Anda di halaman 1dari 13

Rasio Solvabilitas

Solvabilitas suatu perusahaan menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban


financialnya baik jangka pendek maupun jangka panjang apabila sekiranya perusahaan
dilikuidasi.

Suatu perusahaan yang solvable berarti bahwa perusahaan tersebut mempunyai aktiva atau
kekayaan yang cukup untuk membayar semua hutanghutang nya begitu pula sebaliknya
perusahaan yang tidak mempunyai kekayaan yang cukup untuk membayar hutang-hutangnya
disebut perusahaan yang insolvable.

Syafri (2008:303) menyatakan bahwa Rasio solvabilitas adalah rasio yang menggambarkan
kemampuan perusahaan dalam membayar kewjiban jangka panjangnya/ kewajiban-
kewajibannya apabila perusahaan di likuidasi.

Jenis-jenis Rasio Solvabilitas


Rasio solvabilitas antara lain :
1. Rasio hutang modal / Debt to Equity Ratio
Rasio hutang modal menggambarkan sampai sejauh mana modal pemilik dapat menutupi
hutang-hutang kepada pihak luar dan merupakan rasio yang mengukur hingga sejauh mana
perusahaan dibiayai dari hutang. Rasio ini disebut juga rasio leverage.

Rasio leverage merupakan rasio untuk mengukur seberapa bagus struktur permodalan
perusahaan. Struktur permodalan merupakan pendanaan permanen yang terdiri dari hutang
jangka panjang, saham preferen dan modal pemegang saham (Wahyono, 2002:12).

Struktur modal adalah pembelanjaan permanen dimana mencerminkan pengimbangan antar


hutang jangka panjang dan modal sendiri. Modal sendiri adalah modal yang berasal dari
perusahaan itu sendiri (cadangan, laba) atau berasal dari mengambil bagian, peserta, atau pemilik
(modal saham, modal peserta dan lain-lain) (Riyanto, 2008:22).

Jadi dapat disimpulkan bahwa debt to equity ratio merupakan perbandingan antara total hutang
(hutang lancar dan hutang jangka panjang) dan modal yang menunjukkan kemampuan
perusahaan untuk memenuhi kewajibannya dengan menggunakan modal yang ada.

Rasio hutang modal dihitung dengan formula:

debt to equity ratio=total hutang / modal (equity)


Rasio Hutang Modal

Menurut Syafri (2008:303) semakin kecil rasio hutang modal maka semakin baik dan untuk
keamanan pihak luar rasio terbaik jika jumlah modal lebih besar dari jumlah hutang atau minimal
sama.
2. Total Asets to Total Debt Ratio/ Debt Ratio
Rasio ini merupakan perbandingan antara total hutang dengan total aktiva. Sehingga rasio ini
menunjukkan sejauh mana hutang dapat ditutupi oleh aktiva. Menurut Sawir (2008:13) debt ratio
merupakan rasio yang memperlihatkan proposi antara kewajiban yang dimiliki dan seluruh
kekayaan yang dimiliki.

Rasio ini dihitung dengan rumus:

Debt Ratio=total hutang / total aktiva

Apabila debt ratio semakin tinggi, sementara proporsi total aktiva tidak berubah maka hutang
yang dimiliki perusahaan semakin besar. Total hutang semakin besar berarti rasio financial atau
rasio kegagalan perusahaan untuk mengembalikan pinjaman semakin tinggi.

Dan sebaliknya apabila debt ratio semakin kecil maka hutang yang dimiliki perusahaan juga
akan semakin kecil dan ini berarti risiko financial perusahaan mengembalikan pinjaman juga
semakin kecil.

3. Times Interest Earned


Time interest earned merupakan perbandinganantara laba bersih sebelum bunga dan pajak
dengan beban bunga dan merupakan rasio yang mencerminkan besarnya jaminan keuangan
untuk membayar bunga utang jangka panjang.

