Anda di halaman 1dari 10

Kajian Pemanfaatan Kompos Jerami sebagai Substitusi Pupuk NPK pada

Pertumbuhan dan Produksi Padi Sistem IPAT-BO


(The Evaluation of Straw Compost Utilization as A Substitute of NPK
Fertilizer on The Growth And Production of Rice
By IPAT-BO System)

Indrawaty Kadengkang1)*, Jeanne M. Paulus1), Edy F. Lengkong1)


1)Program Studi Agronomi, Pasca Sarjana Universitas Sam Ratulangi Manado
*Email korespondensi: indrawatikadengkang@gmail.com1)

Diterima 2 Agustus 2015, diterima untuk dipublikasikan 30 Agustus 2015

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji dosis kompos jerami yang tepat
untuk mensubstitusi pupuk NPK pada pertumbuhan dan produksi padi sistem
IPAT-BO dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 5
perlakuan dan 4 ulangan. Perlakuan terdiri dari I1=0% kompos jerami dan 100%
pupuk NPK, I2=25% kompos jerami dan 75% pupuk NPK, I3 =50% kompos jerami
dan 50% pupuk NPK; I4=75% kompos jerami dan 25% pupuk NPK dan I5=100 %
kompos jerami dan 0 % pupuk NPK. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
pemupukan kompos jerami dan pupuk NPK berpengaruh nyata meningkatkan
pertumbuhan padi sawah yang meliputi rata-rata tinggi tanaman dan jumlah
anakan, namun tidak berpengaruh nyata pada produksi. Rata-rata tinggi tanaman
tertinggi pada perlakuan I1 , I5, I3 dan I2 masing-masing 102,28 cm; 101,40 cm;
101,20 cm dan 100,28 cm. Jumlah anakan per rumpun terbanyak pada perlakuan
I3 dan I1 masing-masing 33,48 anakan/rumpun dan 32,93 anakan/rumpun.
Kata kunci : kompos jerami, IPAT-BO, padi,pupuk NPK

Abstract

This study aimed to assess the proper dosage of straw compost as a


substitute of NPK fertilizer on the growth and production of rice by IPAT BO system
using a randomized block design (RAK) with 5 treatments and 4 replicates. The
treatment consisted of I1 = 0% straw compost and 100% of NPK, I2 = 25% straw
compost and 75% of NPK, I3 = 50% straw compost and 50% of NPK, I4 = 75%
straw compost and 25% NPK fertilizer and I5 = 100% straw compost and 0% NPK
fertilizer. The results showed that both of straw compost and NPK fertilizers
significantly increased the growth of paddy rice crops, i.e. the plant height and
number of tillers, but there was no significant effect on rice production. The highest
plant height was observed in the treatments of I1, I5, I3 and I2, i.e. 102.28, 101.40,
101.20 and 100.28 cm, respectively.The highest number of tillers/clump was in the
I3 and I1 treatments, i.e. 33.48 and 32.93 respectively.
Keywords: IPAT-BO, NPK fertilizer, rice, straw compost
70 JURNAL BIOSLOGOS, AGUSTUS 2015, VOL. 5 NOMOR 2

