Bab-02-94-95-Cek 20090130074149 1
Bab-02-94-95-Cek 20090130074149 1
I. PENDAHULUAN
79
Pembangunan Jangka Panjang 25 Tahun Pertama (PJP I),
yang telah dimulai sejak tahun 1969, dilaksanakan dalam rangkaian
pembangunan jangka lima tahun, yaitu mulai dari Rencana
Pembangunan Lima Tahun Pertama (Repelita I) sampai Repelita V.
Pembangunan dalam setiap repelita dilaksanakan berlandaskan
Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN), yang ditetapkan
Majelis Permusyawaratan Rakyat setiap lima tahun, sesuai dengan
amanat Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 yang menyatakan,
"Oleh karena Majelis Permusyawaratan Rakyat memegang
kedaulatan negara, maka kekuasaannya tidak terbatas, mengingat
dinamika masyarakat, sekali dalam 5 tahun Majelis memperhatikan
segala yang terjadi dan segala aliran-aliran pada waktu itu dan
menentukan haluan-haluan apa yang hendaknya dipakai untuk
kemudian hari. " Setiap repelita pada dasarnya bertujuan untuk
meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan seluruh rakyat serta
meletakkan landasan yang kuat bagi pembangunan tahap
berikutnya.
80
(1) Bidang ekonomi: terpenuhinya kebutuhan pokok rakyat dan
tercapainya struktur ekonomi yang seimbang, yaitu
kemampuan dan kekuatan industri yang maju didukung oleh
kekuatan dan kemampuan pertanian yang tangguh. Struktur
ekonomi yang seimbang ini akan dicapai secara bertahap
melalui Repelita I sampai Repelita V.
81
Pembangunan jangka panjang tahap pertama
ini berakhir pada tahun 1993/94 dengan hasil yang
secara garis besar akan diuraikan pada bagian-
bagian selanjutnya.
2. Penanggulangan Kemiskinan
83
mantap. Laju inflasi yang pada tahun 1966 mencapai 650 persen,
pada tahun 1970-an telah dapat diturunkan menjadi rata-rata 17,2
persen per tahun. Pada tahun 1980-an laju inflasi ini telah jauh
menurun menjadi rata-rata 8,7 persen per tahun. Pada tahun 1990
dan 1991, laju inflasi agak naik, yaitu rata-rata 9,5 persen per
tahun karena memanasnya perekonomian Indonesia sebagai akibat
peningkatan kegiatan investasi yang luar biasa pada tahun-tahun
tersebut. Namun, melalui berbagai kebijaksanaan, tingkat inflasi
telah dapat dikendalikan di bawah 5 persen pada tahun 1992. Pada
tahun 1993 laju inflasi tetap dipertahankan pada tingkat satu angka.
84
meningkat dari 29,4 persen pada tahun 1981/82. Peningkatan
penerimaan nonmigas tersebut terutama berasal dari penerimaan
pajak, khususnya pajak penghasilan dan pajak pertambahan nilai.
6. Lembaga Keuangan
85
sangat pesat perkembangannya sejak kebijaksanaan deregulasi pada
tahun 1983, yang telah memberi peluang lebih besar bagi bank
untuk menentukan tingkat suku bunga deposito yang menarik.
Pengerahan dana masyarakat oleh perbankan meningkat lebih
pesat lagi setelah deregulasi bulan Oktober 1988, yang memper -
mudah dibukanya bank baru dan kantor cabang sehingga
jangkauan jaringan bank makin luas. Sejalan dengan perkembangan
tersebut, penyaluran dana melalui kredit perbankan juga meningkat
pesat. Jumlah kredit yang disalurkan telah sangat meningkat dari
sebesar Rp 126 miliar dalam tahun 1968 menjadi Rp 148, 3 triliun
dalam tahun 1993. Jumlah ini telah termasuk kredit yang
diperuntukkan bagi usaha golongan ekonomi lemah atau pengusaha
kecil melalui berbagai macam kredit dalam rangka meningkatkan
usahanya. Kredit yang telah disalurkan untuk pengusaha golongan
ekonomi lemah hingga pertengahan tahun 1993 mencapai sekitar
27 persen dari total kredit perbankan.
86
setelah langkah deregulasi di berbagai bidang menunjukkan
dampaknya. Nilai ekspor nonmigas menjadi makin penting dan
meningkat menjadi sekitar 50 kali, yakni dari US$569 juta pada
tahun 1968 diperkirakan menjadi US$28,2 miliar pada tahun
1993/94, dan peranannya mencapai 75,8 persen dari nilai seluruh
ekspor. Peningkatan nilai ekspor yang pesat ini diikuti pula dengan
perubahan komposisi barang dan pasar ekspor yang lebih luas.