Sawir (2008:14) mengatakan bahwa: Rasio ini juga disebut dengan rasio penutupan (coverage
ratio), yang mengukur kemampuan pemenuhan kewajiban bunga tahunan dengan laba operasi
(EBIT) dan mengukur sejauh mana laba operasi boleh turun tanpa menyebabkan kegagalan dari
pemenuhan kewajiban membayar bunga pinjaman.

Time Interest Earned dapat dihitung dengan rumus:

Time Interest Earned=laba bersih sebelum bunga dan pajak / beban bunga

Jadi rasio solvabilitas merupakan kemampuan perusahaan untuk memenuhi semua


kewajibannya, untuk melunasi seluruh hutangnya yang ada dengan menggunakan seluruh aset
yang dimilikinya apabila sekiranya perusahaan dilikuidasi. Dengan demikian rasio solvabilitas
berpengaruh dengan kinerja keuangan perusahaan sehingga rasio ini memiliki hubungan dengan
harga saham perusahaan.
Rasio Profitabilitas

Rasio profitabilitas merupakan rasio yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan perusahaan
dalam menghasilkan laba selama periode tertentu dan juga memberikan gambaran tentang
tingkat efektifitas manajemen dalam melaksanakan kegiatan operasinya. Efektifitas manajemen
disini dilihat dari laba yang dihasilkan terhadap penjualan dan investasi perusahaan. Rasio ini
disebut juga rasio rentabilitas.

Rasio profitabilitas merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam


mendapatka laba melalui semua kemampuan dan sumber yang ada seperti kegiatan penjualan,
kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang dan sebagainya (Syafri, 2008:304).

Jenis-jenis Rasio Profitabilitas


Rasio yang termasuk rasio profitabilitas antara lain:
1. Gross Profit Margin (Margin Laba Kotor)
Gross profit margin merupakan rasio yang mengukur efisiensi pengendalian harga pokok atau
biaya produksinya, mengindikasikan kemampuan perusahaan untuk berproduksi secara efisien
(Sawir, 2009:18).

Gross profit margin merupakan persentase laba kotor dibandingkan dengan sales. Semakin
besar gross profit margin semakin baik keadaan operasi perusahaan, karena hal ini menunjukkan
bahwa harga pokok penjualan relatif lebih rendah dibandingkan dengan sales, demikian pula
sebaliknya, semakin rendah gross profit margin semakin kurang baik operasi perusahaan
(Syamsuddin, 2009:61).

Gross profit margin dihitung dengan formula:

Gross Profit Margin= penjualan - harga pokok penjualan / pernjualan

2. Net Profit Margin (Margin Laba Bersih)

Rasio ini mengukur laba bersih setelah pajak terhadap penjualan. Semakin tinggi Net profit
margin semakin baik operasi suatu perusahaan.

Net profit margin dihitung dengan rumus:

Net Profit Margin= Laba bersih setelah pajak / penjualan


3. Rentabilitas Ekonomi/ daya laba besar/ basic earning power
Rentabilitas ekonomi merupakan perbandingan laba sebelum pajak terhadap total asset. Jadi
rentabilitas ekonomi mengindikasikan seberapa besar kemampuan asset yang dimiliki untuk
menghasilkan tingkat pengembalian atau pendapatan atau dengan kata lain Rentabilitas Ekonomi
menunjukkan kemampuan total aset dalam menghasilkan laba.

Rentabilitas ekonomi mengukur efektifitas perusahaan dalam memanfaatkan seluruh sumberdaya


yang menunjukkan rentabilitas ekonomi perusahaan (Sawir, 2009:19).

Rentabilitas Ekonomi dihitung dengan rumus:

Rentabilitas Ekonomi = laba bersih sebelum pajak / total aktiva

Rentabilitas ekonomi dapat ditentukan dengan mengalikan operating profit margin dengan asset
turnover. Rendahnya Rentabilitas Ekonomi tergantung dari (Sawir, 2009:19):
 Asset Turnover
 Operating Provit Margin
Operating profit margin merupakan perbandingan antara laba usaha dan penjualan.Operating
profit margin merupakan rasio yang menggambarkan apa yang biasanya disebut pure profit yang
diterima atas setiap rupiah dari penjualan yang dilakukan (Syamsuddin, 2009:61).

