Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

AUTO IMUN

Dosen Pembimbing : Rani handriani, S.Si, M.Kes

DISUSUN OLEH :
AGENG SAFITRI ( 1811E2001)
AHMAD SOPIAN (1811E2003)
DIAH GUNARTI (1811E2008
EKA NURBUDIYATNA (1811E2009)
EKO MARGININGSIH (1811E2010)
F.A BAYU PRAKOSO (1811E2013)
HILMAN PRIBADI (1811E2015)
MUCHLISOH ZULAEHA (1811E2024)
MUHAMAD RIZKI (1811E2025)
PRIYATINI (1811E2039)
RINI SUSANTI (1811E2045)

PROGRAM STUDI D3 ANALIS KESEHATAN


SEKOLAH TINGGI ANALIS BAKTI ASIH BANDUNG
2019
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah
yang berjudul “Auto imun” dengan lancar. Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah
untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Imunologi 2
Dalam menyelesaikan makalah ini kami mendapatkan bantuan dari berbagai pihak,
sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami tidak lupa
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam
menyelesaikan makalah ini.
Kami sadar makalah ini masih sangat jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kami
mohon saran, kritik dan masukan yang membangun demi kesempurnaan makalah ini. Kami
berharap makalah yang sederhana ini bermanfaat terutama bagi yang membutuhkannya.

Bandung, 15 November 2019

Penulis

i
Daftar isi
KATA PENGANTAR......................................................................................................... i
Daftar isi ...........................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ....................................................................................................... 1
1.3 Tujuan ................................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................... 3
2.1 Pengertian Autoimun ............................................................................................. 3
2.2 Penyebab Autoimun .............................................................................................. 4
2.3 Mekanisme Terjadinya Autoimun ........................................................................... 4
2.4 Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Pada Perkembangan Penyakit Autoimun .......... 5
2.5 Jenis-Jenis Penyakit Autoimun .............................................................................. 5
2.6 Cara Mendiagnosa Penyakit Autoimun .................................................................. 8
2.7 Cara Mengobati Autoimun ..................................................................................... 9
BAB III PENUTUP ......................................................................................................... 11
3.1. Kesimpulan ......................................................................................................... 11
3.2 Saran ................................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 12

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Autoimunitas adalah kegagalan dari suatu organisme untuk mengenali bagianbagian


penyusunnya sendiri sebagai diri, yang memungkinkan respon imun terhadap sel sendiri
dan jaringan tubuh. Setiap penyakit dari hasil respon imun yang menyimpang diistilahkan
sebagai suatu penyakit autoimun.

Penyakit Auto Imun adalah penyakit dimana sistem kekebalan yang terbentuk salah
mengidentifikasi benda asing, dimana sel, jaringan atau organ tubuh manusia justru
dianggap sebagai benda asing sehingga dirusak oleh antibodi. Jadi adanya penyakit
autoimmune tidak memberikan dampak peningkatan ketahanan tubuh dalam melawan
suatu penyakit, tetapi justru terjadi kerusakan tubuh akibat kekebalan yang terbentuk.

Bahan yang bisa merangsang respon imunitas disebut antigen. Antigen adalah
molekul yang mungkin terdapat dalam sel atau di atas permukaan sel (seperti bakteri,
virus, atau sel kanker). Beberapa antigen ada pada jaringan sendiri tetapi biasanya, sistem
imunitas bereaksi hanya terhadap antigen dari bahan asing atau berbahaya, tidak terhadap
antigen sendiri. Sistem munitas kadang-kadang rusak, menterjemahkan jaringan tubuh
sendiri sebagai antigen asing dan menghasilkan antibodi (disebut autoantibodi) atau sel
imunitas menargetkan dan menyerang jaringan tubuh sendiri. Respon ini disebut reaksi
autoimun. Hal tersebut menghasilkan radang dan kerusakan jaringan. Efek seperti itu
mungkin merupakan gangguan autoimun, tetapi beberapa orang menghasilkan jumlah
yang begitu kecil autoantibodi sehingga gangguan autoimun tidak terjadi.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian autoimun?

