1586-84);
4) Palu dengan berat 63,5 kg dengan toleransi meleset ± 1%.
5) Alat penahan (tripod);
6) Rol meter;
7) Alat penyipat datar;

4
8) Kerekan;
9) Kunci-kunci pipa;
10) Tali yang cukup kuat untuk menarik palu;
11) Perlengkapan lain.
b. Bahan dan Perlengkapan
Bahan penunjang pengujian yang dipergunakan adalah:
1) bahan bakar (bensin, solar);
2) bahan pelumas;
3) balok dan papan;
4) tali atau selang;
5) kawat;
6) kantong plastik;
7) formulir untuk pengujian;
8) perlengkapan lain.
c. Pengujian
1) Pengujian Penetrasi dengan SPT
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengujian penetrasi
dengan SPT adalah:
a) Peralatan harus lengkap dan laik pakai;
b) Pengujian dilakukan dalam lubang bor;
c) Interval pengujian dilakukan pada kedalaman antara 1,50 m s.d
2,00 m (untuk lapisan tanah tidak seragam) dan pada kedalaman
4,00 m kalau lapisan seragam;
d) Pada tanah berbutir halus, digunakan ujung split barrel berbentuk
konus terbuka (open cone); dan pada lapisan pasir dan kerikil,
digunakan ujung split barrel berbentuk konus tertutup (close
cone);
e) Contoh tanah tidak asli diambil dari split barrel sampler;
f) Sebelum pengujian dilakukan, dasar lubang bor harus dibersihkan
terlebih dahulu;
g) Jika ada air tanah, harus dicatat;

5
h) Pipa untuk jalur palu harus berdiri tegak lurus untuk menghindari
terjadinya gesekan antara palu dengan pipa;
i) Formulir-formulir isian hasil pengujian.
2) Kalibrasi
Semua alat ukur harus dikalibrasi minimum 1 kali dalam 3
tahun dan pada saat diperlukan, sesuai dengan persyaratan kalibrasi
yang berlaku.
3) Petugas
Petugas pengujian ini adalah laboran atau teknisi yang
memenuhi persyaratan kompetensi yang berlaku dalam pengujian
penetrasi lapangan dengan SPT, dan diawasi oleh tenaga ahli
geoteknik.
4) Penanggung-jawab Pengujian
Nama dan tanda tangan penanggung jawab pekerjaan harus
ditulis dengan jelas pada formulir kerja. Nama petugas, nama
pengawas dan nama penyellia pengujian ini harus ditulis dan disertai
tanda tangan serta tanggal yang jelas.
5. Cara Pengujian
a. Persiapan Pengujian
Lakukan persiapan pengujian SPT di lapangan dengan tahapan
sebagai berikut (Gambar 2):
1) Pasang blok penahan (knocking block) pada pipa bor;
2) Beri tanda pada ketinggian sekitar 75 cm pada pipa bor yang berada
di atas penahan;
3) Bersihkan lubang bor pada kedalaman yang akan dilakukan
pengujian dari bekas-bekas pengeboran;
4) Pasang split barrel sampler pada pipa bor, dan pada ujung lainnya
disambungkan dengan pipa bor yang telah dipasangi blok penahan;
5) Masukkan peralatan uji SPT ke dalam dasar lubang bor atau sampai
kedalaman pengujian yang diinginkan;

6
6) Beri tanda pada batang bor mulai dari muka tanah sampai ketinggian
15 cm, 30 cm dan 45 cm.
b. Prosedur Pengujian
Lakukan pengujian dengan tahapan sebagai berikut:
1) Lakukan pengujian pada setiap perubahan lapisan tanah atau pada
interval sekitar 1,50 m s.d 2,00 m atau sesuai keperluan;
2) Tarik tali pengikat palu (hammer) sampai pada tanda yang telah
dibuat sebelumnya (kira-kira 75 cm);
3) Lepaskan tali sehingga palu jatuh bebas menimpa penahan (Gambar
3);
4) Ulangi 2) dan 3) berkali-kali sampai mencapai penetrasi 15 cm;
5) Hitung jumlah pukulan atau tumbukan N pada penetrasi 15 cm yang
pertama;
6) Ulangi 2), 3), 4) dan 5) sampai pada penetrasi 15 cm yang ke-dua
dan ke-tiga;
7) Catat jumlah pukulan N pada setiap penetrasi 15 cm: 15 cm pertama
dicatat N1; 15 cm ke-dua dicatat N2; 15 cm ke-tiga dicatat N3;
Jumlah pukulan yang dihitung adalah N2 + N3. Nilai N1 tidak
diperhitungkan karena masih kotor bekas pengeboran;
8) Bila nilai N lebih besar daripada 50 pukulan, hentikan pengujian dan
tambah pengujian sampai minimum 6 meter;
9) Catat jumlah pukulan pada setiap penetrasi 5 cm untuk jenis tanah
batuan.
c. Koreksi Hasil Uji SPT
Dalam pelaksanaan uji SPT di berbagai negara, digunakan tiga
jenis palu (donut hammer, safety hammer, dan otomatik, periksa Gambar
4) dan empat jenis batang bor (N, NW, A, dan AW), lihat Pedoman
penyelidikan geoteknik untuk fondasi bangunan air”, Vol.1 (Pd.T-03.1-
2005-A). Ternyata uji ini sangat bergantung pada alat yang digunakan
dan operator pelaksana uji. Faktor yang terpenting adalah efisiensi tenaga
dari sistem yang digunakan. Secara teoritis tenaga sistem jatuh bebas

