VITAMIN D3 (Cholecalciferol)
Disusun Oleh:Kelompok 12
1. Nabilah Vista
NIM: Po.71.24.2.17.024
2. Novita Sari
NIM: Po.71.24.2.17.025
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan yang Maha Esa karena atas limpahan
berkah, rahmat dan karunia-Nya, tugas makalah mata kuliah Farmakologi yang berjudul
“Vitamin D3 (Cholecalciferol)“ ini dapat terselesaikan dengan baik dan tepat waktu. Terima
kasih kami ucapkan kepada orangtua, dan teman-teman yang telah mendukung kami dalam
meyelesaikan makalah ini. Terlebih juga juga kepada dosen pembimbing yang telah memberikan
kami dukungan dan semangat dalam menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan,
baik dari segi bentuk maupun isinya, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritikan dari
semua pihak yang sifatnya membangun. Akhir kata penulis berharap agar kiranya makalah ini
dapat bermanfaat bagi semua pihak, baik di masa sekarang maupun di masa yang akan datang.
BAB I PENDAHULUAN
BAB II ISI
1. Pengertian Vitamin D
Vitamin D adalah vitamin yang larut dalam lemak (fat-soluble). Vitamin ini larut dalam
lemak prohormon yang membantu tubuh menyerap kalsium dan fosfor. Vitamin D dikenal juga
dengan nama kalsiferol. Penamaan ini berdasarkan International Union of Pure and Applied
Chemist (IUPAC). Vitamin ini merupakan turunan dari molekul steroid yang merupakan
salah satu turunan dari kolesterol. Vitamin ini tidak hanya berperan pada homeostasis
kalisum, namun memiliki banyak peranan vital lainnya (Gardner & Shoback, 2007).
Vitamin D pada dasarnya adalah suatu steroid yang termasuk kedalam golongan
secosteroid (cincin terbuka) yang mengalami pemecahan karbon pada cincin cyclo-pentano-
perhydro-phenachrene nya. Vitamin D sebenarnya kurang tepat disebut sebagai vitamin
karena tidak hanya bersumber dari asupan makanan, namun disintesis secara de novo atau
oleh tubuh sendiri (Bike, 2011).
Terdapat dua bentuk aktif dari vitamin ini, yaitu vitamin D2 (erkalsitriol) dan vitamin D3
(kalsitriol). Aktivasi vitamin D dilakukan oleh hormon paratiroid. Vitamin D2 atau dikenal
juga dengan nama ergokalsiferol (bentuk tidak aktif) ini berasal dari turunan senyawa
kolesterol yang banyak ditemukan pada ragi dan tanaman. Sedangkan vitamin D3
(kolekalsiferol) sendiri berasal dari turunan senyawa 7-dehidrokolesterol (bentuk tidak aktif).
Golongan vitamin inilah yang paling banyak ditemukan pada kulit manusia. Pada ginjal,
vitamin D dikonversi menjadi bentuk aktif yang disebut 1,25-dihydroxycholecalciferol.
Fungsi utama dari vitamin D adalah berperan penting dalam mempertahankan kalsium
serum dan fosfor serum dalam kondisi stabil, juga bersama-sama berfungsi dalam
mengeraskan tulang dan gigi (Brender, 2005). Disebut Steven Pratt, MD penulis buku Super
Foods Health Style: Proven Strategies for Lifelong Health, bahwa vitamin D merupakan
pengatur utama dari penyerapan kalsium. Artinya tanpa ketersediaan vitamin D tulang tidak
akan mendapatkan manfaat maksimal dari makanan kaya kalsium. Sedangkan menurut Susan
E. Brown, Ph.D, Direktur Osteoporosis Education Project, tanpa vitamin D yang cukup
tubuh menyerap 65% kalsium lebih sedikit.
