Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN
1. Latar belakang
Ilmu kedokteran adalah sebuah ilmu yang membicarakan cara-cara
pemeliharaan tubuh manusia agar tetap sehat dan dapat menjalankan
fungsinya dengan baik. Selain itu ilmu kedookteran juga cara-cara
penanggulangan dan penyembuhan tubuh yang terkena penyakit dengan
cara mendiagnosa (menentukan) penyakitnya, kemudian mengobatinya
(terapi).
Konstribusi peradaban Islam dalam dunia kedokteran sungguh
sangat ternilai. Di era keemasannya, peradaban Islm telah melahirkan
sederet pemikir dan dokter terkemuka yang telah meletakkan dasar-dasar
ilmu kedokteran modern. Dunia Islam juga tercatat sebagai peradaban
pertama yang mempunyai rumah sakit dan dikelolaqh oleh tokoh-tokoh
professional.
Dari literatur ilmu kedokteran islam ini, maka sangat penting
dikaji. Terutama pada pengetahuan tentang kontribusi pengobatan yang
diberikan kepada dunia.
2. Rumusan Masalah
a. Penyakit apa yang muncul pada masa awal kedokteran islam?
b. Bangaimana cara mengobati penyakit tersebut?
c. Apa yang dinamakan psikiatri?
d. Bagaimana sejarah rumah sakit dalam Islam?
e. Apa yang dimaksud dengan psikiatri?
f. Bagaimana preventive medicine dalam kedokteran Islam?
g. Bagaimana kesaksian non Muslim dalam kedokteran Islam?
3. Tujuan Penulisan
a. Mengetahui Penyakit yang muncul pada masa awal kedokteran islam
b. Mengetahui cara mengobati penyakit tersebut
c. Mengetahui Apa yang dinamakan psikiatri
d. Mengetahuisejarah rumah sakit dalam Islam
e. Mengetahui Apa yang dimaksud dengan psikiatri
f. Mengetahui preventive medicine dalam kedokteran Islam
g. Mengetahui kesaksian non Muslim dalam kedokteran Islam
BAB II
PEMBAHASAN

1. PENYAKIT DAN PENYEMBUHAN DALAM ISLAM


Ajaran Islam sangat menganjurkan agar setiap orang menjaga
kesehatannya, yaitu diantaranya dengan makan dan minum yang halal dan
baik. Berolahraga, berpakaian bersih, mengatur lingkungan sehingga rapi,
bersih serta dianjurkan berobat jika terkena penyakit. Dengan demikian,
ilmu kedokteran meliputi unsur tindakan penjagaan tubuh dan penyakit
(preventive) dan pengobatan ketika terkena penyakit (kuratif).
Pengobatan adalah suatu cara untuk melakukan penyembuhan,
tanpa disertai adanya pendidikan secara khusus, dan semua orang dapat
mempelajarinya. Dalam islam, (‘ilm al-Țibb) adalah suatu keahlian yang
mempelajari tentang tubuh manusia dari segi sakit dan sehat, dan hal-hal
yang berkaitan dengan keduanya. Kedokteran Islam biasannya identik
dengan istilah kedokteran nabi (Țibb al- nabawi). Secara sederhana
kedokteran islam diartikan sebagai kumpulan ucapan nabi yang disusun
oleh para penulis muslim secara sistematis. Namun, secara kompleks
kedokteran nabi diartikan sebagai teori dan praktik yang dilakukan nabi,
kemudian dilakukan penelitian dan pemikiran dalam kurun waktu yang
lama dengan menggabungkan antara ilmu yang berasal dari Alquran
dengan teori-teori lain yang berasal dari luar Islam, khususnya dari
Yunani.1
Menurut Ibnu Sina, dalam kitabnya Al-Qānūn fi al- Țibb (The
Canon of Medicine) menyakatan bahwa ilmu kedokteran adalah ilmu
pengetahuan yang mempelajari berbagai keadaan tubuh, baik dalam
keadaan sehat maupun tidak. Artinya kesehatan bisa hilang, dan jika
hilang, perlu diperbaiki. Dengan kata lain, seni yang berkaitan dengan
kesehatan, dan akan diperbaiki setelah kesehatan tersebut hilang.2
Dalam suatu kasus medis, salah satu contoh dan pengobatan
sebagai kontribusi kedokteran islam kepada dunia adalah penyakit
1
Yusuf assidqi, kajian Islam seputar Epilepsi, Republika Khazanah, halaman 28
2
El-Bajari dalam digilb.uinsby.ac.id(11 Januari 2018)
epilepsi. Dalam Bahasa Arab atau Turki, epilepsi dikenal dengan istilah
saraa’ yang artinya kejang-kejang. Sedangkan istilah mirgi merupakan
sebutan dalam Bahasa Urdu (India dan Pakistan). Artinya, kematian kecil.
Di rumah sakit Baghdad yang didirikan umat Muslim awal abad ke-9,
telah ada sarana khusus perawatan penderita epilepsi. Fasilitas itu berupa
bangsal, dengan dokter dan perawat yang selalu mengawasi kondisi para
pasien. Menurut Syed Wasim Akhtar dan Hasan Aziz, para dokter dan ahli
farmasi Muslim juga menerapkan metode pengobatan epilepsi warisan
peradaban Yunani. Teknik itu lantas berkembang luas di wilayah India
serta terus digunakan hingga abad modern. Pengobatan ini dirintis oleh
beberapa ahli medis Yunani yang kemudian dikembangkan oleh
kedokteran islam, inti dari sistem kedokteran ini, yaitu keterpaduan
anatara empat unsur cairan tubuh, yaitu darah, dahak, empedu kuning, dan
empedu hitam. Epilepsi dipercaya sebagai akibat gangguan pada saraf
pusat di otak sehingga memengaruhi salah satu atau beberapa sistem
cairan tubuh itu. 3
Pada abad ke-19, seorang dokter Eropa bernama Dr Karl Bayer,
untuk kali pertama melakukan tindakan operasi bagi pengobatan epilepsi
di wilayah Islam, tepatnya di Bosnia. Operasi berlangsung di Rumah
Sakit Vakufska Bolnica di Sarajevo. Ilmu, sesuai pesan Rasulullah,
berguna untuk meningkatkan kualitas kehidupan. Salah satunya mencari
teknik pengobatan terbaik, termasuk pada penyakit epilepsi. Umat Muslim
mengerahkan kemampuan untuk meneliti penyebab epilepsi serta
diagnosisnya secara tepat. Studi ilmiah tentang epilepsi pertama kali
dilakukan oleh ilmuwan Yunani, Hipocrates. Ia berhasil mengidentifikasi
penyakit ayan ini sebagai masalah pada otak. Risalah medis dari
Hipocrates lantas diterjemahkan ke dalam Bahasa Arab, lalu menjadi
rujukan pengembangan kajian kedokteran di dunia Islam. Para dokter
Muslim lantas membangun penelitian medis yang lebih maju untuk
mengurai hal ihwal epilepsi. Ilmuwan muslim yang pertama kali
mempelopori kajian tentang epilepsi didunia Islam adalah Ibnu Sina.

