Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH FISIOTERAPI

PEDIATRIC

DI SUSUN
OLEH
NAMA: ZULASTRI AL AZHARI
NIM: PO714241171040
KELAS: 3A D.IV FISIOTERAPI

POLTEKKES KEMENKES MAKASSAR


2019/2020

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan atas berkat rahmat-Nya, makalah ini dapat
terselesaikan dengan cukup baik, tepat pada waktunya. Penulisan karya makalah ini
bertujuan untuk melengkapi tugas mata kuliah fiioterapi pediatric. Selain untuk
melengkapi tugas, tujuan penulis dalam penulisan makalah ini adalah untuk
memberi informasi tentang kasus hidrosefalus.
Dalam penyelesaian penulisan makalah ini ada sedikit kendala dalam
mencari sumber informasi dan itu tidak masalah.dan akhirnya makalah ini dapat
saya selesaikan karena adanya dukungan dari banyak pihak. Karena itu,
sepantasanya jika penulis mengucapkan terimakasih kepada Tuhan Yang Maha
Esa, yang telah memberikan hidayah dan ide untuk membuat makalah ini,Orang tua
yang telah memberikan dorongan/motivasi baik secara moral maupun spiritual
kepada saya untuk membuat makalah ini saya ucapkan terimah kasih

Gowa , 2 November 2019


Penyusun

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ....................................................................................................... ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................................... iii
BAB I .................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN .............................................................................................................. 1
A. Latar Belakang ........................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ...................................................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan ........................................................................................................ 1
BAB II................................................................................................................................. 2
PEMBAHASAN ................................................................................................................. 2
A. Pengertian Hidrosefalus ............................................................................................. 2
B. Etiologi Hidrosefalus.................................................................................................. 2
C. Patofisiologi dan Patogenesis Hidrosefalus ............................................................... 3
D. Klasifikasi Hidrosepalus ............................................................................................ 4
E. Tanda dan Gejala Hidrosefalus.................................................................................. 5
F. Diagnosis Hidrosefalus ............................................................................................... 6
G. Terapi Hidrosefalus .................................................................................................... 6
H. Prognosis .................................................................................................................... 7
BAB III ............................................................................................................................... 8
PENUTUP .......................................................................................................................... 8
A. Kesimpulan ................................................................................................................ 8
B. Saran ........................................................................................................................... 8
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 9

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hidrosefalus adalah suatu penyakit dengan ciri-ciri pembesaran pada sefal
atau kepala yang mengakibatkan bertambahnya cairan serebrospinal (CSS) dengan
atau karena tekanan intrakranial yang meningkat sehingga terjadi pelebaran ruang
tempat mengalirnya cairan serebrospinal (CSS) (Ngastiah). Bila masalah ini tidak
segera ditanggulangi dapat mengakibatkan kematian dan dapat menurunkan angka
kelahiran di suatu wilayah atau negara tertentu sehingga pertumbuhan populasi di
suatu daerah menjadi kecil. Menurut penelitian WHO untuk wilayah ASEAN
jumlah penderita Hidrosefalus di beberapa negara adalah sebagai berikut, di
Singapura pada anak 0-9 th : 0,5%, Malaysia: anak 5-12 th 15%, India: anak 2-4 th
4%, di Indonesia berdasarkan penelitian dari Fakultas Ilmu Kedokteran Universitas
Indonesia terdapat 3%. Berdasarkan pencatatan dan pelaporan yang diperoleh dari
catatan register dari ruangan perawatan IKA 1 RSPAD Gatot Soebroto dari bulan
oktober-desember tahun 2007 jumlah anak yang menderita dengan gangguan
serebral berjumlah 159 anak dan yang mengalami Hidrosefalus berjumlah 69 anak
dengan persentase 43,39%.

B. Rumusan Masalah
1. Apa dari pengertian hidrosefalus?
2. Bagaimana etiologi dari hidrosefalus?
3. Bagaiman Patofisiologi dan Patogenesis Hidrosefalus?
4. Apa saja Klasifikasi Hidrosefalus?
5. Bagaimana Tanda dan Gejala Hidrosefalus?
6. Bagaimana Diagnosis Hidrosefalus?
7. Bagaimana Terapi Hidrosefalus?
8. Bagaimana Prognosis Hidrosefalus?

