Anda di halaman 1dari 8

PENDIDIKAN DI JEPANG

Tugas ini diajukan untuk memenuhi tugas


Materi :
PERBANDINGAN PENDIDIKAN

Dosen :
Moh. Afnan, M. Pd.I

Oleh :
Ainul Faiz
Ami r Hasan
Ach. Syifa Ubaidillah
Alfan Khoiri

Semester VI

JURUSAN PAI MADIN-EXTENTION


INSTITUT ILMU KEISLAMAN AN-NUQAYAH (INSTIKA)
GULUK-GULUK SUMENEP MADURA
2019
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pada zaman dahulu para kaisar telah dididik berbasis nilai yang luas dan kekal,
serta menanam nilai-nilai positif secara mendalam dan kokoh dalam pribadi setiap kaisar.
Materi yang diajarkan pada zaman dahulu lebih cendrung mengarah pada kesetiaan dan
kepatuhan dari generasi kegenerasi dengan tetap menerapkan estetika. Nilai-nilai positif
dari para kaisar di Jepang inilah yang diterapkan pada pendidikan yang ada di negara
tersebut.
Setelah berakhirnya Perang Dunia ke II yaitu pada tanggal 3 November 1946,
kebijakan pendidikan Jepang mulai dirubah berbasis Hak Asasi Manusia, kebebasan hati
nurani, jaminan setiap individu untuk mengembangkan kebebasan berfikir, kebebasan
akademik dimana setiap individu memperoleh hak untuk mendapatkan pendidikan sesuai
dengan kemampuannya.
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan Latar Belakang Masalah dia atas maka muncul rumusan Masalah
berikut ini:

