Anda di halaman 1dari 49

PENATALAKSANAAN KEJANG

PADA ANAK YANG DEMAM


No. Dokumen : SOP/UKP/
No. Revisi :
SA
B ID U
AK SA D AY
UA N
G

SOP Tanggal Terbit :12 Mei 2016


Halaman : 1/2

PUSKESMAS Salmi, SKM, MM


AIR SANTOK NIP.19720818 199503 2 001

Pengertian Penatalaksanaan kejang pada anak yang demam adalah tindakan untuk mengatasi
kejang pada anak yang demam.
Tujuan Sebagai pedoman petugas untuk melakukan penatalaksanaan kejang pada anak yang
demam.
Kebijakan SK Kepala Puskesmas no. Tentang Pemberian Layanan Klinis
Referensi  Nelson. Buku Ajar Ilmu Penyakit Anak, EGC. Jakarta, 1999
 WHO Indonesia dan Depkes RI. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Anak di
Rumah Sakit.
Prosedur a. Petugas membaringkan pasien dan melindungi lidahnya dengan tangue
spatel
b. Petugas membebaskan jalan nafas, dan memiringkan pasien jika muntah.
c. Petugas memberikan 02 2-4 liter/ meni Petugas mengompres pasien dengan
air biasa (suhu ruangan)
d. Petugas laboratorium melepaskan jas lab sebelum meninggalkan ruang labor
PROSEDUR I
Petugas memberikan diazepam rektal, 5mg untuk BB<10kg, 10mg untuk BB >
10kg
PROSEDUR II
a. Petugas memberikan diazepam ke dalam semprit, dosis disesuaikan dengan
berat badan anak (lihat tabel) bila memungkinkan.
Umur / BB anak Diazepam diberikan secara rektal
(larutan 10 mg/ 2 L )
Dosis 0,1ml/kgBB (0,4-
0,6mg/KgBB)
2 minggu s/d 2 bulan (<4kg) 0,3ml (1,5mg)
2- < 4 bulan (4- <6kg) 0,5ml (2,5mg)
4- <12 bulan (6- <10kg) 1ml (5mg)
1-<3 tahun (10-<14kg) 1,25ml (6,25mg)
3-<5 tahun (14 -19 kg) 1,5ml (7,5mg)

b. Petugas melepas jarum suntiknya.


c. Petugas memasukkan jarum suntiknya ke dalam rektum 4-5 cm
PENATALAKSANAAN KEJANG
PADA ANAK YANG DEMAM
No. Dokumen : SOP/UKP/
No. Revisi :
SA
B ID U
AK SA D AY
UA N
G
SOP Tanggal Terbit : 12 Mei 2016
Halaman : 2/2

PUSKESMAS Salmi, SKM, MM


AIR SANTOK NIP.19720818 199503 2 001

d. Petugas menginjeksikan larutan diazepam ke dalam rektum


1. Petugas merapatkan kedua pantat anak selama beberapa menit.
2. Petugas menilai kembali kondisi pasien setelah 10 menit.
3. .Jika kejang bisa di atasi, pasien di observasi dan di berikan terapi rumatan.
4. Jika pasien masih kejang, petugas memberikan ulang diazepam rektal dengan
dosis yang sama.
5. Petugas menilai kembali kondisi pasien setelah 10 menit.
6. Jika kejang tertasi, pasien di observasi dan di berikan terapi rumatan.
7. Jika kejang tidak teratasi,petugas merujuk pasien ke RS.

Diagram Alir -

Unit Terkait Unit BP umum.

Rekaman Historis perubahan


No Isi Perubahan Tgl. Mulai Diberlakukan
RUJUKAN PASIEN EMERGENSI
No. Dokumen : SOP/UKP/
No. Revisi :
SA
B ID U
AK SA D AY
UA N
G
SOP Tanggal Terbit :12 Mei 2016
Halaman : 2/2

PUSKESMAS Salmi, SKM, MM


AIR SANTOK NIP.19720818 199503 2 001

1. Petugas menjelaskan kondisi pasien dan alasan di rujuk kepada pasien


dan atau keluarga pasien.
2. Petugas dan keluarga pasien atau yang mengantar pasien memutuskan
unit pelayanan tujuan rujukan.
3. Petugas menghubungi RS yang alkan dituju dengan menggunakan
sarana komunikasi, menjelaskan kondisi pasien dan memastikan unit pelayanan
tujuan dapat menerima pasien.
4. Petugas Membuat surat Rujukan.
5. Petugas meminta keluarga pasien menandatangani surat persetujuan
rujukan.
6. Petugas memberikan surat rujukan kepada keluarga pasien atau yang
mengantar pasien.
7. Petugas mencatat identitas pasien pada buku register rujukan pasien.
8. Petugas yang mampu mengawasi dan antisipasi kedaruratan
mendampingi pasien di dalam ambulance
9. Petugas mencatat kondisi pasien dan tindakan yang diberikan terhadap
pasien di dalam ambulans dalam catatan perkembangan pasien.
10. Petugas mengantar pasien dengan kendaraan ambulans dan
menyerahkan tindakan kepada petugas tempat rujukan.
11. Petugas dan kendaraan ambulans tetap menunggu sampai pasien
mendapat kepastian pelayanan.
Petugas melengkapi rekam medis pasien.
Unit Terkait Unit BP umum.
Unit pendaftaran dan rekam medis

Rekaman Historis perubahan


No Isi Perubahan Tgl. Mulai Diberlakukan
TRIASE
No. Dokumen : SOP/UKP/
No. Revisi :
SA
B ID U
AK SA D AY
UA N
G

SOP Tanggal Terbit :12 Mei 2016


Halaman : 1/2

PUSKESMAS Salmi, SKM, MM


AIR NIP.19720818 199503 2 001
SANTOK

Pengertian  Triase (Triage) adalah tindakan untuk memilah/mengelompokan


pasien/korban berdasar beratnya cidera, kemungkinan untuk hidup, dan
keberhasilan tindakan berdasar sumber daya dan sarana yang tersedia pada
penanganan pada pasien darurat non bencana dan bencana
Tujuan  Sebagai pedoman petugas untuk melakukan triase pada pasien/korban lebih
dari satu pada pasien darurat non bencana dan bencana
Kebijakan Surat Keputusan Kepala Puskesmas Air Santok NO. tahun tentang
Penanganan Pasien Darurat dan Gawat Darurat
Referensi  Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Pelayanan Keperawatan
Gawat Darurat di Rumah Sakit. 2005.
 Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman Teknis
Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana. 2009.
 Palang Merah Indonesia Yogyakarta. Penanggulangan Penderita Gawat
Darurat. Yogyakarta 2012.
Prosedur  Petugas menerima pasien
 Petugas melakukan penilaian kesadaran, ventilasi, dan perfusi selama
kurang dari 60 detik
 Petugas memberikan tanda sesuai dengan pengelompokan triase:
a. Prioritas Nol (hitam)/ P0
Pasien meninggal atau kondisi yang parah yang jelas tidak mungkin untuk
diselamatkan
b. Prioritas pertama (merah)/ P1
Penderita sakit berat atau cedera berat dan memerlukan penilaian cepat dan tndakan
medik atau transport segera untuk menyelamatkan hidupnya. Misalnya: gagal
ginjal, henti jantung, luka bakar berat, perdarahan parah dan cedera kepala berat.
c. Prioritas kedua (kuning)/P2
Pasien memerlukan bantuan, namun dengan sakit atau cedera dengan tingkat yang
kurang berat dan dipastikan tidak mengalami ancaman jiwa dalam waktu dekat.
Misalnya: cedera abdomen tanpa syok, luka bakar ringan, fraktur atau patah tulang
tanpa syok.
d. Prioritas ketiga (hijau)/P3
Pasien dengan cedera minor atau tingkat penyakit yang tidak membutuhkan
TRIASE
No. Dokumen : SOP/UKP/
No. Revisi :0
SA
B ID U
AK SA D AY
UA N
G
SOP Tanggal Terbit :12 Mei 2016
Halaman : 2/2

PUSKESMAS Salmi, SKM, MM


AIR SANTOK NIP.19720818 199503 2 001

pertolongan segera serta tidak mengancam nyawa dan tidak menimbulkan kecacatan
 Petugas memprioritas sesuai dengan urutan prioritas: P1, P2, P3
 Petugas langsung memberikan penanganan tindakan pada pasien P1 (merah).
 Petugas merujuk ke Rumah Sakit apabila pasien P1 (merah) memerlukan
rujukan
 Petugas memberikan tindakan medis pada pasien P2 (kuning) apabila
memerlukan tindakan medis, apabila petugas terbatas menunggu pasien P1 (merah)
 Petugas memindahkan pasien kategori P3 (hijau) ke periksa rawat jalan.

Unit 1. Bagian pendaftaran dan Rekam Medis


Terkait 2. Unit BP Umum
3. Unit Farmasi

Rekaman Historis perubahan


No Isi Perubahan Tgl. Mulai Diberlakukan
PELIMPAHAN WEWENANG
No. Dokumen :
No. Revisi :
SA
B ID U
AK SA D AY
UA N
G
SOP Tanggal Terbit :12 Mei 2016
Halaman : 1/1

PUSKESMAS Salmi, SKM, MM


AIR SANTOK NIP.19720818 199503 2 001

Pengertian Pelimpahan wewenang adalah proses pengalihan tugas kepada orang lain yang sah atau
terlegitimasi (menurut mekanisme tertentu dalam organiasasi) dalam melakukan berbagai
aktivitas yang ditujukan untuk pencapaian tujuan organisasi yang jika tidak dilimpahkan
akan menghambat proses pencapaian tujuan tersebut.
Tujuan Sebagai pedoman petugas didalam melakukan pelimpahan wewenang
Kebijakan Surat Keputusan Kepala Puskesmas Air Santok No. tahun tentang Pelimpahan
Wewenang
Prosedur 1. Penanggungjawab Usaha Kesehata nnnnn Perorangan (UKP) melakukan
Koordinasi dengan Koordinator unit BP Umum, BP Gigi, dan KIA-KB.
2. Penanggungjawab Usaha Kesehatan Perorangan (UKP) dengan koordinator unit
BP Umum, BP Gigi, dan KIA-KB. Mengidentifikasi kebutuhan pelimpahan wewenang.
3. Koordinator Unit BP Umum, BP Gigi Dan KIA-BP merencanakan jenis
kompetensi apa saja yang bisa dilimpahkan.
4. Koordinator Unit BP Umum, BP Gigi Dan KIA-KB membuat pernyataan
pelimpahan wewenang yang isinya memuat petugas dan jenis kompetensi yang
dilimpahkan.
5. Dokter atau dokter gigi yang memberi wewenang dan petugas yang diberi
wewenang menandatangani surat pernyataan pelimpahan wewenang.
6. Penanggungjawab UKP menyerahkan surat pernyataan pelimpahan wewenang
untuk ditandatangani kepada Kepala Puskesmas.
7. Kepala Puskesmas menandatangani surat pernyataan surat pelimpahan
wewenang.
8. Koordintaor Unit Bp Umum, BP Gigi Dan KIA-KB mensosialisasikan surat
pelimpahan wewenang kepada petugas yang diberi wewenang
9. Petugas diserahi wewenang menerima tugas yang diberikan.
10. Petugas melaksanakan tugas sesuai kompetensi yang dilimpahkan.

