PENDAHULUAN
1
Berdasarkan data diatas penulis tertarik dalam membuat laporan
kasus dengan judul “Asuhan Kebidanan Pada Bayi “E” Usia 4 Bulan dengan
Bronkopneumonia di Ruang Anak RSUD Kota Tanjungpinang 11sampai 14
September 2014”.
2
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Definisi
Bronkopneumonia adalah suatu cadangan pada parenkim paru yang
meluas sampai bronkioli atau dengan kata lain peradangan yang terjadi
pada jaringan paru melalui cara penyebaran langsung melalui saluran
pernapasan atau melalui hematogen sampai ke bronkus. (Sujono Riyadi
dan Sukarmin, 2009).
Bronkopneumonia adalah merupakan peradangan pada parenkim
paru yang disebabkan oleh bakteri, virus, jamur, ataupun benda asing yang
ditandai dengan gejala panas yang tinggi, gelisah, dispnea, napas cepat
dan dangkal, muntah, diare, serta batuk kering dan produktif. (A. Aziz Alimul
Hidayat, 2008).
Bronkopneumoni adalah salah satu jenis pneumonia yang
mempunyai pola penyebaran berbercak, teratur dalam satu atau lebih area
terlokalisasi di dalam bronchi dan meluas ke parenkim paru yang
berdekatan di sekitarnya. (Smeltzer & Suzanne C, 2005)
Bronkopneumonia adalah bronkiolus terminal yang tersumbat oleh
eksudat, kemudian menjadi bagian yang terkonsolidasi atau membentuk
gabungan di dekat lobulus, disebut juga pneumonia lobaris (Wong, 2008).
Kesimpulannya bronkopneumonia adalah jenis infeksi paru yang
disebabkan oleh agen infeksius dan terdapat di daerah bronkus dan sekitar
alveoli.
2.2 Etiologi
Secara umun individu yang terserang bronchopneumonia
diakibatkan oleh adanya penurunan mekanisme pertahanan tubuh
terhadap virulensi organisme patogen. Orang yang normal dan sehat
mempunyai mekanisme pertahanan tubuh terhadap organ pernafasan yang
terdiri atas : reflek glotis dan batuk, adanya lapisan mukus, gerakan silia
3
yang menggerakkan kuman keluar dari organ, dan sekresi humoral
setempat.
Timbulnya bronchopneumonia disebabkan oleh virus, bakteri,
jamur, protozoa, mikobakteri, mikoplasma, dan riketsia. (Sandra M. Nettiria,
2005) antara lain:
1. Bakteri seperti Streptococcus, Staphylococcus, H. Influenzae, Klebsiella.
2. Virus seperti Legionella pneumoniae
3. Jamur seperti Aspergillus spesies, Candida albicans
4. Aspirasi makanan, sekresi orofaringeal atau isi lambung ke dalam paru-
paru
5. Terjadi karena kongesti paru yang lama.
Sebab lain dari pneumonia adalah akibat flora normal yang terjadi
pada pasien yang daya tahannya terganggu, atau terjadi aspirasi flora
normal yang terdapat dalam mulut dan karena adanya pneumocystis cranii,
Mycoplasma. (Smeltzer & Suzanne C, 2004 dan Sandra M. Nettina, 2005)
2.3 Fisiologi
Sistem tubuh yang berperan dalam kebutuhan oksigenasi terdiri atas
saluran bagian atas,bagian bawah dan paru.
1. Saluran pernafasan bagian atas terdiri dari nafas anterior yang memuat
kelenjar sebaseus dengan di tutupi bulu yang kasar dan bermuara ke
rongga hidung.rongga hidung yang di lapisi selaput lendir yang
mngandung pembuluh darah.proses oksigenasi diawali dengan
penyaringan udara yang masuk melalui hidung.kemudian dihangatkan
sementara di lembabkan (Sandra M. Nettina, 2005).
Faring,laring, merupakan pipa yang memiliki otot memanjang dari
dasar tengkorak sampai esofagus yang terletak di belakang nasofaring di
belakang mulut dan di belakang faring.
Laring merupakan saluran pernafasan setelah faring yang terjadi
dari atas bagian dari tulang rawan yang di ikat bersama ligamen dan
membran,terdiri atas 2 lapisan yang bersambung di garis tengah
4
Epiglotis merupakan katup tulang rawan yang bertugas menutup
laring pada saat proses makanan.