3
Yusuf assidqi, Republika Khazanah...28
Dalam hal ini, Ia mengategorikan epilepsi dalam unsur neuropsikiatri.
Menurut Syed Wasim dan Hasan Aziz, Ibnu Sina pula yang pertama kali
memakai kata ‘epilepsi’ di bidang kedokteran. Kata itu terdapat dalam
mahakarya berjudul al-Qanun fi at-Thibb atau Kanun Kedokteran karya
Ibnu Sina.4
Para sejarawan sains tak hanya mengagumi, tapi juga
membandingkan karya dan pemikiran Ibnu Sina dan Hipocrates. Kedua
ilmuwan legendaris itu diketahui tetap memasukkan persepsi publik terkait
aspek supranatural seputar epilepsi. Menurut tokoh bernama lengkap Abu
Ali al Husayn ibn Abd Allah ibn Sina itu, epilepsi terjadi karena adanya
gangguan pada saraf otak. “Gejala epilepsi bisa berupa kejang-kejang
hingga hilang kesadaran,” kata Ibnu Sina yang punya nama Latin,
Avicenna. Kanun Kedokteran juga membahas penyakit neuropsikiatri lain,
seperti halusinasi, mimpi buruk, melankolia, demensia, paralisis, darah
tinggi, vertigo, serta tremor. Kontribusi penting turut di sumbangkan para
ahli kedokteran asal Persia yang berhasil merintis metode penyembuhan
epilepsi.5
2. Psykiatri

Ilmu kesehatan mental adalah ilmu yang mempelajari masalah


kesehatan jiwa/ mental yang bertujuan mencegah timbulnya gangguan atau
penyakit mental dan gangguan emosi, dan berusaha mengurangi atau
menyembuhkan penyakit mental serta memajukan kesehatan jiwa rakyat.
Psikiatri merupakan salah satu cabang ilmu kedokteran yang bersifat
khusus. Adapun kesehatan mental dalam pandangan islam adalah
pengembangan dan pemanfaatan potensi-potensi tersebut semaksimal
mungkin, dengan niat ikhlas beribadah hanya kepada Allah. rangka
Ubudiyah kepada-Nya.6

Di dalam buku Prof. Dr. Mustafa Fahmi pengertian kesehatan jiwa


(mental) ada dua, yaitu: pertama, kesehatan jiwa adalah bebas dari gejala-

4
Yusuf assidqi, Republika Khazanah...halaman 28
5
Yusuf assidqi, Republika Khazanah...halaman 28
6
Yusak Burhanuddin; Kesehatan Mental; Penerbit Pustaka Setia; Bandung; 1999; Hal.12.
gejala penyakit jiwa dan gangguan kejiwaan. Kedua, kesehatan jiwa
adalah dengan cara aktif, luas, lengkap tidak terbatas, ia berhubungan
dengan kemampuan orang yang menyesuaikan diri dengan dirinya sendiri
dan dengan masyarakat lingkungannya.7b. Asal Mula Gangguan Jiwa