1. Bagaimana Kebijakan Pendidikan di Jepang?

2. Bagaimana korelasi budaya Jepang dengan pendidikan di Jepang?


BAB II

PEMBAHASAN

PENDIDIKAN DI JEPANG

A. Kebijakan Pendidikan di Jepang

Sebelum Perang Dunia ke II diberlakukan kebijakan pendidikan yang terangkum


dalam salinan Naskah Kekaisaran mengenai pendidikan atau yang disebut dengan Imperial
Rescript on Education. Dimana pada zaman dahulu para kaisar telah dididik berbasis nilai
yang luas dan kekal, serta menanam nilai-nilai positif secara mendalam dan kokoh dalam
pribadi setiap kaisar. Materi yang diajarkan pada zaman dahulu lebih cendrung mengarah
pada kesetiaan dan kepatuhan dari generasi kegenerasi dengan tetap menerapkan estetika.
Nilai-nilai positif dari para kaisar di Jepang inilah yang diterapkan pada pendidikan
yang ada di negara tersebut. Dimana setiap individu harus mampu menjalin hubungan yang
harmonis, mencurahkan kasih sayang terhadap orang-orang di sekelilingnya, kesetiaan, dan
kepatuhan kepada orang tua, suami, istri, sahabat, menjadi diri sendiri yang moderat dan
sederhana, serta menuntut ilmu sedalam mungkin dan diimbangi dengan jiwa seni.
Setelah berakhirnya Perang Dunia ke II yaitu pada tanggal 3 November 1946,
kebijakan pendidikan Jepang mulai dirubah berbasis Hak Asasi Manusia, kebebasan hati
nurani, jaminan setiap individu untuk mengembangkan kebebasan berfikir, kebebasan
akademik dimana setiap individu memperoleh hak untuk mendapatkan pendidikan sesuai
dengan kemampuannya.
Maret 1947, Peraturan Pendidikan Nasional Jepang (School Education Law)
menentapkan susunan pendidikan dasar pendidikan yang keseluruhannya terdiri atas 6-3-3-4.
Yang artinya tahap-tahap pendidikan Jepang terdiri atas empat tahapan yang memiliki tujuan,
visi, misi, yang khusus pada setiap jenjang tahapannya
Sedangkan dalam Fundamental Law of Education disebutkan bahwa, Citizen have the right to
equal opportunity or receving education according to their ability; freedom from
discrimination on acaount of race, cree sex, social status, economic position, or family
origin; financial assistance, to the able needy, academin freedom, and the responsibility to
build a peaceful State and society (Imam Barnadib, 1986: 53), (Setiap warga memiliki
kesempatan yang sama menerima pendidikan menurut kemampuan mereka, bebas dari
diskriminasi atas dasar ras, jenis kelamin, status sosial, posisi ekonomi, asal usul keluarga,
bantuan finansial, bagi yang memerlukan, kebebasan akademik, dan tanggung jawab untuk
membangun negara dan masyarakat yang damai).
Perbedaan yang lain adalah mengenai tujuan pendidikan. Dalam Imperial Rescript on
Education disebutkan bahwa tujuan pendidikan adalah untuk meningkatkan kesetiaan dan
ketaatan bagi Kaisar agar dapat memperoleh persatuan masyarakat di bawah ayah yang sama,
yakni Kaisar. Adapun tujuan pendidikan menurut Fundamental Law of Education adalah
untuk meningkatkan perkembangan kepribadian secara utuh, menghargai nilai-nilai individu,
dan menanamkan jiwa yang bebas.
Dalam tujuan umum pendidikan Jepang mengutamakan perkembangan kepribadian
secara utuh, menghargai nilai-nilai individual, dan menanamkan jiwa yang bebas. Sedangkan
di Indonesia pendidikan bertujuan agar peserta didik menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara
yang demokratis dan bertanggung jawab.
Jepang tidak memasukkan mata pelajaran pendidikan agama di semua jenjang
persekolahan (memisahkan pendidikan agama dengan persekolahan), sedangkan di Indonesia
pendidikan agama adalah mata pelajaran yang wajib untuk setiap jenjang persekolahan.
Dilihat dari kurikulum yang dikembangkan dapat dikemukakan beberapa hal, yaitu :
a. Kurikulum TK di Jepang tidak membebani anak, karena anak tidak dijejali materi-materi
pelajaran secara kognitif tetapi lebih pada pengenalan dan latihan ketrampilan hidup yang
dibutuhkan anak untuk kehidupan sehari-hari, seperti latihan buang air besar sendiri,
gosok gigi, makan, dan lain sebagainya. Sedangkan kurikulum di Indonesia telah
berorientasi pada pengembangan intelektual anak.
b. Mata pelajaran level pendidikan dasar di Jepang tidak seberagam yang dikembangkan di
Indonesia, jumlahnya tidak banyak, sehingga berbagai mata pelajaran tersebut diberikan
pada waktu yang berlainan setiap hari selama seminggu, maka jarang ada jadwal
pelajaran yang sama pada hari yang berbeda.
c. Di Indonesia jarang ditemukan adanya mahasiswa peneliti, lebih-lebih mahasiswa
pendengar, sehingga yang ada mahasiswa reguler. Hal itu terjadi barangkali karena
orientasi belajar bagi mahasiswa Indonesia jauh berbeda dengan mahasiswa Jepang.
Pendidikan wajib di Jepang gratis bagi semua siswa, bahkan bagi anak yang kurang
mampu mendapat bantuan khusus dari pemerintah pusat maupun daerah untuk biaya makan
siang, sekolah, piknik, kebutuhan belajar, perawatan kesehatan dan kebutuhan lainnya,
sedangkan di Indonesia masih sebatas slogan (kecuali di daerah tertentu, seperti kebijakan di
Sukoharjo, tetapi baru terbatas biaya sekolah saja).
Sistem administrasi pendidikan di Jepang sudah lama menerapkan kombinasi antara
sentralisasi, desentralisasi, Manajemen Berbasis Sekolah (MBS), dan partisipasi masyarakat.
Sedangkan di Indonesia baru dalam proses peralihan dari sentralisasi ke desentralisasi dan
juga diberlakukan MBS.
Di samping itu juga ada perbedaan kecil dalam hal mulai masuknya anak pada
pendidikan prasekolah, terutama di TK. Kalau di Jepang dimulai usia 3 tahun, sedang di
Indonesia dimulai pada usia 4 tahun.