Penelitian akhir-akhir ini melaporkan bahwa sebagian dari penderita obesitas, hipertensi,
dan diabetes mellitus, ditemukan bahwa kadar vitamin D dalam darahnya rendah. Kemudian
muncul hipotesis atau dugaan yang menghubungkan kekurangan vitamin D dalam darah
dengan peningkatan kejadian obesitas, hipertensi, dan diabetes. (Holick, 2004; Heaney, 2008;
Penckofer et al, 2008; Goyannuci, 2009)
2. Pengertian Vitamin D3
Vitamin D3 atau cholecalciferol adalah salah satu dari lima bentuk vitamin yang larut
dalam lemak. Vitamin ini dapat membantu penyerapan kalsium dan fosfor. Asupan vitamin
D, kalsium, dan fosfor penting untuk membangun dan menjaga tulang serta mengobati dan
mencegah gangguan tulang (seperti rakhitis dan osteomalacia). Vitamin D3 dengan kalsium
digunakan untuk mengobati atau mencegah tulang keropos (osteoporosis). Vitamin ini juga
digunakan dengan obat lain untuk mengobati rendahnya tingkat kalsium atau fosfat yang
disebabkan oleh gangguan tertentu seperti hipoparatiroidisme, pseudohipoparatiroidisme,
kelompok hypophosphatemia
Vitamin D3 secara kimia tidak dapat dibedakan dari bentuk vitamin D yang diproduksi
dari tubuh. Tubuh memproduksi vitamin D dari kolesterol melalui proses yang dipicu oleh
sinar matahari pada kulit. Namun, beberapa orang tidak cukup membuat vitamin ini hanya
dari matahari, seperti orang yang obesitas, mempunyai kulit lebih gelap, orang yang lebih tua
dan yang menutupi kulit ketika dibawah matahari (Journal Harvard School of Public Health,
Vitamin D and Health, 2011 )
3. Sejarah Vitamin D3
Vitamin D mulai dipelajari banyak orang ketika terjadi revolusi industri di Inggris dan
negara-negara eropa lainnya. Hali ini diakibatkan karena pembangunan pabrik-pabrik yang
tinggi dan menghasilkan asap yang hitam menghalangi sinar matahari sampai ke penduduk
terutama anak-anak. Masa itu mereka belum tahu bahwa sinar matahari sangat penting dalam
proses biosintesis pro-vitamin D menjadi vitamin D aktif, akibatnya banyak penduduk yang
kekurangan kadar Vitamin D dalam darah yang mengakibatkan banyak penduduk terutama
anak-anak menderita kerapuhan tulang.
Vitamin D banyak dipelajari pada tahun 1920-1923 oleh Mac Collumn, Hess, dan
Sherman. Mereka melakukan penelitian tentang bahan yang terkandung pada minyak ikan.
Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa pada saat itu bahan tersebut dapat
mengobati kerapuhan tulang pada anak-anak. Mereka mengetahui bahwa bahan ini larut
dalam lemak atau minyak ikan.Lebih lanjut mereka, mereka juga membuktikan bahwa sinar
ultraviolet dari matahari juga mempunyai efek menyembuhkan dalam kerapuhan tulang.
Penelitian pada hewan menunjukkan kerapuhan tulang dapat disembuhkan dengan diberi
sinar matahari. Hasil ini membuktikan bahwa sinar UV pada matahari penting dalam
pembentukkan vitamin D dan pencegahan kerapuhan tulang. Pada 1924 Steenbook dan Hess
menyatakan bahwa makanan yang terkena sinar ultraviolet mempunyai daya anti rakitis. Dan
pada tahun 1930 ditemukan vitamin D dalam bentuk Kristal.
4. Nama Kimia, Rumus Kimia, dan Struktur Kimia Vitamin D3
Angka kebutuhan Vitamin D3 dipengaruhi usia, pada usia lanjut kebutuhan vitamin ini
semakin meningkat. Kebutuhan vitamin D3 juga dipengaruhi kadar melanin (warna kulit)
seseorang. Semakin gelap kulit seseorang maka kadar vitamin D3 yang dibutuhkan semakin
tinggi. Kebutuhan akan vitamin D juga akan meningkat pada saat hamil, menyusui dan. Pada
orang yang tingkat aktivitas fisiknya cukup berat seperti atlet juga membutuhkan vitamin D
lebih banyak. Kebutuhan vitamin D lebih banyak dikarenakan kebutuhan kalsium yang juga
meningkat pada usia dan kondisi tertentu. Selain itu cuaca dan musim serta pemakaian tabir
surya juga mempengaruhi tubuh kita untuk mendapatkan vitamin D3. Stress fisik dan mental
cenderung menurunkan absorpsi kalsium dalam usus halus dan meningkatkan dalam urin.
7. Farmakokinetik vitamin D3
cholecalciferol
HATI PROHORMON
25 hidroksilase
GINJAL
H. STEROID
25 (OH)D3
1α,25(OH)2D3 24R,25(OH)2D
3
TARGET ORGAN
O
INTESTINE BONE
Absorpsi Resorpsi
Vitamin D dari diet diabsorpsi bersama dengan misel berdifusi pasif ke dalam sel
intestinal. 50% vitamin D yang berasal dari diet akan diabsorpsi. Absorpsi dimulai di duodenum
dan paling banyak diabsorpsi di bagian distal usus halus. Vitamin D akan diikat kilomikron ke
sistem limfatik lalu ke hati. Sebagian vitamin D akan terikat DBP dan dibawa ke jaringan
ekstrahepatik. Penyimpanan vitamin ini di hati, kulit, otak, tulang dan jaringan-jaringan lain.
Fungsi kalsitriol yang terpenting adalah regulator biologik untuk homeostasis kalsium.
