Dosen Pembimbing:
Preceptor Lapangan:
Viliyanti, S.Kep.,Ners
Disusun oleh :
2019/2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas kehendak-
Nyalah tugas praktek belajar lapangan Stase Keperawatan Anak di RSUD AL-Ihsan
Provinsi Jawa Barat ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Asuhan keperawatan pada An A dengan diagnosa medis Meningitis di ruangan
Lukmanul Hakim RSUD AL-Ihsan Provinsi Jawa Barat ini berisi laporan pendahuluan
tinjauan teori mengenai Meningitis serta tinjauan kasus pada pasien dengan
dokumentasi keperawatan.
Terima kasih kami sampaikan kepada preceptor lapangan kami, CI ruangan
Lukman Hakim RSUD AL-Ihsan Provinsi Jawa Barat, kelapa ruangan, dan para
perawat yang senantiasa berbagi ilmu dan membimbing kami dalam melakukan
tindakan keperawatan.
Kami menyadari, sebagai mahasiswa yang pengetahuannya belum seberapa dan
masih perlu banyak belajar, bahwa tugas ini masih memiliki banyak kekurangan. Oleh
karena itu, kami sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang positif agar
makalah ini menjadi lebih baik dan bermanfaat di masa yang akan datang.
Harapan kami, mudah-mudahan tugas ini bermanfaat bagi pembaca khususnya bagi
kami.
Kelompok 1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................................2
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
masih merupakan masalah medis yang sangat penting oleh karena angka
adalah suatu reaksi peradangan (inflamasi) pada selaput otak (meningen) yang
dan lain-lain.
menyerang 426.000 anak dan 85.000 anak dilaporkan meninggal dunia. Angka
1
2
dari tiga bulan kebelakang terdapat 29 pasien yang di rawat dengan diagnosa
akurat. Selain itu juga, dibutuhkan pelayanan yang komprehensif karena apabila
tidak, penyakit ini akan berkembang cepat dan menyebabkan kerusakan berat
secara pasti.
Dan otitis media akut dikarenakan bakteri meningitis sudah menyebar ke telinga
ini juga merupakan komplikasi dari hidrosefalus yang diakibatkan TIK dan
Kejang.
A. Tujuan
1. Tujuan Umum
Barat.
2. Tujuan Khusus
C. Sistematika Pembahasan
Ruang Anak Lukmanul Hakim Rumah Sakit Umum Daerah Al-Ihsan Provinsi
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini membahas tentang latar belakang asuhan keperawatan, tujuan
keperawatan lain yang relevan dengan konsep asuhan keperawatan yang akan
Bab ini membahas tentang pengkajian dan asuhan keperawatan pada An.
BAB IV PEMBAHASAN
Bab ini membahas tentang perbandingan antara teori dan kejadian yang
Bab ini membahas kesimpulan yang telah didapatkan dalam teori dan
asuhan keperawatan pada An. A kemudian memberi saran dengan hasil yang
telah didapatkan.
6
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Definisi
Meningitis adalah infeksi cairan otak disertai radang yang mengenai lapisan
dalam selaput otak dan arakhnoid serta dalam derajat yang lebih ringan
yang tipis atau encer yang mengepung otak dan jaringan saraf tulang
yang menyelimuti otak dan spinal cord (sumsum tulang belakang). Meningitis
dapat terjadi karena infeksi bakteri, virus, fungi, juga karena kejadian
infeksi parah yang disebabkan oleh bakteri pada selaput otak dan sumsum
struktur syaraf yang halus, membawa pembuluh darah dan dengan sekresi
sejenis cairan yaitu cairan serebrospinal. Meningea terdiri dari tiga lapis, yaitu:
7
1. Piameter : yang menyelipkan dirinya ke dalam celah pada otak dan sumsum
tulang belakang dan sebagai akibat dari kontak yang sangat erat akan
dura meter. Selaput arakhnoid merupakan lapisan yang tipis dan tembus
piamater sebelah dalam dan dura mater sebelah luar yang meliputi otak.
Selaput ini dipisahkan dari duramater oleh ruang potensial, disebut spatium
subdural dan dari piamater oleh spatium subarakhnoid yang terisi oleh
3. Durameter : Merupakan lapisan paling luar yang padat dan keras berasal
serebrospinal pada orang dewasa berkisar antara 75 - 150 ml. Jumlah ini
konstan sesuai hukum monroe - kelli kecuali jika terdapat kondisi yang tidak
sehari.
(seperti gangguan imunitas, sinusitis, trauma kepala, dan sickle cell disease),
bakteri. Hal ini penting diketahui untuk pengambilan keputusan dalam terapi
secara luas selama beberapa tahun terakhir telah merubah epidemiologi bakteri
kelompok umur dan secara signifikan telah mengalami penurunan dari 48%
menunjukkan persentase kejadian yang konstan yaitu pada 14% – 25%, pada
menjadi penyebab paling sering pada seluruh kelompok umur (Swartz, 2007;
Tolan, 2009).
D. Patofisiologi
E. Manifestasi Klinis
2. Perubahan pada tingkat kesadaran dapat terjadi letargik, tidak responsif, dan
koma.
lutut dan pinggul. Bila dilakukan fleksi pasif pada ekstremitas bawah
pada salah satu sisi maka gerakan yang sama terlihat peda sisi ektremita
yang berlawanan.
5. Kejang akibat area fokal kortikal yang peka dan peningkatan TIK akibat
kesadaran.
intravaskuler diseminata.