Unit Terkait 1. Unit BP Umum


2. Unit BP Gigi
3. Unit KIA/KB

Rekaman Historis perubahan


No Isi Perubahan Tgl. Mulai Diberlakukan
HIPERTENSI
No. Dokumen :
No. Revisi :
SA
B ID U
AK SA D AY
UA N
G
SOP Tanggal Terbit :12 Mei 2016
Halaman : 1/3

PUSKESMAS Salmi, SKM, MM


AIR SANTOK NIP.19720818 199503 2 001

Pengertian Hipertensi adalah suatu peningkatan tekanan darah didalam arteri, secara tetap diatas
normal (≤ 140/90 mmHg).
Tujuan Sebagai pedoman petugas untuk menegakan diagnosis dan penatalaksanaan
hipertensi.
Kebijakan SK Kepala Puskesmas Air Santok No. tahun tentang Pemberian Layanan Klinis.
Referensi Permenkes No. 5 tahun 2014 tentang Panduan Praktek Klinis Bagi Dokter di
Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer.
Prosedur 1. Petugas melakukan anamnesis (keluhan utama, riwayat penyakit sekarang,
riwayat penyakit dahulu, riwayat alergi, riwayat penyakit keluarga)
2. Petugas melakukan pemeriksaan vital sign yang diperlukan.
3. Petugas melakukan pemeriksaan fisik yang diperlukan/ yan sesuai.
4. Jika ada indikasi petugas melakukan pemeriksaan penunjang.
5. Petugas menegakkan diagnosa dan atau differential diagnosis berdasarkan
hasil anamnesa, pemeriksaan vital sign, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang ( jika diperlukan)
6. Petugas melakukan klasifikasi menurut Joint National Committee/JNC VII
Klasifikasi TD Sistolik TD Diastolik
Normal < 120 mmHG 80 mmHg
Pre-Hipertensi 120-139 mmHg 80-89 mmHg
Hipertensi stage 1 140-159 mmHg 90-99 mmHg
Hipertensi stage 2 ≥ 160 mmHg ≥ 100 mmHg
7. Petugas memberikan terapi sesuai dengan diagnosa yang ditegakan:
a. Pre-Hipertensi
Modifikasi gaya hidup ( diet kaya buah dan sayuran, pembatasan intake
natrium/garam, gula dan lemak, mempertahankan berat badan dan lingkar pinggang
ideal, gaya hidup aktif/olahraga teratur, stop merokok, stop membatasi konsumsi
alkohol (bagi yang minum alkohol), manajemen stres.
b. Hipertensi Stage 1
1. Modifikasi gaya hidup
2. Diuretik Tiazid
3. Dapat dipertimbangkan: ACE inhibitor, Beta Blocker (BB), Calsium
Channel Blocker (CCB)
c. Hipertensi Stage 2
Modifikasi gaya hidup
HIPERTENSI
No. Dokumen : SOP/UKP/
No. Revisi :
SA
B ID U
AK SA D AY
UA N
G

SOP Tanggal Terbit :12 Mei 2016


Halaman : 2/3

PUSKESMAS Salmi, SKM, MM


AIR SANTOK NIP.19720818 199503 2 001

1. Kombinasi 2 obat: diuretik dan ACE inhibitor, atau BB, atau CCB.
DIURETIK
HCT Dosis dewasa 12,5-50 mg/hari
spironolakton Dosis dewasa 50-100 mg/hari sebagai dosis tunggal atau
dosis terbagi

Furosemid Dosis dewasa 20-80 mg/hari pagi hari

ACE INHIBITOR
Catopril Dosis 12,5-25 mg tiap 8-12 jam

CALCIUM CHANNEL BLOCKER (CCB)


Amplodipin  Dosis 5 mg tiap 24 jam maksimal 10 mg/hari
 Geriatri dan penderita gangguan hati di mulai 2,5
mg/hari
 Dapat sebagai profilaksis angina
Diltiazem  Dosis awal 60-120 mg tiap 12 jam
 Dosis maksimal 360 mg/hari
 Kontraindikasi; gagal jantung kongestif, block
jantung dan hipotensi.
Nifedipin  Hanya untuk preeklamsia dan tokolitik tidak
direkomendasikan untuk kasus hipertensi, tapi boleh untuk
prifilaksis angina dan fenimena raynaud
 Dosis 5-30 mg tiap 8 jam

PENYEKAT BETA/BETA BLOCKER (BB)


Propanolol Dosis dewasa:
Awal: 40 mg tiap 8-12 jam
Pemeliharaan: 120-240 mg/hari
HIPERTENSI
No. Dokumen : SOP/UKP/
No. Revisi :
SA
B ID U
AK SA D AY
UA N
G
SOP
Tanggal Terbit :12 Mei 2016
Halaman : 3/3

PUSKESMAS Salmi, SKM, MM


AIR SANTOK NIP.19720818 199503 2 001

8. Bila ada indikasi hipertensi dengan penyakit penyerta/indikasi khusus petugas


memberikan terapi sesuai indikasi tersebut, ditambah obat antihipertensi lain sesuai
kebutuhan.
9. terapi sesuai indikasi tersebut, ditambah obat anti hipertensi lain sesuai
kebutuhan.
10. Petugas menentukan target tekanan darah yaitu:
o < 140/90 mmHg
o Atau < 130/80 mmHg pada pasien DM, penyakit ginjal kronik memiliki ≥ 3
faktor resiko, ada penyakit tertentu
11. Bila target tekanan darah belum tercapai setelah observasi selama 2 minggu
petugas mengoptimalkan dosis atau menambah obat anti hipertensi lainnya.
12. Bila dengan mengoptimalkan dosis atau menambah obat anti hipertensi yang
lain target tekanan darah belum tercapai petugas mempertimbangkan dengan pasien
untk melakukan rujukan ke dokter spesialis.
13. Petugas memberikan edukasi kepada pasien dan atau keluarganya tentang
modifikasi gaya hidup
14. Jika ada indikasi petugas melakukan rujukan ke sub unit lain.
15. Petugas memberikan resep kepada pasien untuk di serahkan ke sun unit
farmasi.
16. Petugas mendokumentasikan semua hasil anamnesis, pemeriksaan, diagnosa,
terapi, rujukan yang telah dilakukan dalam rekam medis pasien
17. Petugas menyerhkan rekam medis ke petugas simpus untuk dientry
18. Petugas mendokumentasikan hasil pemeriksaan, diagnosa dan terapi yang
sudah tercatat dalam rekam medis ke data simpus.

Unit Terkait Unit BP Umum

Rekaman Historis perubahan


No Isi Perubahan Tgl. Mulai Diberlakukan
DIARE NON SPESIFIK
No. Dokumen : SOP/UKP/
No. Revisi :
SA
B ID U
AK SA D AY
UA N
G
SOP Tanggal Terbit :12 Mei 2016
Halaman : 1/2

PUSKESMAS Salmi, SKM, MM


AIR SANTOK NIP.19720818 199503 2 001

Pengertian Diare non spesifik adalah buang air besar (BAB) ≥ 3 kali sehari yang bukan disebabkan oleh
kuman khusus atau parasit. Penyebabnya adalah virus , makanan yang merangsang atau
tercemar toksin, gangguan pencernaan dan sebagainya.
Tujuan Sebagai pedoman petugas untuk menegakkan diagnosis dan penatalaksanaan diare non spesifik.
Kebijakan SK Kepala Puskesmas Air Santok No. tahun tentang Pemberian Layanan Klinis.
Referensi Panduan Pengobatan di Puskesmas Kota Yogyakarta Revisi 1, Dinas Kesehatan Kota
Yogyakarta, 2012.
Prosedur 1. Petugas melakukan anamnesis (keluhan utama, riwayat penyakit sekarang, riwayat
penyakit dahulu, riwayat alergi, riwayat penyakit keluarga)
2. Petugas melakukan pemeriksaan vital sign yang diperlukan.
3. Petugas melakukan pemeriksaan fisik yang diperlukan/ yan sesuai.
4. Jika ada indikasi petugas melakukan pemeriksaan penunjang.
5. Petugas menegakkan diagnosa dan atau differential diagnosis berdasarkan hasil
anamnesa, pemeriksaan vital sign, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang ( jika
diperlukan)
6. Petugas menentukan derajat dehidrasi:
 Tanpa dehidrasi: jika keadaan umum baik dan sadar, mata normal, air mata ada, mulut
dan lidah basah , tidak ada rasa haus, turgor kulit kembali cepat.
 Dehidrasi ringan sedang: gelisah, mata cekung, air mata tidak ada, mu;lut dan lidah
kering, kehausan, ingin minum banyak, turgor kulit kembali lambat.
 Dehidrasi berat: lesu, tidak sadar, mata sangat cekung , air mata tidak ada, mulut dan
lidah sangat kering, malas minum, turgot kulit kembali sangat lambat
7. Bila ada indikasi petugas memberikan rujukan ke pelayanan Kesehatan yang lebih
tinggi
8. Petugas memberika terapi sesuai dengan diagnosa yang ditegakan.
9. Petugas menentukan rehidrasi sesuai dengan derajat dehidrasi.
 Tanpa dehidrasi: Terapi A
Pemberian cairan ( air tajin, larutan gula garam, oralit) sebanyak yang didinginkan sampai diare
berhenti.
Setiap habis buang air besar/BAB:
1. Anak 1 tahun: 50-100 ml
2. Anak 1-4 tahun: 100-200 ml
3. Anak > 5 tahun: 200-300 ml
4. Dewasa : 300-400 ml
DIARE NON SPESIFIK
No. Dokumen : SOP/UKP/
No. Revisi :
SA
B ID U
AK SA D AY
UA N
G
SOP Tanggal Terbit :12 Mei 2016
Halaman : 2/2

PUSKESMAS Salmi, SKM, MM


AIR SANTOK NIP.19720818 199503 2 001

Meneruskan pemberian ASI bagi bayi dan balita yang masih minum ASI
 Dehidrasi ringan-sedang (Terapi B)
Oralit diberikan 75 ml/kg BB dalam 3 jam. Jika anak muntah, tunggu 5-10 menit lalu
ulangi lagi, dengan pemberian lebih lambat ( satu sendok setiap 2-3 menit)
 Dehidrasi berat (Terapi C)
Pasien dirujuk
10. Petugas memberikan terapi dengan zink 20 mg selama 10 hari untuk:
 Bayi < 6 bulan: ½ tablet
 Umur 6 bulan – 5 tahun: 1 tablet
11. Petugas memberikan edukasi kepada pasien dan atau keluarganya tentang upaya
rehidrasi oral di rumah, tanda-tanda untuk merujuk dan cara mencegah diare.
12. Petugas memberikan resep kepada pasien untuk diserahkan ke sub unit farmasi.
13. Petugas mendokumentasikan semua hasil anmanesis, pemeriksaan, diagnosa dan
terapi rujukan yang telah dilakukan dalam rekam medis pasien.
14. Petugas menyerahkan rekam medis ke petugas simpus untuk dientry.
15. Petugas mendokumentasikan hasil pemeriksaan, diagnosa dan terapi yang sudah
tercatat dalam rekam medis ke data simpus.