Manusia pada zaman dahulukala sudah memperhatikan gangguan


jiwa sebagaimana perhatian mereka terhadap penyakit-penyakit fisik pada
umumnya pada zaman itu .Hal itu terkesan dari penemuan adanya tulang
tengkorak di Mesir dan Wilayah Mesopotamia yang diperkirakan berumur
tiga sampai dua ribu tahun sebelum Masehi, dan kemudian juga ditemukan
di Peru kira-kira seribu tahun SM. hal yang sama yaitu tengkorak manusia
yang berlubang-lubang dibeberapa tempat dengan diameter kira-kira 2
centimeter. Hal itu diperkirakan dilakukan sebagai pengobatan terhadap
penderita gangguan jiwa, penyakit ayan atau perilaku kekerasan. Itu
dilakukan sesuai dengan keyakinan pada waktu itu bahwa gangguan jiwa
disebabkan oleh adanya roh jahat (demons) yang masuk kedalam tubuh
seseorang dan roh itu dikeluarkan melalui lubang yang dibuat dengan
trepanasi pada tengkorak.

Berbicara tentang peradaban manusia berarti berbicara tentang ilmu


dan tehnologi, termasuk ilmu Kedokteran pada umumnya dan psikiatri
pada khususnya. Perkembangan ilmu Kedokteran dapat dikatakan diawali
dengan kehadirannya Hippocrates (460 -357 SM), dari Yunani yang
sekarang dianggap sebagai bapak ilmu Kedokteran, yang menyatakan
bahwa penyakit pada umumnya disebabkan oleh ketidak seimbangan
empat macam cairan tubuh manusia yaitu darah, phlegm, empedu kuning
dan empedu hitam. Ganggua jiwa yang dikenal pada masa itu adalah
melancholia dan mania serta ayan yang disebabkan oleh perubahan
keseimbangan dari cairan tubuh manusia tersebut. Ini mempengaruhi cara
pengobatan terhadap penderita gangguan jiwa antara lain dengan

7
Musthafa Fahmi; Penyesuaian Diri, Pengertian dan Peranannya Dalam Kesehatan
Mental; Bulan Bintang; Jakarta ; 1982; Hal. 21.
pengeluaran darah atau pemberian air murni dan lain-lain. Pandangan ini
dianut terus oleh teman-teman dan murid Hippocrates seperti
Plato,Aristoteles , sampai pada zaman dominasi dari Romawi, yaitu kira-
kira 100-500 tahun sesudah Masehi.

Ilmu pengetahuan seperti dalam ilmu Kimia, Ilmu falak, Aljabar


atau matematika dan Kedokteran. Terkenal misalnya nama Ibnu Sina atau
Avicenna (980 – 1037 M), yang mengatakan bahwa beberapa penyakit
fisik dapat disebabkan oleh gangguan emosi. Selain itu pada masa itu
mulai didirikan Rumah Sakit untuk merawat orang sakit termasuk bagi
penderita gangguan jiwa. Masa kegelapan akhirnya dilewati dan kemudian
memasuki masa renaissance. Pada masa Renaissance itu Dunia Barat
mulai bangkit lagi dan banyak mengadopsi cara-cara mengobati orang
sakit dari Timur Tengah.

Pada masa ini Ilmu Kedokteran mengalami kemajuan pesat


khususnya Psikiatri, yang resmi menjadi suatu bidang spesialisasi bersama
Neurologi. Namun sampai pada masa itu masih ada kesulitan dalam
menentukan penyebab dari gangguan jiwa, begitu juga cara pengobatan
yang efektif, begitu pula cara prevensi maka gangguan jiwa disebut juga
sebagai “penyakit dengan seribu gangguan”.

Pada masa ini ilmu Kedokteran ditandai dengan berkembangnya


pengetahuan patologi klinik dalam mempelajari satu jenis penyakit, yang
menghubungkan antara symptom dengan patologi anatomi. Untuk
gangguan jiwa dikenal seorang dokter Jerman Wilhelm Griesinger (1817-
1868), yang menyatakan bahwa gangguan jiwa adalah penyakit otak.

Kemudian datang Sigmund Freud ( 1856-1939 ) yang semula


berorientasi pada fisiologi kemudian beralih kepada psikilogi dan
mengajukan teori yang disebutnya sebagai “free association” untuk
memahami sebab terjadinya gangguan jiwa karena pengalaman dari awal
kehidupan seseorang, dimana dalam perkembangannya terjadi repressi
seksual yang mempengaruhi perkembangan psikologi secara keseluruhan.
Teori Freud yang dikenal sebagai “teori psikoanalisa” sangat berpegaruh
terhadap perkembangan psikiatri.

Pada pertengahan Abad ke-20 an sebagai awal terjadinya


perkembangan dalam bidang farmakologi, yaitu diketemukannya
khlorpromazin atau largactil ( 1953 ) yang ternyata sangat efektif sebagai
antipsikosis khususnya skizofrenia ,sehingga banyak pasien-pasien yang
tidak perlu dirawat di Rumah Sakit lebih lama karena dengan memakai
obat tersebut pasien dapat dirawat secara ambulatoar.( berobat jalan ). Hal
ini menumbuhkan keyakinan akan peranan otak sebagai penyebab
terjadinya gangguan jiwa,sehingga penelitian-penelitian terhadap otak baik
dalam bidang neuroanatomi maupun neurokimia khsusnya
neurotransmitter, lebih intensif. Begitupula penelitian-penelitian dalam
bidanggenetik atau pengaruh factor herediter pada gangguan jiwa semakin
banyak dilakukan.

d. Tanda Kesehatan Mental Dalam Islam

Menemukaan dua pola dalam kesehatan mental:

Pertama, pola negatif (salabiy), bahwa kesehatan mental adalah


terhindarnya seseorang dari gejala neurosis (al-amarah al-ashabiyah) dan
psikosis (al-amaradh al-dzibaniyah).