B. Budaya Jepang korelasinya dengan Pendidikan


Jepang merupakan negara maju dengan penduduknya yang kreatif, inovatif, dan
berpendidikan. Hal unik dalam pendidikan di Jepang, sangat dijunjung pendidikan moral
terhadap sesama manusia, pendidikan moral ini berakar dari budaya leluhur masyarakat
Jepang yang sangat menghargai sesama sebagai esensi utama dalam kehidupan.
Dalam pendidikan di Jepang, dikenal dengan istilah Kyoiku Mama (Ibu Pendidik)
yaitu di mana seorang Ibu tidak akan pernah berhenti mendorong anak - anaknya untuk
belajar sekaligus menciptakan keseimbangan pendidikan yang baik dalam hal fisik,
emosional, maupun sosial. Istilah Ryosai Kentro (istri yang baik dan ibu yang arif)
menggambarkan suatu kebijakan yang memposisikan kaum wanita sebagai ‘penguasa rumah’,
yang bertanggung jawab atas segala sesuatu yang terjadi di rumah. Dari mulai pekerjaan -
pekerjaan rumah tangga, masalah keuangan, dan pendidikan anak. Intinya menyerukan bahwa
peran terhormat wanita adalah sebagai istri yang baik dan bijaksana, pembagian peran alami
sesuai fitrah antara perempuan dan laki laki.
Jepang memiliki budya pendidikan yang positif bagi perkembangan anak. Berikut
adalah budaya pendidikan ala Jepang seperti dikutip dalam buku Gado-Gado dan Sushi:
1. Cegah Bullying dengan Sistem Pair Oniichan dan Oneechan
Lagi-lagi dengan kebudayaannya. Jepang memiliki cara untuk mencegah Bullying.
Caranya adalah dengan membentuk pasangan kaka kelas. Misalnya saja murid-murid kelas 5
SD yang membuat aneka macam permainan seru untuk dimainkan bersama anak-anak TK
besar.
Jadi, saat anak-anak TK besar akan memasuki dunia SD, mereka tak perlu takut dan
khawatir. Anak-anak kelas 5 SD yang akan naik kelas 6 SD akan menjadi supercaptain.
Mereka akan melindungi, menjaga, dan mengayomi adk-adik mereka.
2. Perhatian Guru kepada Murid
Di Jepang, para guru selalu berusaa untuk tetap dekat dengan murid-muridnya. Salah
satunya adalah dengan mengirimkan shochumimi atau kartu ucapan selamt musim panas. Isi
dari kartu tersebut pada umumnya berupa pertanyaan-pertanyaan yang isinya menanyakan
kabar, curhat, atau mengingatkan. Misalnya, “Bagaiamana dengan liburanmu, sudahkah kamu
mengisinya degan bermain?” Atau, “Sepinya sekolah tanpa kehadiranmu.”
Kartu pos tersebut bertujuan untuk menjalin komunikasi yang hangat dengan para
siswa dan meumbuhkan semangat untuk siap kembali bersekolah untuk beberapa minggu ke
depan. Uniknya, guru-guru kelas terdahulu bahkan terkadang masih mengirimkan kartu pos
untuk merawat silaturrahmi.
3. Latih Sportivitas dengan Undokai
Undokai adalah salah satu kegiatan mengisi waktu senggang di sekolah atau class
meeting. Bedanya, undokai diadakan selama sehari penuh dan dihadiri orang tua, kegiatan
undokai biasanya diisi dengan kometisi olahraga. Siswa diajarkan untuk berkompetisi namun
dengan tetap sportif dan penuh semangat.
4. Penanaman Nilai-Nilai yang dilaksanakan sehari-hari
Alih-alih terlalu banyak teori, Jepang mementingkan praktik pelaksanaan pendidikan
dikehidupan sehari-hari. Sebagian besar pelajaran sekolah Jepang pada level usia dini adalah
belajar “Bagaimana caranya untuk hidup”. Seperti menanamkan pengetahuan tentang alam
sekitar adalah hal yang penting di Jepang. Tak heran, Jepang tumbuh menjadi negara yang
kuat meski bencana sering melanda.
5. Kerja Sama
Rahasia mengapa orang Jepang selalu kompak dan tahan banting dalam keadaan
darurat adalah karena mereka bekerja sama dengan baik dan bergotong royong. Begitu pun di
dunia sekolah dan pendidikan.
Mereka menggunakan sistem komunikasi psan berantai atau renrakumou untuk
mempermudah kerja sama. Satu hingga dua wali murid akan bertugas sebagai koordinator.
Tugas mereka adalah mmenyampaikan pesan kepada orang tua murid lain yang posisinya
berada di bawahnya, begitu seterusnya.
6. Mengapresiasi Orang Lain
Jepang adalah salah satu negara yang tidak pelit untuk mengucapkan terima kasih dan
meminta maaf. Anak-anak diajarkan sejak dini untuk memberikan apresiasi dan terima kasih
saat di berikan bantuan dan meminta maaf saat berbuat salah.
7. Belajar Bertanggung Jawab dengan Mengerjakan PR
Memberikan pekerjaan rumah atau PR kepada anak-anak sekolah sampai saat ini
menuai polemik. Namun di Jepang, terutama saat libur musim panas tiba, anak-anak akan
iberikan pekerjaan rumah atau PR yang harus dikerjakan. Dimasa-masa inilah biasanya kaum
ibu mulai uring-uringan mengingatkan anaknya yang malas-malasan mengerjakan PR.
8. Menganalkan Lingkungan Alam sejak dini dengan Ensoku
Anak-anak TK dan SD di Jepang malakukan Ensoku minimal dua kai dalam setahun.
Ensoku adalah perjalanan jauh dengan berjalan kaki. Perjalanan yang dilakukan pun bak
perjalanan melintasi alam seperti melintas perbukitan. Melalui kegiatan Ensoku anak-anak
diajarkan untuk tangguh dan mencintai alam.
9. Melibatkan Peran Orangtua
Budaya pendidikan ala Jepang yang patut dicontoh adalah melibatkan orangtua dalam
pendidikan mereka, terutama kaum ibu. Tidak seperti kebanyakan orang yang menilai bahwa
sekolah adalah ‘bengkel’ moral dan intelektual, kaum ibu-ibu selalu menjalin kerja sama yang
baik dengan pihak guru dan sekolah.