2. Saluran pernafasan bawah terdiri dari
Trakea sebagai batang tengkorak,memiliki panjang kurang lebih 9 cm
yang dimulai dari laring sampai kira-kira ketingian vertebrata torakalis
kelima. Bronkus merupakan bentuk percabaan/kelanjutan dari trachea
yang terdari atas percabangan kanan dan kiri. Bronchiolus merupakan
saluran percabangan setelah bronkus.
3. Paru
Merupakan organ utama dalam sistem pernafasan.paru terletak dalam
rongga toraks setinggi tulang selangka sampai tulang diafragma.
2.4 Patofisiologi
Bakteri, virus atau jamur masuk ke dalam paru-paru melalui saluran
pernafasan secara percikan (droplet).
1. Stadium kongesti (4-12 jam pertama)
Kapiler melebar dan kongesti, serta di dalam alveolus terdapat eksudat
jernih, bakteri dalam jumlah banyak, beberapa neutrofil dan makrofag.
2. Stadium hepatisasi merah (48 jam berikutnya)
Lobus dan lobulus yang terkena menjadi padat dan tidak mengandung
udara, merah dan pada perabaan seperti hepar. Dalam alveolus
didapatkan florin, leukosit, neutrofil dan banyak sekali eritrosit dan
kuman. Stadium ini berlangsung sangat pendek.
3. Stadium hepatisi kelabu (3-8 hari)
Lobus masih tetap padat dan warna merah menjadi pucat kelabu.
Permukaan pleura suram karena diliputi oleh fibrin. Alveolus terisi fibrin
dan leukosit, tempat terjadi fotositosis pneumococcus.
4. Stadium resolusi (4-11 hari)
Eksudat berkurang dalam alveolus makrofag bertambah dan leukosit
mengalami nekrosis dan degenerasi lemak, fibrin direabsorbsi dan
menghilang (Sujono Riyadi & Sukarmin, 2009).
5
2.5 Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi adalah empiema, otitis media akut,
mungkin juga komplikasi lain yang dekat seperti atelektosis, emfisema, atau
komplikasi jauh seperti meningitis, komplikasi tidak terjadi bila diberikan
antibiotik secara tepat (Ngastiyah, 2005).
2.6 Prognosis
Dengan pemberian antibiotik yang tepat dan adekuat, mortalitas
dapat diturunkan sampai kurang dari 1%. Bila pasien disertai Malnutrisi
Energi Protein (MEP) dan pasien yang datang terlambat angka
mortalitasnya masih tinggi (Ngastiyah, 2005).
6
2.8 Pemeriksaan penunjang
Untuk dapat menegakkan diagnosa dapat digunakan cara:
1. Pemeriksaan Laboratorium
a. Pemeriksaan darah
Pada kasus bronkopneumonia oleh bakteri akan terjadi leukositosis
(meningkatnya jumlah neutrofil). (Sandra M. Nettina, 2005)
b. Pemeriksaan sputum
Bahan pemeriksaan yang terbaik diperoleh dari batuk yang spontan
dan dalam. Digunakan untuk pemeriksaan mikroskopis dan untuk
kultur serta tes sensitifitas untuk mendeteksi agen infeksius.
c. Analisa gas darah untuk mengevaluasi status oksigenasi dan status
asam basa. (Sandra M. Nettina, 2005)
d. Kultur darah untuk mendeteksi bakteremia
e. Sampel darah, sputum, dan urin untuk tes imunologi untuk
mendeteksi antigen mikroba. (Sandra M. Nettina, 2005)
2. Pemeriksaan Radiologi
a. Rontgenogram Thoraks
Menunjukkan konsolidasi lobar yang seringkali dijumpai pada infeksi
pneumokokal atau klebsiella. Infiltrat multiple seringkali dijumpai pada
infeksi stafilokokus dan haemofilus.
b. Laringoskopi/ bronkoskopi untuk menentukan apakah jalan nafas
tersumbat oleh benda padat. (Sandra M, Nettina, 2005)
2.9 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Menurut (Sujono Riyadi & Sukarmin, 2009).
a. Terapi
7
1) Pemberian obat antibiotik penisilin 50.000 U/Kg BB/hari, ditambah
dengan kloramfenikol 50-70 mg/Kg BB/hari atau diberikan antibiotik
yang mempunyai spektrum luas seperti ampisilin. Pengobatan ini
diteruskan sampai bebas demam 4-5 hari. Pemberian obat kombinasi
bertujuan untuk menghilangkan penyebab infeksi yang kemungkinan
lebih dari 1 jenis juga untuk menghindari resistensi antibiotik.