Kedua, pola positif (ijabiy), bahwa kesehatan mental adalah


kemampuan individu dalam penyesuaian terhadap diri sendiri dan terhadap
lingkungan sosialnya. Pola yang kedua ini lebih umum dan lebih luas
dibandingkan dengan pola pertama.8

f.Keabnormalan Mental Dalam Islam


Gangguan mental dalam Islam berkaitan dengan penyimpanan-
penyimpangan sikap batin. Inilah yang menjadi dasar dan awal dari
semua pendarita batin. Ada aspek penting yang menjadi ciri-ciri

8
Ramayulis,Haji, Psikologi Agama. (Jakarta: Kalam Mulia, 2002), h.128
gangguan mental menurut islam yaitu qalb dan af’al (hati dan
perbuatan). Gejala-gejala gangguan mental semacam ini dapat
dirumuskan sebagai berikut:
1. Hati yang menyimpang dari keikhlasan dan ketundukan kepada
Allah sehingga menjadi lupa terhadap posisinya sebagai hamba
Allah. Wujud dari penyimpangan ini bisa dalam bentuk ria, hasad,
ujub, takabur, tamak dan sebagainya.
2. Perilaku yang terbiasa dengan pelanggaran ajaran agama disebabkan
oleh dominannya peran nafs al-ammarah dalam kehidupan.9

3. RUMAH SAKIT DALAM AWAL KEDOKTERAN ISLAM


Rumah sakit merupakan salah satu prestasi besar dari masyarakat
Islam pada abad pertengahan sebagai sebuah institusi yang memiliki
multifungsi dalam penyembuhan dan juga pendidikan medis. Institusi
rumah sakit sudah ada sejak masa pra-islam dari masa Byzantium (kota
Yunani kuno). Konsep rumah sakit Byzantium memiliki kemiripan dengan
konsep rumah sakit Islam. Rumah sakit ini merupkan pendahulu langsung
dalam pendirian rumah sakit Islam.10
Dalam Islam rumah sakit lebih dikenal dengan nama Bimaristan,
yang dibangun menggantikan kuil penyembahan pada masa kuno.11 Jika
Bimaristan merupakan rumah sakit yang tergolong maju dimana orang-
orang ditangani oleh para ahli dan meninggalkan cara penyembuhan dari
kuil penyembuhan. Sedangkan kuil penyembuhan lebih digunakan dalam
memisahkan antara orang-orang yang memiliki penyakit dan orang-orang
gila dari masyarakat umum.12
Ada beberapa pendapat tentang kelahiran Bimaristan, diantaranya:

9
Abdul Mujib; Kepribadian Dalam Psikologi Islam; PT Raja Grafindo
Perkasa; Jakarta; 2006; Hal. 305.
10
Manfred Ulmann, Islamic Medicine (Inggris: Edinburg University Press, 1978),
halaman 5
11
A. R. Nowsheravi. Muslim Hospitalic In The Medieval Period. Islamic studies, Vol. 22,
no 2, 1983. halaman 52
12
Fajar Aryanti. Manajemen Pelayanan Rumah Sakit, Cet. 1, (Jakarta Selatan: 2015),
halaman 80
a. Pendapat perama mengatakan bahwa Bimaristan didirikan dengan
perintah langsung dari Nabi pada masa perang Khandak yang
diperintahkan langsung kepada Sa’ad bin Mu’adz untuk membangun
sebuah tenda di dalam masjid Madinah.13
b. Pendapat kedua oleh Taqi’ dl-din al-Maqrizi menjelaskan bahwa
Biamristan didirikan pada masa Khalifah bani Umayyah oleh al-Walid
bin ‘Abdul malik pada tahun 88H/ 706 di Damaskus. Ia juga
menjelaskan bahwa Khalifah sudah mempekerjakan dokter dan
menggajinya di Bimaristan secara rutin.14
c. Pendapat ketida oleh sejarawan kontemporer Arab, yang mengatakan
bahwa Bimaristan pertama adalah Bimaristan Harun Ar-Rasyid (170-
193H/786-806M). Pada masa ini pembangunan Bimaristan sangat
signifikan, karena pengaruh langsung dari sekolah Jundhisapur dan
perkembangan peradaban Islam dari abad ke-7.15
Dari ketiga pendapat ini, dapat disimpulkan bahwa pembangunan
Bimaristan sebagi pelayanan kesehatan audah sejak masa Nabi.
Sedangkan rumah sakit sebagai sebuah lembaga Rumah sakit dibangun
pada masa nani Umayyah oleh Walid bin Abdul Malik. Kemudian
rumah sakit mencapai puncak kejayaannya, sebagai pusat pelayanan
kesehatan maupun pusat pendidikan pada masa Harun Ar-Rasyid yaitu
pada masa bani Abbasiyah.
Pada masa harun Ar-Rasyid inilah merupakan puncak kejayaan
Islam, masa kejayaan ilmu pengetahuan, dan juga masa rumah sakit
islam (Bimaristan). Rumah sakit dibangun dengan arsitek yang paling
modern pada masanya dengan fasilitas pendidikan yang lengkap
dengan buku-buku kedokteran. Pada awal abad ke-4 H banyak rumah
sakit yang berfungsi sebagai pusat pendidikan kedokteran disamping
fungsi dasarnya sebagai tempat merawat pasien.