C. Tujuan Penulisan
Makalah ini diharapkan dapat memberikan tambahan ilmu
pengetahuan sehingga mahasiswa mampu memahami kasus Hidrosefalus

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Hidrosefalus
Hidrosefalus adalah penimbunan cairan serebrospinal yang berlebihan di dalam
otak. Hidrosepalus adalah kelainan patologis otak yang mengakibatkan
bertambahnya cairan serebrospinal dengan atau pernah dengan tekanan intrakranial
yang meninggi, sehingga terdapat pelebaran ventrikel. Pelebaran ventrikuler ini
akibat ketidakseimbangan antara produksi dan absorbsi cairan serebrospinal.
Hidrosefalus selalu bersifat sekunder, sebagai akibat penyakit atau kerusakan otak.
Adanya kelainan-kelainan tersebut menyebabkan kepala menjadi besar serta terjadi
pelebaran sutura-sutura dan ubun-ubun (Muslihatun, Wati Nur, 2010. Asuhan
Neonatus, Bayi dan Balita. Fitramaya: Yogyakarta).

B. Etiologi Hidrosefalus
Hidrosefalus terjadi bila terdapat penyumbatan aliran CSS pada salah satu
tempat antara tempat pembentukan CSS dalam sistem ventrikel dan tempat absorbsi
dalam ruang subaraknoid. Akibat penyumbatan terjadi dilatasi ruangan CSS di
atasnya. Tempat yang sering tersumbat ialah foramen Monroi, foramen Luscha dan
Magendie, sisterna magna dan sisterna basalis. Secara teoritis pembentukan CSS
yang terlalu banyak dengan kecepatan absorbsi yang normal akan menyebabkan
terjadinya hidrosepalus (Ngastiah, Perawatan Anak Sakit. EGC).
Penyebab penyumbatan aliran CSS yang sering terdapat pada bayi adalah
kelainan bawaan (kongenital), infeksi, neoplasma, dan perdarahan:
a. Kelainan Bawaan
o Stenosis Aqueduktus Sylvii
Merupakan penyebab terbanyak pada hidrosefalus bayi dan anak
(60-90%). Aqueduktus dapat merupakan saluran yang buntu sama sekali
atau abnormal, yaitu lebih sempit dari biasa. Umumnya gejala
hidrosepalus terlihat sejak lahir atau progresif dengan cepat pada bulan-
bulan pertama setelah lahir.
o Spina Bifida dan Kranium Bifida
Hidrosepalus pada kelainan ini biasanya yang berhubungan
dengan sindrom Arnold-Chiari akibat tertariknya medula spinalis
dengan medula oblongata dan serebellum letaknya lebih rendah dan
menutupi foramen magnum sehingga terjadi penyumbatan sebagian
atau total.
o Sindrom Dandy-Walker
Merupakan atresia kongenital foramen Luscha dan Magendie
yang menyebabkan hidrosepalus obstruktif dengan pelebaran sistem

2
ventrikel terutama ventrikel IV, yang dapat sedemikian besarnya hingga
merupakan suatu kista yang besar di daerah fosa posterior.
o Kista Arachnoid
Dapat terjadi kongenital tetapi dapat juga timbul akibat trauma
sekunder suatu hematoma.
b. Infeksi
Akibat infeksi dapat timbul perlekatan meningens sehingga dapat
terjadi obliterasi ruangan subarakhnoid. Pelebaran ventrikel pada fase
akut meningitis purulenta terjadi bila aliran CSS terganggu oleh obstruksi
mekanik eksudat purulen di aqueduktus sylvii atau sistem basalis.
Hidrosepalus banyak terjadi pada klien pascameningitis. Pembesaran
kepala dapat terjadi beberapa minggu sampai beberapa bulan sesudah
sembuh dari meningitis. Secara patologis terlihat pelebaran jaringan
piameter dan arakhnoid sekitar sistem basalis dan daerah lain. Pada
meningitis serosa tuberkulosa, perlekatan meningen terutama terdapat di
daerah basal sekitar kismatika dan interpendunkularis, sedangkan pada
meningitis purulenta lokasinya lebih tersebar.
c. Neoplasma
Hidrosefalus oleh obstruksi mekanis yang dapat terjadi di setiap
tempat aliran CSS. Pengobatannya dalam hal ini ditujukan kepada
penyebabnya dan apabila tumor tidak diangkat (tidak mungkin operasi),
maka dapat dilakukan tindakan paliatif dengan mengalirkan CSS melalui
saluran buatan atau pirau. Pada anak, penyumbatan ventrikel IV atau
aqueduktus sylvii bagian akhir biasanya paling banyak disebabkan oleh
glikoma yang berasal dari serebellum, sedangkan penyumbatan bagian
depan ventrikel III biasanya disebabkan suatu kranio faringioma.

d. Perdarahan
Telah banyak dibuktikan bahwa perdarahan sebelum dan sesudah
lahir dalam otak dapat menyebabkan fibrosis leptomeningen terutama
pada daerah basal otak, selain penyumbatan yang terjadi akibat dari darah
itu sendiri (Muttaqin, Arif. 2011. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien
dengan Gangguan Sistem Persarafan. Salemba Medika: Jakarta).