2. Apa penyebab autoimun?

3. Bagaimana mekanisme terjadinya autoimun?

4. Apa faktor-faktor yang berpengaruh pada perkembangan penyakit autoimun?

5. Apa jenis-jenis penyakit autoimun?

1
6. Bagaimana cara mendiagnosa penyakit autoimun?

7. Bagaimana cara mengobati penyakit autoimun?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian autoimun.

2. Untuk mengetahui penyebab autoimun.

3. Untuk mengetahui mekanisme terjadinya autoimun.

4. Untuk mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh pada perkembangan penyakit


autoimun.

5. Untuk mengetahui jenis-jenis penyakit autoimun.

6. Untuk mengetahui cara mendiagnosa penyakit autoimun.

7. Untuk mengetahui cara mengobati penyakit autoimun.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Autoimun


Autoimunitas adalah respon imun terhadap antigen tubuh sendiri yang disebabkan
oleh menkanisme normal yang gagal berperan untuk mempertahankan self-tolerance sel
B, sel T atau keduanya. Respon imun terlalu aktif menyebabkan disfungsi imun,
menyerang bagian dari tubuh tersebut dan merupakan kegagalan fungsi sistem
kekebalan tubuh yang membuat badan menyerang jaringannya sendiri. Sistem imunitas
menjaga tubuh melawan pada apa yang terlihatnya sebagai bahan asing atau berbahaya.
Bahan seperti itu termasuk mikro-jasad, parasit (seperti cacing), sel kanker, dan malah
pencangkokkan organ dan jaringan.

Setiap penyakit yang dihasilkan dari seperti respon imun yang menyimpang,
kerusakan jaringan atau gangguan fungsi fisiologis yang ditimbulkan oleh respon
autoimun disebut penyakit autoimun.

Penyakit Autoimun adalah penyakit dimana sistem kekebalan yang terbentuk salah
mengidentifikasi benda asing, dimana sel, jaringan atau organ tubuh manusia justru
dianggap sebagai benda asing sehingga dirusak oleh antibodi. Jadi adanya penyakit
autoimun tidak memberikan dampak peningkatan ketahanan tubuh dalam melawan
suatu penyakit, tetapi justru terjadi kerusakan tubuh akibat kekebalan yang terbentuk.

Bahan yang bisa merangsang respon imunitas disebut antigen. Antigen adalah
molekul yang mungkin terdapat dalam sel atau di atas permukaan sel (seperti bakteri,
virus, atau sel kanker). Beberapa antigen, seperti molekul serbuk sari atau makanan, ada
di mereka sendiri. Sistem imunitas bereaksi hanya terhadap antigen dari bahan asing
atau berbahaya, tidak terhadap antigen dari orang yang memiliki jaringan sendiri. Tetapi,
sistem imunitas kadang-kadang rusak, menterjemahkan jaringan tubuh sendiri sebagai
antibodi asing dan menghasilkan (disebut autoantibodi) atau sel imunitas menargetkan
dan menyerang jaringan tubuh sendiri. Respon ini disebut reaksi autoimun. Hal tersebut
menghasilkan radang dan kerusakan jaringan. Efek seperti itu mungkin merupakan
gangguan autoimun.

3
2.2 Penyebab Autoimun
Reaksi autoimun dapat dicetuskan oleh beberapa hal :

a. Senyawa yang ada di badan yang normalnya dibatasi di area tertentu


(disembunyikan dari sistem kekebalan tubuh) dilepaskan ke dalam aliran darah.
Misalnya, pukulan ke mata bisa membuat cairan di bola mata dilepaskan ke dalam
aliran darah. Cairan merangsang sistem kekebalan tubuh untuk mengenali mata
sebagai benda asing dan menyerangnya.

b. Senyawa normal di tubuh berubah, misalnya, oleh virus, obat, sinar matahari, atau
radiasi. Bahan senyawa yang berubah mungkin kelihatannya asing bagi sistem
kekebalan tubuh. Misalnya, virus bisa menulari dan demikian mengubah sel di
badan. Sel yang ditulari oleh virus merangsang sistem kekebalan tubuh untuk
menyerangnya.

