Anda di halaman 1dari 2

1.

Pengantar

Bumi adalah rumah dan kediaman kita. Rumah kita saat ini sedang menjerit dan minta
tolong akibat keserakahan pelaku-pelaku manusia. Sebagai ciptaan termulia, manusia
seharusnya paham akan tugas dan tanggungjawabnya memelihara alam ciptaan (Kej 1:28).
Situasi bumi yang sedang menjerit menimbulkan pertanyaan dan kekuatiran filosofis: bumi
yang seperti apa hendak diwariskan kepada generasi baru dan kepada anak-anak yang sedang
bertumbuh. Hendaknya sikap dan prinsip manusia yang miskin refleksi dapat meneropong
sebuah perubahan baru bagi generasi dan anak-anak yang sedang bertumbuh. Situasi ini
merupakan tanggung jawab setiap pribadi manusia yang mendiami bumi. Persoalan bukan
terletak pada satu pemimpin negara, lembaga-lembaga atau keagamaan. Persoalan utama
terletak pada pribadi manusia itu sendiri.

Gereja sebagai sebuah lembaga sudah saatnya keluar dari zona amannya. Gereja tidak
boleh diam dan berpangku tangan melihat situasi bumi yang sangat memprihatinkan. Sudah
disebutkan tadi bahwa situasi bumi yang sedang menjerit bukanlah pada fisik bumi itu
sendiri, melainkan sikap dan sifat manusianya. Sebuah ungkapan umum yang sangat dikenal
dan muncul akibat situasi ini ialah “yang miskin semakin miskin dan yang jaya semakin
kaya”. Ungkapan ini seharusnya tidak muncul ditelinga kita, sebab kita adalah orang-orang
yang memiliki keyakinan dan kepercayaan. Sebagai orang beriman, ajaran utamanya ialah
mengandalkan kasih satu dengan yang lain. Namun de facto banyak manusia yang semikin
miskin akibat ulah para kaum konglomerat.

Dalam situasi inilah Gereja hadir dan merangkul mereka yang tidak mendapat keadilan
dan hak mereka sebagai penghuni bumi dan sebagai ciptaan. Gereja senantiasa membuka diri
akan masalah-masalah sosial kemasyarakatan. Paus Yohanes XXIII dalam ensiklik Pacem in
terries 1963 dengan tegas menolak perang dan menyampaikan suatu proposal perdamaian.
Pada tahun 1917, Paus Paulus VI berbicara tentang masalah ekologi sebagai akibat tragis
dari aktivitas manusia yang terkendali. Paus Yohanes Paulus II dalam seruan apostoliknya
tentang “pertobatan ekologi 2001” mengajak insan manusia mengubah pola pikir dan
perspektif diri. Manusia harus meninggalkan sikap apatis dan berubah menjadi sikap peka
terhadap alam. Paus Benediktus XVI banyak membuat pernyataan tentang keprihatinan dan
kepedulian terhadap lingkungan hidup. Dalam ensiklik caritas in veritate 2009, pada abad
ke-4, paus menyebut dengan sangat eksplisit masalah lingkungan hidup. Paus Fransiskus
dalam anjuran apostoliknya Evangeli Gaudium “kegembiraan Injil” ia menyebutkan
beberapa topic penting terkait dengan hidup masyarakat, misalnya: evanglisasi, perdamaian,
homilietika, keadilan sosial, keluaarga, penghormatan bagi ciptaan, iman dan politik,
ekumenisme, dialog antar agama, dan peran wanita dan awam dalam Gereja. Paus
Fransiskus juga mengeluarkan ensiklik Laudato Si “terpujilah Engkau” seruan dan ajakan
memelihara bumi sebagai rumah kita bersma.

Anda mungkin juga menyukai