C. Patofisiologi dan Patogenesis Hidrosefalus


Cairan serebrospinal dibuat di dalam otak dan biasanya beredar ke seluruh
bagian otak, selaput otak serta kanalis spinalis, kemudian diserap ke dalam sistem
peredaran darah. Jika terjadi gangguan pada peredaran maupun penyerapan cairan
serebrospinal, atau jika cairan yang dibentuk terlalu banyak, maka volume cairan
di dalam otak menjadi lebih tinggi dari normal. Penimbunan cairan menyebabkan

3
penekanan pada otak sehingga memaksa otak untuk mendorong tulang tengkorak
atau merusak jaringan otak.
CSS yang dibentuk dalam sistem ventrikel oleh pleksus khoroidalis kembali
ke dalam peredaran darah melalui kapiler dalam piameter dan arakhnoid yang
meliputi seluruh susuna saraf pusat (SSP). Cairan likuor serebrospinalis terdapat
dalam suatu sistem, yakni sistem internal dan sistem eksternal.
Pada orang dewasa normal jumlah CSS 90-150 ml, anak umur 8-10 tahun 100-
140 ml, bayi 40-60 ml, neonatus 20-30 ml dan prematur kecil 10-20 ml. Cairan
yang tertimbun dalam ventrikel 500-1500 ml. Aliran CSS yang normal ialah dari
ventrikel lateralis melalui foramen monroe ke ventrikel III, dari tempat ini melalui
saluran yang sempit Aquaduktus Sylvii ke ventrikel IV dan melalui foramen Luscha
dan Magendie ke dalam ruang subarakhnoid melalui sisterna magna. Penutupan
sisterna basalis menyebabkan gangguan kecepatan reabsorbsi CSS oleh sistem
kapiler.
Hidrosepalus secara teoritis tejadi sebagai akibat dari tiga mekanisme yaitu
produksi likuor yang berlebihan, peningkatan resistensi aliran likuor, serta
peningkatan tekanan sinus venosa. Konsekuensi tiga mekanisme tersebut, adalah
peningkatan tekanan intrakranial sebagai upaya mempertahankan keseimbangan
sekresi dan absorbsi.
Mekanisme terjadinya dilatasi ventrikel cukup rumit dan berlangsung
berbeda-beda tiap saat selama perkembangan hidrosepalus. Dilatasi ini terjadi
sebagai akibat dari beberapa hal, yakni kompresi sistem serebrovaskuler,
redistribusi dari likuor serebrospinalis atau cairan ekstraseluler, perubahan mekanis
dari otak, serta pembesaran volume tengkorak karena regangan abnormal sutura
kranial.
Produksi likuor yang berlebiha disebabkan tumor pleksus khoroid. Gangguan
aliran likuor merupakan awal dari kebanyakan kasus hidrosepalus. Peningkatan
resistensi yang disebabkan gangguan aliran akan meningkatkan tekanan likuor
secara proporsional dalam upaya mempertahankan reabsorbsi yang seimbang.
Peningkatan tekanan sinus vena mempunyai dua konsekuensi, yaitu peningkatan
tekanan vena kortikal sehingga menyebabkan volume vaskuler intrakranial
bertambah dan peningkatan tekanan intrakranial sampai batas yang dibutuhkan
untuk mempertahankan aliran likuor terhadap tekanan sinus vena yang relatif
tinggi. Konsekuensi klinis dari hipertensi vana ini tergantung dari komplians
tengkorak (Muslihatun, Wati Nur, 2010. Asuhan Neonatus, Bayi dan
Balita. Fitramaya: Yogyakarta).