Unit Terkait  Sub Unit BP Umum


 Sub Unit Farmasi
 Sub Unit Laboratorium
Dokumen  Rekam Medis
Terkait  Formulir Rujukan Eksternal
 Formulit Blangko Resep
 Formulir Pemeriksaan Penunjang

Rekaman Historis perubahan


No Isi Perubahan Tgl. Mulai Diberlakukan
COMMOND COLD
No. Dokumen : SOP/UKP/
No. Revisi :
SA
B ID U
AK SA D AY
UA N
G

SOP Tanggal Terbit :12 Mei 2016


Halaman : 1/3

PUSKESMAS Salmi, SKM, MM


AIR SANTOK NIP.19720818 199503 2 001

Pengertian Commond cold termasuk infeksi saluran nafas atas, dengan gejala gangguan dihidung
seperti pilek, hidung tersumbat dan bersin bersin lenih menonjol, dapat di sertai demam,
sakit kepala, nyeri otot atau nyeri sendi, biasanya sakit ini sembuh sendiri dalam 3-5
hari. Banyak macam virus penyebabnya, antara lain Rhinovirus, Coronavirus, Virus
Influenza A dan B, Parainfluenza, Adenovirus, Enterovirus.
Tujuan Sebagai acuan petugas dalam menentukan diagnosis, dan penatalaksanaan Commond
cold.
Kebijakan SK Kepala Puskesmas Air Santok No. tahun tentang Pemberian Layanan Klinis.
Referensi Panduan Pengobatan di Puskesmas Kota Yogyakarta Revisi 1, Dinas Kesehatan Kota
Yogyakarta, 2012.
Prosedur 1. Petugas melakukan anamnesis (keluhan utama, riwayat penyakit sekarang,
riwayat penyakit dahulu, riwayat alergi, riwayat penyakit keluarga)
2. Petugas melakukan pemeriksaan vital sign yang diperlukan.
3. Petugas melakukan pemeriksaan fisik yang diperlukan/ yan sesuai.
4. Jika ada indikasi petugas melakukan pemeriksaan penunjang.
5. Petugas menegakkan diagnosa dan atau differential diagnosis berdasarkan hasil
anamnesa, pemeriksaan vital sign, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang ( jika
diperlukan)
6. Petugas memberikan terapi sesuai dengan diagnosa yang ditegakkan
Pengobatan simptomatis untuk menghilangkan gejala yang berat atau menganggu:
A. Analgetik/antipiretik
PARACETAMOL
 Dosis dewasa 500 mg tiap 6-8 jam
 Dosis anak 10 mg/kg BB tiap 6-8 jam
IBUPROFEN
 Dosis dewasa 200-400 mg tiap 6-8 jam
 Dosis anak :
1-6 bulan: 5 mg/kg BB tiap 6-8 jam
6-12 bulan: 50 mg tiap 6-8 jam
1-2 tahun : 50 mg tiap 6-8 jam
2-7 tahun: 100 mg tiap 6-8 jam
>7 tahun: 200 mg tiap 6-8 jam
(maksimal 40 mg/kg BB/hari)
COMMOND COLD
No. Dokumen :
No. Revisi :
SA
B ID U
AK SA D AY
UA N
G

SOP Tanggal Terbit :12 Mei 2016


Halaman : 2/3

PUSKESMAS Salmi, SKM, MM


AIR SANTOK NIP.19720818 199503 2 001

B. Nasal Dekongestan
EFEDRIN
 Dosis dewasa: 10-30 mg tiap 8 jam
 Dosis anak: 0,2-0,3 mg/kg BB tiap 6-8 jam
C. Ekspektoran/ Mukolitik
GLISERYL GUACOLATE
AMBROXOL
 Dosis dewasa: 60-120 mg/hari dalam dosis terbagi (2-3)
 Dosis anak:
<2 tahun : 7,5 mg tiap 12 jam
2-5 tahun : 7,5 tiap 8-12 jam
6-12 tahun: 15 mg tiap 8-12 jam
D. Antibiotik, jika terjadi infeksi sekunder
AMOKSISILIN
 Dosis dewasa : 250-500 mg tiap 8 jam atau 500-875 mg
 Dosis anak :
Bayi < 3 bulan : maksimal 30 mg/kg/BB/hari tiap 12 jam
≤10 tahun: 125-250 mg tiap 8 jam
<40 kg BB: 20-40mg/kg BB/hari tiap 8 jam
ERITROMISIN
 Dosis dewasa: 250-500 mg tiap 6 jam atau 0,5-1 g tiap 12 jam
 Dosis anak:
Bayi: 12,5 mg/kg tiap 6 jam
1-2 tahun: 125 mg tiap 6 jam
2-8 tahun: 250 mg tiap 6 jam
>8 tahun: sama dengan dosis dewasa
7. Petugas memberikan edukasi kepada pasien:
 Anjuran untuk istirahat dan banyak minum
 Perbanyak buah dan sayuran
8. Petugas memberikan resep kepada pasien untuk diserahkan ke sub unit farmasi.
COMMOND COLD
No. Dokumen :
No. Revisi :
SA
B ID U
AK SA D AY
UA N
G
SOP Tanggal Terbit :12 Mei 2016
Halaman : 3/3

PUSKESMAS Salmi, SKM, MM


AIR SANTOK NIP.19720818 199503 2 001

9. Petugas mendokumentasikan semua hasil anamnesis, pemeriksaan, diagnosis,


terapi, rujukan yang telah dilakukan dalam rekam medis pasien.
10. Petugas menyerahkan rekam medis ke petugas simpus untk dientry
11. Petugas mendokumentasikan hasil pemeriksaan, diagnosa dan terapi yang sudah
tercatat dalam rekam medis ke data simpus.

Unit Terkait  Sub Unit BP Umum


 Sub Unit Farmasi
 Sub Unit Laboratorium
Rekaman Historis perubahan
No Isi Perubahan Tgl. Mulai Diberlakukan
DERMATITIS
No. Dokumen : SOP/UKP/
No. Revisi :
SA
B ID U
AK SA D AY
UA N
G
SOP Tanggal Terbit :12 Mei 2016
Halaman : 1/2

PUSKESMAS Salmi, SKM, MM


AIR SANTOK NIP.19720818 199503 2 001

Pengertian Dermatitis adalah proses peradangan yang terjadi pada kulit dengan kelainan khas
berbentuk eritem, vesikel, eksudasi atau bersisik.
Tujuan Sebagai pedoman petugas dalam menentukan diagnosis, dan penatalaksanaan
dermatitis.
Kebijakan SK Kepala Puskesmas Air Santok No. tahun tentang Pemberian Layanan Klinis.
Referensi Panduan Pengobatan di Puskesmas Kota Yogyakarta Revisi 1, Dinas Kesehatan Kota
Yogyakarta, 2012.
Prosedur 1. Petugas melakukan anamnesis (keluhan utama, riwayat penyakit sekarang,
riwayat penyakit dahulu, riwayat alergi, riwayat penyakit keluarga)
2. Petugas melakukan pemeriksaan vital sign yang diperlukan.
3. Petugas melakukan pemeriksaan fisik yang diperlukan/ yan sesuai.
4. Jika ada indikasi petugas melakukan pemeriksaan penunjang.
5. Petugas menegakkan diagnosa dan atau differential diagnosis berdasarkan hasil
anamnesa, pemeriksaan vital sign, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang ( jika
diperlukan)
6. Petugas memberikan terapi sesuai dengan diagnosa yang ditegakkan
SISTEMIK
a. Kortikosteroid
Metilprednisolon
 Dosis dewasa: 2-40 mg/hari terbagi dalam 2-4 dosis
 Dosis anak 1-18 tahun: 0,5-1,7 mg/kg BB/hari terbagi dalam 2-4 dosis
Predsnisolon
 Dosis dewasa: 10-60 mg/hari terbagi dalam 3-4 dosis
 Dosis anak: 1-2 mg/kg BB/hari terbagi dalam 3-4 dosis
b. Antihistamin
Ctm
 Dosis dewasa: 4 mg tiap 4-6 jam
Dosis maksimal dewasa: 24 mg/hari
Dosis maksimal lansia: 12 mg/ hari
 Dosis anak
1-2 tahun: 1 mg tiap 12 jam
2-6 tahun: 1 mg tiap 4-6 jam (dosis maksimal 6 mg/hari)
6-12 tahun: 2 mg tiap 4-6 jam (dosis maksimal 12 mg/hari)
DERMATITIS
No. Dokumen : SOP/UKP/
No. Revisi :
SA
B ID U
AK SA D AY
UA N
G
SOP Tanggal Terbit :12 Mei 2016
Halaman : 2/2

PUSKESMAS Salmi, SKM, MM


AIR SANTOK NIP.19720818 199503 2 001

Cetirizine
 Dosis dewasa: 10 mg tiap 24 jam
 Dosis anak:
1-2 tahun: 0,25 mg/kg BB tiap 12 jam
2-6 tahun: 2,5 mg tiap 12 jam
6-12 tahun:5 mg tiap 12 jam
Loratadine
 Dosis dewasa dan anak > 12 tahun: 10 mg tiap 24 jam
 Dosis anak:
BB > 30 kg: 10 mg tiap 24 jam
BB < 30 kg: 5 mg tiap 24 jam
TOPIKAL
Hidrokortison krim
Betametasone krim
7. Petugas memberikan resep kepada pasien untuk diserahkan ke sub unit farmasi
8. Petugas mendokumentasikan hasil anamnesis, pemeriksaan, diagnosa, terapi,
rujukan yang telah dilakukan dalam rekam medis pasien.
9. Petugas menyerahkan rekam medis ke petugas simpus untuk di entry
10. Petugas mendokumentasikan hasil pemeriksaan, diagnosa dan terapi yag sudah
tercatat dalam rekam medis ke data simpus.

Unit Terkait  Sub Unit BP Umum


 Sub Unit Farmasi

Rekaman Historis perubahan


No Isi Perubahan Tgl. Mulai Diberlakukan
OSTEOARTRITIS
No. Dokumen : SOP/UKP/
No. Revisi :
SA
B ID U
AK SA D AY
UA N
G
SOP Tanggal Terbit :12 Mei 2016
Halaman : 1/2

PUSKESMAS Salmi, SKM, MM


AIR SANTOK NIP.19720818 199503 2 001

Pengertian Osteoartritis adalah penyakit sendi degeneratif yang berkaitan dengan kerusakan kartilago sendi.
Ditandai dengan kehilangan kartilago sendi progesif dan terbentuknya tulang baru pada
trabecula subkondrial dan tepi tulang (osteofit).
Tujuan Sebagai pedoman petugas untuk melakukan diagnosis dan penatalaksanaan osteoartritis
Kebijakan SK Kepala Puskesmas No. tahun 2016 tentang Pelayanan Klinis
Referensi Permenkes No. 5 tahun 2014 tentang Praktik Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Primer.
Prosedur 1. Petugas melakukan anamnesis (keluhan utama, riwayat penyakit sekarang, riwayat
penyakit dahulu, riwayat alergi, riwayat penyakit keluarga), apakah nyeri sendi, hambatan
gerakan sendi, kaku pagi, krepitasi, pembesaran sendi, perubahan gaya berjalan.
2. Petugas melakukan pemeriksaan vital sign yang diperlukan.
3. Petugas melakukan pemeriksaan fisik yang diperlukan/ yan sesuai.
4. Jika ada indikasi petugas melakukan pemeriksaan penunjang.
5. Petugas menegakkan diagnosa dan atau differential diagnosis berdasarkan hasil
anamnesa, pemeriksaan vital sign, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang ( jika
diperlukan)
Jika perlu petugas memberikan terapi dengan :
NSAID (Oral) Non Dosis Keterangan
Selektif (COX 1)
Natrium Diklofenak Dewasa: 25-50 mg tiap 8-12 Tidak direkomendasikan
jam (75-150 mg/hari) untuk anak < 6 tahun
Anak: 6-8 tahun: 0,3-1 mg/kg
BB tiap 8 jam (maks 50 mg)
K Diklofenak Dewasa: 25-50 mg tiap 8-12 Tidak direkomendasikan
jam (75-150 mg/hari) untuk anak < 14 tahun
Anak: 14-18 tahun: 25-50 mg
tiap 6-8 jam (maks 75-100
mg/hari)
Ibuprofen Dewasa: 200-400 mg tiap 6-8
jam
Anak:
1-6 bulan: 5 mg/kg BB tiap 6-8
jam
OSTEOARTRITIS
No. Dokumen : SOP/UKP/
No. Revisi :
SA
B ID U
AK SA D AY
UA N
G
SOP Tanggal Terbit :12 Mei 2016