c. Senyawa asing yang menyerupai senyawa badan alami mungkin memasuki badan.
Sistem kekebalan tubuh dengan kurang hati-hati dapat menjadikan senyawa badan
mirip seperti bahan asing sebagai sasaran. Misalnya, bakteri penyebab sakit
kerongkongan mempunyai beberapa antigen yang mirip dengan sel jantung
manusia. Jarang terjadi, sistem kekebalan tubuh dapat menyerang jantung orang
sesudah sakit kerongkongan (reaksi ini bagian dari demam rheumatik).

d. Sel yang mengontrol produksi antibodi misalnya, limfosit B (salah satu sel darah
putih) mungkin rusak dan menghasilkan antibodi abnormal yang menyerang
beberapa sel badan.

e. Keturunan mungkin terlibat pada beberapa kekacauan autoimun. Kerentanan


kekacauan, daripada kekacauan itu sendiri, mungkin diwarisi. Pada orang yang
rentan, satu pemicu, seperti infeks virus atau kerusakan jaringan, dapat membuat
kekacauan berkembang. Faktor hormonal juga mungkin dilibatkan, karena banyak
kekacauan autoimun lebih sering terjadi pada wanita.

2.3 Mekanisme Terjadinya Autoimun


Jika tubuh dihadapkan sesuatu yang asing maka tubuh memerlukan ketahanan
berupa respon immun untuk melawan substansi tersebut dalam upaya melindungi
dirinya sendiri dari kondisi yang potensial menyebabkan penyakit. Untuk melakukana
hal tersebut secara efektif maka diperlukan kemampuan untuk mengenali dirinya sendiri
sehingga dapat memberikan respon pada kondisi asing atau bukan dirinya sendiri. Pada
4
penyakit autoimmune terjadi kegagalan untuk mengenali beberapa bagian dari dirinya
(NIH, 1998).

Ada 80 grup Penyakit autoimmune serius pada manusia yang memberikan tanda
kesakitan kronis yang menyerang pada hampir seluruh bagian tubuh manusia.
Gejalagejala yang ditimbulkan mencakup gangguan nervous, gastrointestinal, endokrin
sistem, kulit dan jaringan ikat lainnya, mata, darah, dan pembuluh darah. Pada gangguan
penyakit tersebut diatas, problema pokoknya adalah terjadinya gangguan sistem
immune yang menyebabkan terjadinya salah arah sehingga merusak berbagai organ
yang seharusnya dilindunginya.

2.4 Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Pada Perkembangan Penyakit Autoimun


Penyakit autoimun timbul akibat patahnya toleransi kekebalan diri dan dipengaruhi oleh
berbagai faktor (multi faktor). Faktor-faktor yang bersifat predisposisi dan/atau bersifat
kontributif adalah:

1. Genetik, yaitu haplotipe HLA tertentu meningkatkan risiko penyakit autoimun.

Reaksi autoimun dijumpai .

2. Kelamin (gender), yaitu wanita lebih sering daripada pria.

3. Infeksi, yaitu virus Epstein-Barr, mikoplasma, streptokok, Klebsiella, malaria, dll,


berhubungan dengan beberapa penyakit autoimun;

4. Sifat autoantigen, yaitu enzim dan protein (heat shock protein) sering sebagai
antigen sasaran dan mungkin bereaksi silang dengan antigen mikroba;

5. Obat-obatan, yaitu obat tertentu dapat menginduksi penyakit autoimun; 6. Umur,


yaitu sebagian besar penyakit autoimun terjadi pada usia dewasa.

2.5 Jenis-Jenis Penyakit Autoimun


1. Penyakit Anemia Hemolitik Autoimun

Penyakit ini menyerang sel darah merah, ditandai dengan gejala Anemia
(berkurangnya jumlah sel darah merah) terjadi, menyebabkan kepenatan,
kelemahan, dan sakit kepala ringan. Limpa mungkin membesar. Anemia bisa hebat
dan bahkan fatal.

2. Penyakit Bullous Pemphigoid

5
Penyakit ini menyerang kulit, ditandai dengan Lepuh besar, yang kelilingi oleh area
bengkak yang merah, terbentuk di kulit. Gatal biasa. Dengan pengobatan, prognosis
baik.