PENDAHULUAN sebagai pupuk yaitu jerami padi yang


Tanaman padi (Oryza sativa seringkali hanya dibakar oleh petani.
L.) merupakan tanaman pangan Penerapan teknologi dalam
utama di Indonesia. Peningkatan usaha budidaya padi sawah mutlak
produktivitas padi telah banyak dilakukan salah satunya adalah
dilakukan oleh pemerintah sehingga dengan Teknologi Intensifikasi Padi
pada tahun 1983-1984 Indonesia Aerob Terkendali Berbasis Organik
berhasil swasembada beras. Namun (IPAT-BO) sehingga perlu
pada tahun 1994, swasembada dilaksanakan penelitian tentang
beras berakhir dengan memunculkan pemanfaatan kompos jerami sebagai
masalah seperti menurunnya substitusi pupuk NPK pada
produktivitas padi yang diikuti dengan pertumbuhan dan produksi padi
meningkatnya kerusakan lingkungan sistem IPAT-BO.
akibat penggunaan pupuk kimia dan Teknologi Intensifikasi Padi
pestisida secara terus-menerus Aerob Terkendali Berbasis Organik
(Badan Litbang Pertanian 2006). (IPAT-BO) dikembangkan oleh tim
Budidaya padi sawah selama peneliti Fakultas Pertanian
ini masih menitikberatkan pada Universitas Padjajaran bekerjasama
peningkatan produktivitas dengan dengan Kementerian Negara Riset
penggunaan pupuk kimia. Meskipun dan Teknologi pada tahun 2007.
penggunaan pupuk kimia Menurut Simarmata dan Joy (2010),
meningkatkan produktivitas, tetapi IPAT-BO merupakan sistem
penggunaan pupuk kimia secara produksi holistik terpadu berbasis
terus-menerus memberikan dampak input lokal (Kompos jerami, pupuk
negatif bagi lingkungan. Selain itu hayati, dan input lainnya) dengan
penggunaan pupuk kimia yang terus konsep LEISA ( low external input
meningkat menyebabkan beban sustaible agriculture) dan
anggaran subsidi pemerintah juga managemen tata air, tanaman dan
terus meningkat. Pada tahun 2015, pemupukan untuk memanfaatkan
kebutuhan pupuk kimia (anorganik) kekuatan biologis tanaman maupun
NPK pada tanaman pangan kekuatan biologis tanah.
sebanyak 1.857.441 ton atau naik Pada penerapan IPAT-BO,
sekitar 26,66 % (1.362.272 ton) dari ekologis sawah diubah dari
kebutuhan pupuk NPK pada tahun tergenang (anaerob) menjadi tidak
2014 (Permentan No. 130/ tergenang atau aerob (lembab
Permentan/ SR.130/11/2014 dan hingga macak-macak) sehingga akan
Permentan No.122/ Permentan/ mempengaruhi pertumbuhan
SR.130/11/ 2013). Penyediaan (anakan dan perkembangan sistem
pupuk juga sering mengalami perakaran). Intensifikasi padi sawah
kendala yang diakibatkan sering dengan sistem tergenang (anaerob)
langkanya pupuk di pasaran akibat tidak saja menyebabkan tidak
kurangnya pengawasan berfungsinya kekuatan biologis tanah
pendistribusian pupuk, tingginya tetapi juga menghambat sistem
permintaan pupuk dan biaya perakaran tanaman padi. Selain itu
transportasi yang meningkat. Hal ini penerapan IPAT-BO dapat
juga yang mengakibatkan harga meningkatkan kekuatan biologis
pupuk naik sekitar 10-30%. Petani tanaman padi, hasil kajian
juga sering menggunakan pupuk memperlihatkan bahwa padi memiliki
dengan dosis yang tidak berimbang potensi untuk menghasilkan anakan
akibat keterbatasan modal usaha yang sangat banyak tergantung pada
tani. Padahal di lahan terdapat jarak tanam dan jumlah bibit yang
bahan-bahan yang dapat digunakan ditanam. Dengan jarak tanam lebar
dan pasokan nutrisi yang baik maka
Kadengkang dkk., Kajian ..…. 71