7
dengan massa dan tinggi jatuh tertentu adalah 48 kg-m (350 ft-lb), tetapi
besar tenaga sebenarnya lebih kecil karena pengaruh friksi dan
eksentrisitas beban. Adapun koreksi hasil uji SPT adalah sebagai berikut:
1) Menurut ASTM D-4633 setiap alat uji SPT yang digunakan harus
dikalibrasi tingkat efisiensi tenaganya dengan menggunakan alat
ukur strain gauges dan aselerometer, untuk memperoleh standar
efisiensi tenaga yang lebih teliti. Di dalam praktek, efisiensi tenaga
sistem balok derek dengan palu donat (donut hammer) dan palu
pengaman(safety hammer) berkisar antara 35% sampai 85%,
sementara efisiensi tenaga palu otomatik (automatic hammer)
berkisar antara 80% sampai 100%. Jika efisiensi yangdiukur (Ef)
diperoleh dari kalibrasi alat, nilai N terukur harus dikoreksi terhadap
efisiensi sebesar 60%, dan dinyatakan dalam rumus :

N60 = ( Ef /60 ).NM

dengan :
N60 : efisiensi 60% ;
Ef : efisiensi yang terukur ;
NM : nilai N terukur yang harus dikoreksi.
Nilai N terukur harus dikoreksi pada N60 untuk semua jenis
tanah. Besaran koreksi pengaruh efisiensi tenaga biasanya
bergantung pada lining tabung, panjang batang,dan diameter lubang
bor (Skempton (1986) dan Kulhawy & Mayne (1990)). Oleh karena
itu, untuk mendapatkan koreksi yang lebih teliti dan memadai
terhadap N60, harus dilakukan uji tenaga Ef.
2) Efisiensi dapat diperoleh dengan membandingkan pekerjaan yang
telah dilakukan :

W = Fxd = Gaya X Alihan

8
Tenaga Kinetik (KE = ½ Mv2)

Tenaga Potensial : PE = Mgh

dengan :
m : massa (g) ;
v : kecepatan tumbukan (m/s);
g : konstanta gravitasi (= 9,8 m/s2 = 32,2 ft/s2 );
h : tinggi jatuh (m).
Jadi rasio tenaga (ER) ditentukan sebagai rasio ER= W/PE
atau ER = KE/PE. Semua korelasi empirik yang menggunakan nilai
NSPT untuk keperluan interpretasi karakteristik tanah, didasarkan
pada rasio tenaga rata-rata ER ~ 60%.
3) Dalam beberapa hubungan korelatif, nilai tenaga terkoreksi N60
yang dinormalisasi terhadap pengaruh tegangan efektif vertikal
(overburden), dinyatakan dengan (N1)60, seperti dijelaskan dalam
persamaan (2), (3) dan Tabel 1. Nilai (N1)60 menggambarkan
evaluasi pasir murni untuk interpretasi kepadatan relatif, sudut geser,
dan potensi likuifaksi.
(N1)60 = NM x CN x CE x CB X CR X CS

CN = 2,2/ (1,2 + (σ’vo/Pa))

dengan :
(N1 )60 : nilai SPT yang dikoreksi terhadap pengaruh efisiens tenaga
60%;
NM : hasil uji SPT di lapangan;
CN : faktor koreksi terhadap tegangan vertikal efektif (nilainya ≤
1,70);
CE : faktor koreksi terhadap rasio tenaga palu (Tabel 1);
CB : faktor koreksi terhadap diameter bor (Tabel 1);

9
CR : faktor koreksi untuk panjang batang SPT (Tabel 1);
CS : koreksi terhadap tabung contoh (samplers) dengan atau tanpa
pelapis (liner)
σ’vo : tegangan vertikal efektif (kPa);
Pa : 100 kPa.
6. Laporan Uji
Hasil uji penetrasi lapangan dengan SPT dilaporkan menjadi satu
dengan log bor dari hasil pengeboran dalam bentuk formulir seperti
diperlihatkan dalam Lampiran B, yang antara lain memuat hal-hal sebagai
berikut:
a. Nama pekerjaan dan lokasi pekerjaan, dan tanggal pengujian;
b. Nama penguji, nama pengawas, dan nama penanggung jawab hasil uji
dengan disertai tanda tangan (paraf) yang jelas;
c. Nomor lubang bor, kedalaman pengeboran, muka air tanah elevasi titik
bor dan hasil pengujian SPT;
d. Tipe ujung split barrel yang digunakan, apakah berbentuk konus terbuka
atau konus tertutup;
e. Catatan setiap penyimpangan pada waktu pengujian

B. Sondir
1. Definisi
Tes sondir merupakan salah satu tes dalam bidang teknik sipil yang
berfungsi untuk mengetahui letak kedalaman tanah keras, yang nantinya
dapat diperkirakan seberapa kuat tanah tersebut dalam menahan beban yang
didirikan di atasnya. Tes ini biasa dilakukan sebelum membangun pondasi
tiang pancang, atau pondasi-pondasi dalam lainnya. Data yang didapatkan
dari tes ini nantinya berupa besaran gaya perlawanan dari tanah terhadap
konus, serta hambatan pelekat dari tanah yang dimaksud.
Hasil dari tes sondir ini dipakai untuk:
a. Menentukan tipe atau jenis pondasi apa yang mau dipakai
b. Menghitung daya dukung tanah asli

