EVALUASI PENDIDIKAN
1730207051
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Jamur (fungi) banyak kita temukan disekitar kita. Jamur tumbuh subur
terutama di musim hujan karena jamur menyukai habitat yang lembab. Beberapa ahli
mikologi membagi jamur menjadi dua kelompok berdasarkan bentuk tubuhnya, yaitu
kapang (mold) dan khamir (yeast). Kebanyakan jamur masuk dalam kelompok
kapang. Tubuh vegetatif kapang berbentuk filamen panjang bercabang yang seperti
benang disebut hifa. Hifa akan memanjang dan menyerap makanan dari permukaan
substrat (tempat hidup jamur). Sedangkan jamur dalam kelompok khamir bersifat
uniseluler (berinti satu), bentuknya bulat atau oval (Waluyo, 2005).
Sebagian besar tubuh fungi terdiri dari atas benang-benang yang disebut hifa,
yang saling berhubungan menjalin semacam jala yaitu miselium. Miselium dapat
dibedakan atas miselium vegetatif yang berfungsi meresap menyerap nutrient dari
lingkungan, dan miselium fertile yang berfungsi dalam reproduksi. Fungi tingkat
tinggi maupun tingkat rendah mempunyai ciri khas yaitu berupa benang tunggal atau
bercabang-cabang yang disebut hifa. Fungi dibedakan menjadi dua golongan yaitu
kapang dan khamir.kapang merupakan fungi yang berfilamen atau mempunyai
miselium, sedangkan khamir merupakan fungi bersel tunggal dan tidak berfilamen
(Medhy, 2013).
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui tingkat validitas dan reliabilitas pada butir soal yang dibuat
guna untuk menguji pemahaman siswa terhadap materi yang akan diujikan.
BAB II
ISI
A. Materi
1. Parasit obligat merupakan sifat jamur yang hanya dapat hidup pada inangnya.
Jamur ini tidak dapat hidup jika berada diluar inang. Misalnya Pneumonia carinii
yang menginfeksi paru-paru penderita AIDS
2. Parasit fakultatif adalah jamur yang bersifat parasit jika mendapatkan inang yang
sesuai tetapi bersifat saprofit jika inangnya tidak sesuai
3. Saprofit merupakan jamur yang menyerap makanan dari organisme yang telah
mati sehingga dapat melapukkan dan mengubah susunan zat organik yang mati.
Jamur ini mengeluarkan enzim hidrolase pada substrat makanan untuk
mendekomposisi molekul komplek menjadi sederhana sehingga mudah diserap
hifa.
4. Selain hidup dengan cara di atas, jamur melakukan simbiosis mutualisme. Jamur
ini selain menyerap makanan dari organisme lain juga menghasilkan zat tertentu
yang bermanfaat bagi simbionnya, misalnya pada Mikoriza.
Tabel Spesifikasi
Validitas isi yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah validitas isi yang
diberikan pada ahli. Validitas isi menunjukkan bahwa instrumen yang disusun sesuai
dengan kurikulum, materi dan tujuan pembelajaran yang diharapkan (Cohen, 2007). Item
soal dalam instrumen dapat digunakan untuk mengukur pengetahuan yang diharapkan.
Indikator validitas isi yang ditimbang adalah : 1) kesesuaian indikator dengan butir soal,
2) kesesuaian butir soal dengan aspek yang diteliti, 3) kejelasan bahasa atau gambar
dalam soal, 4) kelayakan butir soal untuk sampel, dan 5) kesesuaian materi atau konsep
yang diuji (Kemendikbud, 2014).
Pada laporan ini, akan dibahas cara menghitung atau mengukur validitas
instrumen tes pada soal-soal yang telah diuji coba kepada peserta didik.
Apabila data yang didapat adalah data interval maka dapat digunakan dengan
rumus Product Moment Correlation :
𝑁 ∑ 𝑋𝑌−(∑ 𝑋) (∑ 𝑌)
rxy
√{𝑁 ∑ 𝑋 2 −(∑ 𝑋)2 } {𝑁 ∑ 𝑌 2 −(∑ 𝑌)2 }
Keterangan :
Rxy = Koefisien korelasi antara instrumen X dan Instrumen Y
X = Variabel X (Instrumen X)
Y = Variabel Y (Instrumen Y)
N = Jumlah peserta
Reliabilitas berkenaan dengan derajat konsistensi dan stabilitas data atau temuan.
Dalam pandangan positifistik (kuantitatif), suatu data dinyatakan reliable apabila dua atau
lebih peneliti dalam obyek yang sama menghasilkan data yang sama, atau peneliti sama
dalam waktu berbeda menghasilkan data yang sama, atau sekelompok data bila dipecah
menjadi dua menunjukkan data yang tidak berbeda (Azwar, 2015).