Bila kadar Ca serum turun maka PTH akan disekresikan dan akan mempengaruhi ginjal untuk
memproduksi kalsitriol. Bila kadar P serum turun akan berefek sama tetapi tidak melalui
aktivitas PTH namun langsung mempengaruhi perubahan yaitu 1,25(OH)2D3 menjadi
1,25(OH)D3. Efek dari kalsitriol adalah kadar Ca dan P meningkat dengan absorpsi dari usus dan
mobilisasi dari tulang. Melalui PTH, vitamin D akan mempengaruhi reabsorpsi Ca dari tulang
dan reabsorpsi Ca dan P dari tubulus renalis Di usus halus. Vitamin D akan meningkatkan kerja
calbindin-9K, yang merupakan calcium-binding protein yang terdapat di usus halus dan berperan
pada absorpsi kalsium di enterosit dan juga mempengaruhi kalsium transporter.
8. Farmakodinamik vitamin D3
Efek utama yang diharapkan atau main effect dari Vitamin D3 adalah
meningkatkan penyerapan kalsium di usus dan mempertahankan konsentrasi kalsium dan
fosfat serum yang memadai untuk memungkinkan mineralisasi tulang yang normal dan untuk
mencegah tetani hipokalsemik. Vitamin ini juga dibutuhkan untuk pertumbuhan tulang dan
remodeling tulang oleh osteoblas dan osteoklas. Tanpa vitamin D3 yang cukup, tulang bisa
menjadi tipis, rapuh, atau cacat.
Reaksi alergi yang sangat serius terhadap vitamin ini jarang terjadi. Namun, pada
beberapa orang terdapat gejala reaksi alergi serius termasuk ruam, gatal atau bengkak
(terutama pada wajah, lidah, dan tenggorokan), pusing parah , kesulitan bernapas.
9. Interaksi Farmakokinetik dan Farmakodinamik Vitamin D3
Sintesis fotokimia vitamin D3 (cholecalciferol, D3) terjadi secara kulit di mana pro-
vitamin D3 (7-dehydrocholesterol) dikonversi menjadi pra-vitamin D3 (pra-D3) sebagai
respons terhadap paparan ultraviolet B (sinar matahari). DHCR7 mengkode enzim 7-
dehydrocholesterol (7-DHC) reductase, yang mengubah 7-DHC menjadi kolesterol, sehingga
menghilangkan substrat dari jalur sintetis vitamin D3, sebuah pendahulu dari 25-
hydroxyvitamin D3.
Temuan varian umum di DHCR7 adalah sangat terkait dengan beredar konsentrasi 25-
hydroxyvitamin D menunjukkan bahwa enzim ini bisa memiliki peran yang lebih besar
dalam pengaturan status vitamin D daripada yang sebelumnya telah diakui. Vitamin D3,
diperoleh dari isomerisasi pra-vitamin D3 dalam lapisan basal epidermal atau penyerapan
makanan dan suplemen alami dan diperkaya usus, berikatan dengan protein pengikat vitamin
D (DBP) dalam aliran darah, dan diangkut ke hati.
D3 dihidroksilasi oleh hati 25-hidroksilase (25-OHase). 25-hydroxycholecalciferol (25
(OH) D3) yang dihasilkan adalah 1-terhidroksilasi dalam ginjal oleh 25-hidroksivitamin D3-
1-hidroksilase (1-OHase). Ini menghasilkan sekosteroid aktif 1, 25 (OH) 2D3 (kalsitriol),
yang memiliki efek berbeda pada berbagai jaringan target. Sintesis 1,25 (OH) 2D3 dari 25
(OH) D3 dirangsang oleh hormon paratiroid (PTH) dan ditekan oleh Ca2 +, Pi dan 1,25 (OH)
2D3 itu sendiri. Langkah pembatas laju dalam katabolisme adalah degradasi 25 (OH) D3 dan
1,25 (OH) 2D3 menjadi 24,25 (OH) D3 dan 1,24,25 (OH) 2D3, masing-masing, yang terjadi
melalui 24- hidroksilasi oleh 25-hydroxyvitamin D 24-hydroxylase (24-OHase), dikodekan
oleh gen CYP24A1. Akibatnya, 24,25 (OH) D3 dan 1,24,25 (OH) 2D3 diekskresikan.
Aktivitas vitamin D dimediasi melalui pengikatan 1,25 (OH) 2D3 ke reseptor vitamin D
(VDR), yang dapat mengatur transkripsi gen lain yang terlibat dalam pengaturan,
pertumbuhan, dan kekebalan sel. VDR memodulasi ekspresi gen dengan membentuk
kompleks heterodimer dengan retinoid-X-receptor (RXR).