3. Penyakit Sindrom Goodpasture

Penyakit ini menyerang paru-paru dan ginjal, ditandai dengan Gejala, seperti
pendeknya nafas, batuk darah, kepenatan, bengkak, dan gatal, mungkin
berkembang. Prognosis baik jika pengobatan dilaukan sebelum kerusakan paruparu
atau ginjal hebat terjadi.

4. Penyakit Graves

Penyakit ini menyerang kelenjar tiroid, ditandai dengan kelenjar gondok dirangsang
dan membesar, menghasilkan kadar tinggi hormon thyroid (hyperthyroidism).
Gejala mungkin termasuk detak jantung cepat, tidak tahan panas, tremor, berat
kehilangan, dan kecemasa. Dengan pengobatan, prognosis baik.

5. Penyakit Tiroiditis Hashimoto

Penyakit ini menyerang kelenjar tiroid, ditandai dengan kelenjar gondok meradang
dan rusak, menghasilkan kadar hormon thyroid rendah (hypothyroidism). Gejala
seperti berat badan bertambah, kulit kasar, tidak tahan ke dingin, dan mengantuk.
Pengobatan seumur hidup dengan hormon thyroid perlu dan biasanya mengurangi
gejala secara sempurna.

6. Penyakit Multiple Sclerosis

Penyakit ini menyerang Otak dan spinal cord, ditandai dengan Seluruh sel syaraf
yang terkena rusak. Akibatnya, sel tidak bisa meneruskan sinyal syaraf seperti
biasanya. Gejala mungkin termasuk kelemahan, sensasi abnormal, kegamangan,
masalah dengan pandangan, kekejangan otot, dan sukar menahan hajat. Gejala
berubah-ubah tentang waktu dan mungkin datang dan pergi. Prognosis
berubahubah.

7. Penyakit Myasthenia Gravis

Penyakit ini menyerang Koneksi antara saraf dan otot (neuromuscular junction),
ditandai dengan otot, teristimewa yang dipunyai mata, melemah dan lelah dengan

6
mudah, tetapi kelemahan berbeda dalam hal intensitas. Pola progresivitas bervariasi
secara luas. Obat biasanya bisa mengontrol gejala.

8. Penyakit Pemphigus

Penyakit ini menyerang kulit, ditandai dengan Lepuh besar terbentuk di kulit.

Gangguan bisa mengancam hidup.

9. Penyakit Pernicious Anemia

Penyakit ini menyerang sel tertentu di sepanjang perut, ditandai dengan Kerusakan
pada sel sepanjang perut membuat kesulitan menyerap vitamin B12. (Vitamin B12
perlu untuk produksi sel darah tua dan pemeliharaan sel syaraf). Anemia adalah,
sering akibatnya menyebabkan kepenatan, kelemahan, dan sakit kepala ringan.
Syaraf bisa rusak, menghasilkan kelemahan dan kehilangan sensasi. Tanpa
pengobatan, tali tulang belakang mungkin rusak, akhirnya menyebabkan
kehilangan sensasi, kelemahan, dan sukar menahan hajat. Risiko kanker perut
bertambah. Juga, dengan pengobatan, prognosis baik.

10. Penyakit Rheumatoid Arthritis

Penyakit ini menyerang Sendi atau jaringan lain seperti jaringan paru-paru, saraf,
kulit dan jantung, Banyak gejala mungkin terjadi. termasuk demam, kepenatan, rasa
sakit sendi, kekakuan sendi, merusak bentuk sendi, pendeknya nafas, kehilangan
sensasi, kelemahan, bercak, rasa sakit dada, dan bengkak di bawah kulit. Progonosis
bervariasi

11. Penyakit Systemic Lupus Erythematosus (Lupus)

Penyakit ini menyerang sendi, ginjal, kulit, paru-paru, jantung, otak dan sel darah,
ditandai dengan Sendi, walaupun dikobarkan, tidak menjadi cacat. Gejala anemia,
seperti kepenatan, kelemahan, dan ringan-headedness, dan yang dipunyai ginjal,
paru-paru, atau jantung mengacaukan, seperti kepenatan, pendeknya nafas, gatal,
dan rasa sakit dada, mungkin terjadi. Bercak mungkin timbul. Ramalan berubah-
ubah secara luas, tetapi kebanyakan orang bisa menempuh hidup aktif meskipun
ada gejolak kadang-kadang kekacauan.