padi dapat memanfaatkan sinar umumnya tidak dikembalikan ke


matahari secara optimum dan dalam tanah. Sumber silikat dilahan
mampu menghasilkan sekitar 80-100 sawah adalah jerami padi. Setiap
anakan per rumpun. IPAT-BO juga hektar sawah akan menghasilkan
menerapkan pola pemupukan sekitar 8-12 ton jerami (sekitar 1,5 x
terpadu. Mutu intensifikasi usaha hasil gabah) per musim atau setara
pertanian padi sawah harus dengan 4-6 ton kompos
menerapkan pengelolaan berbagai jerami/ha/musim. Potensi jerami
sumber hara tanaman yang berasal sebagai pupuk disajikan dalam Tabel
dari tanah, pupuk kimia, pupuk 2.
organik dan bahan organik sisa
panen tanaman padi (Sisworo 2006). Tabel 2. Potensi jerami dalam
Dosis dan waktu aplikasi pupuk pada mensubstitusi pupuk
tanaman padi sawah dapat dilihat di anorganik
Tabel 1. Nutrisi Kand Kg/ton Kg Kg
Petani sering menggunakan (%) Jerami h-1
pupuk majemuk paket pupuk C-Org 40-43
NPK/phonska dan urea. Komposisi N 0,5-0,8 6,5 14,13 70,7 Urea
pupuk NPK phonska adalah Nitrogen P 0,07- 1,0 13,19 66,0 SP-36
(N) 15%, Fosfat (P2O5) 15%, Kalium 0,12
(K2O) 15%, dan Sulfur (S) 10%.
K 1,2-1,7 14,6 24,17 120,8 KCl
Ca 0,6 6 30,00
Tabel 1. Dosis dan waktu aplikasi
pupuk pada tanaman padi Mg 0,2 2 10,00
sawah Si 4,0-7,0 55 275
Jenis dan Takaran (kg S 0,10 1 5
Waktu ha-1) Sumber :Simamarmata dan Joy
Aplikasi Pupuk (2010)
NPK Urea
Organik
Pupuk Tabel 2 memperlihatkan
500 150 50
Dasar bahwa pemanfaatan jerami atau
Susulan I kompos jerami, dapat mengurangi
(15-20 - 150 50 penggunaan pupuk kimia hingga
HST) 50% terutama unsur hara K dan Si.
Susulan Penggunaan kompos jerami sekitar
II (30-35 - - 100 4-6 ton ha-1 mampu memasok
HST) kebutuhan hara K dan Si dengan
Jumlah 500 300 200 tingkat produktivitas sekitar 6-8 ton
Sumber : Buku panduan pemupukan ha-1.
PT. Petrokimia Gresik (2014) Pembuatan kompos belum
dipraktekkan secara luas oleh petani
Tanaman padi sawah dikarenakan belum tersedianya alat
memerlukan pupuk yang pencacah jerami maupun rumah
mengandung unsur hara makro. kompos. Kendala lainnya adalah
Selain itu, terdapat unsur hara bukan memerlukan biaya dan tenaga untuk
essensial tetapi sangat diperlukan mengangkut jerami dari lahan.
oleh tanaman padi yaitu silikat (Si), Alternatif yang mudah dipraktekkan
namun pemupukan Si pada tanah oleh petani adalah dengan
sawah belum umum dilakukan. Unsur pengomposan langsung di sawah.
hara N, P, dan K umumnya Untuk mempercepat proses
dikembalikan ke dalam tanah melalui pengomposan digunakan
pemupukan, namun unsur Si dekomposer (mikroba perombak
72 JURNAL BIOSLOGOS, AGUSTUS 2015, VOL. 5 NOMOR 2