10. Interaksi Vitamin D3 dengan Obat Lain
Terdapat sejumlah obat yang berpotensi menimbulkan reaksi yang diharapkan atau
tidak diinginkan jika dikonsumsi bersamaan dengan vitamin D. Beberapa di antaranya
meliputi :
A. Antagonis
Orlistat menurunkan daya serap tubuh terhadap vitamin D. Baik orlistat penurun berat
badan (nama merek Xenical dan alli )
Obat penurun kolesterol cholestyramine (nama merek Questran, LoCholest, dan
Prevalite) dapat mengurangi penyerapan vitamin D dan vitamin yang larut dalam
lemak lainnya
Obat kortikosteroid seperti prednison, sering diresepkan untuk mengurangi
peradangan, dapat mengurangi penyerapan kalsium dan mengganggu metabolisme
vitamin D. Efek-efek ini selanjutnya dapat berkontribusi pada hilangnya tulang dan
pengembangan osteoporosis
Minyak mineral, atau listat dapat mengurangi penyerapan vitamin D
Pemberian vitamin D bersamaan dengan diazid atau diuretic lainnya dapat meningkatkan
resiko hiperkalsemia.
B. Agonis
Phenobarbital dan phenytoin; meningkatkan metabolisme vitamin D pada hati.
Daging ikan berlemak (seperti salmon, tuna, dan mackerel) dan minyak hati ikan
adalah beberapa sumber vitamin D3. Sejumlah kecil vitamin D3 ditemukan dalam hati
sapi, keju, dan kuning telur. Vitamin D dalam makanan ini terutama dalam bentuk vitamin
D 3 dan metabolitnya 25 (OH) D 3. Beberapa jamur menyediakan vitamin D 2 dalam
jumlah bervariasi. Jamur dengan tingkat ditingkatkan vitamin D 2 dari yang terkena sinar
ultraviolet dalam kondisi yang terkendali juga tersedia.
Sumber Makanan Pilihan Vitamin D
IU per Persen
Makanan porsi * DV **
Jus jeruk yang diperkaya dengan vitamin D, 1 gelas (periksa label 137 34
produk, karena jumlah tambahan vitamin D bervariasi)
Susu, tanpa lemak, lemak berkurang, dan utuh, vitamin D- 115-124 29-31
diperkaya, 1 cangkir
C. Suplemen
Dalam suplemen dan makanan yang diperkaya, vitamin D tersedia dalam dua
bentuk, D 2 (ergocalciferol) dan D 3 (cholecalciferol) yang berbeda secara kimia hanya
dalam struktur rantai sampingnya. Vitamin D 2 diproduksi oleh radiasi UV dari ergosterol
dalam ragi, dan vitamin D 3 diproduksi oleh iradiasi 7-dehydrocholesterol dari lanolin
dan konversi kimia kolesterol. Dua bentuk tradisional telah dianggap sebagai setara
berdasarkan kemampuan mereka untuk menyembuhkan rakhitis dan, memang, sebagian
besar langkah-langkah yang terlibat dalam metabolisme dan tindakan vitamin D 2 dan
vitamin D 3 identik. Kedua bentuk (serta vitamin D dalam makanan dan dari sintesis
kulit) secara efektif meningkatkan kadar serum 25 (OH) D. Kesimpulan yang kuat
tentang efek berbeda dari kedua bentuk vitamin D ini tidak dapat ditarik. Namun,
tampaknya bahwa pada vitamin dosis gizi D 2 dan D 3 yang setara, tetapi pada dosis
tinggi vitamin D 2 kurang kuat.
AAP juga merekomendasikan anak-anak yang lebih tua dan remaja yang tidak
memperoleh 400 IU / hari melalui susu yang diperkaya vitamin D dan makanan harus
mengonsumsi suplemen vitamin D 400 IU setiap hari. Namun, rekomendasi terakhir ini
(dikeluarkan November 2008) perlu dievaluasi kembali mengingat RDA vitamin D
Dewan Pangan dan Gizi sebesar 600 IU / hari untuk anak-anak dan remaja (dikeluarkan
November 2010 dan yang sebelumnya merupakan AI dari 200 IU / hari)
12. Manfaat vitamin D3
A. Membantu Penyerapan Mineral Kalsium dan Fosfor
Kalsium dan fosfor yang sangat diperlukan oleh tubuh kita terutama untuk
membentuk tulang. Vitamin D3 berguna untuk membantu penyerapan kalsium dan fosfor
sehingga pembentukan tulang dan gigi dapat berlangsung baik. Didalam tubuh vitamin D3
membantu penyerapan dan mempertahankan kalsium serta fosfor. Kedua mineral tersebut sangat
berperan dalam metabolism tulang.
F. Mencegah Hipertensi
Vitamin D3 membatasi aktivitas enzim-enzim tertentu yang dapat menaikkan
tekanan darah dengan meningkatkan retensi sodium dan air dalam darah. Walaupun tidak
terlalu signifikan kecukupan kebutuhan vitamin D3 dalam tubuh mengurangi resiko
penyakit jantung dan Diabetes Melitus (DM)
Kita dapat melakukan pengukuran vitamin D3 dalam darah dengan menggunakan metode Enzimed-
link Immunosorbent Assay (ELISA). Ada dua jenis pengukuran vitamin D dalam yang dapat
dilakukan dengan mengukur kadar 25(OH)2D3 dan dengan mengukur kadar 1,25(OH)2D3
dalam darah.