Halaman : 2/2

PUSKESMAS Salmi, SKM, MM


AIR SANTOK NIP.19720818 199503 2 001

Ibuprofen 2-7 tahun: 100 mg tiap 6-8


jam
>7 tahun 200 mg tiap 6-8 jam
(maks 40 mg/kg BB/hari)

Asam Mefenamat 3 x 250-500 mg Tidak direkomendasikan


untuk anak dibawah 14
tahun
Metampiron 3 x 250-500 mg

NSAID (Oral) Selektive Dosis Keterangan


(COX 2)
Meloxicam 7,5-15 mg tiap 24 jam Tidak direkomendasikan
untuk usia < 12 tahun

6. Petugas memberikan edukasi kepada pasien dan atau keluarganya untuk tetap menggunakan
sendinya dan melindungi sendi yang sakit.
7. Jika pasien mempunyai kelebihan berat badan, petugas memberikan edukasi untuk
menurunkan berat badan.
8. Jika ada indikasi petugas melakukan rujukan ke pelayanan kesehatan yang lebih tinggi
(Rumah Sakit) jika ada komplikasi (deformitas permanen) atau komplikasi terapi COX 1.
9. Petugas memberikan resep kepada pasien untuk diserahkan ke sub unit farmasi.
10. Petugas mendokumentasikan semua hasil anamnesis, pemeriksaan, diagnosis, terapi rujukan
yang telah dilakukan dalam rekam medis pasien.
11. Petugas menyerahkan rekam medis ke petugas simpus untuk dientry.
12. Petugas mendokumentasikan hasil pemeriksaan, diagnosa dan terapi yang sudah tercatat
dalam rekam medis ke data simpus.
Unit Terkait Sub unit BP Umum

Rekaman Historis perubahan


No Isi Perubahan Tgl. Mulai Diberlakukan
DISPEPSIA
No. Dokumen : SOP/UKP/

SA
B ID U
AK SA D AY
UA N
G SOP No. Revisi :
Tanggal Terbit :12 Mei 2016
Halaman : 1/2

PUSKESMAS Salmi, SKM, MM


AIR SANTOK NIP.19720818 199503 2 001

Pengertian Dispepsia adalah kumpulan gejala yang terdiri dari nyeri ulu hati, mual, kembung,
muntah, rasa penuh atau cepat kenyang dan sendawa
Tujuan Sebagai acuan petugas dalam menentukan diagnosis dan penatalaksanaan dispepsia
Kebijakan SK Kepala Puskesmas No. tahun 2016 tentang Pelayanan Klinis
Referensi Panduan Pengobatan di Puskesmas Kota Yogyakarta Revisi I, Dinas Kesehatan Kota
Yogyakarta, 2012.
Prosedur 1. Petugas melakukan anamnesis (keluhan utama, riwayat penyakit sekarang,
riwayat penyakit dahulu, riwayat alergi, riwayat penyakit keluarga)
2. Petugas melakukan pemeriksaan vital sign yang diperlukan.
3. Petugas melakukan pemeriksaan fisik yang diperlukan/ yan sesuai.
4. Jika ada indikasi petugas melakukan pemeriksaan penunjang.
5. Petugas menegakkan diagnosa dan atau differential diagnosis berdasarkan hasil
anamnesa, pemeriksaan vital sign, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang ( jika
diperlukan)
6. Petugas memberikan terapi sesuai dengan diagnosa yang ditegakkan
a. Antasida
 Dosis dewasa: 1-2 tablet tiap 6-8 jam atau 5-10 ml tiap 6-8 jam
 Dosis anak: ½ tablet tiap 6-8 jam atau 2,5-5 ml tiap 6-8 jam
Diminum saat perut kosong ( 1 jam sebelum makan atau 2 jam sesudah makan, dan
sebelum tidur)
b. Ranitidine atau cimetidine atau omeprazole:
Ranitidin
 Dosis dewasa: 150 mg tiap 12 jam atau 300 mgsebelum tidur, selama4-8
minggu.
 Dosis anak:
3-12 tahun:2-4 mg/kg BB tiap 12 jam (2-4 minggu)
>12 tahun: dosis dewasa
Cimetidine
 Dosis dewasa: 400 mg tiap 12 jam
Omeprazole
Dosis dewasa: 10-20 mg tiap 24 jam
Minum segera sebelum makan
DISPEPSIA
No. Dokumen : SOP/UKP/
No. Revisi :
SA
B ID U
AK SA D AY
UA N
G
SOP Tanggal Terbit :12 Mei 2016

Halaman : 2/2

PUSKESMAS Salmi, SKM, MM


AIR SANTOK NIP.19720818 199503 2 001

c. Ansiolitik/antidepresan
Diazepam
Dosis dewasa: 5-30 mg dalam dosis terbagi (maksimal 40 mg/hari)
Alprazolam
 Dosis dewasa: 0,25-0,5 mg tiap 8 jam
 Dosis lansia: diawali 0,25 mg tiap 8-12 jam
Dosis maksimal 3 g/hari
Amitripilin
Diminum sebelum tidur
 Dosis dewasa 25-50 mg
 Dosis anak:
<6 tahun: 10 mg
>6 tahun: 10-25 mg
7. Petugas memberikan edukasi kepada pasien
 Psikoterapi suportif
 Psikoterapi perilaku
8. Jika ada indikasi petugas melakukan rujukan ke sub unit lain
9. Petugas memberikan resep kepada pasien untuk diserahkan ke sub unit farmasi
10. Petugas mendokumentasikan semua hasil anamnesis, pemeriksaan, diagnosis,
terapi rujukan yang telah dilakukan dalam rekam medis pasien.
11. Petugas menyerahkan rekam medis ke petugas simpus untuk dientry.
12. Petugas mendokumentasikan hasil pemeriksaan, diagnosa dan terapi yang
sudah tercatat dalam rekam medis ke data simpus
Unit Terkait Sub unit BP Umum
Sub unit farmasi
Sub unit laboratorium
Sub unit konsultasi gizi
Sub unit psikologi

Rekaman Historis perubahan


No Isi Perubahan Tgl. Mulai Diberlakukan
VARICELLA
No. Dokumen : SOP/UKP/
No. Revisi :
SA
B ID U
AK SA D AY
UA N
G SOP Tanggal Terbit :12 Mei 2016

Halaman : 1/2

PUSKESMAS Salmi, SKM, MM


AIR SANTOK NIP.19720818 199503 2 001

Pengertian Varicella infeksi akut primer oleh virus varicella zoster yang menyerang kulit dan
mukosa, klinis terdapat gejala konstitusi, kelainan kulit polimorf, terutama berlokasi di
bagian sentral tubuh. Masa inkubasi 14-21 hari, penularan melalui udara (air borne) dan
kontak langsung.
Tujuan Sebagai pedoman petugas untuk melakukan diagnosis dan penatalaksanaan varicella.
Kebijakan SK Kepala Puskesmas No. tahun 2016 tentang pemberian layanan klinis.
Referensi Permenkes No. 5 tahun 2014 tentang Praktik Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan Primer.
Prosedur 1. Petugas melakukan anamnesis (keluhan utama, riwayat penyakit sekarang,
riwayat penyakit dahulu, riwayat alergi, riwayat penyakit keluarga), apakah demam,
nyeri kepala, timbul lesi kulit berupa papul eritem( yang dalam waktu beberapa jam
berubah menjadi vesikel), rasa gatal, riwayat kontak dengan penderita vericella.
2. Petugas melakukan pemeriksaan vital sign yang diperlukan.
3. Petugas melakukan pemeriksaan fisik yang diperlukan/ yan sesuai.
4. Petugas menegakkan diagnosa dan atau differential diagnosis berdasarkan
hasil anamnesa, pemeriksaan vital sign, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang
( jika diperlukan)
5. Jika diperlukan petugas meberikan terapi simptomatik untuk menurunkan
demam (antipiretik).
Paracetamol  Dosis dewasa: 500 mg tiap 6-8 jam
 Dosis anak: 10 mg/kg BB tiap 6-8 jam
Ibuprofen  Dosis dewasa: 200-400 mg tiap 6-8 jam
 Dosis anak:
1-6 bulan: 5 mg/kg BB tiap 6-8 jam
6-12 bulan: 50 mg tiap 6-8 jam
1-2 tahun: 50 mg tiap 6-8 jam
2-7 tahun: 100 mg tiap 6-8 jam
>7tahun: 200 mg tiap 6-8 jam
(maks 40 mg/kg BB/hari
VARICELLA
No. Dokumen : SOP/UKP/
No. Revisi :
SA
B ID U
AK SA D AY
UA N
G
SOP Tanggal Terbit :12 Mei 2016

Halaman : 2/2

PUSKESMAS Salmi, SKM, MM


AIR SANTOK NIP.19720818 199503 2 001

6. Petugas memberikan pengobatan antivirus oral:


Dewasa Anak-anak
Asiklovir 5 x 800 mg selama7-10 4 x 20 mg/kg BB (maks 800 mg)
hari selama 7-10 hari

7. Jika diperlukan, petugas memberikan bedak salisil


8. Petugas memberikan edukasi kepada pasien atau keluarganya:
a. Bahwa varicella merupakan penyakit self-limiting imunokompeten
b. Pemberian nutrisi TKTP
c. Istirahat
d. Menjaga kebersihan tubuh
e. Menghindari gesekan kulit agar tidak mengakibatkan pecahnya vesikel
f. Mencegah kontak dengan oarang lain
9. Jika ada indikasi petugas melakukan rujukan ke pelayanan kesehatan yang lebih
tinggi (Rumah Sakit) jika:
 Jika terdapat gangguan imunitas
 Mengalami komplikasi yang berat seperti: pneumonia, ensefalitis dan hepatitis.
10. Petugas memberikan resep kepada pasien untuk diserahkan ke sub unit farmasi
11. Petugas mendokumentasikan semua hasil anamnesis, pemeriksaan, diagnosis,
terapi rujukan yang telah dilakukan dalam rekam medis pasien.
12. Petugas menyerahkan rekam medis ke petugas simpus untuk dientry.
13. Petugas mendokumentasikan hasil pemeriksaan, diagnosa dan terapi yang sudah
tercatat dalam rekam medis ke data simpus

Unit Terkait Sub unit BP Umum

Rekaman Historis perubahan


No Isi Perubahan Tgl. Mulai Diberlakukan
PNEUMONIA/BRONKOPNEUMONIA
No. Dokumen : SOP/UKP/
No. Revisi :
SA
B ID U
AK SA D AY
UA N
G
SOP Tanggal Terbit :12 Mei 2016
Halaman : 1/3