10. Ciri khas : penderita yang tampak sakit berat, demam akut yang tinggi
kesadaran yang menurun (lethargi atau gaduh gelisah), nyeri kepala, muntah
berbagai defisit neurologi sebagai akibatnya. Saraf kranial II, III, IV, VI, VII
dan VIII sering mengalami kompresi oleh eksudat yang kental. Pada stadium
11
F. Klasifikasi
1. Meningitis bakteri
Bercak ini akan berkembang menjadi memar yang mengurangi suplai darah
2. Meningitis Kriptokokus
masuk ke tubuh kita saat kita menghirup debu atau tahi burung yang kering.
Kriptokokus ini dapat menginfeksikan kulit, paru, dan bagian tubuh lain.
3. Viral meningitis
biasanya meningkat di musim panas karena pada saat itu orang lebih sering
terpapar agen pengantar virus. Banyak virus yang bisa menyebabkan viral
meningitis. Antara lain virus herpes dan virus penyebab flu perut. (Anonim.,
2007)
4. Meningitis purulenta
piamater yang meliputi otak dan medulla spinalis. Penyebabnya antara lain
berikut:
klinis meningitis, tanpa parese, dalam keadaan umum yang baik dan
3. Stadium III : Klien tampak sakit berat, kesadaran stupor atau koma
G. Komplikasi
Masalah lain dapat muncul pada tahap awal perjalanan penyakit. Hal ini
penyakit yang berat atau prognosis yang lebih jelek. Infeksi dapat memicu
tekanan darah, denyut jantung cepat, suhu tubuh abnormal yang tinggi atau
rendah, dan peningkatan laju napas. Tekanan darah yang sangat rendah dapat
muncul pada tahap awal, khususnya namun tidak eksklusif pada meningitis
dari pembekuan darah, dapat mengobstruksi aliran darah ke organ dan secara
meningkat dan otak yang membengkak dapat mengalami herniasi melalui dasar
tengkorak. Hal ini terlihat dari menurunnya kesadaran, hilangnya refleks pupil
terhadap cahaya, dan postur tubuh abnormal. Terjadinya ini pada jaringan otak
juga dapat menyumbat aliran normal LCS di otak (hidrosefalus). Kejang dapat
terjadi karena berbagai penyebab; pada anak, kejang biasanya terjadi pada
tahap awal meningitis (30% kasus) dan tidak selalu menunjukkan adanya
luasan daerah radang di otak. Kejang parsial (kejang yang melibatkan salah
satu anggota badan atau sebagian tubuh), kejang terus menerus, kejang pada
orang dewasa dan yang sulit terkontrol dengan pemberian obat menunjukkan
kelompok saraf yang berasal dari batang otak yang mensuplai kepala dan leher
dan mengontrol, dari berbagai fungsi diantaranya, gerakan mata, otot wajah,
dan fungsi pendengaran. Gangguan penglihatan dan tuli dapat menetap setelah
sensasi, atau gerakan dan fungsi berbagai bagian tubuh yang abnormal, yang
H. Pemeriksaan Diagnostik
jernih, sel darah putih meningkat, glukosa dan protein normal, kultur
(-).
2. Pemeriksaan darah
Endap Darah (LED), kadar glukosa, kadar ureum, elektrolit dan kultur.
16
peningkatan LED.
3. Pemeriksaan Radiologis
4. Tes Tuberkulin
I. Penatalaksanaan Medis
1. Intervensi Keperawatan
kateter Swan-Ganz.
17
a. Meningitis tuberkulosa
tahun.
3. Pengobatan simtomatis
4. Pengobatan Suportif
a. Cairan intravena
saling berkesinambungan dan berkaitan satu sama lain dari mulai pengkajian,
1. Pengkajian
pada tahap ini perawat melakukan pengumpulan data yang diperoleh dari
a. Pengumpulan data
1) Identitas
a) Identitas klien
adalah:
Umur : meningitis adalah penyakit sistem persarafan yang dapat terjadi pada
menyebabkan gizi yang kurang sehingga daya tahan tubuh klien rendah dan
2) Riwayat kesehatan
a) Keluhan utama
adalah adanya nyeri kepala atau penurunan kesadaran yang disertai kejang.
PQRST.
P: Provokatif/paliatif
20
Q : Quantity / Quality
Seberapa berat keluhan dan bagaimana rasanya serta berapa sering keluhan
R: Region / Radasi
Lokasi keluhan dirasakan dan juga arah penyebaran keluhan sejauh mana.
S : Scale
Nyeri kepala pada klien meningitis sangat berat (skala : 5), dikarenakan
T : Timing
batuk lama / infeksi saluran nafas kronis, batuk berdahak atau tanpa dahak
klien punya riwayat trauma kepala atau tulang belakang. Riwayat infeksi
Kaji riwayat keluarga apakah ada keluarga klien yang menderita penyakit
3) Pemeriksaan fisik
a) Sistem pernafasan
cuping hidung, retraksi dada positif, adanya batuk berdahak, ronkhi positif.
b) Sistem Kardiovaskuler
tekanan darah dan peningkatan frekuensi denyut nadi. Pada kasus lebih
lanjut akral menjadi dingin, terjadi sianosis dan capillary refil time (CRT)
c) Sistem Percernaan
vagus yang mengakibatkan penurunan reflek menelan. Pada kondisi ini akan
terjadi penurunan berat badan dan jatuh pada kondisi kurang kalori protein
(KKP).
d) Sistem Perkemihan
22
Pada sistem urinaria dapat terjadi retensi urine dan inkontinensia urine.
e) Sistem Muskuloskeletal
motorik, kelemahan tubuh, massa otot, dan perlu di kaji rentang gerak dari
ekstremitas.