Operating profit disebut murni (pure) dalam pengertian bahwa jumlah tersebutlah yang benar-
benar diperoleh dari hasil operasi perusahaan dengan mengabaikan kewajiban- kewajiban
finansial berupa bunga serta kewajiban terhadap pemerintah berupa pembayaran pajak. Apabila
semakin tinggi operatig profit margin maka akan semakin baik pula operasi suatu perusahaan.

Operating profit margin dihitung sebagai berikut:

Operating Profit Margin= laba bersih sebelum pajak / penjualan

4. Return on Investment
Return on investment merupakan perbandingan antara laba bersih setelah pajak dengan total
aktiva. Return on investment adalah merupakan rasio yang mengukur kemampuan perusahaan
secara keseluruhan didalam menghasilkan keuntungan dengan jumlah keseluruhan aktiva yang
tersedia didalam perusahaan (Syamsuddin, 2009:63).

Semakin tinggi rasio ini semakin baik keadaan suatu perusahaan. Return on
investmentmerupakan rasio yang menunjukkan berapa besar laba bersih diperoleh perusahaan
bila di ukur dari nilai aktiva (Syafri, 2008:63).

Return on Investment dihitung dengan rumus:

Return on Investment= laba bersih setelah pajak / total aktiva

Atau dapat juga dihitung dengan: ROI = Net profit margin x Assets turn over
5. Return on Equity
Return on equity merupakan perbandingan antara laba bersih sesudah pajak dengan total
ekuitas. Return on equity merupakan suatu pengukuran dari penghasilan (income) yang tersedia
bagi para pemilik perusahaan (baik pemegang saham biasa maupun pemegang saham preferen)
atas modal yang mereka investasikan di dalam perusahaan (Syafri, 2008:305).

Return on equity adalah rasio yang memperlihatkan sejauh manakah perusahaan mengelola
modal sendiri (net worth) secara efektif, mengukur tingkat keuntungan dari investasi yang telah
dilakukan pemilik modal sendiri atau pemegang saham perusahaan (Sawir 2009:20). ROE
menunjukkan rentabilitas modal sendiri atau yang sering disebut rentabilitas usaha.

Return on equity dapat dihitung dengan formula:

Return on Equity= laba bersih setelah pajak / ekuitas

6. Earning per share (EPS)


Earning per share adalah rasio yang menunjukkan berapa besar kemampuan perlembar saham
dalam menghasilkan laba (Syafri, 2008:306).

Earning per share merupakan rasio yang menggambarkan jumlah rupiah yang diperoleh untuk
setiap lembar saham biasa (Syamsuddin, 2009:66). Oleh karena itu pada umumnya manajemen
perusahaan, pemegang saham biasa dan calon pemegang saham sangat tertarik akan earning per
share. Earning per share adalah suatu indikator keberhasilan perusahaan.

Earning per share dihitung dengan rumus:

Earning per share= laba bersih setelah pajak - deviden saham preferen / jumlah saham
biasa yang beredar

RASIO PASAR

Pada umumnya rasio keungan terdiri dari rasio likuiditas, rasio aktivitas, rasio leverage, dan rasio
profitabilitas, dan rasio profitibilitas. Namun rasio keuangan yang akan digunakan untuk mengetahui
perkembangan kinerja keuangan PT Kedawung Setia Industrial Tbk ini adalah rasio pasar.

Rasio ini merupakan indicator untuk mengukur mahal murahnya suatu saham, ukuran prestasi perusahaan
yang dipaling lengkap bagi para pemegang saham, serta dapat membantu investor dalam mencari saham
yang memiliki potensi keuntungan dividen yang bessar sebelum melakukan penaman modal berupa
saham. Namun rasio pasar tidak mempunyai ukuran yang menunjukan tingkat efesiensi rasio serta tidak
dapat mencerminkan kinerja keuangan perusahaan secara keseluruhan jika dilihat berdasarkan harga
saham maupun jika dipergunakan oleh pihak manajemen perusahaan.