PUSKESMAS Salmi, SKM, MM


AIR SANTOK NIP.19720818 199503 2 001

Pengertian Pneumonia dan bronkopneumonia adalah suatu peradangan/inflamasi parenkim paru, distal dari
bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius dan alveoli, serta menimbulkan
konsolidasi jarinngan paru dan gangguan pertukaran gas setempat. Di sebabkan
mikroorganisme (bakteri, virus, jamur, parasit)
Tujuan Sebagai pedoman petugas untuk melakukan diagnosis dan penatalaksanaan pneumonia dan
bronkopneumonia
Kebijakan SK Kepala Puskesmas No. tahun 2016 tentang pemberian layanan klinis.
Referensi Permenkes No. 5 tahun 2014 tentang Praktik Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Primer.
Prosedur 1. Petugas melakukan anamnesis (keluhan utama, riwayat penyakit sekarang, riwayat
penyakit dahulu, riwayat alergi, riwayat penyakit keluarga), apakah batuk dengan dahak mukoid
atau purulen kadang disertai darah, sesak nafas, demam tinggi, nyeri dada.
2. Petugas melakukan pemeriksaan vital sign yang diperlukan, terutama nadi, respirasi
dan suhu tubuh
3. Petugas melakukan pemeriksaan fisik yang diperlukan/ yang sesuai, terutama
pemeriksaan paru.
4. Jika diperlukan petugas melakukan pemeriksaan penunjang: angka leukosit, hitung
jenis leukosit.
5. Petugas menegakkan diagnosa dan atau differential diagnosis berdasarkan hasil
anamnesa, pemeriksaan vital sign, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang ( jika
diperlukan):
a. Anamnesa: trias pneumonia (batuk, demam, sesak).
b. Hasil pemeriksaan telihat tanda-tanda: suhu tubuh meningkat, nadi cepat respirasi
meningkat nafas cupung hidung, kadang sianosis, retraksi interkostalis.
Kriteria pneumonia pada balita :
Terdapat tarikan dinding dada dan atau respirasi:
 Umur < 2 bulan: ≥ 60x/menit
 Umur 2-12 bulan: ≥ 50x/menit
 Umur 1-5 tahun: ≥ 40x/menit
c. Pemeriksaan paru: inspeksi (bagian yang sakit tertinggal waktu bernafas), palpasi
(fremitus dapat meningkat), perkusi (redup), auskultasi (suara nafas bronkobesikuler sampai
bronkial, mungkin disertai ronki basah halus atau ronki basah kasar).
d. Angka leukosit (leukositosis 10.000-15.000/mm3), hitung jenis leukosit (pergeseran ke
kiri (neutrofil batang tinggi).
PNEUMONIA/BRONKOPNEUMONIA
No. Dokumen : SOP/UKP/
No. Revisi :
SA
B ID U
AK SA D AY
UA N
G
SOP Tanggal Terbit :1 Mei 2016
Halaman : 2/3

PUSKESMAS Salmi, SKM, MM


AIR SANTOK NIP.19720818 199503 2 001

6. Jika diperlukan petugas memberikan terapi simptomatik untuk menurunkan demam


Paracetamol  Dosis dewasa: 500 mg tiap 6-8 jam
 Dosis anak: 10 mg/kg BB tiap 6-8 jam
Ibuprofen  Dosis dewasa: 200-400 mg tiap 6-8 jam
 Dosis anak:
1-6 bulan: 5 mg/kg BB tiap 6-8 jam
6-12 bulan: 50 mg tiap 6-8 jam
1-2 tahun: 50 mg tiap 6-8 jam
2-7 tahun: 100 mg tiap 6-8 jam
>7tahun: 200 mg tiap 6-8 jam
(maks 40 mg/kg BB/hari

7. Jika diperlukanpetugas memberikan ekspetoran, mukolitik:


Ambroxol (30 mg)  Dosis dewasa 60-120 mg/hari dosis terbagi
2-3 kali
 Dosis anak:
< 2 tahun: 7,5 mg tiap 12 jam
2-5 tahun: 7,5 mg tiap 8-12 jam
6-12 tahun: 15 mg tiap 8-12 jam
Gliseril guaikolat Dosis dewasa: 200-400 mg tiap 4 jam

8. Petugas memberikan terapi antibiotik:


Antibiotik Dosis
Amoksisilin Dewasa: 250-500 mg
Anak: 20-40 mg/hari dalam 3 dosis
Cotrimoxazole Dewasa: 2x960 mg
(tablet: TMP (80 mg)-SMZ Bayi dan anak-anak
(400mg) 6 mggu-5 bulan: 2x 120 mg
(Suspensi: TMP (40 mg)-SMZ 6 bulan05 tahun: 2x 240 mg
(200mg) 6 tahun-12 tahun: 2x 480 mg
Cyprofloxacin Dewasa 2 x 500 mg
PNEUMONIA/BRONKOPNEUMONIA
No. Dokumen : SOP/UKP/
SA
B ID U
AK SA D AY
UA N
G
SOP No. Revisi :
Tanggal Terbit :12 Mei 2016
Halaman : 3/3

PUSKESMAS Salmi, SKM, MM


AIR SANTOK NIP.19720818 199503 2 001

9. Petugas memberikan edukasi kepada pasien dan atau keluarganya untuk istirahat
di tempat tidur, minum secukupnya, pencegahan rekurensi, pola hidup sehat, tidak
merokok.
10. Jika ada indikasi petugas melakukan rujukan ke pelayanan kesehatan yang lebih
tinggi (Rumah Sakit):
a. Dewasa : respiratory rate >30x/menit dan tekanan darah sistolik < 90 mmHg dan
diastolik < 60 mmHg.
b. Anak-anak: pneumonia berat dengan tanda bahaya( kejang, penurunan kesadaran,
tidak bisa minum), post morbili, KKP (kurang kalori, protein) berat.
11. Petugas memberikan resep kepada pasien untuk diserahkan ke sub unit farmasi.
12. Petugas mendokumentasikan semua hasil anamnesis, pemeriksaan, diagnosis,
terapi rujukan yang telah dilakukan dalam rekam medis pasien.
13. Petugas menyerahkan rekam medis ke petugas simpus untuk dientry.
14. Petugas mendokumentasikan hasil pemeriksaan, diagnosa dan terapi yang sudah
tercatat dalam rekam medis ke data simpus

Unit Terkait Sub unit BP Umum

Rekaman Historis perubahan


No Isi Perubahan Tgl. Mulai Diberlakukan
DEMAM TIFOID
No. Dokumen : SOP/UKP/

SA
B ID U
AK SA D AY
UA N
G SOP No. Revisi :
Tanggal Terbit :12 Mei 2016
Halaman : 1/2

PUSKESMAS Salmi, SKM, MM


AIR SANTOK NIP.19720818 199503 2 001

Pengertian Demam tifoid dan paratifoid adalah penyakit infeksi akut usus halus. Disebabkan oleh
Salmonella thypi, Salmonella parathypi A, Salmonella parathypi B dan Salmonella
parathypi C. Bakteri ini dapat hidup sampai beberapa minggu di alam bebas seperti di
dalam air, es, sampah dan debu. Penularan kuman melalui mulut oleh makanan
tercemar.
Tujuan Sebagai pedoman petugas untuk melakukan diagnosis dan penatalaksanaan penyakit
demam tyfoid.
Kebijakan SK Kepala Puskesmas No. tahun 2016 tentang pemberian layanan klinis.
Referensi Permenkes No. 5 tahun 2014 tentang Praktik Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan Primer.
Prosedur 1. Petugas melakukan anamnesis (keluhan utama, riwayat penyakit sekarang,
riwayat penyakit dahulu, riwayat alergi, riwayat penyakit keluarga), apakah demam
naik turun, terutama sore hari, nyeri kepala, nyeri otot, tidak nafsu makan, mual,
muntah, sulit BAB, diare, , nyeri perut.
2. Petugas melakukan pemeriksaan vital sign yang diperlukan.
3. Petugas melakukan pemeriksaan fisik yang diperlukan/ yang sesuai: lidah kotor
(coated tonge), ujung dan tepi lidah kemerahan, tremor, nyeri tekan regio epigastrik,
hepatosplenomegali, bibir kering, pecah-pecah.
4. Petugas melakukan pemeriksaan penunjang: angka leukosit, hitung jenis
leukosit, trombosit, widal.
5. Petugas menegakkan diagnosa dan atau differential diagnosis berdasarkan hasil
anamnesa, pemeriksaan vital sign, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang ( jika
diperlukan): gejala demam, gangguan saluran cerna, gangguan kesadaran, lekopeni
(<5000/mm3), limfositosis relatif, monositosis, aneosinofilia, dan trpmbositopenia
ringan, serologi widal titer O ≥ 1/320.
6. Jika diperlukan petugas memberikan terapi simptomatik untuk menurunkan
demam (antipiretik) dan mengurangi keluhan gastrointestinal.
7. Petugas memberikan terapi antibiotik:
Antibiotik Dosis Keterangan
Kloramfenikol Dewasa: 4x500 mg selama 10 Tidak diberikan bila
hari leukosit < 2000/mm3
Anak: 50-100 mg/kg BB/hari.
Maks 2 gram selama 10-14
hari dibagi 4 dosis
DEMAM TIFOID
No. Dokumen : SOP/UKP/
No. Revisi :
SA
B ID U
AK SA D AY
UA N
G
SOP Tanggal Terbit :12 Mei 2016

Halaman : 2/2

PUSKESMAS Salmi, SKM, MM


AIR SANTOK NIP.19720818 199503 2 001

Cotrimoxazole Dewasa 2 x (160-800) selama


(TMP-SMX) 10-14 hari
Anak: TMP6-19 mg/kg/bb/hr
atau SMX 30-50 mg/kg/bb/hr
selama 10 hari
Ampicilin atau Dewasa: (1,5-2) gr /hr
Amoksisilin selama7-10 hari tiap 8 jam
Anak: 50-100 mg/kg/bb/hr
selama 7-10 hari tiap 8 jam

Ciprofloxacin 2x500 mg selama 1 minggu Tidak dianjurkan


untuk anak < 18
tahun

8. Petugas memberikan edukasi kepada pasien dan atau keluarganya istarahat tirah
baring dan mengatur tahapan mobilisasi, diet tinggi kalori dan tinggi protein, konsumsi
obat-obatan secara rutin dan tuntas, tanda-tanda kegawatan, higeine perorangan, makanan
dan minuman.
9. Jika ada indikasi (tanda-tanda kedaduratan) atau pasien telah mendapat terapi 5 hari
belum tampak perbaikan, petugas melakukan rujukan ke pelayanan kesehatan yang lebih
tinggi (Rumah Sakit).
10. Petugas memberikan resep kepada pasien untuk diserahkan ke sub unit farmasi
11. Petugas mendokumentasikan semua hasil anamnesis, pemeriksaan, diagnosis, terapi
rujukan yang telah dilakukan dalam rekam medis pasien.
12. Petugas menyerahkan rekam medis ke petugas simpus untuk dientry.
13. Petugas mendokumentasikan hasil pemeriksaan, diagnosa dan terapi yang sudah
tercatat dalam rekam medis ke data simpus
Unit Sub unit BP Umum
Terkait
Rekaman Historis perubahan
No Isi Perubahan Tgl. Mulai Diberlakukan
VERTIGO
No. Dokumen : SOP/UKP/
No. Revisi :
SA
B ID U
AK SA D AY
UA N
G SOP Tanggal Terbit :12 Mei 2016

