Kelompok 8 - Jenis Pembiayaan Bank Syariah
Kelompok 8 - Jenis Pembiayaan Bank Syariah
Disusun oleh :
KELOMPOK 8
MANAJEMEN
JAKARTA
2019
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas paper yang berjudul “JENIS-JENIS
PEMBIAYAAN DI BANK SYARIAH (PEMBIAYAAN INVESTASI, MODAL KERJA, TRADE
FINANCE, SINDIKASI)”. Adapun tujuan penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas mata kuliah PERBANKAN SYARIAH.
Pada kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliah
Perbankan Syariah, bapak Eko Tama Putra Saratian, SE, MM yang telah memberikan
bimbingan, arahan, dan saran sehingga tugas paper ini dapat disusun dengan baik.“
TAK ADA GADING YANG TAK RETAK ”, sebagai sebuah tugas paper ini tidak lepas dari
kekurangan, oleh karena itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak
yang berkepentingan, guna penyempurnaan tugas paper ini. Dan kami berharap semoga
tugas paper ini dapat digunakan oleh pembaca dengan baik.
Penyusun
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejak penetapan regulasi Bank Indonesia yang menyatakan bahwa perekonomian
Indonesia menganut prinsip dual banking system. Bank syariah memilikoi peran yang
sama vitalnya dengan bank-bank konvensional di Indonesia. Bank syariah menawarkan
produk-produk perbankan yang jauh dari prinsisp bunga atau riba, hal ini menjadi
potensi pasar yang sangat menggiurkan bagi dunia perbankan Indonesia mengingat
mayoritas warga Indonesia menganut ajaran agama Islam.
Penerapan prinsip-prinsip agama Islam dalam setiap produk-produk yang
ditawarkan menuntut bank syariah untuk lebih selektif dalam penetapkan produk yang
siap diluncurkan ke masyarakat. Begitu pula produk pembiayaan yang menjadi salah
satu sumber penghasilan bank syariah selain perolehan ujroh atas jasa-jasa keuangan.
Akad merupakan suatu proses penghalalan akan kepemilikan suatu harta. Melalui
akad, hubungan muamalah antar manusia dapat terjaga hak serta kewajibannya. Oleh
karena itu analisis produk pembiayaan berdasarkan akad dan pembagiaannya sangat
dibutuhkan untuk menambah khasanah pengetahuan mengenai ekonomi Islam.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud pembiayaan?
2. Bagaimana pengelompokan pembiayaan di Bank Syariah?
3
BAB II
LANDASAN TEORI
1. Pembiayaan
A. Pengertian Pembiayaan
“Pembiayaan berdasarkan prinsip syariah adalah penyedian uang atau tagihan yang
dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan
pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan
tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil” dan nomor 13:
“prinsip syariah adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum islam antara bank dengan
pihak lain untuk penyimpanan dana dan atau pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan
lainnya yang dinyatakan dengan syariah, antara lain pembiayaan berdasarkan prinsip bagi
hasil (mudharabah), pembiayaan berdasarkan prinsip penyertaaan modal (musyarakah),
prinsip jual beli barang dengan memperoleh keuntungan (murabahah) atau pembiayaan
brang modal berdasarkan prinsip sewa murni tanpa pilihan (ijarah), atau dengan adanya
pilihan pemindahan kepemilikan barang yang disewa dari pihak bank oleh pihak lain.”
e. Transaksi sewa menyewa jasa dalam bentuk ijarah untuk transaksi multi
jasa.
Berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank syariah dan/atau UUS dan pihak
lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai dan/ atau diberi fasilitas dana untuk
4
mengembalikan dana tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan ujrah, tanpa
imbalan atau bagi hasil.
B. Jenis-jenis Pembiayaan
Jenis Pembiayaan
Kontrak Perjanjian Skema Pembayaran
Syariah
Harga Pokok+margin
Akad Murabahah (Jual Beli)
(keuntungan Bank Syariah)
Pembiayaan Modal
Kerja Akad Mudharabah (kerjasama),
Pengembalian pokok+bagi hasil
bank memberikan dana sebagai
bank syariah
modal
Harga Pokok+margin
Akad Murabahah (Jual Beli)
Pembiayaan (keuntungan Bank Syariah)
Konsumtif Akad Ijarah(pemindahan hak
Pengembalian pokok+ujroh (fee)
guna)
a. Pembiayaan Produktif
Yaitu pembiayaan yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan produktif dalam
arti luas, yaitu untuk peningkatan usaha, baik usaha produksi, perdagangan
maupun investasi.