Rasio pasar merupakan sekumpulan rasio yang nghubungkan harga saham dengan laba dan nilai buku
per saham. Rasio ini memberikan petunjuk mengenai apa yang dipikirkan invenstor atas kinerja
perusahaan di masa lalu serta prospek di masa mendatang (Moeljadi, 2006:75).
Rasio ini memberikan informasi seberapa besar masyarakat (investor) atau para pemegang saham
menghargai perusahaan, sehingga mereka mau membeli saham perusahaan dengan harga yang lebih
tinggi disbanding dengan nilai buku saham (Sutrisno, 2003:256).

Menurut Hanafi (2004:43). Rasio pasar mengukur harga pasar saham perusahaan, relative terhadap nilai
bukunya. Sudut pandang rasio ini lebih banyak berdasar pada sudut pandang investor ataupun calon
investor, meskipun pihak manajemen, juga berkepentingan rasio ini. Rasio modal saham atau rasio pasar
terdiri dari:

1. Rasio Pendapatan Per Lembar Saham (Earning Per Share)

Menurut Alwi (2003:77), Earning Per Share (EPS) biasanya menjadi perhatian pemegang saham pada
umumnya atau calon pemegang saham dan manajmeen. EPS menunjukan jumlah uang yang dihasilkan
(return) dari seti lembar saham. Semakin besar nilai EPS semakin besar keuntungan yang diterima
pemegang saham.

Seorang investor membeli dan mempertahankan saham suatu perusahaan dengan harapan akan
memperoleh deviden atau capital gain. Laba biasanya menjadi dasar penentuan pembayaran deviden dan
kenaikan harga saham di masa mendatang. Oleh karena itu, para pemegang saham biasanya tertarik
dengan angka EPS yang dilaporkan perusahaan. EPS hanya dihitung untuk saham biasa (Prastowo,
2005:93).

Laba Bersih - deviden saham istemewa /


EPS=
Rata-rata tertimbang jumlah lembar saham biasa yang beredar

2. Rasio Harga Laba (Price Earning Ratio)

Menurut Moeljadi (2006:75), Price Earning Ratio (PER) menunjukan berapa banyak investor bersedia
membayar untuk tiap rupiah dari laba yang dilaporkan.

Oleh para investor rasio ini digunakan untuk memprediksi kemampuan perusahaan dalam menghasilakan
laba di masa yang akan datang. Kesedian para investor untuk menerima kenaikan PER sangat bergantung
pada prospek perusahaan. Perusahaan dengan peluang tingkat pertumbuhan yang tingi, biasanya memiliki
PER yang tinggi. Sebaliknya perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang rendah cenderung memiliki
PER yang rendah pula (Prastowo 2005:96)

Harga pasar per lembar saham /


PER= X 1 Kali
Pendapatan per lembar saham

3. Rasio Pasar Per Buku (Market To Book Value Ratio)

Rasio ini menunjukan berapa besar nilai perusahaan dari apa yang telah atau sedang ditanamkan oleh
pemilik perusahaan, semakin tinggi rasio ini, semakin besar tambahan wealth (kekayaan) yang
dinikmati oleh pemilik perusahaan (Husnan, 2006:76)
Menurut prastowo (2005:99),jika harga pasar berada di bawah nilai bukunya, investor memandang bahwa
perusahaan tidak cukup potensial. Bila seorang investor pesimistik atau prospek suatu saham, banyak
saham dijual pada harga di bawah nilai bukunya. Sebaliknya jika investor optimistic maka saham dijual
dengan harga di atas nilai bukunya.

Harga pasar per saham /


MBV = X 1 Kali
Nilai buku per saham

Book value per share (nilai buku per saham) dihitung dengan membagi ekuitas saham biasa dengan
jumlah saham yang berdedar (Moeljadi, 2006:75)

4. Rasio Pendapatan Deviden (Dividend Yield Ratio)

Dividend Yield adalah dividen yang dibayarkan dibagi dengan harga saham sekarang (Jones,
2004:41). Dividend yield dinyatakan dalam bentuk persentase yang merupakan salah satu komponen dari
total return (Total Return = Yield + Price Change).