bahan organik beragen hayati) EM4 II meliputi budidaya padi sawah


atau bisa menggunakan MOL dengan sistem intensifikasi padi
(Makarim et al. 2007). aerob terkendali yang didahului
Penelitian ini bertujuan dengan pengolahan tanah sempurna
bertujuan mengkaji dosis kompos sebanyak 3 kali, yaitu 1 kali bajak dan
jerami yang tepat untuk 2 kali garu (pelumpuran). Kemudian
mensubstitusi pupuk NPK pada dilanjutkan dengan pembuatan
pertumbuhan dan produksi padi petakan masing-masing berukuran 4
sistem IPAT-BO. x 3 m sesuai dengan banyaknya
kelompok ulangan dan perlakuan. Di
METODE antara petakan dibuat saluran air
Penelitian ini dilaksanakan di untuk memasukkan dan
Kelurahan Motoboi Besar, mengeluarkan air dengan lebar dan
Kecamatan Kotamobagu Timur, Kota dalam 30 cm. Perlakuan dan
Kotamobagu dari bulan April sampai penyemaian benih di lahan
dengan bulan Agustus 2015. Bahan persemaian dengan tinggi 10-20 cm
penelitian pada tahap 1 pembuatan dan lebar 2 m. Penanaman dilakukan
kompos jerami menggunakan bahan dengan sistem pindah tanam setelah
yaitu jerami padi, dedak halus, gula bibit berumur 15 hari dengan sistem
pasir, EM4 dan air. Bahan yang tanam tegel 30 cm x 30 cm. Bibit
digunakan pada tahap II budidaya ditanam dengan teknik tanam
padi sawah dengan metode kembar (twin seedling), yaitu setiap
intensifikasi yaitu bibit padi varietas titik ditanam dua bibit berjarak 5 cm
Ciherang, pupuk NPK, pupuk urea, dengan mendorong bibit ke depan
dan pestisida. Alat yang digunakan hingga kedalaman 1 cm serta akar
yaitu cetakan dari bambu, sekop, dan batang tanaman membentuk
cangkul, label, plastik, kamera, huruf L.
kalkulator, perangkat komputer, Pemeliharaan tanaman
timbangan, penggaris, alat tulis. meliputi pengairan yang
Penelitian ini disusun dalam dipertahankan dalam keadaan
Rancangan Acak Kelompok (RAK) macak-macak hingga tanaman
dengan faktor tunggal yaitu masak susu. Penggenangan 1-2 cm
perlakuan kompos jerami dan pupuk dilakukan 1-2 hari sebelum
NPK dengan 5 perlakuan, penyiangan dan menekan
rekomendasi umum penggunaan pembentukan anakan pada saat
kompos jerami 10 ton ha-1 dan pupuk tanaman bunting (Flowering stage).
NPK 300 kg ha-1. Perlakuan terdiri Penyiangan dilakukan 2-3 kali.
dari: Pemupukan dilakukan dengan
I1 = 0 % kompos jerami (0 kg ha-1) dan menggunakan pemupukan majemuk
100 % pupuk NPK (300 kg ha-1) dengan menggunakan pupuk dasar
I2 = 25 % kompos jerami (2,5 ton ha- kompos silika, NPK/phonska dan
1
) dan 75 % pupuk NPK (225 kg ha-1) pupuk urea. Dosis pupuk
I3 = 50 % kompos jerami (5 ton ha-1) NPK/phonska diberikan sesuai
dan 50 % pupuk NPK (150 kg ha-1) dengan perlakuan pada penelitian (5
I4 = 75 % kompos jerami (7,5 ton ha- perlakuan) dengan cara aplikasi
1
) dan 25 % pupuk NPK (75 kg ha-1) pupuk kompos jerami diaplikasikan
I5 = 100 % kompos jerami (10 ton ha- keseluruhannya sesuai perlakuan
1
) dan 0 % pupuk NPK (0 kg ha-1) sebelum pengolahan tanah.
Pelaksanaan penelitian ini Pengendalian hama penyakit
dilaksanakan dalam 2 tahap. Tahap I dilakukan secara terpadu dan untuk
meliputi pembuatan kompos secara meningkatkan produktivitas diberikan
in situ (langsung sawah) dengan cara pupuk pelengkap cair dalam bentuk
difermentasi selama 1 bulan. Tahap mol. Panen dilaksanakan ketika 95%
Kadengkang dkk., Kajian ..…. 73