13
Mohammed El Ayadi. Les Maristanes dans le monde arabo-musulman. Jurnal sejarah
ilmu medis, TOME XXVIII, No. 2. Maroko, Casablance, 1994. Halaman 148
14
El Ayadi. Les Maristanes dans...,halaman 148
15
El Ayadi. Les Maristanes dans...,halaman 148
Pada masa al-Maa’mun (813-833 M) mendirikan Barimistan
dengan ddidapatkan sekitar 800 dokter pada masa itu. Rumah sakit
Islam Baghdad selanjutnya adalah Baramistan Al-Adudi pada tahun
982 M oleh penguasa buwaihi yang bernama Abu syuja fanna khusra.
Rumah sakit ini juga memilki perpustakaan besar, apotek dan sapur.
Rumah sakit merupakan salah satu prestasi intitusiona tersebar
masyarakat Islam abad pertengahan. Antara abad ke-9 dan ke-10 dan
lima rumah sakit dibangun di Bagdad. Rumah sakit yang paling
terkenal adalah Rumah Sakit paling terkenal adalah Aududi yang
dibangun di bawah pemerintahan Buyudiyah pada tahun 982. Setelah
periode ini jumlah rumah sakit meningkat. Ketika institusi terkenal
seperti Rumah Sakit Nuri di Damaskus (abadke-12), dan Rumah Sakit
al-Mansuri di Kairo (abad ke-13) dibangun bersamaan dengan Rumah
Sakit lain di Qairawan , Mekkah, Madinah dan Raiyy. 16
4. Preventive Medicine

Beberapa penanganan penderita gangguan jiwa:

a. Psikofarmakologi: dengan memberikan terapi obat-obatan yang akan


ditujukan pada fungsi neuro-transmitter sehingga gejala-gejala klinis dapat
dihilangkan. Terapi diberikan dalam jangka waktu relatif lama (berbulan
hingga bertahun)
b. Psikoterapi: diberikan apabila penderita telah diberikan terapi
psikofarmakologi dan telah mencapai tahapan kemampuan menilai realitas
dan pemahaman sudah membaik.
- Suportif: memberikan dorongan , semangat, dan motivasi agar
penderita tidak merasa putus asa
- Re-eduktif: memberikan pendidikan ulang yang dimaksud
memperbaiki kesalahan pendidikan masa lalu
- Rekonstruktif: memperbaiki kembali kepribadian yang telah
mengalami keretakan menjadi kepribadian utuh