Dividen yield merupakan sebagian dari total return yang akan diperoleh investor. Biasanya perusahaan
yang mempunyai prospek pertumbuhan yang tinggi akan mempunyai dividend yield yang rendah, karena
dividen sebagian besar akan diinvestasikan kembali. Kemudian karena perusahaan dengan prospek yang
tinggi akan mempunyai harga pasar saham yang tinggi, yang berarti pembaginya tinggi, makadividend
yield untuk perusahaan macam ini akan cenderung lebih rendah (Hanafi, 2004:43)

Dividen per lembar saham /


DY = X 100%
Harga per lembar saham

5. Rasio Pembayaran Dividen (Dividend Payout Ratio)

Rasio ini melihat bagian pendapatan yang dibayarkan sebagai dividen kepada investor. Bagian lain yang
tidak dibagikan akan diinvestasikan kembali ke perusahaan (Hanafi, 2004:44)

Perusahaan yang mempunyai tingkat pertumbuhan yang tinggi akan mempunyai rasio pembayaran
dividen yang rendah. Sebaliknya perusahaan yang tingkat pertumbuhannya rendah akan mempunyai raio
yang tinggi. Pembayaran dividen juga merupakan kebijakan dividen perusahaan. Menurut Alwi
(2003:78), semakin besar rasio ini maka semakin lambat atau kecil pertumbuhan pendapatan perusahaan.

Dividen per lembar saham /


DPR= X 100%
Pendapatan per lembar saham
EVALUASI USAHA DENGAN RASIO LIKUIDITAS, RENTABILITAS, SOLVABILITAS

1. Likuiditas Perusahaan

Apa kegunaan Rasio Likuiditas ?


Rasio Likuiditas digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi Kewajiban
Lancarnya dengan Aktiva Lancar.
Sebuah perusahaan dapat dikatakan "Likuid" atau sesuai dengan standar Likuiditas perusahaan, jika
mampu membayar semua kewajiban Jangka pendeknya dengan aktiva lancar yang dimilikinya.
Bagaimana jika perusahaan tidak mampu ? maka perusahaan dikatakan "ilikuid"
Secara umum terdapat dua macam LIkuiditas, yaitu Likuiditas Badan Usaha dan Likuiditas Perusahaan

 Disebut Likuiditas Badan Usaha , apabila kemampuan membayar tersebut dihubungkan dengan
kewajiban dengan pihak kreditur atau pihak luar

 Disebut Likuiditas Perusahaan, apabila kemampuan membayar tersebut dihubungkan dengan


kewajiban finansial untuk menyelenggarakan proses produksi.

Sekarang mari kita mempelajari cara menghitung Rasio Likuiditas, yaitu dengan Current Ratio dan
Acid/Quick Ratio.

 Current Ratio, yaitu perbandingan jumlah aktiva lancar dengan hutang lancar. Gunanya untuk
mengetahui kemampuaan perusahaan membayar hutang lancarnya. Perusahaan yang bukan
perusahaan kredit, bila perbandingan current rationya kurang dari 2:1, maka dianggap kurang
baik. Kenapa ? sebab bila aktiva lancarnya mengalami penurunan maka jumlah aktiva nya tidak
cukup untuk menutup hutang lancar

Rumus Current Ratio = Aktiva Lancar / Kewajiban Lancar


Contoh Soal :
Dari Neraca suatu perusahaan diketahui
- Kas Rp 25.000.000,-
- Piutang Dagang Rp 75.000.000,-
- BArang dagangan Rp 200.000.000,-
- Jumlah Hutang Dagang,wesel,bunga dan pajak nya Rp 255.000.000,-
Hitunglah Current Ratio nya

