Anda di halaman 1dari 38

MAKALAH FARMAKOLOGI

VITAMIN D3 (Cholecalciferol)

Disusun Oleh:Kelompok 12
1. Nabilah Vista
NIM: Po.71.24.2.17.024
2. Novita Sari
NIM: Po.71.24.2.17.025

Kelas: DIV.Kebidanan Tingkat II

Dosen Pengampuh : Dian Lestari, SST, M.BMd

PRODI DIV KEBIDANAN


POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG
TAHUN AJARAN 2018/2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan yang Maha Esa karena atas limpahan
berkah, rahmat dan karunia-Nya, tugas makalah mata kuliah Farmakologi yang berjudul
“Vitamin D3 (Cholecalciferol)“ ini dapat terselesaikan dengan baik dan tepat waktu. Terima
kasih kami ucapkan kepada orangtua, dan teman-teman yang telah mendukung kami dalam
meyelesaikan makalah ini. Terlebih juga juga kepada dosen pembimbing yang telah memberikan
kami dukungan dan semangat dalam menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan,
baik dari segi bentuk maupun isinya, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritikan dari
semua pihak yang sifatnya membangun. Akhir kata penulis berharap agar kiranya makalah ini
dapat bermanfaat bagi semua pihak, baik di masa sekarang maupun di masa yang akan datang.

Palembang, April 2019


DAFTAR ISI

Kata Pengantar ............................................................................................................. i

Daftar Isi ...................................................................................................................... ii-iii

BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang .............................................................................................. 1


2. Rumusan Masalah ......................................................................................... 2
3. Tujuan .......................................................................................................... 3

BAB II ISI

1. Pengertian Vitamin D ................................................................................... 4


2. Pengertian Vitamin D3 ................................................................................. 5
3. Sejarah Vitamin D3....................................................................................... 5
4. Nama Kimia, Rumus Kimia dan Struktur Kimia Vitamin D3 ...................... 6
5. Sifat Fisikokimia Vitamin D3 ....................................................................... 6
6. Kebutuhan mikonutrein vitamin D3 ............................................................. 7
7. Farmakokinetik Vitamin D3 ......................................................................... 8-10
8. Farmakodinamik Vitamin D3 ....................................................................... 10-12
9. Interaksi Farmakodinamik dan Farmakokinetik Vitamin D3 ....................... 13
10. Interaksi Vitamin D3 dengan obat lain ......................................................... 14
11. Sumber Nutrisi Vitamin D3 .......................................................................... 14-16
12. Manfaat Vitamin D3 ..................................................................................... 17
13. Batasan Normal Kadar Vitamin D3 dalam darah ......................................... 18
14. Defisiensi Vitamin D3 .................................................................................. 18-22
15. Kelebihan Vitamin D3 .................................................................................. 22
16. Toksisitas atau Keracunan Vitamin D3 ........................................................ 22-23
17. Dosis Pemakaian Vitamin D3 ....................................................................... 24
18. Efek Samping Vitamin D3 ............................................................................ 25
19. Indikasi dan Kontraindikasi Vitamin D3 ...................................................... 25
20. Cara Kerja Vitamin D3 ................................................................................. 25
21. Penelitian Tentang Hubungan Vitamin D3 dengan Kesehatan..................... 26-28
22. Sediaan dan Produk Vitamin D3................................................................... 29-31
23. Tatacara Pemakaian Vitamin D3 .................................................................. 31-32
24. Penyimpanan Vitamin D3 ............................................................................. 32

BAB III PENUTUP


1. KESIMPULAN ................................................................................................ 33
2. SARAN ............................................................................................................ 33

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………………...iv


BAB I
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Salah satu unsur gizi yang sangat dibutuhkan oleh tubuh kita adalah vitamin. Vitamin
adalah senyawa organik tertentu yang diperlukan dalam jumlah kecil dalam tubuh seseorang
tetapi sangat esensial untuk reaksi metabolisme dalam sel dan penting untuk melangsungkan
pertumbuhan normal serta memilhara kesehatan. Vitamin memiliki peranan spesifik didalam
tubuh dan dapat pula memberikan manfaat kesehatan. Bila kadar senyawa ini tidak
mencukupi, tubuh dapat mengalami suatu penyakit. Tubuh hanya memerlukan vitamin dalam
jumlah sedikit, tetapi jika kebutuhan ini diabaikan maka metabolisme tubuh kita akan
terganggu karena fungsinya tidak dapat digantikan oleh senyawa lain. Gangguan kesehatan
ini dinamakan dengan istilah avitaminosis. Disamping itu, asupan vitamin juga tidak boleh
berlebihan karena dapat menyebabkan gangguan metabolisme pada tubuh.
Selain itu vitamin sangat diperlukan tubuh untuk proses metabolisme dan pertumbuhan
yang normal. Vitamin tidak dapat dihasilkan oleh tubuh manusia dalam jumlah yang cukup,
oleh karena itu harus diperoleh dari bahan pangan yang dikonsumsi. Terkecuali pada vitamin
D, yang dapat dibentuk dalam kulit jika kulit mendapat sinar matahari. Tidak seperti halnya
vitamin-vitamin lain, vitamin D dapat disintesis dalam tubuh manusia dan hewan dalam
bentuk vitamin D2 dan D3. Laju sintesis vitamin D dalam kulit tergantung jumlah sinar
matahari yang diterima serta konsentrasi pigmen di kulit. Agar tubuh tidak kekurangan
vitamin D, maka dianjurkan untuk selalu memanfaatkan sinar matahari untuk kesehatan,
terutama di pagi hari.
Dikenal empat macam vitamin D, yaitu vitamin D2, D3, D4, dan D6. Vitamin D1 tidak
ada. Vitamin D2 terdapat di dalam tumbuh-tumbuhan dan disebut ergoestrol, sedangkan
vitamin D3 terdapat didalam tubuh hewan tekenal dengan nama kalsiferol yang apabila
terkena sinar matahari (sinar ultra violet) akan berubah menjadi vitamin D aktif.
2. RUMUSAN MASALAH
A. Apa yang dimaksud dengan vitamin D?
B. Apa yang dimaksud dengan vitamin D3?
C. Bagaimana sejarah vitamin D3?
D. Bagaimana struktur kimia, nama kimia, dan rumus kimia vitamin D3?
E. Bagaimana sifat fisikokimia vitamin D3?
F. Bagaimana kebutuhan mikronutrien vitamin D3?
G. Bagaimana interaksi farmakokinetik vitamin D3?
H. Bagaimana interaksi farmakodinamik vitamin D3?
I. Bagaimana interaksi farmakodinamik dan farmakinetik vitamin D3?
J. Bagaimana interaksi vitamin D3 dengan obat lainnya?
K. Apa saja sumber nutrisi vitamin D3?
L. Apa saja manfaat vitamin D3?
M. Berapa batasan normal vitamin D3 dalam darah?
N. Apa yang dimaksud defisiensi vitamin D3?
O. Apa yang dimaksud kelebihan vitamin D3?
P. Bagaimana efek toksisitas vitamin D3?
Q. Bagaimana dosis pemakaian vitamin D3?
R. Bagaimana tatacara pemakaian vitamin D3?
S. Apa saja efek samping dari vitamin D3?
T. Bagaimana indikasi dan kontraindikasi vitamin D3?
U. Bagaimana cara kerja vitamin D3?
V. Apa saja penelitian tentang vitamin D3 yang mempengaruhi kesehatan?
W. Apa saja jenis sediaan dan produk vitamin D3?
3. TUJUAN
A. Untuk mengetahui dan memahami pengertian vitamin D
B. Untuk mengetahui dan memahami pengertian vitamin D3
C. Untuk mengetahui dan memahami sejarah vitamin D3
D. Untuk mengetahui dan memahami struktur kimia, nama kimia, dan rumus kimia vitamin
D3
E. Untuk mengetahui dan memahami sifat fisikokimia vitamin D3
F. Untuk mengetahui dan memahami kebutuhan mikronutrien vitamin D3
G. Untuk mengetahui dan memahami interaksi farmakokinetik vitamin D3
H. Untuk mengetahui dan memahami interaksi farmakodinamik vitamin D3
I. Untuk mengetahui dan memahami interaksi farmakodinamik dan farmakinetik vitamin
D3
J. Untuk mengetahui dan memahami interaksi vitamin D3 dengan obat lainnya
K. Untuk mengetahui dan memahami sumber nutrisi vitamin D3
L. Untuk mengetahui dan memahami manfaat vitamin D3
M. Untuk mengetahui dan memahami batasan normal vitamin D3 dalam darah
N. Untuk mengetahui dan memahami yang dimaksud defisiensi vitamin D3
O. Untuk mengetahui dan memahami yang dimaksud kelebihan vitamin D3
P. Untuk mengetahui dan memahami efek toksisitas atau keracunan vitamin D3
Q. Untuk mengetahui dan memahami dosis pemakaian vitamin D3
R. Untuk mengetahui dan memahami tata cara pemakaian vitamin D3
S. Untuk mengetahui dan memahami efek samping D3
T. Untuk mengetahui dan memahami indikasi dan kontraindikasi vitamin D3
U. Untuk mengetahui dan memahami cara kerja vitamin D3
V. Untuk mengetahui dan memahami penelitian vitamin D3 dengan kesehatan
W. Untuk mengetahui dan memahami produk sediaan vitamin D3
BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian Vitamin D

Vitamin D adalah vitamin yang larut dalam lemak (fat-soluble). Vitamin ini larut dalam
lemak prohormon yang membantu tubuh menyerap kalsium dan fosfor. Vitamin D dikenal juga
dengan nama kalsiferol. Penamaan ini berdasarkan International Union of Pure and Applied
Chemist (IUPAC). Vitamin ini merupakan turunan dari molekul steroid yang merupakan
salah satu turunan dari kolesterol. Vitamin ini tidak hanya berperan pada homeostasis
kalisum, namun memiliki banyak peranan vital lainnya (Gardner & Shoback, 2007).