gabah telah menguning dan daun jerami yang sangat diperlukan dalam
bendera telah mengering, dan proses pertumbuhan tanaman. Dosis
kerontokan gabah sekitar 16-30%. 75% (7,5 ton h-1) kompos jerami
Variabel yang diamati dalam belum mencukupi kebutuhan
penelitian ini adalah pengamatan tanaman akan unsur N meskipun
pada saat panen yang meliputi tinggi dikombinasikan dengan
tanaman (diukur dari permukaan penambahan 25% NPK pada
tanah sampai ujung malai), jumlah perlakuan I4.
anakan, jumlah anakan produktif,
panjang malai dan jumlah bulir per Tabel 3. Rata-rata pertumbuhan
malai yang diamati dari 10 rumpun tinggi tanaman saat
contoh yang ditentukan secara acak panen
pada setiap petak percobaan; jumlah Perlakuan Tinggi Notasi
gabah berisi yaitu rata-rata jumlah Tanaman
gabah berisi per malai yang terdapat ... cm ...
pada 10 rumpun contoh yang diambil I1 102,28 a
secara acak dari setiap petak I5 101,40 a
percobaan; bobot 1000 butir gabah I3 101,20 a
isi; hasil panen (produktivitas) secara I2 100,28 a
ubinan (timbangan hasil plot ubinan I4 91,83 b
2,5 x 2,5 m). Data penelitian dari BNT (0,05) 6,18
semua variabel pengamatan
dianalisis dengan analisis sidik Jumlah Anakan
ragam (ANOVA) dan jika terdapat Hasil analisis sidik ragam
perbedaan diantara perlakuan menunjukkan jumlah total anakan per
dilanjutkan dengan uji BNT 5%. rumpun tanaman padi sawah pada
perlakuan I3 berbeda nyata dengan
HASIL DAN PEMBAHASAN perlakuan I4 dan I2. Jumlah total
Tinggi Tanaman anakan per rumpun pada I2 berbeda
Hasil analisis sidik ragam nyata dengan perlakuan I3 dan I1
menunjukkan bahwa rata-rata (Tabel 4).
pertumbuhan tinggi tanaman padi Berdasarkan hasil uji BNT
sawah pada saat panen berbeda (0,05) diperoleh bahwa pengaruh
nyata. Perlakuan I4 dengan pemberian kompos jerami 50% dan
kombinasi pemupukan kompos NPK 50% pada perlakuan I3
jerami 75% dan NPK 25% menghasilkan rata-rata jumlah
menunjukkan hasil yang lebih rendah anakan padi sawah yang paling
daripada perlakuan yang lain. Tinggi banyak yaitu 33,48 anakan/rumpun
tanaman padi saat panen tertinggi diikuti perlakuan I1, I5, I4 dan yang
adalah pada perlakuan I1 yaitu terendah adalah pada perlakuan I2
102,275 cm yang diperoleh dari yaitu 91,83 anakan/rumpun. Hal ini
perlakuan 100% NPK dan 0% diakibatkan ketersediaan unsur hara
kompos jerami diikuti dengan terutama unsur N pada perlakukan I3
perlakuan I5 , I3, I2 dan yang terendah dan I2 mencukupi dalam proses
adalah pada perlakuan I4. pertumbuhan tanaman. Unsur N bagi
Berdasarkan hasil uji BNT tanaman padi merupakan unsur
(0,05) diperoleh data bahwa pengaruh penyusun asam amino, asam nukleat
pemberian kompos jerami 75% dan dan klorofil yang penting bagi
NPK 25% pada perlakuan I4 tanaman padi dalam mempercepat
menghasilkan rata-rata pertumbuhan pertumbuhan (pertambahan tinggi
tinggi tanaman yang paling rendah dan jumlah anakan) dan
yaitu 91,83 cm hal ini disebabkan meningkatkan ukuran daun, jumlah
terjadinya mobilisasi unsur N oleh
74 JURNAL BIOSLOGOS, AGUSTUS 2015, VOL. 5 NOMOR 2

gabah/malai, persentase gabah isi Tabel 6. Rata-rata panjang malai


dan kandungan protein gabah Perlakuan Panjang Malai (cm)
(Doberman and Fairhust 2002). I3 20,38
Hasil penelitian Amrah (2008) I1 20,05
menunjukkan kombinasi perlakuan I2 19,98
bahan organik dan pupuk anorganik I4 19,95
meghasilkan jumlah anakan yang I5 19,73
lebih banyak jika dibandingkan BNT (0,05) 1,87
dengan perlakuan bahan organik
saja.
Tabel 7. Rata-rata jumlah gabah
per malai
Tabel 4. Rata-rata jumlah anakan
Perlakuan Jumlah gabah per malai
saat panen
(butir)
Perlakuan Jumlah Notasi
I3 135,70
Anakan
I2 132,50
anakan/rumpun
I4 132,48
I3 33,48 a
I1 130,63
I1 32,93 ab
I5 130,20
I5 31,75 abc
BNT (0,05) 20,78
I4 31,03 bc
I2 30,40 c
Tabel 8. Rata-rata jumlah gabah
BNT (0,05) 2,10
berisi per malai
Perlakuan Jumlah gabah per malai
Jumlah Anakan Produktif
(butir)
Jumlah total anakan produktif
I3 103,08
per rumpun tanaman padi sawah
I1 102,13
pada semua perlakuan tidak berbeda
I2 100,63
nyata pada saat panen (Tabel 5).
I4 100,08
I5 99,70
Tabel 5. Rata-rata jumlah anakan
produktif BNT (0,05) 5,03
Perlakuan Jumlah Anakan
Produktif Berat 1000 Butir Gabah Berisi dan
Hasil Panen
Hasil analisis sidik ragam
I3 11,60
menunjukkan berat 1000 butir gabah
I1 11,50
berisi (Tabel 9) dan hasil panen
I5 11,28
(Tabel 10) tidak berbeda nyata pada
I2 11,18
semua perlakuan.
I4 10,80
BNT (0,05) 1,82
Tabel 9. Berat 1000 butir gabah
berisi
Panjang Malai, Jumlah Gabah per
Perlakuan Berat 1000 butir gabah
Malai dan Jumlah Gabah Berisi
(g)
per Malai
I3 26,87
Panjang malai (Tabel 6),
I1 26,74
jumlah gabah (Tabel 7) dan jumlah
I2 26,35
gabah berisi per malai (Tabel 8) tidak
I5 25,76
berbeda nyata pada semua
I4 25,55
perlakuan
BNT (0,05) 2,65
Kadengkang dkk., Kajian ..…. 75