Kalau peneliti satu menemukan dalam obyek berwarna merah, maka peneliti yang lain
juga demikian. Kalau seorang peneliti dalam obyek kemarin menemukan data berwarna merah,
maka sekarang atau besok akan tetap berwarna merah. Karena reliabilitas berkenaan dengan
derajat konsistensi, maka bila ada peneliti lain mengulangi atau mereplikasi dalam penelitian pada
obyek yang sama dengan metode yang sama maka akan menghasilkan data yang sama (Azwar,
2015).
Reliabilitas berhubungan dengan validitas. Suatu instrumen yang valid senantiasa reliabel
tetapi instrumen yang reliabel belum tentu valid. Sama halnya dengan validitas, reliabilitas terdiri
dari beberapa jenis, yaitu reliabilitas test-retest, reliabilitas bentuk ekuivalen, reliabilitas belah
tengah, dan reliabilitas ekuivalen rasional (Azwar, 2015).
Persoalan yang penting dalam melakukan analisis tingkat kesukaran soal adalah
penentuan proporsi dan kriteria soal yang termasuk mudah, sedang dan sukar. Tingkat
kesukaran soal harus dipandang dari kesanggupan atau kemampuan siswa dalam
menjawabnya, bukan dilihat dari sudut guru. Ada beberapa alasan untuk menyatakan
tingkat kesukaran soal. Bisa saja tingkat kesukaran soal ditentukan oleh kedalaman soal,
kompleksitas, atau hal-hal lain yang berkaitan dengan kemampuan yang diukur oleh soal.
Namun demikian, ketika kita mengkaji lebih mendalam terhadap tingkat kesukaran soal,
akan sulit menentukan mengapa sebuah soal lebih sukar dibandingkan dengan soal yang
lain (Thoha, 1990).
Kriteria yang digunakan untuk menentukan jenis tingkat kesukaran butir soal
adalah sebagai berikut:
Berikut ini adalah tabel tingkat kesukaran butir item, data yang dihitung
menggunakan aplikasi ANATES, yaitu :
E. Indek Daya Beda Butir Item
Daya pembeda item adalah kemampuan suatu butir item tes hasil belajar untuk
dapat membedakan (mendiskriminasi) antara testee yang berkemampuan tinggi (pandai)
dengan testee yang berkemampuan rendah (tidak pandai) sehingga sebagian testee yang
berkemampuan tinggi untuk menjawab butir item tersebut lebih banyak yang menjawab
benar, sementara testee yang berkemempuan rendah untuk menjawab item tes terrsebut
sebagian besar tidak dapat menjawab item soal dengan benar (Masmud, 2009).
Dengan kata lain, bahwa analisis daya beda item adalah analisis yang
mengungkapkan seberapa besar butir tes dapat membedakan antara siswa kelompok
tinggi dengan siswa kelompok rendah. Salah satu ciri butir yang baik adalah yang mampu
membedakan antara kelompok atas (yang mampu) dan kelompok bawah (kurang
mampu).Ini dianggap sangat penting karena ada anggapan bahwa kemampuan setiap
testee akan berbeda dengan testee yang lainnya (Masmud, 2009).
Daya pembeda (discriminatory power) item itu dapat diketahui melalui atau
dengan melihat besar kecilnya angka indeks diskriminasi item. Pada dasarnya, daya
pembeda ini dihitung atas dasar pembagian testee ke dalam dua kelompok, yaitu
kelompok atas (the higher group) kelompok yang tergolong pandai dan kelompok bawah
(the lower group) kelompok yang tergolong kurang pandai. Ada beberapa cara untuk
mengelompokkan testee, dapat menggunakan median, dapat juga menggunakan hanya
20% dari testee yang temasuk kelompok atas dan 20% yang termasuk kelompok bawah.
Namun pada umumnya, para pakar di bidang evaluasi menggunakan persentase 27% dari
testee yang termasuk kelompok atas dan 27% dari testee yang termasuk kelompok bawah
karena dianggap cukup mampu diandalkan (Sudjiono, 2011).
Berikut ini adalah tabel indek daya beda butir item, data yang dihitung
menggunakan aplikasi ANATES, yaitu :
Instrumen evaluasi yang berbentuk tes dan objektif, selain harus memenuhi
syarat-syarat yang telah disebutkan terdahulu, harus mempunyai distraktor yang efektif.
Yang disebut dengan distraktor atau pengecoh adalah opsi-opsi yang bukan merupakan
kunci jawaban (jawaban benar). Butir soal yang baik pengecohnya akan dipilih secara
merata oleh peserta didik yang menjawab salah. Sebaliknya, butir soal yang kurang baik,
pengecohnya akan dipilih secara tidak merata. Pengecoh dianggap baik bila jumlah
peserta didik yang memilih pengecoh itu sama atau mendekati jumlah ideal (Anderson,
2001).
Berikut ini adalah tabel distraktor butir item, data yang dihitung menggunakan
aplikasi ANATES, yaitu :
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
Masmud. (2009). Tingkat Kesukaran dan Daya Beda. Jakarta: Rajawali Press.
Medhy. (2013). Pengamatan Morfologi Jamur. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada Press.
Thoha, C. (1990). Teknik Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.