89
Keberhasilan di sektor pertanian dan industri telah pula diikuti
keberhasilan pembangunan di sektor pertambangan. Produksi
berbagai hasil pertambangan antara tahun 1968 dan 1992/93
meningkat pesat sehingga telah meningkatkan kemampuan dalam
menyediakan bahan baku bagi industri dalam negeri, serta
meningkatkan ekspor dan penerimaan negara.
9. Prasarana
90
Pembangunan di sektor transportasi telah berhasil
memperlancar arus manusia, barang, dan jasa serta informasi ke
seluruh penjuru tanah air sehingga dapat mendukung dan
mempercepat pencapaian sasaran pembangunan serta
memperkukuh persatuan dan kesatuan bangsa dan ketahanan
nasional. Panjang jalan secara keseluruhan pada akhir PJP I adalah
244.170 kilometer, dan kondisi jaringan jalan arteri dan jalan
kolektor mencapai kondisi 85 persen mantap. Panjang jalan kereta
api adalah 5.051 kilometer dengan kondisi 54 persen mantap.
Dalam rangka mendorong ekspor nonmigas telah dibangun
pelabuhan peti kemas di Belawan, Tanjung Priok, dan Tanjung
Perak, serta telah dibuka 127 pelabuhan laut untuk meningkatkan
perdagangan luar negeri. Jaringan pelayanan penerbangan telah
mencakup 240 rute yang menjangkau seluruh propinsi dan
beberapa kawasan dunia. Di samping itu, telah pula ditingkatkan
19 bandar udara yang berfungsi sebagai pintu masuk bagi
penerbangan internasional.
91
10. Perdagangan, Dunia Usaha, dan Koperasi
92
adalah 55 kali lipat, yaitu 2.486 proyek dengan nilai investasi 116
kali lipat, yaitu US$54,9 miliar. Pada tahun 1968 hanya ada
persetujuan 26 proyek penanaman modal dalam negeri (PMDN)
dengan nilai investasi Rp37 miliar. Sampai dengan tahun 1992/93
jumlah kumulatif proyek PMDN adalah 320 kali lipat menjadi
8.321 proyek, sedangkan nilai investasi meningkat menjadi
Rp215,4 triliun atau menjadi 5.821 kali lipat.
93
kemudahan kredit dan permodalan seperti kredit usaha perdesaan
(kupedes), serta bantuan untuk tempat berusaha, bimbingan
teknologi, informasi pasar, dan pemasaran.
94
telah memenuhi kriteria sebagai KUD Mandiri. Sementara itu,
jumlah anggota koperasi pada tahun keempat Repelita V telah
mencapai sekitar 34 juta orang atau mencapai lebih dari sebelas
kali lipat dari jumlahnya pada akhir Repelita I. Dewasa ini lingkup
bidang usaha koperasi mencakup, baik usaha pertanian maupun
usaha nonpertanian, seperti industri pengolahan dan jasa.
Sumbangan koperasi dalam pengadaan pangan nasionalpun terus
meningkat dan telah mencapai lebih dari 90 persen. Sementara itu,
sumbangan koperasi dalam penyaluran pupuk telah mencapai lebih
dari 75 persen dan koperasi susu telah memasok sekitar 55 persen
dari kebutuhan susu nasional.
95
dengan peningkatan produktivitas tenaga kerja dan peningkatan
mutu produksi barang dan jasa yang dihasilkan. Dalam satu
dasawarsa terakhir, produktivitas rata-rata per tenaga kerja
meningkat sekitar 24,1 persen.
12. Transmigrasi
96
13. Pembangunan Daerah
97
PJP I bantuan pemerintah pusat kepada pemerintah daerah dalam
bentuk bantuan Inpres adalah Inpres Dati I, Inpres Dati II, Inpres
Desa, Inpres Peningkatan Jalan Propinsi, Inpres Peningkatan Jalan
Kabupaten, Inpres Pasar, Inpres SD, Inpres Penghijauan dan
Reboisasi, dan Inpres Sarana Kesehatan.
98
baik di tingkat I maupun tingkat II. Untuk menunjang keserasian
perencanaan pembangunan, pada tahun 1974 di daerah tingkat I
dibentuk Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda)
tingkat I, dan mulai tahun 1980 dibentuk Bappeda tingkat II. Pada
akhir PJP I seluruh daerah tingkat I dan II telah memiliki Bappeda.
Di samping makin lengkapnya perangkat penyelenggaraan
pemerintah daerah, fungsi pemerintah daerah juga makin
meningkat dengan berfungsinya Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
Tingkat I dan II sesuai dengan Undang-undang No. 5 Tahun 1974.
Dengan demikian, daerah memiliki hak dan kewajiban yang makin
besar dan luas dalam melaksanakan pemerintahan umum dan
melaksanakan pembangunan di daerah secara efektif dan efisien
sesuai dengan prinsip-prinsip otonomi daerah.