Tabel 10. Hasil panen memelihara fotosintesis selama


Perlakuan Hasil Panen (kg) pengisian biji dan meningkatkan
I3 2,86 kadar protein dalam biji (Doberman
I1 2,79 and Fairhust 2002).
I2 2,68 Jerami padi yang dibenamkan
I5 2,63 ke tanah sawah pada awalnya akan
I4 2,51 mengimobilisasi N tersedia pada
BNT (0,05) 0,71 tanah. Unsur N yang terikat jerami
berkurang dengan semakin tingginya
Hasil analisis sidik ragam konsentrasi N dalam jerami dan suhu
pengaruh pemupukan kompos jerami tanah. Proses dekomposisi jerami
dan pupuk NPK menunjukkan akan melepas N (remineralisasi).
perbedaan nyata pada pertumbuhan Pemberian jerami pada lahan sawah
vegetatif tanaman padi sawah tetapi menyebabkan N tanah terserap
tidak berbeda nyata pada kedalam jaringan jerami sebelum
pertumbuhan fase generatif tanaman jerami dirombak oleh jasad renik di
yang mempengaruhi produksi dalam tanah. Proses ini
tanaman. Hal ini disebabkan karena menyebabkan kandungan hara
kandungan unsur hara dalam dalam tanah turun sehingga
kompos jerami tidak sepenuhnya berpotensi kahat N. Semakin banyak
tersedia pada perkembangan jerami yang diberikan semakin parah
tanaman terutama dalam fase tanaman kekurangan N (Makarim et
generatif. Pembuatan kompos jerami al. 2007).
secara in situ (langsung dilahan) Hasil penelitian Sugiyanta
tanpa dicacah terlebih dahulu belum (2007) menunjukkan aplikasi bahan
sepenuhnya membuat jerami terurai organik mampu meningkatkan kadar
hal ini dapat dilihat dari hasil uji tanah N secara bertahap dan baru nyata
sebelum dan sesudah dilaksanakan terlihat menambah akumulasi N
penelitian yang diambil pada setiap dalam tanah pada aplikasi pada
petak perlakuan. Jerami musim tanam ketiga.
mengandung silika dan selulosa yang Nilai pH sebelum perlakuan
tinggi sehingga proses pelapukannya dan pada saat perlakuan I1 dan I2
memerlukan waktu yang lama adalah netral dan pH pada perlakuan
(Makarim et al. 2007). I3, I4 dan I5 adalah agak masam
Aplikasi jerami terlihat tidak dengan nilai berturut-turut 6,55; 6,44;
meningkatkan kandungan N, P, K dan 6,35. Hal ini sesuai dengan
dan kadar C/N hal ini penelitian Hartatik dan Setyorini
mengindikasikan terjadinya (2008) yang menyatakan bahwa
pelepasan unsur Nitrogen ke larutan aplikasi pupuk organik
tanah karena proses dekomposisi menyumbangkan asam-asam
jerami yang cukup lama. Unsur organik yang meningkatkan
nitrogen diperlukan sepanjang fase kemasaman tanah. Pada tanah asam
pertumbuhan dan perkembangan (pH rendah), tanah didominasi oleh
tanaman. Pada proses pertumbuhan ion Al, Fe, dan Mn yang akan
nitrogen diperlukan terutama pada mengikat unsur hara yang sangat
fase awal sampai pertengahan dibutuhkan tanaman terutama unsur
pembentukan anakan sedangkan P (fosfor), K (kalium), S (sulfur), Mg
pada fase perkembangan diperlukan (magnesium) dan Mo (Molibdenum)
pada tahap awal pembentukan malai. sehingga tanaman tidak bisa
Suplai nitrogen selama proses menyerap makanan dengan baik
pemasakan diperlukan untuk meskipun kandungan unsur hara
menunda gugurnya daun, dalam tanah banyak. Selain itu, ion-
ion tersebut juga dapat meracuni
76 JURNAL BIOSLOGOS, AGUSTUS 2015, VOL. 5 NOMOR 2