f) Sistem Integumen
dan dapat terjadi gangguan integritas kulit sebagai dampak dari berbaring
yang lama.
g) Sistem persarafan
peradangan selaput otak dan parenkim otak yang merupakan pusat sistem
pusat pernafasan dan kerusakan pada saraf kranial yaitu nervus vagus yang
terkena adalah nervus I, III, IV, VI, VIII. Pada penyakit meningitis terdapat
23
tanda yang khas yaitu tanda-tanda iritasi meningen: kaku kuduk positif,
brudzinski I, II positif, kernig dan laseque positif. Selain itu gejala awal yang
sering terjadi pada meningitis adalah sakit kepala dan demam yamg
perubahan perilaku yang umum terjadi, yaitu letargik, tidak responsif dan
koma. Kejang sekunder dapat terjadi juga akibat area fokal kortikal yang
peka. Alasan yang tidak diketahui, klien meningitis juga mengalami "foto
a) Nutrisi
b) Eliminasi
c) Istirahat tidur
Istirahat tidur terganggu akibat adanya sesak nafas, nyeri kepala hebat
d) Personal hygiene
5) Data Penunjang
a) Laboratorium
c) Foto tulang wajah untuk melihat adanya skelet dan rongga sinus yang
mengalami sinusitis.
medulaspinalis.
b. Analisa Data
tersebut dengan konsep teori dan prinsip yang relevan untuk membuat
- Perubahan perilaku
- Perubahan respon
motorik Organisme masuk ke
- Perubahan reaksi pupil aliran darah
- Kesulitan menelan
- Kelemahan atau
paralisis ekstrermitas Reaksi radang dalam
Abnormalitas bicara meningen bawah coteks
Meningitis
Kerusakan neurologis
CO2 meningkat
Permeabilitas
vaskuler erebri
Permeaabilitas
vaskuler serebri
Edema serebre
Sirkulasi terhenti
- Trombositopeni Merangsang
- Sickle cell berlebihan dari PG
- Thalassemia, E2 di hipotalamus
- Penurunan Hb,
- Imun-autoimum tidak
berfungsi. Termoregulasi
- Biokimia, fungsi
regulasi (contoh : tidak
berfungsinya sensoris)
Suhu tubuh naik
- Disfugsi gabungan
- Disfungsi efektor
- Hipoksia jaringan
- Perkembangan usia Kejang
(fisiologik,
psikososial)
Fisik (contoh : R. Injury
kerusakan kulit/tidak
utuh, berhubungan
dengan mobilitas)
TIK meningkat
Nyeri
Kerusakan neurologis
Akttivitas makrofag
dan virus
Merangsang
berlebihan dari PG
E2 di hipotalamus
Termoregulasi
Kejang
30
Berkurngnya
koordinasi
Gg.Mobilitas Fisik
Kerusakan neurologis
Terjadi penurunan
cortex cerebri yang
rusak
31
Sehingga frontal,
parietal, visual,
temporal terganggu
Gg Persepsi ensori
Krisis situasional
Krisis psikilogis
32
ansietas
Kerusakan neurologis
Reaksi peradangan
jaringan serebral
Reaksi septicemia
jaringan otak/infeksi
Metabolisme tubuh
meningkat
33
Hiperventilasi
Meningitis
Kerusakan neurologis
Akttivitas makrofag
dan virus
Merangsang
berlebihan dari PG
E2 di hipotalamus
Termoregulasi
Hipertermi
Edema serebri
TIK meningkat
Perubahan tingkat
kesadaran,perubahan
prilaku,disorientasi,
fotofobia,peningkatan
sekresi ADH
Kelemahan fisik
Meningitis
Kerusakan neurologis
CO2 meningkat
Permeabilitas
vaskuler erebri
Edema serebri
TIK meningkat
Menstimulasi reflek
vasovagal
Mual, muntah
Gg nutrisi kuraang
dari kebutuhan
c. Diagnosa Keperwatan
3) Nyeri Akut berhubungan dengan Agen injuri (biologi, kimia, fisik, psikologis),
kerusakan jaringan
mood atau cemas , Kerusakan kognitif, Penurunan kekuatan otot, kontrol dan
atau masa, Keengganan untuk memulai gerak, Gaya hidup yang menetap, tidak
dehidrasi
d. Perencanaan
rasional secara sistematis dan spesifik disesuaikan dengan kondisi, situasi dan
Menunjukkan
konsentrasi dan
orientasi
Pupil seimbang dan
reaktif
Bebas dari aktivitas
kejang
Tidak mengalami
nyeri kepala
3) Nyeri Akut berhubungan dengan Agen injuri (biologi, kimia, fisik, psikologis),
kerusakan jaringan
mood atau cemas , Kerusakan kognitif, Penurunan kekuatan otot, kontrol dan atau
44
masa, Keengganan untuk memulai gerak, Gaya hidup yang menetap, tidak
- Intoleransi
aktivitas/penurunan
kekuatan dan stamina
- Depresi mood atau
cemas
- Kerusakan kognitif
- Penurunan kekuatan
otot, kontrol dan atau
masa
- Keengganan untuk
memulai gerak
- Gaya hidup yang
menetap, tidak
digunakan,
deconditioning
- Malnutrisi selektif atau
umum
DO:
- Penurunan waktu reaksi
- Kesulitan merubah
posisi
- Perubahan gerakan
(penurunan untuk
berjalan, kecepatan,
kesulitan memulai
langkah pendek)
- Keterbatasan motorik
kasar dan halus
- Keterbatasan ROM
- Gerakan disertai nafas
pendek atau tremor
- Ketidak stabilan posisi
selama melakukan ADL
- Gerakan sangat lambat
dan tidak terkoordinasi
46
6) Gangguan rasa aman: cemas klien atau keluarga berhubungan dengan Faktor
9) Resiko terjadinya gangguan integritas kulit berhubungan dengan tirah baring lama.