16
John L.Esposito ed, The Oxford History of Islam , diterjemahkan oleh M. Khairul
Anam dengan judul Sains-sains Islam (Jakarta: Inisiasi Press). H. 67
- Kognitif: memulihkan fungsi daya pikir dan daya ingat rasional
sehingga penderita mampu membedakan nilai-nilai moral etika.
- Perilaku: memulihkan gangguan perilaku yang tergangu menjadi
perilaku yang mampu menyesuaikan diri
- Keluaarga: memulihkan penderita dan keluarga
c. Terapi Psikososial: penderita agar mampu kembali beradaptasi dengan
lingkungan sosialnya dan mampu merawat diri, mandiri, dan tidak menjadi
beban keluarga. Dalam keadaan ini tetap mengkonsumsi obat
psikofarmaka.
d. Terapi Psikoreligius: ritual seperti sembayang, berdoa, dan kajian kitab
suci.
e. Rehabilitasi: persiapan penempatan kembali ke keluarga dan masyarakat.
Terapi tersebut bertujuan membebaskan penderita dari stress dan
membantu agar dapat mengerti jelas sebab dari kesukaran dan membantu
terbentuknya mekanisme pembelaan yang lebih baik dan dapat diterima
oleh keluarga dan masyarakat.
KASUS
Seorang wanita beragama islam menikah dengan seorang pria
yang beragama bukan islam dan berasal dari suku bangsa yang berbeda
.Dengan pernikaha ini wanita tersebut beralih agama mengikuti agama
suami Setelah peraikahan, wanita diboyong oleh suaminya ketempat asal
suami, yang ternyata bukan saja berbeda dalam agama yang semula
dipeluknya (islam) namun juga dalam hal adat istiadat sehari-hari yang
diwaraai dengan kehidupan keberagamaan dari suku suaminya .
Beberapa bulan berselang , wanita ini mengalami stress dan
kemudian manifest gangguan jiwa dengan gejala -gejala psikotik.
Akhirnya oleh suaminya ia dibawa kembali ke Jakarta dan dibawa ke RS
Jiwa Islam Klender . Atas persetujuan keluarga pasien ini selain diberi
pengobatan psikofarmakologi juga diberi terapi religius dan dianjurkan
untuk melakukan ibadah menurut islam . Ternyata kurang dari satu pekan,
pasien sudah mengalami perbaikan semua gejala-gejala psikotik sudah
hilang dan diperbolehkan berobat jalan.17
5. Kesaksian Non Muslim Atas Kedokteran Islam
Melusuri kembali kelahiran dan perkembangan ilmu kedokteran
Islm tidak terlewatkan para tokoh yang sangat berperang dalam
meletakkan karya dan ilmunya, khusunya dalam bidang kedokteran . Al-
Razi dan Ibnu Sina adalah tokoh penting yang karya-karyanya paling
berpengaruh di dunia, bahkan non muslimpun mau mengakui atas
kedokteran islam oleh para ilmuwan muslim.18
Al-Razi yang merupakan perintis awal ilmu kedokteran. Dia
adalah Abu Bakar Muhammad bin Zakaria al-Razi atau lebih dikenal
dengan nama al-Razi, ia lahir di Rayy, dekat Teheran, Iran pada tahun 846
M. Ia seorang pemikir yang disegani dan dihormati di Barat. Dalam
karyanya, The Spiritual Physic of Rhazes (penyembuhan rohani). Denga
karya-karya yang dihasilkan dalam bidang kedokteran, pengabdian dan
kejeniusan diakui oleh Barat dengan menyebutnya sebagai pionir terbesar
dunia Islam dibidang kedokteran dan juga dikenal tabib terbesar
sepanjang sejarah. Sementara sejarawan barat yaitu George Sarnton
mengomentari al-Razi adalah kimiawan dan fisikawan.19 Dia adalah
seorang perintis latrokimia zaman Renaisanse, maju dibidang teori, ia
memdukan pengetahuannya yang luas melalui kebijaksanaan Hippokratis.
Dalam karyanya “al-Mansuri “ Ia menyoroti tiga aspek penting dalam
kedokteran antara lain: kesehatan pablik, pengobatan preventif , dan
perawatan penyakit khusus.
Dunia Islam memanggilnya Ibnu Sina, tapi kalangan Barat
menyebutnya dengan panggilan Avicenna, ia merupakan seorang ilmuan,
filosof dan dokter pada abad ke-10. Selain itu dia juga dikenal dengan
penulis yang produktif. Dan sebagian banyak tulisan yang berisi filsafat

17
Maramis (1980). Ilmu Kedokteran Jiwa, Surabaya: Airlangga press.

18
Manfred Ulmann, Islamic Medicine..., halaman 38
19
Manfred Ulmann, Islamic Medicine..., halaman 40
dan pengobatan. Karya-karyanya membanjiri literature modern dan
mengilhami karya-karya pemikir Barat. Pengaruh pemikiran dan telaahnya
di bidang kedokteran tidak hanya tertuju pada dunia Islam tetapi juga
merambah Eropa.20
Penelitian Profesor Kedokteran: Ini 3 fungsi .Al-Qur’an untuk
penyembuhan
“Kami, para dokter, sekarang telah menerima fakta berdasarkan apa
yang dialami pasien kami selamaberabad-abad, bahwapenyembuhanadalahdari
Allah, dan kami hanyaalatPenyembuh.” DemikianpengakuanShahidAthar, M.D.
seorang Associate Professor KedokteranKlinisdari Indiana University School of
Medicine.Untuk mendapatkan kesimpulan di atas, Dr. Athar yang juga Ketua
Asosiasi Medis Islam Amerika Utara dan anggota Akademi Ilmu Pengetahuan
Islam (IAS) telahmelakukanberbagaipenelitianterhadappasien-pasiennya.21
“Kami memberikan obat yang sama untuk dua pasien yang berbeda
dengan jenis yang samadarimasalahmedisataumelakukanoperasi yang
samapadaduapasiendinyatakandenganrisiko yang sama. Hasilnya, pasien yang
satubertahandan yang lain tidak. Hal initidaksesederhana akibat faktor
keberuntungan,” ujarnya.
Socrates memang pernah mengatakan, “Saya berpakaian luka dan Tuhan
menyembuhkan itu.” Namun, jauh sebelum itu, hal ini telah diakui oleh Nabi
Musa ‘alaihis salaam, sebagaimana yang diabaddikandalam Qur’an Surat Ash-
Shuara’ ayat 80,

ْ ‫َو ِإذَا َم ِر‬


ِ ‫ضتُ فَ ُه َو يَ ْش ِف‬
‫ين‬

“danapabilaakusakit, Dialah Yang menyembuhkanaku”

Bahkan, Allah sendirimembuktikanitudenganmengatakandalam


Qur’an Surat Al-‘An’amayat 17 bahwa,

20
Manfred Ulmann, Islamic Medicine..., halaman 40

21
www.Arrahman.com. Diakses pada tanggal 11 januari 2018
َ ‫ف لَهُ ِإ هّل ُه َو ۖ َو ِإ ْن َي ْم‬
‫س ْس َك ِب َخ ْي ٍّر‬ َ ‫ض ٍّر فَ ََل َكا ِش‬ ‫س ْس َك ه‬
ُ ‫َّللاُ ِب‬ َ ‫َو ِإ ْن َي ْم‬
‫ش ْيءٍّ قَدِير‬َ ‫علَ ٰى ُك ِل‬
َ ‫فَ ُه َو‬
“Dan jika Allah menimpakansesuatukemudharatankepadamu,
makatidakada yang menghilangkannyamelainkanDiasendiri.Dan
jikaDiamendatangkankebaikankepadamu, makaDiaMahaKuasaatastiap-
tiapsesuatu.”