Intepretasi hasil pemeriksaan 25(OH)2D3 dalam darah dibagi menjadi 4 kategori yaitu
Selain itu defisiensi vitamin ini juga berpengaruh terhadap penyakit lainnya
diantaranya osteoporosis, diabetes, kanker (kolon, payudara, ovarium, prostat), penyakit
autoimun (asma, artritis reumatoid, psoriasis, sklerosis multiple), miopati proksimal,
penyakit kardiovaskuler, hipertensi, diabetes, dan lainnya.
Pada sebagian orang sulit untuk mendapatkan vitamin D3 yang cukup hanya dari
sumber makanan alami dan sinar matahari saja. . Dalam beberapa kelompok, suplemen
makanan mungkin diperlukan untuk memenuhi kebutuhan harian akan vitamin D3
diantaranya adalah.
Kebutuhan vitamin D3 biasanya tidak dapat dipenuhi oleh ASI saja, yang
menyediakan <25 IU / L hingga 78 IU / L. Kandungan vitamin D3 dalam ASI
berhubungan dengan status vitamin D ibu, sehingga ibu yang menambah vitamin
D dosis tinggi mungkin memiliki kandungan nutrisi yang tinggi dalam susu
mereka. Ikatan Dokter Anak Amerika merekomendasikan bahwa bayi yang disusui
secara eksklusif dan sebagian ditambah dengan 400 IU vitamin D3 per hari, RDA
untuk nutrisi ini selama masa bayi.
Orang Tua
Orang dewasa yang lebih tua berisiko lebih tinggi mengalamI kekurangan
vitamin D3 karena, seiring bertambahnya usia, kulit tidak dapat mensintesis
vitamin D3 dengan efisien, Sealian itu orang lanjut usia cenderung menghabiskan
lebih banyak waktu di dalam ruangan, dan mungkin memiliki asupan vitamin yang
tidak memadai. Sebanyak setengah dari orang dewasa yang lebih tua di Amerika
Serikat dengan patah tulang pinggul dapat memiliki kadar serum 25 (OH) D <30
nmol / L (<12 ng / mL).
Indeks massa tubuh ≥30 dikaitkan dengan kadar serum 25(OH)D3 yang
lebih rendah dibandingkan dengan orang yang tidak obesitas; orang yang obesitas
mungkin membutuhkan asupan vitamin D3 yang lebih besar dari biasanya untuk
mencapai 25 (OH) D sebanding dengan berat badan normal. Obesitas tidak
memengaruhi kapasitas kulit untuk mensintesis vitamin D3, tetapi jumlah lemak
subkutan yang lebih banyak menyerap lebih banyak vitamin dan mengubah
pelepasannya ke dalam sirkulasi. Orang gemuk yang telah menjalani operasi
bypass lambung dapat menjadi kekurangan vitamin D3 dari waktu ke waktu tanpa
asupan nutrisi yang cukup dari makanan atau suplemen, karena bagian dari usus
kecil bagian atas di mana vitamin D3 yang diserap dilewati dan vitamin D3
dimobilisasi ke dalam serum dari lemak. toko mungkin tidak memberikan
kompensasi dari waktu ke waktu.
Rasa lelah dan cepat mengantuk dikaitkan dengan fungsi vitamin D3 yang
mempermudah penyerapan kalsium di usus . Ketika vitamin D3 rendah
kemungkinan besar tubuh kekurangan kalsium. Padahal kalsium diperlukan untuk
kontraksi otot dan untuk menimbulkan sinyal pada sel syaraf. Akibatnya tubuh
akan mudah lelah dan mengantuk saat kekurangan vitamin D3 dan kalsium dalam
darah
Kepala Berkeringat
Resiko toksisitas tidak akan diakibatkan oleh vitamin D dari sumber endogen,
meskipun seseorang terpapar secara berlebihan dari sinar matahari. Hal ini disebabkan karena
baik prokolekalsiferol dan kolekalsiferol akan mengalami proses transformasi, hanya sesuai
kebutuhan, sedangkan sebagian lagi akan menjadi beberapa fotoisomer dengan aktivitas
biologik yang sangat rendah. Paparan sinar matahari tidak mengakibatkan keracunan vitamin
D karena panas yang berkelanjutan pada kulit diduga photodegrade previtamin D 3 dan
vitamin D 3 seperti yang dibentuk. Selain itu, aktivasi termal previtamin D 3 di kulit
menimbulkan berbagai bentuk D non-vitamin yang membatasi pembentukan vitamin D 3 itu
sendiri. Beberapa vitamin D 3 juga dikonversi ke bentuk nonaktif. Asupan vitamin D dari
makanan yang cukup tinggi untuk menyebabkan toksisitas sangat tidak mungkin.