tanaman. Pada tanah asam juga 97 hst atau lebih cepat 19-28 hari dari
terdapat kandungan unsur hara mikro deskripsi umur padi Ciherang. Hasil
seperti Zn (seng), Cu (tembaga) dan ini sesuai dengan hasil penelitian
Co (kobalt) juga tinggi sehingga Simarmata dan Joy (2010) yang
dapat meracuni tanaman (Kurnianti, menyatakan bahwa keunggulan dari
2013). Selain pengapuran dengan IPAT-BO adalah hemat air, hemat
pemberian dolomit, pengelolaan air bibit, hemat pupuk, hemat pestisida
juga sangat dibutuhkan dalam dan panen lebih awal.
menetralkan pH terutama dalam Lahan penelitian yang
pencucian bahan-bahan beracun digunakan juga merupakan lahan
(Suriadikarta 2005). yang baru untuk penerapan pupuk
Terjadi serangan hama organik. Hasil penelitian Amrah
penyakit yaitu pada saat tanaman (2008) menunjukkan aplikasi bahan
padi berumur 26 hst terserang organik berupa jerami saja dapat
penyakit bercak daun cercospora dan memberikan hasil gabah yang tidak
blas. Dari hasil penelitian Suprihanto berbeda jika dibandingkan dengan
dkk (2008) dilaporkan bahwa varietas jerami yang dikombinasikan dengan
ciherang rentan terhadap serangan pupuk anorganik pada musim tanam
penyakit bercak daun cercospora ke-9. Hasil penelitian Tualar dan Joy
dibandingkan varietas lainnya. (2010) menunjukkan aplikasi kompos
Curah hujan yang cukup jerami selama 4-6 musim tanam
tinggi pada awal penelitian mampu meningkatkan kesehatan
menyebabkan cepat berkembangnya tanah dan meningkatkan
jamur Pyricularia grisea penyebab produktivitas padi sekitar 25%.
penyakit blas yang dapat menginfeksi Sedangkan dari hasil penelitian dari
pada semua fase pertumbuhan. Ningtias dan Suharjanto (2012)
Pada fase generatif jamur ini akan diperoleh bahwa pertumbuhan
berkembang pada tangkai/leher tanaman padi tidak menunjukkan
malai yang disebut blas leher perbedaan yang nyata pada
sehingga mempengaruhi proses pelaksanaan penelitian sitem
pengisian gabah yang budidaya IPAT-BO dengan perlakuan
mengakibatkan banyak terdapat bulir jumlah bibit dikarenakan
gabah hampa. Faktor lain yang dapat pertumbuhan tanaman dipengaruhi
menyebabkan blas adalah kondisi kondisi lingkungan yaitu media tanam
aerobik dan sumber inokulumnya dan iklim.
adalah jerami (Balai Besar Penelitian Penelitian selanjutnya
Tanaman Padi 2015). sebaiknya dilakukan kajian lebih
Serangan hama juga terjadi mendalam tentang pengolahan
pada saat tanaman padi berumur 41 kompos jerami dengan dicacah lebih
hst dimana tanaman terserang hama dahulu sehingga jerami dapat cepat
kepinding tanah. Curah hujan pada terurai secara sempurna, sehingga
saat itu juga cukup tinggi yaitu 151,5 unsur hara dapat tersedia bagi
mm3. Sistem budidaya dengan pertumbuhan dan produksi tanaman.
menggunakan IPAT-BO yang tidak
menggenangi lahan menyebabkan KESIMPULAN
hama kepinding tanah masuk dan Pemupukan dengan kompos
menyerang sampai pada perakaran jerami dan pupuk NPK berpengaruh
tanaman padi sawah. nyata pada pertumbuhan tanaman
Meskipun demikian sistem padi sawah yang meliputi rata-rata
budidaya IPAT-BO menunjukkan tinggi tanaman dan jumlah anakan,
waktu panen yang lebih cepat. tetapi tidak berpengaruh nyata pada
Varietas padi Ciherang pada produksi.
penelitian ini dipanen saat berumur
Kadengkang dkk., Kajian ..…. 77