12. Penyakit Diabetes Mellitus Tipe

7
Penyakit ini menyerang Sel beta dari pankreas (yang memproduksi insulin),
ditandai dengan Gejala mungkin termasuk kehausan berlebihan, buang air kecil,
dan selera makan, seperti komplikasi bervariasi dengan jangka panjang.
Pengobatan seumur hidup dengan insulin diperlukan, sekalipun perusakan sel
pankreas berhenti, karena tidak cukup sel pankreas yang ada untuk memproduks
iinsulin yang cukup. Prognosis bervariasi sekali dan cenderung menjadi lebih jelek
kalau penyakitnya parah dan bertahan hingga waktu yang lama.

13. Penyakit Vasculitis

Penyakit ini menyerang pembuluh darah, Vasculitis bisa mempengaruhi pembuluh


darah di satu bagian badan (seperti syaraf, kepala, kulit, ginjal, paruparu, atau usus)
atau beberapa bagian. Ada beberapa macam. Gejala (seperti bercak, rasa sakit
abdominal, kehilangan berat badan, kesukaran pernafasan, batuk, rasa sakit dada,
sakit kepala, kehilangan pandangan, dan gejala kerusakan syaraf atau kegagalan
ginjal) bergantung pada bagian badan mana yang dipengaruhi. Prognosis
bergantung pada sebab dan berapa banyak jaringan rusak. Biasanya, prognosis lebih
baik dengan pengobatan.

2.6 Cara Mendiagnosa Penyakit Autoimun


Pemeriksaan darah yang menunjukkan adanya radang dapat diduga sebagai gangguan
autoimun. Misalnya, pengendapan laju eritrosit (ESR) seringkali meningkat, karena protein
yang dihasilkan dalam merespon radang mengganggu kemampuan sel darah merah
(eritrosit) untuk tetap ada di darah. Sering, jumlah sel darah merah berkurang (anemia)
karena radang mengurangi produksi mereka. Tetapi radang mempunyai banyak sebab,
banyak di antaranya yang bukan autoimun. Dengan begitu, dokter sering mendapatkan
pemeriksaan darah untuk mengetahui antibodi yang berbeda yang bisa terjadi pada orang
yang mempunyai gangguan autoimun khusus. Contoh antibodi ini ialah antibodi
antinuclear, yang biasanya ada di lupus erythematosus sistemik, dan faktor rheumatoid atau
anti-cyclic citrullinated peptide (anti-CCP) antibodi, yang biasanya ada di radang sendi
rheumatoid. Antibodi ini pun kadang-kadang mungkin terjadi pada orang yang tidak
mempunyai gangguan autoimun, oleh sebab itu dokter biasanya menggunakan kombinasi
hasil tes dan tanda dan gejala orang untuk mengambil keputusan apakah ada gangguan
autoimun.
8
2.7 Cara Mengobati Autoimun
Pengobatan memerlukan kontrol reaksi autoimmune dengan menekan sistem kekebalan
tubuh. Tetapi, beberapa obat digunakan reaksi autoimmune juga mengganggu kemampuan
badan untuk berjuang melawan penyakit, terutama infeksi.

Obat yang menekan sistem kekebalan tubuh (imunosupresan), seperti azathioprine,


chlorambucil, cyclophosphamide, cyclosporine, mycophenolate, dan methotrexate, sering
digunakan, biasanya secara oral dan seringkali dengan jangka panjang. Tetapi, obat ini
menekan bukan hanya reaksi autoimun tetapi juga kemampuan badan untuk membela diri
terhadap senyawa asing, termasuk mikro-jasad penyebab infeksi dan sel kanker.
Kosekwensinya, risiko infeksi tertentu dan kanker meningkat.

Sering, kortikosteroid, seperti prednison, diberikan, biasanya secara oral. Obat ini
mengurangi radang sebaik menekan sistem kekebalan tubuh. KortiKosteroid yang
digunakan dlama jangka panjang memiliki banyak efek samping. Kalau mungkin,
kortikosteroid dipakai untuk waktu yang pendek sewaktu gangguan mulai atau sewaktu
gejala memburuk. Tetapi, kortikosteroid kadang-kadang harus dipakai untuk jangka waktu
tidak terbatas.