Toksisitas jauh lebih mungkin terjadi dari asupan tinggi suplemen makanan yang
mengandung vitamin D. Terjadinya Toksisitas Vitamin D3 akibat hambatan regulasi
metabolisme vitamin D3 atau 25 (OH) D untuk menjadi 25(OH)D3 di hati sehingga
menyebabkan peningkatan kadar 25(OH)D sampai 10 - 20 kali normal. Toksisitas vitamin D
dapat menyebabkan gejala tidak spesifik seperti anoreksia, penurunan berat badan, poliuria,
dan aritmia jantung. Lebih serius, itu juga dapat meningkatkan kadar kalsium dalam darah
yang menyebabkan kalsifikasi jaringan dan pembuluh darah, dengan kerusakan pada jantung,
pembuluh darah, dan ginjal selanjutnya. Lebih dari itu keracunan vitamin ini dapat
menyebabkan gangguan pada berbagai sel sehingga bisa menyebabkan kematian.
A. Dosis Dewasa
B. Dosis Anak-Anak
Vitamin D pada dosis normal biasanya tidak memiliki efek samping. Vitamin D aman
ketika dikonsumsi secara oral atau diberikan sebagai suntikan ke otot dalam jumlah normal.
Efek samping akibat terlalu banyak mengonsumsi vitamin D3 adalah merasa lelah, lemah,
dan lesu, mengantuk, sakit kepala, sembelit, nafsu makan menurun, mulut kering, mual atau
muntah, perubahan mental dan suasana hati. Hal ini disebablan terlalu banyak vitamin
D3 sehingga menyebabkan kadar kalsium tinggi dan menimbulkan efek samping tersebut .
A. Indikasi
Peningkatan dari beberapa gejala (hipokalsemia, tetani, nyeri tulang, lesi tulang),
yang berkaitan dengan metabolisme yang abnormal dari vitamin D seperti pada kondisi:
gagal ginjal kronik, hipoparatiroidism, Vitamin D-resistant rickets dan oeteomalasia
(BPOM RI)
B. Kontraindikasi
Vitamin D berfungsi untuk membentuk struktur tulang dan gigi yang kuat. Vitamin
ini akan meningkatkan absorbs kalsium di saluran pencernaan. Vitamin D3 (kalsitriol)
berperan dalam metabolisme absorpsi kalsium ke dalam tulang, fungsi otot, sekaligus
meningkatkan sistem kekebalan tubuh. Vitamin D diserap di usus dengan bantuan
senyawa empedu hati dikarenakan vitamin ini tidak larut air. Setelah diserap, vitamin D akan
disimpan di jaringan lemak (adipose) dalam bentuk yang tidak aktif.
Vitamin D juga diproduksi tubuh ketika tubuh terkena sinar matahari dimana
senyawa kolekalsiferol akan diubah menjadi senyawa kalsitriol yang diproduksi
di ginjal kemudian diedarkan ke bagian-bagian tubuh yang membutuhkan, terutama tulang
dan gigi.
21. Penelitian Hubungan Vitamin D3 dengan Kesehatan
A. Penyakit Osteoporosis
Osteoporosis paling sering dikaitkan dengan asupan kalsium yang tidak memadai,
tetapi vitamin D yang tidak cukup berkontribusi terhadap osteoporosis dengan
mengurangi penyerapan kalsium. Meskipun rakhitis dan osteomalacia adalah contoh
ekstrem dari efek defisiensi vitamin D3, osteoporosis adalah contoh efek jangka panjang
dari kekurangan kalsium dan vitamin D. Tingkat penyimpanan vitamin D3 yang memadai
menjaga kekuatan tulang dan dapat membantu mencegah osteoporosis pada orang dewasa
yang lebih tua, orang yang tidak rawat jalan yang mengalami kesulitan berolahraga,
wanita pascamenopause, dan orang yang menggunakan terapi steroid kronis.
B. Kanker
Hampir 30 tahun yang lalu, para peneliti memperhatikan hubungan yang menarik
antara kematian akibat kanker usus besar dan lokasi geografis: Orang-orang yang tinggal
di garis lintang lebih tinggi, seperti di AS utara, memiliki angka kematian akibat kanker
usus besar yang lebih tinggi daripada orang-orang yang tinggal lebih dekat dengan garis
katulistiwa. Banyak hipotesis ilmiah tentang vitamin D dan penyakit berasal dari studi
yang membandingkan radiasi matahari dan tingkat penyakit di berbagai negara. Ini bisa
menjadi titik awal yang baik untuk penelitian lain tetapi tidak memberikan informasi
yang paling pasti. Sinar UVB matahari lebih lemah di garis lintang yang lebih tinggi, dan
pada gilirannya, kadar vitamin D orang di daerah lintang tinggi ini cenderung lebih
rendah. Ini mengarah pada hipotesis bahwa kadar vitamin D yang rendah entah
bagaimana dapat meningkatkan risiko kanker usus besar.