2) Koreksi gangguan asam basa dengan pemberian oksigen dan
cairan intravena, biasanya diperlukan campuran glukusa 5 % dan Nacl
0,9 % dalam perbandingan 3:1 ditambah larutan Kcl 10
mEq/500ml/botol infus.
3) Karena sebagian besar pasien jatuh kedalam asidosis metabilisme
akibat kurang makan dan hipoksia, maka dapat diberikan koreksi
sesuai dengan hasil analisa gas darah arteri.
4) Pemberian makanan enteral bertahap melalui selang nasogastrik
pada penderita yang sudah mengalami perbaikan sesak nafas.
5) Jika sekresi lendir berlebihan dapat diberiakan inhalasi dengan salin
normal dan beta agonis untuk memperbaiki transport mukosilier
seperti pemberian terapi nebulizer dengan flexotid dan ventolin. Selain
bertujuan mempermudah pengeluaran dahak juga dapat
meningkatkan lebar lumen bronkus.
Terapi inhalasi merupakan istilah yang menekankan pada berbagai
terapi yang melibatkan perubahan komposisi, volume, atau tekanan gas
yang diinspirasi. Terapi ini terutama mencangkup peningkatan konsentrasi
oksigen pada gas yang diinspirasi (terapi oksigen), peningkatan uap air
yang terkandung di dalam gas inspirasi (terapi humidifikasi), penambah
partikel udara dengan zat lain yang bermanfaat (terapi aerosol), dan
pemakaian berbagai alat untuk mengendalikan atau membantu pernafasan
(ventilasi buatan, tekanan jalan nafas positif) (Wong, 2008). Terapi inhalasi
adalah pemberian obat secara inhalasi (hirupan) ke dalam saluran
respiratori (IDAI, 2008). Terapi inhalasi yaitu merupakan obat cair yang
mengandung larutan dalam udara (Ringel Edward, 2012).
8
BAB III
TINJAUAN KASUS
9
B. RIWAYAT ANTENATAL
P2A0H2 Usia kehamilan : 39 minggu
Pemeriksaan kehamilan : Rutin setiap bulan
Penyakit yang menyertai kehamilan : Tidak ada
Kebiasaan waktu hamil : Tidak ada
Komplikasi ibu dan janin : Tidak ada
C. RIWAYAT INTRANATAL
Jenis persalinan : Normal
Penolong persalinan : Dokter
Tempat persalinan : Klinik Bersalin
Komplikasi Persalinan : Tidak ada
Ketuban Pecah : Spontan
Keadaan bayi saat lahir : Merintih, warna kulit kemerahan,dan
gerakannya aktif.