Gangguan autoimun tertentu (misalnya, multipel sklerosis dan gangguan tiroid) juga
diobati dengan obat lain daripada imunosupresan dan kortikosteroid. Pengobatan untuk
mengurangi gejala juga mungkin diperlukan.

Etanercept, infliximab, dan adalimumab menghalangi aksi faktor tumor necrosis (TNF),
bahan yang bisa menyebabkan radang di badan. Obat ini sangat efektif dalam mengobati
radang sendi rheumatoid, tetapi mereka mungkin berbahaya jika digunakan untuk
mengobati gangguan autoimun tertentu lainnya, seperti multipel sklerosis. Obat ini juga
bisa menambah risiko infeksi dan kanker tertentu.

Obat baru tertentu secara khusua membidik sel darah putih. Sel darah putih menolong
pertahanan tubuh melawan infeksi tetapi juga berpartisipasi pada reaksi autoimun.
Abatacept menghalangi pengaktifan salah satu sel darah putih (sel T) dan dipakai pada
radang sendi rheumatoid. Rituximab, terlebih dulu dipakai melawan kanker sel darah putih
tertentu, bekerja dengan menghabiskan sel darah putih tertentu (B lymphocytes) dari tubuh.
Efektif pada radang sendi rheumatoid dan dalam penelitain untuk berbagai gangguan
autoimun lainnya. Obat lain yang ditujukan melawan sel darah putih sedang dikembangkan.

9
Plasmapheresis digunakan untuk mengobati sedikit gangguan autoimun. Darah
dialirkan dan disaring untuk menyingkirkan antibodi abnormal. Lalu darah yang disaring
dikembalikan kepada pasien. Beberapa gangguan autoimun terjadi tak dapat dipahami
sewaktu mereka mulai. Tetapi, kebanyakan gangguan autoimun kronis. Obat sering
diperlukan sepanjang hidup untuk mengontrol gejala. Prognosis bervariasi bergantung pada
gangguan.

10
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Autoimunitas adalah respon imun terhadap antigen tubuh sendiri yang disebabkan oleh
menkanisme normal yang gagal berperan untuk mempertahankan self-tolerance sel B, sel
T atau keduanya. Respon imun terlalu aktif menyebabkan disfungsi imun, menyerang
bagian dari tubuh tersebut dan merupakan kegagalan fungsi sistem kekebalan tubuh yang
membuat badan menyerang jaringannya sendiri. Sistem imunitas menjaga tubuh melawan
pada apa yang terlihatnya sebagai bahan asing atau berbahaya. Bahan seperti itu termasuk
mikro-jasad, parasit (seperti cacing), sel kanker, dan malah pencangkokkan organ dan
jaringan.

Obat yang menekan sistem kekebalan tubuh (imunosupresan), seperti azathioprine,


chlorambucil, cyclophosphamide, cyclosporine, mycophenolate, dan methotrexate, sering
digunakan, biasanya secara oral dan seringkali dengan jangka panjang. Tetapi, obat ini
menekan bukan hanya reaksi autoimun tetapi juga kemampuan badan untuk membela diri
terhadap senyawa asing, termasuk mikro-jasad penyebab infeksi dan sel kanker.
Kosekwensinya, risiko infeksi tertentu dan kanker meningkat.

3.2 Saran

Saya berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca sebagai ilmu pengetahuan
dan wawasan umum. Saya menyadari bahwa dalam makalah ini masih banyak memiliki
kekurangan, karena keterbatasan pengetahuan dan sarana yang saya miliki. Untuk itu saran
dan kritik yang bersifat membangun selalu saya harapkan sehingga dimasa mendatang
makalah ini dapat menjadi lebih baik.

11
DAFTAR PUSTAKA

• http://beritanda.com/gaya-hidup/berita-gaya-hidup/kesehatan/5605-kenali-3-
penyakitautoimun.html

• http://sandurezu.files.wordpress.com/2011/03/blood-cells.jpg?w=300
• http://allergyclinic.wordpress.com/

12

Anda mungkin juga menyukai