Vitamin D pada dasarnya adalah suatu steroid yang termasuk kedalam golongan
secosteroid (cincin terbuka) yang mengalami pemecahan karbon pada cincin cyclo-pentano-
perhydro-phenachrene nya. Vitamin D sebenarnya kurang tepat disebut sebagai vitamin
karena tidak hanya bersumber dari asupan makanan, namun disintesis secara de novo atau
oleh tubuh sendiri (Bike, 2011).

Terdapat dua bentuk aktif dari vitamin ini, yaitu vitamin D2 (erkalsitriol) dan vitamin D3
(kalsitriol). Aktivasi vitamin D dilakukan oleh hormon paratiroid. Vitamin D2 atau dikenal
juga dengan nama ergokalsiferol (bentuk tidak aktif) ini berasal dari turunan senyawa
kolesterol yang banyak ditemukan pada ragi dan tanaman. Sedangkan vitamin D3
(kolekalsiferol) sendiri berasal dari turunan senyawa 7-dehidrokolesterol (bentuk tidak aktif).
Golongan vitamin inilah yang paling banyak ditemukan pada kulit manusia. Pada ginjal,
vitamin D dikonversi menjadi bentuk aktif yang disebut 1,25-dihydroxycholecalciferol.

Fungsi utama dari vitamin D adalah berperan penting dalam mempertahankan kalsium
serum dan fosfor serum dalam kondisi stabil, juga bersama-sama berfungsi dalam
mengeraskan tulang dan gigi (Brender, 2005). Disebut Steven Pratt, MD penulis buku Super
Foods Health Style: Proven Strategies for Lifelong Health, bahwa vitamin D merupakan
pengatur utama dari penyerapan kalsium. Artinya tanpa ketersediaan vitamin D tulang tidak
akan mendapatkan manfaat maksimal dari makanan kaya kalsium. Sedangkan menurut Susan
E. Brown, Ph.D, Direktur Osteoporosis Education Project, tanpa vitamin D yang cukup
tubuh menyerap 65% kalsium lebih sedikit.

Penelitian akhir-akhir ini melaporkan bahwa sebagian dari penderita obesitas, hipertensi,
dan diabetes mellitus, ditemukan bahwa kadar vitamin D dalam darahnya rendah. Kemudian
muncul hipotesis atau dugaan yang menghubungkan kekurangan vitamin D dalam darah
dengan peningkatan kejadian obesitas, hipertensi, dan diabetes. (Holick, 2004; Heaney, 2008;
Penckofer et al, 2008; Goyannuci, 2009)
2. Pengertian Vitamin D3

Vitamin D3 atau cholecalciferol adalah salah satu dari lima bentuk vitamin yang larut
dalam lemak. Vitamin ini dapat membantu penyerapan kalsium dan fosfor. Asupan vitamin
D, kalsium, dan fosfor penting untuk membangun dan menjaga tulang serta mengobati dan
mencegah gangguan tulang (seperti rakhitis dan osteomalacia). Vitamin D3 dengan kalsium
digunakan untuk mengobati atau mencegah tulang keropos (osteoporosis). Vitamin ini juga
digunakan dengan obat lain untuk mengobati rendahnya tingkat kalsium atau fosfat yang
disebabkan oleh gangguan tertentu seperti hipoparatiroidisme, pseudohipoparatiroidisme,
kelompok hypophosphatemia

Vitamin D3 secara kimia tidak dapat dibedakan dari bentuk vitamin D yang diproduksi
dari tubuh. Tubuh memproduksi vitamin D dari kolesterol melalui proses yang dipicu oleh
sinar matahari pada kulit. Namun, beberapa orang tidak cukup membuat vitamin ini hanya
dari matahari, seperti orang yang obesitas, mempunyai kulit lebih gelap, orang yang lebih tua
dan yang menutupi kulit ketika dibawah matahari (Journal Harvard School of Public Health,
Vitamin D and Health, 2011 )

3. Sejarah Vitamin D3

Vitamin D mulai dipelajari banyak orang ketika terjadi revolusi industri di Inggris dan
negara-negara eropa lainnya. Hali ini diakibatkan karena pembangunan pabrik-pabrik yang
tinggi dan menghasilkan asap yang hitam menghalangi sinar matahari sampai ke penduduk
terutama anak-anak. Masa itu mereka belum tahu bahwa sinar matahari sangat penting dalam
proses biosintesis pro-vitamin D menjadi vitamin D aktif, akibatnya banyak penduduk yang
kekurangan kadar Vitamin D dalam darah yang mengakibatkan banyak penduduk terutama
anak-anak menderita kerapuhan tulang.

Vitamin D banyak dipelajari pada tahun 1920-1923 oleh Mac Collumn, Hess, dan
Sherman. Mereka melakukan penelitian tentang bahan yang terkandung pada minyak ikan.
Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa pada saat itu bahan tersebut dapat
mengobati kerapuhan tulang pada anak-anak. Mereka mengetahui bahwa bahan ini larut
dalam lemak atau minyak ikan.Lebih lanjut mereka, mereka juga membuktikan bahwa sinar
ultraviolet dari matahari juga mempunyai efek menyembuhkan dalam kerapuhan tulang.
Penelitian pada hewan menunjukkan kerapuhan tulang dapat disembuhkan dengan diberi
sinar matahari. Hasil ini membuktikan bahwa sinar UV pada matahari penting dalam
pembentukkan vitamin D dan pencegahan kerapuhan tulang. Pada 1924 Steenbook dan Hess
menyatakan bahwa makanan yang terkena sinar ultraviolet mempunyai daya anti rakitis. Dan
pada tahun 1930 ditemukan vitamin D dalam bentuk Kristal.
4. Nama Kimia, Rumus Kimia, dan Struktur Kimia Vitamin D3

Nama Kimia : cholecalciferol

Rumus Kimia : C27H440

Nama IUPAC : (3β,5Z,7E)-9,10-secocholesta- 5,7,10(19)-trien-3-ol

5. Sifat Fisikokimia Vitamin D3


 Massa Molar : 384,64 g / mol g · mol −1
 Titik Lebur : 83 - 86 ° C (181 - 187 ° F)
 Titik Didih : 496,4 ° C (925,5 ° F)
 Rupa Bentuk : Hablur putih kejaruman
 Kelarutan : Tidak larut dalam air, bebas larut dalam etanol, metanol dan
beberapa pelarut organik lainnya. Sedikit larut dalam minyak
nabati.
 Tidak tahan panas
 Tidak tahan oksidasi
 Sensitif terhadap Sinar Ultraviolet
6. Kebutuhan mikonutrein vitamin D3
Berdasarkan Recommended Dietary Allowances (RDA) atau Angka Kecukupan Gizi
(AKG)

Recommended Dietary Allowances (RDAs) untuk Vitamin D3

Usia Pria Wanita Kehamilan Laktasi

0–12 bulan * 400 IU 400 IU


(10 mcg) (10 mcg)

1–13 tahun 600 IU 600 IU


(15 mcg) (15 mcg)

14-18 tahun 600 IU 600 IU 600 IU 600 IU


(15 mcg) (15 mcg) (15 mcg) (15 mcg)

19–50 tahun 600 IU 600 IU 600 IU 600 IU


(15 mcg) (15 mcg) (15 mcg) (15 mcg)

51–70 tahun 600 IU 600 IU


(15 mcg) (15 mcg)

> 70 tahun 800 IU 800 IU


(20 mcg) (20 mcg)

Angka kebutuhan Vitamin D3 dipengaruhi usia, pada usia lanjut kebutuhan vitamin ini
semakin meningkat. Kebutuhan vitamin D3 juga dipengaruhi kadar melanin (warna kulit)
seseorang. Semakin gelap kulit seseorang maka kadar vitamin D3 yang dibutuhkan semakin
tinggi. Kebutuhan akan vitamin D juga akan meningkat pada saat hamil, menyusui dan. Pada
orang yang tingkat aktivitas fisiknya cukup berat seperti atlet juga membutuhkan vitamin D
lebih banyak. Kebutuhan vitamin D lebih banyak dikarenakan kebutuhan kalsium yang juga
meningkat pada usia dan kondisi tertentu. Selain itu cuaca dan musim serta pemakaian tabir
surya juga mempengaruhi tubuh kita untuk mendapatkan vitamin D3. Stress fisik dan mental
cenderung menurunkan absorpsi kalsium dalam usus halus dan meningkatkan dalam urin.
7. Farmakokinetik vitamin D3

Absorpsi vitamin D melalui saluran cerna cukup baik.Vitamin D3 diabsorpsi lebih


cepat dan sempurna. Gangguan fungsi hati, kandung empedu dan saluran cerna seperti
steatore akan mengganggu absorpsi vitamin D. Disimpan dalam bentuk inert di dalam tubuh,
untuk menjadi bentuk aktif harus dimetabolisme lebih dahulu melalui serangkaian proses
hidroksilasi di ginjal dan hati. Ekskresi melalui empedu dan dalam jumlah kecil ditemukan
dalam urine (Syarif, 2007).