Sejak itu, lusinan penelitian menunjukkan hubungan antara kadar vitamin D
rendah dan peningkatan risiko kanker usus besar dan kanker lainnya. Bukti terkuat untuk
kanker kolorektal, dengan sebagian besar (tetapi tidak semua) penelitian observasional
menemukan bahwa semakin rendah kadar vitamin D, semakin tinggi risiko penyakit
ini. Kadar vitamin D juga dapat memprediksi kelangsungan hidup kanker, tetapi bukti
untuk ini masih terbatas. Namun menemukan hubungan seperti itu tidak selalu berarti
bahwa mengonsumsi suplemen vitamin D akan menurunkan risiko kanker.
C. Penyakit Kardiovaskuler
Jantung pada dasarnya adalah otot yang besar, dan seperti otot rangka, ia memiliki
reseptor untuk vitamin D. Jadi mungkin tidak mengherankan jika penelitian menemukan
kekurangan vitamin D mungkin terkait dengan penyakit jantung. Studi Tindak Lanjut
Profesional Kesehatan memeriksa kadar vitamin D dalam darah pada hampir 50.000 pria
yang sehat, dan kemudian mengikutinya selama 10 tahun. Mereka menemukan bahwa
pria yang kekurangan vitamin D dua kali lebih mungkin mengalami serangan jantung
dibandingkan pria yang memiliki kadar vitamin D yang memadai. Penelitian lain
menemukan bahwa kadar vitamin D yang rendah dikaitkan dengan risiko gagal jantung
yang lebih tinggi. kematian jantung mendadak, stroke, penyakit kardiovaskular
keseluruhan, dan kematian kardiovaskular.
D. Diabetes Tipe 1
Bukti bahwa vitamin D dapat berperan dalam mencegah diabetes tipe 1 berasal
dari studi 30 tahun yang diikuti lebih dari 10.000 anak-anak Finlandia sejak lahir: Anak-
anak yang secara teratur menerima suplemen vitamin D selama masa bayi memiliki risiko
hampir 90 persen lebih rendah dari mengembangkan diabetes tipe 1 daripada mereka
yang tidak menerima suplemen. Studi kontrol kasus Eropa lainnya, ketika dianalisis
bersama, juga menunjukkan bahwa vitamin D dapat membantu melindungi terhadap
diabetes tipe 1. Tidak ada uji coba terkontrol secara acak yang menguji gagasan ini, dan
tidak jelas apakah itu mungkin dilakukan.
E. Influenza
Virus flu menimbulkan kerusakan paling parah di musim dingin, mereda pada
bulan-bulan musim panas. Musiman ini membuat seorang dokter Inggris berhipotesis
bahwa "rangsangan musiman" terkait sinar matahari memicu wabah influenza. Lebih
dari 20 tahun setelah hipotesis awal ini, beberapa ilmuwan menerbitkan sebuah makalah
yang menyatakan bahwa vitamin D mungkin merupakan stimulus musiman. Di antara
bukti yang mereka kutip:
Sebuah uji coba terkontrol acak baru-baru ini pada anak-anak sekolah Jepang
menguji apakah mengambil suplemen vitamin D harian akan mencegah flu musiman.
Percobaan diikuti hampir 340 anak selama empat bulan selama puncak musim flu musim
dingin. Setengah dari peserta penelitian menerima pil yang mengandung 1.200 IU
vitamin D3 dan setengah lainnya menerima pil plasebo. Para peneliti menemukan bahwa
tingkat influenza tipe A pada kelompok vitamin D3 sekitar 40 persen lebih rendah
daripada pada kelompok placebo. Tetapi tidak idak ada perbedaan signifikan dalam
tingkat influenza tipe B.
22. Sediaan dan Produk Vitamin D3
A. Larutan’
B. Wafer
C. Spray
D. Tablet
E. Tablet Kunyah
F. Kapsul
K. Kapsul isi Liquid
Vitamin ini bisa dikonsumsi setelah makan, sebelum makan atau bahkan tanpa makanan.
Tetapi konsumsi setelah makan bisa membantu mengoptimalkan penyerapan vitamin ini.
Untuk proses penyerapan terbaik, jika dosis yang anda butuhkan lebih dari 600mg perhari,
bagi dosis untuk sepanjang hari.
Untuk penggunaan sediaan cair dari obat ini , hati-hati saat mengukur dosis. Ukur dosis
vitamin ini dengan menggunakan alat takar khusus atau sendok khusus. Jangan mengukur
dosis dengan menggunakan sendok makan. Sedangkan penggunaan sediaan dalam bentuk
kunyah dari vitamin ini, kunyah secara perlahan sebelum ditelan. Sediaan bentuk kapsul
ditelan dalam bentuk utuh.