Penyembuhan dari Qur‘an. “Qur’an bukanlah buku teks


kedokteran, melainkan berisi aturan bimbingan yang jika diikuti akan
mempromosikan kesehatan yang baik dan penyembuhan bagi
pengamalnya. Inilahsebabnyamengapa Al-Qur’an menyebut dirinya
sebuah buku penyembuhan,” jelas Dr. Athar. Sambil mengutip beberapa
ayat yang terkait.22

َ ‫اس قَ ْد َجا َءتْ ُك ْم َم ْو ِع‬


‫ظة ِم ْن َر ِب ُك ْم َو ِشفَاء ِل َما فِي‬ ُ ‫يَا أ َۖيُّ َها النه‬
َ‫ُور َو ُهدًى َو َر ْح َمة ِل ْل ُمؤْ ِم ِنين‬
ِ ‫صد‬ ُّ ‫ال‬
“Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari
Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam
dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman.” (Q.S.
Yunus: 10:57)

ُ‫آن َما ُه َو ِشفَاء َو َر ْح َمة ِل ْل ُمؤْ ِمنِينَ ۙ َو َّل يَ ِزيد‬


ِ ‫َونُن َِز ُل ِمنَ ْالقُ ْر‬
‫ارا‬
ً ‫س‬ ‫ه‬
َ ‫الظا ِل ِمينَ ِإ هّل َخ‬
“Dan Kami turunkan dari Al Quran suatu yang menjadi penawar
dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al Quran itu tidaklah

22
www.Arrahman.com. Diakses pada tanggal 11 januari 2018
menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian.” (QS Al-Isra:
17:82).

3 Jenis fungsi Qur‘an sebagai penyembuh:

1. Memberi efek legislatif: Ini termasuk iman (iman) kepadaAllahtidak hanya


sebagai Pencipta tetapi juga Pemelihara dan Penjaga. Ini juga termasuk
manfaat medis dari kewajiban shalat, puasa, zakat dan haji.
2. Sebagai pedoman kesehatan: Al-Qur’an mempromosikan cara hidup sehat
dan tradisi Nabi Muhammad (saw) yang menyehatkan, seperti penggunaan
madu, buah zaitun, buah, daging tanpa lemak, menghindari makan
berlebihan, dan larangan alkohol, daging babi, homoseksualitas, hubungan
seksual dan seks saat menstruasi.
3. Memberi efek penyembuhan langsung dari Qur’an: Pelafalan Quran oleh
orang yang sakit (ruqyah madiri) atau untuk peruqyah, telah terbukti
memiliki efek penyembuhan langsung. Ini kemungkinan besar
menggunakan manfaat medis “echo” (gema suara).
Gema suara adalah suatu kekuatan yang dahsyat yang telah digunakan
(nenek moyang kita) untuk meluluh-lantahkan pegunungan. Sekarang di dunia
medis, versi miniatur dari gema (echo)
digunakandalampengobatanuntukmemecahbatuginjal (lithotripsy), batuempedu,
danbahkanvegetasi di endokarditis bakteri subendothelial (SBE).
Dr. Ahmed E. Kadi dan rekan-rekannya bahkan telah membuktikan
melalui penelitiannya bahwa, “Mendengarkan pembacaan Al-Qur’an yang
dilakukan oleh pasien berguna untuk menurunkan tekanan darah, denyut jantung,
dan menyebabkan relaksasi otot polos pasien Muslim Arab, Muslim non-Arab
dan bahkan di non-Muslim.”
Hasil penelitian tersebut juga membuktikan bahwa secara tertarget, gema
“Alif Lam Mim” (tiga kata pertamadariSuratAlBaqarah, suratkeduapada Qur’an)
berfungsiuntukkesembuhanpenyakitjantung (dankelainannya). Sementaragema
“Yaa-siin” padaSurat ke-36 adalahuntukpengobatan kelenjar hipofisis dari otak.
Maka tidaklah mengherankan jika Nabi Muhammad shalallahu alaihi
wasallam selalu menekankan membaca Qur’an dengan nyaring dan tidak
membacanya dalam hati dengan mengatakan, “Perbandingan antara pembaca
senyap dan pembaca nyaring adalah seperti botol parfum ketika ditutup dan
ketika dibuka.” (Al-Hadits).
Kisah Dokter Amerika Masuk Islam Hanya Karena Dengar
Satu Ayat Al Qur’an
Beberapa tahun yang lalu, salah satu rumah sakit di Amerika
Serikat, seorang dokter muslim bekerja dengan keilmuan yang sangat baik
dan mempunyai teman akrab. Keduanya bekerja pada bagian persalinan.
Pada suatu malam, di RS tersebut terjadi dua persalinan secara
bersamaan. Setelah kedua wanita tersebut melahirkan, dua bayi tersebut
tercampur dan tidak ada yang mengetahui masing-masing pemilik kedua
bayi yang berjenis kelamin berbeda, yaitu laki-laki dan perempuan.
Kerancuan tersebut disebabkan kecerobohan perawat yang seharusnya
memberi gelang sebagai identitas kedua bayi tersebut. Dokter Amerika
mengatakan kepada dokter Muslim bahwasanya Al-Quran tellah
menjelaskan segala sesuatu dan mencakup semua permasalahan, lalu
dokter Amerika meminta untuk dokter Muslim memberikan solusinya.
Kemudian Dokter Muslim mendiagnosa ASI kedua ibu dan
menemukan jalan keluar. Setelah didiagnosa, dokter Muslim memberitahu
masing-masing ibu sebenarnya. Dokter Amerika terheran-heran, lalu
Dokter Muslim menjelaskan bahwa hasil diagnosa menunjukkan kadar
garam dan vitamin ASI pada payudara ibu si bayi laki-laki dua kali lipat
dibandingkan ibu si bayi perempuan. Kemudian dokter Muslim
membacakan aya Al-Qur’an dijadikan dasar argumen “Bagi laki-laki
seperti bagaian dua perempuan.” (QS. An-Nisa:11). Akhirnya, dokter
Amerika menyatakan keislamannya.23