Jawab :
Aktiva Lancar = 25.000.000 + 75.000.000 + 200.000.000 = Rp 300.000.000
Hutang Lancar = Rp 255.000.000,-
Current Ratio = Aktiva Lancar 300.000.000
----------------- x 100 % = ----------------- x 100 %
Hutang Lancar 255.000.000
= 117.65 %
= 118 % ( dibulatkan )
= 1.18 x
( artinya setiap Rp 1 hutang lancar dijamin dengan Rp 1.18 aktiva lancar )

 Acid / Quick Ratio , yaitu perbandingan antara jumlah kas, efek dan piutang dengan hutang
lancar.Perusahaan bisa dikatakan Quick jika rasio nya 1:1

Rumus Quick Ratio = Aktiva Lancar - Persediaan


--------------------------------
Kewajiban Lancar

Contoh soal :
Dari Neraca suatu perusahaan diketahui - Kas Rp 25.000.000,-
- Piutang Dagang Rp 75.000.000,-
- BArang dagangan Rp 200.000.000,-
- Jumlah Hutang Dagang,wesel,bunga dan pajak nya Rp 255.000.000,-
Hitunglah Quick Ratio nya

Jawab :
Aktiva Lancar = 25.000.000 + 75.000.000 + 200.000.000 = Rp 300.000.000
Persediaan adalah barang dagangan yang tersedia untuk dijual = Rp 200.000.000,-
Hutang Lancar = Rp 255.000.000,-
Quick Ratio = Aktiva Lancar - Persediaan
----------------------------------- x 100 %
Hutang Lancar
300.000.000 - 200.000.000
= ----------------------------------- x 100 %
255.000.000
= 39.22 %
= 0.39 x

( artinya Kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban lancar dengan aktiva perusahaan adalah setiap
Rp 1 hutang lancar dijamin dengan Rp 0.39 aktiva lancar yang likuid atau dalam bentuk uang bukan
persediaan barang dagangan )

2. Solvabilitas Perusahaan

Solvabilitas Perusahaan itu gunanya untuk menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi segala
kewajiban finansialnya jika perusahaan tersebut dilikuidasi.
Suatu perusahaan dikatakan Solvabel jika perusahaan itu mempunyai aktiva yang cukup untuk membayar
semua hutang-hutangnya , baik yang jangka panjang maupun jangka pendek.
Bagaimana jika perusahaan tidak mempunyai cukup aktiva untuk membayar segala hutangnya ? maka
perusahaan tersebut dikatakan insolvabel.
Rumus Rasio Solvabilitas :
a. Rasio Modal dengan Aktiva = Modal Sendiri
-----------------
Total Aktiva

b. Rasio Modal dengan Aktiva Tetap = Modal Sendiri


-----------------
Aktiva Tetap

c. Rasio Aktiva Tetap dengan Hutang Jangka Panjang = Aktiva Tetap


---------------
Hutang Jangka Panjang

Contoh :
Dari Neraca Perusahaan HASAN234 diketahui
- Saham Rp 420.000.000
- Laba ditahan Rp 145.000.000
- Kas Rp 25.000.000
- Piutang Dagang Rp 75.000.000
- Barang dagangan Rp 200.000.000
- Mesin Rp 250.000.000
- BAngunan Rp 350.000.000
- Tanah Rp 100.000.000
-Obligasi Rp 180.000.000

Hitunglah Solvabilitas Perusahaan dengan


a. Rasio Modal dengan Aktiva
b. Rasio Modal dengan Aktiva Tetap
c. Rasio Aktiva Tetap dengan Hutang Jangka Panjang