Vitamin D3 terbentuk di kulit, dipengaruhi oleh sinar ultraviolet di sinar matahari ,


lama terpapar sinar matahari dan pigmentasi kulit. 7 dehidrokolesterol disintesis di glandula
sebaseous kulit dan terdistribusi di epidermis dan dermis. Selanjutnya cholecalciferol atau
vitamin D3 terbentuk di kulit dan akan berdifusi dari kulit ke darah dengan transport α2
globulin vitamin D - binding protein (DBP) atau transkalsiferin yang disintesis oleh hati.
DIET + UV SKIN + UV
VITAMIN D3

cholecalciferol

HATI PROHORMON
25 hidroksilase
GINJAL
H. STEROID
25 (OH)D3
1α,25(OH)2D3 24R,25(OH)2D
3

TARGET ORGAN

O
INTESTINE BONE

Absorpsi Resorpsi

Calsium & phosphor

Vitamin D dari diet diabsorpsi bersama dengan misel berdifusi pasif ke dalam sel
intestinal. 50% vitamin D yang berasal dari diet akan diabsorpsi. Absorpsi dimulai di duodenum
dan paling banyak diabsorpsi di bagian distal usus halus. Vitamin D akan diikat kilomikron ke
sistem limfatik lalu ke hati. Sebagian vitamin D akan terikat DBP dan dibawa ke jaringan
ekstrahepatik. Penyimpanan vitamin ini di hati, kulit, otak, tulang dan jaringan-jaringan lain.

D3 atau 25 (OH) D3 oleh enzim 25 hidroksilase di hati akan diubah menjadi


25(OH)D3 kemudian akan masuk dalam sirkulasi dengan terikat oleh DBP. Darah merupakan
single pool (storage site) dari 25(OH)D3 dan half-life ± 3 minggu. 25(OH)D3 merupakan
simpanan yang kurang aktif tetapi paling banyak, jumlahnya 1000 kali lebih. Jadi 25(OH)D3
merupakan indicator vitamin D dalam darah. (1,25(OH)2D3 tidak menjadi indikator vitamin D
karena waktu paruh dalam sirkulasi hanya kurang dari 4 jam. Bila kadar 25(OH)D3 menurun
maka akan terjadi pelepasan kolekalsiferol dari penyimpanannya di kulit, otot dan jaringan
adiposa.
Enzim 25 hidroksilase bekerja tanpa kontrol yang ketat, sedangkan enzim
1α,25(OH)2D3 hidroksilase dikontrol oleh beberapa mekanisme kontrol dan umpan balik. Ginjal
akan menghasilkan hormon steroid melalui enzim 1 hidroksilase atau 1α,25(OH)2D3 lalu
dihasilkan 1α,25(OH)2D3 (kalsitriol). Bila kalsitriol sudah cukup tersedia, maka enzim 24
hidroksilase ( atau 24R,25(OH)2D3hidroksilase ) akan akan meningkat di ginjal untuk
membentuk 24R,25(OH)2D3 yang diduga berperan pada mineralisasi tulang. Regulasi hormon
1α,25(OH)2D3 diatur oleh PTH, Kadar kalsium dan fosfat yang rendah dan status vitamin D.

Fungsi kalsitriol yang terpenting adalah regulator biologik untuk homeostasis kalsium.
Bila kadar Ca serum turun maka PTH akan disekresikan dan akan mempengaruhi ginjal untuk
memproduksi kalsitriol. Bila kadar P serum turun akan berefek sama tetapi tidak melalui
aktivitas PTH namun langsung mempengaruhi perubahan yaitu 1,25(OH)2D3 menjadi
1,25(OH)D3. Efek dari kalsitriol adalah kadar Ca dan P meningkat dengan absorpsi dari usus dan
mobilisasi dari tulang. Melalui PTH, vitamin D akan mempengaruhi reabsorpsi Ca dari tulang
dan reabsorpsi Ca dan P dari tubulus renalis Di usus halus. Vitamin D akan meningkatkan kerja
calbindin-9K, yang merupakan calcium-binding protein yang terdapat di usus halus dan berperan
pada absorpsi kalsium di enterosit dan juga mempengaruhi kalsium transporter.

Di osteoblast vitamin D mempunyai target kerja yaitu protein matriks tulang,


osteokalsin dan ostepontin yang berperan dalam mineralisasi tulang. Vitamin D juga akan
mempengaruhi calbindin-D yang mencegah apoptosis sel osteoblast akibat rangsangan TNF atau
glukokortikoid. Kombinasi kalsitriol dan 24R,25(OH)2D3 dibutuhkan untuk mendapatkan
respon biologi yang normal. Defisiensi 24R,25(OH)2D3 menyebabkan terganggunya
mineralisasi matriks osteoid

8. Farmakodinamik vitamin D3

Fungsi utama vitamin D3 adalah sebagai pengatur keseimbangan kadar kalsium


dengan mengatur absorbsi kalsium di usus halus, interaksi dengan hormon paratiroid
sehingga mobilisasi kalsium dari tulang meningkat, dan mengurangi ekskresi kalsium
melalui ginjal. Bukti nyata efektivitas vitamin D3 meningkatkan mineralisasi belum terbukti
walaupun defisiensi vitamin D sering menyebabkan defisit nyata mineral tulang. Deposisi
mineral tulang normal memerlukan konsentrasi kalsium dan fosfat optimal yang tergantung
keadekuatan absorbsi kalsium. Osteoblast adalah satu-satunya komponen sel tulang yang
mengandung reseptor kalsitriol. Ikatan kalsitriol dengan osteoblast menginduksi pelepasan
osteokalsin, protein yang mengandung residu asam γ-karboksiglutamat dan IL-1 yang
meningkatkan proses resorpsi.

Efek vitamin D3 pada metabolisme kalsium di ginjal adalah sebaliknya, yaitu


meningkatkan reabsorbsi kalsium oleh sel tubulus. Defisiensi vitamin D3 menyebabkan
absorbsi dan reabsorbsi kalsium dan fosfat tidak adekuat sehingga terjadi penurunan
konsentrasi kalsium plasma. Penurunan konsentrasi kalsium plasma menyebabkan
peningkatan sekresi hormon paratiroid yang bertujuan mengembalikan konsentrasi kalsium
plasma tetapi dengan resorpsi dari tulang. Kadar fosfat sendiri akan tetap di bawah normal
karena hormon paratiroid justru akan menyebabkan ekskresi fosfat melalui urin sehingga
tidak terjadi mineralisasi tulang baru dan matriks kartilago yang menyebabkan tulang
menjadi rapuh.11

Efek utama yang diharapkan atau main effect dari Vitamin D3 adalah
meningkatkan penyerapan kalsium di usus dan mempertahankan konsentrasi kalsium dan
fosfat serum yang memadai untuk memungkinkan mineralisasi tulang yang normal dan untuk
mencegah tetani hipokalsemik. Vitamin ini juga dibutuhkan untuk pertumbuhan tulang dan
remodeling tulang oleh osteoblas dan osteoklas. Tanpa vitamin D3 yang cukup, tulang bisa
menjadi tipis, rapuh, atau cacat.

Kecukupan vitamin D3 mencegah rakhitis pada anak-anak dan osteomalacia pada


orang dewasa. Bersama dengan kalsium, vitamin D3 juga membantu melindungi orang
dewasa yang lebih tua dari osteoporosis. Vitamin D memiliki peran lain dalam tubuh,
termasuk modulasi pertumbuhan sel, fungsi neuromuskuler dan kekebalan tubuh, dan
pengurangan peradangan. Vitamin ini bekerja langsung dan tidak langsung pada sel yang
berperan dalam remodeling tulang. Vitamin juga mengurangi ekskresi Ca2+ melalui ginjal.
Disamping itu terdapat efek samping atau side effect dari vitamin ini. Vitamin D3 pada dosis
normal biasanya tidak memiliki efek samping. Tetapi terlalu banyak vitamin D dapat
menyebabkan kadar kalsium tinggi. Jika kadar kalsium dalam tubuh tinggi dapat terjadi
mual, muntah, sembelit, kehilangan nafsu makan, meningkatnya rasa haus, peningkatan
buang air kecil, perubahan suasana hati, dan kelelahan yang tidak biasa.

