Anda di halaman 1dari 1

Ada suatu masa di mana Sangiangseri (dewi padi) tidak lagi dihormati oleh masyarakat di tanah

Luwu. Tidak lagi didudukkan di tempat yang agung, tidak ada lagi masyarakat yang menuruti pemali
atau petuah orang terdahulu, padi dibiarkan dimakan oleh tikus di malam hari, dan dipatuk ayam di
siang harinya.

[11/12 18.09] Amirbacot🖤: Hanya Meong Palo Karellae yang menghormati Sangiangseri, namun
justru ia sering disiksa oleh para penduduk. Sangiangseri seri kemudian merasa kasihan melihatnya
sehingga ia mengajak Meong Palo Karellae pergi meninggalkan tempat itu.

[11/12 18.10] Amirbacot🖤: Dalam perantauannya, mereka tiba di Enrekang, kemudian ke Maiwa,
selanjutnya ke Soppeng, Langkemme, Kessi, Lisu, hingga sampai ke Barru.

[11/12 18.10] Amirbacot🖤: Dalam rute perjalanannya yang melewati Enrekang hingga ke Lisu,
mereka tiada henti didera penderitaan di tempat yang mereka singgahi. Meong Palo selalu disiksa
oleh orang yang tidak menginginkan keberadaannya, sementara Sangiangseri tidak lagi disimpan di
atas lumbung. Mereka juga terus dilanda rasa lapar dan haus. Ketika siang mereka merasakan panas
terik matahari, ketika malam mereka merasakan dingin yang menusuk. Itulah yang menyebabkan
mereka selalu meninggalkan setiap tempat yang mereka datangi.

[11/12 18.10] Amirbacot🖤: Ketika memasuki daerah Barru, mereka menemukan hal yang belum
pernah ditemukan sebelumnya. Sangiangseri dan Meong Palo Karellae disambut dengan baik,
diagungkan dan ditempatkan baik-baik di atas loteng. Semua masyarakatnya ramah, jujur dan
berlaku adil, sehingga Sangiangseri dan Meong Palo Karellae merasa nyaman tinggal di tempat itu.

[11/12 18.10] Amirbacot🖤: Pada waktu itu, Sangiangseri merasa sedih dan merasa lega ketika ia
mengingat kembali kisah perjalanannya yang penuh penderitaan sekaligus berbagai macam
perlakuan orang terhadap dirinya. Ia pun berpikir untuk meninggalkan dunia dan kembali ke langit
untuk bertemu dengan kedua orang tuanya di Boting Langi (sebutan untuk tempat tinggalnya dewa-
dewa di atas langit menurut kepercayaan Bugis).

[11/12 18.11] Amirbacot🖤: Sangiangseri dan Meong Palo Karellae kemudian meninggalkan dunia dan
naik ke atas langit. Namun ketika mereka sampai di Boting Langi, mereka ternyata tidak diizinkan
untuk tinggal di sana karena mereka telah ditakdirkan untuk memberi kehidupan di dunia.

[11/12 18.11] Amirbacot🖤: Sangiangseri dan Meong Palo Karellae kemudian kembali ke dunia. Tidak
terasa sudah tujuh hari tujuh malam Sangiangseri berada di Barru, mulailah ia memberi pesan-
pesan, nasihat, dan pemali, terutama yang berkaitan dengan tata cara menanam padi, serta adat
dalam memperlakukan tanaman padi sehingga masyarakat hidup dalam kebaikan.

[11/12 18.11] Amirbacot🖤: Masyarakat kemudian percaya bahwa ketika mereka melaksanakan
pesan dari Sangiangseri, maka kehidupan mereka di dunia akan mendatangkan kebaikan, juga
Sangiangseri tidak akan meninggalkan mereka.

Anda mungkin juga menyukai