Jawab

a. Rasio Modal dengan Aktiva = Modal Sendiri


-----------------
Total Aktiva
= 420.000.000 + 145.000.000
------------------------------------------
25jt + 75jt + 200jt +250jt +350jt +100jt
= 565.000.000
---------------
1.000.000.000
= 56.5 %
= 0.565 x
Artinya Setiap Rp 1 total aktiva dibiayai dengan Rp 0.565 modal sendiri,
sedangkan Rp 0.435 dari pinjaman

b. Rasio Modal dengan Aktiva Tetap = Modal Sendiri


-----------------
Aktiva Tetap

= 420.000.000 + 145.000.000
--------------------------------
250jt +350jt +100jt

= 565.000.000
---------------
1.000.000.000
= 80.71 %
= 0.81 x

Artinya aktiva tetap dibiayai dengan 80.71 % modal sendiri,

c. Rasio Aktiva Tetap dengan Hutang Jangka Panjang = Aktiva Tetap


---------------
Hutang Jangka Panjang

= 250jt + 350jt + 100jt


-----------------------
180jt

= 700.000.000
---------------
180.000.000
= 388.89 %

Artinya Kemampuan perusahaan untuk memperoleh pinjaman jangka panjang dengan jaminan aktiva
aktiva tetap sebesar 388.89%

3. Rentabilitas Perusahaan

Apa yang dimaksud dengan Rentabilitas perusahaan ? adalah kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan laba selama periode tertentu.
Ada beberapa macam perhitungan dalam Rentabilitas Usaha
a. Rasio Laba Usaha dengan Total Aktivitas = Laba Usaha / Total Aktiva
b. Perputaran total Aktiva = Penjualan / total Aktiva
c. Gross Margin Ratio = Laba Kotor / Penjualan
d. Net MArgin Ratio = Laba Bersih / Penjualan
e. Operating Margin Ratio = Laba Usaha / Penjualan
f. Rentabilitas Modal sendiri = Laba Bersih / Modal sendiri

Contoh Soal ,
Dari Neraca Perusahaan HASAN234 diketahui
- Saham Rp 420.000.000
- Laba ditahan Rp 145.000.000
- Kas Rp 25.000.000
- Piutang Dagang Rp 75.000.000
- Barang dagangan Rp 200.000.000
- Mesin Rp 250.000.000
- BAngunan Rp 350.000.000
- Tanah Rp 100.000.000
- Laba Usaha Rp 300.000.000
- Penjualan Rp 2.000.000.000
- Harga Pokok Penjualan Rp 1.000.000.000
- Laba Bersih Rp 146.000.000
Hitunglah :
a. Rasio Laba Usaha dengan Total Aktivitas
b. Perputaran total Aktiva
c. Gross Margin Ratio
d. Net MArgin Ratio
e. Operating Margin Ratio
f. Rentabilitas Modal sendiri

Jawab :
a. Rasio Laba Usaha dengan Total Aktivitas = Laba Usaha / Total Aktiva
= 300.000 / 1.000.000.000
= 30 %
= 0.3 x
Artinya : Setiap Rp 1 Total Aktiva , menghasilkan Laba Usaha sebesar Rp 0.3

b. Perputaran total Aktiva = Penjualan / total Aktiva


= 2.000.000.000 /1.000.000.000
= 2x
( artinya Total Aktiva telah digunakan untuk meningkatkan penjualan efisiensi sebesar 2x )

c. Gross Margin Ratio = Laba Kotor / Penjualan


= (2.000.000.000-1.000.000.000) / 2.000.000.000
= 1.000.000.000 / 2.000.000.000
= 50%
Artinya Perusahaan dapat mencapai laba kotor 50% dari penjualannya

d. Net MArgin Ratio = Laba Bersih / Penjualan


= 146.000.000 / 2.000.000.000
=. 7.3 % = 0.07
Artinya Rp 1 penjualan meenghasilkan Laba bersih sebanyak Rp 0.07

e. Operating Margin Ratio = Laba Usaha / Penjualan


= 300.000.000 / 2.000.000.000
= 1.5 % = 0.15
Artinya Setiap Rp 1 penjualan menghasilkan Rp 0.15

f. Rentabilitas Modal sendiri = Laba Bersih / Modal sendiri


= 146.000.000 / 565.000.000
= 25.84 %
= 0.2584
Artinya Rp 1 modal sendiri menghasilkan laba bersih Rp 0.2584

Anda mungkin juga menyukai