Anda di halaman 1dari 20

JENIS-JENIS PEMBIAYAAN DI BANK SYARIAH

(PEMBIAYAAN INVESTASI, MODAL KERJA, TRADE FINANCE, SINDIKASI)

Disusun guna Memenuhi Tugas

Mata Kuliah Perbankan Syariah

Dosen Pengampu : Pak Eko Tama Putra Saratian, SE, MM

Disusun oleh :

KELOMPOK 8

CUT AUFA SHALIKA 43116120268


DEVI ARIYANTI 43116120205
FINO RASTI 43116120239
JUSMARIZA 43116120212
MELISA NURFITRI SILALAHI 43116120291

MANAJEMEN

UNIVERSITAS MERCU BUANA

JAKARTA

2019

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas paper yang berjudul “JENIS-JENIS
PEMBIAYAAN DI BANK SYARIAH (PEMBIAYAAN INVESTASI, MODAL KERJA, TRADE
FINANCE, SINDIKASI)”. Adapun tujuan penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas mata kuliah PERBANKAN SYARIAH.

Pada kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliah
Perbankan Syariah, bapak Eko Tama Putra Saratian, SE, MM yang telah memberikan
bimbingan, arahan, dan saran sehingga tugas paper ini dapat disusun dengan baik.“

TAK ADA GADING YANG TAK RETAK ”, sebagai sebuah tugas paper ini tidak lepas dari
kekurangan, oleh karena itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak
yang berkepentingan, guna penyempurnaan tugas paper ini. Dan kami berharap semoga
tugas paper ini dapat digunakan oleh pembaca dengan baik.

Jakarta, 14 September 2019

Penyusun

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sejak penetapan regulasi Bank Indonesia yang menyatakan bahwa perekonomian
Indonesia menganut prinsip dual banking system. Bank syariah memilikoi peran yang
sama vitalnya dengan bank-bank konvensional di Indonesia. Bank syariah menawarkan
produk-produk perbankan yang jauh dari prinsisp bunga atau riba, hal ini menjadi
potensi pasar yang sangat menggiurkan bagi dunia perbankan Indonesia mengingat
mayoritas warga Indonesia menganut ajaran agama Islam.
Penerapan prinsip-prinsip agama Islam dalam setiap produk-produk yang
ditawarkan menuntut bank syariah untuk lebih selektif dalam penetapkan produk yang
siap diluncurkan ke masyarakat. Begitu pula produk pembiayaan yang menjadi salah
satu sumber penghasilan bank syariah selain perolehan ujroh atas jasa-jasa keuangan.
Akad merupakan suatu proses penghalalan akan kepemilikan suatu harta. Melalui
akad, hubungan muamalah antar manusia dapat terjaga hak serta kewajibannya. Oleh
karena itu analisis produk pembiayaan berdasarkan akad dan pembagiaannya sangat
dibutuhkan untuk menambah khasanah pengetahuan mengenai ekonomi Islam.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud pembiayaan?
2. Bagaimana pengelompokan pembiayaan di Bank Syariah?

3
BAB II

LANDASAN TEORI

1. Pembiayaan

A. Pengertian Pembiayaan

Pembiayaan secara luas berarti financing atau pembelanjaan, yaitu pendanaan


yang dikeluarkan untuk mendukung investasi yang telah direncanakan, baik dilakukan
sendiri maupun dijalankan oleh orang lain. Dalam arti sempit, pembiayaan dipakai untuk
mendefinisikan pendanaan yang dilakukan oleh lembaga pembiayaan, seperti bank
syariah kepada nasabah.

Menurut UU No. 7 Tahun 1992 tentang perbankan sebagaimana telah diubah


menjadi UU No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan dalam pasal 1 nomor 12:

“Pembiayaan berdasarkan prinsip syariah adalah penyedian uang atau tagihan yang
dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan
pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan
tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil” dan nomor 13:
“prinsip syariah adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum islam antara bank dengan
pihak lain untuk penyimpanan dana dan atau pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan
lainnya yang dinyatakan dengan syariah, antara lain pembiayaan berdasarkan prinsip bagi
hasil (mudharabah), pembiayaan berdasarkan prinsip penyertaaan modal (musyarakah),
prinsip jual beli barang dengan memperoleh keuntungan (murabahah) atau pembiayaan
brang modal berdasarkan prinsip sewa murni tanpa pilihan (ijarah), atau dengan adanya
pilihan pemindahan kepemilikan barang yang disewa dari pihak bank oleh pihak lain.”