10
c. Menentukan seberapa dalam pondasi harus diletakkan nantinya
2. Ketentuan dan persyaratan
a. Konus
Konus yang digunakan harus memenuhi syarat syarat sebagai
berikut

1) ujung konus bersusut 600 ± 50 ;


2) ukuran diameter konus adalah 35,7 mm ± 0,4 mm atau luas proyeksi
konus =10 cm2;
3) bagian runcing ujung konus berjari-jari kurang dari 3 mm. Konus
ganda harus terbuat dari baja dengan tipe dan kekerasan yang cocok
untuk menahan abrasi dari tanah;
b. Selimut (bidang) geser
Selimut (bidang) geser yang digunakan harus memenuhi syarat-
syarat sebagai berikut:
1) Ukuran diameter luar selimut geser adalah 35,7 mm ditambah
dengan 0 mm s.d 0,5 mm;

11
2) Proyeksi ujung alat ukur penetrasi tidak boleh melebihi diameter
selimut geser; c) Luas permukaan selimut geser adalah 150 cm2 ± 3
cm2;
3) Sambungan-sambungan harus didesain aman terhadap masuknya
tanah.
4) Selimut geser pipa harus mempunyai kekasaran sebesar 0,5 μ m AA
± 50 %.
c. Pipa dorong
Batang-batang yang digunakan harus memenuhi syarat-syarat
sebagai berikut:
1) Pipa terbuat dari bahan baja dengan panjang 1,00 m;
2) Pipa harus menerus sampai konus ganda agar penampang pipa tidak
tertekuk jika disondir/didorong;
3) Ukuran diameter luar pipa tidak boleh lebih besar daripada diameter
dasar konus ganda untuk jarak minimum 0,3 m di atas puncak
selimut geser;
4) Setiap pipa sondir harus mempunyai diameter dalam yang tetap;
5) Pipa-pipa tersambung satu dengan yang lainnya dengan
penyekrupan, sehingga terbentuk rangkaian pipa kaku yang lurus;
6) Pipa bagian dalam harus dilumasi untuk mencegah korosi.
d. Batang dalam
Batang-batang dalam yang digunakan harus memenuhi syarat-
syarat sebagai berikut:
1) Batang dalam terbuat dari bahan baja dan terletak di dalam pipa
dorong;
2) Batang-batang dalam harus mempunyai diameter luar yang konstan;
3) Panjang batang-batang dalam sama dengan panjang pipa-pipa
dorong dengan perbedaan kira-kira 0,1 mm;
4) Batang dalam mempunyai penampang melintang yang dapat
menyalurkan perlawanan konus tanpa mengalami tekuk atau
kerusakan lain;

12
5) Jarak ruangan antara batang dalam dan pipa dorong harus berkisar
antara 0,5 mm dan 1,0 mm;
6) Pipa dorong dan batang dalam harus dilumasi dengan minyak
pelumas untuk mencegah korosi;
7) Pipa dorong dan batang dalam harus bersih dari butiran-butiran
untuk mencegah gesekan antara batang dalam dan pipa dorong.
e. Mesin pembebanan hidrolik
Mesin pembeban yang digunakan harus memenuhi syarat-syarat
sebagai berikut (lihat Gambar 2 dan Gambar 3):
1) Rangka mesin pembeban harus dijepit oleh 2 buah batang penjepit
yang diletakkan pada masing-masing jangkar helikoidal agar tidak
bergerak pada waktu pengujian;
2) Rangka mesin pembeban berfungsi sebagai dudukan sistem penekan
hidraulik yang dapat digerakkan naik/turun;
3) Sistem penekan hidraulik terdiri atas engkol pemutar, rantai, roda
gigi, gerigi dorong dan penekan hidraulik yang berfungsi untuk
mendorong/menarik batang dalam dan pipa dorong;
4) Pada penekan hidraulik terpasang 2 buah manometer yang
digunakan untuk membaca tekanan hidraulik yang terjadi pada
waktu penekanan batang dalam, pipa dorong dankonus (tunggal atau
ganda). Untuk pembacaan tekanan rendah disarankan menggunakan
manometer berkapasitas 0 Mpa s.d 2 MPa dengan ketelitian 0,05
Mpa. Untuk pembacaan tekanan menengah digunakan manometer
berkapasitas 0 MPa s.d 5 MPa dengan ketelitian 0,05 MPa, dan
untuk pembacaan tekanan tinggi digunakan manometer berkapasitas
0 MPa s.d 25 MPa dengan ketelitian 0,1 MPa.

13
Gambar 2 Rangkaian alat penetrasi konus (sondir Belanda)
3. Alat dan bahan
a. Alat
1) Mesin sondir
2) Satu set batang sondir lengkap dengan stang dalam yang panjangnya
1 meter
3) Manometer 2 buah
a) Kapasitas 0-50 kg/cm²
b) Kapasitas 0-250 kg/cm²
4) Satu buah Bikonus dan satu buah paten konus.
5) Pelat persegi 2 batang
6) Satu set (2) buah angker
b. Bahan
1) Minyak hidrolik
2) Tanah
4. Langkah kerja
a. Menentukan lokasi yang permukaannya datar
b. Memasang empat buah angker ke dalam tanah dengan memutarnya
menggunkan kunci pemutar angker (kunci T). kemudian memasang 2
pelat persegi yng memanjang di saming angker. Jarak antar angker dan
jarak kedua pelat disesuaikan dengan ukuran mesin sondir.