D. Klasifikasi Hidrosepalus
Terdapat dua klasifikasi hidrosepalus, yang pertama berdasarkan
sumbatannya dan yang kedua berdasarkan perolehannya.
1. Berdasarkan Sumbatannya

4
a. Hidrosepalus Obstruktif
Tekanan CSS yang meningkat disebabkan adanya obstruksi
pada salah satu tempat pembentukan CSS, antara lain pada pleksus
koroidalis dan keluarnya ventrikel IV melalui foramen luschka dan
magendie.
b. Hidrosepalus Komunikan
Adanya peningkatan tekanan intrakranial tanpa disertai
adanya penyumbatan pada salah satu tempat pembentukan CSS.
2. Berdasarkan Perolehannya
a. Hidrosepalus Kongenital
Hidrosepalus sudah diderita sejak lahir (sejak dalam
kandungan). Ini berarti pada saat lahir, otak terbentuk kecil atau
pertumbuhan otak terganggu akibat terdesak oleh banyaknya cairan
dalam kepala dan tingginya tekanan intrakranial.

b. Hidrosepalus Didapat
Pada hidrosepalus jenis ini, terjadi pertumbuhan otak yang
sudah sempurna dan kemudian terjadi gangguan oleh karena adanya
tekanan intrakranial yang tinggi.

E. Tanda dan Gejala Hidrosefalus


1. Tengkorak kepala mengalami pembesaran
2. Muntah dan nyeri kepala
3. Kepala terlihat lebih besar dari tubuh
4. Ubun-ubun besar melebar dan tidak menutup pada waktunya, teraba tegang
dan menonjol
5. Dahi lebar, kulit kepal tipis, tegang dan mengkilat
6. Pelebaran vena kulit kepala
7. Saluran tengkorak belum menutup dan teraba lebar
8. Terdapat cracked pot sign bunyi seperti pot kembang retak saat dilakukan
perkusi kepala
9. Adanya sunset sign dimana sklera berada di atas iris sehingga iris seakan-
akan menyerupai matahari terbenam
10. Pergerakan bola mata tidak teratur
11. Kerusakan saraf yang dapat memberikan gejala kelainan neurologis berupa:
a. Gangguan Kesadaran
b. Kejang
c. Terkadang terjadi gangguan pusat vital
(Nanny Lia Dewi, Vivian. 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak
Balita. Salemba Medika: Jakarta).

5
F. Diagnosis Hidrosefalus
Diagnosis hidrosepalus pada bayi dibuat berdasarkan ukuran lingkar kepala
yang melebihi satu atau lebih garis pada bagan pengukuran dalm periode 2-4
minggu, dikaitkan dengan tanda-tanda neurologik yang ada dan progresif. Meski
demikian, pemeriksaan diagnostik lainnya diperlukan untuk menentukan lokasi
tempat obstruksi CSS. Pengukuran rutin lingkar kepala bayi setiap hari dilakukan
pada bayi dengan meningokel dan infeksi intrakranial. Pada saat mengevaluasi bayi
prematur, bagan pencatatan lingkar kepala yang diadaptasi secara khusus dibuat
untuk membedakan pertumbuhan kepala abnormal dari pertumbuhan kepala yang
normal dan cepat.
Alat diagnostik primer untuk mendeteksi hidrosepalus adalah CT dan MRI.
Sedasi diperlukan karena anak harus benar-benar diam untuk menghasilkan foto
yang akurat. Evaluasi diagnostik pada anak-anak yang mengalami gejala
hidrosepalus setelah masa bayi sama dengan yang dilakukan pada pasien-pasien
dengan dugaan tunir intrakranial. Pada neonatus, ekoensefalografi (EEG)
merupakan pemeriksaan yang berguna untuk membandingkan rasio ventrikel
lateralis dengan korteks serebri (L. Wong, Donna. 2009. Buku Ajar Keperawatan
Pediatrik Wong, Ed. 6, Vol.2. EGC).