D. KEADAAN BAYI
BB/PB : 3000gr/48cm
A/S : Tidak dilakukan
Caput sucedneum : Tidak ada
Cephal hematoma : Tidak ada
Cacat bawaan : Tidak ada
Resusitasi : Rangsangan : iya
Penghisapan lender : iya
Ambubag : Tidak ada
Intubasi indotrakeal : Tidak ada
O2 : Ada
10
Antropometri
BB :4600 gr LD : 33 cm
PB : 50 cm LILA : 15 cm
LK : 35 cm
2. Pemerisaan Fisik
a. Kepala
UUK : Datar/normal Caput Succedenum : Tidak ada
UUB : Datar/normal Cephal Hematoma : Tidak ada
Bentuk : Simetris Moulage : Tidak ada
b. Mata
Bentuk : Simetris Konjungtiva : Merah muda
Tanda Infeksi : Tidak ada Sklera : Tidak kuning
c. Hidung
Bentuk :Simetris Pernafasan : cuping hidung
Lubang : 2 lubang kanan/kiri
d. Mulut
Bentuk : Simetris R. Rooting : ada (+)
Bibir : Pucat, kering R. Sucking : ada (+)
Langit-langit : Tidak ada kelainan Gusi : Kemerahan
Lidah : Tidak ada bintik putih Sekret : Tidak kuning
e. Telinga
Bentuk : Simetris Dauk : ada
Pengeluaran : Tidak ada Lekak : ada
f. Leher
Pembengkakan dan Pembesaran Kelenjar : Tidak ada
Reflek Tonic neck : ada (+)
g. Dada
Bentuk : Simetris Bunyi nafas : Ronchi
Putting susu : Tenggelam/simetris Retraksi : Ada
Bunyi jantung : Teratur
11
h. Bahu, lengan dan tangan
Gerakan : aktif R. Graps : ada (+)
Jumlah jari : lengkap
i. Abdomen
Bentuk : simetris
Tali pusat : menonjol
Penonjolan sekitar talpus : ada saat menangis
Perdarahan talpus : tidak ada
k. Tungkai
Gerakan : aktif R. walking and stapping : ada (+)
Jumlah jari : lengkap R. babinsky : ada (+)
l. Punggung
Benjoan/cekungan : Tidak ada
R. gallant : ada (+)
m. Anus : berlubang
n. Kulit
Warna : kemerahan
Pembengkakan : tidak ada
Bercak hitam : tidak ada
Lanugo : ada dipunggung dan bahu
Tanda lahir : tidak ada
3. PEMERIKSAAN PENUNJANG :
Hasil Laboratorium
Hb : 12,4 gr% Trombosit :329.000 mm3
Leukosit : 11.500 mm3 PVC : 38 v%
Eritrosit : 4,8 jt/mm3 Gol. Darah :O
12
3.3 ASSESMENT
Diagnosa : Bayi “E” usia 4 bulan dengan bronkopneumonia
Masalah : Peningkatan suhu tubuh
Kebutuhan : Terapi antibiotik
Pemenuhan kebutuhan cairan
Kompres seluruh tubuh
Diagnosa Potensial : Bronkopneumonia akut, meningitis, emfisema
Tindakan Segera : Kolaborasi dengan Dokter Spesialis Anak
Melanjutkan Infus D5-1/4NS 8 tetes/menit
Menginjeksi cefoferazone 1x200mg
Menginjeksi Ceftriaxone 1x200mg
Memberikan Paracetamol syrup 3x 2ml
Memberikan Ambroxol 3x 1/5 tablet
3.4 PLANNING
1. Memberitahukan keluarga mengenai keadaan bayinya saat ini bahwa
keadaan bayinya kurang baik, nadi 112x/menit, suhu 380C, nafas
72x/menit, berat badan bayi yaitu 5000 gram. Keluarga mengerti.
2. Memberi panjelasan pada keluarga mengenai masalah yang dihadapi
bayinya kini adalah bronkopneumonia yaitu penyakit saluran pernapasan
dan radang paru karena adanya infeksi sehingga dapat menyebabkan
peningkatan suhu tubuh. Hal ini jika tidak cepat ditangani akan dapat
menimbulkan bronkopneumonia akut, meningitis, emfisema dan lain-lain.
Keluarga mengerti.
3. Menganjurkan pada keluarga pasien untuk kompres seluruh tubuh bayinya
jika suhu tubuh meningkat yaitu lebih dari 37,20C. Keluarga mengerti.
4. Memberikan pendidikan kesehatan pemenuhan pola nutrisi yang baik yaitu
dengan memberikan ASI secara on demand atau memberikan makanan
pengganti ASI secara teratur untuk menjaga ketahanan tubuh bayi agar
tetap sehat serta penting dalam peningkatan berat badan bayi. Keluarga
mengerti.
