TINJAUAN PUSTAKA
2
3
A. Masa pranatal
1). Genetik Heriditer
2). Non Genetik seperti gangguan atau kelainan pada masa
kehamilan, kelainan struktur anatomik dan kekurangan zat gizi.
B. Masa Perinatal
Beberapa keadaan yang dialami bayi pada saat lahir juga
merupakan faktor risiko terjadinya gangguan pendengaran/ketulian
seperti prematur,berat badan lahir rendah, hiperbilirubinrmia, asfiksia.
Umumnya ketulian yang terjadi akibat faktor pranatal dan perinatal
adalah tuli sensorineural bilateral dengan derajat ketulian berat atau
sangat berat.
C. Masa Postnatal
Adanya infeksi bakteri atau virus seperti rubela, campak,
parotis, infeksi otak, perdarahan pada telinga tengah, trauma temporal
juga dapat menyebabkan tuli saraf atau tuli konduktif.
9
Selain itu, berdasarkan penelitian pada bayi yang tuli sejak lahir
terdapat sejumlah faktor risiko yang berperan. Faktor faktor risiko
yang mungkin menyebabkan gangguan pendengaran adalah :
1. Lahir belum cukup bulan (prematur).
2. Pernah dirawat di NICU (Neonatal Intensive Care Unit).
3. Pada saat hamil, ibu mengalami infeksi TORCH
(Toksoplasma, Rubela, Sitomegalovirus, Herpes)
4. Kadar bilirubin darah yang tinggi (hiperbilirubinemia),
sehingga membutuhkan transfusi tukar.
5. Terdapat kelainan anatomi pada wajah
6. Pernah mendapat obat yang bersifat meracuni pendengaran
(ototoksik)
7. Di dalam keluarga terdapat penderita tuli sejak lahir
8. Mengalami infeksi selaput otak (meningitis).
b. Timpanometri
Pemeriksaan ini diperlukan untuk menilai kondisi telinga
tengah. Gambaran timpano metri yang abnormal merupakan
petunjuk adanya gangguan pendengaran konduktif.
Timpanometri merupakan pemeriksaan pendahuluan
sebelum melakukan pemeriksaan OAE (Oto Acoustic
Emission), dan apabila terdapat gangguan pada telinga
tengah maka pemeriksaan OAE harus ditunda sampai telinga
tengah normal.
c. Audiometri Nada Murni