Sedangkan pembiayaan menurut pasal 1 angka 25 Undang-Undang Perbankan


Syariah adalah penyediaan dana atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berupa:
a. Transaksi bagi hasil dalam bentuk mudharabah dan musyarakah
b. Transaksi sewa menyewa dalam bentuk ijarah atau sewa beli dalam bentuk
ijarah muntahiyah bit tamlik
c. Transaksi jual beli dalam bentuk piutang murabahah, salam dan isthisna
d. Transaksi pinjam meminjam dalam bentuk piutang qardh

e. Transaksi sewa menyewa jasa dalam bentuk ijarah untuk transaksi multi
jasa.

Berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank syariah dan/atau UUS dan pihak
lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai dan/ atau diberi fasilitas dana untuk

4
mengembalikan dana tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan ujrah, tanpa
imbalan atau bagi hasil.

B. Jenis-jenis Pembiayaan

Jenis Pembiayaan
Kontrak Perjanjian Skema Pembayaran
Syariah
Harga Pokok+margin
Akad Murabahah (Jual Beli)
(keuntungan Bank Syariah)
Pembiayaan Modal
Kerja Akad Mudharabah (kerjasama),
Pengembalian pokok+bagi hasil
bank memberikan dana sebagai
bank syariah
modal
Harga Pokok+margin
Akad Murabahah (Jual Beli)
Pembiayaan (keuntungan Bank Syariah)
Konsumtif Akad Ijarah(pemindahan hak
Pengembalian pokok+ujroh (fee)
guna)

1. Menurut sifat penggunaanya


Berdasarkan sifat dan tujuan penggunaannya pembiayaan dalam perbankan Islam
dibagi menjadi 2 macam: pembiayaan konsumtif dan pembiayaan produktif.

a. Pembiayaan Produktif
Yaitu pembiayaan yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan produktif dalam
arti luas, yaitu untuk peningkatan usaha, baik usaha produksi, perdagangan
maupun investasi.
Menurut keperluannnya pembiayaan produktif dapat dibedakan menjadi 2
sebagai berikut.

1) Pembiayaan Modal Kerja


Yaitu pembiyaan untuk memenuhi kebutuhan antara lain:
a) Peningkatan produksi, baik secara kuantitatif (jumlah produksi) maupun
kualitatif (kualitas mutu hasil produksi)
b) Untuk keperluan perdagangan atau peningkatan utility of place dari suatu
barang.

Pada dasarnya, pembiayaan modal kerja syariah adalah pembiayaan


dengan periode waktu pendek atau panjang untuk pengusaha yang
memerlukan tambahan modal kerja sesuai dengan prinsip-prinsip syariah.
Modal kerja ini biasanya diperlukan untuk kebutuhan membayar biaya
produksi, membeli material untuk bahan baku, perdagangan barang dan jasa

5
dan pengerjaan proyek. Fasilitas pembiayaan syariah ini bisa
diberikan untuk semua usaha yang dinilai memiliki prospek, tidak
melanggar syariat islam dan peraturan perundangan yang berlaku.

Bank syariah memberikan pembiayaan modal kerja buakn dengan


meminjamkan uang seperti yang dipraktikkan bank konvensional, melainkan
dengan menjalin hubungan partnership dengan nasabah, diamana bank
bertindak sebagaia pemilik dana (shahibul maal) dan nasabah sebagai
pengelola dana (mudharib). Skema pembiayaan ini disebut dengan mudharabah
(trust financing). Atau dapat juga dengan menggunakan prinsip Jual Beli
(Murabahah) dimana bank syariah menjual barang-barang modal kerja yang
dibutuhkan oleh nasabah.

2) Pembiayaan Investasi

Yang dimaksud dengan Investasi adalah penanaman dana dengan


maksud untuk memperoleh imbalan/manfaat/keuntungan pada kemudian
hari, mencakup hal-hal antara lain: (1) Imbalan yang diharapkan dari investasi
adalah berupa keuntungan dalam bentuk financial atau uang (financial
benefit). (2) Badan Usaha umumnya bertujuan untuk memperoleh
keuntungan berupa uang, sedangkan badan sosial dan Badan-badan
Pemerintah lainnya lebih bertujuan untuk memberikan manfaat sosial (social
benefit) dibandingkan dengan keuntungan financial-nya.