13
5. Memberi terapi obat- obatan pada bayi yaitu :
a. Cefoferazone 1 x 200mg
b. Ceftriaxone 1x 200mg
c. Paracetamol 3 x 2ml
d. Ambroxol 3 x 1/5 tablet
Terlaksana
6. Memantau IVFD Dex 10 % 8 tetes/menit.
Terlaksana
7. Melakukan pemantauan TTV bayi dengan mengukur suhu, nadi, dan
pernapasannya. Terlaksana
CATATAN PERKEMBANGAN
14
Nama klien : Bayi Ny. S No. MR : 058185
Diagnosis Medis : bronchopneumonia Ruang Rawat : Kamar 8
Tanggal/Pukul SOAP
P:
1. Menjelaskan tentang kondisi bayinya yaitu nadi,
142x/menit, suhu 38,1OC, pernapasan 68x/menit,
berat badan 5000 gram. Ibu mengerti
21.10 WIB 2. Menjaga personal hygiene yaitu mengganti pempers
yang terkena BAB dan BAK. Terlaksana
21.20 WIB 3. Mengompres seluruh tubuh pasien dengan air hangat.
Terlaksana
15
21.30 WIB 4. Memberikan obat panas dan batuk. Terlaksana
22.10 WIB 5. Memantau infuse D5-1/4NS 8 tetes/menit. Terlaksana
6. Melakukan pemantauan TTV bayi dengan mengukur
22.30 WIB suhu, nadi dan pernapasannya. Terlaksana
16
10.00 WIB Ceftriaxone 1x 200mg. Terlaksana
4. Memberikan obat panas dan batuk. Terlaksana
13.30 WIB 5. Memantau infuse D5-1/4NS 8 tetes/menit. Terlaksana
6. Melakukan penimbangan berat badan bayi yaitu 4800
13.40 WIB gram. Terlaksana
7. Melakukan pemantauan TTV bayi dengan mengukur
13.50 WIB suhu, nadi dan pernapasannya. Terlaksana
P:
1. Menjelaskan tentang kondisi bayinya yaitu nadi,
14.50 WIB 125x/menit, suhu 38,4OC, pernapasan 62x/menit,
berat badan 4800 gram. Ibu mengerti
2. Menjaga personal hygiene yaitu mengganti pempers
15.00 WIB yang terkena BAB dan BAK. Terlaksana
15.30 WIB 3. Mengompres seluruh tubuh pasien dengan air
hangat. Terlaksana
17
4. Memantau infuse D5-1/4NS 8 tetes/menit.
16.00 WIB Terlaksana
5. Melakukan pemantauan TTV bayi dengan mengukur
18.00 WIB suhu, nadi dan pernapasannya. Terlaksana
P:
1. Menjelaskan tentang kondisi bayinya yaitu nadi,
21.10 WIB 129x/menit, suhu 37,8OC, pernapasan 57x/menit,
berat badan 4800 gram. Ibu mengerti
2. Menjaga personal hygiene yaitu mengganti pempers
21.20 WIB yang terkena BAB dan BAK. Terlaksana
3. Memberikan obat panas. Terlaksana
21.30 WIB 4. Mengompres seluruh tubuh pasien dengan air hangat.
21.50 WIB Terlaksana
5. Memantau infuse D5-1/4NS. Terlaksana
22.00 WIB 6. Melakukan pemantauan TTV bayi dengan mengukur
22.10 WIB suhu, nadi dan pernapasannya. Terlaksana
18
S : Ibu pasien mengatakan anaknya masih demam dan
13-09-2014 batuk
08:00 WIB O : KU : sedang
TTV : N : 116x/menit
S : 38,7°C
RR : 56x/menit
BB : 4900 gram
Konjungtiva : tidak pucat
Bunyi nafas : ronchi berkurang
Dada : tidak ada retraksi
Minum : susu formula
BAB : Ada
BAK : Ada
Terpasang Infus D5-1/4NS 8 tetes/menit
A : Diagnosa : Bayi Ny. “E” usia 4 bulan dengan
bronchopneumonia
Masalah : Peningkatan suhu tubuh
Kebutuhan : Terapi antibiotik
Pemenuhan kebutuhan cairan
Kompres seluruh tubuh
Diagnosa Potensial : Bronkopneumonia akut,
08.30 WIB meningitis, emfisema
Tindakan Segera : Kolaborasi dengan dr. S Sp.A.