G. Terapi Hidrosefalus
Pada dasarnya ada tiga prinsip dalam pengobatan hidrosepalus, yaitu
mengurangi produksi CSS, mempengaruhi hubungan antara tempat produksi CSS
dengan tempat absorbsi, serta pengeluaran likuor (CSS) ke dalam organ
ekstrakranial.
Penanganan hidrosepalus juga dapat dibagi menjadi tiga, yaitu penanganan
alternatif (selain shunting), serta operasi pemasangan ‘pintas’ (shunting).
Penanganan sementara ditempuh melalui pemberian terapi konservatif
medikamentosa. Pemberian terapi ini ditujukan untuk membatasi evolusi
hidrosepalus melalui upaya mengurangi sekresi cairan dari pleksus khoroid atau
upaya meningkatkan reabsorbsinya.
Penanganan alternatif (selain shunting), misalnya pengontrolan kasus yang
mengalami intoksikasi vitamin A, reseksi radikal lesi massa yang mengganggu
aliran likuor atau perbaikan suatu malformasi. Saat ini cara terbaik untuk
melakukan perforasi dasar ventrikel III adalah dengan teknik bedah endoskopik.
Operasi pemasangan ‘pintas’ (shunting), bertujuan membuat saluran baru
antara aliran likuor dengan kavitas drainase. Pada anak-anak lokasi drainase yang
terpilih adalah rongga peritoneum. Biasanya cairan serebrospinalis didrainase dari
ventrikel, namun kadang pada hidrosepalus komunikans ada yang di drain ke
rongga subarakhnoid lumbar. Ada dua hal yang perlu diperhatikan pada periode
pasca operasi, yaitu pemeliharaan luka kulit terhadap kontaminasi infeksi dan
pemantauan kelancaran dan fungsi alat shunt yang dipasang. Infeksi pada shunt

6
meningkatkan resiko akan kerusakan intelektual, lokulasi ventrikel dan bahkan
kematian.

H. Prognosis
Anak dengan hidrosefalus meningkat resikonya untuk berbagai
ketidakmampuan perkembangan. Rata-rata quosien intelegensi berkurang
dibandingkan dengan populasi umum, terutama untuk kemampuan tugas sebagai
kebalikan dari kemampuan verbal. Kebanyakan anak menderita kelainan dalam
fungsi memori (Nelson. 2012. Ilmu Kesehatan Anak. Vol. 3. EGC).
Hidrosepalus yang tidak diterapi akan menimbulkan gejala sisa, gangguan
neurologis serta kecerdasan. Dari kelompok yang tidak diterapi, 50-70% akan
meninggal karena penyakitnya sendiri atau akibat infeksi berulang, atau oleh karena
aspirasi pneumonia. Namun bila prosesnya berhenti (arrested hidrosefalus) sekitar
40% anak akan mencapai kecerdasan yang normal.
Pada kelompok yang dioperasi, angka kematian 7%. Setelah operasi sekitar
51% kasus mencapai fungsi normal dan sekitar 16% mengalami retardasi mental
ringan (Muslihatun, Wati Nur, 2010. Asuhan Neonatus, Bayi dan
Balita. Fitramaya: Yogyakarta).

7
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hidrosefalus merupakan suatu keadaan dimana terjadi ketidakseimbangan
antara produksi dan absorbsi dari CSS. Hidrosefalus dapat diklasifikasikan
berdasarkan anatomi/tempat obstruksi CSS, etiologinya, dan usia penderitanya.
Diagnosa hidrosefalus selain berdasarkan gejala klinis juga diperlukan pemeriksaan
khusus. Penentuan terapi hidrosefalus berdasarkan ada tidaknya fasilitas.
Hidrosefalus adalah kelainan patologis otak yang mengakibatkan bertambahnya
cairan serebrospinal dengan tekanan intrakranial yang meninggi, sehingga terdapat
pelebaran ventrikel.
Pada dasarnya ada 3 prinsip dalam pengobatan hidrosefalus, yaitu:
Mengurangi produksi CSS
Mempengaruhi hubungan antara tempat produksi CSS dengan tempat absorbsi
Pengeluaran likuor (CSS) ke dalam organ ekstrakranial
B. Saran
Bagi petugas kesehatan khususnya bidan diharapkan dapat melakukan
penatalaksanaan dan asuhan yang adekuat dan hati-hati untuk mencegah terjadinya
infeksi sehingga dapat menurunkan angka kematian pada bayi.

8
DAFTAR PUSTAKA

Nanny Lia Dewi, Vivian. 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Salemba
Medika: Jakarta
Nelson. 2012. Ilmu Kesehatan Anak. Vol. 3. EGC
Ngastiah, Perawatan Anak Sakit. EGC
L. Wong, Donna. 2009. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Wong, Ed. 6,
Vol.2. EGC
Muslihatun, Wati Nur, 2010. Asuhan Neonatus, Bayi dan Balita. Fitramaya:
Yogyakarta
Muttaqin, Arif. 2011. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan
Sistem Persarafan. Salemba Medika: Jakarta

Anda mungkin juga menyukai