Reaksi alergi yang sangat serius terhadap vitamin ini jarang terjadi. Namun, pada
beberapa orang terdapat gejala reaksi alergi serius termasuk ruam, gatal atau bengkak
(terutama pada wajah, lidah, dan tenggorokan), pusing parah , kesulitan bernapas.
9. Interaksi Farmakokinetik dan Farmakodinamik Vitamin D3
Sintesis fotokimia vitamin D3 (cholecalciferol, D3) terjadi secara kulit di mana pro-
vitamin D3 (7-dehydrocholesterol) dikonversi menjadi pra-vitamin D3 (pra-D3) sebagai
respons terhadap paparan ultraviolet B (sinar matahari). DHCR7 mengkode enzim 7-
dehydrocholesterol (7-DHC) reductase, yang mengubah 7-DHC menjadi kolesterol, sehingga
menghilangkan substrat dari jalur sintetis vitamin D3, sebuah pendahulu dari 25-
hydroxyvitamin D3.
Temuan varian umum di DHCR7 adalah sangat terkait dengan beredar konsentrasi 25-
hydroxyvitamin D menunjukkan bahwa enzim ini bisa memiliki peran yang lebih besar
dalam pengaturan status vitamin D daripada yang sebelumnya telah diakui. Vitamin D3,
diperoleh dari isomerisasi pra-vitamin D3 dalam lapisan basal epidermal atau penyerapan
makanan dan suplemen alami dan diperkaya usus, berikatan dengan protein pengikat vitamin
D (DBP) dalam aliran darah, dan diangkut ke hati.
D3 dihidroksilasi oleh hati 25-hidroksilase (25-OHase). 25-hydroxycholecalciferol (25
(OH) D3) yang dihasilkan adalah 1-terhidroksilasi dalam ginjal oleh 25-hidroksivitamin D3-
1-hidroksilase (1-OHase). Ini menghasilkan sekosteroid aktif 1, 25 (OH) 2D3 (kalsitriol),
yang memiliki efek berbeda pada berbagai jaringan target. Sintesis 1,25 (OH) 2D3 dari 25
(OH) D3 dirangsang oleh hormon paratiroid (PTH) dan ditekan oleh Ca2 +, Pi dan 1,25 (OH)
2D3 itu sendiri. Langkah pembatas laju dalam katabolisme adalah degradasi 25 (OH) D3 dan
1,25 (OH) 2D3 menjadi 24,25 (OH) D3 dan 1,24,25 (OH) 2D3, masing-masing, yang terjadi
melalui 24- hidroksilasi oleh 25-hydroxyvitamin D 24-hydroxylase (24-OHase), dikodekan
oleh gen CYP24A1. Akibatnya, 24,25 (OH) D3 dan 1,24,25 (OH) 2D3 diekskresikan.
Aktivitas vitamin D dimediasi melalui pengikatan 1,25 (OH) 2D3 ke reseptor vitamin D
(VDR), yang dapat mengatur transkripsi gen lain yang terlibat dalam pengaturan,
pertumbuhan, dan kekebalan sel. VDR memodulasi ekspresi gen dengan membentuk
kompleks heterodimer dengan retinoid-X-receptor (RXR).
10. Interaksi Vitamin D3 dengan Obat Lain

Terdapat sejumlah obat yang berpotensi menimbulkan reaksi yang diharapkan atau
tidak diinginkan jika dikonsumsi bersamaan dengan vitamin D. Beberapa di antaranya
meliputi :

A. Antagonis
 Orlistat menurunkan daya serap tubuh terhadap vitamin D. Baik orlistat penurun berat
badan (nama merek Xenical dan alli )
 Obat penurun kolesterol cholestyramine (nama merek Questran, LoCholest, dan
Prevalite) dapat mengurangi penyerapan vitamin D dan vitamin yang larut dalam
lemak lainnya
 Obat kortikosteroid seperti prednison, sering diresepkan untuk mengurangi
peradangan, dapat mengurangi penyerapan kalsium dan mengganggu metabolisme
vitamin D. Efek-efek ini selanjutnya dapat berkontribusi pada hilangnya tulang dan
pengembangan osteoporosis
 Minyak mineral, atau listat dapat mengurangi penyerapan vitamin D
 Pemberian vitamin D bersamaan dengan diazid atau diuretic lainnya dapat meningkatkan
resiko hiperkalsemia.
B. Agonis
 Phenobarbital dan phenytoin; meningkatkan metabolisme vitamin D pada hati.

11. Sumber nutrisi vitamin D3


A. Makanan

Daging ikan berlemak (seperti salmon, tuna, dan mackerel) dan minyak hati ikan
adalah beberapa sumber vitamin D3. Sejumlah kecil vitamin D3 ditemukan dalam hati
sapi, keju, dan kuning telur. Vitamin D dalam makanan ini terutama dalam bentuk vitamin
D 3 dan metabolitnya 25 (OH) D 3. Beberapa jamur menyediakan vitamin D 2 dalam
jumlah bervariasi. Jamur dengan tingkat ditingkatkan vitamin D 2 dari yang terkena sinar
ultraviolet dalam kondisi yang terkendali juga tersedia.
Sumber Makanan Pilihan Vitamin D

IU per Persen
Makanan porsi * DV **

Minyak hati ikan kod, 1 sendok makan 1,360 340

Ikan pedang, dimasak, 3 ons 566 142

Salmon (sockeye), dimasak, 3 ons 447 112

Ikan tuna, kaleng dalam air, tiriskan, 3 ons 154 39

Jus jeruk yang diperkaya dengan vitamin D, 1 gelas (periksa label 137 34
produk, karena jumlah tambahan vitamin D bervariasi)

Susu, tanpa lemak, lemak berkurang, dan utuh, vitamin D- 115-124 29-31
diperkaya, 1 cangkir

Yogurt, diperkaya dengan 20% dari DV untuk vitamin D, 6 ons 80 20


(lebih banyak yogurt yang diperkaya memberikan lebih banyak DV)

Margarin, diperkaya, 1 sendok makan 60 15

Sarden, kalengan dalam minyak, tiriskan, 2 sarden 46 12

Hati, daging sapi, dimasak, 3 ons 42 11

Telur, 1 besar (vitamin D ditemukan dalam kuning telur) 41 10

Sereal siap makan, diperkaya dengan 10% dari DV untuk vitamin D, 40 10


0,75-1 cangkir (sereal yang lebih diperkaya mungkin menyediakan
lebih banyak DV)

Keju, Swiss, 1 ons 6 2

* IUs = Unit Internasional. **DV = Nilai Harian

B. Paparan Sinar Matahari

Kebanyakan orang memenuhi setidaknya sebagian dari kebutuhan vitamin D


mereka melalui paparan sinar matahari. Ultraviolet (UV) B menembus kulit ditemukan
dan mengkonversi kulit 7-dehydrocholesterol ke previtamin D 3 , yang pada gilirannya
menjadi vitamin D 3.
Musim, waktu, panjang hari, tutupan awan, kabut asap, kandungan melanin kulit,
dan tabir surya adalah beberapa faktor yang mempengaruhi paparan radiasi UV dan
sintesis vitamin D3 dan menyimpannya di hati dan lemak) dari paparan sinar matahari.
Radiasi UVB tidak menembus kaca, jadi paparan sinar matahari di melalui jendela tidak
menghasilkan vitamin D3. Tabir surya dengan (SPF) 8 atau lebih tampaknya
menghambat sinar UV penghasil vitamin D3.

C. Suplemen

Dalam suplemen dan makanan yang diperkaya, vitamin D tersedia dalam dua
bentuk, D 2 (ergocalciferol) dan D 3 (cholecalciferol) yang berbeda secara kimia hanya
dalam struktur rantai sampingnya. Vitamin D 2 diproduksi oleh radiasi UV dari ergosterol
dalam ragi, dan vitamin D 3 diproduksi oleh iradiasi 7-dehydrocholesterol dari lanolin
dan konversi kimia kolesterol. Dua bentuk tradisional telah dianggap sebagai setara
berdasarkan kemampuan mereka untuk menyembuhkan rakhitis dan, memang, sebagian
besar langkah-langkah yang terlibat dalam metabolisme dan tindakan vitamin D 2 dan
vitamin D 3 identik. Kedua bentuk (serta vitamin D dalam makanan dan dari sintesis
kulit) secara efektif meningkatkan kadar serum 25 (OH) D. Kesimpulan yang kuat
tentang efek berbeda dari kedua bentuk vitamin D ini tidak dapat ditarik. Namun,
tampaknya bahwa pada vitamin dosis gizi D 2 dan D 3 yang setara, tetapi pada dosis
tinggi vitamin D 2 kurang kuat.