Halaman : 2/2

PUSKESMAS Salmi, SKM, MM


AIR SANTOK NIP.19720818 199503 2 001

Pengertian Vertigo adalah perasaan menderita merasa dirinya atau dunia berputar karena ada
gangguan di alat keseimbangan.
Tujuan Sebagai pedoman petugas untuk melakukan diagnosis dan penatalaksanaan vertigo
Kebijakan SK Kepala Puskesmas No. tahun 2016 tentang pemberian layanan klinis.
Referensi Permenkes No. 5 tahun 2014 tentang Praktik Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan Primer.
Prosedur 1. Petugas melakukan anamnesis (keluhan utama, riwayat penyakit sekarang,
riwayat penyakit dahulu, riwayat alergi, riwayat penyakit keluarga).
2. Petugas melakukan pemeriksaan vital sign yang diperlukan.
3. Petugas melakukan pemeriksaan fisik yang diperlukan/ yang sesuai.
4. Jika ada indikasi Petugas melakukan pemeriksaan penunjang.
5. Petugas menegakkan diagnosa dan atau differential diagnosis berdasarkan hasil
anamnesa, pemeriksaan vital sign, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang ( jika
diperlukan).
6. Jika ada indikasi pasien bisa diberikan rujukan ke pelayanan kesehatan yang
lebih tinggi.
7. Petugas memberikan terapi sesuai dengan diagnosa yang ditegakkan
BETAHISTIN MELISILAT
 Dosis dewasa : 6-12 mg tiap 8 jam
DIAZEPAM
 Dosis dewasa: 5-30 mg dalam dosis terbagi (maksimal 40 mg/hari)
 Dosis anak:
5-12 tahun: 5 mg tiap 12 jam
12-18 tahun: 10 mg tiap 12 jam
DOMPERIDON
 Dosis dewasa 10-20 mg tiap 4-8 jam
 Dosis anak: 0,2-0,4 mg/kg BB sehari, interval 4-8 jam
Obat diminum 15-30 menit sebelum makan dan sebelum tidur malam
METOKLOPRAMIDE
 Dosis dewasa: 10-20 mg tiap 4-8 jam
8. Petugas memberikan edukasi kepada pasien untuk melalakukan latihan
vesibuler dengan metode brand Daroff yaitu:
Pasien duduk tegak di pinggir tempat tidur dengan kedua tungkai menggantung, dengan
DEMAM TIFOID
No. Dokumen : SOP/UKP/
No. Revisi :
SA
B ID U
AK SA D AY
UA N
G SOP Tanggal Terbit :12 Mei 2016

Halaman : 2/2

PUSKESMAS Salmi, SKM, MM


AIR SANTOK NIP.19720818 199503 2 001

kedua mata tertutup, baringkan tubuh dengan cepat kesalah satu sisi, pertahankan selama
30 detik, setelah itu duduk kembali. Setelah 30 detik, baringkan dengan cepat ke sisi lain.
Pertahankan selama 30 detik, lalu duduk kembali. Latihan dilakukan 3 kali pada pagi,
siang dan malam hari masisng-masing diulang 5 kali serta dilakukan selama 2 minggu atau
3 minggu dengan latihan pagi dan sore hari.
9. Petugas memberikan resep kepada pasien untuk diserahkan ke sub unit farmasi
10. Petugas mendokumentasikan semua hasil anamnesis, pemeriksaan, diagnosis,
terapi rujukan yang telah dilakukan dalam rekam medis pasien.
11. Petugas menyerahkan rekam medis ke petugas simpus untuk dientry.
12. Petugas mendokumentasikan hasil pemeriksaan, diagnosa dan terapi yang sudah
tercatat dalam rekam medis ke data simpus
Unit Terkait Sub unit BP Umum
Sub unit farmasi
Sub unit laboratorium

Rekaman Historis perubahan


No Isi Perubahan Tgl. Mulai Diberlakukan
DINAS KESEHATAN KOTA PARIAMAN
PUSKESMAS AIR SANTOK
Jln.Husni Thamrin Desa Air Santok Kec.Pariaman Timur KP. 25516
SA
BIDUAK SADAYUANG
Telp. (0751) 92144

KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS AIR SANTOK.


NOMOR : /SK/HC-ASTK/V/2016
TENTANG
PENDELEGASIAN WEWENANG DOKTER KEPADA TENAGA PARA MEDIS DI
PUSKESMAS AIR SANTOK
KEPALA PUSKESMAS AIR SANTOK,

Menimbang : a. bahwa demi keberlangsungan pelayanan klinis dokter


perlu mendelegasikan wewenang apabila meninggalkan
tugas dengan tetap melakukan pengawasan;
b. bahwa pemberian obat untuk mengobati seorang pasien
membutuhkan pengetahuan dan pengalaman yang
spesifik;
c. bahwa sehubungan dengan hal sebagaimana di maksud
pada huruf a dan b, maka ditetapkan Surat Keputusan
Kepala Puskemas Air Santok tentang Pendelegasian
Wewenang Dokter Kepada Tenaga Paramedis;

Mengingat : 1. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


512/MENKES/PLR/IV/2007 tentang izin Praktek dan
Pelaksanaan Praktek Kedokteran;
2. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
HK.02.02/MENKES/148/1/2010 tentang Izin
Penyelenggaraan dan Praktek Perawat;
3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
HK.02.02/MENKES/149/1/2010 tentang Izin
Penyelenggaraan dan Praktek Bidan;
4. Peraturan Mentri Kesehatan no 75 tahun 2014 tentang
Puskesmas

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS AIR SANTOK


TENTANG PENDELEGASIAN WEWENANG DOKTER
KEPADA TENAGA PARAMEDIS PUSKESMA AIR
SANTOK.
Kesatu : Dokter mendelegasikan wewenang kepada tenaga paramedis
maupun bidan apabila meninggalkan tugas sebagaimana terlampir
dalam surat keputusan ini.

Kedua : Surat keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan


ketentuan apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan akan
diadakan perbaikan/ perubahan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di : Pariaman
pada tanggal :10 Mei 2016
KEPALA PUSKESMAS AIR SANTOK

Salmi
DINAS KESEHATAN KOTA PARIAMAN
PUSKESMAS AIR SANTOK
Jln.Husni Thamrin Desa Air Santok Kec.Pariaman Timur KP. 25516
SA
BIDUAK SADAYUANG
Telp. (0751) 92144

KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS AIR SANTOK


NOMOR : /SK/HC-ASTK/V/2016
TENTANG
PENANGANAN PASIEN DARURAT DAN GAWAT DARURAT DI PUSKESMAS
AIR SANTOK
KEPALA PUSKESMAS AIR SANTOK,

Menimbang a. bahwa salah satu upaya kesehatan adalah penanggulangan


: penderit darurat dan gawat darurat, baik dalam keadaan sehari –
hari maupun dalam keadaan bencana;
b. bahwa peningkatan upaya penanggulangan penderita darurat dan
gawat darurat dimaksudkan agar tercapai pelayanan yang
optimal, terarah dan terpadu bagi setiap anggita masyarakat
yang dalam keadaan darurat dan gawat darurat sebagai akibat
musibah berupa kecelakaan, bencana maupun penyakit yang di
derita secara mendadak;
c. bahwa sehubungan dengan hal sebagaimana di maksud pada
huruf a dan b, maka ditetapkan Surat Keputusan Kepala
Puskemas Air Santok tentang Penanganan Pasien Darurat dan
Gawat Darurat;

Mengingat : 1. Undang-undang no 29 tahun 2004 tentang praktik kedokteran;


2. Undang-undang no 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah;
3. Undang-undang no 25 tahun 2009 tentang Pelayanan Publik;
4. Undang-undang no 36 tahun 2009 tentang Kesehatan.
5. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
1438/MENKES/Per/IX/2010 tentang Standar Pelayanan
Kedokteran;
6. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
2052/MENKES/Per/IX/2011 tentang Izin Praktek dan
Pelaksanaan Praktek Kedokteran;
7. Peraturan Menteri Kesehatan no 71 tahun 2013 tentang
Pelayanan Kesehatan pada Jaminan Kesehatan Nasional;
8. Peraturan Menteri Kesehatan No 5 tahun 2014 tentang Panduan
Praktek Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan kesehatan
Primer;
9. Peraturan Menteri Kesehatan No 75 tahun 2014 tentang Pusat
Kesehatan Puskesmas;

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS AIR SANTOK


TENTANG PENANGANAN PASIEN DARURAT DAN
GAWAT DARURAT PUSKESMAS AIR SANTOK;

Kesatu : Pasien darurat adalah pasien yang memerlukan penanganan


segera;
Pasien gawat darurat adalah pasien yang membutuhkan
pertolongan segera atas kondisinya yang mengancam jiwa;

Kedua : Penanganan pasien darurat dan gawat darurat di Puskesmas Air


Santok adalah :
a. Pasien darurat dan gawat darurat langsung di bawa ke
ruang tindakan tanpa melalui proses pendaftaran terlebih
dahulu;
b. Proses pendaftaran di lakuakan setelah ada petugas yang
menangani pasien.;
c. Jika lebih dari satu pasien prioritas penanganan oleh
petugas berdasarkan hasil identifikasi pasien menurut
prioritas penanganan (pasien gawat darurat, pasien menurut
tidak gawat, pasien tidak darurat) atau berdasar triase;
Pada pasien gawat darurat yang dirujuk ke fasilitas kesehatan
yang yang lebih tinggi menggunakan sarana transportasi mobil
ambulasn (jika ada), jika mobil ambulan Puskesmas tidak ada
Ketiga : menghubungi rumah sakit yang dituju untuk mengirimkan
ambulans atau menghubungi YES 118;
Pasien gawat darurat yang dirujuk ke fasilitas kesehatan yang
lebih tinggi didampingi petugas yang kompeten;
Keputusan ini berlaku pada tanggal ditetapkan dan apabila
dikemudian hari terdapat kekeliruan dalam ketetapan ini akan
Keempat : diperbaiki sesuai ketentuan

Ditetapkan : di Pariaman
pada tanggal : 10 Mei 2016
KEPALA PUSKESMAS AIR SANTOK
Salmi

DINAS KESEHATAN KOTA PARIAMAN


PUSKESMAS AIR SANTOK
Jln.Husni Thamrin Desa Air Santok Kec.Pariaman Timur KP. 25516
SA
BIDUAK SADAYUANG
Telp. (0751) 92144

KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS AIR SANTOK


NOMOR : /SK/HC-ASTK/V/2016

TENTANG
LAYANAN KLINIS YANG MENJAMIN KESINAMBUNGAN LAYANAN
DI PUSKESMAS AIR SANTOK

KEPALA PUSKESMAS AIR SANTOK,

Menimbang : a. bahwa dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan pada


pasien perlu diberikan layanan klinis yang menjamin
kesinambungan layanan;
b. bahwa untuk melaksanakan maksud tersebut point a, perlu
ditetapkan Keputusan Kepala Puskesmas Air Santok;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 tahun 2004 tentang Praktek
Kedokteran;
2. Undang-Undang Nomor 25 tahun 2009 tentang Palayanan
Publik;
3. Undang-Undang Nomor 23 tahun 2003 tentang Pemerintah
Daerah;
4. Undang-Udang 36 tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan;
5. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
1438/Menkes/Per/IX/2010 tentang Standar Pelayanan
Kedokteran;
6. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
2052/Menkes/Per/X/2011 tentang Izin Praktek dan
Pelaksanaan Praktek Kedokteran;
7. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 5 tahun 2014 tentang
Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter Di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan Primer;
8. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 tahun 2014 tentang
Pusat Kesehatan Masyarakat;

MEMUTUSKAN :

Menetapkan: KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS AIR SANTOK TENTANG


LAYANAN KLINIS YANG MENJAMIN KESINAMBUNGAN
LAYANAN DI PUSKESMAS AIR SANTOK.