14
c. Memasang mesin sondir tegak lurus dan perlengkapannya pada lokasi
pengujian, yang diperkuat dengan pelat besi pendek untuk menjepit
mesin dan diperkuat dengan mor pengunci angker yang dipasang ke
dalam tanah.
d. Memasang Traker,tekan stang dalam. Pada penekanan pertama ujung
konus akan bergerak ke bawah sedalam 4 cm, kemudian manometer
dibaca yang menyatakan perlawanan ujung. Pada penekanan berikutnya
konus dan mantelnya bergerak
e. 4cm. Nilai pada manometer yang terbaca adalah nilai tekanan ujung dan
perlawanan lekat.
f. Menekan stang luar sampai kedalaman baru, penekanan stang dilakukan
sampai setiap kedalaman tambahan sebanyak 20 cm.
g. Melakukan hal yang sama dengan langkah kerja di atas sampai
pembacaan manometer tiga kali berturut-turut menunjukkan nilai ≥150
kg/cm2 dan jika penekanan mesin sondir sudah mencapai maksimalnya
atau dirasa telah mencapai tanah keras, maka pengujian ini dapat
dihentikan.

C. CBR (California Bearing Ratio)


1. Definisi
California Bearing Ratio (CBR) adalah perbandingan antara beban
penetrasi suatu bahan terhadap bahan standar dengan kedalaman dan
kecepatan penetrasi yang sama cara umum. Kekuatan tanah dasar tentu
bergantung pada kadar airnya. Semakin tinggi kadar airnya, semakin kecil
pula kekuatan cbr dari tanah tersebut. Walaupun demikian, hal itu tidak
berarti bahwa sebaiknya tanah dasar di padatkan dengan kadar air rendah
untuk mendapatkan nilai cbr yang tinggi, karena kadar air tidak konstan
pada nilai rendah tersebut. Seperti halnya setelah pembuatan jalan, maka air
akan dapat meresap ke dalam tanah dasar sehingga kekuatan cbr turun
sampai kadar air mencapai nilai yang konstan. Kadar air yang konstan inilah
yang disebut kadar air keseimbangan. Batas-batas kadar air dan berat isi

15
kering dapat ditentukan dari hasil percobaan laboratorium, yaitu percobaan
pemadatan dan cbr.
2. Sejarah
Metode pengujian california bearing ratio awalnya diciptakan oleh
o.j poter, yang selanjutnya dikembangkan oleh california state highway
departement, kemudian dikembangkan dan dimodifikasi oleh corps insinyur
isinyur tentara amerika serikat (u.s army corps of engineers). Metode ini
menkombinasikan percobaan pembebanan penetrasi di laboratorium atau di
lapangan dengan rencana empiris untuk menentukan tebal lapisan
perkerasan. Hal ini digunakan sebagai metode perencanaan perkerasan
lentur (flexible pavement) suatu jalan. Tebal suatu bagian perkerasan
ditentukan oleh nilai cbr.
3. Jenis-jenis
Berdasakan cara mendapatkan contoh tanahnya, cbr dapat dibagi
menjadi :
a. Cbr lapangan (cbr inplace atau field inplace)
Digunakan untuk memperoleh nilai cbr asli di lapangan sesuai
dengan kondisi tanah pada saat itu. Umumnya digunakan untuk
perencanaan tebal perkerasan yang lapisan tanah dasarnya tidak akan
dipadatkan lagi. Pemeriksaan ini dilakukan dalam kondisi kadar air tanah
tinggi (musim penghujan), atau dalam kondisi terburuk yang mungkin.
b. Cbr lapangan rendaman (undisturbed soaked cbr)
Digunakan untuk mendapatkan besarnya nilai cbr asli di lapangan
pada keadaan jenuh air dan tanah mengalami pengembangan (swell) yang
maksimum. Hal ini sering digunakan untuk menentukan daya dukung
tanah di daerah yang lapisan tanah dasarnya tidak akan dipadatkan lagi,
terletak pada daerah yang badan jalannya sering terendam air pada
musim penghujan dan kering pada musim kemarau. Sedangkan
pemeriksaan dilakukan di musim kemarau.
c. Cbr laboratorium

16
Tanah dasar (subgrade) pada konstuksi jalan baru dapat berupa
tanah asli, tanah timbunan atau tanah galian yang telah dipadatkan
sampai mencapai kepadatan 95% dari kepadatan maksimum. Dengan
demikian daya dukung tanah dasar tersebut merupakan nilai kemampuan
lapisan tanah memikul beban setelah tanah tersebut dipadatkan. Cbr ini
disebut cbr laboratoium , karena disiapkan di laboratorium. Cbr
laboratorium dibedakan atas 2 macam, yaitu cbr laboratorium rendaman
dan cbr laboratorium tanpa rendaman.
4. Alat-alat dan bahan
a. Alat
1) Mesin penetrasi (loading machine) dilengkapi alat pengukur beban
berkapasitas sekurang-kurangnya 4,45 ton atau 10.000 lb dengan
kecepatan penetrasi sebesar 1,27 mm atau 0,05” per menit, lihat
gambar 1.
2) Cetakan logam berbentuk silinder diameter bagian dalam 152,4 ±
0,6609 mm atau 6” ± 0,0026” dan tinggi 177,8 ± 0,13 mm atau 7” ±
0,005”. Cetakan harus dilengkapi leher sambung dengan tinggi 50,8
mm atau 2,0” dan keping alas logam yang berlubang-lubang dengan
tebal 9,53 mm atau 3/8” dan diameter lubang tidak lebih dari 1,59
mm atau 1/16”.
3) Piringan pemisah dari logam (sapacer disc) dengan dimeter 150,8
mm atau 515/16” dan tebal 61,4 mm atau 2,416”.
4) Alat penumbuk sesuai dengan cara : pengujian pemadatan ringan
untuk tanah, (skbi 3.3.30. 1987/udc. 624.131.43 (02)) atau pengujian
pemadatan berat untuk tanah (skbi 3.3.30.1987/udc.
624.131.53.(02)).
5) Alat pengukur pengembangan (swell) yang terdiri dari keping
pengembangan yang berlubang-lubang dengan batang pengatur,
tripod logam, dan arloji peninjuk, lihat gambar 2.
6) Keping beban dengan berat 2,27 kg (5 lb), diameter 194,2 mm atau
57/8” dengan lubang tengah berdiameter 54,0 mm atau 21/8”.