52
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian
Jam : 13.03
B. Riwayat Kesehatan
I. Keluhan Utama
Ibu mengatakan anaknya demam
Klien di bawa ke UGD RS Al-ihsan pada tanggal 16 november 2019 dengan keluhan
demam tinggi dengan suhu 39,2’c dan terdapat benjolan di kepala bagian kanan di bawah
telinga kanan disertai dengan pengeluaran cairan berwarna kuning, di ugd klien
diberikan cairan Nacl 10 gtt/menit kemudian di pindahkan ke ruangan lukman hakim.
Pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal 18 november 2019 klien masih mengeluh
56
demam dengan suhu 37,7’c, dan kejang masih terjadi namun tidak sering, terdapat kaku
kuduk dan klien dilakukan pemeriksaan ST Scan.
Konsumsi obat selama kehamilan Tidak √ Ya, Fe, Asam folat dan kalsium
2. Natal
3. Postnatal
Lain-lain :
V. Pengkajian Fisiologis
1. OKSIGENASI
Perilaku
□ Sekret :
□ Batuk □ lain-lain…..
Thorax
Ct Scan
2. NUTRISI
PERILAKU
3. PROTEKSI
PERILAKU
59
□ Lainnya, ……………
Pengkajian Nyeri
4. SENSASI
60
PERILAKU
□ Buta [R L] □ Katarak [R L]
Balance cairan +-
Hasil Lab
6. ELIMINASI
PERILAKU
Buang air kecil Frekuensi : 200cc □ oliguri □ disuria □anuria
□incontinensia □ retensi
Hasil laboratorium
Gangguan
neuromuscular
Mobilisasi
62
Jumlah jam tidur Tidur siang : 1-2 jam tidur malam : 5-6 jam
tidur
obat
8. NEUROLOGI
PERILAKU
9. ENDOKRIN
PERILAKU
Masalah genital □ Discharge □ Hipo/epispadia
(merah/panas)
(nyeri/suhu)
2. Neurologi
Pernah alami kejang √ Tidak Ya
terjadinya kejang?
(BAB/BAK)
Frekuensi (waktu) 1-2 kali sehari 4x1 hari
Lama tidur Siang (2 jam) Malam(7-9 jam) Siang (1-2 jam) Malam(5-6 jam)
tidur
Cara pemenuhan Minum air mineral dan ASI Minum air mineral, ASI dan infus
65
Jenis Tanggal
Nilai Rujukan Satuan
Pemeriksaan 16-11-2019
Hematokrit 23,8 35 - 47 %
23-11-2019
Hematocrit 23,8 35 - 47 %
25-11-2019
Hematocrit 44,5 35 - 47 %
2. Pemeriksaan Thorax
- Sugestif reactive airways disease
- Tidak tampak kardiomegali
3. Pemeriksaan Ct-Scan
- Pembengkakan jaringan lunak daerah tempoocipitalis kanan dengan ketebalan +/- 1,55 cm dan panjang +/-5,7 cm
dengan hipodens intralesi, batas tegas, tepi regular dengan enhancement di tepinya ec sugantif subgaleal absoes
- Suspek fraktur di os temporalis kanan
- Hydrosefalus ringan
X. THERAPI
6. Vicillin 4 x 300 g IV Untuk mengobati infeksi yang disebabkan oleh bakteri, dn bisa
digunakan juga untuk pengobatan infeksi kulit dan jaringan
lunak.
7. H²O² 3 x 2 gtt Tetes Untuk menhilangkan inflamasi yang terjadi pada telingadan
membantu melunakan kotoran yang sudah memadat sehingga
tidak mengiritasi lapisan mukosa pada telinga.
8. Tarivid Ofloxacin 3 x 2 gtt Tetes Untuk mengobati infeksi telinga yang disebabkan oleh bekteri
yang rentan.