American Academy of Pediatrics (AAP) merekomendasikan bahwa bayi yang


disusui secara eksklusif dan sebagian menerima suplemen 400 IU / hari vitamin D segera
setelah lahir dan terus menerima suplemen ini sampai mereka disapih dan mengonsumsi
≥1,000 mL / hari vitamin D yang diperkaya susu formula atau susu murni. Demikian
pula, semua bayi yang tidak disusui yang mengonsumsi formula atau susu yang
diperkaya vitamin D <1.000 mL / hari harus menerima suplemen vitamin D 400 IU /
hari.

AAP juga merekomendasikan anak-anak yang lebih tua dan remaja yang tidak
memperoleh 400 IU / hari melalui susu yang diperkaya vitamin D dan makanan harus
mengonsumsi suplemen vitamin D 400 IU setiap hari. Namun, rekomendasi terakhir ini
(dikeluarkan November 2008) perlu dievaluasi kembali mengingat RDA vitamin D
Dewan Pangan dan Gizi sebesar 600 IU / hari untuk anak-anak dan remaja (dikeluarkan
November 2010 dan yang sebelumnya merupakan AI dari 200 IU / hari)
12. Manfaat vitamin D3
A. Membantu Penyerapan Mineral Kalsium dan Fosfor
Kalsium dan fosfor yang sangat diperlukan oleh tubuh kita terutama untuk
membentuk tulang. Vitamin D3 berguna untuk membantu penyerapan kalsium dan fosfor
sehingga pembentukan tulang dan gigi dapat berlangsung baik. Didalam tubuh vitamin D3
membantu penyerapan dan mempertahankan kalsium serta fosfor. Kedua mineral tersebut sangat
berperan dalam metabolism tulang.

B. Menjaga Kesehatan Tulang


Vitamin D3 membantu penggunaan kalsium dalam struktur tulang. Sel-sel yang
membentuk dan mengendalikan tulang, osteoblast dan osteoclast diatur oleh kelenjar
paratiroid yang yang aktivitas nya dipengaruhi kecukupan vitamin D3. Mencukupi
kebutuhan tubuh akan vitamin D3 akan mengurangi risiko penyakit tulang, seperti
osteoporosis dan rakhitis.

C. Membantu Fungsi Kelenjar Paratiroid


Kekurangan vitamin D dapat menyebabkan hiperparatiroidisme sekunder
(overactive parathyroid). Pengobatan awal terhadap hiperparatiroidisme jenis ini adalah
dengan pemberian vitamin D.

D. Menjaga Fungsi Otot


Salah satu gejala kekurangan vitamin D3 adalah lemah otot dan nyeri otot. Hasil
studi menunjukkan bahwa pemberian suplemen vitamin D3 dapat meredakan rasa nyeri
pada sebagian pasien nyeri otot yang mengalami defisiensi vitamin D3

E. Meningkatkan Imunitas Tubuh


Banyak dari sel-sel yang penting dalam melawan penyakit termasuk yang
melawan kanker, memiliki reseptor vitamin D3. Kekurangan vitamin D3 diketahui
meningkatkan risiko kanker.

F. Mencegah Hipertensi
Vitamin D3 membatasi aktivitas enzim-enzim tertentu yang dapat menaikkan
tekanan darah dengan meningkatkan retensi sodium dan air dalam darah. Walaupun tidak
terlalu signifikan kecukupan kebutuhan vitamin D3 dalam tubuh mengurangi resiko
penyakit jantung dan Diabetes Melitus (DM)

G. Mengurangi Resiko Penyakit Jantung dan DM


Walaupun tidak terlalu signifikan kecukupan kebutuhan vitamin D3 dalam tubuh
mengurangi resiko penyakit jantung dan Diabetes Melitus (DM)
13. Batasan Normal Vitamin D3 dalam Darah

Kita dapat melakukan pengukuran vitamin D3 dalam darah dengan menggunakan metode Enzimed-
link Immunosorbent Assay (ELISA). Ada dua jenis pengukuran vitamin D dalam yang dapat
dilakukan dengan mengukur kadar 25(OH)2D3 dan dengan mengukur kadar 1,25(OH)2D3
dalam darah.

Intepretasi hasil pemeriksaan 25(OH)2D3 dalam darah dibagi menjadi 4 kategori yaitu

 Sangat kurang : kadar vitamin D3 <10 ng / ml


 Kurang : kadar vitamin D3 10 – 30 ng / ml
 Normal : kadar vitamin D3 30 – 100 ng / ml
 Keracunan ( Toksisitas ) : kadar vitamin D3 >100 ng / ml

14. Defisiensi Vitamin D3

Kekurangan nutrisi biasanya merupakan hasil dari kekurangan makanan, gangguan


penyerapan dan penggunaan, peningkatan kebutuhan, atau peningkatan ekskresi. Kekurangan
vitamin D dapat terjadi ketika asupan biasa lebih rendah dari tingkat yang direkomendasikan
dari waktu ke waktu, paparan sinar matahari terbatas, ginjal tidak dapat mengubah 25 (OH)
D menjadi bentuk aktifnya, atau penyerapan vitamin D dari saluran pencernaan tidak
memadai. Kekurangan vitamin D terkait dengan alergi susu, intoleransi laktosa, ovo-
vegetarianisme, dan veganisme

Defisiensi vitamin D3 mengakibatkan penyerapan kalsium hanya 15%. Meskipun


asupannya memadai, namun gangguan penyerapan mengakibatkan masuknya kalsium ke
tulang terganggu. Akibatnya seseorang yang defisiensi vitamin D rentan terkena osteoporosis
dan berbagai penyakit lainnya. Rakhis dan osteomalacia adalah penyakit defisiensi vitamin D
klasik.

A. Batasan defisiensi vitamin D3


 Defisiensi ringan/insufisiensi : 50 nmol/L (20ng/L)
 Defisiensi sedang : 37.5 nmol/L (15ng/L)
 Defisiensi berat : 20nmol/L (8ng/L)
B. Penyakit Defisiensi Vitamin D3
Pada anak-anak, kekurangan vitamin D3 menyebabkan rakhitis, penyakit yang
ditandai oleh kegagalan jaringan tulang untuk melakukan mineralisasi dengan benar,
menghasilkan tulang lunak dan kelainan bentuk tulang. Menyusui eksklusif dalam waktu
lama tanpa suplementasi vitamin D3 adalah penyebab signifikan ricket, terutama pada
bayi berkulit gelap yang disusui oleh ibu yang tidak penuh vitamin D3. Penyebab
tambahan rakhitis termasuk penggunaan tabir surya yang luas dan penempatan anak-anak
dalam program penitipan anak, di mana mereka sering memiliki aktivitas di luar ruangan
lebih sedikit dan paparan sinar matahari.

Pada orang dewasa, defisiensi vitamin D3 dapat menyebabkan osteomalacia,


Osteomalasia terjadi karena penumpukan osteoid dengan mineralisasi yang kurang pada
permukaan tulang. Berbeda dengan osteoporosis yang merupakan penurunan total massa
tulang tanpa ada gangguan mineralisasi. Bentuk klinis osteomalasia :adalah
kecenderungan jatuh dan patah tulang.

Selain itu defisiensi vitamin ini juga berpengaruh terhadap penyakit lainnya
diantaranya osteoporosis, diabetes, kanker (kolon, payudara, ovarium, prostat), penyakit
autoimun (asma, artritis reumatoid, psoriasis, sklerosis multiple), miopati proksimal,
penyakit kardiovaskuler, hipertensi, diabetes, dan lainnya.

C. Kelompok yang Berisiko Defisiensi Vitamin D3

Pada sebagian orang sulit untuk mendapatkan vitamin D3 yang cukup hanya dari
sumber makanan alami dan sinar matahari saja. . Dalam beberapa kelompok, suplemen
makanan mungkin diperlukan untuk memenuhi kebutuhan harian akan vitamin D3
diantaranya adalah.

 Bayi yang disusui

Kebutuhan vitamin D3 biasanya tidak dapat dipenuhi oleh ASI saja, yang
menyediakan <25 IU / L hingga 78 IU / L. Kandungan vitamin D3 dalam ASI
berhubungan dengan status vitamin D ibu, sehingga ibu yang menambah vitamin
D dosis tinggi mungkin memiliki kandungan nutrisi yang tinggi dalam susu
mereka. Ikatan Dokter Anak Amerika merekomendasikan bahwa bayi yang disusui
secara eksklusif dan sebagian ditambah dengan 400 IU vitamin D3 per hari, RDA
untuk nutrisi ini selama masa bayi.
 Orang Tua

Orang dewasa yang lebih tua berisiko lebih tinggi mengalamI kekurangan
vitamin D3 karena, seiring bertambahnya usia, kulit tidak dapat mensintesis
vitamin D3 dengan efisien, Sealian itu orang lanjut usia cenderung menghabiskan
lebih banyak waktu di dalam ruangan, dan mungkin memiliki asupan vitamin yang
tidak memadai. Sebanyak setengah dari orang dewasa yang lebih tua di Amerika
Serikat dengan patah tulang pinggul dapat memiliki kadar serum 25 (OH) D <30
nmol / L (<12 ng / mL).