17
7) Torak penetrasi dari logam berdiameter 49,5 mm atau 1,95” luas
1935 mm2 atau 3 inchi2 dan panjang tidak kurang dari 101,6 mm
atau 4”.
8) 2.1.8. Dua buah arloji pengukur penetrasi, dengan ketelitian 0,01
mm atau 0,001”.
9) Peralatan lain seperti talam, alat perata, dan tempat untuk rendam.
10) Alat timbang sesuai cara : pengujian pemadatan ringan untuk tanah,
(skbi 3.3.30. 1987/udc. 624.131.43 (02)) atau pengujian pemadatan
berat untuk tanah (skbi 3.3.30.1987/udc. 624.131.53.(02)).
b. Benda uji
Benda uji harus dipersiapkan menurut cara : pengujian pemadatan
ringan untuk tanah, (skbi 3.3.30. 1987/udc. 624.131.43 (02)) atau
pengujian pemadatan berat untuk tanah (skbi 3.3.30.1987/udc.
624.131.53.(02)).
1) Ambil contoh kira-kira seberat 5 kg atau lebih untuk tanah dan 5,5
kg untuk campuran tanah agregat.
2) Kemudian campur bahan tersebut dengan air sampai kadar air
optimum.
3) Pasang cetakan pada keping alas dan timbang. Masukan piringan
pemisah (spacer disc) diatas keping alas dan pasang kertas saring
diatasnya.
4) Padatkan masing-masing bahan tersebut di dalam cetakan dengan
jumlah tumbukan 10,35 dan 65 dengan jumlah lapis dan berat
penumbuk sesuai cara : pengujian pemadatan ringan untuk tanah,
(skbi 3.3.30. 1987/udc. 624.131.43 (02)) atau pengujian pemadatan
berat untuk tanah (skbi 3.3.30.1987/udc. 624.131.53.(02)). Bila
benda uji akan direndam, periksa kadar airnya sebelum dipadatkan.
Bila benda uji tersebut tidak direndam, periksa kadar air dilakukan
setelah benda uji dikeluarkan dari cetakan.
5) Buka leher sambung dan ratakan dengan alat perata. Tambal lubang-
lubang yang mungkin terjadi pada permukaan karena lepasnya butir-

18
butir kasar dengan bahan yang lebih halus. Keluarkan piringan
pemisah, balikan dan pasang kembali cetakan berisi benda uji pada
keping alas, kemudian timbang.
6) Untuk pemeriksaan cbr langsung, benda uji ini telah siap untuk
diperiksa. Bila dikehendaki cbr yang direndam (soaked cbr)harus
dilakukan langkah-langkah berikut :
a) Pasang keping pengembangan diatas permukaan benda uji dan
kemudian pasang keping pemberat yang dikehendaki minimum
seberat 4,5 kg atau 10 lb atau sesuai dengan keadaan beban
perkerasan. Rendam cetakan beserta beban didalam air sehingga
air dapat meresap dari atas maupun dari bawah. Pasang tripod
beserta arloji pengukur pengembangan. Catat pembacaan pertama
dan biarkan benda uji selam 4x 24 jam. Permukaan air selama
perendaman harus tetap (kira-kira 2,5 cm diatas permukaan benda
uji). Tanah berbutir halus atau berbutir kasar yang dapat
melakukan air lebih cepat dapat direndam dalam waktu yang
lebih singkat sampai pembacaan arloji tetap.pada akhir
perendaman catat pembacaan arloji pengembangan.
b) Keluarkan cetakan dari bak air dan miringkan selama 15 menit
sehingga air bebas mengalir habis. Jagalah agar selama
pengeluaran air tersebut permukaan benda uji tidak terganggu.
2.2.6.3. Ambil beban dari cetakan, kemudian cetakan beserta
isinya ditimbang. Benda uji cbr yang direndam telah siap untuk
dilakukan pengujian.
5. Cara pengujian dan perhitungan
a. Cara pengujian
1) Letakan keping pemberat diatas permukaan benda uji seberat
minimal 4,5 kg atau 10 lb atau sesuai dengan perkerasan.
2) Untuk benda uji yang direndam, beban harus sama dengan beban
yang dipergunakan waktu perendaman. Pertama, letakan keping
pemberat 2,27 kg atau 5 lb untuk mencegah mengembangnya