9 Clindamycin 3 x 36 mg
67
C. ANALISA
D. DATA
Data Fokus Etiologi Masalah Keperawatan
Tromboemboli
↓
68
Merangsang pengeluaran
(prostaglandin) pada thermostat
hipotalamus
Instabilitas termoregulasi
Hipertermia
Hidrosefalus
69
Peningkatan TIK
Menekan SSP/otak
Gangguan neurologik
Risiko injury
Kurang informasi
70
Defisiensi pengetahuan
Medulla spinalis
Otak
Persepsi nyeri
Nyeri akut
E. PRIORITAS MASALAH
1. Hipertermia b.d proses inflamasi
2. Nyeri akut b.d proses pembedahan
3. Risiko jatuh b.d kejang
4. Defisiensi pengetahuan b.d kurangnya informasi
72
F. INTERVENSI KEPERAWATAN
No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
1. Hipertermia Setelah dilakukan tindakan 1. Observasi TTV pada pasien 1. Untuk mengetahui perkembangan pasien
berhubungan keperawatan 3x 24 jam hipertermi 2. Anjurkan pasien untuk 2. Perpindahan panas secara konduksi
dengan proses berkurang dengan kriteria hasil: kompres hangat 3. Aktivitas dapat meningkatkan metabolisme
inflamasi - Tidak terjadi serangan 3. Batasi aktivitas selama anak dan meningkatkan panas
kejang suhunya tinggi 4. Proses konveksi akan terhalang oleh pakaian
- Suhu dalam batas normal 4. Anjurkan klien memakai baju yang ketat dan tidak menyerap keringat
yang tipis 5. Untuk menurunkan panas atau demam
36,50C-37,50C
5. Kolaborasi pemberian obat
sanmol
2. Nyeri akut Setelah dilakukan tindajan 1. Observasi TTV setiap 8 jam 1. untuk mengetahui hemodimanamika pasien
berhubungan keperawatan 3x 24 jam masalah nyeri sekali serta dapat menganalisa secara seksama
dengan proses dapat berkurang / menghilang dengan 2. Ajarkan Teknik relaksasi karakteristik nyeri
pembedahan kriteria hasil : 3. Berikan posisi yang nyaman 2. Teknik relaksasi yang benar dan efektif
- Skala nyeri berkurang bagi pasien dapat membantu mengurangi nyeri
menjadi 1 4. Observasi skala nyeri 3. Kenyamanan dapat mengurangi intesitas
- Klien tidak meringis 5. Kolaborasi pemberian 4. Untuk mengetahui adanya peningkatan/
antibiotic penurunan nyeri
6. Berikan perawatan luka 5. Utntuk mengurangi rasa nyeri
sebelum pulang atau 3 hari 6. Untuk mencegah terjadinya infeksi
setelah operasi 7. Agar keluarga dapat melakukan perawatan
7. Edukasi cara perawatan luka secara mandiri dan untuk menghindari
yang baik dan benar terjadinya penyebaran infeksi
Resiko jatuh 3Setelah dilakukan tindakan perawat 1. Monitor kejang pada 1. Gambaran triblitas sistem saraf pusat
3 berhubungan selama 3x 24 jam pasien bebas dari tangan, kaki, mulut, mata memerlukan evaluasi yang sesuai dengan
dengan kejang kejang dengan kriteria hasil: 2. Persiapkan lingkungan intervensi yang tepat untuk mencegah
- Tidak ada kejadian jatuh yang aman seperti batasan terjadinya kompliasi
- Peningkatan pengawasan ranjang, papan pengaman, 2. Melindungi pasien bila kejang terjadi
orang tua dan alat suction selalu 3. Mengurangi resiko jatuh terluka jika vertigo,
berada di dekat pasien ataksia terjadi
3. pertahankan bedrest total 4. Obat dengan fungsi untuk mencegah dan
selama fase akut mengontrol kejang, ia bekerja dengan
4. kolaborasi pemberian obat mengurangi penyebaran aktivitas kejang di
- phenytoin otak
73
4 Kurangnya Setelah dilakukan edukasi dengan 1. Kaji tingkat pengetahuan 1. Mengetahui sejauh mana pengetahuan
pengetahuan perawat, keluarga pasien mengetahui keluarga yang dimilki keluarga dan kebenaran
berhubungan tentang penyakit anaknya dengan 2. Beri penjelasan kepada keluarga informasi yang di dapat
dengan kurang kriteria hasil: sebab dan akibat kejang 2. Penjelasan tentang konsdisi yang di
nya informasi - Keluarga mampu diikutsertakan 3. Jelaskan setiap tindakan alami dapat membantu menambah
dalam proses perawatam keperawatan yang akan di wawasan keluarga
- Keluarga mentaati setiap proses lakukan 3. Agar keluarga mengetahui, tujuan setiap
keperawatan. 4. Berikan Helth Education tindakan perawatan
tentang cara menolong anak 4. Setiap upaya alih informasi dan
kejang dan mencegah kejang, mendidik keluarga agar mandiri dalam
antara lain: mengatasi masak kesehatan
- Jangan panic saat kejang 5. Mencegah peningkatan suhu lebih
- Baringkan anak di tempat tinggi dan serangan kejang ulang
rata dan lembut
- Kepala dimiringkan
- Pasang gagang sendok
yang telah dibungkus kain
yang basah, lalu masukan
ke mulut
G. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Hari/Tanggal Waktu Dx Implementasi Evaluasi Tanda
Tangan
Senin, 18 13.05 1 1. Mengobservasi TTV S : Ibu pasien mengatakan demam masih naik
November 2019 Hasil: S=37,7 N=120x/menit R=30x/menit turun
13.15 2. Mengedukasi keluarga pasien tentang pemberian O : S=37,7 N=120x/menit R=30x/menit
kompres ketika timbul panas A : Hipertermi belum teratasi
Hasil: pasien mau mengkompres ketika suhu P : Lanjutkan intervensi
panas - Observasi TTV
3. Menganjurkan pasien memakai baju yang
13.20 berbahan tipis
74
Hasil: pasien menggunakan baju yang berbahan tipis - Edukasi keluarga pasien untuk
pemberian kompres hangat ketika
panas
- Anjurkan pasien memakai baju