Kesatu : Melaksanakan layanan klinis yang terpadu untuk menjamin


kesinambungan layanan pada pasien.
Kedua : Pelayanan Kilinis dilaksanakan di Unit Balai Pengobatan Umum, Unit
Balai Pengobatan Gigi, Unit Kesehatan Ibu dan Anak.
Ketiga : Jika perlu pemeriksaan penunjang yang tidak bisa dilakukan di
Puskesmas atau pasien tidak bisa di tangani di Puskesmas atau
pelayanan yang lebih tinggi.

Ditetapkan : di Pariaman
pada tanggal :10 Mei 2016
KEPALA PUSKESMAS AIR SANTOK

Salmi

DINAS KESEHATAN KOTA PARIAMAN


PUSKESMAS AIR SANTOK
Jln.Husni Thamrin Desa Air Santok Kec.Pariaman Timur KP. 25516
SA
BIDUAK SADAYUANG
Telp. (0751) 92144

KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS AIR SANTOK


NOMOR : /SK/HC-ASTK/V/2016

TENTANG
PELAYANAN KLINIS DI PUSKESMAS AIR SANTOK

KEPALA PUSKESMAS AIR SANTOK,

Menimbang : a. bahwa pasien punya hak untuk memperoleh pelayanan klinis yang
bermutu dan aman;
b. bahwa dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan kesehatan di
Puskesmas Air Santok perlu disusun kebijakan pelayanan klinis dan
keselamatan pasien;
c. bahwa untuk melaksanakan maksud tersebut point a dan b, perlu
ditetapkan Keputusan Kepala Puskesmas Air Santok;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran;
2. Undang-Undang Nomor 25 tahun 2009 tentang Palayanan Publik;
3. Undang-Undang Nomor 23 tahun 2003 tentang Pemerintah Daerah;
4. Undang-Udang 36 tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan;
5. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1438/Menkes/Per/IX/2010
tentang Standar Pelayanan Kedokteran;
6. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 2052/Menkes/Per/X/2011
tentang Izin Praktek dan Pelaksanaan Praktek Kedokteran;
7. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 5 tahun 2014 tentang Panduan
Praktik Klinis Bagi Dokter Di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer;
8. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 tahun 2014 tentang Pusat
Kesehatan Masyarakat;

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS AIR SANTOK TENTANG


PELAYANAN KLINIS DI PUSKESMAS AIR SANTOK.

Kesatu : Menetapkan kebijakan tentang pemberian pelayanan klinis di Puskesmas Air


Santok seperti dalam lampiran Surat Keputusan ini

Kedua : Kebijakan ini dimaksud untuk meningkatkan mutu pelayanan klinis dan
keselamatan pasien.
Ketiga : Segala biaya yang dikeluarkan sebagai akibat pelaksanaan surat keputusan ini
menjadi tanggung jawab Puskesmas Air Santok.
Keempat : Keputusan mulai berlaku pada tanggal ditetapkan dan apabila dikemudian hari
terdapat kekeliruan dalam ketetapan ini akan diperbaiki sesuai ketentuan.

Ditetapkan di Pariaman
pada tanggal ,10 Mei 2016
KEPALA PUSKESMAS AIR SANTOK

Salmi

PELAYANAN KLINIS
No. Dokumen : SOP/UKP/

SA
B ID U
AK SA D AY
UA N
G SOP No. Revisi :
Tanggal Terbit :12 Mei 2016
Halaman : 1/2

PUSKESMAS Salmi, SKM, MM


AIR SANTOK NIP.19720818 199503 2 001
Pengertian Pelayanan klinis adalah proses pemberian pelayanan kepada pasien sesuai dengan
masalah kesehatan yang di hadapi pasien.
Tujuan Sebagai pedoman petugas di dalam melakukan pelayanan klinis.
Kebijakan SK Kepala Puskesmas Air Santok no. Tahun ...Tentang pemberian layanan klinis
Referensi
Prosedur 1. Petugas menerima rekam medis dari petugas pendaftaran.
2. Petugas memenggil pasien sesuai nomor urut.
3. Petugas mencocokkan identitas pasien dengan identitas dalam rekam medis
pasien.
4. Bila tidak sesuai, petugas konfirmasi ulang ke petugas pendaftaran sampai
terjadi kesesuaian.
5. Petugas melakukan anamnesa penyakit (keluhan utama), bila identitas sudah
sesuai dengan rekam medis
6. Petugas melakukan pemeriksaan vital sign yang di perlukan.
7. Petugas memberikan rekam medis ke ruang periksa.
8. Pemeriksa memanggil pasien ke ruang periksa.
9. Pemeriksa melakukan pemeriksaaan fisik yang di perlukan / yang sesuai.
10. Pemeriksa menegakkan diagnosa dan atau differential diagnosa berdasarkan
hasil anmnesa, pemeriksaan vital sign dan pemeriksaan fisik.
11. Pemeriksa dapat merujuk untuk pemeriksaan penunjang atau konsultasi ke sub
unit lain, bila ada indikasi.
12. Pemeriksa dapat memberikan tindakan medis kepada pasien, bila ada indikasi.
13. Petugas meminta pasien (bagi yang tidak punya jaminan kesehatan ) ke kasir
untuk membayar biaya tindakan bila pasien mendapatkan tindakan medis
14. Pemeriksa dapat memberikan rujukan ke pelayanan kesehatan yang lebih
tinggi, bila ada indikasi.
15. Bila diperlukan pemeriksa dapat mengkaji ulang anamnesa, vital sign dan
pemeriksaan fisik pasien untuk mendiagnosa ulang penyakit pasien berdasarkan hasil
pemeriksaan penunjang / hasil konsultasi sub unit lain / hasil tindakan yang telah di
berikan.
16. Pemeriksa memberikan terapi sesuai dengan diagnosa yang di tegakkan sesuai
standar.
17. Pemeriksa memberikan resep kepada pasien untuk mengambil obat di unit
farmasi

PELAYANAN KLINIS
No. Dokumen : SOP/UKP/

SA
B ID U
AK SA D AY
UA N
G SOP No. Revisi :
Tanggal Terbit :12 Mei 2016
Halaman : 1/2

PUSKESMAS Salmi, SKM, MM


AIR SANTOK NIP.19720818 199503 2 001
18. Petugas mendokumentasi dalam rekam medis semua hasil pemeriksaan
diagnosa, tindakan dan terapi / rujukan yang telah dilakukan
19. Petugas mendokumentasikan hasil pemeriksaan, diagnosa dan terapi yang
sudah tercatat kedalam rekam medis data simpus.

Unit Terkait 1. Unit pendaftaran dan Rekam medis.


2. Unit BP umum
3. Unit BP gigi
4. Unit KIA KB
5. Unit Farmasi
6. Unit Farmasi
7. Konsultasi berhenti merokok.

Rekaman Historis perubahan


No Isi Perubahan Tgl. Mulai Diberlakukan

PENANGANAN PASIEN GAWAT


DARURAT
No. Dokumen : SOP/UKP/
SA
B ID U
AK SA D AY
UA N
G

SOP No. Revisi :


Tanggal Terbit :12 Mei 2016
Halaman : 1/2

PUSKESMAS Salmi, SKM, MM


AIR SANTOK NIP.19720818 199503 2 001

Pengertian Penanganan pasien gawat darurat adakah proses penilaian dan pengelolaan pasein yang
membutuhakan pertolongan segera atas kondisinya yang mengancam jiwa.
Tujuan Sebagai acuan petugas untuk melakukan penanganan kasus gawat darurat.
Kebijakan SK Kepala Puskesmas Air Santok no. Tahun ...Tentang penanganan pasien darurat
dan gawat darurat.
Referensi 1. Departemen Kesehatan RI. Pelayanan keperawatan gawat darurat di RS. 2005
2. Palang Merah Indonesia.Penanggulangan Penderita Gawat Darurat.
Yogyakarta. 2012
3. Peraturan Mentri Kesehatan RI nomor 75 tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan
Masyarakat
Prosedur 1. Petugas menerima pasien.
2. Petugas mencuci tangan.
3. Petugas memakai Alat Pelindung Diri (APD) sesuai kebutahan (handscoon,
masker).
4. Petugas menempatkan pasien pada tempat yang di sesuaikan.
5. Bila pasien lebih dari satu, petugas mengidentifikasi pasien berdasarkan
prioritas penanganan ( pasien gawat darurat, pasien darurat tidak gawat, pasien tidak
darurat)
6. Petugas menilai kesadaran pasien.
7. Petugas mengecek airway (kelancaran jalan nafas) dan melakukan tindakan
bila terjadi sumbatan jalan nafas.
8. Petugas memastikan pernafasan tidak terganggu, apabila terjadi gangguan,
petigas memberikan bantuan nafas.
9. Petugas mengecek adanya perdarahan , jika ada perdarahan, petugas
melakukan tindakan untuk menghentikan perdarahan.
10. Bila terjadi tanda-tanda kekurangan cairan, petugas memasang IV line.
11. Bila terjadi henti jantung, petugas melakukan resusitasi jantung paru pada usia
>1 tahun rasio pijat : nafas = 30 : 2, Bayi < 1 tahun rasio pijat : nafas = 15 : 2, setelah
3 siklus pijat nafas, evaluasi sirkulasi.
12. Petugas memeriksa pada seluruh tubuh penderita untuk melihat tanda - tanda
kegawatan yang mungkin tidak terlihat.
13. Petugas memberikan obat sesuai kebutuhan pasien.
14. Petugas memastikan pasien dalam kondisi stabil.
15. Petugas melakukan rujukan ke fasilitas yang lebih tinggi, apabila di perlukan.

PENANGANAN PASIEN GAWAT


DARURAT
No. Dokumen : SOP/UKP/
SA
B ID U
AK SA D AY
UA N
G

SOP No. Revisi :


Tanggal Terbit :12 Mei 2016
Halaman : 2/2

PUSKESMAS Salmi, SKM, MM


AIR SANTOK NIP.19720818 199503 2 001
16. Petugas mendokumentasikan alat dan bahan habis pakai yang di gunakan.
17. Petugas mendokumentasikan kegiatan dalam rekam medis.

Unit Terkait 1. Unit BP umum


2. Unit BP gigi
3. Unit KIA – gizi.

Rekaman Historis perubahan


No Isi Perubahan Tgl. Mulai Diberlakukan

PEMASANGAN INFUS
No. Dokumen : SOP/UKP/
No. Revisi :
SA
B ID U
AK SA D AY
UA N
G
SOP Tanggal Terbit :12 Mei 2016
Halaman : 1/2

PUSKESMAS Salmi, SKM, MM


AIR SANTOK NIP.19720818 199503 2 001
Pengertian Pemberian cairan intravena ( infus ) yaitu memasukkan cairan atau obat langsung ke
dalam pembuluh darah vena dalam jumlah dan waktu tertentu dengan infus set.

Tujuan Sebagai pedoman petugas untuk pemberian cairan intra vena kepada pasien yang
membutuhkan bantuan tambahan cairan atau obat karena penyakitnya.