Pembiayaan investasi syariah adalah suatu pembiayaan dengan


periode jangka pendek atau jangka panjang untuk melakukan pembelian

6
barang-barang modal yang dibutuhkan dalam pendirian proyek/usaha baru,
ekspansi, relokasi proyek yang sudah ada dan rehabilitasi atau penggantian
mesin-mesin pabrik. Akad yang biasanya diterapkan dalam jenis
pembiayaan investasi syariah adalah akad murabahah dan Ijarah
Muntahia Bit Tamlik (IMBT). Yaitu jenis pembiayaan produktif yang
digunakan untuk memenuhi kebutuhan barang-barang modal (capital goods)
serta fasilitas-fasilitas yang erat kaitannya dengan itu seperti rehabilitasi,
perluasan usaha, ataupun pendirian proyek baru.

b. Pembiayaan Konsumtif
Pembiayaan konsumtif syariah adalah pembiayaan yang diperuntukkan nasabah
dengan tujuan di luar usaha dan bersifat perorangan. Berbeda dengan
pembiayaan syariah untuk modal kerja yang bersifat produktif, pembiayaan
konsumtif diperlukan oleh nasabah untuk memenuhi kebutuhan sekunder. Jenis
akad yang paling sering digunakan dalam produk pembiayaan konsumtif syariah
ada dua yaitu akad murabahah dan akad ijarah. Yaitu pembiayaan yang
digunakan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi yang akan habis digunakan
untuk memenuhi kebutuhan.

7
Menurut tujuan penggunaannya, pembiayaan syariah dibagi kedalam 3 kategori:
a. Pembiayaan dengan prinsip bagi hasil (mudhrabah, musyarakah)
b. Pembiayaan dengan prinsip jual beli (murabahah, salam dan istishna)
c. Pembiayaan dengan prinsip sewa (ijarah dan ijarah muntahiyah bit tamlik)
d. Pembiayaan atas dasar Qardh.

Pembiayaan dengan prinsip jual beli ditujukan untuk memiliki barang,


sedangkan yang menggunakan prinsip sewa ditujukan untuk mendapatkan jasa.
Prinsip bagi hasil digunakan untuk usaha kerjasama yang ditujukan guna
mendapatkan barang dan jasa sekaligus. Sedangkan pembiayaan dengan akad
pelengkap ditujukan untuk memperlancar pembiayaan dengan menggunakan
empat prinsip diatas.

 Prinsip-Prinsip Pembiayaan

Dalam melakukan penilaian permohonan pembiayaan bank syariah harus


memperhatikan beberapa prinsip utama yang berkaitan dengan kondisi secara
keseluruhan calon nasabah. Di dunia perbankan syariah prinsip penilaian dikenal
dengan 5 C, yaitu :
1. Character artinya sifat atau karakter nasabah pengambil pinjaman
2. Capacity artinya kemampuan nasabah untuk menjalankan usaha dan
mengembalikan pinjaman yang diambil
3. Capital artinya besarnya modal yang diperlukan peminjam
4. Collateral artinya jaminan yang telah dimiliki yang diberikan peminjam
kepada bank
5. Conditional artinya keadaan usaha atau nasabah prospek atau tidak.

8
Prinsip 5C tersebut terkadang ditambahkan dengan prinsip 1C, yaitu
Constraint artinya hambatan-hambatan yang mungki mengganggu proses usaha.
Dalam memberikan pembiayaan bank juga harusmenggunakan prinsip 3R, yaitu:
1. Return

Return yang dihasilkan oleh calon debitur dalam hal ini ketika kredit telah
dimanfaatkan dan dapat diantisipasi oleh calon kreditur. Artinya perolehan
tersebut mencakupi untuk membayar kembali pembiayaan.

2. Repayment

Kemampuan membayar dan pihak debitur tentu saja juga dipertimbangkan. Dan
apakah kemampuan bayar tersebut sesuaia dengan schedule pembayaran
kembali dan kredit yang akan diberikan itu.

