Anda di halaman 1dari 7

1.

Konjungtivitis
Definisi Konjungtivitis adalah peradangan pada konjungtiva atau radang
selaput lendir yang menutupi belakang kelopak dan bola mata, dalam bentuk
akut maupun kronis. (Ilyas, 2015)
2. Pembagian Konjungtivitis
a. Konjungtivitis Bakteri
1) Definisi
Konjungtivitis Bakteri adalah inflamasi konjungtiva yang disebabkan
oleh bakteri. Pada konjungtivitis ini biasanya pasien datang dengan
keluhan mata merah, sekret pada mata dan iritasi mata. (Ilyas, 2015)
2) Etiologi dan Faktor Resiko Konjungtivitis
Bakteri dapat dibagi menjadi empat bentuk, yaitu hiperakut, akut,
subakut dan kronik. Konjungtivitis bakteri hiperakut biasanya
disebabkan oleh N gonnorhoeae, Neisseria kochii dan N meningitidis.
Bentuk yang akut biasanya disebabkan oleh Streptococcus pneumonia
dan Haemophilus aegyptyus. Penyebab yang paling sering pada bentuk
konjungtivitis bakteri subakut adalah H influenza dan Escherichia coli,
sedangkan bentuk kronik paling sering terjadi pada konjungtivitis
sekunder atau pada pasien dengan obstruksi duktus nasolakrimalis.
(Ilyas, 2015)
Konjungtivitis bakterial biasanya mulai pada satu mata kemudian
mengenai mata yang sebelah melalui tangan dan dapat menyebar ke
orang lain. Penyakit ini biasanya terjadi pada orang yang terlalu sering
kontak dengan penderita, sinusitis dan keadaan imunodefisiensi. (Ilyas,
2015)
3) Patofisiologi
Mekanisme pertahanan primer terhadap infeksi adalah lapisan epitel
yang meliputi konjungtiva sedangkan mekanisme pertahanan
sekundernya adalah sistem imun yang berasal dari perdarahan
konjungtiva, lisozim dan imunoglobulin yang terdapat pada lapisan air
mata, mekanisme pembersihan oleh lakrimasi dan berkedip. Adanya
gangguan atau kerusakan pada mekanisme pertahanan ini dapat
menyebabkan infeksi pada konjungtiva. (Ilyas, 2015)
4) Gejala Klinis
Gejala-gejala yang timbul pada konjungtivitis bakteri biasanya
dijumpai injeksi konjungtiva baik segmental ataupun menyeluruh.
Selain itu sekret pada kongjungtivitis bakteri biasanya lebih purulen
daripada konjungtivitis jenis lain, dan pada kasus yang ringan sering
dijumpai edema pada kelopak mata. Ketajaman penglihatan biasanya
tidak mengalami gangguan pada konjungtivitis bakteri namun mungkin
sedikit kabur karena adanya sekret dan debris pada lapisan air mata,
sedangkan reaksi pupil masih normal. Gejala yang paling khas adalah
kelopak mata yang saling melekat pada pagi hari sewaktu bangun tidur.
(Ilyas, 2015)

5) Diagnosis
Pada saat anamnesis yang perlu ditanyakan meliputi usia, karena
mungkin saja penyakit berhubungan dengan mekanisme pertahanan
tubuh pada pasien yang lebih tua. Pada pasien yang aktif secara seksual,
perlu dipertimbangkan penyakit menular seksual dan riwayat penyakit
pada pasangan seksual. Perlu juga ditanyakan durasi lamanya penyakit,
riwayat penyakit yang sama sebelumnya, riwayat penyakit sistemik,
obat-obatan, penggunaan obat-obat kemoterapi, riwayat pekerjaan yang
mungkin ada hubungannya dengan penyakit, riwayat alergi dan alergi
terhadap obat-obatan, dan riwayat penggunaan lensa-kontak. (Ilyas,
2015)

6) Penatalaksanaan
Terapi spesifik konjungtivitis bakteri tergantung pada temuan agen
mikrobiologiknya. Terapi dapat dimulai dengan antimikroba topikal
spektrum luas. Pada setiap konjungtivitis purulen yang dicurigai
disebabkan oleh diplokokus gram-negatif harus segera dimulai terapi
topical dan sistemik . Pada konjungtivitis purulen dan mukopurulen,
sakus konjungtivalis harus dibilas dengan larutan saline untuk
menghilangkan sekret konjungtiva (Iiyas, 2015).