 Orang dengan Paparan Matahari Terbatas

Individu yang tinggal di rumah, wanita yang mengenakan jilbab, dan


orang-orang dengan pekerjaan didalam ruangan mungkin mendapatkan vitamin D3
yang tidak cukup dari sinar matahari.Selain itu penggunaan tabir surya juga
berpengaruh dengan penyerapan sinar matahari.

 Orang dengan Kulit yang Lebih Gelap

Sejumlah besar pigmen melanin dalam lapisan epidermis menghasilkan


kulit yang lebih gelap dan mengurangi kemampuan kulit untuk menghasilkan
vitamin D 3dari sinar matahari. Berbagai laporan secara konsisten menunjukkan
kadar serum 25 (OH) D yang lebih rendah pada orang yang diidentifikasi sebagai
kulit hitam dibandingkan dengan yang diidentifikasi sebagai kulit putih. Tidak
jelas bahwa kadar 25 (OH) D yang lebih rendah untuk orang dengan kulit gelap
memiliki konsekuensi kesehatan yang signifikan.

 Kondisi yang Menyebabkan Malabsorpsi Lemak misalnya Radang Usus

Karena vitamin D3 adalah vitamin yang larut dalam lemak, penyerapannya


tergantung pada kemampuan usus untuk menyerap lemak makanan. Individu yang
memiliki kemampuan yang berkurang untuk menyerap lemak makanan mungkin
memerlukan suplemen vitamin D3. Malabsorpsi lemak dikaitkan dengan berbagai
kondisi medis, termasuk beberapa bentuk penyakit hati, fibrosis kistik, penyakit
celiac, dan penyakit Crohn, serta kolitis ulserativa ketika ileum terminal
meradang. Selain itu, orang dengan beberapa kondisi ini mungkin memiliki asupan
makanan tertentu yang lebih rendah, seperti produk susu yang diperkaya dengan
vitamin D3.
 Obesitas atau telah Operasi Bypass Lambung

Indeks massa tubuh ≥30 dikaitkan dengan kadar serum 25(OH)D3 yang
lebih rendah dibandingkan dengan orang yang tidak obesitas; orang yang obesitas
mungkin membutuhkan asupan vitamin D3 yang lebih besar dari biasanya untuk
mencapai 25 (OH) D sebanding dengan berat badan normal. Obesitas tidak
memengaruhi kapasitas kulit untuk mensintesis vitamin D3, tetapi jumlah lemak
subkutan yang lebih banyak menyerap lebih banyak vitamin dan mengubah
pelepasannya ke dalam sirkulasi. Orang gemuk yang telah menjalani operasi
bypass lambung dapat menjadi kekurangan vitamin D3 dari waktu ke waktu tanpa
asupan nutrisi yang cukup dari makanan atau suplemen, karena bagian dari usus
kecil bagian atas di mana vitamin D3 yang diserap dilewati dan vitamin D3
dimobilisasi ke dalam serum dari lemak. toko mungkin tidak memberikan
kompensasi dari waktu ke waktu.

D. Tanda dan Gejala Defisiensi Vitamin D

 Sering Mengalami Gangguan Mood atau Stress

Banyak penelitian yang menunjukkah adanya korelasi postif antara kadar


serotonin dan kadar vitamin D3 dalam darah. Kita ketahui jika serotonin adalah
hormone yang berkaitan dengan rasa bahagia di otak. Pada orang yang defisiensi
vitamin ini, kadar serotonin dalam darahnya juga rendah sehingga membuat orang
tersebut mudah merasa sedih dan stress.

 Nyeri dan Sakit Pada Tulang dan Mudah lelah

Orang-orang yang mengalami kekurangan kadar vitamin D3 dalam darah


cenderung mengalami nyeri atau sakit pada tulang.Dalam kondisi tertentu juga
mengalami lelah yang berlebihan dan mengantuk. Hal ini mungkin terjadi akibat
tulang kekurangan kalsium atau mengalami demineralisasi tulang. Sehingga tulang
mengalami kerapuhan dan mengalami nyeri saat beraktifitas

Rasa lelah dan cepat mengantuk dikaitkan dengan fungsi vitamin D3 yang
mempermudah penyerapan kalsium di usus . Ketika vitamin D3 rendah
kemungkinan besar tubuh kekurangan kalsium. Padahal kalsium diperlukan untuk
kontraksi otot dan untuk menimbulkan sinyal pada sel syaraf. Akibatnya tubuh
akan mudah lelah dan mengantuk saat kekurangan vitamin D3 dan kalsium dalam
darah
 Kepala Berkeringat

Saat kekurangan vitamin D3 kulit kepala cenderung berkeringat. Oleh


sebab itu bayi yang kepalanya cenderung berkeringat merupakan salah satu
indicator kekurangan vitamin D sehingga perlu dijemur di matahari pagi.

 Adanya Peningkatan Berat Badan atau Obesitas

Banyak penelitian yangmenunjukkan rendahnya kadar vitamin D3 dengan


peningkatan kolesterol dan peningkatan berat badan. Oleh karena itu peningkatan
berat badan atau obesitas merupakan salah satu indicator rendahnya vitamin D3
dalam darah.

 Kulit Berubah menjadi Lebih Gelap

Pigmen kulit berfungsi sebagai sunblock alami sehingga semakin gelap


warna kulit maka semakin besar resiko untuk kekurangan vitamin D3.

15. Kelebihan Vitamin D3

Konsumsi vitamin D dalam jumlah berlebihan mencapai 5 kali AKG akan


menyebabkan kelebihan adsorpsi vitamin D3 yang mengakibatkan kadar kalsium dan fosfat
meningkat dalam darah. Gejala yang terjadi akibat kadar kalsium dalam darah tinggi
(hiperkalsemia) seperti lemah, sakit kepala, kurang nafsu makan, diare, mual, muntah,
gangguan mental, dan pengeluaran urin yang berlebihan. Pada bayi yang kelebihan vitamin
ini menunjukkan gangguan saluran cerna, rapuh tulang, gangguan pertumbuhan dan
keterlambatan mental.

16. Toksisitas atau Keracunan Vitamin D3

Penyebab terjadinya toksisitas atau keracunan vitamin D3 adalah suplementasi


vitamin D yang berlebihan misalnya karena minum susu yang difortifikasi vitamin D tinggi.
Selain itu juga disebabkan Suplementasi vitamin D oral atau injeksi >40.000 IU/minggu atau
>1000 IU/hari. Penggunaan suplemen kalsium (1.000 mg / hari) dan vitamin D (400 IU) oleh
wanita pascamenopause dikaitkan dengan peningkatan 17% risiko batu ginjal selama 7 tahun
dalam Women's Health Initiative. Konsentrasi serum 25 (OH) D secara konsisten> 500 nmol
/ L (> 200 ng / mL) dianggap berpotensi toksik.

Resiko toksisitas tidak akan diakibatkan oleh vitamin D dari sumber endogen,
meskipun seseorang terpapar secara berlebihan dari sinar matahari. Hal ini disebabkan karena
baik prokolekalsiferol dan kolekalsiferol akan mengalami proses transformasi, hanya sesuai
kebutuhan, sedangkan sebagian lagi akan menjadi beberapa fotoisomer dengan aktivitas
biologik yang sangat rendah. Paparan sinar matahari tidak mengakibatkan keracunan vitamin
D karena panas yang berkelanjutan pada kulit diduga photodegrade previtamin D 3 dan
vitamin D 3 seperti yang dibentuk. Selain itu, aktivasi termal previtamin D 3 di kulit
menimbulkan berbagai bentuk D non-vitamin yang membatasi pembentukan vitamin D 3 itu
sendiri. Beberapa vitamin D 3 juga dikonversi ke bentuk nonaktif. Asupan vitamin D dari
makanan yang cukup tinggi untuk menyebabkan toksisitas sangat tidak mungkin.

Toksisitas jauh lebih mungkin terjadi dari asupan tinggi suplemen makanan yang
mengandung vitamin D. Terjadinya Toksisitas Vitamin D3 akibat hambatan regulasi
metabolisme vitamin D3 atau 25 (OH) D untuk menjadi 25(OH)D3 di hati sehingga
menyebabkan peningkatan kadar 25(OH)D sampai 10 - 20 kali normal. Toksisitas vitamin D
dapat menyebabkan gejala tidak spesifik seperti anoreksia, penurunan berat badan, poliuria,
dan aritmia jantung. Lebih serius, itu juga dapat meningkatkan kadar kalsium dalam darah
yang menyebabkan kalsifikasi jaringan dan pembuluh darah, dengan kerusakan pada jantung,
pembuluh darah, dan ginjal selanjutnya. Lebih dari itu keracunan vitamin ini dapat
menyebabkan gangguan pada berbagai sel sehingga bisa menyebabkan kematian.