3. Risk Bearing Ability (Kemampuan menanggung resiko)

Dalam hal ini yang perlu diperhatikan juga adalah sejauh mana terdapatnya
kemampuan debitur untuk menanggung risiko. Misalnya dalam terjadi hal-
hal diluar antisipasi kedua belah pihak.

Prinsip lain yang digunakan dalam analisis pembiayaan yang berhubungan


dengan kondisis debitur yang harus diperhatikan oleh bank meliputi:
1. Prinsip matching: yaitu harus match antara pinjaman dengan asset
perseroan. Jangan sekali-kali memberikan suatu pinjaman berjangka
waktu pendek untuk kepentingan pembiyaan investasi yang berjangka
panjang. Karena hal tersebut akan menimbulkan terjadinya mismatch.
2. Prinsip kesamaan valuta: maksudnya adalah penggunaan dana yang
didapatkan dan suatu kredit yang sedapat- dapatnya harus dilakukan
untuk membiayai atau investasi dalam mata uang yang sama. Sehingga
resiko gejolak mata uang dapat dihindari.
3. Prinsip perbandingan antara pinjaman dan modal, dimana harus ada
hubungan yang prudent antara jumlah pinjaman dengan besarnya
modal.
4. Prinsip perbandingan antara pinjaman dan asset, alternatif lain untuk
menekan resiko da suatu pinjaman adalah degan memperbandingkan
antara besarnya pinjaman asset, yang juga dikenal dengan gearing
ratio.

9
 Tahapan-Tahapan Pembiayaan

Setiap pembiayaan yang akan disalurkan kepada nasabah oleh bank


syariah tidak akan lepas dari tahapan- tahapan. Ada 4 tahapan sebagai berikut
:
1. Tahap analisis pembiayaan, yaitu tahap sebelum pemberian pembiayaan
diputuskan oleh bank syariah, yaitu tahap bank mempertimbangkan
permohonan pembiayaan oleh calon nasabah penerima fasilitas.
2. Tahap dokumentasi pembiayaan, yaitu tahap setelah pembiayaan
diputuskan pemberiannya oleh bank syariah dan kemudian penuangan
keputusan kedalam perjanjian pembiayaan serta dilaksanakannya
pengikatan agunan untuk pembiayaan yang diberikan

3. Tahap pengawasan dan pengamanan pembiayaan, yaitu tahap setelah


perjanjian pembiayaan ditandatangani oleh kedua belah pihak dan
dokumentasi pengikatan agunan pembiayaan telah selesai dibuat serta
selama pembiayaan itu digunakan oleh nasabah penerima fasilitas sampai
jangka waktu pembiayaan belum berakhir

4. Tahap penyelamatan dan penagihan pembiayaan, yaitu tahap setelah


pembiayaan menjadi pembiayaan yang bermasalah.

Oleh karena itu, bank syariah harus menghindari hal- halsebagai


berikut:
1. Usaha yang tidak sesuai dengan prinsip syariah

2. Usaha yang bersifat spekulatif (maisir) dan mengandung ketidakpastin


yang tinggi
3. Usaha yang tidak mempunyai informasi keuangan yang memadai
4. Bidang usaha yang memerlukan keahlian khusus sedang aparat bank tidak
mempunyai keahlian atau menguasai bidang usaha tersebut
5. Pengusaha yang bermasalah.

2. Menurut Prinsip Akad yang Digunakan

a. Pembiayaan dengan Prinsip Bagi Hasil


1) Pembiayaan Musyarakah
Al-Musyarakah adalah akad kerjasama antara dua pihak atau lebih
untuk suatu usaha tertentu dimana masing-masing pihak memberikan