Para ibu yang mengalami dilema barkarir atau berumah tangga pun tak perlu khawatir.
Jika anak sudah beranjak remaja dan dapt mandiri, para ibu-ibu di Jepang memiliki
kesempatan untuk bekerja. Disinilah peranan pemerintah Jepang patut diacungi jempol. Para
ibu dapat berkonsentrasi penuh untuk merawat anak dan keluarga dan tak perlu khawatir
dengan masa depan mereka karena peluang kesempatan yang terbuka.

10. Latih Kemandirian Anak dengan Kelompok Kecil


Jika pada umunya anak-anak TK di Indonesia berangkat dan pulang sekolah diantar
jempu oleh orangtua masing-masing, Jepang memiliki caranya yang sedikit berbeda. Sekolah-
sekolah di Jepang akan menelompokkan sejumlah anak berdasarkan lokasi untuk berangkat
dan pulang bersama.
Para murid TK akan berkumpul di temapt yang telah disetujui bersama
(syuugoubasyo). Nantinya, saat berangkat dan pulang, mereka akan didampingi oleh seorang
ibu. Para ibu dan murid-murid nantinya akan mendapatkan giliran untuk mendampingi.
BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN

Bisa dikatakan bahwa sistem pendidikan pada negara Jepang memiliki kemiripan pada
sistem pendidikan di negara kita dimana jenjang pendidikannya melalui 4 tahap secara umum
yaitu 6-3-3-4 artinya siswa harus melewati 6 tahun untuk tahap pendidikan dasar, 3 tahun
Sekolah Menengah Pertama, 3 tahun Sekolah Menengah Atas, 4 tahun Perguruan Tinggi. Hal
tersebut dikarenakan karena negara kita merupakan negara bekas jajahan Jepang sehingga
sebagian sistem pendidikan negara Jepang masih diterapkan di negara kita dengan sedikit
perubahan dimana negara kita lebih memfokuskan pada pelajaran logika dan penilaian hasil
akhir semester sebagai penentu kelulusan siswa sedangkan di negara Jepang lebih difokuskan
pada pengembangan watak kepribadian dalam kaitannya terhadap kehidupan sehari-hari dan
penilaian ditentukan oleh guru/dosen kelas dengan melihat kinerja belajar siswa sehari-hari
sebagai penentu kelulusan.
Ada 8 budaya pendidikan di Jepang yang banyak memberikan kontribusi dampak
positif bagi perkembangan anak, yaitu:

1. Cegah Bullying dengan Sistem Pair Oniichan dan Oneechan


2. Perhatian Guru kepada Murid
3. Latih Sportivitas dengan Undokai
4. Penanaman Nilai-Nilai yang dilaksanakan sehari-hari
5. Kerja Sama
6. Mengapresiasi Orang Lain
7. Belajar Bertanggung Jawab dengan Mengerjakan PR
8. Menganalkan Lingkungan Alam sejak dini dengan Ensoku
9. Melibatkan Peran Orangtua
10. Latih Kemandirian Anak dengan Kelompok Kecil

Anda mungkin juga menyukai