99
komisi amdal telah dibentuk, baik di tingkat pusat maupun daerah
sehingga cakupan wilayah penganalisisan telah dapat diperluas.
Upaya tersebut didukung dengan pengembangan laboratorium
pemantau pencemaran di berbagai tempat dan pengembangan
kegiatan yang lebih terpadu. Selanjutnya, peran serta masyarakat
dalam memelihara kelestarian fungsi lingkungan hidup juga makin
meningkat dengan digalakkannya pembimbingan dan penyuluhan
serta pemberian penghargaan Kalpataru dan Adipura.
100
Untuk meningkatkan dan menyempurnakan pelayanan ibadah
haji dan terbinanya jemaah haji yang mabrur, pembinaan dan
pembangunan serta rehabilitasi asrama haji telah ditingkatkan
terutama di kota pelabuhan laut. Jumlah jemaah yang menunaikan
ibadah haji dari tahun ke tahun terus meningkat. Apabila selama
Repelita I jemaah haji rata-rata berjumlah sekitar 20,5 ribu orang
per tahun, pada tahun 1993/94 diperkirakan mencapai sekitar 120
ribu orang atau meningkat menjadi enam kali lipat.
101
termasuk MTs meningkat dari sekitar 1,2 juta siswa menjadi
hampir 7 juta siswa. Pada akhir Repelita V (1993/94) jumlah
murid sekolah lanjutan tingkat atas (SLTA) diperkirakan mencapai
4,1 juta orang dari sekitar 482 ribu pada tahun 1968 yang meliputi
pendidikan SLTA umum, kejuruan, serta madrasah aliyah (MA).
Angka partisipasi kasar tingkat SLTA meningkat dari 8,6 persen
menjadi 33,2 persen.
103
Kegiatan perstatistikan yang penting selama PJP I adalah
Sensus Penduduk 1971, 1980, dan 1990, Sensus Pertanian 1973,
1983, dan 1993, serta pelaksanaan Survei Sosial Ekonomi Nasional
(Susenas). Di samping itu, dilakukan berbagai survei yang
dimanfaatkan untuk perencanaan dan kebijaksanaan pembangunan.
Kegiatan tersebut meliputi: survei harga, penyusunan statistik
Pendapatan Nasional/ Regional, pengolahan data ekspor impor,
pengembangan Statistik Neraca Nasional dan Penyusunan Tabel
Input-Output, dan penyusunan Sistem Neraca Sosial Ekonomi
Nasional (SNSE).
104
Sebelum Repelita I jumlah puskesmas adalah 1.227 buah.
Pada tahun 1992/93 meningkat menjadi 6.277 buah. Jika pada
tahun 1968 setiap puskesmas rata-rata melayani 96 ribu penduduk,
pada tahun 1992/93 setiap puskesmas rata-rata melayani 28 ribu
penduduk.
105
kelahiran total per wanita juga menurun dari 5,6 anak dalam
kurun waktu 1967-1970 menjadi 2,87 anak pada akhir PJP I.
Perkembangan itu mencerminkan peningkatan derajat kesehatan
rakyat yang sekaligus mendorong bertambah panjangnya umur
rata-rata orang Indonesia.
106
Program penyehatan lingkungan permukiman yang sejak
Repelita IV diterapkan secara terpadu, khususnya untuk pengadaan
sistem pembuangan sampah, pembuangan air limbah, dan drainase,
telah meningkatkan mutu lingkungan dan permukiman.
Peningkatan mutu tersebut dicapai, antara lain melalui pengelolaan
sampah di 454 kota dengan volume sampah yang diangkut
mencapai 55 persen dari produksinya, dan penanganan limbah air
yang telah dilaksanakan di 337 kota.
7. Kesejahteraan Sosial
107
kepramukaan, pertukaran pemuda antarpropinsi dan antarbangsa,
menapak tilas jejak pahlawan, dan pelatihan kepemimpinan serta
kemandirian. Selain itu, sejak Repelita V dilakukan pengerahan
sarjana baru dengan berbagai bidang keahlian melalui program
Sarjana Penggerak Pembangunan Perdesaan (SP3).
108
IV. PEMBANGUNAN DI BIDANG POLITIK, APARATUR
PEMERINTAH, HUKUM, PENERANGAN DAN MEDIA
MASSA, DAN HUBUNGAN LUAR NEGERI
1. Politik
109
berbangsa dan bernegara. Secara konstitusional kesepakatan
tersebut dituangkan dalam Ketetapan MPR RI Nomor
II/MPR/1983. Kemudian melalui Undang-undang No. 3 Tahun
1985 Pancasila ditetapkan sebagai satu-satunya asas bagi partai
politik dan golongan karya. Selanjutnya, Undang-undang No. 8
Tahun 1985 telah menetapkan pula Pancasila sebagai satu-satunya
asas bagi organisasi kemasyarakatan dengan tidak menghilangkan
ciri dari masing-masing organisasi kemasyarakatan tersebut.