- Terpasang Infus D5-1/4NS 8 tetes/menit
- Injeksi cefoferazone 1x 200mg
- Injeksi Ceftriaxone 1x 200mg
- Paracetamol syrup 3x 2ml
P:
1. Menjelaskan tentang kondisi bayinya yaitu nadi,
08.50 WIB 116x/menit, suhu 38,7OC, pernapasan 56x/menit,
berat badan 4900 gram. Ibu mengerti
2. Menjaga personal hygiene yaitu mengganti pempers
09.30 WIB yang terkena BAB dan BAK. Terlaksana
3. Menginjeksikan cefoferazone 1x 200mg dan
10.00 WIB Ceftriaxone 1x 200mg. Terlaksana
4. Memberikan obat panas. Terlaksana
5. Melakukan penimbangan berat badan bayi yaitu 4900
13.30 WIB
gram. Terlaksana
13.40 WIB
6. Melakukan pemantauan TTV bayi dengan mengukur
19
13.50 WIB suhu, nadi dan pernapasannya. Terlaksana
14.30 WIB P:
1. Menjelaskan tentang kondisi bayinya yaitu nadi,
130x/menit, suhu 37,6OC, pernapasan 58x/menit,
15.00 WIB berat badan 4900 gram. Ibu mengerti
2. Menjaga personal hygiene yaitu mengganti pempers
15.30 WIB yang terkena BAB dan BAK. Terlaksana
3. Melakukan pemantauan TTV bayi dengan mengukur
suhu, nadi dan pernapasannya. Terlaksana
21:00 WIB
S : Ibu pasien mengatakan anaknya masih demam,
O : KU : sedang
TTV : N : 129x/menit
S : 37,8°C
RR : 57x/menit
BB : 4900 gram
Konjungtiva : Tidak pucat
20
Bunyi nafas : bersih
Dada : tidak ada retraksi
Minum : Susu formula
BAB : Tidak ada
BAK : Ada
Terpasang Infus D5-1/4NS 8 tetes/menit
A : Diagnosa : Bayi Ny. “E” usia 4 bulan dengan
bronchopneumonia
Masalah : Peningkatan suhu tubuh
Kebutuhan : Pemenuhan kebutuhan cairan
Kompres seluruh tubuh
Diagnosa Potensial : Bronkopneumonia akut,
meningitis, emfisema
Tindakan Segera :-
P:
1. Menjelaskan tentang kondisi bayinya yaitu nadi,
21.10 WIB 129x/menit, suhu 37,8OC, pernapasan 57x/menit,
berat badan 4900 gram. Ibu mengerti
2. Memberikan obat panas. Terlaksana
21. 30 WIB 3. Menjaga personal hygiene yaitu mengganti pempers
21.40 WIB yang terkena BAB dan BAK. Terlaksana
4. Mengompres seluruh tubuh pasien dengan air hangat.
21.50 WIB Terlaksana
5. Memantau infuse D5-1/4NS. Terlaksana
22.00 WIB 6. Melakukan pemantauan TTV bayi dengan mengukur
22.10 WIB suhu, nadi dan pernapasannya. Terlaksana
BAB IV
21
PEMBAHASAN
BAB V
22
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Bronkopneumonia adalah merupakan peradangan pada parenkim
paru yang disebabkan oleh bakteri, virus, jamur, ataupun benda asing yang
ditandai dengan gejala panas yang tinggi, gelisah, dispnea, napas cepat
dan dangkal, muntah, diare, serta batuk kering dan produktif. Timbulnya
bronchopneumonia disebabkan oleh virus, bakteri, jamur, protozoa,
mikobakteri, mikoplasma, dan riketsia.
Pada kasus asuhan kebidanan pada pada bayi “E” usia 4 bulan
di ruang anak RSUD kota Tanjungpinang maka dapat dinyatakan bahwa
bayi “E” menderita bronkopneumonia. Ibu pasien mengeluh anaknya
demam tinggi disertai batuk. Diberi terapi Infus D5-1/4NS 8 tetes/menit,
Injeksi cefoferazone 1x 200 mg, Injeksi Ceftriaxone 1x 200mg,
Paracetamol syrup 3x 2ml, Ambroxol 3x 1/5 tablet jika ada batuk.
4.2 Saran
Dengan adanya laporan tentang bronkopneumonia ini diharapkan
pada tenaga kesehatan dapat menyesuaikan tindakan berdasarkan prinsip
pengelolaan bronkopneumonia. Pada keluarga pasien setelah pulang ke
rumah dapat memantau perkembangan bayinya, terutama penambahan
berat badan bayinya.
23
DAFTAR PUSTAKA
24