19
permukaan benda uji pada bagian lubang keping pemberat.
Pemberatan selanjutnya dipasang setelah torak disentuhkan pada
permukaan benda uji.
3) Kemudian atur torak penetrasi pada permukaan benda uji sehingga
arloji beban menunjukan beban permulaan sebesar 4,5 kg atau 10 lb.
Pembebanan permulaan ini diperlukan untuk menjamin bidang
sentuh yang sempurna antara torak dengan permukaan benda uji.
Kemudian arloji penunjuk beban dan arloji pengukur penetrasi di-
nol-kan.
4) Berikan pembebanan dengan teratur sehingga kecepatan penetrasi
mendekati kecepatan 1,27 mm/menit atau 0,05”/menit. Catat
pembacaan pembebanan pada penetrasi 0,312 mm atau 0,0125”;
0,62 mm atau 0,025”; 1,25 mm atau 0,05”; 0,187 mm atau 0,075”;
2,5 mm atau 0,10”; 3,75 mm atau 0,15”; 5 mm atau 0,20”; 7,5 mm
atau 0,30”; 10 mm atau 0,40”; dan 12,5 mm atau 0,50”.
5) Catat beban maksimum dan penetrasinya bila pembebanan
maksimum terjadi sebelum penetrasi 12,5 mm atau 0,50”.
6) Keluarkan benda uji dari cetakan dan tentukan kadar air dari lapisan
atas benda uji setebal 25,4 mm atau 1”.
7) Bila diperlukan kadar air rata-rata maka pengembalian benda uji
untuk kadar air dapat diambil dari seluruh kedalaman. Benda uji
untuk pemeriksaan kadar air sekurang-kurangnya 100 gram untuk
tanah berbutir halus atau sekurang-kurangnya 500 gram untuk tanah
berbutir kasar.
b. Perhitungan
1) Pengembangan (swell) ialah perbandingan antara perubahan tinggi
selama perendaman terhadap tinggi benda uji semula, dinyatakan
dalam persen.
2) Hitung pembebanan dalam kg atau lb, dan gambarkan grafik beban
terhadap penetrasi. Pada beberapa kejadian permulaan, terdapat
keadaan kurva beban cekung akibat dari tidak keteraturan

20
permukaan atau sebab-sebab lain. Dalam keadaan ini titik nolnya
harus dikoreksi seperti gambar no.3.
3) Dengan menggunakan harga-harga beban yang sudah dikoreksi pada
penetrasi 2,54 mm atau 0,1” dan 50,8 mm atau 0,2” hitung harga cbr
dengan cara membagi beban yang terjadi masing-masing dengan
beban standar 70,31 kg/cm2 atau 1000psi dan 105,47 kg/cm2 atau
1500 psi dan kalikan masing-masing dengan 100. Umumnya harga
cbr diambil pada penetrasi 2,54 mm atau 0,1”. Bila harga yang
didapat pada penetrasi 2,54 mm atau 0,1”, percobaan tersebut harus
diulangi. Apabila percobaan ulangan ini masing tetap menghasilkan
nilai cbr pada penetrasi 5,08 mm atau 0,2” lebih besar dari nilai cbr
pada penetrasi 2,54 mm atau 0,1”, maka harga cbr diambil pada
penetrasi 5,08 mm atau 0,2”. Bila beban maksimum dicapai pada
penetrasi sebelum 5,08 mm atau 0,2” maka harga cbr diambil dari
beban maksimum tersebut dan dibagi dengan beban standar yang
sesuai.
6. Pelaporan dan catatan
a. Pelaporan
Pelaporan laporan harus mencantumkan hal-hal sebagi berikut :
1) Cara yang dipakai untuk mempersiapkan dan memadatkan benda uji.
Cara b atau d menurut pengujian pemadatan ringan untuk tanah,
(skbi 3.3.30. 1987/udc. 624.131.43 (02)) atau pengujian pemadatan
berat untuk tanah (skbi 3.3.30.1987/udc. 624.131.53.(02)).
2) Keadaan benda uji (direndam atau tidak direndam).
3) Kepadatan kering benda uji sebelum direndam.
4) Kepadatan kering benda uji setelah direndam.
5) Kadar air benda uji sebelum dan sesudah pemadatan, masing-masing
dalam persen.
6) Kadar air setelah perendaman yang diambil dari lapisan atas benda
uji setebal 25,4 mm atau 1” atau rata-rata.
7) Pengembangan (swell) dalam persen.

21
8) Harga cbr (direndam atau tidak direndam) dalam persen.
9) Harga cbr rencana ditetapkan pada 100 % pengujian pemadatan
ringan untuk tanah, (skbi 3.3.30. 1987/udc. 624.131.43 (02)) atau
pengujian pemadatan berat untuk tanah (skbi 3.3.30.1987/udc.
624.131.53.(02)).
b. Catatan
1) Kepadatan kering dihitung dengan kadar air sesudah perendaman.
2) Bila dikehendaki nilai daya dukung pada penetrasi 7,5 mm atau 0,3”;
10,0 mm atau 0,4” dan 12,5 mm atau 0,5” bagi besarnya beban pada
penetrasi yang bersangkutan masing-masing dengan 5700; 6900 dan
7800 lb dan kalikan masing-masing dengan 100.