10
kontribusi dana (amal/expetise) dengan kesepakatan bahwa keuntungan
dari risiko akan ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan. Akad
Musyarakah dibagi menjadi 5 yaitu :
a) Syirkah I’nan - Adalah kontrak antara dua orang atau lebih, setiap
pihak memberikan suatu porsi dari keseluruhan dana dan
berpartisipasi dalam kerja, kedua pihak berbagi keuntungan dan
kerugian sebagaimana disepakati diantara mereka. Syirkah
Mufawadhah
Adalah konrak kerjasama antara dua orang orang atau lebih. Setiap
pihak memberikan suatu porsi dari keseluruhan dana dan bepartisipasi
dalam kerja setiap pihak membagi keuntngan dan kerugian secara
sama.
b) Syirkah A’maal - Adalah kontrak kerja sama dua orang profesional
untuk menerima pekerjaan secara bersama dan berbagi keuntungan
dari pekerjaan itu. Musyarakah ini kadang-kadang disebut musyarakah
abdan atau sanaa’i
c) Syirkah Wujuh - Adalah kontrak antara dua orang atau lebih yang
memiliki reputasi dan prestise baik serta ahli dalam bisnis mereka
membeli barang secara kredit dri suatu perussahaan dan menjualnya
secara tunai.
d) Syirkah Al Mudharabah - Syirkah mudharabah mengharuskan ada
dua pihak, yaitu pihak pemilik modal (shahibul maal) dan pihak
pengelola (mudhorib). Pihak pemodal menyerahkanmodalnya dengan
akad wakalah kepada seseorang sebagai pengelola untuk dikelola dan
dikembangkan menjadi sebuah usaha yang menghasilkan keuntungan
(profit).

Manfaat pembiayaan musyarakah :


a) Bank akan menikmati peningkatan dalam jumlah tertentu pada saat
keuntungan usaha nasabah meningkat.
b) Pengembalian pokok pembiayaan disesuaikan dengan cash flow atau
kas usaha nasabah, sehingga tidak memberatkan nasabah.
c) Bank akan lebih selektif dan hati-hati (predent) mencari usaha yang
benar-benar halal, aman dan menguntungkan. Hal ini karena
keuntungan yang riil dan benar-benar terjadi itulah yang akan
dibagikan.

11
d) Prinsip bagi hasil dalam musyarakah ini berbeda dengan prinsip
bunga tetap dimana bank akan menagih penerima pembayaan
(nasabah) dalam jumlah bunga tetap berapapun keuntungan yang
dihasilkan nasabah, bahkan sekalipun merugi dan terjadi krisis
ekonomi.

Aplikasi Pembiayaan Musyarakah pada Bank Syariah

 Pembiayaan Proyek
Musyarakah baisanya diaplikasikan untuk pembiyaan proyek di mana
nasabah dan bank sama-sama menyediakan dana untuk membiayai
proyek tersebut. Setelah proyek itu selesai, nasabah mengembalikan
dana tersebut bersama dengan bagi hasil yang telah disepakati untuk
bank.
 Modal Ventura
Pada lembaga keuangan khusus yang diperbolehkan melakukan
investasi dalam kepemilikan perusahaan, musyarakan diterapkan
dalam skema modal ventura. Penanaman modal dilakukan untuk
jangka waktu tertentu dan setelah itu bank melakukan divestasi atau
menjual bagian sahamnya, baik secara singkat maupun bertahap.

2) Pembiayaan Al Mudharabah
Mudharabah berasal dari kata dharb yang artinya “ memukul atau
berjalan” lebih tepatnya adalah proses seorang memukul kakinya dalam
menjalankan usahanya.
Secara teknis mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara dua
pihak dimana pihak pertama sebagai shahibul maal atau penyedia modal
dan pihak lain sebagai pengelola.
Keuntungan usaha secara mudharabah dibagi menurut kesepakatan
yang dituangkan dalam kontrak,sedangkan apabila rugi maka kerugian itu
akan ditanggung oleh pemilik modal selama kerugian tersebut tidak
diakibatkan kelalaian sipengelola. Seandainya kerugian diakibatkan karena
kecurangan atau kelalaian sipengelola maka sipengelola harus
bertanggung jawab atas kerugian tersebut.

 Jenis-jenis Mudharabah.
a) Mudharabah Muthlaqah

12
Mudharabah Muthlaqah adalah bentuk kerja sama antara shahibul
maal dengan mudharib yang cakupannya sangat luas dan tidak
dibatasi oleh spesifikasi jenis usaha, waktu, dan daerah bisnis.
b) Mudharabah Muqayyadah
Mudharabah muqayyadah adalah bentuk kerja sama antara shahibul
maal dengan mudharib yang cakupannya sangat sempit dan dibatasi
jenis, waktu, dan daerah bisnisnya.