tipis
13.10 3 1. Memonitor kejang pada tangan, kaki, S : Ibu pasien mengatakan anaknya sudah
mulut, mata tidak ada kejang
Hasil: Ibu pasien mengatakan sudah O : Keluarga pasien kadang masih tidak
tidak kejang memasang batasan ranjang
13.10 2. Mempersiapkan lingkungan yang aman A : Masalah belum teratasi
seperti batasan ranjang selalu dipasang P : Lanjutkan intervensi
dan papan pengaman - Memberitahu keluarga pasien untuk
Hasil: keluarga pasien terkadang masih selalu memsang batasan keranjang
tidak memasang batasan ranjang
13.10 3. Memberitahu pasien agar selalu berada
di dekat pasien untuk menjaganya dan
pertahankan bedrest total selama fase
akut
Hasil: keluarga pasien selalu menjaga
pasien
13.30 4 1. Mengkaji tingkat pengetahuan keluarga S: Ibu pasien mengatakan sudah tau atau
2. Memberi penjelasan kepada keluarga sebab memahami penyebab kejang yang terjadi
dan akibat kejang pada anaknya
3. Menjelaskan setiap tindakan keperawatan O: Ibu pasien sudah bisa menjelaskan
yang akan di lakukan bagaimana cara menolong anaknya ketika
4. Memberikan edukasi tentang cara menolong kejang terjadi
anak kejang dan mencegah kejang, antara lain: A: masalah defisiensi pengetahuan teratasi
- Jangan panik saat kejang P: hentikan Intervensi
- Baringkan anak di tempat rata dan lembut
- Kepala dimiringkan
Pasang gagang sendok yang telah dibungkus
kain yang basah, lalu masukan ke mulut
5. Memberikan edukasi tentang cara kompres
ketika anak terjadi demam kembali:
75
08.00 3 1. Memonitor kejang pada tangan, kaki, S: Ibu mengatakan bahwa anaknya sudah
mulut, mata tidak kejang
Hasil: Ibu pasien mengatakan sudah tidak O:
kejang - Keluarga pasien terkadang masih tidak
2. Mempersiapkan lingkungan yang aman memasang bedplang
seperti batasan ranjang selalu dipasang dan A: resiko jatuh belum teratasi
papan pengaman
Hasil: keluarga pasien terkadang masih P: lanjutkan Intervensi
tidak memasang batasan ranjang
3. Memberitahu keluarga pasien agar selalu - Beritahu keluarga pasien untuk selalu
berada di dekat pasien untuk menjaganya memasang bedplang/ batasan ranjang
dan pertahankan bedrest total selama fase tempat tidur pasien
akut - Berikan obat phenytoin ntuk mencegah
Hasil: keluarga pasien selalu menjaga terjadinya kejang
pasien
12.00 4. Memberikan obat phenytoin
Hasil: tidak terjadi kejang
Selasa, 19 1 1. Mengobservasi TTV S: Ibu pasien mengatakan demam masih naik
November 2019 Hasil: S= 36,8 N=119x/menit R=38x/menit turun
76
Hasil: pasien mau mengkompres ketika suhu - Anjurkan pasien memakai baju
panas tipis
04.00 5. Observasi suhu pasien - Anjurkan pasien untuk kompres
Hasil: 37,1 ketika suhunya meningkat lagi
6. Menganjurkan pasien memakai baju yang
berbahan tipis
Hasil: pasien menggunakan baju yang
berbahan tipis
06.00 7. Observasi suhu pasien
Hasil: 37,1
Rabu, 20 08.00 1 1. Mengobservasi TTV S: Ibu pasien mengatakan demam masih naik
November 2019 Hasil: S= 37,2 N=124x/menit R=32x/menit turun
(Pagi) 2. Mengedukasi keluarga pasien tentang O : S=37,2 N=124x/menit R=32x/menit
pemberian kompres ketika timbul panas A : Hipertermi belum teratasi
Hasil: pasien mau mengkompres ketika suhu P : Lanjutkan intervensi
panas - Observasi TTV
10.00 3. Observasi suhu pasien - Edukasi keluarga pasien untuk
Hasil: 37,1 pemberian kompres hangat ketika
panas
4. Menganjurkan pasien memakai baju yang - Anjurkan pasien memakai baju
berbahan tipis tipis
Hasil: pasien menggunakan baju yang - Anjurkan pasien untuk kompres
berbahan tipis ketika suhunya meningkat lagi
13.00 5. Observasi suhu pasien - Observasi suhu setiap 1 jam sekali
Hasil: 38,1ºC
13.30 6. Memberikan sanmol
Hasil: suhu pasien menurun menjadi 37,2 ºC
2 1. Memonitor kejang pada tangan, kaki, S: Ibu mengatakan bahwa anaknya sudah
mulut, mata tidak kejang
Hasil: Ibu pasien mengatakan sudah tidak O:
kejang - Pasien terlihat gelisah
2. Mempersiapkan lingkungan yang aman - Keluarga pasien terkadang masih tidak
seperti batasan ranjang selalu dipasang dan memasang bedplang
papan pengaman
78
Hasil: keluarga pasien terkadang masih A: resiko tinggi cedera belum teratasi
tidak memasang batasan ranjang
3. Memberitahu pasien agar selalu berada di P: lanjutkan Intervensi
dekat pasien untuk menjaganya dan
pertahankan bedrest total selama fase akut - Beritahu keluarga pasien untuk selalu
Hasil: keluarga pasien selalu menjaga memasang bedplang/ batasan ranjang
pasien tempat tidur pasien
4. Memberikan obat phenytoin - Berikan obat phenytoin ntuk mencegah
Hasil: tidak terjadi kejang terjadinya kejang
3 1. Mempertahankan teknik aseptic dan teknik S:
cuci tangan yang tepat - keluarga pasien mengatakan akan
Hasil: Keluarga pasien mau mencuci tangan mencuci tangan ketika mau menyentuh
2. Mengajarkan cuci tangan yang benar pasien
Hasil: keluarga pasien kooperatif untuk O:
diajarkan mencuci tangan yang benar - daerah telinga masih bengkak
3. Kolaborasi pemberian obat antibiotic - keluarga pasien mencuci tangan saat
- Ceftriaxon 2 x 300 gr memegang pasien