D. Sandcone
1. Definisi
Percobaan kerucut pasir (sand cone) merupakan salah satu jenis
pengujian yang dilakukan di lapangan, untuk menentukan berat isi kering
(kepadatan tanah) asli ataupun hasil suatu pekerjaan pemadatan, pada tanah
kohesif maupun nonkohesif.
Percobaan ini biasanya dilakukan untuk mengevaluasi hasil
pekerjaan pemadatan di lapangan yang dinyatakan dalam derajat pemadatan
(degree of compaction), yaitu perbandingan antara γd lapangan (kerucut
pasir) dengan γd maks hasil percobaan pemadatan di laboratorium dalam
persentase lapangan.
Pengujian Sand Cone hanya dapat dilakukan dan dipakai hasilnya
untuk material lapis bawah pondasi dengan ukuran agregat maksimal 50
mm.
2. Tujuan
Untuk menentukan berat isi tanah dengan menggunakan penggantian
pasir di dalam lubang galian tanah dengan kerucut pasir
3. Alat yang diperlukan
a. Alat-alat penggali lubang 1 set (Sekop, linggis dll.)

22
b. Tabung kerucut pasir 1 bh.
c. Plat dasar pembentuk lubang 1 bh.
d. Timbangan 1 set
e. Alat-alat untuk kadar air 1 set
4. Tata cara pengujian
a. Pengukuran isi botol (Jar)
1) Botol kosong ditimbang beratnya:
2) Botol diisi air melalui corong dan di dalamnya tidak boleh terdapat
gelembung-gelembung udara.
3) Selanjutnya kran ditutup dan kelebihan air di dalam corong dibuang.
Kemudian corong dilepas dan dilap dengan lap kering serta
dikeringkan.
4) Botol penuh air tadi ditimbang beratnya : Wjw = ……gram, suhu
diukur = T°C
5) Pekerjaan 1 sd. 4 diulang minimum 3 kali untuk dihitung harga rata-
ratanya.
Isi botol dapat dihitung dengan persamaan :

𝑊𝑗𝑤 − 𝑊𝑗
𝑉𝑗 = (𝑐𝑚3 )
𝐾 . 𝛾𝑤. 𝑇°
Dalam hal ini :
Vj = isi botol (volume of jar)
Wjw = berat botol dan air (weight of jar and water)
Wj = berat botol (weight of jar)
K = koefisien koreksi air (Lihat tabel 2.4.)
γ w.T° = berat isi air pada T°C (berat spesifik air) (Lihat tabel 2.3.)
b. Pengukuran berat isi pasir yang diuji.
1) Keringkan bagian dalam botol seluruhnya dan tutuplah krannya.
2) lsilah sampai pada bagian atas corong dengan pasir yang diuji.
Kemudian kran dibuka dan isi botol serta corong dengan pasir.

23
Waktu mengisi botol dengan pasir, pasir harus selalu kira-kira
setengah tinggi corong.
3) Setelah pengisian ini dan bergeraknya pasir berhenti ,botol dan
corong berisi pasir tutup krannya. Sisa pasir di dalam corong
dibuang dan berat botol berisi pasir ditimbang : Wjs = …. gram
4) Berat pasir di dalam botol dapat dihitung dengan persamaan :
Ws = Wjs - Wj
5) Berat isi pasir dapat dihitung dengan persamaan :
𝑊𝑗𝑠 − 𝑊𝑗 𝑊𝑠
γts = =
𝑉𝑗 𝑉𝑗
Dalam hat ini:
Wjs = berat botol + pasir (weight of jar + sand)
Ws = berat pasir (weight of sand)
γts = berat isi pasir (unit weight of sand)
Vj = isi botol (volume of jar)
Wj = berat botol (weight of jar)
c. Pengukuran berat pasir yang terdapat pada corong.
1) Botol diisi dengan pasir (pengisian baru) ditimbang beratnya:
Wjs1 = ……gram
2) Letakkan botol di atas sehelai plat dasar dengan corong di bawah
(dalam keadaan terbalik)
3) Kemudian kran dibuka dan setelah pasir berhenti bergerak kran
ditutup kembali.
4) Botol dan sisa pasir didalanya ditimbang beratnya:
Wjs2 = …… gram
5) Berat pasir di dalam corong dapat dihitung dengan persamaan :
Wsf = Wjsl - Wjs2
6) Dalam hal ini :
Wsf = berat pasir di dalam corong (weight of sand in funnel)
d. Pengukuran berat isi/satuan tanah di lapangan.
Persiapan dan cara penggalian:

24
1) Ratakan tanah dengan pisau.
2) Letakkan plat dasar di atasnya melekat rata pada permukaan tanah.
3) Galilah tanah sekitar lubang plat dasar dengan syarat isi galian harus
sebagai berikut:
Tabel 4.6. Syarat isi galian tanah sekitar lubang.
Ukuran butir Isi minimum untuk Berat contoh untuk
maksimum (mm) percobaan (cm3) percobaan (gram)

0,42 1.700 100

12,70 1.900 250

25,40 2.100 500

50,80 2.800 1.000

4) Ambil tanah yang sudah digali dan masukkan ke dalam tabung.