 Manfaat Mudharabah
a. Bank akan menikmati peningkatan bagi hasil pada saat keuntungan
usaha nasabah meningkat
b. Bank tidak berkewajiban membayar bagi hasil pada nasabah
pendanaan secara tetap
c. Pengembalian pokok pembiayaan disesuaikan dengan cash flaw atau
arus kas usaha nasabah sehingga tidak memberatkan nasabah
d. Bank akan lebih selektif dan hati-hati dalam mencari usaha yang
benar-benar halal, aman dll

 Aplikasi Pembiayaan Mudharabah di Bank Syariah


a. Pembiayaan Modal kerja
Diterapkan pada pembiayaan produktif penyediaan modal kerja
guna peningkatan usaha baik sesara kuantitas maupun kualitas.
b. Investasi Khusus
Akad yang digunakan adalah mudharabah muqayadah dimana
bank sebagai shahibul maal menetapkan syarat-syarat khusus
yang harus dipatuhi oleh nasabah selaku mudharib.

3) Pembiayaan Al Muzaraah (Harvest Yield Profit Sharing)


Al Muzaraah adalah kerja sama pengolahan pertanian antara pemilik lahan
dan penggarap diaman pemilik lahan memberikan lahan pertanian kepada
si penggarap untuk ditanami dan dipelihara dengan imbalan bagian
tertentu (persentase) dari hasil panen.
Al Muzaraah seringkali diidentikkan dengan Al Mukhabarah.

4) Pembiayaan Al Musaqah (Plantation Management Fee Based On


Certain Portion of Yield)

13
Al Musaqah adalah bentuk yang lebih sederhana dari muzaroah dimana si
penggarap hanya bertanggung jawab atas penyiraman dan pemeliharaan ,
sebagai imbalan penggarap berhak atas nisbah bagi hasil tertentu dari
hasil panen.

b. Pembiayaan dengan Prinsip Sewa Menyewa (Ijarah)


1) Ijarah

Secara etimologi al-ijarah berasal dari al-ajru yang berarti al-iwadhl


penggantian. Adapun secara termilogi al-ijarah secara sederhana dapat diartikan
dengan akad atau transaksi manfaat atau jasa dengan imbalan tertentu. Ijarah dalam
bentuk sewa-menyewa dan upah-mengupah merupakan muamalah yang telah
disyaratkan dalam Islam. Hukum asalnya menurut jumhur ulama adalah mubah atau
boleh bila dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang ditentukan oleh syara’
berdasarkan ayat al-Qur’an, hadist-hadist Nabi dan ketetapan ijma ulama. Rukun
dan Syarat Ijarah :

1. Mu’jir dan musta’jir, yaitu orang yang melakukan akad sewa-menyewa


atau upah-mengupah. Mu’jir adalah yang memberikan upah dan
menyewakan, musta’jir adalah orang yang menerima upah untuk
melakukan sesuatu dan yang menyewa sesuatu, disyaratkan pada mu’jir
dan musta’jir adalah baligh, berakal, cakap melakukan tasharruf
(mengendalikan harta) dan saling meridhai.
2. Shighat ijab kabul antara mu’jir dan musta’jir, ijab kabul sewa-menyewa
dan upah-mengupah.
3. Ujrah, disyaratkan diketahui jumlahnya oleh kedua belah pihak, baik
dalam sewa-menyewa maupun upah-mengupah.

 Barang yang disewakan atau sesuatu yang dikerjakan dalam upah-


mengupah, disyaratkan pada barang yang disewakan dengan beberapa
syarat berikut ini :
a. Hendaklah barang yang menjadi objek dapat dimanfaatkan
kegunaannya.
b. Hendaklah barang yang menjadi objek sewa-menyewa dan upah-
mengupah dapat diserahkan kepada penyewa dan pekerja berikut
kegunaannya (khusus sewa-menyewa).
c. Manfaat benda yang disewa adalah perkara yang mubah (boleh)
menurut syara’ bukan barang yang dilarang (diharamkan).

14
d. Benda yang disewakan disyaratkan kekal ‘ain (zat)-nya hingga
waktu yang ditentukan menurut perjanjian dalam akad.

Al-Ijarah akan menjadi batal dan berakhir bila ada hal-hal sebagai berikut :

 Terjadinya cacat pada barang sewaan ketika ditangan penyewa.