- Metronidazole 2x 50mg - telinga masih keluar cairan
- lekosit tinggi
A: masalah teratasi sebagian
P: lanjutkan intervensi
- Pemberian Antibiotik Ceftriaxon
2x300gr
- Metronidazole 2x50mg
Rabu, 20 1 1. Mengobservasi TTV S: Ibu pasien mengatakan demam masih naik
November 2019 Hasil: S= 36,7 N=118x/menit R=30x/menit turun
(Siang) Spo²: 98% O : S=36,7 N=118x/menit R=30x/menit
2. Menanyakan keluhan pasien A : Hipertermi belum teratasi
Hasil: P : Lanjutkan intervensi
- Ibu pasien mengatakan anaknya tidur - Observasi TTV
nyenyak - Edukasi keluarga pasien untuk
- Masih ada pengeluaran cairan pemberian kompres hangat ketika
3. Mengedukasi keluarga pasien tentang panas
pemberian kompres ketika timbul panas - Anjurkan pasien memakai baju tipis
79
Hasil: pasien mau mengkompres ketika suhu - Anjurkan pasien untuk kompres
panas ketika suhunya meningkat lagi
4. Observasi suhu pasien - Observasi suhu setiap 1 jam sekali
Hasil: 37,1
5. Menganjurkan pasien memakai baju yang
berbahan tipis
Hasil: pasien menggunakan baju yang
berbahan tipis
6. Observasi suhu pasien
Hasil: 36,1ºC
7. Memberikan sanmol
Hasil: suhu pasien menurun menjadi 37,2 ºC
2 1. Memonitor kejang pada tangan, kaki, S: Ibu mengatakan bahwa anaknya sudah
mulut, mata tidak kejang
Hasil: Ibu pasien mengatakan sudah tidak O: pasien terlihat tenang
kejang A: resiko tinggi cedera teratasi
2. Mempersiapkan lingkungan yang aman P: Hentikan Intervensi
seperti batasan ranjang selalu dipasang dan
papan pengaman
Hasil: keluarga pasien memasang batasan
ranjang
3. Memberitahu pasien agar selalu berada di
dekat pasien untuk menjaganya dan
pertahankan bedrest total selama fase akut
Hasil: keluarga pasien selalu menjaga
pasien
4. Memberikan obat phenytoin
Hasil: tidak terjadi kejang
3 1. Mempertahankan teknik aseptic dan teknik S:
cuci tangan yang tepat - keluarga pasien mengatakan akan
Hasil: Keluarga pasien mau mencuci tangan mencuci tangan ketika mau menyentuh
2. Observasi keadaan pasien pasien
Hasil: O:
- Telinga pasien masih bengkak - daerah telinga masih bengkak
80
- Eritrosit: 3,49 O:
- Trombosit: 664000 - daerah telinga masih bengkak
2. Mempertahankan teknik aseptic dan teknik - keluarga pasien mencuci tangan saat
cuci tangan yang tepat memegang pasien
Hasil: Keluarga pasien mau mencuci tangan - telinga masih keluar cairan bau
3. Observasi keadaan pasien - lekosit tinggi
Hasil: A: masalah teratasi sebagian
- Bengkak mengecil P: lanjutkan intervensi
- Keluar cairan berbau - Pemberian Antibiotik Ceftriaxon
4. Memberikan obat tetes pada telinganya 2x300gr
- Tarivid ofloxacin 2gtt - Metronidazole 2x50mg
- H²O² 2 gtt - Vicillin 3x 30mg
5. Memberitahu keluarga pasien untuk tidak
mengorek-ngorek telinga pasien
Hasil: keluarga pasien tidak mengorek telinga
pasien lagi
6. Kolaborasi pemberian obat antibiotic
- Ceftriaxon 2 x 300 gr
- Metronidazole 2x 50mg
Vicillin 5x 300mg
Sabtu, 23 1 1. Mengobservasi TTV S: Ibu pasien mengatakan sudah tidak
November 2019 Hasil: S= 36,1ºC N=124x/menit demam
(Siang) R=32x/menit SPO²= 98% - Ibu klien tidak mengetahui anaknya
2. Mengkaji keluhan pada pasien akan dilakukan pembedahan
Hasil: ibu mengatakan anaknya sudah tidak O : S=36,1 N=117x/menit R=32x/menit
demam SPO²= 98%
3. Pemberian obat A : Hipertermi belum teratasi
- Phenytoin P : Lanjutkan intervensi
- Sanmol - Observasi TTV
4. Menganjurkan pasien untuk dikompres hangat
di bagian ketiak dan di usap seperti di seka
Hasil: keluarga mau untuk memngompres
5. Mengedukasi keluarga pasien tentang
pemberian kompres ketika timbul panas
89
3 1. Mempertahankan teknik aseptic dan teknik : keluarga pasien mengatakan akan mencuci
cuci tangan yang tepat tangan ketika mau menyentuh pasien
Hasil: Keluarga pasien mau mencuci tangan O:
2. Observasi keadaan pasien - daerah telinga masih bengkak
Hasil: - keluarga pasien mencuci tangan saat
- Bengkak mengecil memegang pasien
- Keluar cairan berbau - telinga masih keluar cairan bau
3. Memberikan obat tetes pada telinganya - lekosit tinggi
- Tarivid ofloxacin 2gtt A: masalah teratasi sebagian
- H²O² 2 gtt P: lanjutkan intervensi
4. Kolaborasi pemberian obat antibiotic - Pemberian Antibiotik Ceftriaxon
- Ceftriaxon 2 x 300 gr 2x300gr
- Metronidazole 2x 50mg - Metronidazole 2x50mg
- Vicillin 1x 300mg - Vicillin 3x 30mg
5. Hasil ct-scan menunjukkan bahwa pasien - Tarivid ofloxacin 2gtt
hidrosefalus ringan - H²O² 2 gtt
6. Rencana operasi hari senin
Hasil: 36,5 ºC
5. Pasien sudah di puasakan
6. Pasien di bawa ke ruang Operasi
P: lanjutkan intervensi
- Observasi TTV
91
5 1. Memonitor proses kesembuhan area luka S: Ibu mengatakan anaknya baru selesai di
operasi
Hasil: luka masih basah O:
- Luka post op masih basah
2. Memonitor tanda dan gejala infeksi pada area - Masih tertutup perban
luka - Klien terlihat gelisah, meringis dan
rewel
Hasil: luka masih ditutup perban - Panjang luka operasi 5cm
- Skala nyeri 2 (1-3)
3. Melakukan perawatan luka dan penggantian
A: masalah belum teratasi
balutan.