Penggunaan sediaan tablet dilakukan dengan menelan tablet secara utuh. Jangan
membelah tablet jika tidak terdapat garis pembatas. Pada sediaan Extended-release tablets
jangan dihancurkan atau dikunyah. Dengan melakukan hal tersebut akan mengeluarkan obat
secara keseluruhan dan meningkatkan resiko efek samping.
Konsumsi vitamin ini secara teratur untuk mendapatkan hasil maksimal. Minumlah
vitamin ini dalam waktu yang sama untuk membantu mengingatnya. Apabila melewatkan
satu dosis vitamin ini, minumlah sesegera mungkin. Namun, jika sudah mendekati waktu
dosis berikutnya, lewati dosis yang terlupa dan kembali ke jadwal dosis yang biasa. Jangan
menggandakan dosis.
Simpan pada suhu ruangan, jauhkan dari sinar matahari dan tempat yang lembab.
Jangan simpan di kamar mandi.
Jangan dibekukan.
Jauhkan dari jangkauan anak-anak dan hewan peliharaan.
Jangan menyiram obat-obatan ke dalam toilet atau saluran pembuangan
Buang produk apabila masa berlakunya sudah habis atau tidak diperlukan lagi.
Merek lain dari obat ini mungkin memiliki cara penyimpanan yang berbeda
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Vitamin D3 atau cholecalciferol adalah salah satu dari lima bentuk vitamin yang
larut dalam lemak prohormon. Vitamin ini dapat membantu penyerapan kalsium dan
fosfor. Asupan vitamin D, kalsium, dan fosfor penting untuk membangun dan menjaga
tulang serta mengobati dan mencegah gangguan tulang (seperti rakhitis
dan osteomalacia). Vitamin D3 dengan kalsium digunakan untuk mengobati atau
mencegah tulang keropos (osteoporosis). Vitamin ini juga digunakan dengan obat lain
untuk mengobati rendahnya tingkat kalsium atau fosfat.
Sumber vitamin D3 didapat dari makanan, sinar matahari dan suplemen D3.
Angka kebutuhan Vitamin D3 dipengaruhi usia, kadar melanin (warna kulit) seseorang,
aktivitas fisik, cuaca dan musim, serta pemakaian tabir surya. Kebutuhan akan vitamin
D juga akan meningkat pada saat hamil dan menyusui.
Berdasarkan hasil penelitian banyak manfaat yang diidapat dari vitamin ini
diantaranya membantu penyerapan mineral kalsium dan fosfor, menjaga kesehatan
tulang, membantu fungsi kelenjar paratiroid, menjaga fungsi otot, meningkatkan
imunitas tubuh, mencegah hipertensi, dan mengurangi resiko penyakit jantung dan
diabetes. Kekurangan vitamin ini dapat menyebabkan rakhitis, osteomalacia, dan
osteoporosis. Namun, jika dikonsumsi berlebihan dapat menyebabkan kadar kalsium
dalam darah tinggi (hiperkalsemia) bahkan dapat menimbulkan efek toksisitas.
B. Saran
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu penulis mengharpkan saran dan kritik yang membangun dari para pembaca
guna perbaikan dimasa yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Hermawan, Dessy. 2016. Sehat Selalu dengan Vitamin D, Yogyakarta: Penerbit Andi
Miharti, Tantri. 2013. Ilmu Gizi 1, Depok: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan
Sukmawati, Elizabeth, dkk. 2018. Farmakologi Kebidanan. Jakarta: CV. Trans Info Media
Syarif, dkk. 2007. Farmakologi dan Terapi. Jakarta: Badan Penerbit FKUI. Hal 769-793
Tim IONI, 2014. Buku Informatorium Obat Nasional Indonesia (IONI), Jakarta: Pusat Informasi
Obat Nasional, BPOM RI
Jurnal Ilmiah
Ayu Setyorini dkk.2009 “Pencegahan Osteoporosis dengan Suplementasi Ca++ dan Vit D pada
Penggunaan Korti kosteroid Jangka Panjang” dalam Sari Pediatri, Vol. 11, No. 1, Juni 2009
Parinduri, Fitri Khoiriya, M. Zen Rahfiludi, dan Siti Fatimah.2017. “Hubungan Asupan kalsiun,
vitamin D, fosfor, kafein,dan aktivitas fisik dengan kepadatan tulang pada wanita dewasa muda”
dalam Jurnal Kesehatan Masyarakat Volume 5 Nomor 4. Semarang: Universitas Dipenogoro
Vera, Siti Setiati, dan Arya Govinda. 2012. “Determinan Diagnostik Klinis Defesiensi Vitamin D
pada Wanita Berusia Lebih dari 50 Tahun ” dalam Laporan Penelitian Kedokteran Subspesialis
Penyakit Dalam Divisi Geriatri FKUI/RSCM. Depok: Fakultas Indonesia