Contoh tanah ditutup agar kadar airnya tidak berubah.
e. Percobaan berat tanah yang digali dan isi lubang percobaan.
1) Berat tanah yang digali : Wws = …… gram
2) Tanah yang digali diukur kadar airnya : W = …… %
3) Wjs diperoleh dari b.3.
4) Tempatkan botol di atas plat dasar dengan corong terbalikmelekat
pada lubang.
5) Buka kran, setelah bergeraknya pasir berhenti , kran ditutup.
6) Botol dengan sisa pasir ditimbang beratnya : Wjs3 = …… gram
7) Berat pasir yang dimasukkan ke dalam lubang dan corong :
Ws4 = Wjs - Wsf
8) Berat pasir yang dimasukkan ke dalam lubang :
Ws3 = Ws4 - Wsf
9) lsi lubang percobaan :
Ws4 − Wsf Ws3
V= =
γts γts
10) Berat isi tanah basah :

𝑊𝑤𝑠
γts =
𝑉

25
11) Berat isi tanah kering :
100γt
γd =
100 + 𝑤

Dalam hal ini:


Wws = berat tanah basah (wet weight of soil).
5. Permasalahan
Permasalahan yang mungkin timbul dalam pengujian sand cone
sehingga mengakibatkan pengukuran kepadatan lapangan yang tidak akurat
atau salah, disebabkan oleh :
a. Bahan pasir yang tidak bagus (tidak memenuhi syarat gradasi, kurang
kering sehingga sulit mengalir melalui corong, tercampur dengan
material yang mempunyai daya lekat (misal : lempung, lumpur, dsb).
b. Berat isi pasir yang digunakan untuk pengujian tidak terkalibrasi dengan
baik (selalu lakukan kalibrasi berat isi pasir setiap akan melakukan
pengujian, hitung rata-rata dari minimal 3 kali kalibrasi berat isi pasir).
c. Volume pasir dalam botol kurang untuk mengisi penuh lubang dan
corong (gunakan botol yang lebih besar jika volume botol kurang)
d. Adanya getaran yang mempengaruhi pemadatan pasir yang diisikan ke
dalam lubang uji.
e. Lubang uji yang terlalu kecil ukurannya.
f. Sample tanah atau material lapis dasar pondasi yang tidak dimasukkan
dalam wadah tertutup atau terkena suhu panas sehingga kehilangan
kelembaban yang mengakibatkan pemeriksaan kadar air tidak akurat.
g. Permukaan tanah atau lapis dasar pondasi yang diuji tidak rata (jika
perlu, pastikan dengan mistar waterpass untuk kerataan permukaan).
h. Pengujian pada lebih dari 1 jenis lapisan (untuk menguji lapis yang sudah
tertutup lapis lainnya, pastikan bahwa lapis di atasnya sudah dikupas
habis seluruhnya dan permukaan uji merupakan permukaan lapisan yang
diinginkan untuk diuji -- jangan menggali pada perbatasan antar lapisan
tanah atau perbatasan antar lapis material dasar pondasi).

26
i. Ukuran lubang plat dudukan corong dan diameter corong tidak sama,
sehingga ada sisa pasir pada plat dudukan corong yang tidak terhitung
pada waktu menghitung isi corong (usahakan diameter lubang plat
dudukan corong sama dengan diameter corong).
j. Penggalian menghasilkan lubang yang lebih besar dari diameter lubang
plat dudukan corong sehingga ada celah di bawah plat dudukan yang
tidak

27
BAB III
PENUTUP

Simpulan
Tanah adalah himpunan mineral, bahan organik, dan endapan-endapan
yang relatif lepas dan terletak di atas batuan dasar. Istilah pasir, lempung, lanau,
atau lumpur digunakan untuk menggambarkan ukuran partikel pada batas yang
telah di tentukan. Kebanyakan jenis tanah terdiri dari banyak campuran lebih dari
satu macam ukuran partikel.
Penentuan sifat-sifat tanah banyak dijumpai dalam masalah teknis yang
berhubungan dengan tanah. Pemilihan tanah-tanah ke dalam kelompok ataupun
subkelompok yang menunjukan sifat atau kelakuan yang sama.
Pengujian tanah adalah kegiatan untuk mengetahui daya dukung dan
karakteristik tanah serta kondisi geologi, seperti mengetahui susunan lapisan
tanah/sifat tanah, mengetahui kekuatan lapisan tanah dalam rangka penyelidikan
tanah dasar untuk keperluan pondasi bangunan, jalan, kepadatan, dan daya
dukung tanah serta mengetahui sifat korosivitas tanah. Pengujian tanah dilakukan
untuk mengetahui jenis pondasi yang akan digunakan untuk konstruksi bangunan,
selain itu dari hasil pengujian tanah dapat ditentukan perlakuan terhadap tanah
agar daya dukung dapat mendukung konstruksi yang akan dibangun. Pengujian
tersebut menggunakan alat-alat yang berbeda jenis dan juga cara penggunaannya
serta data-data yang diperoleh.

28
REFERENSI

Pengujian sndcone. Diakses tanggal ( 20 Oktober 2018)


https://lauwtjunnji.weebly.com/pengujian--sand-cone.html

SNI 2827:2008: Cara uji penetrasi lapangan dengan alat sondir

SNI 4153-2008: Cara Uji Penetrasi Lapangan Dengan SPT.

Makalah penyelidikan tanah. Diakses tanggal ( 20 Oktober 2018)


https://tekniksipil006.wordpress.com/2014/10/12/makalah-
penyelidikan-tanah-dengan-sondir/

SNI 03-1744-1989 Metode Pengujian Cbr Laboratorium

Definisi cbr. Diakses tanggal ( 20 Oktober 2018)


http://rafiuelcivil54.blogspot.com/2017/10/definisi-cbr-teknik-sipil-california.html

29

Anda mungkin juga menyukai