Tabel Batas Toleransi Tubuh Terhadap Vitamin D3


17. Dosis Pemakaian Vitamin D3

A. Dosis Dewasa

 Insufisiensi Vitamin D3 (Tidak Cukup)

 600 – 2000 IUsecara oral sekali sehari


 Dosis maksimal tidak lebih dari 4000 IU per hari
 Defisiensi Vitamin D3 (Kurang)
 5000 IU seminggu sekali, selama 8 minggu atau 6000 IU seminggu sekali,
selama 8 minggu
 Dosis maksimal tidak lebih dari 10000 IU per hari.

B. Dosis Anak-Anak

 Insufisiensi Vitamin D3 (Tidak Cukup)

 0 -12 bulan: 400 IU sekali sehari


 1 - 18 tahun: 600 IU sekali sehari
 Defisiensi Vitamin D3 (Kurang)
 Hingga usia 1 tahun, 2000 IU, secara oral, sekali sehari, selama 6
minggu atau 50000 IU, secara oral, sekali seminggu, selama 6 minggu
 Usia 1 – 18 tahun: 2000 IU, secara oral, sekali sehari, selama 6
minggu, atau 50000 IU, secara oral, sekali seminggu, selama 6 minggu

C. Dosis Ibu Hamil dan Menyusui


 600 IU per hari

Catatan: Target kadar 25(OH)D dalam darah di atas 30 ng/mL


18. Efek Samping Pemakaian Vitamin D3

Vitamin D pada dosis normal biasanya tidak memiliki efek samping. Vitamin D aman
ketika dikonsumsi secara oral atau diberikan sebagai suntikan ke otot dalam jumlah normal.
Efek samping akibat terlalu banyak mengonsumsi vitamin D3 adalah merasa lelah, lemah,
dan lesu, mengantuk, sakit kepala, sembelit, nafsu makan menurun, mulut kering, mual atau
muntah, perubahan mental dan suasana hati. Hal ini disebablan terlalu banyak vitamin
D3 sehingga menyebabkan kadar kalsium tinggi dan menimbulkan efek samping tersebut .

19. Indikasi dan Kontraindikasi Vitamin D3

A. Indikasi

Peningkatan dari beberapa gejala (hipokalsemia, tetani, nyeri tulang, lesi tulang),
yang berkaitan dengan metabolisme yang abnormal dari vitamin D seperti pada kondisi:
gagal ginjal kronik, hipoparatiroidism, Vitamin D-resistant rickets dan oeteomalasia
(BPOM RI)

B. Kontraindikasi

Hiperkalsemia dan kalsifikasi metastatik. (BPOM RI)

20. Cara Kerja Vitamin D3

Vitamin D berfungsi untuk membentuk struktur tulang dan gigi yang kuat. Vitamin
ini akan meningkatkan absorbs kalsium di saluran pencernaan. Vitamin D3 (kalsitriol)
berperan dalam metabolisme absorpsi kalsium ke dalam tulang, fungsi otot, sekaligus
meningkatkan sistem kekebalan tubuh. Vitamin D diserap di usus dengan bantuan
senyawa empedu hati dikarenakan vitamin ini tidak larut air. Setelah diserap, vitamin D akan
disimpan di jaringan lemak (adipose) dalam bentuk yang tidak aktif.
Vitamin D juga diproduksi tubuh ketika tubuh terkena sinar matahari dimana
senyawa kolekalsiferol akan diubah menjadi senyawa kalsitriol yang diproduksi
di ginjal kemudian diedarkan ke bagian-bagian tubuh yang membutuhkan, terutama tulang
dan gigi.
21. Penelitian Hubungan Vitamin D3 dengan Kesehatan

Penelitian hubungan vitamin D dengan berbagai penyakit oleh National Institute of


Health, United States dan Harvard School of Public Health adalah sebagai berikut

A. Penyakit Osteoporosis

Osteoporosis paling sering dikaitkan dengan asupan kalsium yang tidak memadai,
tetapi vitamin D yang tidak cukup berkontribusi terhadap osteoporosis dengan
mengurangi penyerapan kalsium. Meskipun rakhitis dan osteomalacia adalah contoh
ekstrem dari efek defisiensi vitamin D3, osteoporosis adalah contoh efek jangka panjang
dari kekurangan kalsium dan vitamin D. Tingkat penyimpanan vitamin D3 yang memadai
menjaga kekuatan tulang dan dapat membantu mencegah osteoporosis pada orang dewasa
yang lebih tua, orang yang tidak rawat jalan yang mengalami kesulitan berolahraga,
wanita pascamenopause, dan orang yang menggunakan terapi steroid kronis.

Tulang normal terus-menerus direnovasi. Selama menopause, keseimbangan


antara proses-proses ini berubah, menghasilkan lebih banyak tulang yang diserap
daripada dibangun kembali. Terapi hormon dengan estrogen dan progesteron mungkin
dapat menunda timbulnya osteoporosis. Kebanyakan uji coba suplementasi dari efek
vitamin D pada kesehatan tulang juga termasuk kalsium, sehingga sulit untuk mengisolasi
efek dari masing-masing nutrisi. Di antara wanita pascamenopause dan pria yang lebih
tua, suplemen vitamin D dan kalsium menghasilkan peningkatan kecil dalam kepadatan
mineral tulang di seluruh kerangka. Mereka juga membantu mengurangi fraktur pada
populasi yang lebih tua yang dilembagakan, meskipun manfaatnya tidak konsisten pada
individu yang tinggal di komunitas.

B. Kanker

Hampir 30 tahun yang lalu, para peneliti memperhatikan hubungan yang menarik
antara kematian akibat kanker usus besar dan lokasi geografis: Orang-orang yang tinggal
di garis lintang lebih tinggi, seperti di AS utara, memiliki angka kematian akibat kanker
usus besar yang lebih tinggi daripada orang-orang yang tinggal lebih dekat dengan garis
katulistiwa. Banyak hipotesis ilmiah tentang vitamin D dan penyakit berasal dari studi
yang membandingkan radiasi matahari dan tingkat penyakit di berbagai negara. Ini bisa
menjadi titik awal yang baik untuk penelitian lain tetapi tidak memberikan informasi
yang paling pasti. Sinar UVB matahari lebih lemah di garis lintang yang lebih tinggi, dan
pada gilirannya, kadar vitamin D orang di daerah lintang tinggi ini cenderung lebih
rendah. Ini mengarah pada hipotesis bahwa kadar vitamin D yang rendah entah
bagaimana dapat meningkatkan risiko kanker usus besar.
Sejak itu, lusinan penelitian menunjukkan hubungan antara kadar vitamin D
rendah dan peningkatan risiko kanker usus besar dan kanker lainnya. Bukti terkuat untuk
kanker kolorektal, dengan sebagian besar (tetapi tidak semua) penelitian observasional
menemukan bahwa semakin rendah kadar vitamin D, semakin tinggi risiko penyakit
ini. Kadar vitamin D juga dapat memprediksi kelangsungan hidup kanker, tetapi bukti
untuk ini masih terbatas. Namun menemukan hubungan seperti itu tidak selalu berarti
bahwa mengonsumsi suplemen vitamin D akan menurunkan risiko kanker.

Uji coba akan melihat apakah suplemen vitamin D menurunkan risiko


kanker. Akan tetapi, ini akan bertahun-tahun sebelum ia merilis hasil apa pun. Ini juga
bisa gagal mendeteksi manfaat nyata vitamin D, karena beberapa alasan: Jika orang-
orang dalam kelompok plasebo memutuskan sendiri untuk mengambil suplemen vitamin
D, itu dapat meminimalkan perbedaan antara kelompok plasebo dan kelompok
suplemen; studi mungkin tidak mengikuti peserta untuk waktu yang cukup lama untuk
menunjukkan manfaat pencegahan kanker; atau peserta studi mungkin memulai suplemen
terlambat untuk mengurangi risiko kanker mereka. Sementara itu, berdasarkan bukti
sampai saat ini, 16 ilmuwan telah mengedarkan "seruan untuk bertindak" pada vitamin D
dan pencegahan kanker: Mengingat tingginya tingkat kekurangan vitamin D di Amerika
Utara, bukti kuat untuk pengurangan osteoporosis dan patah tulang, potensi manfaat
melawan kanker dari vitamin D, dan risiko rendah suplementasi vitamin D, mereka
merekomendasikan suplementasi vitamin D yang meluas pada tahun 2000 IU per hari.