Menurut keperluannnya pembiayaan produktif dapat dibedakan menjadi 2
sebagai berikut.
5
dan pengerjaan proyek. Fasilitas pembiayaan syariah ini bisa
diberikan untuk semua usaha yang dinilai memiliki prospek, tidak
melanggar syariat islam dan peraturan perundangan yang berlaku.
2) Pembiayaan Investasi
6
barang-barang modal yang dibutuhkan dalam pendirian proyek/usaha baru,
ekspansi, relokasi proyek yang sudah ada dan rehabilitasi atau penggantian
mesin-mesin pabrik. Akad yang biasanya diterapkan dalam jenis
pembiayaan investasi syariah adalah akad murabahah dan Ijarah
Muntahia Bit Tamlik (IMBT). Yaitu jenis pembiayaan produktif yang
digunakan untuk memenuhi kebutuhan barang-barang modal (capital goods)
serta fasilitas-fasilitas yang erat kaitannya dengan itu seperti rehabilitasi,
perluasan usaha, ataupun pendirian proyek baru.
b. Pembiayaan Konsumtif
Pembiayaan konsumtif syariah adalah pembiayaan yang diperuntukkan nasabah
dengan tujuan di luar usaha dan bersifat perorangan. Berbeda dengan
pembiayaan syariah untuk modal kerja yang bersifat produktif, pembiayaan
konsumtif diperlukan oleh nasabah untuk memenuhi kebutuhan sekunder. Jenis
akad yang paling sering digunakan dalam produk pembiayaan konsumtif syariah
ada dua yaitu akad murabahah dan akad ijarah. Yaitu pembiayaan yang
digunakan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi yang akan habis digunakan
untuk memenuhi kebutuhan.
7
Menurut tujuan penggunaannya, pembiayaan syariah dibagi kedalam 3 kategori:
a. Pembiayaan dengan prinsip bagi hasil (mudhrabah, musyarakah)
b. Pembiayaan dengan prinsip jual beli (murabahah, salam dan istishna)
c. Pembiayaan dengan prinsip sewa (ijarah dan ijarah muntahiyah bit tamlik)
d. Pembiayaan atas dasar Qardh.
Prinsip-Prinsip Pembiayaan
8
Prinsip 5C tersebut terkadang ditambahkan dengan prinsip 1C, yaitu
Constraint artinya hambatan-hambatan yang mungki mengganggu proses usaha.
Dalam memberikan pembiayaan bank juga harusmenggunakan prinsip 3R, yaitu:
1. Return
Return yang dihasilkan oleh calon debitur dalam hal ini ketika kredit telah
dimanfaatkan dan dapat diantisipasi oleh calon kreditur. Artinya perolehan
tersebut mencakupi untuk membayar kembali pembiayaan.
2. Repayment
Kemampuan membayar dan pihak debitur tentu saja juga dipertimbangkan. Dan
apakah kemampuan bayar tersebut sesuaia dengan schedule pembayaran
kembali dan kredit yang akan diberikan itu.
Dalam hal ini yang perlu diperhatikan juga adalah sejauh mana terdapatnya
kemampuan debitur untuk menanggung risiko. Misalnya dalam terjadi hal-
hal diluar antisipasi kedua belah pihak.
9
Tahapan-Tahapan Pembiayaan
10
kontribusi dana (amal/expetise) dengan kesepakatan bahwa keuntungan
dari risiko akan ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan. Akad
Musyarakah dibagi menjadi 5 yaitu :
a) Syirkah I’nan - Adalah kontrak antara dua orang atau lebih, setiap
pihak memberikan suatu porsi dari keseluruhan dana dan
berpartisipasi dalam kerja, kedua pihak berbagi keuntungan dan
kerugian sebagaimana disepakati diantara mereka. Syirkah
Mufawadhah
Adalah konrak kerjasama antara dua orang orang atau lebih. Setiap
pihak memberikan suatu porsi dari keseluruhan dana dan bepartisipasi
dalam kerja setiap pihak membagi keuntngan dan kerugian secara
sama.
b) Syirkah A’maal - Adalah kontrak kerja sama dua orang profesional
untuk menerima pekerjaan secara bersama dan berbagi keuntungan
dari pekerjaan itu. Musyarakah ini kadang-kadang disebut musyarakah
abdan atau sanaa’i
c) Syirkah Wujuh - Adalah kontrak antara dua orang atau lebih yang
memiliki reputasi dan prestise baik serta ahli dalam bisnis mereka
membeli barang secara kredit dri suatu perussahaan dan menjualnya
secara tunai.
d) Syirkah Al Mudharabah - Syirkah mudharabah mengharuskan ada
dua pihak, yaitu pihak pemilik modal (shahibul maal) dan pihak
pengelola (mudhorib). Pihak pemodal menyerahkanmodalnya dengan
akad wakalah kepada seseorang sebagai pengelola untuk dikelola dan
dikembangkan menjadi sebuah usaha yang menghasilkan keuntungan
(profit).