 Rusaknya barang yang disewakan seperti ambruknya rumah dan
runtuhnya bangunan gedung.
 Rusaknya barang yang diupahkan seperti, bahan baju yang diupahkan
untu dijahitkan.
 Telah terpenuhinya manfaat yang diadakan sesuai dengan masa yang
telah ditentukan dan selesainya pekerjaan.
 Menurut hanafi salah satu pihak dari yang berakad boleh membatalkan al-
ijarah jika ada kejadian-kejadian yang luar biasa seperti, terbakarnya
gedung, tercurinya barang-barang dagangan dan kehabisan modal.

2) IMBT (Ijarah Muntahiya Bit Tamlik)

Adalah sejenis perpaduan antara kontrak jual beli dan sewa atau lebih
tepatnya akad sewa yang diakhiri dengan kepemilikan barang di tangan si
penyewa pada akhir akad.

Aplikasi akad Sewa Menyewa pada Pembiayaan Perbankan Syariah


 Pembiayaan Konsumtif Motor dengan prinsip IMBT
 Pembiayaan Konsumtif Ijarah Multijasa

c. Pembiayaan dengan Prinsip Jual Beli


Prinsip ini dilaksanakan sehubungan dengan adanya perpindahan kepemilikan
barang. Tingkat keuntungan bank ditentukan di depan dan menjadi bagian harta
atas barang yang dijual. Transaksi jual beli dibedakan berdasarkan bentuk
pembayaran dan waktu penyerahan barang.

1) Bai’ al –Murabahah

Jual beli barang pada harga asal dengan tambahan keuntungan yang
disepakati antara pihak bank dan nasabah. Dalam murabahah penjual
menyebutkan harga pembelian barang kepada pembeli, kemudian ia

15
mensyaratkan laba dalam jumlah tertentu. Pada perjanjian ini, bank
membiayai pembelian barang yang dibutuhkan oleh nasabahnya dengan
membeli barang itu dari pemasok, kemudian menjualnya kepada nasabah
dengan harga ditambah keuntungan,penjualan barang kepada nasabah
dilakukan atas dasar cost-plus profit.
Teknis perbankan pada pembiayaan Murabahah, antara lain :
 Bank bertindak sebagai penjual sementara nasabah sebagai pembeli.
Harga jual adalah harga beli bank dari produsen ditambah keuntungan
(mark up). Kedua pihak harus menyepakati harga jual dan jangka
waktu pembayaran.
 Harga jual dicantumkan dalam akad jual beli dan jika telah disepakati
tidak dapat berubahselama berlaku akad. Dalam perbankan,
murabahah lazimnya dilakukan dengan cara pembayaran cicilan
(bitsaman ajil)
 Dalam transaksi ini, bila sudah ada barang diserahkan kepada
nasabah,sedangkan pembayaran dilakukan secara tangguh.

Skema proses transaksi murabahah

NASABAH

Keterangan:

1. Pembuatan akad jual beli barang antara bank dan nasabah yang
sekaligus merupakan pemesanan barang oleh nasabah kepada bank.
2. Pembuatan akad jual beli yang diikuti pelaksanaan pembayaran harga
barang oleh bank.
3. Penjualan dan penyerahan hak kepemilikn barang oleh pemasok
kepada bank
4. Penjualan barang + margin dan penyerahan hak kepemilikan oleh bank
kepada nasabah
5. Pengiriman barang secar fisik oleh pemasok kepada nasabah
6. Pelunasan harga barang oleh nasabah kepada bank secara cicilan atau

16
secara sekaligus pada akhir waktu pelunasan.