C. Penyakit Kardiovaskuler

Jantung pada dasarnya adalah otot yang besar, dan seperti otot rangka, ia memiliki
reseptor untuk vitamin D. Jadi mungkin tidak mengherankan jika penelitian menemukan
kekurangan vitamin D mungkin terkait dengan penyakit jantung. Studi Tindak Lanjut
Profesional Kesehatan memeriksa kadar vitamin D dalam darah pada hampir 50.000 pria
yang sehat, dan kemudian mengikutinya selama 10 tahun. Mereka menemukan bahwa
pria yang kekurangan vitamin D dua kali lebih mungkin mengalami serangan jantung
dibandingkan pria yang memiliki kadar vitamin D yang memadai. Penelitian lain
menemukan bahwa kadar vitamin D yang rendah dikaitkan dengan risiko gagal jantung
yang lebih tinggi. kematian jantung mendadak, stroke, penyakit kardiovaskular
keseluruhan, dan kematian kardiovaskular.
D. Diabetes Tipe 1

Bukti bahwa vitamin D dapat berperan dalam mencegah diabetes tipe 1 berasal
dari studi 30 tahun yang diikuti lebih dari 10.000 anak-anak Finlandia sejak lahir: Anak-
anak yang secara teratur menerima suplemen vitamin D selama masa bayi memiliki risiko
hampir 90 persen lebih rendah dari mengembangkan diabetes tipe 1 daripada mereka
yang tidak menerima suplemen. Studi kontrol kasus Eropa lainnya, ketika dianalisis
bersama, juga menunjukkan bahwa vitamin D dapat membantu melindungi terhadap
diabetes tipe 1. Tidak ada uji coba terkontrol secara acak yang menguji gagasan ini, dan
tidak jelas apakah itu mungkin dilakukan.

E. Influenza

Virus flu menimbulkan kerusakan paling parah di musim dingin, mereda pada
bulan-bulan musim panas. Musiman ini membuat seorang dokter Inggris berhipotesis
bahwa "rangsangan musiman" terkait sinar matahari memicu wabah influenza. Lebih
dari 20 tahun setelah hipotesis awal ini, beberapa ilmuwan menerbitkan sebuah makalah
yang menyatakan bahwa vitamin D mungkin merupakan stimulus musiman. Di antara
bukti yang mereka kutip:

 Kadar vitamin D paling rendah di musim dingin.


 Bentuk aktif vitamin D membuat respons peradangan yang merusak dari beberapa
sel darah putih, sementara itu juga meningkatkan produksi protein kekebalan tubuh
melawan mikroba.
 Anak-anak yang memiliki rakhitis defisiensi vitamin D lebih mungkin
mendapatkan infeksi pernapasan, sementara anak-anak yang terpapar sinar
matahari tampaknya memiliki lebih sedikit infeksi pernapasan.
 Orang dewasa yang memiliki kadar vitamin D rendah lebih mungkin melaporkan
mengalami batuk, pilek, atau infeksi saluran pernapasan atas baru-baru ini.

Sebuah uji coba terkontrol acak baru-baru ini pada anak-anak sekolah Jepang
menguji apakah mengambil suplemen vitamin D harian akan mencegah flu musiman.
Percobaan diikuti hampir 340 anak selama empat bulan selama puncak musim flu musim
dingin. Setengah dari peserta penelitian menerima pil yang mengandung 1.200 IU
vitamin D3 dan setengah lainnya menerima pil plasebo. Para peneliti menemukan bahwa
tingkat influenza tipe A pada kelompok vitamin D3 sekitar 40 persen lebih rendah
daripada pada kelompok placebo. Tetapi tidak idak ada perbedaan signifikan dalam
tingkat influenza tipe B.
22. Sediaan dan Produk Vitamin D3

A. Larutan’

B. Wafer

C. Spray
D. Tablet

E. Tablet Kunyah

F. Kapsul
K. Kapsul isi Liquid

L. Injeksi untuk hewan

23. Tata Cara Pemakaian Vitamin D3

Vitamin ini bisa dikonsumsi setelah makan, sebelum makan atau bahkan tanpa makanan.
Tetapi konsumsi setelah makan bisa membantu mengoptimalkan penyerapan vitamin ini.
Untuk proses penyerapan terbaik, jika dosis yang anda butuhkan lebih dari 600mg perhari,
bagi dosis untuk sepanjang hari.

Untuk penggunaan sediaan cair dari obat ini , hati-hati saat mengukur dosis. Ukur dosis
vitamin ini dengan menggunakan alat takar khusus atau sendok khusus. Jangan mengukur
dosis dengan menggunakan sendok makan. Sedangkan penggunaan sediaan dalam bentuk
kunyah dari vitamin ini, kunyah secara perlahan sebelum ditelan. Sediaan bentuk kapsul
ditelan dalam bentuk utuh.
Penggunaan sediaan tablet dilakukan dengan menelan tablet secara utuh. Jangan
membelah tablet jika tidak terdapat garis pembatas. Pada sediaan Extended-release tablets
jangan dihancurkan atau dikunyah. Dengan melakukan hal tersebut akan mengeluarkan obat
secara keseluruhan dan meningkatkan resiko efek samping.

Konsumsi vitamin ini secara teratur untuk mendapatkan hasil maksimal. Minumlah
vitamin ini dalam waktu yang sama untuk membantu mengingatnya. Apabila melewatkan
satu dosis vitamin ini, minumlah sesegera mungkin. Namun, jika sudah mendekati waktu
dosis berikutnya, lewati dosis yang terlupa dan kembali ke jadwal dosis yang biasa. Jangan
menggandakan dosis.

24. Penyimpanan Produk Vitamin D3

Petunjuk penyimpanan vitamin D3

 Simpan pada suhu ruangan, jauhkan dari sinar matahari dan tempat yang lembab.
 Jangan simpan di kamar mandi.
 Jangan dibekukan.
 Jauhkan dari jangkauan anak-anak dan hewan peliharaan.
 Jangan menyiram obat-obatan ke dalam toilet atau saluran pembuangan
 Buang produk apabila masa berlakunya sudah habis atau tidak diperlukan lagi.
 Merek lain dari obat ini mungkin memiliki cara penyimpanan yang berbeda
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Vitamin D3 atau cholecalciferol adalah salah satu dari lima bentuk vitamin yang
larut dalam lemak prohormon. Vitamin ini dapat membantu penyerapan kalsium dan
fosfor. Asupan vitamin D, kalsium, dan fosfor penting untuk membangun dan menjaga
tulang serta mengobati dan mencegah gangguan tulang (seperti rakhitis
dan osteomalacia). Vitamin D3 dengan kalsium digunakan untuk mengobati atau
mencegah tulang keropos (osteoporosis). Vitamin ini juga digunakan dengan obat lain
untuk mengobati rendahnya tingkat kalsium atau fosfat.
Sumber vitamin D3 didapat dari makanan, sinar matahari dan suplemen D3.
Angka kebutuhan Vitamin D3 dipengaruhi usia, kadar melanin (warna kulit) seseorang,
aktivitas fisik, cuaca dan musim, serta pemakaian tabir surya. Kebutuhan akan vitamin
D juga akan meningkat pada saat hamil dan menyusui.
Berdasarkan hasil penelitian banyak manfaat yang diidapat dari vitamin ini
diantaranya membantu penyerapan mineral kalsium dan fosfor, menjaga kesehatan
tulang, membantu fungsi kelenjar paratiroid, menjaga fungsi otot, meningkatkan
imunitas tubuh, mencegah hipertensi, dan mengurangi resiko penyakit jantung dan
diabetes. Kekurangan vitamin ini dapat menyebabkan rakhitis, osteomalacia, dan
osteoporosis. Namun, jika dikonsumsi berlebihan dapat menyebabkan kadar kalsium
dalam darah tinggi (hiperkalsemia) bahkan dapat menimbulkan efek toksisitas.

B. Saran
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu penulis mengharpkan saran dan kritik yang membangun dari para pembaca
guna perbaikan dimasa yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA

Buku

Ariani, Ayu Putri.2017. Ilmu Gizi. Nuha Medika: Yogyakarta

Hermawan, Dessy. 2016. Sehat Selalu dengan Vitamin D, Yogyakarta: Penerbit Andi

Miharti, Tantri. 2013. Ilmu Gizi 1, Depok: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan

Sukmawati, Elizabeth, dkk. 2018. Farmakologi Kebidanan. Jakarta: CV. Trans Info Media

Syarif, dkk. 2007. Farmakologi dan Terapi. Jakarta: Badan Penerbit FKUI. Hal 769-793

Tim IONI, 2014. Buku Informatorium Obat Nasional Indonesia (IONI), Jakarta: Pusat Informasi
Obat Nasional, BPOM RI

Jurnal Ilmiah

Ayu Setyorini dkk.2009 “Pencegahan Osteoporosis dengan Suplementasi Ca++ dan Vit D pada
Penggunaan Korti kosteroid Jangka Panjang” dalam Sari Pediatri, Vol. 11, No. 1, Juni 2009

Parinduri, Fitri Khoiriya, M. Zen Rahfiludi, dan Siti Fatimah.2017. “Hubungan Asupan kalsiun,
vitamin D, fosfor, kafein,dan aktivitas fisik dengan kepadatan tulang pada wanita dewasa muda”
dalam Jurnal Kesehatan Masyarakat Volume 5 Nomor 4. Semarang: Universitas Dipenogoro

Vera, Siti Setiati, dan Arya Govinda. 2012. “Determinan Diagnostik Klinis Defesiensi Vitamin D
pada Wanita Berusia Lebih dari 50 Tahun ” dalam Laporan Penelitian Kedokteran Subspesialis
Penyakit Dalam Divisi Geriatri FKUI/RSCM. Depok: Fakultas Indonesia

Anda mungkin juga menyukai