110
2. Aparatur Pemerintah
111
telah diterbitkan Undang-undang No. 5 Tahun 1979 tentang
Pemerintahan Desa.
112
yang ditetapkan melalui Inpres No. 1 Tahun 1989, dan wasmas
lebih didayagunakan terutama dengan dibukanya Tromol Pos 5000
pada Kantor Wakil Presiden pada bulan April 1988. Hasil-hasil
dari pemantapan dan pelaksanaan sistem pemantauan,
pengendalian, dan pengawasan tersebut terlihat antara lain dari
meningkatnya penyelesaian proyek sesuai dengan sasaran dan
tujuan yang telah ditetapkan, penghematan pengeluaran negara dan
penambahan penerimaan negara; meningkatnya disiplin aparatur
negara dan kelancaran pelayanan kepada masyarakat.
3. Hukum
113
pelayanan hukum, antara lain dalam hal pemberian
kewarganegaraan, perizinan, dan pengesahan badan hukum,
pelayanan bidang hak cipta, paten, dan merek serta pelayanan
keimigrasian.
114
tersebut telah meningkatkan citra, wibawa, kedudukan, dan
peranan Indonesia dalam ikut serta menciptakan ketertiban dan
perdamaian dunia yang abadi, adil, dan sejahtera. Terbentuknya
Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) pada tahun
1967, yang dalam hal ini Indonesia turut mengambil prakarsa,
merupakan tekad baik Indonesia untuk membina kerja sama dengan
para tetangganya di Asia Tenggara untuk membangun kawasan
yang damai, adil, dan sejahtera. Dalam memasuki usianya yang
ke-27, ASEAN telah menjadi organisasi regional yang secara
luas diakui amat penting, baik posisi maupun sumbangannya di
bidang politik, ekonomi, sosial budaya, dan hankam di dunia saat
ini.
115
V. PEMBANGUNAN DI BIDANG PERTAHANAN
KEAMANAN
VI. KESIMPULAN
117
dalam negeri. Pertumbuhan ekonomi telah pula memungkinkan
terjadinya pemerataan pembangunan sehingga rakyat telah makin
menikmati hasilnya serta lebih aktif terlibat dalam upaya
pembangunan. Dalam Pembangunan Jangka Panjang Pertama,
pembangunan telah menyebar di seluruh penjuru tanah air dan
jumlah rakyat yang hidup di dalam kemiskinan telah sangat banyak
berkurang. Upaya untuk lebih memeratakan pembangunan serta
menanggulangi kemiskinan dan keterbelakangan masih perlu terus
dilanjutkan dan ditingkatkan. Dalam rangka ini, penataan peran
ketiga wadah kegiatan ekonomi dalam ekonomi nasional sesuai
dengan amanat Undang-Undang Dasar 1945 masih perlu terus
dilanjutkan, terutama peranan koperasi. Perhatian secara khusus
perlu diberikan kepada pembinaan usaha golongan masyarakat
yang berkemampuan lemah serta upaya untuk menciptakan
lapangan kerja guna menampung angkatan kerja yang terus
meningkat.
118
terpencil. Laju pertumbuhan penduduk masih perlu terus ditekan
sehingga jumlah penduduk mencapai tingkat keseimbangan.
Pembangunan perumahan dan permukiman yang layak masih perlu
dilanjutkan.
119
berkualitas dan bertanggung jawab, serta penyediaan sarana dan
prasarana pendukung yang memadai.
120
menghadapi tantangan karena adanya kecenderungan dan gejala
dominasi negara adikuasa yang selalu memaksakan kehendaknya
yang berdampak negatif bagi kepentingan negara berkembang.
121
gizi masyarakat masih memerlukan perhatian lebih besar lagi.
Perhatian yang lebih besar masih perlu diberikan khususnya kepada
daerah terbelakang, daerah yang padat, dan daerah yang sangat
kurang penduduknya, daerah transmigrasi, daerah terpencil, dan
daerah perbatasan, serta daerah yang memiliki khas, seperti daerah
tertentu di kawasan timur Indonesia. Pemanfaatan dan pengelolaan
sumber daya lahan, air, dan hutan, serta pola tata ruang masih
belum sepenuhnya dilaksanakan secara menyeluruh dan terpadu
sehingga perlu terus diperhatikan bersamaan dengan pemeliharaan
kelestarian fungsi lingkungan hidup. Semuanya itu perlu
diupayakan pemecahannya dalam PJP II yang dimulai dengan
Repelita VI.
122