b. Konjungtivitis Virus
1) Definisi Konjungtivitis viral
adalah penyakit umum yang dapat disebabkan oleh berbagai jenis virus,
dan berkisar antara penyakit berat yang dapat menimbulkan cacat
hingga infeksi ringan yang dapat sembuh sendiri dan dapat berlangsung
lebih lama daripada konjungtivitis bakteri (Ilyas, 2015).
2) Etiologi dan Faktor Resiko
Konjungtivitis viral dapat disebabkan berbagai jenis virus, tetapi
adenovirus adalah virus yang paling banyak menyebabkan penyakit ini,
dan herpes simplex virus yang paling membahayakan. Selain itu
penyakit ini juga dapat disebabkan oleh virus Varicella zoster,
picornavirus (enterovirus 70, Coxsackie A24), poxvirus, dan human
immunodeficiency virus.Penyakit ini sering terjadi pada orang yang
sering kontak dengan penderita dan dapat menular melalu di droplet
pernafasan, kontak dengan benda-benda yang menyebarkan virus
(fomites) dan berada di kolam renang yang terkontaminasi (Ilyas,
2015).
3) Patofisiologi
Mekanisme terjadinya konjungtivitis virus ini berbeda-beda pada setiap
jenis konjungtivitis ataupun mikroorganisme penyebabnya.
Mikroorganisme yang dapat menyebabkan penyakit ini dijelaskan pada
etiologi. (Ilyas, 2015)
4) Gejala Klinis
Gejala klinis pada konjungtivitis virus berbeda-beda sesuai dengan
etiologinya. Pada keratokonjungtivitis epidemik yang disebabkan oleh
adenovirus biasanya dijumpai demam dan mata seperti kelilipan, mata
berair berat dan kadang dijumpai pseudomembran. Selain itu dijumpai
infiltrat subepitel kornea atau keratitis setelah terjadi konjungtivitis dan
bertahan selama lebih dari 2 bulan. Pada konjungtivitis ini biasanya
pasien juga mengeluhkan gejala pada saluran pernafasan atas dan gejala
infeksi umum lainnya seperti sakit kepala dan demam. Pada
konjungtivitis herpetic yang disebabkan oleh virus herpes simpleks
(HSV) yang biasanya mengenai anak kecil dijumpai injeksi unilateral,
iritasi, sekret mukoid, nyeri, fotofobia ringan dan sering disertai
keratitis herpes. Konjungtivitis hemoragika akut yang biasanya
disebabkan oleh enterovirus dan coxsackie virus memiliki gejala klinis
nyeri, fotofobia, sensasi benda asing, hipersekresi airmata, kemerahan,
edema palpebra dan perdarahan subkonjungtiva dan kadang-kadang
dapat terjadi kimosis. (Ilyas, 2015)
5) Diagnosis
Diagnosis pada konjungtivitis virus bervariasi tergantung etiologinya,
karena itu diagnosisnya difokuskan pada gejala-gejala yang
membedakan tipe-tipe menurut penyebabnya. Dibutuhkan informasi
mengenai, durasi dan gejala-gejala sistemik maupun ocular, keparahan
dan frekuensi gejala, faktor-faktor resiko dan keadaan lingkungan
sekitar untuk menetapkan diagnosis konjungtivitis virus. Pada
anamnesis penting juga untuk ditanyakan onset, dan juga apakah hanya
sebelah mata atau kedua mata yang terinfeksi. Konjungtivitis virus sulit
untuk dibedakan dengan konjungtivitis bakteri berdasarkan gejala
klinisnya dan untuk itu harus dilakukan pemeriksaan lanjutan, tetapi
pemeriksaan lanjutan jarang dilakukan karena menghabiskan waktu
dan biaya.
6) Komplikasi
Konjungtivitis virus bisa berkembang menjadi kronis, seperti
blefarokonjungtivitis. Komplikasi lainnya bisa berupa timbulnya
pseudomembran, dan timbul parut linear halus atau parut datar, dan
keterlibatan kornea serta timbul vesikel pada kulit. (Ilyas, 2015)
7) Penatalaksanaan
Konjungtivitis virus yang terjadi pada anak di atas 1 tahun atau pada
orang dewasa umumnya sembuh sendiri dan mungkin tidak diperlukan
terapi, namun antivirus topikal atau sistemik harus diberikan untuk
mencegah terkenanya kornea. Pasien konjungtivitis juga diberikan
instruksi hygiene untuk meminimalkan penyebaran infeksi. (Ilyas,
2015)