11
d) Prinsip bagi hasil dalam musyarakah ini berbeda dengan prinsip
bunga tetap dimana bank akan menagih penerima pembayaan
(nasabah) dalam jumlah bunga tetap berapapun keuntungan yang
dihasilkan nasabah, bahkan sekalipun merugi dan terjadi krisis
ekonomi.
Pembiayaan Proyek
Musyarakah baisanya diaplikasikan untuk pembiyaan proyek di mana
nasabah dan bank sama-sama menyediakan dana untuk membiayai
proyek tersebut. Setelah proyek itu selesai, nasabah mengembalikan
dana tersebut bersama dengan bagi hasil yang telah disepakati untuk
bank.
Modal Ventura
Pada lembaga keuangan khusus yang diperbolehkan melakukan
investasi dalam kepemilikan perusahaan, musyarakan diterapkan
dalam skema modal ventura. Penanaman modal dilakukan untuk
jangka waktu tertentu dan setelah itu bank melakukan divestasi atau
menjual bagian sahamnya, baik secara singkat maupun bertahap.
2) Pembiayaan Al Mudharabah
Mudharabah berasal dari kata dharb yang artinya “ memukul atau
berjalan” lebih tepatnya adalah proses seorang memukul kakinya dalam
menjalankan usahanya.
Secara teknis mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara dua
pihak dimana pihak pertama sebagai shahibul maal atau penyedia modal
dan pihak lain sebagai pengelola.
Keuntungan usaha secara mudharabah dibagi menurut kesepakatan
yang dituangkan dalam kontrak,sedangkan apabila rugi maka kerugian itu
akan ditanggung oleh pemilik modal selama kerugian tersebut tidak
diakibatkan kelalaian sipengelola. Seandainya kerugian diakibatkan karena
kecurangan atau kelalaian sipengelola maka sipengelola harus
bertanggung jawab atas kerugian tersebut.
Jenis-jenis Mudharabah.
a) Mudharabah Muthlaqah
12
Mudharabah Muthlaqah adalah bentuk kerja sama antara shahibul
maal dengan mudharib yang cakupannya sangat luas dan tidak
dibatasi oleh spesifikasi jenis usaha, waktu, dan daerah bisnis.
b) Mudharabah Muqayyadah
Mudharabah muqayyadah adalah bentuk kerja sama antara shahibul
maal dengan mudharib yang cakupannya sangat sempit dan dibatasi
jenis, waktu, dan daerah bisnisnya.
Manfaat Mudharabah
a. Bank akan menikmati peningkatan bagi hasil pada saat keuntungan
usaha nasabah meningkat
b. Bank tidak berkewajiban membayar bagi hasil pada nasabah
pendanaan secara tetap
c. Pengembalian pokok pembiayaan disesuaikan dengan cash flaw atau
arus kas usaha nasabah sehingga tidak memberatkan nasabah
d. Bank akan lebih selektif dan hati-hati dalam mencari usaha yang
benar-benar halal, aman dll
13
Al Musaqah adalah bentuk yang lebih sederhana dari muzaroah dimana si
penggarap hanya bertanggung jawab atas penyiraman dan pemeliharaan ,
sebagai imbalan penggarap berhak atas nisbah bagi hasil tertentu dari
hasil panen.
14
d. Benda yang disewakan disyaratkan kekal ‘ain (zat)-nya hingga
waktu yang ditentukan menurut perjanjian dalam akad.
Al-Ijarah akan menjadi batal dan berakhir bila ada hal-hal sebagai berikut :
Adalah sejenis perpaduan antara kontrak jual beli dan sewa atau lebih
tepatnya akad sewa yang diakhiri dengan kepemilikan barang di tangan si
penyewa pada akhir akad.