DAFTAR PUSTAKA Ningtias EM, Suharjanto T (2012)


Amrah ML (2008) Pengaruh Sistem intensifikasi padi
manajemen jerami terhadap aerob terkendali berbasis
pertumbuhan dan produksi organik di Kelurahan
padi sawah ( Oryza sativa L.) Tunggulwulung, Kota Malang.
Tesis Program Agronomi Jurnal AGRIKA 6 (1)
Fakultas Pertanian Permentan No 122/ Permentan/
Departemen Budidaya SR.130/11/2013. Tanggal 26
Pertanian. Institut Pertanian Nopember 2013. Kebutuhan
Bogor dan harga eceran Tertinggi
Badan Litbang Pertanian (2006) (pupuk bersubsidi) Tahun
Rekomendasi pemupukan N, 2014. Kementrian Pertanian.
P, K pada padi sawah Jakarta
spesifik lokasi. Kementerian Permentan No 130/ Permentan/
Pertanian. Jakarta SR.130/11/2014. Tanggal 27
Balai Besar Penelitian Tanaman Nopember 2014. Kebutuhan
Padi. 2015. Penyakit blas dan Harga Eceran Tertinggi
pada tanaman padi dan cara (HET) Pupuk bersubsidi untuk
pengendaliannya. Publikasi sektor Pertanian Tahun
Buklet. http: //bbpadi. litbang. Anggaran 2015. Kementrian
pertanian. go. id/ index. php/ Pertanian. Jakarta
publikasi/booklet-leaflet- Petrokimia Gresik (2014) Buku
poster/ content/ item/ 162- Panduan Pemupukan. PT
penyakit-blas.Balitbangtan Petrokimia Gresik
Kementrian pertanian. Puslitbangtanak (2004) Tanah sawah
Sukamandi Jawa Barat dan teknologi
.Diakses pada tanggal 29 pengelolaannya. Pusat
Oktober 2015 Penelitian dan
Dobermann A, Fairhurst TH (2002) Pengembangan Tanah dan
Rice straw management. Agroklimat (Puslitbangtanak).
Better Crops International 16: Bogor
7-11 Simarmata T, Joy B (2010)
Hartatik W, Setyorini D (2008) Pemulihan kesehatan dan
Validasi rekomendasi peningkatan produksi padi
pemupukan NPK dan pupuk pada lahan suboptimal
organik pada padi sawah. dengan teknologi intensifikasi
Balittanah.litbang.pertanian.g padi aerob terkendali
o.id Diakses tanggal 29 berbasis organik (IPAT-IBO).
Oktober 2015 Makalah. Fakultas Pertanian
Kurnianti N (2013) pH Tanah. Universitas Padjajaran.
http://www.tanijogonegoro.co Bandung
m/2013/05/ph-tanah.html. Sisworo WH (2006) Swasembada
Diakses tanggal 29 Oktober pangan dan pertanian
2015 berkelanjutan. Tantangan
Makarim AK, Sumarno, Suyamto abad dua satu. Badan
(2007) Jerami padi: Tenaga Nuklir Indonesia.
pengelolaan dan Jakarta
pemanfaatan. Pusat Sugiyanta (2007) Peran jerami dan
Penelitian dan pupuk hijau Crotalaria juncea
Pengembangan Tanaman terhadap efisiensi dan
Pangan. Badan Penelitian kecukupan hara lima varietas
dan Pengembangan padi sawah. Disertasi.
Pertanian. Bogor
78 JURNAL BIOSLOGOS, AGUSTUS 2015, VOL. 5 NOMOR 2

Sekolah Pascasarjana Institut Suriadikarta DA (2005) Pengelolaan


Pertanian Bogor. lahan sulfat masam untuk
Suprihanto, Guswara A, Satoto usaha pertanian. Jurnal
(2008) Pengaruh dosis pupuk Litbang Pertanian (24) I. http :
nitrogen terhadap beberapa //www. scribd.
penyakit pada varietas padi com/doc/225540881/
hibrida. Balai Besar Penelitian Pengelolaan-Lahan-Sulfat-
Tanaman Padi. Sukamandi Asam. Diakses tanggal 29
Jawa Barat Oktober 2015

Anda mungkin juga menyukai