P: lanjutkan intervensi
Hasil: perawatan luka dilakukan setelah 3 hari - Lakukan perawatan luka dengan teknik
sterilisasi
4. Mempertahankan teknik sterilitas dalam
perawatan luka pasien
92
P: lanjutkan intervensi
- Observasi TTV
5 1. Memonitor proses kesembuhan area luka S: Ibu mengatakan anaknya baru selesai di
operasi
Hasil: luka masih ditutup perban O:
- Masih tertutup perban
2. Melakukan perawatan luka dan penggantian A: masalah belum teratasi
balutan. P: lanjutkan intervensi
Lakukan perawatan luka dengan teknik
Hasil: perawatan luka dilakukan setelah 3 hari
sterilisasi
3. Mempertahankan teknik sterilitas dalam
perawatan luka pasien
P: lanjutkan intervensi
- Observasi TTV
5 1. Memonitor proses kesembuhan area luka S: Ibu mengatakan anaknya tidak rewel
O:
Hasil: luka masih ditutup perban - Luka post op Masih tertutup perban
A: masalah belum teratasi
2. Melakukan perawatan luka dan penggantian P: lanjutkan intervensi
balutan. Lakukan perawatan luka dengan teknik
sterilisasi
Hasil: perawatan luka dilakukan setelah 3 hari
P: lanjutkan intervensi
95
- Observasi TTV
5 1. Memonitor proses kesembuhan area luka S: Ibu mengatakan anaknya tidak rewel
O:
Hasil: luka masih ditutup perban - Luka post op Masih tertutup perban
A: masalah belum teratasi
2. Melakukan perawatan luka dan penggantian P: lanjutkan intervensi
balutan. Lakukan perawatan luka dengan teknik
sterilisasi
Hasil: perawatan luka dilakukan setelah 3 hari
BAB IV
PEMBAHASAN
100
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada bab ini penulis akan membahas secara rinci kesimpulan Setelah dilakukan
asuhan keperawatan sejak tanggal 16 November 2019 sampai 28 November 2019
didapatkan data pengkajian klien dirawat mulai dari tanggal 16 November 2019
dengan diagnosa medis Meningitis. Pembahasan pada bab ini meliputi pengkajian,
diagnosa, intervensi, implementasi dan evaluasi keperawatan.
Pengkajian pada pasien dilakukan pada tanggal 16 November 2019, penulis
melakukan pengkajian dengan metode pemeriksaan fisik terhadap klien, dan metode
wawancara terhadap klien dan keluarga klien, perawat ruangan dan data rekam medik
klien.
Pada saat pengkajian ibu klien mengatakan anaknya mengalami demam dan
kejang, demam dan kejang di rasakan setiap malam, kemudian klien di bawa ke dokter
umum dan diberikan obat penurun demam saja namun beberapa hari kemudian demam
tersebut tidak mengalami penurunan dan terdapat benjolan di bagian kepala kanan
bawah telinga. Karena ibu klien tidak mengetahui apa yang harus dilakukan klien pun
dibawa ke klinik di klinik klien diberikan rujukan ke RS agar mengetahui penyakit
yang di deritanya.
Klien di bawa ke UGD RS Al-ihsan pada tanggal 16 november 2019 dengan
keluhan demam tinggi dengan suhu 39,2’c dan terdapat benjolan di kepala bagian
kanan di bawah telinga kanan disertai dengan pengeluaran cairan berwarna kuning, di
ugd klien diberikan cairan Nacl 10 gtt/menit kemudian di pindahkan ke ruangan
lukman hakim. Pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal 18 november 2019 klien
masih mengeluh demam dengan suhu 37,7’c, dan kejang masih terjadi namun tidak
sering.
101
B. Saran
Selama melaksanakan asuhan keperawatan dari tanggal 16 November 2019 sampai
28 November 2019, ada beberapa saran yang ingin penulis sampaikan untuk
meningkatkan asuhan keperawatan yang akan datang, yaitu :
1. Meningkatkan hygine diruangan dalam proses asuhan keperawatan pada anak
2. Melakukan kolaborasi dengan layanan medis untuk dilakukannya pemeriksaan
penunjang ulang (Radiologi, AGD, Labolatorium) sebagai bahan evaluasi dari
tindakan yang telah diberikan terhadap pasien
3. Lebih ditingkatkan kembali edukasi terhadap pasien dalam hal pemaparan
penyakit maupun perawatan penyakit ketika dirumah kepada pasien dan anggota
keluarga.
103
DAFTAR PUSTAKA
Van de Beek D., Schmand B., De Gans J., Weisfelt M., Vaessen H., Dankert J.,
et al., 2002, Cognitive Impairment in Adults with Good Recovery after Bacterial
Meningitis, Journal of Infectious Diseases, 186(7): 1047–52.