1) Bai’ al –Murabahah
Jual beli barang pada harga asal dengan tambahan keuntungan yang
disepakati antara pihak bank dan nasabah. Dalam murabahah penjual
menyebutkan harga pembelian barang kepada pembeli, kemudian ia
15
mensyaratkan laba dalam jumlah tertentu. Pada perjanjian ini, bank
membiayai pembelian barang yang dibutuhkan oleh nasabahnya dengan
membeli barang itu dari pemasok, kemudian menjualnya kepada nasabah
dengan harga ditambah keuntungan,penjualan barang kepada nasabah
dilakukan atas dasar cost-plus profit.
Teknis perbankan pada pembiayaan Murabahah, antara lain :
Bank bertindak sebagai penjual sementara nasabah sebagai pembeli.
Harga jual adalah harga beli bank dari produsen ditambah keuntungan
(mark up). Kedua pihak harus menyepakati harga jual dan jangka
waktu pembayaran.
Harga jual dicantumkan dalam akad jual beli dan jika telah disepakati
tidak dapat berubahselama berlaku akad. Dalam perbankan,
murabahah lazimnya dilakukan dengan cara pembayaran cicilan
(bitsaman ajil)
Dalam transaksi ini, bila sudah ada barang diserahkan kepada
nasabah,sedangkan pembayaran dilakukan secara tangguh.
NASABAH
Keterangan:
1. Pembuatan akad jual beli barang antara bank dan nasabah yang
sekaligus merupakan pemesanan barang oleh nasabah kepada bank.
2. Pembuatan akad jual beli yang diikuti pelaksanaan pembayaran harga
barang oleh bank.
3. Penjualan dan penyerahan hak kepemilikn barang oleh pemasok
kepada bank
4. Penjualan barang + margin dan penyerahan hak kepemilikan oleh bank
kepada nasabah
5. Pengiriman barang secar fisik oleh pemasok kepada nasabah
6. Pelunasan harga barang oleh nasabah kepada bank secara cicilan atau
16
secara sekaligus pada akhir waktu pelunasan.
2) Bai’ as-Salam
3) Bai’ al-Istishna
17
Merupakan suatu jenis khusus dari ba’i salam. Biasanya jenis ini
dipergunakan di bidang manufaktur dan konstruksi. Dengan demikian,
ketentuan istishna mengikuti ketentuan dan aturan akad bai’ as –salam.
Ketentuan Umum Ba’i Istishna’
Spesifikasi barang pesanan harus jelas seperti jenis, macam, ukuran,
dan jumlah
Harga jual telah disepakati tercantum dlaam akad istishna dan tidak
boleh berubah selama berlakunya akad.
Jika terjadi perubahan dari kriteria pesanan dan terjadi perubahan
hargasetelah akad ditandatangani, maka seluruh biaya tambahan
tetap ditanggung nasabah.
18
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sebagai lembaga intermediary yang berfungsi menghimpun dan menyalurkan dana
masyarakat, bank syariah menyalurkan pembiayaan dalam wujud pembiayaan.
Pembiayaan yaitu pemberian fasilitas penyediaan dana untuk memenuhi kebutuhan
pihak-pihak yang merupakan defisit unit.
Pembiayaan berdasarkan tujuan penggunaannya dibedakan menjadi Pembiayaan
Konsumtif dan Pembiayaan Produktif. Sedangkan berdasarkan akad yang digunakan ,
pembiayaan dibedakan menjadi 3 yaitu pembiayaan dengan akad Bagi Hasil,
pembiayaan dengan akad Jual Beli dan yang terakhir pembiayaan dengan akad Sewa
Menyewa.
Jika selama ini jika kita membutuhkan modal usaha, maka kita akan pergi ke bank
konvensional, namun dengan adanya bank-bank syariah, kini kita memiliki opsi lain
untuk mendapatkan modal, baik untuk modal kerja, pembiayaan konsumtif maupun
investasi.
Dengan menggunakan akad yang tidak lepas dari hukum-hukum islam, maka
warga negara Indonesia yang muslim menjadi lebih mantap dan tidak ragu-ragu
melakukan pinjaman ke bank syariah, manakala sedang membutuhkan modal usaha.
Ada banyak pilihan produk yang bisa digunakan dengan berbagai karakteristisk produk
yang bisa dijadikan pilihan.
19
DAFTAR PUSTAKA
Antonio, Muhammad Syafi’i. 2001. “Bank Syariah Dari Teori Ke Praktik”. Jakarta : Gema
Insani Pers
Ghazali, Abdul Rahman, Ghufron Ihsan dan Sapiudin Shidiq. 2010. “Fiqh Muamalat”.
Jakarta : Prenada Media Group.
20