2) Bai’ as-Salam

Kata salama dengan salafa artinya sama. Disebut salam karena


pemesan barang menyerahkan uangnya ditempat akad. Disebut salaf
karena pemesan barang menyarahkan uangnya terlebih dahulu. Penjualan
sesuatu dengan kriteria tertentu (yang masih berada) dalam tanggungan
dengan pembayaran disegerakan.
Teknis perbankan dengan akad Ba’i As-Salam
 Salam adalah transaksi jual beli dimana barang yang diperjualbelikan
belum ada. Oleh karena itu barang diserahkan secara tangguh
sedangkan pembayaran dilakukan tunai.
 Saat barang diserahkan kepada bank oleh produsen maka bank akan
menjualnya kepada nasabah secara tunai atau secara cicilan. Harga
jual yang ditetapkan bank adalah harga beli bank dari nasabah
ditambah keuntungan.
 Dalam hal bank menjualnya secara tunai biasanya disebut
pembiayaan talangan (bridging financing). Bila bank menjual secara
cicilan, maka bank dan nasabah harus menyepakati harga jual dan
jangka waktu pembayaran.
 Harga jual dicantumkan dalam akad jual beli dan jika telah disepakati
tidak dapat berubah selama berlakunya akad.
Ketentuan umum Ba’i As-Salam
 Pembelian hasil produksi harus diketahui secara spesifikasinya secara
jelas seperti jenis, macam, ukuran, mutu, dan jumlahnya.
 Apabila hasil produksi yang diterima cacat atau tidak sesuai dengan
akad maka produsen harus bertanggung jawab dengan cara lain
mengembalikan dana yang telah diterimanya atau mengganti barang
yang tidak sesuai dengan pesanan.
 Mengingat bank tidak menjadikan barang yang dibeli atau dipesannya
sebagai perrsediaan, maka dimungkinkan bagi bank untuk melakukan
akad slam kepada pihak ketiga (pembeli kedua), seperti bulog,
pedagang pasar induk, dan rekanan.

3) Bai’ al-Istishna

17
Merupakan suatu jenis khusus dari ba’i salam. Biasanya jenis ini
dipergunakan di bidang manufaktur dan konstruksi. Dengan demikian,
ketentuan istishna mengikuti ketentuan dan aturan akad bai’ as –salam.
Ketentuan Umum Ba’i Istishna’
 Spesifikasi barang pesanan harus jelas seperti jenis, macam, ukuran,
dan jumlah
 Harga jual telah disepakati tercantum dlaam akad istishna dan tidak
boleh berubah selama berlakunya akad.
 Jika terjadi perubahan dari kriteria pesanan dan terjadi perubahan
hargasetelah akad ditandatangani, maka seluruh biaya tambahan
tetap ditanggung nasabah.

Aplikasi Akad Jual Beli pada Pembiayaan di Bank Syariah:


 Murabahah Reguler
 Murabahah Irreguler

18
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Sebagai lembaga intermediary yang berfungsi menghimpun dan menyalurkan dana
masyarakat, bank syariah menyalurkan pembiayaan dalam wujud pembiayaan.
Pembiayaan yaitu pemberian fasilitas penyediaan dana untuk memenuhi kebutuhan
pihak-pihak yang merupakan defisit unit.
Pembiayaan berdasarkan tujuan penggunaannya dibedakan menjadi Pembiayaan
Konsumtif dan Pembiayaan Produktif. Sedangkan berdasarkan akad yang digunakan ,
pembiayaan dibedakan menjadi 3 yaitu pembiayaan dengan akad Bagi Hasil,
pembiayaan dengan akad Jual Beli dan yang terakhir pembiayaan dengan akad Sewa
Menyewa.
Jika selama ini jika kita membutuhkan modal usaha, maka kita akan pergi ke bank
konvensional, namun dengan adanya bank-bank syariah, kini kita memiliki opsi lain
untuk mendapatkan modal, baik untuk modal kerja, pembiayaan konsumtif maupun
investasi.
Dengan menggunakan akad yang tidak lepas dari hukum-hukum islam, maka
warga negara Indonesia yang muslim menjadi lebih mantap dan tidak ragu-ragu
melakukan pinjaman ke bank syariah, manakala sedang membutuhkan modal usaha.
Ada banyak pilihan produk yang bisa digunakan dengan berbagai karakteristisk produk
yang bisa dijadikan pilihan.

19
DAFTAR PUSTAKA

Antonio, Muhammad Syafi’i. 2001. “Bank Syariah Dari Teori Ke Praktik”. Jakarta : Gema
Insani Pers

Ghazali, Abdul Rahman, Ghufron Ihsan dan Sapiudin Shidiq. 2010. “Fiqh Muamalat”.
Jakarta : Prenada Media Group.

Suhendi, Hendi. 2005. “Fiqh Muamalah”. Jakarta : Raja Grafindo Persada.

Utari. 2017. Jenis-jenis Pembiayaan Syariah.


https://www.seputarforex.com/artikel/jenisjenis-pembiayaan-syariah-dan-manfaatnya-
277348-37

Siti Khadijah. 2017. Kenali Jenis Pembiayaan Syariah dan Manfaatnya.


https://www.cermati.com/artikel/kenali-ragam-jenis-pembiayaan-syariah-dan-manfaatnya

20

Anda mungkin juga menyukai