Kebijakan SK Kepala Puskesmas Air Santok no. Tahun ...Tentang penggunaan dan
pemberian obat dan atau cairan intra vena.
Referensi Potter dan Perry. Buku ajar fundamental keperawatan, vol 2. EGC. Jakarta . 2006
Prosedur PERSIAPAN :
1. Petugas mempersiapkan alat - alat yang di perluka :
a. IV chateter (abocath) sesuai dengan ukuran yang di butuhkan.
b. Infus set / bloob set.
c. Cairan infus sesusi kebutuhan.
d. Standar infus.
e. Tali pembendung (torniquet)
f. Kapas alkohol 70% dalam tempatnya.
g. Betadine dalam tempatnya.
h. Kassa steril.
i. Sarung tangan steril.
j. Plester.
k. Plester.
l. Gunting Verban
m. Pengalas
n. Spalak bila perlu (untuk anak - anak)
2. Petugas membawa alat - alat yang diperlukan ke dekat pasien.
PELAKSANAAN :
1. Petugas melakukan identifikasi pasien.
2. Petugas mempersiapkan psikologi pasien.
3. Petugas menjelaskan tentang tujuan tindakan, tindakan yang akan di
lakukan dengan bahasa yang mudah di pahami oleh pasien atau keluarganya
4. Petugas memberikan formulir persetujuan tindakan oleh pasien atau
keluarganya.
5. Petugas mengatur cahaya agar penerangan baik.
6. Petugas memasang infus set cairan dengan cara :

PEMASANGAN INFUS
No. Dokumen : SOP/UKP/
No. Revisi :
SA
B ID U
AK SA D AY
UA N
G
SOP Tanggal Terbit :12 Mei 2016

Halaman : 2/2

PUSKESMAS Salmi, SKM, MM


AIR SANTOK NIP.19720818 199503 2 001
a. Petugas membuka infus set dan membuka bagian klem hingga 10 cm dari bagian
ruang tetesan dan / tutup klem dengan cara di geser ke bawah.
b. Petugas menghubungkan infus set dengan botol cairan infus kemudian
menggantungkan.
c. Petugas mengisi cairan pada infus set dengan menekan bagian ruang tetesan
hingga terisi sebagian, kemudian membuka klem dan mengalirkan cairan hingga slang
terisi dan udaranya ke luar.
7. Petugas memilih vena yang akan dilakukan penusukan.
8. Petugas meletakkan pengalas.
9. Petugas menyiapkan plester.
10. Petugas melakukan pembendungan di atas vena yang akan di tusuk.
11. Petugas cuci tangan.
12. Petugas memakai sarung tangan steril.
13. Petugas melakukan disenfeksi daerah yang akan di tusuk dengan kapas alkohol.
14. Petugas menusukkan IV chateter ( abocath) kedalam vena secara perlahan
dengan lubang jarum menghadap ke atas .
15. Bila berhasil darah akan ke luar dan terlihat melalui indikator. Petugas
memasukkan seluruh cateter dan menarik bagian jarumnya, kemudian menyambungkan
pada slang infus.
16. Petugas membuka torniquit, membuka slang infus untuk melihat kelancaran
tetesan.
17. Bila lancar, petugas mengamankan IV cateter dengan cara di plester.
18. Petugas meletakkan kassa steril yang sudah di oles betadine, lalu menempelkan
pada vena yang di tusuk kemudian merekatkan dengan plester.
19. Petugas memasang plester berikutnya untuk mengamankan slang infus.
20. Petugas memasang spalk bila perlu.
21. Petugas mengatur tetasan infus sesuai kebutuhan.
22. Petugas merapikan pasien dan membereska alat -alat.
23. Petugas melepas sarung tangan.
24. Petugas mencuci tangan.
Unit Terkait 1. Unit BP umum
Rekaman Historis perubahan
No Isi Perubahan Tgl. Mulai Diberlakukan

DIABETES MILITUS
No. Dokumen : SOP/UKP/

SA
B ID U
AK SA D AY
UA N
G SOP No. Revisi :
Tanggal Terbit :12 Mei 2016
Halaman : 1/2

PUSKESMAS
Salmi, SKM, MM
AIR SANTOK
NIP.19720818 199503 2 001
Pengertian Diabetes militus adalah suatu penyakit yang di tandai dengan polifagia, poliuric,
polidipsi dan penurunan berat badan yang tidak jelas sebabnya.
Tujuan Sebagai pedoman petugas untuk menegakan diagnosis dan penatalaksanaan Diabetes
Militus.
Kebijakan SK Kepala Puskesmas Air Santok No. tahun tentang Pemberian Layanan Klinis.
Referensi Dinas kesehatan Kota Pariaman 2015 tentang Pedoman Pengobatan Puskesmas di
Wilayah Kota Pariaman.
Prosedur 1. Petugas melakukan anamnesis (keluhan utama, riwayat penyakit sekarang,
riwayat penyakit dahulu, riwayat alergi, riwayat penyakit keluarga)
2. Petugas melakukan pemeriksaan vital sign yang diperlukan.
3. Petugas melakukan pemeriksaan fisik yang diperlukan/ yang sesuai.
4. Jika ada indikasi petugas melakukan pemeriksaan penunjang.
5. Petugas menegakkan diagnosa dan atau differential diagnosis berdasarkan
hasil anamnesa, pemeriksaan vital sign, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang ( jika diperlukan)
6. Petugas memberikan terapi sesuai dengan diagnosa yang di tegakkan :
PENATALAKSANAAN KETERANGAN
JENIS OBAT DOSIS
Metformin tab 500mg 3 x sehari 1
tablet
Glimepirid tablet 2 mg 1-2 x sehari 1
tablet
Glibenklamid tab 5 mg 1-2 x sehari 1
tablet
7. Petugas memberikan edukasi kepada pasien dan atau keluarganya mengatur
pola makan, konsumsi obat-obatan secara rutin dan tuntas
8. Petugas memberikan resep kepada pasien untuk diserahkan ke sub unit
farmasi
9. Petugas mendokumentasikan semua hasil anamnesis, pemeriksaan, dan
diagnosis.
10. Petugas menyerahkan rekam medis ke petugas simpus untuk dientry.

Unit terkait 1. BP umum

DIABETES MILITUS
No. Dokumen : SOP/UKP/
No. Revisi :
SA
B ID U
AK SA D AY
UA N
G
SOP Tanggal Terbit :12 Mei 2016
Halaman : 1/2
PUSKESMAS
AIR SANTOK Salmi, SKM, MM
NIP.19720818 199503 2 001

Rekaman Historis perubahan


No Isi Perubahan Tgl. Mulai Diberlakukan

DINAS KESEHATAN KOTA PARIAMAN


PUSKESMAS AIR SANTOK
Jln.Husni Thamrin Desa Air Santok Kec.Pariaman Timur KP. 25516
SA
BIDUAK SADAYUANG
Telp. (0751) 92144

KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS AIR SANTOK


NOMOR :

TENTANG PENYUSUNAN INDIKATOR KLINIS DAN INDIKATOR PERILAKU


PEMBERI LAYANAN KLINIS
KEPALA PUSKESMAS AIR SANTOK,
Menimbang : a. Bahwa untuk menyelenggarakan pelayanan klinis yang bersaing,
maka perlu keterlibatan tenaga klinis dalam upaya peningkatan mutu
layanan klinis secara berkesinambungan.
b. Bahwa untuk meningkatkan mutu layanan klinis, maka perlu di
lakukan penyusunan indikator klinis dan indikator perilaku pemberi
layanan klinis.
c. Bahwa berdasarkan pertimbangan pada huruf a dan b, perlu
menetapkan Keputusan Kepala UPTD Puskesmas Air Santok tentang
Penyusunan Indikator Klinis dan Indikator Perilaku Pemberi Layanan
Klinis.

Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia nomor 36 tahun 2009 tentang


kesehatan.
2. Undang-Undang Republik Indonesia nomor 29 tahun 2004 tentang
Praktek Kedokteran.
3. Peraturan Pemerintah nomor 32 tahun 1996 tentang tenaga kesehatan
4. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor nomor 75 tahun 2014 tentang
Pusat Kesehatan Masyarakat.
5. Keputasan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor
1333/Menkes/SK/XII/1999 tentang Standar Pelayanan Rumah Sakit.

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : Keputusan Kepala Puskesmas Air santok tentang Penuusunan Indikator Klinis
dan Indikator Perilaku Pemberi Layanan Klinis di Puskesmas Air Santok.

KESATU : Menetapkan indikator klinis dan indikator perilaku pemberi layanan klinis
sebagaimana terlampiran dalam keputusan ini.

KEDUA : Penyusunan indikator klinis dan indikator perilaku pemberi layanan klinis di
laksanakan dengan melibatkan tenaga klinis.
KETIGA : Keputusan mulai berlaku pada tanggal ditetapkan dan apabila dikemudian hari
terdapat kekeliruan dalam ketetapan ini akan diperbaiki sesuai ketentuan.

Ditetapkan di Pariaman
Pada tanggal ,10 Mei 2016
Kepala Puskesmas Air Santok

Salmi
Daftar lampiran : Surat keputusan kepala pukesmas nomor /2016
Tentang : Penyusunan indikator klinis dan indikator perilaku pemberi layanan klinis
Tanggal :

INDIKATOR KLINIS
No. Jenis Pelayanan Indikator Standar
1 Pendaftaran & RM Kelengkapan dan ketepatan pengisian 80%
rekam medis
Kepuasan pelanggan 79,7%
2 Bp Umum Kepatuhan memberi tanda tangan dan nama 85%
dokter pada penulisan resep psikotropika di
rekap medis pada penderita gangguan jiwa
berat
Kepuasan pelanggan 80,25%
3 Bp Gigi Pencabutan gigi tetap penyulit dengan Maksimal 5%
komplikasi
Kepuasan pelanggan 87,41%
4 KIA-KB Kejadian KIPI kategori berat 0%
Kepuasan pelanggan 80,09%
5 Farmasi Tidak adanya kejadian kesalahan pemberian 100%
obat
Kepuasan pelanggan 80,52%
6 Gizi Balita gizi buruk dikonsulkan dokter 50%
Kepuasan pelanggan 79,95%
7 Laboratorium Kejadian hamatoma setelah pengambilan 0%
dara vena
Kepuasan pelanggan 87,78%

TRANSPORTASI RUJUKAN
No. Dokumen : SOP/UKP/
No. Revisi :
SA
B ID U
AK SA D AY
UA N
G
SOP Tanggal Terbit :12 Mei 2016
Halaman : 1/2

PUSKESMAS Salmi, SKM, MM


AIR SANTOK NIP.19720818 199503 2 001

Pengertian Transportasi rujukan adalah sarana transportasi yang digunakan untuk


melakukan pengiriman pasien ke tempat tujuan rujukan.
Tujuan Sebagai pedoman petugas untuk melakukan transportasi rujuakan.
Kebijakan Surat keputusab kepala pukesmas air santok nomor tahun 2016 tentang
penanganan pasien darurat dan gawat darurat.
Referensi 1. Depertemen Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman Rujukan Medis
Pukesmas. Jakarta. 1991
2. Peraturan Gubernur Sumatra Barat Nomor Tahun 2016 tentang pedoman
pelayanan kesehatan

Prosedur 1. Jika pasien stabil dan tidak dalam kondisi gawat darurat, petugas bisa
menggunakan mobil ambulans atau kendaraan pribadi berdasarkan kesepakatan
petugas dan pasien.
2. Jika pasien dalam kondisi gawat darurat, petugas menggunakan mobil ambulans
sebagai transportasi rujukan dan didampingi petugas yang kompeten.
3. Jika pasien dalam kondisi gawat darurat, ambulans pukesmas tidak ada, petugas
menghubungi rumah sakit yang dituju untuk mengirimkan ambulans atau
menghubungi YES 118 dengan nomor telepon :

Unit Terkait 1. Unit Pendaftaran Dan Rekam Medis


2. Unit BP-Umum
3. Unit KIA-KB

Rekaman histori perubahan


No. Isi Perubahan Tgl. Mulai Dibelakukan

Anda mungkin juga menyukai