23
www.silontong.com. Diakses pada tanggal 10 Januari 2018
BAB III
PENUTUP

Simpulan
Ilmu kedokteran adalah sebuah ilmu yang membicarakan cara-cara
pemeliharaan tubuh manusia agar tetap sehat dan dapat menjalankan
fungsinya dengan baik.Pengobatan adalah suatu cara untuk melakukan
penyembuhan, tanpa disertai adanya pendidikan secara khusus, dan semua
orang dapat mempelajarinya.Menurut Ibnu Sina, dalam kitabnya Al-
Qānūn fi al- Țibb (The Canon of Medicine) menyakatan bahwa ilmu
kedokteran adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari berbagai keadaan
tubuh, baik dalam keadaan sehat maupun tidak.. Ilmuwan muslim yang
pertama kali mempelopori kajian tentang epilepsi didunia Islam adalah
Ibnu Sina. Dalam hal ini, Ia mengategorikan epilepsi dalam unsur
neuropsikiatri. Menurut Syed Wasim dan Hasan Aziz, Ibnu Sina pula yang
pertama kali memakai kata ‘epilepsi’ di bidang kedokteran.
Ilmu kesehatan mental adalah ilmu yang mempelajari masalah
kesehatan jiwa/ mental yang bertujuan mencegah timbulnya gangguan atau
penyakit mental dan gangguan emosi, dan berusaha mengurangi atau
menyembuhkan penyakit mental serta memajukan kesehatan jiwa rakyat.
Psikiatri merupakan salah satu cabang ilmu kedokteran yang bersifat
khusus.Pada pertengahan Abad ke-20 an sebagai awal terjadinya
perkembangan dalam bidang farmakologi, yaitu diketemukannya
khlorpromazin atau largactil.
Dalam Islam rumah sakit lebih dikenal dengan nama Bimaristan,
yang dibangun menggantikan kuil penyembahan pada masa kuno.Pada
masa ini ilmu Kedokteran ditandai dengan berkembangnya pengetahuan
patologi klinik dalam mempelajari satu jenis penyakit, yang
menghubungkan antara symptom dengan patologi anatomi.
DAFTAR PUSTAKA

Aryanti, Fajar. 2015. Manajemen Pelayanan Rumah Sakit. Jakarta


Sealatan: UIN Press Syarif Hidayatullah Jakarta.
Assidqi, Yusuf. kajian Islam seputar Epilepsi, Republika Khazanah,
halaman 28
El-Bajari dalam digilb.uinsby.ac.id(11 Januari 2018)
El ayadi, Mohammed. 1994. Les Maristanes dans Le Monde Arabo-
Musliman. Jurnal sejarah Ilmu Medis, TOME XXVIII, No. 2.
Maroko, Cassablanca.
Esposito ed, John L. The Oxford History of Islam . diterjemahkan oleh M.
Khairul Anam dengan judul Sains-sains Islam. Jakarta: Inisiasi
Press.
Fahmi, Musthafa. 1982. Penyesuaian Diri, Pengertian dan Peranannya
Dalam Kesehatan Mental. Bulan Bintang: Jakarta.

Mujib, Abdul. 2006. Kepribadian Dalam Psikologi Islam. PT Raja


Grafindo Perkasa: Jakarta..

Nowshera, A. R. 1983. Muslim Hospitalis In The Medieval Period. Islamic


Studies.
Ramayulis,Haji. 2002. Psikologi Agama. Jakarta: Kalam Mulia.
Ulmann, Manfred. 1978. Islamic Medicine. Inggris: Edinburg University
Press.
www.Arrahman.com. Diakses pada tanggal 11 januari 2018
www.silontong.com. Diakses pada tanggal 10 Januari 2018

Anda mungkin juga menyukai