c. Konjungtivitis Alergi
1) Definisi Konjungtivitis alergi
Adalah bentuk alergi pada mata yang paing sering dan disebabkan oleh
reaksi inflamasi pada konjungtiva yang diperantarai oleh sistem imun.
Reaksi hipersensitivitas yang paling sering terlibat pada alergi di
konjungtiva adalah reaksi hipersensitivitas tipe 1. (Ilyas, 2015)
2) Etiologi dan Faktor Resiko
Konjungtivitis alergi dibedakan atas lima subkategori, yaitu
konjungtivitis alergi musiman dan konjungtivitis alergi tumbuh-
tumbuhan yang biasanya dikelompokkan dalam satu grup,
keratokonjungtivitis vernal, keratokonjungtivitis atopik dan
konjungtivitis papilar raksasa. Etiologi dan faktor resiko pada
konjungtivitis alergi berbeda-beda sesuai dengan subkategorinya.
Misalnya konjungtivitis alergi musiman dan tumbuhtumbuhan
biasanya disebabkan oleh alergi tepung sari, rumput, bulu hewan, dan
disertai dengan rinitis alergi serta timbul pada waktu-waktu tertentu.
Vernal konjungtivitis sering disertai dengan riwayat asma, eksema dan
rinitis alergi musiman. Konjungtivitis atopik terjadi pada pasien dengan
riwayat dermatitis atopic, sedangkan konjungtivitis papilar raksasa
pada pengguna lensakontak atau mata buatan dari plastik. (Ilyas, 2015)
3) Gejala Klinis
Gejala klinis konjungtivitis alergi berbeda-beda sesuai dengan
subkategorinya. Pada konjungtivitis alergi musiman dan alergi tumbuh-
tumbuhan keluhan utama adalah gatal, kemerahan, air mata, injeksi
ringan konjungtiva, dan sering ditemukan kemosis berat. Pasien dengan
keratokonjungtivitis vernal sering mengeluhkan mata sangat gatal
dengan kotoran mata yang berserat, konjungtiva tampak putih susu dan
banyak papila halus di konjungtiva tarsalis inferior. Sensasi terbakar,
pengeluaran sekret mukoid, merah, dan fotofobia merupakan keluhan
yang paling sering pada keratokonjungtivitis atopik. Ditemukan jupa
tepian palpebra yang eritematosa dan konjungtiva tampak putih susu.
Pada kasus yang berat ketajaman penglihatan menurun, sedangkan pada
konjungtiviitis papilar raksasa dijumpai tanda dan gejala yang mirip
konjungtivitis vernal. (Ilyas, 2015)
4) Diagnosis
Diperlukan riwayat alergi baik pada pasien maupun keluarga pasien
serta observasi pada gejala klinis untuk menegakkan diagnosis
konjungtivitis alergi. Gejala yang paling penting untuk mendiagnosis
penyakit ini adalah rasa gatal pada mata, yang mungkin saja disertai
mata berair, kemerahan dan fotofobia. (Ilyas, 2015)

5) Komplikasi
Komplikasi pada penyakit ini yang paling sering adalah ulkus pada
kornea dan infeksi sekunder. (Ilyas, 2015)
6) Penatalaksanaan
Penyakit ini dapat diterapi dengan tetesan vasokonstriktor-antihistamin
topikal dan kompres dingin untuk mengatasi gatal-gatal dan steroid
topikal jangka pendek untuk meredakan gejala lainnya. (Ilyas, 2015)
d. Konjungtivitis Jamur
Konjungtivitis jamur paling sering disebabkan oleh Candida albicans dan
merupakan infeksi yang jarang terjadi. Penyakit ini ditandai dengan adanya
bercak putih dan dapat timbul pada pasien diabetes dan pasien dengan
keadaan sistem imun yang terganggu. Selain Candida sp, penyakit ini juga
dapat disebabkan oleh Sporothrix schenckii, Rhinosporidium serberi, dan
Coccidioides immitis walaupun jarang. (Ilyas, 2015)

Anda mungkin juga menyukai